Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH TUGAS TERSTRUKTUR

KAPITA SELEKTA HUKUM ACARA PIDANA

HAKIM PENGAWAS DAN PENGAMAT

OLEH :

WIDYA DWI

E1A016264

KELAS C

KEMENTRIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS HUKUM

PURWOKERTO

2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sistem pemasyarakatan ini merupakan upaya pembinaan bagi narapidana


yang sangat menentukan menjadi baik pada diri narapidana setelah ia keluar dari
Lembaga Pemasyarakatan.

Pembinaan narapidana ini di Indonesia diterapkan dengan sistem yang


dinamakan dengan sistem pemasyarakatan, melalui Undang-Undang Nomor 12
Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan (UU Pemasyarakatan). Mengenai tujuan
sistem pemasyarakatan, dalam Pasal 2 undang-undang tersebut ditegaskan,
bahwa:

“Sistem pemasyarakatan diselenggarakan dalam rangka membentuk warga


binaan pemasyarakatan agar menjadi manusia seutuhnya, menyadari
kesalahan, memperbaiki diri dan tidak mengulang tindak pidana sehingga
dapat diterima kembali oleh lingkungan masyarakat, dapat aktif berperan
dalam pembangunan, dan dapat hidup secara wajar sebagai warga yang
baik dan bertanggung jawab.”

Peran Hakim pengawas dan pengamat sangat diperlukan dalam mencapai


tujuan sistem pemasyarakatan diatas. Hakim pengawas dan pengamat dalam tugas
khusus ini turut melakukan pendekatan secara langsung agar dapat mengetahui
sampai dimana hasil baik atau buruknya pada diri narapidana atas putusan hakim
yang bersangkutan.1

Dengan demikian hakim tidak hanya menjadi seorang pengambil


keputusan tanpa ikut memikirkan putusannya. Sebagaimana yang umumnya kita
ketahui hakim hanya bertugas mengadili persidangan tetapi ada tugas khusus yang
1
Bambang Poernomo, Pokok-Pokok Hukum Acara Pidana dan Beberapa Harapan Dalam
Pelaksanaan KUHAP, Liberty, Yogyakarta, 1982, hlm. 81.

1
diatur di Dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara
Pidana pasal 277 ayat (1) dan (2) menyatakan:

(1) Pada setiap pengadilan harus ada hakim yang diberi tugas khusus untuk
membantu ketua dalam melakukan pengawasan dan pengamatan terhadap
putusan pengadilan yang menjatuhakan pidana perampasan kemerdekaan.
(2) Hakim sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) yang disebut hakim
pengawas dan pengamat, ditunjuk oleh ketua pengadilan untuk paling
lama 2 (dua) tahun.

Saat ini sedang ramai dibicarakan mengenai Rancangan Undang-Undang


Pemasyarakatan (RUU Pemasyarakatan, terdapat pro-kontra dalam RUU
Pemasyarakatan. Permasalahan yang terdapat dalam RUU Pemsayarakatan ini
mengenai dimudahkannya mengenai ketentuan pembebasan bersyarat dan remisi
bagi narapidana kasus kejahatan luar biasa seperti korupsi dan terorisme.
Selanjutnya ada hal yang positif yang diatur dalam RUU Pemasyarakatan yang
sebelumnya belum diatur dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang
Pemasyarakatan yaitu mengenai keadilan restorative yang merupakan bentuk
reintegrasi sosial sebagaimana yang dikenal sebagai sistem pemasyarakatan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana pengaturan mengenai Hakim Pengawas dan Pengamat
dalam sistem peradilan di Indonesia?
2. Bagaimana peranan Hakim Pengawas dan Pengamat sebelum dan
setelah adanya Rancangan Undang-Undang Pemasyarakatan?

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengaturan Mengenai Hakim Pengawas dan Pengamat dalam Sistem


Peradilan di Indonesia.

Dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-


Undang Hukum Acara Pidana Pasal 1 butir 8 bahwa hakim adalah pejabat
peradilan negara yang diberi wewenang oleh undang-undang untuk mengadili.
Pertanggungjawaban hakim ini menyangkut tugasnya memutus perkara. Karena
itu ia tidak boleh menolak perkara. Perkara yang diajukan kepadanya harus
diperiksa, diadili dan diputus.2

Ketentuan hukum bahwa hakim pengadilan mengambil sikap tanggung


jawabnya berakhir dengan diberikannya putusan. Sikap semacam ini tidaklah
benar, karena khususnya dalam hal pidana perampasan kemerdekaan (pidana
penjara) ketetapan putusan pengadilan tersebut masih perlu diuji. Dengan
demikian, hakim tetap diberikan peranan dan tanggung jawab untuk mengikuti
pelaksanaan putusan, oleh aparat penegak hukum yang lainnya pada tingkat
eksekusi.3

Hal tersebut sesuai dengan jika melihat Pasal 55 Undang-Undang Nomor


48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman.Ketentuan Pasal tersebut
menghendaki agar setiap pelaksanaan putusan pengadilan tetap diawasi oleh ketua
pengadilan. Dalam KUHAP pengaturan mengenai hakim pengawas dan
pengamat, diatur dalam Pasal 277 sampai dengan Pasal 283. Pasal 55 ayat (1) dan
ayat (2) Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 menyatakan :

2
Abdullah Sani, Hakim dan Keadilan Hukum, Bulan Bintang, Jakarta, 1975, hlm. 62.
3
Bambang, P. Pola Dasar Teori-Asas Umum Hukum Acara Pidana dan Penegakan Hukum
Pidana, Liberty, Yogyakarta, 1993. hlm. 90

3
(1) Pelaksanaan putusan pengadilan dalam perkara pidana dilakukan oleh
jaksa;
(2) Pengawasan pelaksanaan putusan pengadilan tersebut ayat (1) oleh
ketua pengadilan yang bersangkutan berdasarkan undang-undang.

Tugas hakim pengawas dan pengamat menurut Moh. Koesnoe4 adalah


mengontrol pelaksanaan putusan pidana pengadilan (pidana penjara dan
kurungan) semenjak putusan pidana tersebut memperoleh kekuatan hukum yang
tetap sampai dengan selesai pelaksanaannya, dengan wewenangnya mengoreksi
secara langsung aparat yang melalaikan atau menyimpang dari putusan pidana
yang telah dijatuhkan.

Menurut ketentuan dari Pasal 280 KUHAP, hakim pengawas dan


pengamat mempunyai 2 (dua) tugas pokok dalam pelaksanaan putusan pidana
pengadilan yaitu melakukan pengawasan dan melakukan pengamatan.5 Pasal
tersebut mengandung arti, bahwa hakim yang diberi tugas khusus tersebut,
melakukan pengawasan untuk menjamin bahwa putusan mengenai penjatuhan
pidana perampasan kemerdekaan itu benar-benar telah dilaksanakan sebagaimana
mestinya sesuai asas perikemanusiaan dan perikeadilan selain itu yang
dimaksudkan untuk mencegah timbulnya anggapan dari masyarakat bahwa
putusan pengadilan itu hanya dijadikan simbul saja.6

Pelaksanaan pengawasan dan pengamatan yang dilakukan oleh hakim


menurut KUHAP adalah sebagai berikut:7

a. Mula-mula jaksa mengirim tembusan berita acara pelaksanaan putusan


pengadilan yang ditandatangani olehnya, kepada kepala lembaga

4
Moh. Koesnoe, Kedudukan dan Fungsi Kekuasaan Kehakiman Menurut UUD 1945, Varia
Peradilan tahun XI, No. 129 Juni 1996, hlm. 100
5
Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP, Garuda Metropolitan
Press, Jakarta, 1998, hlm. 32
6
Suryono Sutarto, Sari Hukum Acara Pidana, Yayasan Cendikia Purna Dharma, Semarang,
1990. hlm. 10
7
Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, 2008, hlm. 319.

4
pemasyarakatan, terpidana, dan kepada pengadilan yang memutus
perkara tersebut pada tingkat pertama (Pasal 278 KUHAP).
b. Panitera mencatat pelaksanaan tersebut dalam register pengawasan dan
pengamatan. register tersebut wajib dibuat, ditutup dan ditandatangani
oleh panitera setiap hari kerja dan untuk diketahui ditandatangi juga
oleh hakim pengawas dan pengamat (Pasal 279 KUHAP).
c. Hakim pengawas dan pengamat mengadakan pengawasan guna
memperoleh kepastian bahawa putusan pengadilan dilaksanakan
semestinya. Hakim tersebut mengadakan penelitian demi ketetapan
yang bermanfaat bagi pemidanaan , serta pengaruh timbale balik antara
perilaku narapida dan pembinaan narapidana oleh lembaga
pemasyarakatan. Pengamatan tetap dilaksanakan setelah narapidana
selesai menjalani pidananya. Pengawasan dan pengamatan berlaku bagi
pemidanaan bersyarat (Pasal 280 KUHAP).
d. Atas permintaan hakim pengawas dan pengamat, kepala lembaga
pemasyarakatan menyampaikan informasi secara berkala atau
sewaktuwaktu tentang perilaku narapidana tertentu yang ada dalam
pengamatan hakim tersebut (Pasal 281 KUHAP).
e. Hakim dapat membicarakan dengan kepala lembaga pemasyarakatan
tentang cara pembinaan narapidana tertentu. Hasil pengawasan dan
pengamatan dilaporkan oleh hakim pengawas dan pengamat kepada
ketua pengadilan secara berkala (Pasal 282 dan 283 KUHAP).

Selain di dalam UndangUndang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Kitab


Undang-Undang Hukum Acara Pidana, tugas Hakim Pengawas dan Pengamat
juga diatur di dalam Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 7 Tahun 1985
tentang Petunjuk Pelaksanaan Tugas Hakim Pengawas dan Pengamat yaitu:

1) Perincian Pelaksanaan Tugas Hakim Pengawas dan Pengamat


a. Memeriksa dan menandatangani resgister pengawas yang berada di
Kepaniteraan Pengadilan Negeri.

5
b. Mengadakan checking on the spot paling sedikit 3 (tiga) bulan sekali
ke lembaga pemasyarakatan untuk memeriksa kebenaran berita acara
pelaksanaan putusan pengadilan yang ditandatangani oleh Jaksa,
Kepala Lembaga Pemasyarakatan dan terpidana.
c. Mengadakan observasi terhadap keadaan, suasana dan kegiatan yang
berlangsung di dalam lingkungan tembok-tembok lembaga,
khususnya untuk menilai apakah kedaaan lembaga pemasyarakatan
tersebut sudah memenuhipengertian bahwa pemidanaan tidak
dimaksudkan untuk menderitakan dan tidak diperkenankan
merendahkan martabat manusia, serta mengamati dengan mata
kepala sendiri perilaku narapidana yang dijatuhkan kepadanya.
d. Mengadakan wawancara dengan para petugas pemasyarakatan
(terutama para wali pembina narapidananarapidana yang
bersangkutan) mengenai perilaku serta hasil-hasil pembinaan
narapidana, baik kemajuan-kemajuan yang diperoleh maupun
kemundurankemunduran yang terjadi.
e. Mengadakan wawancara langsung dengan para narapidana mengenai
hal ihwal perlakuan terhadap dirinya, hubungan- hubungan
kemanusiaan antara sesame mereka sendiri maupun dengan para
petugas lembaga pemasyarakatan.
f. Menghubungi Kepala Lembaga Pemasyarakatan dan Ketua Dewan
Pembina Pemasyarakatan (DPP), dan juga dipandang perlu juga
menghubungi koordinator pemasyarakatan pada kantor wilayah
Departemen Kehakiman dalam rangka saling tukar menukar saran
pendapat dalam pemecahan suatu masalah.
2) Metode Yang Dilakukan Dalam Melakukan Pengawasan.
Metode yang digunakan dalam melakukan pengawasan dan pengamatan
adalah metode edukatif persuasif yang ditunjang oleh asas kekeluargaan
3) Mekanisme Kerja Hakim Pengawas dan Pengamat.
Mekanisme kerja hakim pengawas dan pengamat harus memenuhi tata
cara yang praktis dan pragmatis. Ia harus mengumpulkan fakta nyata

6
berdasarkan keadaan yang sebenarnya, jauh dari pencampuran opini
subyektif. Hal ini perlu untuk mencegah timbulnya kesimpulan yang
menyesatkan.
4) Ruang Lingkup Tugas Hakim Pengawas dan Pengamat.
Pelaksanaan tugas hakim pengawas dan pengamat hanya ditujukan pada
narapidana (tidak termasuk yang berasal dari putusan pengadilan
militer) yang menjalani pidananya di lembaga pemasyarakatan yang
terdapat dalam daerah hukum pengadilan negeri dimana hakim
pengawas dan pengamat yang bersangkutan bertugas.

2.2 Peranan Hakim Pengawas dan Pengamat Sebelum dan Setelah


Adanya Rancangan Undang-Undang Pemasyarakatan.

Hakim harus mengetahui apakah putusan perampasan kemerdekaan yang


dijatuhkannya itu dilaksanakan dengan baik yang didasarkan pada asas-asas
kemanusiaan serta peri keadilan, terutama dari petugas yang harus melaksanakan
Hakim harus mengetahui apakah putusan perampasan kemerdekaan yang
dijatuhkannya itu dilaksanakan dengan baik yang didasarkan pada asas-asas
kemanusiaan serta peri keadilan, terutama dari petugas yang harus melaksanakan.8

Dengan adanya Pengawasan dan pengamatan tersebut akan lebih


mendekatkan tidak saja dengan Kejaksaan tetapi juga dengan Lembaga
Pemasyarakatan. Pengawasan tersebut menempatkan Pemasyarakatan dalam
rangakaian proses pidana dan memberi tugas pada hakim untuk tidak berakhir
pada saat pengadilan dijatuhkan oleh Hakim.

Berkaitan dengan konsep pemasyarakatan sebagaimana diatur dalam


Undang-undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, dapat dikatakan
belum sinkronnya pelaksanaan pembinaan narapidana dengan konsep yang harus
diterapkan oleh Hakim Pengawas dan Pengamat. Walaupun konsep pelaksanaan
pembinaan narapidana menggunakan konsep pemasyarakatan sebagaimana diatur

8
Moch. Faisal Salam, Hukum Acara Pidana dalam Teori dan Praktek, Mandar Maju,
Bandung, 2001, hlm. 374

7
dalam Undang-undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan namun
dalam pelaksanaan pembinaan dan pembimbingan narapidana masih diwarnai
oleh konsep lama yaitu “konsep kepenjaraan” dimana security approach lebih
dominan dan didukung oleh pendekatan klasifikasi menurut lamanya pidana yang
harus dijalani. Dengan pendekatan yang demikian, narapidana tentu diperlakukan
secara kelompok atau masal, padahal pendekatan yang harus dilakukan oleh
Hakim Pengawas dan Pengamat adalah pendekatan secara individu atau personal
namun sayangnya hal ini belum diatur pula dalam RUU Pemsyarakatan, sehingga
pelaksanaan tugas Hakim Pengawas dan Pengamat tidak optimal.

Selain itu pelaksanaan ketentuan Pasal 280 ayat (3) KUHAP yang
menyatakan “bahwa pengamatan tetap dilaksanakan setelah terpidana selesai
menjalani pidananya” ini sendiri kurang berjalan efektif. Kendala dalam
pelaksanaan Pasal 280 ayat (3) KUHAP adalah setelah narapidana selesai
menjalani pidananya atau keluar dari Lembaga Pemasyarakatan narapidana
tersebut kadang kala pergi kembali ke kota asalnya atau meninggalkan wilayah
Lembaga Pemasyarakan yang sebelumnya ia tempati. Hal ini menjadi kendala
dalam pelaksaan Hakim Pengawas dan Pengamat, sehingga dalam RUU
Pemasyarakatan perlu diatur mengenai kejelasan setelah narapidana keluar dari
Lembaga Pemasyarakatan agar didapat pengawasan apakah narapidana setelah
selesai menjali hukuman diterima oleh masyarakat kembali atau tidak,
sebagaimana tujuan dari pemasyarakatan itu sendiri.

Berdasarkan uraian diatas apabila RUU Pemasyarakatan ini disahkan,


secara yuridis mengenai peran Hakim Pengawas dan Pengamat dalam Lembaga
Pemasyarakatan tidak dapat berjalan efektif. Hal tersebut disebabkan dalam RUU
Pemasyarakatan sendiri masih terdapat ketidaksinkronan peraturan yang diatur
dengan undang-undang lainnya, khususnya yang mengatur mengenai Hakim
Pengawas dan Pengamat, sehingga perlu adanya kajian kembali dalam pembuatan
RUU Pemasyarakatan, agar peran Hakim Pengawas dan Pengamat berjalan secara
optimal.

8
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

1. Mengenai pengaturan Hakim Pengawas dan Pengamat dalam sistem


peradilan di Indonesia telah diatur dalam Pasal 55 Undang-Undang
Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman, Bab XX
KUHAP (Pasal 277 s/d pasal 283) mengenai pengawasan dan
pengamatan pelaksanan putusan Pengadilan, dan juga dalan Surat
Edaran Mahkamah Agung R.I. No. 7 Tahun 1985 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Tugas Hakim Pengawas dan Pengamat.
2. Mengenai peran Hakim Pengawas dan Pengamat dalam Lembaga
Pemasyarakatan belum berjalan secara optimal baik sebelum dan
sesudah adanya RUU Pemasyarakatan, karena masih ada kendala
dalam pelaksanaan tugas Hakim Pengawas dan Pengamat yang belum
diatur dalam RUU Pemasyarakatan.

3.2 SARAN

1. Perlu dibentuknya suatu Undangundang yang secara khusus mengatur


tentang pelaksanaan tugas Hakim Pengawas dan Pengamat, karena
selama ini dalam melaksanakan tuganya hanya berpedoman kepada
KUHAP dan Surat Edaran Mahkamah Agung.
2. Perlu adanya kajian kembali dalam pembuatan RUU Pemasyarakatan,
agar peran Hakim Pengawas dan Pengamat berjalan secara optimal dan
adanya sinkronisasi kedua peraturan tersebut.

9
DAFTAR PUSTAKA

Buku :
Hamzah, A. (2008). Hukum Acara Pidana. Jakarta: Sinar Grafika.
Harahap, Y. (1998). Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP.
Jakarta: Garuda Metropolitan Press.
Poernomo, B. (1982). Pokok-Pokok Hukum Acara Pidana dan Beberapa
Harapan Dalam Pelaksanaan KUHAP. Yogyakarta: Liberty.
Poernomo, B. (1993). Pola Dasar Teori-Asas Umum Hukum Acara Pidana dan
Penegakan Hukum Pidana. Yogyakarta: Liberty.
Salam, M. F. (2001). Hukum Acara Pidana dalam Teori dan Praktek. Bandung:
Mandar Maju.
Sani, A. (1975). Hakim dan Keadilan Hukum. Jakarta: Bulan Bintang.
Sutarto, S. (1990). Sari Hukum Acara Pidana. Semarang: Yayasan Cendikia
Purna Dharma.

Jurnal :
Koesnoe, M. (1996). Kedudukan dan Fungsi Kekuasaan Kehakiman Menurut
UUD 1945. Varia Peradilan tahun XI, No. 129, 100.

Peraturan Perundang-Undangan :
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Kitab Hukum Acara Pidana
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan
Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman
Surat Edaran Mahkamah Agung R.I. No. 7 Tahun 1985 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Tugas Hakim Pengawas dan Pengamat

10

Anda mungkin juga menyukai