Anda di halaman 1dari 4

Nama: Theresia Daniela Ody M.

Nim: 12190010

Kasus Aborsi di Boyolali, Reni dan Arin Resmi Ditahan

Ragil Ajiyanto - detikNews

Jumat, 05 Jan 2018 16:32 WIB

Foto: Ragil Ajiyanto/detikcom

Boyolali - Polres Boyolali resmi menahan Reni Eka Saputri (19) dan Arin Sugesti (33). Keduanya
telah ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus aborsi. Kondisi Reni, yang melakukan aborsi
dan sempat dirawat di rumah sakit Assyifa, Sambi saat ini sudah sehat. Reni dibawa petugas ke
Polres Boyolali, Kamis (4/1/2018) sore.

Namun, kedua tersangka tersebut penahanannya dititipkan ke rumah tahanan (Rutan) Boyolali.
Karena di Rutan Boyolali ada blok tahanan khusus perempuan. "Kita (Polres Boyolali) tidak
punya ruangan (tahanan) khusus perempuan dan sel kita juga penuh," kata Kapolres Boyolali
AKBP Aries Andhi, mengenai alasan penahanan kedua tersangka aborsi dititipkan di Rutan,
Jumat (5/1/2018). Reni dan Arin, dibawa ke Rutan kelas IIB Boyolali, di jalan Merbabu No 15,
Jumat siang tadi.

Sementara itu Polres Boyolali kini juga masih terus melakukan pengembangan penyidikan untuk
mencari kemungkinan adanya tersangka lain. Penyidik masih melakukan pemeriksaan sejumlah
saksi terkait kasus penemuan kuburan bayi pada Rabu (3/1/2018) lalu, yang ternyata dari
perbuatan aborsi.
Saksi yang diperiksa antara lain berinisial B. Tersangka Arin Sugesti saat diwawancara
wartawan, dia juga menyebut B yang meneleponnya untuk minta bantuan menggugurkan
kandungan Reni. Selain pria berinisial B itu, penyidik juga memeriksa saksi berinisial C. Menurut
informasi yang dikumpulkan dari berbagai sumber, kasus aborsi tersebut tidak hanya
melibatkan Reni dan Arin.

Berkait kemungkinan bertambahnya jumlah tersangka, Kapolres Aries Andhi, menyatakan


masih menunggu hasil pemeriksaan. "Nunggu hasil pemeriksaan selanjutnya," jelas Aries.

Seperti diberitakan, kasus penemuan kuburan bayi di pekarangan rumah Reni, di Dukuh
Tegalsari, Desa Canden, Kecamatan Sambi, Boyolali ternyata dari hasil aborsi. Pelaku aborsi
yakni Reni dan dibantu Arin, warga Desa Catur, Kecamatan Sambi yang merupakan seorang
bidan di sebuah rumah sakit swasta di Solo.

Untuk menggugurkan kandungan Reni, yang sudah berusia sekitar 5 bulan itu, Arin memberinya
satu butir pil. Pil itu diberikan pada Selasa (2/1/2018) dan pada Selasa malam orok itu lahir.
Kemudian oleh Reni dikubur disamping sumur belakang rumahnya. Arin dibayar Rp 4 juta untuk
menggugurkannya.

Analisa kasus aborsi

1. Bagaimana kasus aborsi ditinjau dalam konteks negara hukum


Dalam KUHP tidak diberikan penjelasan mengenai pengertian kandungan itu sendiri. Dan
memberikan arti yang jelas mengenai aborsi dan membunuh (mematikan) kandungan.
Dengan demikian kita mengetahui bahwa KUHP hanya mengatur mengenai Aborsi
Provokatus Criminalis, dengan demikian semua jenis aborsi dilarang dan tidak
diperbolehkaan oleh UU, apapun alasanya.
Pasal 346 disebutkan seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan
kandungannya atau menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan pidana paling lama
empat tahun.
Pasal 347 (1) Barang siapa dengan sengaja memggugurkan atau mematikan kandungan
seorang wanita tanpa persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama dua
belas tahun (2) Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, dikenakan
pidana penjara paling lama tujuh tahun.
Pasal 348 menyatakan barang siapa melakukan sesuatu dengan sengaja yang menyebabkan
keguguran atau matinya kandungan dapat dikenai penjara paling lama dua belas tahun.
Dalam UU kesehatan No 36 tahun 2009 bab XX Pasal 194 ayat (1) disebutkan Setiap orang
yang dengan sengaja melakukan aborsi tidak sesuai dengan ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 75 ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh)
tahun dan denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

2. Hak asasi mana yang di langar


Aborsi juga salah satu bentuk pelanggaran UUD 1945 Pasal 28A, yang berbunyi:
"Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya.”
dan disebutkan juga pada UU no.39 tahun 1999 tentang HAM yang berbunyi:
(1) Setiap orang berhak untuk hidup, mempertahankan hidup dan meningkatkan taraf
kehidupannya
(2) Setiap orang berhak hidup tenteram, aman, damai, bahagia, sejahtera lahir dan batin
(3) Setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat.
jadi, sesungguhnya aborsi atau pembunuhan janin pada kandungan adalah suatu
pelanggaran HAM. Karena janin yang ada di kandungan seorang ibu hamil juga memiliki hak
untuk hidup.

3. Prinsip hukum mana yg dilanggar


aborsi adalah suatu tindakan yang bertujuan untuk mengakhiri masa kehamilan atau
pengguguran kandungan dengan cara mengeluarkan janin (embrio) sebelum memiliki
kemampuan untuk bertahan hidup di luar rahim. Aborsi merupakan cara yang paling sering
digunakan mengakhri kehamilan yang tidak diinginkan, tetapi juga cara yang paling
berbahaya. Hadirnya Undang-Undang Republik Indonesia No.36 Tahun. 2009 Tentang
Kesehatan, juga mengupas masalah abortus, yaitu pada pasal 75 ayat 1“setiap orang
dilarang melakukan aborsi ”. Seperti yang ada pada Pasal 28A dimana setiap orang memiliki
hak untuk hidup dan mempertahanan hidupnya, disitu jelas bahwa tindakan aborsi
melanggar prinsip hukum dimana bayi yang ada di dalam kandungan memiliki hak untuk
hidup.

4. Bagaimana kebijakan anda sebagai perawat dalam konteks aborsi


Menurut say ajika dalam pandangan sebagai perawat yang termasuk tenaga medis, aborsi
tidak boleh dilakukan keciali ada indikasi tertentu. Dalam Undang-undang No. 36 Tahun
2009 tentang kesehatan ditegaskan dengan jelas bahwa aborsi adalah perbuatan yang
dilarang. Namum aborsi dapat dibenarkan untuk dilaksanakan tetapi karena adanya indikasi
kedaruratan medis guna menyelamatkan nyawa ibu dan aborsi yang dilakukan oleh korban
perkosaan. Kandungan seorang perempuan bisa digugurkan kapan saja sepanjang ada
indikasi medis untuk aborsi namum tentunya semakin lama umur kandungan resiko
keselamatan ibu juga semakin kecil. Misalnya jika diketahui anak yang akan lahir mengalami
cacat berat atau si ibu menderita penyakit jantung yang akan sangat berbahaya sekali untuk
keselamatan jiwanya pada saat melahirkan nanti, sekalipun janin itu sudah berusia lima
bulan atau enam bulan, pertimbangan ini semata-mata karena kedaruratan medis.

Anda mungkin juga menyukai