Anda di halaman 1dari 4

Penasihat Hukum (Sebelum UUA)

-          Penasihat Hukum adalah mereka yang memberikan bantuan atau nasihat hukum, baik dengan bergabung atau
tidak dalam suatu persekutuan Penasihat Hukum, baik sebagai mata pencaharian atau tidak, yang disebut sebagai
Pengacara/Advokat dan Pengacara Praktek (Keputusan Bersama Ketua Mahkamah Agung dan Menteri
Kehakiman Republik Indonesia Nomor: KMA/05/SKB/VII/1987; Nomor: M.03-PR.08.05 Tahun 1987 tentang
Tata Cara Pengawasan, Penindakan dan Pembelaan Diri Penasihat Hukum).

-          Penasihat Hukum adalah mereka yang memberikan bantuan atau nasihat hukum, baik dengan bergabung atau
tidak dalam suatu persekutuan Penasihat Hukum, baik sebagai mata pencaharian atau tidak, yang disebut sebagai
Pengacara/Advokat dan Pengacara Praktek (Keputusan Bersama Ketua Mahkamah Agung dan Menteri
Kehakiman Republik Indonesia Nomor: KMA/05/SKB/VII/1987; Nomor: M.03-PR.08.05 Tahun 1987 tentang
Tata Cara Pengawasan, Penindakan dan Pembelaan Diri Penasihat Hukum).

Dengan berlakunya UU No. 18 Tahun 2003 tentang Advokat (“UUA”), baik advokat, penasihat hukum,
pengacara praktik dan konsultan hukum, semuanya disebut sebagai Advokat (lihat Pasal 32 ayat [1]
UUA). Sehingga, dengan berlakunya UUA, tidak ada perbedaan antara pengacara dan penasehat
hukum. Semuanya disebut sebagai Advokat yaitu orang yang berprofesi memberi jasa hukum, baik di
dalam maupun di luar pengadilan yang wilayah kerjanya di seluruh wilayah Republik Indonesia (Pasal 5
ayat [2] UUA).

Pasal 1 angka 13 KUHAP diatur bahwa penasihat hukum adalah seorang yang


memenuhi syarat yang ditentukan oleh atau berdasar undang-undang untuk
memberi bantuan hukum. Sejak diterbitkannya UUA, maka UU itulah yang
menjadi acuan mengenai penasihat hukum.
 
Di dalam Pasal 1 angka 1 UUA dijelaskan bahwa advokat adalah orang yang
berprofesi memberi jasa hukum, baik di dalam maupun di luar pengadilan yang
memenuhi persyaratan berdasarkan ketentuan Undang-Undang ini.

Kewenangan Penasihat Hukum dimulai kapan

Pasal 1792 KUHPer

Pasal 54 Guna kepentingan pembelaan, tersangka atau terdakwa berhak mendapat bantuan hukum dari
seorang atau lebih penasihat hukum selama dalam waktu dan pada setiap tingkat pemeriksaan,
menurut tatacara yang ditentukan dalam undang-undang ini.

Pasal 69

Penasihat hukum berhak menghubungi tersangka sejak saat ditangkap atau ditahan pada semua tingkat
pemeriksaan menurut tatacara yang ditentukan dalam undang-undang ini.

Pasal 70
1. Penasihat hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 berhak menghubungi dan berbicara
dengan tersangka pada setiap tingkat pemeriksaan dan setiap waktu untuk kepentingan
pembelaan perkaranya.
2. Jika terdapat bukti bahwa penasihat hukum tersebut menyalahgunakan haknya dalam
pembicaraan dengan tersangka maka sesuai dengan tingkat pemeriksaan, penyidik, penuntut
umum atau petugas lembaga pemasyarakatan memberi peringatan kepada penasihat hukum.
3. Apabila peringatan tersebut tidak diindahkan, maka hubungan tersebut diawasi oleh pejabat yang
tersebut pada ayat (2).
4. Apabila setelah diawasi, haknya masih disalahgunakan, maka hubungan tersebut disaksikan oleh
pejabat tersebut pada ayat (2) dan apabila setelah itu tetap dilanggar maka hubungan
selanjutnya dilarang.

Pasal 71

1. Penasihat hukum, sesuai dengan tingkat pemeriksaan, dalam berhubungan dengan tersangka
diawasi oleh penyidik, penuntut umum atau petugas lembaga pemasyarakatan tanpa mendengar
isi pembicaraan.
2. Dalam hal kejahatan terhadap keamanan negara, pejabat tersebut pada ayat (1) dapat
mendengar isi pembicaraan.

Pasal 72

Atas permintaan tersangka atau penasihat hukumnya pejabat yang bersangkutan memberikan turunan
berita acara pemeriksaan untuk kepentingan pembelaannya.

Pasal 73

Penasihat hukum berhak mengirim dan menerima surat dari tersangka setiap kali dikehendaki olehnya.

Pasal 74

Pengurangan kebebasan hubungan antara penasihat hukum dan tersangka sebagaimana tersebut pada
Pasal 70 ayat (2), ayat (3), ayat (4) dan Pasal 71 dilarang, setelah perkara dilimpahkan oleh penuntut
umum kepada pengadilan negeri untuk disidangkan, yang tembusan suratnya disampaikan kepada
tersangka atau penasihat hukumnya serta pihak lain dalam proses.

Kelengkapan beracara Penasihat Hukum beserta dasar hukumnya

Dalam persidangan perdata penasihat hukum tidak diwajibkan menggunakan toga sebagaimana disebut
kuasa hukum, sedangkan dalam persidangan pidana penasihat hukum wajib menganakan toga berwarna
hitam, dengan lengan lebar, simare dan bef dengan atau tanpa peci. Serta menngunakan kaos kaki
hitam dan sepatu hitam.

, kewajiban untuk memakai pakaian sidang (toga) dalam sidang pidana bagi hakim,
jaksa, dan penasihat hukum (advokat) diatur dalam Pasal 230 ayat (2) KUHAP, yang
berbunyi:
 
Dalam ruang sidang, hakim, penuntut umum, penasihat hukum dan
panitera mengenakan pakaian sidang dan atribut masing-masing.

Jenis, bentuk dan warna pakaian sidang serta atribut dan hal yang berhubungan dengan
perangkat kelengkapan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 230 ayat (2) dan ayat (3) KUHAP
diatur lebih lanjut diatur dalam Pasal 4 Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang
Pelaksanaan Kitab Undang Undang Hukum Acara Pidana (“PP 27/1983”) sebagaimana
telah diubah, terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 92 Tahun 2015 tentang
Perubahan Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan
Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (“PP 92/2015”) yaitu:[1]
 
1. Selama pemeriksaan dalam sidang pengadilan, hakim, penuntut umum, panitera dan
penasihat hukum, menggunakan pakaian sebagaimana diatur dalam pasal ini;
2. Pakaian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) bagi hakim, penuntut umum dan
penasihat hukum adalah toga berwarna hitam, dengan lengan lebar, simare dan
bef dengan atau tanpa peci hitam;
3. Perbedaan toga bagi hakim, penuntut umum, dan penasihat hukum adalah dalam
ukuran dan warna dari simare dan bef;
4. Pakaian bagi panitera dalam persidangan adalah jas berwarna hitam, kemeja putih dan
dasi hitam;
5. Hal yang berhubungan dengan ukuran dan warna dari simare dan bef sebagaimana
dimaksud dalam ayat (3) serta kelengkapan pakaian sebagaimana dimaksud dalam
ayat (4) diatur lebih lanjut oleh Menteri;
6. Selain memakai pakaian sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) hakim dan penuntut
umum memakai atribut;
7. Atribut sebagaimana dimaksud dalam ayat (6) diatur lebih lanjut oleh Menteri.

 kewajiban untuk memakai toga bagi penasihat hukum (advokat) diatur dalam peraturan
berbeda. Menurut Pasal 25 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat (“UU
Advokat”), advokat yang menjalankan tugas dalam sidang pengadilan dalam menangani
perkara pidana wajib mengenakan atribut sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Apabila advokat tidak memakai toga saat sidang, hakim dapat menegur seperti dalam
artikel Tidak Memakai Toga, Dua Advokat Ditegur Hakim.
 
Kewajiban hakim, penuntut umum, dan advokat untuk memakai toga dalam sidang perkara
pidana dikecualikan dalam sidang perkara tindak pidana anak sebagaimana diatur
dalam Pasal 6 PP 27/1983 jo. Pasal 22 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang
Sistem Peradilan Pidana Anak (“UU SPPA”).

selain sidang perkara pidana, advokat yang beracara di sidang Mahkamah Konstitusi juga
diwajibkan memakai toga. Kewajiban ini diatur dalam Pasal 4 ayat (1) Peraturan Mahkamah
Konstitusi Nomor 19 Tahun 2009 tentang Tata Tertib Persidangan (“Peraturan MK
19/2009”).
 

Pasal 3 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2003 TENTANG ADVOKAT

(1) Untuk dapat diangkat menjadi Advokat harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

a. warga negara Republik Indonesia;

b. bertempat tinggal di Indonesia;

c. tidak berstatus sebagai pegawai negeri atau pejabat negara;

d. berusia sekurang-kurangnya 25 (dua puluh lima) tahun;

e. berijazah sarjana yang berlatar belakang pendidikan tinggi hukum sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 ayat (1);

f. lulus ujian yang diadakan oleh Organisasi Advokat;

g. magang sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun terus menerus pada kantor Advokat;

h. tidak pernah dipidana karena melakukan tindak pidana kejahatan yang diancam dengan pidana
penjara 5 (lima) tahun atau lebih;

i. berperilaku baik, jujur, bertanggung jawab, adil, dan mempunyai integritas yang tinggi.

Wajib jika diancam 15 tahun lebih penjara tapi jika hukumannya dibawah itu maka terserah klien untuk
mengguynakan bantuan hukum atau tidak

Pendampingan penasihat hukum apabila hukuman diatas 15 tahun penjara. Penunjukkan bagi orang
yang tidak mampu

Anda mungkin juga menyukai