Anda di halaman 1dari 19

1814 Varia Hukum

KORUPSI SEBAGAI TINDAK PIDANA KHUSUS DALAM RANCANGAN UNDANG-


UNDANG KUHP
Oleh
Reny Okpirianti
ABSTRAK
Undang-undang Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) yang berada di luar
KUHP walaupun merupakan produk nasional, masih tetap berada dalam
naungan Aturan Umum KUHP (WvS) sebagai sesuatu pohon atau
naungan/bangunan induk, walaupun Aturan Khusus (Tipikor) itu membuat
aturan yang menyimpang dari aturan induk KUHP, namun dalam
perkembangannya UU Khusus (Tipikor) itu tumbuh seperti
tumbuhan/bangunan kecil (liar) yang tidak bersistem/berpola, tidak
konsisten, bermasalah secara yuridis, dan bahkan
menggerogoti/mencabik-cabik sistem bangunan induk. Kondisi demikian
merupakan salah satu alasan yang melatar-belakangi perlunya penataan

Mgosoft PDF Split Merge


ulang keseluruhan bangunan Sistem Hukum Pidana Nasional dalam bentuk
Kodifikasi dan Unifikasi Nasional yang Integral.

Kata Kunci : Tipikor, Kodifikasi, RKUHP.


A. Pendahuluan
Pembaharuan sistem hukum pidana substantive (materiel) yang terdapat dalam
hukum pidana positif di Indonesia (yaitu KUHP dan Undang-undang Khusus di luar
KUHP).1
Keseluruhan peraturan perundang-undangan (statutory rules) yang ada di dalam
KUHP, pada hakekatnya merupakan satu kesatuan sistem hukum pidana atau
pemidanaan yang terdiri dari aturan umum (general rules) dan aturan khusus (special
rules). Aturan Umum terdapat di dalam Buku I KUHP, dan Aturan Khusus terdapat di
luar KUHP.
Perkembangan KUHP dan Hukum Pidana Positif lainnya, bermula KUHP pada
awalnya dipandang sebagai wujud dari kodifikasi dan unifikasi, namun dalam

1 Barda Nawawi Arief, 2012, RUU KUHP BARU, Semarang, Badan Penerbit
UNDIP.hlm.5

Edisi No. XL Tahun XXXI Maret 2019


1815 Varia Hukum

perkembangannya KUHP dipandang tidak lengkap atau tidak dapat menampung


berbagai masalah dan dimensi perkembangan bentuk-bentuk tindak pidana baru.
Kurang sesuai dengan nilai-nilai sosio filosofis, sosio politik dan sosio kultural yang
hidup dalam masyarakat, juga kurang sesuai dengan pemikiran ide dan aspirasi
tuntutan/kebutuhan masyarakat (nasional/internasional), artinya tidak merupakan
sistem hukum pidana yang utuh, karena ada pasal-pasal atau delik yang dicabut. Oleh
karena itu bermunculanlah Undang-undang baru di luar KUHP, yang mengatur delik-
delik khusus dan aturan-aturan khusus.
Undang-undang baru yang berada di luar KUHP walaupun merupakan produk
nasional, masih tetap berada dalam naungan aturan umum KUHP (WvS) sebagai
sistem pohon/naungan/bangunan induk buatan kolonial, atau dengan kata lain, asas-
asas dan dasar-dasar tata hukum pidana dan hukum pidana kolonial masih tetap
bertahan dengan selimut dan wajah Indonesia, walaupun Undang-undang khusus itu
membuat aturan khusus yang menyimpang dari aturan induk KUHP, namun dalam
perkembangannya, Undang-undang khusus itu tumbuh seperti tumbuhan / bangunan

Mgosoft PDF Split Merge


kecil (liar) yang tidak bersistem/berpola, tidak konsisten, bermasalah secara yuridis
dan bahkan menggerogoti/mencabik-cabik sistem bangunan induk. Kondisi demikian
merupakan salah satu alasan yang melatar-belakangi perlunya penataan ulang
keseluruhan bangunan sistem hukum pidana nasional dalam bentuk kodifikasi dan
unifikasi nasional yang integral (WvS +UU Luar KUHP = KUHP Nasional).2
Suatu hal yang nyata, perkembangan kriminalitas dalam masyarakat telah
mendorong lahirnya Undang-undang Tindak Pidana Khusus, yaitu Undang-undang
Hukum Pidana yang ada di luar KUHP. Kedudukan Hukum Pidana Khusus dalam
Sistem Hukum Pidana adalah pelengkap dari Hukum Pidana yang dikodifikasikan dalam
KUHP. Suatu kodifikasi hukum pidana betapapun sempurnanya, pada suatu saat akan
sulit memenuhi hukum dari masyarakat.
Mengapa dalam sistem hukum pidana Indonesia dapat timbul pengaturan
hukum pidana (kebijakan kriminalisasi) khusus atau peraturan tersendiri di luar KUHP ?
Jawabannya, karena KUHP sendiri menyatakan tentang kemungkinan adanya Undang-

2 Lihat “Perkembangan Sistem Pemidanaan di Indonesia’ Bahan Penataran Hukum


Pidana dan Kriminologi ke VII di UBAYA, 2005.

Edisi No. XL Tahun XXXI Maret 2019


1816 Varia Hukum

Undang Pidana di luar KUHP itu, sebagaimana dapat disimpulkan dari ketentuan yang
terdapat dalam Pasal 103 KUHP.
Pasal 103 KUHP mengatakan, ketentuan umum KUHP, kecuali Bab IX
(interpretasi istilah) berlaku juga terhadap perbuatan yang menurut undang-undang dan
peraturan lain diancam dengan pidana, kecuali ditentukan lain oleh undang-undang.
Maksudnya, Pasal 1 sampai dengan Pasal 85 Buku I KUHP tentang Ketentuan
Umum/Asas-asas Umum berlaku juga bagi perbuatan yang diancam dengan pidana
berdasarkan undang-undang atau peraturan di luar KUHP, kecuali undang-undang atau
peraturan itu menyimpang.3
Bertitik tolak dari hal itu, Andi Hamzah berpendapat, di Indonesia dapat timbul
undang-undang tersendiri di luar KUHP karena 2 (dua) faktor yaitu :
1. Adanya ketentuan lain di luar KUHP : Pasal 103 KUHP yang memungkinkan
pemberlakuan ketentuan pidana dan sanksinya terhadap suatu perbuatan
pidana yang menurut undang-undang dan peraturan-peraturan lain di luar
KUHP diancam dengan pidana, kecuali ditentukan lain oleh undang-undang,

Mgosoft PDF Split Merge


dan
2. Adanya Pasal 1 sampai dengan Pasal 85 KUHP (Buku I) tentang Ketentuan
Umum yang memungkinkan penerapan aturan-aturan pidana umum bagi
perbuatan-perbuatan pidana yang ditentukan di luar KUHP, diancam dengan
pidana, kecuali aturan tersebut menyimpang.4
Hanya saja Andi Hamzah menggaris-bawahi hal terpenting untuk diperhatikan,
yaitu penyimpangan-penyimpangan dalam undang-undang atau peraturan khusus
tersebut terhadap ketentuan-ketentuan KUHP. Selebihnya yang tidak menyimpang
dengan sendirinya tetap berlaku ketentuan umum KUHP, berdasarkan asas Lex
Specialis Derogat Legi Generali (ketentuan khusus mengeyampingkan ketentuan
umum). Jadi selama tidak ada ketentuan khusus, berlakulah ketentuan umum itu.5
Tujuan pengaturan terhadap tindak-tindak pidana yang bersifat khusus adalah
untuk mengisi kekurangan ataupun kekosongan hukum yang tidak tercakup
pengaturannya dalam KUHP, namun dengan pengertian bahwa pengaturan itu masih

3 Aziz Syamsuddin, 2011, Tindak Pidana Khusus, Jakarta, Sinar Grafika, hlm.10
4 Andi Hamzah, 2005,Pemberantasan Korupsi : Melalui Hukum Pidana Nasional dan
Internasional Edisi Revisi, Jakarta, Radja Grafindo Persada.
5 Ibid,hlm.11

Edisi No. XL Tahun XXXI Maret 2019


1817 Varia Hukum

tetap dan tetap dan berada dalam batas-batas yang diperkenankan oleh hukum pidana
formil dan materil.
Kendati demikian, ada pengecualian terhadap berlakuya Pasal 103 KUHP, yaitu
:Undang-undang yang lain itu menentukan dengan tegas pengecualian berlakunya
artikel 91 (=Pasal 103 KUHP).
1. Undang-undang lain itu menentukan secara diam-diam pengecualian seluruh
atau sebahagian dari artikel 91 WvS Ned itu. Hal ini sesuai dengan asas lex
specialis derogate lex generalis (aturan khusus menyingkirkan aturan umum).
Dengan kata lain, penerapan ketentuan pidana khusus dimungkinkan
berdasarkan asas lex specialis derogate lex generalis, yang mengisyaratkan bahwa
ketentuan yang bersifat khusus akan lebih diutamakan daripada ketentuan yang bersifat
umum.
Terkait tindak pidana korupsi sebagai Tindak pidana khusus dalam RKUHP
Nasional, dirumuskan agar dapat menjangkau berbagai modus operandi penyimpangan
keuangan negara atau perekonomian negara yang semakin canggih dan rumit, maka

Mgosoft PDF Split Merge


tindak pidana korupsi yang diatur dalam RKUHP dirumuskan sedemikian rupa sehingga
dapat mencakup perbuatan-perbuatan tercela yang menurut rasa keadilan masyarakat
harus dituntut dan dipidana
B. PERTANYAAN PERMASALAHAN
1. Mengapa Tindak Pidana Korupsi Sebagai Tindak Pidana Khusus
dimasukkan dalam RUU KUHP Nasional ?
C. PEMBAHASAN

Politik hukum merupakan kebijakan dari negara melalui badan-badan negara


yang berwenang untuk menetapkan peraturan-peraturan yang dikehendaki dan juga
diperkirakan akan digunakan untuk mengekspresikan apa yang terkandung dalam
masyarakat dan untuk mencapai apa yang dicita-citakan. Politik hukum merupakan
usaha untuk mewujudkan peraturan-peraturan yang baik sesuai dengan keadaan dan
situasi pada suatu waktu.6

6 Sudarto, 1986, Hukum dan Hukum Pidana, Bandung,Alumni,hlm.17

Edisi No. XL Tahun XXXI Maret 2019


1818 Varia Hukum

Politik hukum pidana dalam proses pembaharuan hukum pidana nasional


(criminal law reform) melalui RUU-KUHP, khususnya dalam pembahasan tindak
pidana korupsi.
Rancangan undang-undang KUHP memiliki struktur sebagai berikut :
~Buku I : Terdiri dari 6 (enam) Bab dan 218 Pasal yang merupakan
Ketentuan umum.
~Buku II : Terdiri dari 39 Bab dan 568 Pasal tentang Tindak Pidana
Selanjutnya, terdapat Penjelasan Umum dan Penjelasan Pasal
demi Pasal yang tidak ada dalam KUHP saat ini (WvS).
Secara keseluruhan RUU KUHP terdiri atas 786 Pasal. Sebagai perbandingan
bahwa KUHP saat ini (WvS) terdiri atas 569 Pasal berupa : Buku I yang berisi Aturan
Umum terdiri atas 9 Bab dan103 Pasal. Buku II tentang Kejahatan terdiri atas 31 Bab
dan 385 Pasal. Buku III tentang Pelanggaran terdiri dari atas 9 Bab dan 81 Pasal.
Banyaknya Pasal dalam RUU KUHP bukan berarti terjadinya “overcriminalization” tetapi
akibat apresiasi dan konsilidasi terhadap perkembangan hukum pidana di luar KUHP.

Mgosoft PDF Split Merge


Reformasi hukum pidana dilakukan melalui langkah ‘rekodifikasi terbuka” yang
bersifat sistemik, bukan melalui pembaruan yang bersifat pragmentasi/tambal sulam
(seperti lappe dekken atau semacam kain perca, sebagaimana yang terjadi dalam
perkembangan hukum pidana pasca kemerdekaan.
Perombakan Buku II yang berisi perumusan tindak pidana sarat dengan asas-
asas yang berkaitan dengan 3 (tiga) permasalahan pokok hukum pidana yang sangat
strategis dalam suatu kodifikasi (terbuka).
Harus diingat bahwa KUHP (WvS) Indonesia merupakan turunan (copy) KUHP
Belanda 1886 dan berlaku di Indonesia berdasarkan S.1985 No. 732 sejak 01 Januari
1908.
Pengaruh kolonial yang terjadi melalui asas konkordansi, doktrin dan
yurisprudensi Belanda sudah diusahakan mulai dinetralisasikan (disesuaikan dengan
kondisi Indonesia sebagai negara merdeka) melalui Pasal II Aturan Peralihan UUD
1945 dan UU No. 1 Tahun 1946 jo. UU No. 73 Tahun 1958.
Perkembangan basis yuridis filosofis yang berkeIndonesiaan dalam proses
dekolonialisasi KUHP mendatang, tidak akan mengesampingkan perkembangan hukum
pidana yang bersifat global yang disepakati oleh bangsa-bangsa beradab di dunia,

Edisi No. XL Tahun XXXI Maret 2019


1819 Varia Hukum

dalam berbagai traktat dan konvensi internasional, di samping keharusan untuk


menyesuaikan diri terhadap perkembangan dari kondisi sosial politik partikularistik yang
bersifat nasional. Adaptasi terhadap perkembangan global dilakukan melalui ratifikasi
konvensi-konvensi internasional dan harmonisasi hukum.
Prinsip rekodifikasi sebagai warisan Eropah Kontinental (Civil Law System)
tetap dipertahankan dan kedudukan Buku I (Ketentuan Umum) yang memuat asas-asas
hukum pidana (strafrecht beginselen) sangat strategis untuk dimantapkan. Pasal
jembatan semacam Pasal 103 KUHP (Pasal 218 RUU KUHP) mencerminkan sifat
kodifikasi dan akan menjaga agar KUHP tetap menjadi suatu sistem terpadu.7
Pembahasan materi Buku I (Ketentuan Umum) yang memuat asas-asas hukum
pidana (strafrecht beginselen) sangat strategis untuk dimantapkan. Pasal “jembatan”
semacam Pasal 103 KUHP (Pasal 218 RUU KUHP) mencerminkan sifat kodifikasi
terbuka, yang dikemudian hari tetap memungkinkan adanya perkembangan hukum
pidana di luar kodifikasi dan akan menjaga agar KUHP tetap menjadi sistem yang
terpadu.

Mgosoft PDF Split Merge


Pembahasan Materi Buku I (Ketentuan Umum) yang memuat asas-asas hukum
pidana (strafrechts beginselen criminal law begenselen) dilakukan secara sangat
mendalam dan didahulukan karena akan menjamin KUHP mendatang sebagai satu
kesatuan “sistem” dengan “karakteristik” : purposive behavior, wholism, interellated,
openness value transformation and control mechanism”, Hal tersebut akan
memengaruhi Buku II (tindak pdana) dan juga pengaturan hukum pidana di luar KUHP
mendatang.8
Perkembangan baru hukum pidana di luar KUHP yang bersifat global dengan
alasan merupakan “extra ordinary crimes” dengan beberapa penyimpangan dari asas-
asas umum KUHP dan disertai dengan hukum acara pidana khusus misalnya, Tindak
Pidana Korupsi dengan Lembaga-lembaga yang bersifat khusus disertai keistimewaan
kewenangan dalam menjalankan tugasnya seperti Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK), Badan Nasional Narkotika, Pusat Pelaporan Analisis Transaksi Keuangan
(PPATK), dan Komisi Nasional Hak Asasai Manusia (KOMNAS HAM). Beberapa
kemungkinan yang bisa dipilih adalah alternatif pertama, hukum materielnya tetap diatur

7 Muladi, 2016, Kompleksitas Perkembangan Tindak Pidana dan Kebijakan Kriminal,


Alumni, hlm.84
8 Ibid, hlm.85

Edisi No. XL Tahun XXXI Maret 2019


1820 Varia Hukum

di dalam kodifikasi (KUHP) yang disesuaikan dengan perkembangan konvensi


internasional (misalnya ; untuk tindak pidana korupsi dengan UNCAC) : segala
permasalahan yang timbul (baik sinkronisasi vertikal maupun horizontal dengan
perundang-undangan lain) akan diselesaikan melalui suatu Aturan Peralihan yang
secara komperhensif dan khusus akan diatur dalam Undang-Undang tentang
“Pemberlakuan KUHP”. Untuk kesiapan kemungkinan perkembangan baru di kemudian
hari, pasal semacam Pasal 103 KUHP (Pasal 218 RUU KUHP) merupakan jalan
keluar, alternatif kedua : berbagai tindak pidana tersebut tetap diatur di luar
kodifikasi/KUHP dengan beberapa perubahan dengan tetap memerhatikan rambu-
rambu yag merupakan “the limiting principle” Buku I KUHP yang kemungkinan secara
fundamental ada yang tidak dapat disimpangi.9 Kembali ke pokok permasalahan,
Berawal dari Rapat Panitia Kerja (Panja) Rancangan KUHP Nasional menyepakati
Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) dalam KUHP. Lalu timbul pertanyaan ? Pasal korupsi
dalam Rancangan KUHP masih rawan masalah ?
DPR berencana mengambil jalan tengah terkait pengaturan pidana korupsi

Mgosoft PDF Split Merge


dalam Rancangan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), caranya yakni
membuat Bab Baru tentang Tindak Pidana Khusus. Namun meski tidak memboyong
semua pasal dalam UU tindak pidana korupsi ke dalam Bab Tindak Pidana Khusus
tersebut, potensi dinilai masih tetap ada. Hal ini akan menimbulkan problem pada
tingkat implementasi.10
Rencana Pemerintah dan DPR melakukan kodifikasi UU Tipikor perlu
dipertimbangkan lagi. Kodifikasi artinya suatu pengaturan korupsi ada dalam 2 (dua)
undang-undang. Saat ini aturan mengenai tindak pidana korupsi sudah diatur dalam
Undang-undang No. 20 Than 2001 tentang Perubahan UU No. 31 Tahun 1999.
Artinya dengan memasukkan pidana korupsi ke dalam KUHP, maka akan terdapat 2
(dua) aturan yang mengatur tentang tindak pidana korupsi.
Hal ini perlu diperhatikan dengan seksama lantaran ada 2 (dua) Ketentuan
Peralihan dalam rezim hukum pidana di Indonesia. “Jika dalam satu kasus diatur dalam
2 (dua) undang-undang yang sama, maka akan diberlakukan pidana yang paling
meringankan bagi terdakwa”.

9 Ibid,hlm.86
10 Kompas.com, Pasal Korupsi dalam Rancangan KUHP Dinilai Masih Rawan
Masalah, Jakarta, Rabu 01 Februari 2018. Diakses tanggal 24 Januari 2019.

Edisi No. XL Tahun XXXI Maret 2019


1821 Varia Hukum

Di dalam RUU KUHP Nasional, DPR membuat Bab Baru yakni Tindak Pidana
Khusus, bab yang menjadi Brigding elemen antara KUHP dengan UU Sektoral,
Rancangan UU hanya mengambil 2 (dua) atau 3 (tiga) Pasal setiap UU yang terkait
dengan tindak pidana khusus, termasuk UU Tipikor. Pasal-pasal tindak pidana khusus
yang masuk ke RKUHP yaitu pasal-pasal yang dianggap “core crime” inti dari tindak
pidana tersebut.
Korupsi misalnya, Pasal 2 dan 3 UU Tipikor, hal tersebut tidak hanya terjadi di
UU Tipikor, UU Narkotika dan UU Sektoral lainnya diperlakukan serupa.11
Penempatan dalam Bab tersendiri sebagai Tindak Pidana Khusus didasarkan
pada karakteristik khusus yang melekat, yaitu :
a. Dampak viktimisasinya besar
b. Sering bersifat transnasional terorganisasi
c. Pengaturan acara pidananya bersifat khusus
d. Sering menyimpang dari asas-asas umum hukum pidana
materiel

Mgosoft PDF Split Merge


e. Adanya Lembaga-lembaga pendukung penegakan hukum
yang bersifat khusus dengan kewenangan khusus.
f. Didukung oleh Konvensi Internasional
g. Merupakan “super mala perse” dan besarnya “people
condemnation”
Atas dasar karakter tersebut, yang dimasukkan dalam
Tindak Pidana Khusus adalah :
1. Tindak Pidana HAM berat terhadap HAM berat
2. Tindak Pidana Terrorisme
3. Tindak Pidana Korupsi
4. Tindak Pidana Pencucian Uang
5. Tindak Pidana Narkotika dan Psikotropika12
Pemberantasan korupsi terancam kembali jika RUU KUHP disahkan. Karena
jika delik korupsi dimasukkan dalam KUHP, maka hanya kejaksaan dan Kepolisian yang

11 Ibid.
12 Detik.com.ini Pasal soal korupsi di Naskah Akademik RKUHP yang Konteroversial,
05 Juni 2018. Diakses tanggal 25 Januari 2019.

Edisi No. XL Tahun XXXI Maret 2019


1822 Varia Hukum

dapat menangani kasus korupsi. Pada akhrinya KPK hanya akan menjadi Komisi
Pencegahan Korupsi (ICW).
Menangani hal tersebut Pemerintah menegaskan bahwa kewenangan KPK tidak
berkurang meski RKUHP disahkan. Ada Pasal yang menegaskan hal tersebut.
RKUHP menegaskan dalam Pasal 729 bahwa pada saat UU ini mulai berlaku,
ketentuan bab tindak pidana khusus dalam UU ini tetap dilaksanakan berdasarkan
kewenangan Lembaga yang telah diatur dalam Undang-undang masing-masing.
Artinya, semua UU Tindak Pidana Khusus masih berlaku, termasuk kewenangan
lembaganya.13
Di sisi lain, KPK berpendapat bahwa: Memasukkan Pasal Tipikor di RUU KUHP
adalah langkah mundur. Karena di KUHP ancaman pidana (korupsi) lebih ringan dan
ada keringanan hukuman untuk perbuatan-perbuatan percobaan sehingga dapat
membawa Indonesia berjalan mundur dalam pemberantasan tindak pidana korupsi.14
Lebih lanjut KPK mengirimkan sejumlah surat kepada Presiden meminta untuk
mengeluarkan delik korupsi dari RKUHP, KPK menganggap masuknya delik itu akan

Mgosoft PDF Split Merge


melemahkan upaya pemberantasan korupsi.
Dalam salah satu surat KPK kepada Pemerintah (Presiden) bertanggal 04
Januari 2017, ada 10 (sepuluh) point yang menjadi alasan KPK menolak masuknya
delik korupsi dalam RKUHP, antara lain :
1. KPK keberatan terhadap RKUHP, yang pada pokoknya keberatan
dimasukkannya delik korupsi ke dalam RKUHP.
2. KPK menilai proyek kodifikasi melalui RUU KUHP berpotensi
mengabaikan sejumlah aturan seperti Ketetapan MPR tentang
Penyelenggaraan Negara yang Bebas KKN, Putusan Mahkamah
Konstitusi dan melanggar Konvensi PBB tentang Pemberantasan Korupsi
Tahun 2003, yang diratifikasi Indonesia. Kedua peraturan itu
menegaskan Indonesia harus memiliki Lembaga khusus anti korupsi yang
pelaksanaannya diatur secara khusus dalam UU Tindak Pidana Korupsi.
3. Sejarah dunia dari Indonesia telah membuktikan bahwa kejahatan korupsi
merupakan kejahatan luar biasa yang dapat menyebabkan ambruknya

13 DetikNews, Senin 04 Juni 2018. Diakses tanggal 25 Januari 2019.


14 http://tirto.id.KPK Memasukkan Pasal TIpikor di RUU KUHP adalah Langkah
Mundur, 31 Mei 2018.Diakses tanggal 26 Januari 2019

Edisi No. XL Tahun XXXI Maret 2019


1823 Varia Hukum

sistem ekonomi negara dan mengganggu kesejahteraan masyarakat.


Krisis moneter telah menunjukkan itu pada Indonesia. Peraturan itu
kemudian melahirkan Ketetapan MPR Tahun 1998 tentang
Penyelenggaraan Negara Bebas KKN dan itu menjadi salah satu
landasan pembentukan KPK serta UU Tipikor.
4. UU Tipikor mengatur 13 (tiga belas) jenis Tindak Pidana, mulai dari
korupsi yang berkaitan dengan kerugian negara hingga merintangi proses
hukum pelaku korupsi, 13 (tiga belas) jenis tindak pidana itu berdiri
sendiri dan tidak bisa dikategorikan dalam core crime (Tindak pidana
pokok) bila diintegrasikan dalam Rancangan KUHP.
5. Undang-Undang Tipikor yang menjadi landasan KPK bertindak memiliki
10 (sepuluh) kelebihan dibandingkan tindak pidana lain. Kelebihan UU
Tipikor membuat KPK dapat menjerat seluruh pelaku Tindak Pidana
Korupsi, berbagai kelebihan Undang-Undang Tipikor antara lain, tidak
dihapuskannya hukum pidana bagi pelaku yang mengembalikan duit

Mgosoft PDF Split Merge


korupsi. KPK bisa menjerat korporasi yang melakukan korupsi dari sistem
pembuktian terbalik dalam Tindak Pidana Pencucian Uang.
6. KPK menyatakan upaya kodifikasi terhadap ketentuan pidana lain
termasuk korupsi ke dalam Rancangan KUHP terinspirasi dari aturan
sampai yang diterapkan di Belanda. Namun KPK meminta Pemerintah
dan DPR juga dapat membandingkan kondisi korupsi di Negara Belanda
di Indonesia “apakah perundang-undangan dan masih akan Negara
Belanda dijadikan tolak ukur”.
7. Suatu tindak pidana yang masih dalam kodifikasi akan sulit diamandemen
dan selalu ketinggalan zaman. Bentuk kejahatan yang terus berkembang
membuat norma hukum yang dikodifikasi tidak mampu menjangkau
bentuk kejahatan baru, hal ini menurut KPK bebeda dengan KUHP di
Belanda yang secara berkala di revisi.
8. KPK menyatakan sedang terjadi trend menarik, mengenai pembentukan
Lembaga khusus anti korupsi yang diatur secara dalam konstitusi. KPK
mencatat ada 30 (tiga puluh) negara yang saat ini sudah melakukan itu.

Edisi No. XL Tahun XXXI Maret 2019


1824 Varia Hukum

9. KPK menganggap memasukkan delik korupsi dalam RKUHP


bertentangan dengan praktik hukum dan kebutuhan negara. Memasukkan
delik korupsi sama saja menginginkan komitmen Bersama yang
memandang Indonesia mengalami darurat korupsi.
10. KPK mempertanyakan apakah Pemerintah dan DPR melakukan studi
banding ke luar negeri saat berencana memasukkan tindak pidana
korupsi ke dalam RKUHP. KPK juga bertanya apakah keputusan ini
sudah melalui pengkajian ilmiah, jika tidak KPK menilai itu sangat
beresiko memasukkan tindak pidana khusus dalam RKUHP akan
menghilangkan determinasi dalam implementasi peraturan itu.15
Indonesia Corruption Watch (ICW) pun menolak masuknya delik pidana korupsi
masuk dalam RUU KUHP yang terjadi dan digodok DPR-Pemerintah. ICW menilai
kewenangan KPK dalam penindakan korupsi tergerus.
ICW mencatat setidaknya 3 (tiga) ancaman serius bagi upaya pemberantasan
korupsi, jika mencermati ketentuan dari ketentuan delik korupsi yang diatur dalam

Mgosoft PDF Split Merge


Rancangan Undang-Undang Hukum Pidana (RUU-KUHP) (versi 02 Februari 2018) :
Pertama memangkas kewenangan penindakan dan penuntutan Komisi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (KPK). ICW menyebut delik tersebut termaktub
dalam Pasal 687-696, oleh sebab itu ICW memandang KPK hanya bertugas sebagai
Komisi Pencegahan Korupsi. Kewajiban KPK dalam penyelidikan, penyidikan dan
penuntutan disebut akan berpindah ke kepolisian dan kejaksaan.
Jika Delik korupsi akan dimasukkan dalam RKUHP, maka kewajiban melakukan
penyelidikan, penyidikan dalam kasus korupsi nantinya akan beralih ke kejaksaan dan
kepolisian karena kedua instansi ini dapat menangani kasus korupsi yang diatur selain
dalam Undang-undang Tipikor.
Sebab ICW memberikan petisi di laman change.org. dalam rangka mendukung
agar pasal-pasal mengenai TPK (Tipikor) dicabut dalam Rancangan KUHP, pasalnya
mereka menilai pasal-pasal tipikor itu bisa mengancam eksistensi KPK.
ICW menyebut setidaknya ada 2 (dua) alasan RKUHP tersebut membahayakan
KPK , antara lain :

15 Dari nasional.tempo.co.Jakarta, 30 Mei 2018.Diakses tanggal 29 Januari 2019.

Edisi No. XL Tahun XXXI Maret 2019


1825 Varia Hukum

1. KPK terancam tidak bisa lagi melakukan penyelidikan, penyidikan dan


penuntutan terkait kasus tipikor, apabila RKUHP disahkan. Dalam petisi itu
disebutkan kewenangan KPK tercantum dalam undang-undang KPK yang
secara spesifik menyebutkan, bahwa KPK berwenang menindak tindak
pidana korupsi yang diatur dalam Undang-undang Tipikor (dan bukan
dalam RKUHP). Jika delik korupsi dimasukkan dalam RKUHP, maka hanya
kejaksaan dan kepolisian yang dapat menangani kasus korupsi, pada
akhirnya KPK hanya akan menjadi Komisi Pencegahan Korupsi.
Tidak hanya KPK, akan tetapi Pengadilan Tipikor pun terancam
keberadaannya. Selama ini pengadilan Tipikor hanya memeriksa dan
mengadili kejahatan yang diatur dalam Undang-undang Tipikor, maka jika
RKUHP disahkan kejahatan korupsi akan kembali diperiksa dan diadili
Pengadilan Negeri. Sudah menjadi rahasia umum bahwa pada masa lalu,
pengadilan negeri kerap memberikan vonis ringan bahkan tidak jarang
membebaskan pelaku.

Mgosoft PDF Split Merge


2. Rancangan KUHP untungkan Koruptor, dalam petisi itu disebutkan
ancaman pidana penjara dan denda bagi koruptor dalam RKUHP lebih
pendek dan ketentuan yang diatur dalam Undang-undang Tipikor lebih
ironis adalah koruptor yang di proses secara hukum dan dihukum bersalah
tidak diwajibkan mengembalikan hasil korupsinya kepada negara, karena
Rancangan KUHP tidak mengatur hal ini selama itu pelaku korupsi cukup
mengembalikan kerugian keuangan negara agar tidak diproses oleh
penegak hukum.16
Polemik mengenai pasal Tipikor di RKUHP sebenarnya sudah mencuat sejak
tahun 2014 silam. Pada tahun itu, ahli hukum senior J.E. Sahetapy pernah mendesak
delik korupsi dikeluarkan dari Rancangan KUHP. Menurutnya hingga saat itu Lembaga
yang memiliki kinerja baik dalam pemberantasan korupsi hanya KPK.
Berdasarkan draft RKUHP, Pasal Tipikor masuk Bagian Ketiga tentang Tindak
Pidana Korupsi. Bagian itu memuat 9 (Sembilan) Pasal, yakni Pasal 687-696.

16 Lalola Easter,(peneliti hukum ICW),Detiknews, Jakarta, 02 Februari 2018).Diakses


tanggal 27 Januari 2019.

Edisi No. XL Tahun XXXI Maret 2019


1826 Varia Hukum

Laode Muhammad Syarif menjelaskan persoalan yang bisa muncul akibat


pasal-pasal tipikor masuk KUHP. Antara lain :
1. Pasal Tipikor dalam RKUHP memunculkan soal nasib kewenangan KPK
usai UU itu disahkan, sebab RKUHP belum memuat penjelasan mengenai
kewenangan KPK dalam pemberantasan korupsi. (apabila pasal tipikor
masuk dalam KUHP UU KPK apakah masih berlaku, Apakah bisa KPK
menyelidik, menyidik dan menuntut kasus-kasus korupsi, karena itu bukan
UU Tipikor lagi tetapi UU dalam KUHP).17
2. Di dalam Rancangan KUHP diwacanakan ada aturan-aturan baru yang
diadopsi dari United Nations Convention Against Corruption (UNCAC),
misalnya korupsi di sektor swasta. Hal ini memunculkan pertanyaan
pertanyaan mengenai bagaimana kewenagan KPK dalam mengusut korupsi
di sektor swata, sementara di negara lain, seperti Malaysia dan Singapura,
Lembaga sejenis KPK sudah diberi kewenangan untuk mengusut korupsi di
sektor swasta.

Mgosoft PDF Split Merge


3. Dalam Rancangan KUHP belum ada aturan tentang tindak pidana
tambahan berupa pembayaran uang pengganti. (padahal ini penting
karena kalau pidana denda itu biasanya terlalu sedikit).
4. Ketentuan di RKUHP yang mengatur pengurangan ancaman pidana
sebesar 1/3 terhadap percobaan, pembantuan dan permufakatan jahat
tindak pidana korupsi, di Undang-undang Tipikor dianggap sama saja
melakukan percobaan dengan melakukan tindak pidana korupsi).
5. Beberapa tindak pidana korupsi yang sudah diatur dalam Undang-Undang
Tipikor Justru masuk dalam Bab Tindak Pidana Umum di Rancangan
KUHP. (kalau masuk dalam tindak pidna umum berarti relevansi KPK
sebagai Lembaga khusus dipertanyakan lagi. Bisa menimbulkan kendala
hukum yang akan lebih susah untuk diselesaikan.18
Peneliti Masyarakat Pemantau Peradilan Indonesia (Mappi FH-UI) Adery
Ardhan Saputra, mengungkapkan : menentukan masuknya ketentuan tindak pidana
korupsi (Tipikor) dalam Rancangan KUHP berpotensi memberikan praktik transaksional

17 “Alasan Pasal Tipikor Ditolak”, Antara, Rabu, 30 Mei 2018.


18 Ibid

Edisi No. XL Tahun XXXI Maret 2019


1827 Varia Hukum

atau korupsi dagang pasal, hal itu terjadi karena terdapat perbedaan ancaman pidana
dan sanksi denda kasus korupsi dalam Rancangan KUHP dengan ketentuan yang diatur
di dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tipikor.
Ada perbedaan dalam ancaman hukumannnya, secara hukum implementasinya pasal-
pasal itu berpotensi transaksional.19
Dalam Pasal 687 Rancangan KUHP, “Seseorang yang secara melawan hukum
melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang
merugikan keuangan negara diancam pidana minimal 2 (dua) tahun dan maksimal 20
(dua puluh) tahun dengan denda minimal 10 (sepuluh) juta hingga maksimal 2 (dua)
miliar rupiah”.
Sedangkan delik yang sama dalam Pasal 2 Undang-Undang Tipikor ancaman
pidana penjaranya minimal 4 (empat) tahun dan maksimal 20 (dua puluh) tahun selain
itu diatur pidana denda minimal 200 (dua ratus juta) dan maksimal 1 (satu) miliar
rupiah.
Perbedaan pidana dan denda juga terdapat dalam Pasal 688 Rancangan KUHP

Mgosoft PDF Split Merge


dengan Pasal 3 Tipikor. Selain itu Rancangan KUHP tidak mengatur secara tegas
aturan mana yang akan digunakan oleh aparat penegak hukum dalam menangani kasus
korupsi.
Pasal 729 yang menyebut Ketentuan Bab tentang tindak pidana khusus
(Tipikor) dalam Rancangan KUHP tetap dilaksanakan berdasarkan kewenangan
Lembaga yang telah diatur dalam undang-undang masyarakat negara.
Di sisi lain Pasal 723 Rancangan KUHP mengatur setelah KUHP berlaku maka Buku
kesatu yang memuat ketentuan Aturan Pidana menjadi dasar bagi ketentuan-ketentuan
pidana lain di luar KUHP.
Bila melihat polemik di atas, kekhawatiran KPK sangat mungkin terjadi, sebab akan
nada perbedaan pendapat mana yang masuk pidana umum dan mana yang masuk
pidana khusus, sangat mungkin terjadi, karena ketika memaknai hukum umum itu
dianggap sebagai kejahatan umum, maka sifat kekhususannya bisa hilang.
Dilain pihak Tim Perumus RKUHP soal penolakan pasal Tipikor membantah,
sebagaimana dikatakan Eddy Hiariej, tidak ada masalah serius akibat RKUHP memuat

19 Adery Ardhan Saputra, Ketentuan Tipikor dalam RKUHP Berpotensi Timbulkan


Korupsi Dagang Pasal, (Diskusi di Kantor ICW,Jakarta Selatan Tanggal 10 Juni 2018.

Edisi No. XL Tahun XXXI Maret 2019


1828 Varia Hukum

pasal-pasal Tipikor, karena kejahatan yang di atur dalam KUHP juga di atur dalam
Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (UU Tipikor) dalam praktek
selama ini, tidak pernah menimbulkan kebingungan.20
Pakar hukum UGM Eddy Hiariej mencatat Undang-Undang Tipikor memuat 30 (tiga
puluh) perbuatan yang masuk kategori tindak pidana korupsi. Eddy Hiariej berpendapat
30 (tiga puluh) perbuatan itu bisa dikelompokkan dalam 7 (tujuh) jenis yang termasuk
core crime atau pidana pokok, sedangkan Rancangan KUHP hanya memuat 7 (tujuh)
pidana pokok itu.
Lebih lanjut dikatakan Eddy Hiariej, “Tidak mungkin ada specialis kalau tidak
ada generalis, jadi generalisnya itu ada di dalam core crimenya itu, ada specialis itu
Undang-Undang yang sudah ada (UU Tipikor)”. Jadi tidak akan mengganggu dan tidak
akan mengurangi kewenangan KPK.21
Pakar Hukum Universitas Indonesia Harkristuti Harkrisnowo berpendapat :
adanya Pasal 211 RUU KUHP, maka terbuka peluang untuk mengatur lex specialis di
luar KUHP. Pasal ini mematahkan argumentasi bahwa kelak dengan berlakunya UU ini,

Mgosoft PDF Split Merge


maka UU pidana di luar KUHP menjadi hilang. Justru kelak setelah Rancangan UU ini
diberlakukan sebagai lex generalis atau ketentuan umum, maka eksistensi UU hukum
pidana khusus yang berperan sebagai lex specialis tetap diakui.22
Melihat polemik di atas, maka penyusunan RUU KUHP harus duduk Bersama
dengan pihak lain termasuk KPK untuk membahas persoalan itu. Dengan begitu
diharapkan tidak ada lagi perbedaan tentang posisi tindak pidana korupsi dalam
undang-undang.
Undang-undang itu adalah kesepakatan antara Presiden dan DPR yang
mewakili aspirasi publik di dalamnya, walaupun itu milik Presiden dan DPR tetapi
mereka tidak bisa mengabaikan aspirasi rakyat, artinya tetap harus ada masukan dan
ide dari rakyat yang diwakilinya.

20 Eddy Hiariej, “Tidak Ada Masalah Serius Akibat RKUHP Memuat Pasal-pasal
Tipikor”, Antara, Rabu, 06 Juni 2018
21 Ibid.
22 Harkristuti Harkrisnowo, 2014, “KPK tidak usah Galau’ dalam Buku Seminar
RKUHP Bidang Studi Hukum Pidana, FH-UI, hlm.58

Edisi No. XL Tahun XXXI Maret 2019


1829 Varia Hukum

Apalagi ada beberapa Pasal KUHP yang tetap diadopsi dalam RUU KUHP
harus diperbaiki karena dianggap bertentangan dengan UUD NRI Tahun 1945, yakni
dengan melakukan beberapa pendekatan pembaruan hukum pidana antara lain :
1. Pendekatan Evolusioner : melalui amandemen pasal
2. Pendekatan Semi-Global : melalui pengaturan tindak pidana khusus di luar
KUHP, sebagai alternatif pengaturan kejahatan luar biasa. Alternatif lain
dilakukan secara partial, dan hukum materielnya di atur dalam struktur
kodifikasi, sedangkan hal-hal yang bersifat kekhususan berdasarkan asas
“Lex Specialis Derogar Lex Generali” di atur di luar KUHP dengan Undang-
undang pemberlakuan KUHP sebagai Aturan Peralihan yang komperhensif.
3. Pendekatan Kompromi, dengan memasukkan suatu Bab Baru dalam KUHP
akibat Ratifikasi Konvensi Internasional, atau karena keharusan dilakukannya
restrukturisasi KUHP akibat perkembangan baru dalam masalah kepentingan
hukum baru yang aktual atau sensitif atau atas dasar evaluasi doktrin.
Contoh: Pemilahan antara Tindak Pidana Jabatan dan Tindak Pidana

Mgosoft PDF Split Merge


Korupsi.
4. Pendekatan Komplementer : dengan mendaya-gunakan sanksi pidana untuk
mendukung sanksi administratif (Administrative Penal Law).
5. Pendekatan Antisipatif : dilakukan dengan mengatur hal-hal atau tindak
pidana yang secara universal dibutuhkan atau sangat dikeluhkan
masyarakat. Contoh Kejahatan terhadap HAM (Bab IX RKUHP), sekalipun
Statuta Roma belum diratifikasi, beberapa ketentuan yang terkandung di
dalamnya yang antara lain juga telah diatur dalam UU No.26 Tahun 2000
sudah masuk dalm RUU KUHP.
6. Pendekatan Sinkronisasi Vertikal, akibat permohonan “Yudicial Review” ke
Mahkamah Konstitusi (MK) antara lain : terhadap Pasal 335 KUHP tentang
frase “Perbuatan Tidak Menyenangkan”.23
D. Kesimpulan
1. Dengan mengajukan RUU KUHP kepada DPR, Pemerintah telah
menunjukkan secara tegas bahwa politik hukum pidana yang dianut
dalam tindak pidana di masa depan adalah melalui kodifikasi.24

23 Muladi dan Diah Sulistyani RS, 2016, Op Cit, hlm.88

Edisi No. XL Tahun XXXI Maret 2019


1830 Varia Hukum

2. Bagi Pemerintah bersama DPR, Dalam memilih delik-delik yang ada


dalam undang-undang khusus, untuk dimasukkan dalam RUU-KUHP,
konsep kodifikasi mendasarkan pada kriteria tindak pidana yang bersifat
umum (generic crime/independent crime).25
3. Pengaturan hukum pidana ke dalam suatu kodifkasi tidaklah berarti
bahwa ke depan tidak akan ada lagi ketentuan hukum pidana khusus.
Bagi suatu negara kesejahteraan seperti Indonesia adanya ketentuan
hukum pidana khusus merupakan suatu keniscayaan.26
4. Pemerintah dengan politik hukum pidananya sekarang memasukkan
pengaturan berbagai tindak pidana khusus ke dalam RUU KUHP, agar
ada satu sistem hukum pidana (hukum pidana materiel, hukum pidana
formil, hukum pelaksanaan pidana) yang berlaku bagi semua tindak
pidana.
E. Saran
1. RUU KUHP adalah langkah penting dalam pembaharuan dalam hukum

Mgosoft PDF Split Merge


pidana, kemajuan ilmu pengetahuan dan tehnologi yang menimbulkan
dampak samping berupa tindak pidana baru
2. Perubahan dilakukan melalui peraturan perundang-undangan yang secara
langsung merubah pasal-pasal yang ada dalam KUHP atau melalui
Undang-undang yang mengatur tindak Pidana Khusus
3. Pengkavlingan hukum pidana yang terlalu ketat, kurang memperhatikan
politik pembentukan pidana, terjadinya duplikasi norma hukum antara
norma hukum pidana dalam KUHP dengan Norma hukum pidana di luar
KUHP.
4. Keseluruhan peraturan tersebut, merupakan peraturan yang murni yang
mengatur tentang tindak pidana yang seharusnya diatur dengan cara
mengamandemen KUHP, namun kebutuhan khusus penegakan

24 Naskah Akademik RUU-KUHP menyebutkan Tentang Seolah-olah Adanya Dualisme


Hukum Pidana di Indonesia, Karena Banyaknya UU di Luar KUHP yang Memiliki Sanksi Pidana
yang Membentuk Sistem Tersendiri pula. Periksa Naskah Akademik RKUHP, hlm.2-5
25 Muladi, sebagaimana dikutip Yance Arizona, 2006,Pengaturan Tindak Pidana
Adminstrasi dalam RKUHP, hlm.15
26 Lihat Alenia KE IV Pembukaan UUD 45

Edisi No. XL Tahun XXXI Maret 2019


1831 Varia Hukum

hukumnya, menjadi pembenaran bagi pengaturan berbagai tindak pidana


tersebut ke dalam UU tersendiri sebagai hukum pidana khusus.27

DAFTAR PUSTAKA
Buku-buku :
Andi Hamzah, 2005, Pemberantasan Korupsi Melalui Hukum Pidana Nasional dan
Internasional, Jakarta Radja Grafindo Persada.
Aziz Syamsudin, 2011, Tindak Pidana Khusus, Jakarta, Sinar Grafika.
Barda Nawawi Arief, 2012, RUU KUHP Baru, Semarang, Badan Penerbit UNDIP.
Muladi dan Diah Sulistyani, RS, 2006, Kompeksitas Perkembangan Tindak Pidana dan
Kebijakan Kriminal
--------, 2006, Pengaturan Tindak Pidana Adminstrasi dalam RKUHP Nasional
Sudarto, 1986, Hukum dan Hukum Pidana, Bandung, Alumni.

Perundang-undangan :

Mgosoft PDF Split Merge


UUD Tahun 1945
RKUHP Nasional
Naskah Akademik RKUHP
Bahan Seminar/penataran, makalah, Koran, dll :
Adhery Ardhan Saputra, Ketentuan Tipikor dalam KUHP Berpotensi Timbulkan Korupsi
Dagang pasal, (Bahan Diskusi di Kantor ICW Jakarta Selatan tanggal 10 Juni
2018)
“Alasan Pasal Tipikor Ditolak” Antara, Rabu 30 Mei 2018
Bahan Penataran Hukum Pidana dan Kriminologi, ke-VII di Ubaya, 2005.
Eddy Hiariej, “Tidak Ada Masalah Serius Akibat RKUHP Memuat Pasal-pasal Tipikor.
Antara, Rabu 06 Juni 2018.
Harkristuti Harkrisnowo, 2014, “KPK Tidak Usah Galau”, (dalam Buku Seminar RKUHP
Bidang Studi Hukum Pidana, FH-UI).
Lalola Easter (Peneliti Hukum ICW), Detiknews, Jakarta, 02 Februari, 2018.
Media Elektronik :

27 Naskah Akademik RKUHP Justru Berpandangan UU inilah yang Merupakan Hukum


Pidana Khusus, Lihat Naskah Akademik RKUHP, hlm.2

Edisi No. XL Tahun XXXI Maret 2019


1832 Varia Hukum

Detik.com.Ini Pasal-pasal korupsi di Naskah Akademik yang karakteristik,tanggal 05


Juni 2018
Detik News, Senin 04 Juni 2018
http://tirto.id.kpk, Memasukkan Pasal Tipikor di RUU adalah Langkah Mundur, 31Mei
2018.
Kompas.com. Pasal Korupsi di Dalam RKUHP Dinilai Masih Rawan Masalah, Jakarta
Rabu 01 Februari 2018.
Naskah.tempo.co. Jakarta, 30 Mei 2018

Mgosoft PDF Split Merge

Edisi No. XL Tahun XXXI Maret 2019

Anda mungkin juga menyukai