Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH TUGAS TERSTRUKTUR

HUKUM PIDANA KHUSUS

HUKUM PIDANA POLITIK DAN KEKHUSUSAN DALAM


UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG
PEMILIHAN UMUM

OLEH :

1. MUHAMAD AZIS / E1A016195 (Ketua)


2. VANESSA (Annggota)

KEMENTRIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS HUKUM

PURWOKERTO

2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hukum Pidana adalah salah satu dari sub sistem dalam sistem hukum yang
ada disuatu Negara. Menurut Prof. Moeljatno, S.H., hukum Pidana adalah bagian
daripada keseluruhan hukum yang berlaku di suatu negara, yang mengadakan
dasar-dasar dan aturan-aturan untuk:1

1. Menentukan perbuatan-perbuatan mana yang tidak boleh dilakukan dan


yang dilarang, dengan disertai ancaman atau sanksi yang berupa pidana
tertentu bagi barang siapa yang melanggar larangan tersebut.
2. Menentukan kapan dan dalam hal-hal apa kepada mereka yang telah
melanggar larangan-larangan itu dapat dikenakan atau dijatuhi pidana
sebagaimana yang telah diancamkan.
3. Menentukan dengan cara bagaimana pengenaan pidana itu dapat
dilaksanakan apabila ada orang yang disangka telah melanggar larangan
tersebut.

Perkembangan kejahatan sudah sampai dimana adanya kejahatan dengan


motif politik yang sarat akan suatu kepentingan, baik dari invidu, golongan dan
kelompok. Kejahatan politik sering juga disebut sebagai kejahatan terhadap
keamanan negara. Pada hakekatnya "negara" atau "keamanan negara" merupakan
benda hukum yang harus dilindungi melalui sarana hukum. Dengan demikian
sama dengan benda hukum atau kepentingan lainnya seperti nyawa, harta benda,
kesusilaan, kemerdekaan dan lain-lain ataupun juga seperti ketertiban umum,
keamanan lalu lintas, kesehatan masyarakat atau kesehatan lingkungan dan
sebgainya secara materil memang diperlukan adanya perlindungan terhadap
"negara" atau terhadap “keamanan negara”. Namun disisi lain bahwasannya

1
Moeljatno, Azas-azas Hukum Pidana, (Jakarta: Bina Aksara, 1987), hlm. 1.

1
kejahatan politik tidak hanya dalam konteks kejahatan terhadap Negara melainkan
dapat pula dikatakan sebagai kejahatan , karena bentuk kejahatan politik
bermacam-macam seperti :

1. Kejahatan terhadap sistem politik;


2. Kejahatan terhadap sistem kekuasaan;
3. Kejahatan terhadap nilai-nilai dasar atau hak-hak dasar (HAM) dalam
Bermasyarakat/bernegara/berpolitik;
4. Kejahatan yang mengandung unsur/motif politik;
5. Kejahatan dalam meraih/mempertahankan/menjatuhkan kekuasaan;
6. Kejahatan terhadap lembaga-lembaga politik;
7. Kejahatan oleh negara/penguasa/politisi;
8. Kejahatan penyalahgunaan kekuasaan (abuse of power).

Bermacam-macamnya bentuk kejahatan politik sehingga dapat dikatakan


bahwa kejahatan politik meliputi pula kejahatan terhdap sistem politik dan
pemerintahan Negara. Selanjutnya yang dimaksud hukum pidana politik adalah
hukum pidana yang menentukan perbuatan-perbuatan yang tidak boleh dilakukan
dan dilarang dalam hal mengancam sistem politik dan pemerintahan negara.

Dari uraian diatas terdapat hubungan antara hukum pidana dan hukum
pidana politik yaitu dimana hukum pidana melindungi kepentingan negara dan
sistem politik agar terhindar atau mencegah terjadinya suatu kejahatan politik.

Indonesia merupakan negara demokrasi sehingga sudah tentunya identik


dengan Pemilihan Umum (Pemilu) baik dalam pemilihan presiden, anggota DPR,
DPD, DPRD Provinsi/kota, Gubernur serta Bupati/Walikota. Pengaturan
mengenai Pemilu di Indonesia yang baru diatur dalam Undang-Undang Nomor 7
Tahun 2017 Tentang Pemilihan Umum (UU Pemilu). Di dalam UU Pemilu
terdapat aturan pidana untuk mengatur ketertiban dalam Pemilu untuk
menghindari kecurangan-kecurangan yang dilakukan oleh peserta Pemilu dan
penyelenggara Pemilu.

2
Berkaitan dengan Pemilu yang melibatkan kewajiban dan hak seseorang
dalam memilih calon presiden, anggota DPR dan seterusnya telah dilindungi
secara hukum dalam konstitusi. Selanjutnya kategori kejahatan politik dibagi dalam
dua kelompok, yaitu:

1. Kejahataan oleh pemegang kekuasaan, yang biasanya dilakukan oleh


pejabat, penguasa, politisi;
2. Kejahatan terhadap sistem kekuasaan, yang dilakukan oleh warga
masyarakat.

Kejahatan oleh pemegang kekuasaan sering disebut dengan berbagai istilah,


antara lain "kejahatan/tindak pidana jabatan". Kemudian yang dimaksud kejahatan
terhadap sistem kekuasaan dapat meliputi bermacam-macam tindak pidana, antara
lain tindak pidana terhadap keamanan negara, tindak pidana terhadap kepala
negara, terhadap pejabat dan lembaga negara atau lembaga kedaulatan rakyat,
terhadap konstitusi dan lambang kenegaraan, terhadap kewajiban dan hak
konstitusional/ kenegaraan, terhadap ketertiban umum, terhadap sistem, peradilan,
dan sebagainya.

Berdasarkan uraian diatas terdapat hubungan antara Hukum Pidana Politik


dengan UU Pemilu yaitu berkaitan dengan kejahatan terhadap kewajiban dan hak
konstitusional/kenegaraan dalam hal keikutsertaan pemilihan umum. Dimana
dalam UU Pemilu dimasukkan pula mengenai pengaturan tindak pidana politik
dalam ketentuan pidananya. Sebetulnya mengenai ketentuan pidana dalam UU
Pemilu sudah diatur dalam KUHP, namun perbedaannya dalam UU Pemilu sudah
dikembangkan dan ada beberapa aturan yang belum diatur KUHP diatur dalam
UU Pemilu.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana identifikasi kekhususan dalam Undang-Undang Nomor 7
Tahun 2017 tentang Pemilu?

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Identifikasi Kekhususan dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017


Tentang Pemilu.

Sebelum mengidentifikasi kekhususan dalam Undang-Undang Nomor 7


Tahun 2017 Tentang Pemilu, perlu dicari terlebih dahulu apa yang dimaksud
dengan dengan undang-undang pidana khusus. Undang-undang pidana khusus
adalah undang-undang pidana selain KUHP, yang merupakan induk peraturan
hukum pidana. Kedudukan sentral dari KUHP ini, terutama karena di dalamnya
dimuat ketentuan-ketentuan umum dari hukum pidana dalam Buku I, yang
berlaku juga terhadap tindak-tindak pidana yang terdapat di luar KUHP, kecuali
apabila undang-undang menentukan lain (Pasal 103 KUHP).2

Andi Hamzah menggunakan istilah ‘perundang-undangan khusus’,


artinya:

“Semua perundang-undangan di luar KUHP beserta perundangundangan


pelengkapnya, baik perundang-undangan pidana maupun yang bukan
pidana tetapi ‘bersanksi pidana’. Perundang-undangan pidana umum ialah
KUHP, beserta semua perundang-undangan yang mengubah dan
menambah KUHP itu. Sedangkan perundang-undangan ‘Pidana Khusus’;
ialah semua perundang-undangan di luar KUHP, beserta perundang-
undangan lengkapnya, baik perundang-undangan pidana maupun yang
bukan pidana tetapi bersanksi pidana. Sesuai Pasal 284 KUHAP, yang
menyebut perundang-undangan pidana khusus yang mempunyai acara
tersendiri, dan ketentuan yang menyimpang dari asas-asas hukum
pidana”.3
Dimanakah letak kekhususan ketentuan pidana dalam pasal-pasal tindak
pidana Pemilu yang dimuat Undang-Undang Pemilu? Apabila kita melihat
rumusan Undang-Undang Pemilu, sebagai suatu perundang-undangan yang

2
Sudarto, Kapita Selekta Hukum Pidana, (Bandung:Alumni, 2006), hlm. 64.
3
Andi Hamzah, Hukum Pidana Indonesia & Perkembangannya, (Jakarta:PT Sofmedia, 2015),
hlm. 17.

4
besifat administrasi, namun dikualifikasikan dalam undang-undang pidana
khusus. Dasar hukum maupun keberlakuannya menyimpang dari ketentuan umum
buku 1 KUHP, bahkan terhadap ketentuan hukum acara (hukum formal),
peraturan perundangundangan tindak pidana khusus dapat pula menyimpang dari
undang-undang hukum acara pidana (KUHAP).

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu merupakan


Undang-Undang yang disahkan dan digunakan dalam rangka penyelenggaraan
Pemilihan Umum, bentuknya adalah perundang-undangan yang bersifat
administrasi; karena khusus menetapkan tujuan pemilu yang diaturnya,
menentukan penggunaan sistem pemilihan, mengatur proses pelaksanaan, memuat
peraturan pelaksanaan atau peraturan teknis, memberikan pedoman dan prosedur
teknis pelaksanaan pemilu. Namun dikualifikasikan, sebagai undang-undang
pidana khusus, karena didalamnya selain memuat sanksi administratif, juga
dimuat ketentuan pidana berupa ancama penjara dan denda. Bentuk kekhususan
yang sistematis dari asas lex specialis derogat legi generali menurut Pasal 63 ayat
(2) KUHP.

5
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum


merupakan undang-undang yang bersifat administrasi dan dikualifikasikan
sebagai undang-undang pidana khusus, karena dalam UU 7/2017 tentang Pemilu
memuat ketentuan pidana. Selain itu Undang-Undang tersebut beberapa aturannya
menyimpangi Buku I KUHP serta hukum acaranya pun ada yang berbeda dengan
ketentuan dalam KUHAP

6
DAFTAR PUSTAKA

Buku :
Hamzah, A. (2015). Hukum Pidana Indonesia & Perkembangannya. Jakarta: PT
Sofmedia.

Moeljatno. (1987). Azas-azas Hukum Pidana. Jakarta: Bina Aksara.

Sudarto. (2006). Kapita Selekta Hukum Pidana. Bandung: Alumni.

Peraturan Perundang-Undangan :
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 Tentang Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana (KUHP).
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 Tentang Pemilihan Umum.

Anda mungkin juga menyukai