Anda di halaman 1dari 10

DIH, Jurnal Ilmu Hukum

Pebruari 2013, Vol. 9, No. 17, Hal. 54 - 63

TELAAH YURIDIS TENTANG TINDAK PIDANA KORUPSI DALAM


PENGADAAN BARANG DAN JASA PADA SEKRETARIAT DPRD KABUPATEN
SIDOARJO

Arli Fauzi
Fakultas Hukum
Universitas 17 Agustus 1945
Surabaya

PENDAHULUAN Tindak pidana korupsi (tipikor) dipandang


sebagai extra ordinary crime, karena praktek-
Salah satu jenis kejahatan yang sulit dijang-
nya yang semakin luas dan sistematis, selain
kau oleh aturan hukum pidana ialah kejahatan
itu wilayah cakupannya juga sangat luas.
korupsi (corruptie).Korupsi sebagai suatu
Bahkan tipikor telah melewati batas-batas dari
perbuatan curang (tig bedorven) dan tidak
wilayah negara, sehingga merupakan keja-
jujur (oneerlijk) dengan pola perbuatan yang
hatan transnasional. Sebagai extra ordinary
demikian itu paling mudah merangsang untuk
crime, maka dibutuhkan instrument hukum
ditiru dan menjalar di lapisan masyarakat.1
khusus yang mengatur secara khusus tentang
Korupsi sangat merugikan keuangan negara
masalah korupsi.Pengaturan secara khusus ini
atau perekonomian negara dan menghambat
diperlukan karena pengaturan sebelumnya
pembangunan nasional.
yang terdapat dalam KUHP dipandang sudah
Akibat yang lain dari kejahatan korupsi
tidak memadai untuk diterapkan dalam
yang prakteknya melibatkan tokoh-tokoh
pemberantasan tipikor.
politik, para penegak hukum seperti polisi,
Kebocoran Anggaran Pendapatan dan
jaksa, hakim, aparat negara dan mereka yang
Belanja Negara (APBN) dari pengadaan ba-
menjadi pilar-pilar hukum dan pemerintahan
rang dan jasa untuk publik diperkirakan ham-
adalah menurunnya kepercayaan masyarakat
pir mencapai Rp. 100 triliyun setiap tahunnya.
secara substansial, disamping juga mengaki-
Selain menggelembungkan harga barang,
batkan meningkatnya biaya-biaya pelayanan
pembocoran anggaran juga dilakukan dengan
sosial dan sebaliknya menurunnya kualitas
cara menambahkan volume barang yang akan
pelayanan sosial.
dibelanjakan.2
Usaha pemberantasan korupsi di Indonesia
Salah satu kelemahan yang ada dalam
memang belum memberikan hasil yang
pengadaan barang dan jasa pemerintah adalah
memuaskan. Pergantian peraturan-peraturan
tentang tindak pidana korupsi yang ditujukan dalam hal metode penunjukan langsung.
Dalam norma pengadaan barang dan jasa
untuk menghadapi kesulitan penanganan
pemerintah ada beberapa metode yang dapat
kejahatan korupsi, menunjukkan usaha peme-
digunakan. Namun, dalam prakteknya yang
rintah dalam meredam pengembangan potensi
seringkali digunakan adalah metode penunjuk-
yang meninggi. Ini karena korupsi yang
kan langsung. Norma pengadaan barang dan
mempunyai pola perilaku terselubung dan
jasa sepanjang yang mengatur tentang penun-
mempunyai sasaran di bidang politik atau
jukkan langsung dianggap memiliki kele-
kenegaraan, ekonomi, hukum, keuangan dan
mahan karena ternyata syarat-syarat seringkali
sosial budaya menjadi tantangan bagi aparat
disimpangi oleh pengguna barang dan jasa.
penegak hukum.
Hal ini yang kemudian menjadikan norma
1
Bambang Purnomo, Potensial Kejahatan Korupsi di
2
Indonesia, Bina Aksara, 1983, hal.11. Kompas, Pengadaan Barang, APBN Bocor Rp 100
Triliyun, 18 Juni 2004.

54
Telaah Yuridis Tentang Tindak Pidana Korupsi Dalam Pengadaan Barang Dan Jasa
Pada Sekretariat DPRD Kabupaten Sidoarjo

pengadaan barang dan jasa terus disempur- kan adanya peraturan Perundang-Undangan
nakan. Setiap pelaksanaan pengadaan barang pidana di luar KUHP. Peraturan Perundang-
dan jasa pemerintah yang tidak sesuai atau Undangan pidana di luar KUHP ini merupa-
menyimpangi dengan norma tersebut dapat kan pelengkap hukum pidana yang dikodifi-
dipidana dengan tindak pidana korupsi. kasikan dalam KUHP.
Dalam Pasal 103 KUHP disebutkan :
Rumusan Masalah “Ketentuan-ketentuan dalam Bab I sampai
dengan Bab VIII buku ini juga berlaku bagi
Berdasarkan uraian latar belakang perma-
perbuatan-perbuatan yang oleh ketentuan
salahan tersebut di atas, maka dapat dirumus-
perundang-undangan lainnya diancam dengan
kan masalah yaitu :
pidana, kecuali jika oleh undang-undang
1. Bagaimana norma hukum pengadaan ba-
ditentukan lain”
rang dan jasa pada sekretariat DPRD Kabu-
Yang dimaksud dengan hukum pidana
paten Sidoarjo dengan metoda penunjukan
khusus adalah : “Semua tindak pidana yang
langsung?
terdapat diluar kodifikasi dalam Kitab
2. Bagaimanakah kaitan antara pengadaan
Undang-Undang Hukum Pidana pada buku II
barang dan jasa dengan metoda penunjukan
dan buku III, misalnya tindak pidana korupsi,
langsung pada sekretariat DPRD Kabu-
tindak pidana psikotropika, tindak pidana
paten Sidoarjo dengan tindak pidana
perbankan dan tindak pidana narkotika”5.
korupsi?
Pengadaan Barang dan Jasa
PEMBAHASAN
Pengadaan barang dan jasa pemerintah
Tindak Pidana Korupsi
dalam Pasal 1 angka 1 Keppres Nomor 80
Istilah tindak pidana adalah berasal dari tahun 2003 adalah kegiatan pengadaan barang
istilah yang dikenal dalam hukum pidana dan jasa yang dibiayai dengan APBN / APBD,
Belanda yaitu “stafbaar feit”. Walaupun istilah baik yang dilaksanakan secara swakelola
ini terdapat dalam WvS Belanda atau Kitab maupun oleh penyedia barang dan jasa. Secara
Undang-Undang Hukum Pidana, tetapi tidak keseluruhan dalam penulisan tesis ini akan
ada penjelasan resmi tentang apa yang dibahas mengenai sesuatu yang berhubungan
dimaksud dengan tindak pidana tersebut, dengan tindak pidana korupsi dalam ruang
karena itu para ahli hukum berusaha untuk lingkup pengadaan barang dan jasa yang
memberikan arti dan isi dari istilah itu3. dilakukan oleh pemerintah.
Menurut Moeljatno tindak pidana adalah : Dalam pengadaan barang dan jasa peme-
“Perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan rintah, yang dimaksud dengan Barang adalah
hukum larangan dengan mana disertai anca- benda dalam berbagai bentuk dan uraian, yang
man (sanksi) yang berupa pidana tertentu, bagi meliputi bahan baku, barang setengah jadi,
barang siapa yang melanggar larangan terse- barang jadi/peralatan, yang spesifikasinya
but”.4. Bahwa yang dilarang itu adalah per- ditetapkan oleh pengguna barang/jasa.
buatan manusia, yaitu suatu kejadian atau Sedangkan jasa meliputi:
keadaan yang ditimbulkan oleh kelakuan 1. Jasa Pemborongan adalah layanan peker-
orang, artinya larangan itu ditujukan pada jaan pelaksanaan konstruksi atau wujud
perbuatannya. Sedangkan ancaman pidananya fisik lainnya yang perencanaan teknis dan
itu ditujukan pada orangnya. spesifikasinya ditetapkan pengguna barang/
Berdasarkan ketentuan pasal 103 Kitab jasa dan proses serta pelaksanaannya
Undang-Undang Hukum Pidana, dimungkin- diawasi oleh pengguna barang/jasa;
2. Jasa Konsultansi adalah layanan jasa keah-
3
Chazawi, Adam. Hukum Pidana. Jakarta:PT Raja lian profesional dalam berbagai bidang
Grafindo Persada. 2001. Hal : 1
4
Moeljatno: Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. 5
Chazawi, Adam. Hukum Pidana. Jakarta:PT Raja
1983. Hal : 71
Grafindo Persada. 2001. Hal : 127

55
Arli Fauzi

yang meliputi jasa perencanaan konstruksi, rintah. Dalam bidang hukum perdata dapat
jasa pengawasan konstruksi, dan jasa kita jumpai adalah hubungan yang bersifat
pelayanan profesi lainnya, dalam rangka keperdataan, misalnya hubungan keperdataan
mencapai sasaran tertentu yang keluaran- dalam pembuatan kontrak yang dibuat antara
nya berbentuk piranti lunak yang disusun pemerintah dengan penyedia barang dan jasa.
secara sistematis berdasarkan kerangka Aspek hukum administrasi yang kita temukan
acuan kerja yang ditetapkan pengguna jasa; dalam pengadaan barang dan jasa pemerintah
3. Jasa lainnya adalah segala pekerjaan dan ini terkait dengan kewenangan dan prosedur
atau penyediaan jasa selain jasa konsul- dalam tahap pembentukan kontrak. Hukum
tansi, jasa pemborongan, dan pemasokan pidana disini timbul akibat adanya pelangga-
barang;6 ran terhadap ketentuan yang menyangkut
keuangan Negara.7
Norma Hukum Pengadaan Barang Dan
Jasa Pemerintah Yang Menggunakan Norma Hukum Lain Yang Terkait Dengan
Metode Penunjukan Langsung Mekanisme Penunjukkan Langsung Dalam
Pengadaan Barang Dan Jasa
1. Keppres Nomor 18 Tahun 2000
Dalam sub bab diatas mengenai beberapa
Keppres Nomor 18 tahun 2000 tentang
bidang hukum dalam pengadaan barang dan
pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang dan
jasa pemerintah disebutkan bahwa akan timbul
Jasa Instansi pemerintah ditetapkan oleh
tindak pidana sebagai akibat adanya pelangga-
Presiden Abdurrahman Wachid pada tanggal
ran terhadap ketentuan yang menyangkiut
21 Februari 2000 untuk menggantikan
keuangan negara. Sedangkan mengenai keua-
Keppres Nomor 16 tahun 1994 tentang Pelak-
ngan negara sendiri terdapat pengaturan secara
sanaan APBN yang dianggap tidak sesuai lagi
lebih khusus dalam UU dan juga terdapat
dengan perkembangan jaman.
beberapa norma hukum lain yang terkait yang
dapat penulis klasifikasikan disini, yaitu antara
2. Keppres Nomor 80 Tahun 2003 jo.
lain :
Keppres Nomor 32 Tahun 2005 jo.
Keppres Nomor 70 Tahun 2005 jo. 1. UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang
Perpres Nomor 8 Tahun 2006 Keuangan Negara.
Keppres nomor 80 tahun 2003 yang berlaku Hampir semua ketentuan dalam undang-
sejak November tahun 2003 hingga saat ini undang ini terkait dengan Keppres Nomor 80
telah mengalami 4 kali penambahan, yaitu tahun 2003 beserta segala perubahannya.
melalui Keppres Nomor 61 tahun 2004, Dalam dunia hukum berlaku adagium lex
Perpres Nomor 32 tahun 2005, Perpres superior derogate legi priori, yang berarti
Nomor 70 tahun 2005 dan terakhir Perpres segala peraturan terkait yang lebih rendah
Nomor 6 tahun 2006. dalam tata urutan perundangan harus sesuai
dengan peraturan yang lebih tinggi. karena
Beberapa Aspek Dalam Pengadaan Barang dalam UU ini mengatur tentang segala sesuatu
Dan Jasa Pemerintah yang berkaitan dengan keuangan negara yang
secara umum meliputi pemasukan, penge-
Dalam pengadaan barang dan jasa peme-
luaran dan pertanggungjawaban penggunaan-
rintah ini sesungguhnya dapat berlaku ber-
nya. Pun juga dalam pengadaan barang dan
bagai macam aspek hukum, yaitu hukum
jasa selalu terkait dengan keuangan negara
perdata, hukum administrasi dan juga hukum
karena dilakukan oleh pemerintah. Sehingga
pidana, yang secara eksplisit yang dapat
norma pengadaan ini pada awalnya berlakunya
penulis klasifikasikan di sini dalam hal
maupun dalam segala perubahannya harus
kontrak pengadaan barang dan jasa peme-
6 7
Keppres Nomor 80 tahun 2003 Pasal 1 Angka 11-14 Lihat Disertasi Y. Yogar Simamora, Prinsip Hukum
Hal 4 Kontrak Dalam Pengadaan Barang.

56
Telaah Yuridis Tentang Tindak Pidana Korupsi Dalam Pengadaan Barang Dan Jasa
Pada Sekretariat DPRD Kabupaten Sidoarjo

selalu berpedoman pada ketentuan UU nomor 1. Penunjukan Langsung Dalam Pengada-


17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara. an Barang Dan Jasa di Sekretariat
DPRD Kabupaten Sidoarjo
2. UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Dalam penjelasan diatas disebutkan pan-
Perbendaharaan Negara. jang lebar mengenai mekanisme penunjukan
Sama dengan UU Nomor 17 tahun 2003, langsung dalam pengadaan barang dan jasa
hampir semua ketentuan dalam norma penga- pemerintah. Adapun untuk dapat menggu-
daan barang dan jasa berpedoman pada UU nakan mekanisme penunjukan langsung ini
nomor 1 tahun 2004 karena adagium lex supe- pengguna barang dan jasa haruslah memenuhi
rior derogate legi priori juga berlaku dalam ketentua-ketentuan sebagaimana diisyaratkan
hal ini, namun pengadaan secara eksplisit dalam penjelasan Pasal 17 ataupun Pasal 22
pasal yang terkait disebutkan dalam pasal 1 Keppres Nomor 80 tahun 2003 (sampai
angka 1 huruf b Perpres 8 tahun 2006 relevan perubahan terakhir).
dengan pasal 1 angka 11 UU Nomor 1 tahun
2004, yaitu penjelasan mengenai Penggunaan 2. Keterkaitan antara Pengadaan Barang
anggaran. dan Jasa Dengan Tipikor di Sekretariat
DPRD Kabupaten Sidoarjo Pemerintah
3. UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Permasalahan pengadaan barang dan jasa
Pemerintahan Daerah. pemerintah sampai saat ini diatur dengan
Sebagaimana kita tahu bahwa pengadaan Keppres / Perpres. Pengadaan barang dan jasa
barang dan jasa selain dilakukan oleh peme- pemerintah ini diatur tersendiri dengan
rintah pusat juga dapat dilakukan oleh peme- Keppres/ Perpres semenjak tahun 2000 dengan
rintah daerah yang meliputi daerah provinsi adanya Keppres Nomor 18 tahun 2000.
dan kabupaten / kota. Hal ini karena pemerin- Karena dianggap memiliki banyak kelemahan
tah daerah juga dalam kewenangannya seba- sehingga berpotensi pada penyelewengan dan
gaimana disebutkan dalam Pasal 13 dan 14 sudah tidak relevan lagi untuk dijadikan
juga berwenang dalam menyelenggarakan pedoman, membuat pemerintah menerbitkan
pengadaan barang dan jasa. Keppres Nomor 80 tahun 2003 menggantikan
Keppres Nomor 18 tahun 2000. Keppres
4. UU Nomor 31 Tahun 1999 tentang Nomor 80 tahun 2003 hingga saat ini telah
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi mengalami empat kali perubahan, yang
jo. UU Nomor 20 Tahun 2001 tentang terakhir dirubah dengan Perpres Nomor 8
Perubahan UU Nomor 31 Tahun 1999. tahun 2006. Salah satu hal yang patut untuk
dicermati adalah pengadaan barang dan jasa
Pengadaan barang dan jasa pemerintah
pemerintah yang hanya diatur dengan
dalam pelaksanannya haruslah berpedoman
Keppres, ternyata juga berpotensial untuk
pada norma pengadaan barang dan jasa peme-
melakukan tindak pidana korupsi. Timbul pro
rintah yang telah diatur dalam Keppres Nomor
dan kontra mengenai hal ini.
80 tahun 2003 jo. Keppres Nomor 61 tahun
2004 jo. Perpres Nomor 32 tahun 2005 jo.
Perpres Nomor 70 tahun 2005 jo. Perpres Sistem Pembuktikan Tindak Pidana
Nomor 8 tahun 2006. Setiap pelaksanaan Korupsi di Sekretariat DPRD Kabupaten
pengadaan barang dan jasa pemerintah yang Sidoarjo
Sistem pembuktian dan alat-alat bukti
tidak sesuai atau menyimpang dengan norma
termuat dalam bab XVI bagian keempat yaitu
tersebut dapat dipidana dengan tindak pidana
pasal 183 sampai dengan pasal 232 Kitab
korupsi.
Undang-undang Hukum Acara Pidana. Menu-
rut Hari Sasangka dan Lily Rosita, dalam teori
Terjadinya Tindak Pidana Korupsi
dikenal 4 (empat) sistem pembuktian yaitu :
Pengadaan Barang dan Jasa di Sekretariat
DPRD Kabupaten Sidoarjo

57
Arli Fauzi

1. Conviction In Time, adalah suatu ajaran dengan penghasilan atau sumber penamba-
pembukuan yang menyadarkan pada keya- han kekayaan. Maka keterangan tersebut
kinan hakim semata. Hakim didalam men- dapat digunakan untuk memperkuat alat
jatuhkan putusannya tidak terkait dengan bukti yang sudah ada bahwa terdakwa telah
bukti yang ada. melakukan tindak pidana.
2. Conviction In Ralnome, Ajaran pembuktian 5. Dalam keadaan sebagaimana dimaksud
ini menyadarkan pada keyakinan tertentu. dalam ayat 1, ayat 2, ayat 3, ayat 4 penuntut
Hakim tidak terikat pada alat yang ada dan umum tetap berkewajiban dakwaannya.
juga hakim bisa mempergunakan alat-alat Kitab undang-undang hakim acara pidana
bukti yang ada diluar yang ditentukan diatur dalam alat bukti yang sah,yaitu diatur
undang-undang tetapi didalam mengambil pada pasal 184 ayat (1) KUHAP yaitu kete-
keputusan terhadap seorang terdakwa harus rangan saksi, keterangan ahli, surat-surat,
didasarkan alasan-alasan yang jelas. penunjuk dan keterangan terdakwa. Keempat
3. Sistem pembuktian positif, adalah sistem kelompok diatas yang merupakan alat bukti
pembuktian yang berdasarkan pada alat dalam persidangan sedangkan pengertain surat
bukti saja, yang diatur oleh undang-undang sendiri tidak diatur dalam KUHAP. Pengertian
dan hakim dalam menjatuhkan putusannya surat bisa dapat dikatakan diterjemahkan
berdasarkan pada alat bukti yang ada. dalam KUHAP adalah sebagaiman pada Pasal
Keyakinan hakim sama sekali diabaikan. 187 KUHAP dan kaitannya keterangan ahli
4. Sistem pembuktian negatif, didasarkan alat sebagai alat bukti yaitu pada Pasal 187
bukti yang diatur oleh undang-undang dan dimana keterangan ahli sendiri juga merupa-
juga keyakinan hakim. Alat bukti yang kan suatu alat bukti surat dalam kaitannya
ditentukan berdasarkan undang-undang ter- dengan hal ini bahwa tentunya keterangan
sebut tetapi alat bukti juga tidak bisa tersebut adalah dibuat karena permintaan dari
memaksa hakim untuk menyatakan bahwa yang berwenang ia memberikan suatu kete-
terdakwa bersalah harus ada keyakinan rangan berdasarkan keahliannya dalam bentuk
hakim.8 tulisan, hal ini yang membedakan dengan
Undang-undang No. 31 tahun 1999 tindak keterangan ahli saat di muka persidangan.
pidana korupsi mengatur sistem pembuktian Maka dapat dikatakan bahwa bukti surat yang
ada tindak pidana korupsi pada Pasal 37, diatas yaitu Pasal 187 KUHAP merupakan alat
berbunyi : bukti yang memiliki kekuatan pembuktian
1. Terdakwa mempunyai hak untuk membuk- yang sah di muka persidangan.
tikan bahwa ia tidak melakukan tindak
pidana korupsi. Upaya Pencegahan dan Penyelesaian
2. Dalam hal terdakwa dapat membuktikan Tindak Pidana Korupsi di Sekretariat
bahwa ia tidak melakukan tindak pidana DPRD Kabupaten Sidoarjo
korupsi. Maka keterangan tersebut diper-
1. Bentuk Peran Serta Masyarakat Mence-
gunakan sebagai hal yang menguntungkan
gah Tindak Pidana Korupsi
baginya.
3. Terdakwa wajib memberikan keterangan Tindak pidana korupsi merupakan masalah
tentang seluruh harta bendanya dan harta yang serius dan mendapatkan perhatian yang
benda isteri atau suami, anak dan harta lebih dibandingkan dengan pidana lainnya.
setiap orang atau korporasi yang diduga Jika tindak pidana ini tidak segera ditanggu-
mempunyai hubungan dengan perkara yang langi maka akan meningkat dan tidak terken-
bersangkutan. dali sehingga akan membawa bencana dan
4. Dalam hal terdakwa tidak dapat membukti- menimbulkan dampak negatif yang dapat
kan tentang kekayaan yang tidak seimbang menyentuh berbagai kehidupan. Tidak hanya
membahayakan kehidupan perekonomian
8
Hari Sasangka dan Liliy Rosita, HukumPembuktian nasional tetapi juga dapat membahayakan
Dalam Perkara Pidana, Sinar Wijaya, Surabaya, 1995, stabilitas dan keamanan masyarakat, politik,
hal.11-12.

58
Telaah Yuridis Tentang Tindak Pidana Korupsi Dalam Pengadaan Barang Dan Jasa
Pada Sekretariat DPRD Kabupaten Sidoarjo

dan juga merusak moralitas bangsa dan meru- Penyelenggara Negara yang mampu menjalan-
pakan ancaman terhadap cita-cita masyarakat kan fiungsi dan tugasnya secara sungguh-
adil dan makmur. sungguh, penuh tanggung jawab untuk mence-
Ralph Braibanti dalam “Reflection on gah praktek korupsi, kolusi dan nepotisme
Bureaucratic Corruption” menjelaskan faktor maka setiap penyelenggara negara berkewaji-
penyebab terjadinya korupsi antara lain : ban anatar lain mengumumkan dan melapor-
a. Ketiadaan atau kelemahan kepemimpinan kan harta kekayaannya sebelum dan sesudah
dalam posisi-posisi kunci yang mampu menjabat.
memberikan ilham dan mempengaruhi
tingkah laku yang menjinakkan korupsi. UpayaMasyarakat Dalam Memberantas
b. Kelemahan pengajaran-pengajaran agama Tindak Pidana Korusi
dan etika. Upaya pemberantasan korupsi didalam
c. Kilonialisme, suatu pemerintah asing tidak- undang-undang No. 31 tahun 1999 jo.
lah menggugah kesetiaan dan kepatuhan Undang-undang Nomor 2 tahun 2001. Upaya
yang diperlukan untuk membendung ko- pemberantasan korupsi tersebut diatur dengan
rupsi. memberikan kategori dan macam bentuk
d. Kurangnya pendidikan. korupsi yang kemudian diberikan ancaman
e. Kemiskinan. dan sanksi pidana berupa hukuman penjara
f. Tiadanya tindak hukuman yang keras. atau denda dengan maksud efek jera. Namun
g. Kelangkaan lingkungan yang subur untuk terkadang hal tersebut tidak berlaku walaupun
perilaku anti korupsi. ancaman yang diberikan sudah masuk dalam
h. Struktur pemerintahan. kategori menakutkan.10
i. Perubahan radikal, tatkala suatu sistem nilai Upaya masyarakat dalam memberantas
mengalami perubahan radikal, korupsi tindak pidana korupsi diatur dalam Pasal 41
muncul sebagai suatu penyakit transisional dan 42 Undang-undang tahun 1999 Tentang
j. Keadaan masyarakat, korupsi dalam suatu Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
birokrasi bisa memberikan cerminan Kemungkinan mengenai tata cara pelaksanaan
keadaan masyarakat keseluruhan.9 masyarakat dan pemberian penghargaan dalam
pencegahan dan pemberantasan tindak pidana
2. Upaya Masyarakat Dalam Mencegah korupsi diatur dalam Pasal Pemerintah no. 71
Tindak Pidana Korupsi tahun 2000.
Upaya mencegah tindak pidana korupsi
diatur dalam Undang-undang Nomor 28 tahun PengaturanPeran Serta Masyaraklat
1999 Penyelenggara Negara Yang Bersih Dari Dalam Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme jo. Peraturan Korupsi
Pemerintah Nomor 68 tahun 1999 Tentang Sebelum berlakunya undang-undang nomor
Tata Cara Pelaksanaan Peran serta Masyarakat 31 tahun 1999 yaitu masih berlakunya
Dalam Penyelenggaraan negara. Penyelengga- undang-undang nomor 3 tahun 1971, dasar
raan Negara menurut Pasal 1 angka 1 adalah hukum dari peran serta masyarakat membantu
Pejabat Negara yang menjalankan fungsi upaya pencehan dan pemberantasan tindak
eksekutif, legislatif, atau yuridikatif, dan pidana korupsi adalah ketentuan-ketentuan
pejabat lain yang fungsi dan pokoknya ber- yang terdapat dalam :
kaitan dengan penyelenggaraan negara sesuai a. Pasal 108 ayat 1 KUHAP yang menentukan
dengan ketentuan peraturan perundang-unda- bahwa setiap orang yang melihat, menyak-
ngan yang berlaku. Penyelenggara Negara sikan, dan atau menjadi korban peristiwa
mempunyai peran penting dalam mewujudkan
cita-cita perjuangan bangs, untuk mewujudkan 10
Ika Nurmasari, Upaya Peningkatan Peran Serta
Masyarakat Dengan Mendayagunakan Prosedur
9
Ralph Braibanti, Reflection on Bureaucratic Gugatan Perwakilan Kelompok Untuk Memberantas
Corruption, Public Administration, 1962, Jakarta, h.47. Korupsi, FH Unair, Surabaya, 2006, h.35.

59
Arli Fauzi

yang merupakan tindak pidana, mempunyai masyarakat adalah kendala yuridis dan
hak untuk mengajukan laporan atau menga- kendala non yuridis. Untuk bidang yuridis
dukan kepada penyelidik dan atau penyidik, perlu dibentuknya undang-undang Pembuktian
baik lisan maupun tertulis. Terbalik. Dengan adanya undang-undang
b. Pasal 108 ayat 3 KUHAP yang menentukan tersebut ditambah cara berpikir yang progresif
bahwa setiap Pegawai Negeri dalam rangka dengan strategi aktif, maka upaya-upaya untuk
melaksanakan tugasnya, yang mengetahui mencari alat bukti untuk mengungkap praktek
tentang terjadinya peristiwa yang merupa- korupsi lebih cepat dan lengkap. Untuk
kan tindak pidana wajib segera melaporkan mengatasi masalah penegakan hukum perlu
hal itu kepada penyelidik atau penyidik. peningkatan kualitas aparat dan diterapkan
sanksi tegas bagi pelaku tindak korupsi
Sesudah undang-undang nomor 31 tahun
termasuk juga bagi aparat penegak hukum
1999 diberlakukan maka pembuat undang-
yang terlibat dalam tindak pidana korupsi.
undang memberikan kesempatan yang seluas-
Sedangkan dari bidang non yuridis dapat
luasnya kepada masyarakat untuk membantu
dilakukan dengan cara menanamkan nilai-nilai
upaya pencegahan dan pemberantasan tindak
moral dan agama yang baik kepada anggota
pidana korupsi dan terhadap anggota masya-
keluarga agar menjauhi korupsi. Masyarakat
rakat yang berperan serta tersebut diberikan
harus lebih aktif, terbuka, kooperatif dan
perlindungan hukum dan penghargaan.
informatif. Masyarakat tidak perlu takut untuk
memberikan informasi atau melaporkan
Faktor Yang Menjadi Kendala Dalam
adanya dugaan korupsi yang terjadi di
Pencegahan Dan Pemberantasan Tindak
lingkungan masyarakat. Selain itu dibutuhkan
Pidana Korupsi
pemimpin atau atasan yang berkualitas baik
a. Faktor Peraturan Perundang-undangan atau pendidikan, moral dan agamanya, jujur dan
Legislasi. bisa memberikan teladan yang baik kepada
Faktor Peraturan Perundangundangan ini bawahannya.
bisa menjadi penghambat dalam pelaksanaan
peran serta masyarakat dalam upaya mem- PENUTUP
bantu pencegahan dan pemberantasan tindak Mekanisme penunjukan langsung dalam
pidana korupsi. Ada dua faktor penghambat norma pengadaan barang/jasa pemerintah
antara lain yaitu berhubungan dengan pemben- (dalam hal ini adalah Keppres Nomor 80
tukan hukum, karena belum didukung oleh Tahun 2003 sampai pada perubahan terakhir)
Undang-Undang Pembuktian Terbaik.11 diatur dalam Pasal 17 (sepanjang mnengenai
b. Faktor Diluar Peraturan Perundang-unda- pengadaan barang / jasa pemborong lainnya)
ngan atau Non Legislasi. dan dalam Pasal 22 yang menyangkut
pengadaan jasa konsultasi. Penggunaan meka-
Faktor-faktor ini disebabkan oleh keluarga nisme penunjukan langsung ini pada prinsip-
pelaku tindak pidana korupsi, masyarakat, nya diperbolehkan asalkan sesuai dengan
pemerintah dan juga aparat penegak hukum- ketentuan yang ada.
nya khususnya kepolisian. Penggunaan metode penunjukan langsung
seringkali disalahgunakan, yaitu digunakan
Cara-Cara untuk Mengatasi Kendala dengan tanpa memenuhi ketentuan yang
Dalam Pencegahan Dan Pemberantasan diisyaratkan. Jika dalam penyalahgunaan ter-
Tindak Pidana Korupsi sebut ditemukan adanya unsur melawan
Seperti yang telah dijelaskan diatas bahwa hukum yang berimplikasi pada kerugian pada
kendala-kendala yang dihadapi dalam pelak- keuangan negara dan perekonomian negara
sanaan pencegahan dan pemberantasan tindak maka dalam hal telah terjadi tindak pidana
pidana korupsi berkaitan dengan peran serta korupsi.
Permasalahan yang sering dihadapi dalam
11
www.antikorupsi.org pemeriksaaan tindak pidana korupsi adalah

60
Telaah Yuridis Tentang Tindak Pidana Korupsi Dalam Pengadaan Barang Dan Jasa
Pada Sekretariat DPRD Kabupaten Sidoarjo

kesulitan mencari dan mengumpulkan barang Pemberantas Korupsi, kemudian secara


bukti. Dengan membebankan pembuktian tertulis yaitu masyarakat atau Lembaga Swa-
kepada penyidik dan jaksa penuntut umum daya Masyarakat bisa menyampaikan infor-
dalam membuktikan kesalahan terdakwa masi malalui surat yang ditujukan kepada
justru mengakibatkan banyak kasus tindak penegak hukum dan atau Komisi Pemberantas
pidana korupsi yang diputus bebas. Tindak Pidana Korupsi mengenai adanya
Sistem Pembuktian Terbalik telah dianut dugaan terjadinya tindak pidana korupsi
dalam UU No. 3 Tahun 1971 dan UU No. 31 tersebut. Upaya lain yang dapat dilakukan
Tahun 1999. Kedua undang-undang ini me- masyarakat dalam pemberantasan tindak
nuntut terdakwa untuk memberikan kete- pidana korupsi diwujudkan dengan cara
rangan tentang seluruh harta benda atau melakukan gugatan perwakilan kelompok atau
kekayaan, sehingga beban pembuktian menja- class action.
di kewajiban terdakwa. Undang-undang ini
tetap mewajibkan jaksa penuntut umum untuk
DAFTAR BACAAN
membuktikan terbalik yang terbatas dari
berimbang. Meskipun UU No. 3 Tahun 1971 A.A. Oka Mahendra, Komisi Pemberantasan
dan UU No. 31 Tahubn 1999 menganut sistem Terbaik, Suara Karya, 29 Mei 2001.
pembuktian terbalik yang terbatas atau berim- Achmad Ali, Asas Pembuktian Terbalik dan
bang tapi ternyata dalam undang-undang ini, Tak Bersalah, Artikel Vol.1 No.2 Jurnal
keterangan terdakwa bukan sebagai alat bukti Keadilan, Juni, 2001, h.30.
yang kuat karena hanya menjadi alat pendu-
kung bukti yang sudah ada. Untuk dapat Adami Chazawi, Kejahatan Terhadap Harta
memberantas tindak pidana korupsi, Benda, Bayumedia, Malang, 2003, h.16.
keterangan dari terdakwa sangat perlu untuk Andi Hamzah, Korupsi Indonesia, Masalah
membuktikan kesalahan terdakwa atau ter- dan Pemecahannya, Gramedia, Jakarta,
sangka. Dengan kedudukan keterangan terdak- 1984, hal.18.
wa dalam sistem pembuktian terbalik yang
mempunyai kedudukan yang kuat dapat men- Andy Hamzah, Perkembangan Hukum Pidana
jadikan barang bukti yang sah dan menjadi Khusus, Aditya Bakti, Bandung, 2002,
dasar hukum bagi hakim untuk menjatuhkan h.115.
pidana. Ketentuan keterangan terdakwa yang Baharuddin Lopa, Pembuktian Terbalik, Salah
tergantung dengan alat bukti lain justru Satu Pilihan, Kompas, 26 Juli 1999, hal.9.
menjadi kelemahan dalam pemberantasan
Bambang Poernomo, Hukum Acara Pidana
Tindak Pidana Korupsi.
Pokok-pokok Tata Cara Peradilan Pidana
Pelaksanaan peran serta masyarakat dalam
Indonesia dalam Undang-undang RI No.8
upaya pencegahan tindak pidana korupsi dapat
tahun 1981, Liberty, Yogyakarta, 1986,
diwujudkan dalam bentuk kontrol sosial dan
h.20.
pengawasan secara optimal terhadap penyele-
nggara negara, upaya selanjutnya yaitu Bambang Purnomo, Potensi Kejahatan
masyarakat dapat menanamkan nilai-nilai Korupsi di Indonesia, Cet.I, Bina Aksara,
agama dan moral yang baik terhadap anggota 1983, hal.10.
keluarganya agar terhindar dari korupsi. Djoko Prakoso dan Ati Suyati, Uptimisme
Pelaksanakan peran serta masyarakat dalam Dari Undang-undangPemberantasan Tindak
upaya pemberantasan tindak pidana korupsi Pidana Korupsi Tahun 1971, Bina aksara,
dapat diwujudkan dengan cara memberikan Jakarta, 1986, h.8.
informasi baik secara langsung maupun secara
tertulis mengenai adanya dugaan terjadinya Happy B., Bambang Soedjiartono dan Jalil
tindak pidana korupsi. Secara langsung Hakim, Terbentur Pejabat, Kejahatan
masyarakat dapat datang dan memberikan Digugat, Kompas, 12 Juli 1999, hal 18.
informasi kepada penegak hukum atau Komisi

61
Arli Fauzi

Hari Sasangka dan Lily Rosita, Hukum M. Yahya Harahap, Pembahasan


Pembuktian Dalam Perkara Pidana, Sinar Permasalahan dan Penerapan KUHAP,
Wijaya, Surabaya, 1995, hal.11-12. Jilid II, Pustaka Kartini, Jakarta, 1998. hal
.99.
Hariyanto Seno Adji, Sistem Pembuktian
Terbalik Meminimalisasi Korupsi di Martiman Prodjohamidjojo, Penerapan
Indonesia, Jurnal Keadaan, 2 Juni 2001, Pembuktian Terbalik Dalam Perkara Delik
h.42. Korupsi, CV. Mandar, Bandung, 2001,
hal.99.
Haryono Mintaroem, Korupsi Menurut UU
No. 3/1971, Bahan Kuliah Tindak Pidana Martiman Prodjohamijojo. Perempuan
Korupsi dalam Perbuatan Pidana Korupsi Pembuktuan Terbaik Dalam Delik Korupsi
Fakultas Hukum Universitas Airlangga, (UU No. 13 Tahun 1999), Mandar Maju,
hal.1. Bandung, 2001, h.7.
Hermien Hadiati K., Korupsi di Indonesia, R. Wiyono, Pembahasan Undang-Undang
Dari Delik Jabatan ke Tindak Pidana Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi,
Korupsi, Cet.I, Citra Aditya Bakti, Sinar Grafika, Jakarta, 2005, h.233.
Bandung, 1994, hal.32. Ralph Braibanti, Reflection on Bureacratic
Ika Nurmasari, Upaya Peningkatan Peran Corruption, Public Administration, 1962,
Serta Masyarakat Dengan Jakarta, h.47.
Mendayagunakan Prosedur Gugatan Rihad Wiranto, Rita T. Budiarto dan
Perwakilan Kelompok Untuk Memberantas Koesworo Setiawan, Jadi Tersangka
Korupsi, FH Unair, Surabaya, 2006, h.35. Sehari, Forum No.35 Th.V, 17 Juli 1999,
J.S. Badudu – Sutan Muhammad Zein, Kamus hal.85.
Umum Bahasa Indonesia, Pustaka Sinar Robert C. Brooks, Corruption in America
Harapan, Jakarta, 2001, h.86. Politics and Life, Dood, Mead and
K. Watjik Saleh, Tindak Pidana Korupsi dan Company, New York, 1920 hal.46.
Suap, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1983, Robert Klitgaard, Membasmi Korupsi,
h.51. Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 1998,
Kompas, Pengadaan Barang, APBN bocor Rp hal.154.
100 Triliyun, 18 Juni 2004. Romli Atmasasmita, Pembuktian Terbalik
Leden Marpaung, Unsur-unsur Yang Dapat Dalam Perkara Tindak Pidana Korupsi.
Dihukum (Delik), Cet.I, Sinar Grafika, Detikcom, 18 September 2001.
Jakarta, 1991, hal.7-8. Romli Kartasasmita dalam ziad dan Hibnu
Lilik Mulyadi, Tindak Pidana Korupsi, PT. Nugroho, Analisis Penerapan Bebean
Citra Aditya, Bandung, 2000, hal.17. Pembuktian Terbaik Dalam Tindak Pidana
Korupsim, Jurnal Dinamika Hukum,
Litbang KPK, Tata Kelola Pemerintahan
Januari 2002, h.36.
Yang Baik, h. 13.
S.H. Alatas, Sosiologi Korupsi, Cet.II, LP3ES,
Luhut MP Panggaribuan, Sistem Pembuktian
1982, hal.46.
Terbalik, Kompas, 2 April 2001, h.7.
Soerono Soekanto, Pengantar Penelitian
M. Yahya Harahap, Pembahasan Permasahan
Hukum, Universitas Indonesia Press,
dan Penerapan KUHAP, Pemeriksaan
Jakarta, 1984, h.254.
Sidang Pengadilan, Banding, Kasasi dan
Peninjauan Kembali, Sinar Grafika, Soesilo R.. RIB / HIR dengan penjelasan,
Jakarta, 2000. Politea, Bogor, 1995, h.217.

62
Telaah Yuridis Tentang Tindak Pidana Korupsi Dalam Pengadaan Barang Dan Jasa
Pada Sekretariat DPRD Kabupaten Sidoarjo

Suryadi A. Rajab, Praktek Culas Bisnis Gaya Yusril Ihza Mahendra, Komisi Anti Korupsi,
Orba. Cet.I, Grasindo, Jakarta, Jakarta, Calon Penggilas Si Extra Ordinary Crime,
1999, hal.4. 17 September 2001.
Widodo Hamzah, Perkembangan Hukum
Pidana Khusus, Rineka Cipta, Jakarta,
1991, h.27.

63

Anda mungkin juga menyukai