Anda di halaman 1dari 24

Nurul Anggraini

Jumat, 11 Oktober 2013

Kasus Malpraktek (Aborsi)


KASUS & PEMBAHASAN

A.    Kasus
Judul : Remaja Aborsi Tewas Usai Disuntik Bidan
Kasus:
Minggu,18 Mei 2008 20:00 WIB
KEDIRI - Kasus aborsi yang berujung kematian terjadi Kediri. Novila Sutiana (21),
warga Dusun Gegeran, Desa/Kecamatan Sukorejo, Ponorogo, Jawa Timur, tewas setelah
berusaha menggugurkan janin yang dikandungnya. Ironisnya, korban tewas setelah
disuntik obat perangsang oleh bidan puskesmas.
Peristiwa naas ini bermula ketika Novila diketahui mengandung seorang bayi hasil
hubungannya dengan Santoso (38), warga Desa Tempurejo, Kecamatan Wates, Kediri.
Sayangnya, janin yang dikandung tersebut bukan buah perkawinan yang sah, namun hasil
hubungan gelap yang dilakukan Novila dan Santoso.
Santoso sendiri sebenarnya sudah menikah dengan Sarti. Namun karena sang istri
bekerja menjadi tenaga kerja wanita (TKW) di Hongkong, Santoso kerap tinggal sendirian
di rumahnya. Karena itulah ketika bertemu dengan Novila yang masih kerabat bibinya di
Ponorogo, Santoso merasa menemukan pengganti istrinya. Ironisnya, hubungan tersebut
berlanjut menjadi perselingkuhan hingga membuat Novila hamil 3 bulan.
Panik melihat kekasihnya hamil, Santoso memutuskan untuk menggugurkan janin
tersebut atas persetujuan Novila. Selanjutnya, keduanya mendatangi Endang
Purwatiningsih (40), yang sehari-hari berprofesi sebagai bidan di Desa Tunge, Kecamatan
Wates, Kediri. Keputusan itu diambil setelah Santoso mendengar informasi jika bidan
Endang kerap menerima jasa pengguguran kandungan dengan cara suntik.
Pada mulanya Endang sempat menolak permintaan Santoso dan Novila dengan alasan
keamanan. Namun akhirnya dia menyanggupi permintaan itu dengan imbalan
Rp2.100.000. Kedua pasangan mesum tersebut menyetujui harga yang ditawarkan Endang
setelah turun menjadi Rp2.000.000. Hari itu juga, bidan Endang yang diketahui bertugas
di salah satu puskesmas di Kediri melakukan aborsi.
Metode yang dipergunakan Endang cukup sederhana. Ia menyuntikkan obat penahan
rasa nyeri Oxytocin Duradril 1,5 cc yang dicampur dengan Cynaco Balamin, sejenis
vitamin B12 ke tubuh Novila. Menurut pengakuan Endang, pasien yang disuntik obat
tersebut akan mengalami kontraksi dan mengeluarkan sendiri janin yang dikandungnya.
"Ia (bidan Endang) mengatakan jika efek kontraksi akan muncul 6 jam setelah
disuntik. Hal itu sudah pernah dia lakukan kepada pasien lainnya," terang Kasat Reskrim
Polres Kediri AKP Didit Prihantoro di kantornya, Minggu (18/5/2008).
Celakanya, hanya berselang dua jam kemudian, Novila terlihat mengalami kontraksi
hebat. Bahkan ketika sedang dibonceng dengan sepeda motor oleh Santoso menuju
rumahnya, Novila terjatuh dan pingsan karena tidak kuat menahan rasa sakit. Apalagi
organ intimnya terus mengelurkan darah.
Warga yang melihat peristiwa itu langsung melarikannya ke Puskemas Puncu. Namun
karena kondisi korban yang kritis, dia dirujuk ke RSUD Pare Kediri. Sayangnya, petugas
medis di ruang gawat darurat tak sanggup menyelamatkan Novila hingga meninggal dunia
pada hari Sabtu pukul 23.00 WIB.
Petugas yang mendengar peristiwa itu langsung menginterogasi Santoso di rumah sakit.
Setelah mengantongi alamat bidan yang melakukan aborsi, petugas membekuk Endang di
rumahnya tanpa perlawanan. Di tempat praktik sekaligus rumah tinggalnya, petugas
menemukan sisa-sisa obat yang disuntikkan kepada korban. Saat ini Endang berikut
Santoso diamankan di Mapolres Kediri karena dianggap menyebabkan kematian Novila.
Lamin (50), ayah Novila yang ditemui di RSUD Pare Kediri mengaku kaget dengan
kehamilan yang dialami anaknya. Sebab selama ini Novila belum memiliki suami ataupun
pacar. Karena itu ia meminta kepada polisi untuk mengusut tuntas peristiwa itu dan
menghukum pelaku.
Akibat perbuatan tersebut, Endang diancam dengan pasal 348 KUHP tentang
pembunuhan. Hukuman itu masih diperberat lagi mengingat profesinya sebagai tenaga
medis atau bidan. Selain itu, polisi juga menjeratnya dengan UU Kesehatan nomor 23
tahun 1992. Belum diketahui secara pasti sudah berapa lama Endang membuka praktik
aborsi tersebut. (Hari Tri Wasono, 2008)

B.    Pembahasan Hukum
Aborsi menurut pandangan hukum di Indonesia :
1)   Menurut KUHP dinyatakan bahwa ibu yang melakukan aborsi, dokter atau bidan atau
dukun yang membantu melakukan aborsi, dan orang yang mendukung terlaksananya
aborsi akan mendapat hukuman.
Pasal 229
1.      Barang siapa dengan sengaja mengobati seorang wanita atau menyuruhnya supaya
diobati, dengan diberitahukan atau ditimbulkan harapan, bahwa karena pengobatan itu
hamilnya dapat digugurkan, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun
atau denda paling banyak empat puluh ribu rupiah.
2.      Jika yang bersalah, berbuat demikian untuk mencari keuntungan, atau menjadikan
perbuatan tersebut sebagai pencarian atau kebiasaan, atau jika dia seorang tabib, bidan
atau juru obat, pidananya dapat ditambah sepertiga.
3.      Jika yang bersalah, melakukan kejahatan tersebut, dalam menjalani pekerjaannya maka
dapat dicabut haknya untuk melakukan pekerjaan itu.

Pasal 346
Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan kandungannya atau
menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun.

Pasal 347
1.      Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang wanita
tanpa persetujuan, diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun.
2.      Jika perbuatan itu menyebabkan matinya wanita tersebut, dikenakan pidana penjara
paling lama lima belas tahun.

Pasal 348
1.      Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seseorang
wanita dengan persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun
enam bulan.
2.      Jika perbuatan tersebut mengakibatkan matinya wanita tersebut, dikarenakan pidana
penjara paling lama tujuh tahun.

Pasal 349
Jika seorang dokter, bidan atau juru obat membantu melakukan kejahatan yang tersebut
pasal 346, ataupun melakukan atau membantu melakukan salah satu kejahatan yang
diterangkan dalam pasal 347 dan 348, maka pidana yang ditentukan dalam pasal itu dapat
ditambah dengan sepertiga dan dapat dicabut hak untuk menjalankan pencaharian dalam
mana kejahatan dilakukan.

Pasal 535
Barang siapa secara terang-terangan mempertunjukkan suatu sarana untuk
menggugurkan kandungan, maupun secara terang-terangan atau tanpa diminta
menawarkan, ataupun secara terang-terangn atau dengan menyiarkan tulisan tanpa
diminta, menunjuk sebagai bisa didapat, sarana atau perantaraan yang demikian itu,
diancam dengan kurungan paling lama tiga bulan atau denda paling banyak empat ribu
lima ratus rupiah.

Dari rumusan pasal-pasal tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan:


a)      Seorang wanita hamil yang sengaja melakukan abortus atau ia menyuruh orang lain,
diancam hukuman empat tahun.
b)      Seseorang yang sengaja melakukan abortus terhadap ibu hamil, dengan tanpa
persetujuan ibu hamil tersebut diancam hukuman 12 tahun, dan jika ibu hamil itu mati
diancam 15 tahun
c)      Jika dengan persetujuan ibu hamil, maka diancam hukuman 5,5 tahun penjara dan bila
ibu hamil tersebut mati diancam hukuman 7 tahun penjara.
d)     Jika yang melakukan dan atau membantu melakukan abortus tersebut seorang dokter,
bidan atau juru obat (tenaga kesehatan) ancaman hukumannya ditambah sepertiganya
dan hak untuk praktek dapat dicabut.
2)    Selain KUHP, abortus buatan yang ilegal juga diatur dalamUndang Undang Republik
Indonesia Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan :

Pasal 15
1.      Dalam keadaan darurat sebagai upaya untuk menyelamatkan jiwa ibu hamil dan atau
janinnya, dapat dilakukan tindakan medis tertentu.
2.      Tindakan medis tertentu sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) hanya dapat dilakukan :
a.       berdasarkan indikasi medis yang mengharuskan diambilnya tindakan tersebut;
b.      oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu dan
dilakukan sesuai dengan tanggung jawab profesi serta berdasarkan pertimbangan tim
ahli;
c.       dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan atau suami atau keluarganya;
d.      pada sarana kesehatan tertentu.
e.        
Pasal 80
Barang siapa dengan sengaja melakukan tindakan medis tertentu terhadap ibu hamil yang
tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 15 ayat (1) dan ayat (2),
dipidana dengan penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda paling
banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)

3)    Pembaharuan Undang - Undang Kesehatan yaitu UU No.36 tahun 2009 Tentang
Kesehatan, dijelaskan pula tentang aborsi.

Pasal 75
1.     Setiap orang dilarang melakukan aborsi.
2.     Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dikecualikan berdasarkan:
         indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini kehamilan, baik yang
mengancam nyawa ibu dan/atau janin, yang menderita penyakit genetik berat dan/atau
cacat bawaan, maupun yang tidak dapat diperbaiki sehingga menyulitkan bayi tersebut
hidup di luar kandungan; atau
         kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkan trauma psikologis bagi korban
perkosaan;
         Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya dapat dilakukan setelah melalui
konseling dan/atau penasehatan pra tindakan dan diakhiri dengan konseling pasca
tindakan yang dilakukan oleh konselor yang kompeten dan berwenang.
         Ketentuan lebih lanjut mengenai indikasi kedaruratan medis dan perkosaan, sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 76
Aborsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 hanya dapat dilakukan:
1.      Sebelum kehamilan berumur 6 (enam) minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir,
kecuali dalam hal kedaruratan medis;
2.      oleh tenaga kesehatan yang memiliki keterampilan dan kewenangan yang memiliki
sertifikat yang ditetapkan oleh menteri;
3.      dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan;
4.      dengan izin suami, kecuali korban perkosaan; dan
5.      penyedia layanan kesehatan yang memenuhi syarat yang ditetapkan oleh Menteri.

Pasal 77
Pemerintah wajib melindungi dan mencegah perempuan dari aborsi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 75 ayat (2) dan ayat (3) yang tidak bermutu, tidak aman, dan tidak
bertanggung jawab serta bertentangan dengan norma agama dan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Pasal 194
Setiap orang yang dengan sengaja melakukan aborsi tidak sesuai dengan ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling
lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah)

C.   Pembahasan Kasus


Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia abortus didefinisikan sebagai terjadi
keguguran janin; melakukan abortus sebagai melakukan pengguguran (dengan sengaja
karena tak menginginkan bakal bayi yang dikandung itu).
Aborsi yang dilegalkan diatur dalam Undang Undang Republik Indonesia Nomor
23 Tahun 1992 tentang Kesehatan Pasal 15, sedangkan Pembaharuan Undang - Undang
Kesehatan yaitu UU No.36 tahun 2009  tentang Kesehatan, dijelaskan pula pada Pasal 75
ayat 2 dan pasal 76.
Pada kasus di atas dijelaskan  bahwa terjadi suatu aborsi tetapi jenis aborsi illegal.
Kasus diatas berawal dari pasangan yang melakukan hubungan gelap (perselingkuhan)
yang mengakibatkan sang wanita hamil, Pria dan wanita sepakat untuk menggugurkan
kandungan yang berumur 3 bulan itu ke bidan. Bidan menyanggupi untuk melakukan
aborsi tersebut dengan imbalan Rp 2.000.000,00.
Semua ahli madya kesehatan wajib mengucap sumpah janji ketika lulus dari
pendidikan. Salah satu isi sumpah janji tersebut yaitu untuk melaksanakan tugas sabaik-
baiknya menurut undang-undang yang berlaku.  Tetapi pada kasus ini bidan E melanggar
sumpah tersebut. Bidan dengan sengaja dan adanya niat memberikan suntikan oxytocin
duradril 1,5 cc yang dicampur dengan cynano balamin. Hal ini mengakibatkan
perdarahan hebat pada wanita tersebut dan berakhir dengan kematian.
Kasus aborsi di atas termasuk kasus pidana, karena adanya aduan dari ayah
korban yang meminta kepada polisi untuk mengusut tuntas peristiwa itu dan menghukum
pelaku. Kasus ini mengakibatkan bidan E terjerat pasal 348 KUHP tentang pembunuhan
daan melanggar Undang Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992 atau pada
Undang-undang yang baru yaitu Undang-undang Kesehatan No 36 tahun 2009.
Menurut Undang Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992 bidan E bisa
dijerat dengan Pasal 80 dengan ketentuan dipidana dengan penjara paling lama 15 (lima
belas) tahun dan pidana denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah),
sedangkan menurut pembaharuan Undang Undang Republik Indonesia No.36 tahun 2009
dijerat dengan pasal 194 dengan ketentuan dipidana dengan penjara paling lama 10
(sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

PENUTUP

A.   Kesimpulan
Malpraktik aborsi yang tidak aman dan ilegal masih banyak dilakukan di sekitar
kita, bahkan oleh tenaga kesehatan sekalipun. Sebagai contoh dari kasus di atas, diketahui
bahwa seorang bidan dengan sengaja telah melakukan praktik aborsi kepada salah satu
pasiennya, dimana bidan itu sadar betul kalau tindakan tersebut adalah bukan
kewenangannya. Tindakan aborsi mengandung risiko yang cukup tinggi, apabila
dilakukan tidak sesuai standar profesi medis. Risiko yang mungkin timbul antara lain,
perdarahan, infeksi pada alat reproduksi, rupture uteri, bahkan bisa sampai terjadi
kematian. Pasal-pasal yang mengatur tentang tindakan aborsi pun tidak sedikit, dengan
berbagai ancaman hukuman, namun hal ini tidak menyurutkan niat para oknum tenaga
medis untuk tetap melakukan praktik aborsi yang ilegal.
B.   SARAN
Semua tenaga kesehatan, baik dokter, bidan ataupun yang lainnya harus
memahami betul apa-apa yang menjadi kewenangannya dan apa-apa pula yang bukan
menjadi kewenangan dari profesinya. Peraturan per Undang-undangan yang telah disusun
sedemikian rupa dan diadakan pembaharuan, janganlah hanya dianggap sebagai
peraturan tertulis semata, namun harus di patuhi dan dilaksanakan dengan sebaik-
baiknya.

  HOME
  PERTANYAAN & JAWABAN
  TENTANG KAMI
  BLOG
 Home  Klinik Aborsi  Menggugurkan Kandungan dengan Cepat dan Selamat

MENGGUGURKAN KANDUNGAN DENGAN


CEPAT DAN SELAMAT
Berbagai macam cara menggugurkan kandungan yang ditawarkan kepada kita namun kami yakin
dan percaya, ketika anda mencari tahu cara menggugurkan kandungan anda pasti ingin yang
cepat, aman dan pasti berhasil tuntas. Orang yang cerdas dan peduli dengan kesehatannya pasti
tidak peduli jumlah biaya yang harus dikeluarkan asal kesehatan dirinya terjamin. Ya, karena
kesehatan lebih berharga daripada segunung emas. Akan tetapi fakta yang terjadi adalah sang
wanita masih banyak yang panik dan mengambil jalan pintas yang lebih instan, murah dan cepat
tanpa memperhatikan keselamatan diri mereka seperti: membeli obat aborsi dan menggunakan
cara-cara tradisional baik makanan, jamu, maupun dukun beranak.

Persentase keberhasilan menggunakan obat 30-50 %


Kasus kegagalan aborsi yang seringkali menjadi keluhan pasien-pasien yang datang ke klinik
kami adalah mengenai penipuan berkedok obat aborsi, bahkan ada yang datang dalam kondisi
kritis dan mengancam kesehatan/keselamatan mereka setelah mengkonsumsi obat aborsi. Dari
sinilah kami menarik kesimpulan bahwa sang wanita ternyata kebanyakan hanya memikirkan
bagaimana cara menggugurkan kandungan yang cepat dan instan tanpa berfikir akibat bagi
kesehatan jangka panjang mereka.
Cara menggugurkan kandungan dengan mengkonsumsi obat aborsi tentunya memang hal
yang instan dan cepat, hanya meminum beberapa pil kemudian tinggal menunggu proses dan
efek samping selanjutnya. Padahal efek dari penggunaan obat sangat berbahaya, bahkan dapat
berujung pada kematian. Disinilah kami tergerak untuk memfasilitasi anda dan memberikan
pengetahuan mengenai dampak atau bahaya yang ditimbulkan apabila menggunakan cara-cara
aborsi yang tidak sesuai prosedur medis.
Baca : Bahaya Obat Aborsi Penggugur Kandungan
Berdasarkan data dan pengalaman yang kami miliki, kasus-kasus aborsi yang sering berujung
pada pendarahan bahkan kematian biasanya berasal dari orang-orang yang mengkonsumsi obat
penggugur kandungan. Maka kami sangat mengharapkan anda agar menghindari cara aborsi
yang membahayakan apabila anda tidak ingin menjadi korban selanjutnya.

Adakah cara menggugurkan kandungan selain menggunakan obat aborsi?

ADA. yaitu dengan makanan, minuman dan jamu-jamuan.


Ini merupakan cara menggugurkan kandungan secara alami (alamiah). Beberapa jenis makanan,
minuman dan jamu dibawah ini dipercaya bisa menggugurkan kandungan.

Berikut ini beberapa buah/makanan, minuman serta jamu yang dapat mengakibatkan
pengguguran janin :

1. BUAH NANAS MUDA

Buah nanas muda adalah makanan penggugur kandungan atau pembunuh janin nomor 1. Buah
nanas muda sangat berpotensi menggugurkan kandungan karena mengandung enzim bromealin.
Enzim ini dapat melunakkan daging sehingga enzim inilah yang disebut-sebut sebagai biang
keladi terjadinya keguguran. Efek yang ditimbulkan dari mengkonsumsi buah nanas muda sangat
beragam. Tergantung usia kandungan, biasanya pada usia kandungan muda buah ini dapat
menghambat perkembangan janin sampai akhirnya gugur. Selain itu mengkonsumsi buah nanas
muda pada kehamilan tua dapat mengakibatkan bayi lahir prematur.
2. BUAH DURIAN
Pernahkah perut anda terasa panas setelah mengkonsumsi buah durian? Ya, buah durian
mengandung alkohol yang membuat perut anda terasa panas ketika memakannya dengan jumlah
yang berlebihan. Seperti yang kita ketahui, buah durian sangat dilarang bagi ibu hamil.
Mengkonsumsi alkohol dapat mengakibatkan bayi prematur bahkan dapat memicu keguguran.
Selain itu buah durian juga mengandung asam arachidonat. Asam arachidonat dapat memicu
terbentuknya senyawa prostaglandin didalam rahim si ibu. Senyawa ini juga sangat berbahaya
bagi janin, ini dapat memicu kontraksi yang hebat akibatnya pertumbuhan janin menjadi
terganggu dan tidak jarang berakhir dengan cacat lahir bahkan keguguran.
3. PEPAYA MUDA

Buah pepaya muda juga dapat menggugurkan kandungan. Khususnya pada kandungan usia
muda. Buah pepaya memang memiliki banyak vitamin yang dibutuhkan oleh tubuh diantaranya
vitamin A, B, beta karotine dan kalium. Namun pepaya mentah atau muda sangat berbahaya bagi
kehamilan. Apabila ada ibu hamil yang mengidam buah pepaya yang mentah sebaiknya dihindari
karena pepaya muda mengandung pepsin dalam getahnya, zat ini bisa menyebabkan keguguran.
Selain pepsin, pepaya muda juga mengandung papain. Papain dapat mengganggu pertumbuhan
janin. Konsentrasi getah yang yang tinggi pada pepaya muda dapat mengakibatkan kontraksi
yang membahayakan janin.
4. JAMU TRADISIONAL
Kontroversi jamu tradisional terhadap pengguguran kandungan mungkin sudah banyak anda
dengar. Jamu tradisional dengan jenis “tertentu” dapat mengakibatkan peluruhan janin. Biasanya
orang yang ingin menggugurkan kandungan secara instan dan cepat juga menggunakan jamu
tradisional. Salah satu contoh jamu yang dapat menggugurkan kandungan adalah EM Kapsul.
EM kapsul dibuat dari rempah-rempah dan akar tumbuhan yang alami dan mudah untuk kita
dapatkan ditoko jamu-jamu tradisional. Fungsi utamanya ialah mengatasi masalah kewanitaan.
Siapa sangka ternyata EM kapsul memiliki efek samping yang dapat menggugurkan kandungan.
Sekilas memang kapsul tersebut sangat aman bagi kita dan sepertinya tidak memiliki efek
samping selain dapat membantu mengatasi masalah kewanitaan tetapi fakta itulah yang terjadi,
hal ini membuktikan bahwa tidak semua cara yang alami itu dapat memberikan yang terbaik bagi
kita. Sebagian orang memilih jamu tradisional sebagai cara menggugurkan kandungan yang
alami. Perlu diketahui, jamu tradisional tidak mampu mengugurkan kandungan secara tuntas.
5. ALKOHOL DAN MINUMAN BERSODA

Tidak diragukan lagi, alkohol merupakan minuman keras yang dapat mengganggu pertumbuhan
janin bahkan mengakibatkan keguguran. Untuk minuman bersoda seperti sprite, jika diminum
secara berlebihan juga dapat memicu keguguran. Beredar juga kabar yang cukup mengejutkan
bahwa pil bodrex jika dikombinasikan dengan sprite dapat membahayakan keselamatan janin..
dan ini masih belum dipastikan kebenarannya, yang jelas cara-cara menggugurkan seperti ini
persentase akibat yang ditimbulkan seperti pendarahan hebat menjadi berlipat.
Itulah beberapa makanan dan minuman yang menggugurkan kandungan. Setelah membaca
makanan penggugur kandungan diatas, mungkin anda berpikir untuk memilih makanan/minuman
daripada menggunakan obat aborsi karena cenderung “lebih alami” dan mudah
dicari. Tidak! kami tekankan itu juga merupakan pilihan yang salah.
LANTAS BAGAIMANA CARA MENGGUGURKAN
KANDUNGAN AMAN DAN TUNTAS?
Sama halnya dengan obat, semua makanan diatas adalah bersifat menggugurkan, bukan
menuntaskan. Sisa-sisa janin yang tertinggal didalam rahim apabila tidak
dibersihkan/dikeluarkan maka dapat mengakibatkan infeksi rahim dan tentunya akan
berpengaruh terhadap kehamilan anda berikutnya. Kata “tuntas” disini sangat ditekankan karena
cukup banyak kerugian yang dapat timbul apabila tindakan aborsi tidak sempurna atau tidak
bersih. Kalaupun berhasil, setelah mengkonsumsi makanan/obat penggugur diatas anda tetap
membutuhkan tindak lanjut oleh dokter untuk membersihkan rahim sang ibu. Bukankah itu
memerlukan biaya lagi? Nah, kejadian-kejadian merugikan seperti inilah yang banyak kami
dapati dari pasien kami, yang mana mereka sebelumnya telah mencoba berbagai cara aborsi
seperti diatas.
Kalau anda bisa langsung ditangani oleh dokter spesialis, mengapa memilih cara-cara
merugikan seperti diatas?

Kesimpulan
Cara menggugurkan kandungan yang paling aman dan efektif adalah langsung ditangani oleh
dokter di klinik aborsi dengan protokol medis yang aman. Jika anda bingung untuk mencari
dokter spesialis kandungan yang berkompeten dalam kuretase/menggugurkan kandungan, anda
bisa menghubungi kami (Pusat Klinik Aborsi Jakarta). Ingin mengetahui lebih lanjut tentang
prosedur aborsi di klinik? anda bisa membaca artikel berikut tentang Prosedur Aborsi Dengan
Dokter.

Cara menggugurkan kandungan, obat aborsi merupakan produk obat penggugur


kandungan, obat penggugur janin, obat aborsi ampuh, obat aborsi tuntas, obat aborsi
cytotec, obat aborsi manjur, obat aborsi aman, obat aborsi tradisional, obat aborsi
alami, obat telat haid, obat pelancar haid, obat telat bulan yang aman dan murah
sehingga menjadi pilihan bagi mereka yang lagi mencari cara menggugurkan
kandungan di Indonesia. Cara menggugurkan dengan menggunakan pil aborsi
merupakan hal yang lazim dilakukan diluar negeri, terutama di negara-negara Eropa,
dan sangat cocok untuk diterapkan di Indonesia mengingat klinik aborsi yang dilakukan
oleh dokter-dokter kandungan sangat sulit untuk ditemukan dan sangat tertutup, dan
seandainya ada harganya sangat mahal jika dibandingkan dengan pengobatan aborsi
yang kami tawarkan.
 
Obat untuk menggugurkan kandungan yang paling direkomendasikan oleh para dokter
diluar negeri adalah kombinasi dari CYTOTEC & MISOPROSTOL. Karena dengan
kombinasi kedua jenis obat ini, maka prosentase keberhasilannya mencapai 95%

ISLAM DAN ABORSI SATU TUJUAN HUKUM FIKIH [1]


Allah Azza wa Jalla dengan hikmah-Nya yang agung menjadikan keturunan sebagai satu tuntutan
alami pada manusia. Keturunan ini ada akibat bertemunya sepasang suami istri dengan cara yang
telah dianjurkan dan ditetapkan oleh syari’at. Lalu menjadikan anak dan keturunan yang disukai
sebagai buah pernikahan dan dicintai setiap manusia yang masih lurus fitrahnya.
Begitu pentingnya keturunan dan nasabnya ini, sehingga Islam menjadikannya sebagai salah satu
dari lima perkara penting dan pasti terjaga dalam Islam (adh-Dharuriyât al-Khamsu). Dari sini
perhatian dan perlindungan janin termasuk perkara penting agama Islam dalam seluruh fase-fase
pembentukannya. Apalagi di masa kiwari (masa kini) ini yang bermunculan beragam sarana yang
mudah dan modern untuk menggugurkan kandungan. Banyaknya iklan dan slogan kebebasan
berekspresi dalam semua sektor kehidupan membawa manusia melakukan perbuatan nista tanpa
ada rasa malu dan takut kepada Allah Azza wa Jalla . Banyaknya orang hamil di luar nikah
membuat mereka akhirnya mengambil aborsi sebagai salah satu solusi menghilangkan rasa malu
pada masyarakat.
Hal ini menjadi semakin parah dengan adanya campur tangan tangan-tangan jahat musuh Islam
yang ingin merusak tata kehidupan dan kualitas kaum Muslimin sekarang ini. Karena itulah, perlu
sekali adanya pencerahan tentang permasalahan ini agar masyarakat lebih berhati-hati terhadap
hak dan kemulian janin.
DEFINISI ABORSI ANTARA MEDIS DAN SYARI’AT.
Gugur kandungan atau aborsi (bahasa Latin: abortus) dikenal dalam istilah para ulama Islam
dengan al-Ijhâdh atau as-Saqthu. Ada juga yang menyebutnya al-Imlâsh atau al-Islâb.
Aborsi dalam istilah medis adalah berhentinya kehamilan sebelum usia kehamilan 20 minggu yang
mengakibatkan kematian janin. Apabila janin lahir selamat (hidup) sebelum 38 minggu namun
setelah 20 minggu, maka istilahnya adalah kelahiran prematur.
Sedangkan dalam istilah syari’at, aborsi adalah kematian janin atau keguguran sebelum sempurna;
walaupun janin belum mencapai usia enam bulan.
Dari sini dapat disimpulkan bahwa aborsi secara syari’at tidak melihat kepada usia kandungan,
namun melihat kepada kesempurnaan bentuk janin tersebut.
KLASIFIKASI ABORTUS.
Keguguran atau abortus (al-Ijhâdh) dapat diklasifikasikan dalam tiga jenis:
1. Al-Ijhâdh at-Tilqâ’i atau al-‘Afwi ( Abortus spontanea) yaitu proses alami yang dilakukan rahim
untuk mengeluarkan janin yang tidak mungkin sempurna unsur-unsur kehidupan padanya. Bisa jadi
ini terjadi dengan sebab kecacatan besar yang menimpanya karena akibat sakitnya sang ibu yang
terkena penyakit beragam seperti diabetes atau lainnya.
2. Al-Ijhâdh al-‘Ilâji (Abortus Provokatus Medisinalis/Artificialis/Therapeuticus) adalah abortus
(keguguran) yang sengaja dilakukan para medis (dokter) demi menyelamatkan nyawa ibu yang
dalam keadaan sangat jarang bahwa kehamilannya dapat berlanjut dengan selamat.
3. Al-Ijhâdh al-Ijtimâ–’i dinamakan juga al-Ijhâdh al-Jinâ`i atau al-Ijrâmi (Abortus Provokatus
Kriminalis) adalah aborsi yang sengaja dilakukan tanpa adanya indikasi medik (ilegal). Tujuannya
hanya untuk tidak melahirkan bayi atau untuk menjaga penampilan atau menutupi aib dan
sejenisnya. Biasanya pengguguran dilakukan dengan menggunakan berbagai cara termasuk
dengan alat-alat atau obat-obat tertentu.
SYARI’AT MEMANDANG ABORSI.
Melihat klasifikasi yang ada di atas, dapat dilihat bahwa jenis pertama tidak masuk dalam
kemampuan dan kehendak manusia, sehingga tentunya masuk dalam firman Allah Azza wa Jalla :
‫اَل ُي َكلِّفُ هَّللا ُ َن ْفسًا إِاَّل وُ سْ عَ هَا‬
Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.[al-Baqarah/2:168]
Dan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam :
‫الخ َطأ ُ َو ال ِّنسْ يَانُ َو مَا اسْ ُت ْك ِره ُْوا عَ لَ ْي ِه‬
َ ْ‫وُ ضِ عَ عَ نْ أ ُ َّمتِي‬
Dimaafkan dari umatku kesalahan (tanpa sengaja), lupa dan keterpaksaan [HR al-Baihaqi dalam
Sunannya dan dishahîhkan Syaikh al-Albâni dalam Shahîhul-Jâmi no. 13066]
Sedangkan jenis kedua tidaklah dilakukan kecuali dalam keadaan darurat yang menimpa sang ibu,
sehingga kehamilan dan upaya mempertahankannya dapat membahayakan kehidupan sang ibu.
Sehingga aborsi menjadi satu-satunya cara mempertahankan jiwa sang ibu; dalam keadaan tidak
mungkin bisa mengupayakan kehidupan sang ibu dan janinnya bersama-sama. Dalam keadaan
seperti inilah mengharuskan para medis spesialis kebidanan mengedepankan nyawa ibu daripada
janinnya. Memang nyawa janin sama dengan nyawa sang ibu dalam kesucian dan penjagaannya,
namun bila tidak mungkin menjaga keduanya kecuali dengan kematian salah satunya maka hal ini
masuk dalam kaedah “Melanggar yang lebih ringan dari dua madharat untuk menolak yang lebih
berat lagi” (Irtikâbul khaffi ad-Dhararain Lidaf’i A’lahuma).
Di sini jelaslah kemaslahatan mempertahankan nyawa sang ibu didahulukan daripada kehidupan
sang janin, karena ibu adalah induk dan tiang keluarga. Dengan takdir Allah Azza wa Jalla ia bisa
melahirkan berulang kali, sehingga didahulukan nasib sang ibu dari janinnya.
Syaikh Ahmad al-Ghazâli seorang Ulama Indonesia menyatakan: “Adapun ulama Indonesia
berpendapat keharaman aborsi kecuali apabila ada dengan sebab terpaksa yang harus dilakukan
dan menyebabkan kematian sang ibu. Hal ini karena syari’at Islam dalam keadaan seperti itu
memerintahkan untuk melanggar salah satu madharat yang teringan. Apabila tidak ada di sana
solusi lain selain menggugurkan janin untuk menjaga hidup sang ibu”. [2] Wallâhu a’lam
Permasalahan yang penting dalam pembahasan ini adalah hukum aborsi jenis ketiga yaitu Al-Ijhâdh
al-Ijtimâ’i dinamakan juga al-Ijhâdh al-Jinâ`i atau al-Ijrâmi (Abortus Provokatus Kriminalis).
HUKUM ABORSI JENIS INI.
Telah dimaklumi bahwa janin mengalami fase-fase pembentukan sebelum menjadi janin yang
sempurna dan lahir menjadi bayi. Di antara pembeda yang banyak dilihat para ahli fikih yang
berbicara dalam hal ini adalah adanya ruh dalam janin tersebut. Dengan dasar ini maka hukum
aborsi dapat diklasifikasikan secara umum menjadi dua:
a. Aborsi Sebelum Ditiupkan Ruh
Melihat pendapat para Ulama fikih dari berbagai madzhab, dapat disimpulkan bahwa pendapat
mereka dalam masalah ini menjadi 3 kelompok:
1. Kelompok yang membolehkan aborsi sebelum ditiup ruh pada janin. Ini pendapat minoritas Ulama
madzhab Syâfi’iyah, Hambaliyah dan Hanafiyah.
2. Kelompok yang membolehkan aborsi sebelum dimulai pembentukan bentuk janin yaitu sebelum
empat puluh hari pertama. Ini pendapat mayoritas mazhhab Hanafiyah, Syâfi;’iyah dan Hambaliyah.
Pendapat ini dirajihkan Syaikh Ali Thanthawi rahimahullah.
3. Kelompok yang mengharamkan aborsi sejak terjadinya pembuahan dalam rahim. Ini pendapat
yang rajih dalam madzhab Mâlikiyah, pendapat imam al-Ghazâli, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, Ibnu
Rajab al-Hambali dan Ibnu al-Jauzi. Inilah pendapat madzhab Zhahiriyah.
Pendapat inilah yang dirajihkan mayoritas Ulama kontemporer dewasa ini, karena adanya
pelanggaran terhadap hak janin untuk hidup dan juga hak masyarakat. DR. Wahbah az-Zuhaili
menjelaskan hal ini dengan menyatakan bahwa para Ulama sepakat mengharamkan aborsi tanpa
udzur setelah bulan keempat, yaitu setelah berlalu seratus dua puluh hari dari permulaan kehamilan.
Mereka juga sepakat menganggap ini sebagai kejahatan yang mengharuskan adanya diyat, karena
ada upaya menghilangkan jiwa dan pembunuhan. Saya sendiri merajihkan larangan aborsi sejak
awal kehamilan, karena adanya kehidupan dan permulaan pembentukan janin; kecuali karena
keadaan darurat seperti terkena penyakit akut/parah contohnya kelumpuhan atau kanker. Saya
sendiri condong sepakat dengan pendapat al-Ghazâli yang menganggap aborsi, walaupun
dilakukan di hari pertama kehamilan adalah seperti membunuh janin hidup-hidup (al-Wa`du) yang
merupakan kejahatan terhadap sesuatu yang ada.
Sedangkan Syaikh Ahmad Sahnuun seorang Ulama dari Maroko menyatakan: “Aborsi adalah
perbuatan tercela dan kejahatan besar yang dilarang dalam Islam. Juga diingkari jiwa kemanusian
dan jiwa-jiwa yang mulia menolaknya. Sebab hal itu adalah pembunuhan jiwa yang Allah Azza wa
Jalla haramkan, perubahan ciptaan Allah Azza wa Jalla dan menentang takdir/kehendak Allah Azza
wa Jalla ”. Islam telah melarang membunuh jiwa seperti dalam firman Allah Azza wa Jalla :
‫َواَل َت ْق ُتلُوا ال َّن ْفسَ الَّتِي حَ رَّ َم هَّللا ُ إِاَّل ِب ْالحَ ِّق‬
Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya), melainkan dengan
suatu (alasan) yang benar. (al-Isra`/17:33) sebagaimana juga melarang sikap merubah ciptaan Allah
Azza wa Jalla dalam firmanNya:
ِ ‫م َفلَيُغَ ِّيرُنَّ َخ ْلقَ هَّللا‬yْ ‫َوآَل مُرَ َّن ُه‬
Dan akan aku suruh mereka (mengubah ciptaan Allah), lalu benar-benar mereka meubahnya. [an-
Nisaa`/4:119]
Aborsi mirip dengan al-Wa`du (membunuh anak hidup-hidup) yang dahulu pernah dilakukan di
zaman Jahiliyah, bahkan tidak lebih kecil kejahatannya. Islam sangat mengingkari hal ini
sebagaimana firman-Nya:
ْ َ‫َوإِ َذا ْالم َْوءُودَ ةُ ُس ِئل‬
‫ت‬
Dan apabila bayi-bayi perempuan yang dikubur hidup-hidup ditanya, [at-Takwîr/81: 8]
Baik aborsi dilakukan di fase awal janin atau setelah ditiupkan ruh padanya. Sebab semua fase
pembentukan janin berisi kehidupan yang harus dihormati, yaitu kehidupan pertumbuhan dan
pembentukannya. Hal ini menyelisihi orang-orang yang membolehkan aborsi sebelum ruh ditiupkan.
Mereka beranggapan bahwa sebelum adanya ruh maka tidak ada kehidupan padanya, sehingga
tidak ada kejahatan dan keharaman. Mereka dengan membolehkan hal itu berarti telah membuka
pintu yang sulit dibendung dan memberikan senjata kepada tangan lawan dan musuh Islam untuk
mencela Islam. Juga melegalkan semua yang terjadi di luar negara Islam yang berupa perbuatan
nista dan tercela; yang membuat pusing para intelektual dan menggoyangkan tatanan gereja dan
para pendetanya. Setelah dipastikan secara ilmiyah bahwa aborsi memiliki bahaya bagi kesehatan
dan kehidupan wanita, sehingga aborsi diharamkan untuk dilakukan, karena menghilangkan
madharat lebih didahulukan dari mengambil kemaslahatan.[4]
Sedangkan DR. Ibrahim Haqqi menyatakan: “Diharamkan aborsi karena merupakan pembunuhan
jiwa yang tidak berdosa dan menjerumuskan jiwa lainnya yaitu sang ibu kepada bahaya yang
banyak hingga bahaya kematian. Ini adalah perkara yang terlarang.”[5]
Demikian juga pendapat yang disampaikan Syaikh Ahmad al-Ghazâli seorang Ulama Indonesia
mengatasnamakan Ulama Indonesia.[6]
Inilah pendapat yang dirajihkan Umar bin Ibrahim Ghânim penulis kitab Ahkâmul-Janîn dalam
pernyataan beliau : “Sudah pasti pendapat kelompok yang melarang aborsi sejak pembuahan
adalah yang lebih dekat kepada kebenaran dan sesuai dengan ruh Islam. Ruh Islam yang
memerintahkan untuk melindungi dan menjaga keturunan; juga menghalangi kesempatan pengekor
hawa dan nafsu syahwat yang ingin mengambil kesempatan untuk merealisasikan tujuan dan
keinginan mereka untuk melemahkan keturunan kaum Muslimin. Demikian juga fatwa larangan ini
termasuk saddu adz-Dzarî’at yang sangat bersesuaian dengan ruh syari’at Islam yang mulia.
b. Aborsi Setelah Ditiupkan Ruh Pada Janin (Setelah Empat Bulan) .
Telah dijelaskan bahwa ada perbendaan pendapat di antara para Ulama dalam hukum aborsi saat
sebelum peniupan ruh pada janin. Sedangkan setelah peniupan ruh, para ahli fikih sepakat bahwa
janin telah menjadi manusia dan bernyawa yang memiliki kehormatan dan kemuliaan, sebagaimana
dijelaskan dalam firman Allah Azza wa Jalla :
‫ِير ِممَّنْ َخلَ ْق َنا َت ْفضِ ياًل‬
ٍ ‫ت َو َفض َّْل َنا ُه ْم عَ لَ ٰى َكث‬ َّ َ‫م مِن‬yْ ‫َولَ َق ْد َكرَّ مْ َنا َبنِي آدَ َم َوحَ م َْل َنا ُه ْم فِي ْالبَرِّ َو ْال َبحْ ر َورَ َز ْق َنا ُه‬
ِ ‫الط ِّيبَا‬ ِ
Dan Sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di
lautan, Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan
yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan. [al-Isrâ`/17 : 70] dan firman
Allah Azza wa Jalla :
ِ ْ‫س أَ ْو َفسَ ا ٍد فِي اأْل َر‬
‫ض َف َكأ َ َّنمَا َق َت َل ال َّناسَ جَ مِيعًا َو َمنْ أَحْ يَاهَا َف َكأ َ َّنمَا أَحْ يَا ال َّناسَ جَ مِيعًا‬ ٍ ‫َمنْ َق َت َل َن ْفسًا ِبغَ ي ِْر َن ْف‬
Barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain
atau bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi, Maka seakan-akan Dia telah membunuh
manusia seluruhnya.[al-Mâidah/5:32]
Di antara Ulama yang menukil kesepakatan ini adalah Ibnu Jizzi[7], DR. Wahbah az-Zuhaili[8] dan
DR. Muhammad Ali al-Bâr [9]
Demikianlah, menjadi jelas bagi kita bahwa aborsi setelah ditiupkan ruh pada janin adalah kejahatan
yang tidak boleh dilakukan kecuali dalam keadaan sangat darurat yang dipastikan. Caranya dengan
mengambil keputusan para medis yang terpercaya dan ahli di bidang tersebut; yaitu bahwa adanya
janin itu membahayakan kehidupan sang ibu. Perlu diketahui dengan adanya kemajuan sarana
kedokteran modern dan kemampuan ilmu serta tersedianya semua keperluan tentang hal itu, maka
aborsi untuk penyelamatan nyawa ibu adalah peristiwa yang sangat jarang terjadi. Wallâhu a’lam.
Mudah-mudahan pembahasan ini bermanfaat.
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 03/Tahun XIII/Jumadil Tsani 1430/2009M. Penerbit Yayasan
Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo-Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp.
0271-858197 Fax 0271-858196]
_______
Footnote
[1]. Diadaptasi dari kitab Ahkâmul-Janîn fîl-Fiqhil-Islâm, karya Umar bin Muhammad bin Ibrâhim
Ghânim, cetakan pertama tahun1421 H, Dâr Ibni Hazm
[2]. Al-Ijhâdh wa Nazharatul-Islam Ilaihi –makalah yang disusun Ahmad al-Ghazâli dan diajukan
kepada muktamar ar-Ribâth yang diadakan dari tanggal 24-29/11/19721 M.
[3]. Al-Fikhul-Islami wa Adilatuhu 3/556-557
[4]. Al-Ijhâdhul-‘Amd , makalah disampaikan dalam muktamar ar-Ribâth hal. 309-346
[5]. Mauqifud-Dinil-islâm minal-Ijhâdh, makalah yang disampaikan dalam muktamar ar-Ribâth, lihat
Islam wa tanzhîm al-Wâlidiyah hal. 418.
[6]. Al-Ijhâdh wa Nazharatul-Islâm Ilaihi –makalah yang disusun Ahmad al-Ghazâli dan diajukan
kepada muktamar ar-Ribâth yang diadakan dari tanggal 24-29/11/19721 M.
[7]. Al- Qawâninul-Fiqhiyah hal.141
[8]. Al-Fiqhul-Islâmi wa Adillatuhu 3/556
[9]. Siyâsah wa Wasâil tahdîdin-nasl hal. 16

Sumber: https://almanhaj.or.id/3362-islam-dan-aborsi-satu-tinjaun-hukum-fikih.html

 
Apa hukumnya aborsi dalam pandangan Islam? Jika boleh, saat kapan kita bisa melakukan aborsi? Soalnya ada

sebagian orang yang mengatakan bahwa sejak sel sperma ketemu dengan ovum (sel telur), hukum aborsi haram.

Tetapi ada sebagian orang yang mengatakan bahwa sebelum 40 hari, hukum aborsi mubah. Yang mana yang

benar? Mohon penjelasannya.

Jawab: Pendahuluan

Pertama-tama harus dideklarasikan bahwa aborsi bukanlah semata masalah medis atau kesehatan masyarakat,

melainkan juga problem sosial yang terkait dengan paham kebebasan (freedom/liberalism) yang dianut suatu

masyarakat. Paham asing ini tak diragukan lagi telah menjadi pintu masuk bagi merajalelanya kasus-kasus aborsi,

dalam masyarakat mana pun. Data-data statistik yang ada telah membuktikannya. Di luar negeri, khususnya di

Amerika Serikat, dua badan utama, yaitu Federal Centers for Disease Control (FCDC) dan Alan Guttmacher

Institute (AGI), telah mengumpulkan data aborsi yang menunjukkan bahwa jumlah nyawa yang dibunuh dalam

kasus aborsi di Amerika — yaitu hampir 2 juta jiwa — lebih banyak dari jumlah nyawa manusia yang dibunuh

dalam perang mana pun dalam sejarah negara itu. Sebagai gambaran, jumlah kematian orang Amerika Serikat

dari tiap-tiap perang adalah: Perang Vietnam 58.151 jiwa, Perang Korea 54.246 jiwa, Perang Dunia II 407.316

jiwa, Perang Dunia I 116.708 jiwa, Civil War (Perang Sipil) 498.332 jiwa. Secara total, dalam sejarah dunia, jumlah

kematian karena aborsi jauh melebihi jumlah orang yang meninggal dalam semua perang jika digabungkan

sekaligus (www.genetik2000.com).

Data tersebut ternyata sejalan dengan data statistik yang menunjukkan bahwa mayoritas orang Amerika (62 %)

berpendirian bahwa hubungan seksual dengan pasangan lain, sah-sah saja dilakukan. Mereka beralasan toh orang

lain melakukan hal yang serupa dan semua orang melakukannya (James Patterson dan Peter Kim, 1991, The Day

America Told The Thruth dalam Dr. Muhammad Bin Saud Al Basyr, Amerika di Ambang Keruntuhan, 1995, hal. 19).

Bagaimana di Indonesia? Di negeri yang mayoritas penduduknya muslim ini, sayang sekali ada gejala-gejala

memprihatinkan yang menunjukkan bahwa pelaku aborsi jumlahnya juga cukup signifikan. Memang frekuensi

terjadinya aborsi sangat sulit dihitung secara akurat, karena aborsi buatan sangat sering terjadi tanpa dilaporkan

kecuali jika terjadi komplikasi, sehingga perlu perawatan di rumah sakit. Akan tetapi, berdasarkan perkiraan dari

BKBN, ada sekitar 2.000.000 kasus aborsi yang terjadi setiap tahunnya di Indonesia. Berarti ada 2.000.000 nyawa

yang dibunuh setiap tahunnya secara keji tanpa banyak yang tahu (Aborsi.net). Pada 9 Mei 2001 Menteri Negara

Pemberdayaan Perempuan (waktu itu) Dra. Hj. Khofifah Indar Parawansa dalam Seminar “Upaya Cegah Tangkal
terhadap Kekerasan Seksual Pada Anak Perempuan” yang diadakan Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Jatim di

FISIP Universitas Airlangga Surabaya menyatakan, “Angka aborsi saat ini mencapai 2,3 juta dan setiap tahun ada

trend meningkat.” (www.indokini.com). Ginekolog dan Konsultan Seks, dr. Boyke Dian Nugraha, dalam seminar

“Pendidikan Seks bagi Mahasiswa” di Universitas Nasional Jakarta, akhir bulan April 2001 lalu menyatakan, setiap

tahun terjadi 750.000 sampai 1,5 juta aborsi di Indonesia (www.suarapembaruan.com).

Dan ternyata pula, data tersebut selaras dengan data-data pergaulan bebas di Indonesia yang mencerminkan

dianutnya nilai-nilai kebebasan yang sekularistik. Mengutip hasil survei yang dilakukan Chandi Salmon Conrad di

Rumah Gaul binaan Yayasan Pelita Ilmu Jakarta, Prof. Dr. Fawzia Aswin Hadis pada Simposium Menuju Era Baru

Gerakan Keluarga Berencana Nasional, di Hotel Sahid Jakarta mengungkapkan ada 42 % remaja yang menyatakan

pernah berhubungan seks; 52 % di antaranya masih aktif menjalaninya. Survei ini dilakukan di Rumah Gaul Blok

M, melibatkan 117 remaja berusia sekitar 13 hingga 20 tahun. Kebanyakan dari mereka (60 %) adalah wanita.

Sebagian besar dari kalangan menengah ke atas yang berdomisili di Jakarta Selatan (www.kompas.com).

Berdasarkan hal ini, dapat disimpulkan bahwa aborsi memang merupakan problem sosial yang terkait dengan

paham kebebasan (freedom/liberalism) yang lahir dari paham sekularisme, yaitu pemisahan agama dari kehidupan

(Abdul Qadim Zallum, 1998).

Terlepas dari masalah ini, hukum aborsi itu sendiri memang wajib dipahami dengan baik oleh kaum muslimin, baik

kalangan medis maupun masyarakat umumnya. Sebab bagi seorang muslim, hukum-hukum Syariat Islam

merupakan standar bagi seluruh perbuatannya. Selain itu keterikatan dengan hukum-hukum Syariat Islam adalah

kewajiban seorang muslim sebagai konsekuensi keimanannya terhadap Islam. Allah SWT berfirman:

“Maka demi Tuhanmu, mereka pada hakikatnya tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu (Muhammad)

sebagai pemutus perkara yang mereka perselisihkan di antara mereka.” (Qs. an-Nisaa` [4]: 65).

“Dan tidak patut bagi seorang mu`min laki-laki dan mu`min perempuan, jika Allah dan Rasul-Nya telah

menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka.” (Qs. al-Ahzab

[33]: 36).

Sekilas Fakta Aborsi

Aborsi secara umum adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu) sebelum buah kehamilan

tersebut mampu untuk hidup di luar kandungan. (JNPK-KR, 1999) (www.jender.or.id) Secara lebih

spesifik, Ensiklopedia Indonesia memberikan pengertian aborsi sebagai berikut: “Pengakhiran kehamilan sebelum

masa gestasi 28 minggu atau sebelum janin mencapai berat 1.000 gram.” Definisi lain menyatakan, aborsi adalah

pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.
Aborsi merupakan suatu proses pengakhiran hidup dari janin sebelum diberi kesempatan untuk bertumbuh (Kapita

Seleksi Kedokteran, Edisi 3, halaman 260).

Dalam dunia kedokteran dikenal 3 macam aborsi, yaitu:

1. Aborsi Spontan/ Alamiah atau Abortus Spontaneus

2. Aborsi Buatan/ Sengaja atau Abortus Provocatus Criminalis

3. Aborsi Terapeutik/ Medis atau Abortus Provocatus Therapeuticum

Aborsi spontan/ alamiah berlangsung tanpa tindakan apapun. Kebanyakan disebabkan karena kurang baiknya

kualitas sel telur dan sel sperma.

Aborsi buatan/ sengaja/ Abortus Provocatus Criminalis adalah pengakhiran kehamilan sebelum usia kandungan 20

minggu atau berat janin kurang dari 500 gram sebagai suatu akibat tindakan yang disengaja dan disadari oleh

calon ibu maupun si pelaksana aborsi (dalam hal ini dokter, bidan atau dukun beranak).

Aborsi terapeutik / Abortus Provocatus therapeuticum adalah pengguguran kandungan buatan yang dilakukan atas

indikasi medik. Sebagai contoh, calon ibu yang sedang hamil tetapi mempunyai penyakit darah tinggi menahun

atau penyakit jantung yang parah yang dapat membahayakan baik calon ibu maupun janin yang dikandungnya.

Tetapi ini semua atas pertimbangan medis yang matang dan tidak tergesa-gesa (www.genetik2000.com).

Pelaksanaan aborsi adalah sebagai berikut. Kalau kehamilan lebih muda, lebih mudah dilakukan. Makin besar

makin lebih sulit dan resikonya makin banyak bagi si ibu, cara-cara yang dilakukan di kilnik-klinik aborsi itu

bermacam-macam, biasanya tergantung dari besar kecilnya janinnya.

1. Abortus untuk kehamilan sampai 12 minggu biasanya dilakukan dengan MR/ Menstrual Regulation yaitu dengan

penyedotan (semacam alat penghisap debu yang biasa, tetapi 2 kali lebih kuat).

2. Pada janin yang lebih besar (sampai 16 minggu) dengan cara Dilatasi & Curetage.

3. Sampai 24 minggu. Di sini bayi sudah besar sekali, sebab itu biasanya harus dibunuh lebih dahulu dengan

meracuni dia. Misalnya dengan cairan garam yang pekat seperti saline. Dengan jarum khusus, obat itu langsung

disuntikkan ke dalam rahim, ke dalam air ketuban, sehingga anaknya keracunan, kulitnya terbakar, lalu mati.

4. Di atas 28 minggu biasanya dilakukan dengan suntikan prostaglandin sehingga terjadi proses kelahiran buatan

dan anak itu dipaksakan untuk keluar dari tempat pemeliharaan dan perlindungannya.

5. Juga dipakai cara operasi Sesaria seperti pada kehamilan yang biasa (www.genetik2000.com).

Dengan berbagai alasan seseorang melakukan aborsi tetapi alasan yang paling utama adalah alasan-alasan non-

medis. Di Amerika Serikat alasan aborsi antara lain:


1. Tidak ingin memiliki anak karena khawatir menggangu karir, sekolah, atau tanggung jawab yang lain (75%)

2. Tidak memiliki cukup uang untuk merawat anak (66%)

3. Tidak ingin memiliki anak tanpa ayah (50%)

Alasan lain yang sering dilontarkan adalah masih terlalu muda (terutama mereka yang hamil di luar nikah), aib

keluarga, atau sudah memiliki banyak anak. Ada orang yang menggugurkan kandungan karena tidak mengerti apa

yang mereka lakukan. Mereka tidak tahu akan keajaiban-keajaiban yang dirasakan seorang calon ibu, saat

merasakan gerakan dan geliatan anak dalam kandungannya.

Alasan-alasan seperti ini juga diberikan oleh para wanita di Indonesia yang mencoba meyakinkan dirinya bahwa

membunuh janin yang ada di dalam kandungannya adalah boleh dan benar. Semua alasan-alasan ini tidak

berdasar.

Sebaliknya, alasan-alasan ini hanya menunjukkan ketidak pedulian seorang wanita,

yang hanya mementingkan dirinya sendiri (www.genetik2000.com).

Data ini juga didukung oleh studi dari Aida Torres dan Jacqueline Sarroch Forrest (1998) yang menyatakan bahwa

hanya 1% kasus aborsi karena perkosaan atau incest (hubungan intim satu darah), 3% karena membahayakan

nyawa calon ibu, dan 3% karena janin akan bertumbuh dengan cacat tubuh yang serius. Sedangkan 93% kasus

aborsi adalah karena alasan-alasan yang sifatnya untuk kepentingan diri sendiri termasuk takut tidak mampu

membiayai, takut dikucilkan, malu, atau gengsi (www.genetik2000.com).

Aborsi Menurut Hukum Islam

Dr. Abdurrahman Al Baghdadi (1998) dalam bukunya Emansipasi Adakah Dalam Islam halaman 127-128

menyebutkan bahwa aborsi dapat dilakukan sebelum atau sesudah ruh (nyawa) ditiupkan. Jika dilakukan setelah

setelah ditiupkannya ruh, yaitu setelah 4 (empat) bulan masa kehamilan, maka semua ulama ahli fiqih (fuqoha)

sepakat akan keharamannya. Tetapi para ulama fiqih berbeda pendapat jika aborsi dilakukan sebelum

ditiupkannya ruh. Sebagian memperbolehkan dan sebagiannya mengharamkannya.

Yang memperbolehkan aborsi sebelum peniupan ruh, antara lain Muhammad Ramli (w. 1596 M) dalam

kitabnya An Nihayah dengan alasan karena belum ada makhluk yang bernyawa. Ada pula yang memandangnya

makruh, dengan alasan karena janin sedang mengalami pertumbuhan.

Yang mengharamkan aborsi sebelum peniupan ruh antara lain Ibnu Hajar (w. 1567 M) dalam kitabnya At

Tuhfah dan Al Ghazali dalam kitabnya Ihya` Ulumiddin. Bahkan Mahmud Syaltut, mantan Rektor Universitas Al

Azhar Mesir berpendapat bahwa sejak bertemunya sel sperma dengan ovum (sel telur) maka aborsi adalah haram,
sebab sudah ada kehidupan pada kandungan yang sedang mengalami pertumbuhan dan persiapan untuk menjadi

makhluk baru yang bernyawa yang bernama manusia yang harus dihormati dan dilindungi eksistensinya. Akan

makin jahat dan besar dosanya, jika aborsi dilakukan setelah janin bernyawa, dan akan lebih besar lagi dosanya

kalau bayi yang baru lahir dari kandungan sampai dibuang atau dibunuh (Masjfuk Zuhdi, 1993, Masail Fiqhiyah

Kapita Selekta Hukum Islam, halaman 81; M. Ali Hasan, 1995, Masail Fiqhiyah Al Haditsah Pada Masalah-

Masalah Kontemporer Hukum Islam, halaman 57; Cholil Uman, 1994, Agama Menjawab Tentang

Berbagai Masalah Abad Modern, halaman 91-93; Mahjuddin, 1990, Masailul Fiqhiyah Berbagai Kasus

Yang Yang Dihadapi Hukum Islam Masa Kini, halaman 77-79).

Pendapat yang disepakati fuqoha, yaitu bahwa haram hukumnya melakukan aborsi setelah ditiupkannya ruh

(empat bulan), didasarkan pada kenyataan bahwa peniupan ruh terjadi setelah 4 (empat) bulan masa kehamilan.

Abdullah bin Mas’ud berkata bahwa Rasulullah Saw telah bersabda:

“Sesungguhnya setiap kamu terkumpul kejadiannya dalam perut ibumu selama 40 hari dalam bentuk ‘nuthfah’,

kemudian dalam bentuk ‘alaqah’ selama itu pula, kemudian dalam bentuk ‘mudghah’ selama itu pula, kemudian

ditiupkan ruh kepadanya.” [HR. Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Ahmad, dan Tirmidzi].

Maka dari itu, aborsi setelah kandungan berumur 4 bulan adalah haram, karena berarti membunuh makhluk yang

sudah bernyawa. Dan ini termasuk dalam kategori pembunuhan yang keharamannya antara lain didasarkan pada

dalil-dalil syar’i berikut. Firman Allah SWT:

“Dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena kemiskinan. Kami akan memberikan rizki kepada

mereka dan kepadamu.” (Qs. al-An’aam [6]: 151).

“Dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut miskin. Kami akan memberikan rizki kepada

mereka dan kepadamu.” (Qs. al-Isra` [17]: 31).

“Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan (alasan) yang

benar (menurut syara’).” (Qs. al-Isra` [17]: 33).

“Dan apabila bayi-bayi yang dikubur hidup-hidup itu ditanya karena dosa apakah ia dibunuh.” (Qs. at-Takwiir

[81]: 8-9)

Berdasarkan dalil-dalil ini maka aborsi adalah haram pada kandungan yang bernyawa atau telah berumur 4 bulan,

sebab dalam keadaan demikian berarti aborsi itu adalah suatu tindak kejahatan pembunuhan yang diharamkan

Islam.

Adapun aborsi sebelum kandungan berumur 4 bulan, seperti telah diuraikan di atas, para fuqoha berbeda pendapat

dalam masalah ini. Akan tetapi menurut pendapat Syaikh Abdul Qadim Zallum (1998) dan Dr. Abdurrahman
Al Baghdadi (1998), hukum syara’ yang lebih rajih (kuat) adalah sebagai berikut. Jika aborsi dilakukan setelah 40

(empat puluh) hari, atau 42 (empat puluh dua) hari dari usia kehamilan dan pada saat permulaan pembentukan

janin, maka hukumnya haram. Dalam hal ini hukumnya sama dengan hukum keharaman aborsi setelah peniu¬pan

ruh ke dalam janin. Sedangkan pengguguran kandungan yang usianya belum mencapai 40 hari, maka hukumnya

boleh (ja’iz) dan tidak apa-apa. (Abdul Qadim Zallum, 1998, Beberapa Problem Kontemporer Dalam

Pandangan Islam: Kloning, Transplantasi Organ, Abortus, Bayi Tabung, Penggunaan Organ Tubuh

Buatan, Definisi Hidup dan Mati, halaman 45-56; Dr. Abdurrahman Al Baghdadi, 1998, Emansipasi

Adakah Dalam Islam, halaman 129 ).

Dalil syar’i yang menunjukkan bahwa aborsi haram bila usia janin 40 hari atau 40 malam adalah hadits Nabi Saw

berikut:

“Jika nutfah (gumpalan darah) telah lewat empat puluh dua malam, maka Allah mengutus seorang malaikat

padanya, lalu dia membentuk nutfah tersebut; dia membuat pendengarannya, penglihatannya, kulitnya,

dagingnya, dan tulang belulangnya. Lalu malaikat itu bertanya (kepada Allah), ‘Ya Tuhanku, apakah dia (akan

Engkau tetapkan) menjadi laki-laki atau perempuan?’ Maka Allah kemudian memberi keputusan…” [HR.

Muslim dari Ibnu Mas’ud r.a.].

Dalam riwayat lain, Rasulullah Saw bersabda:

“(jika nutfah telah lewat) empat puluh malam…”

Hadits di atas menunjukkan bahwa permulaan penciptaan janin dan penampakan anggota-anggota tubuhnya,

adalah sete¬lah melewati 40 atau 42 malam. Dengan demikian, penganiayaan terhadapnya adalah suatu

penganiayaan terhadap janin yang sudah mempunyai tanda-tanda sebagai manusia yang terpelihara darahnya

(ma’shumud dam). Tindakan penganiayaan tersebut merupakan pembunuhan terhadapnya.

Berdasarkan uraian di atas, maka pihak ibu si janin, bapaknya, ataupun dokter, diharamkan menggugurkan

kandungan ibu tersebut bila kandungannya telah berumur 40 hari.

Siapa saja dari mereka yang melakukan pengguguran kandungan, berarti telah berbuat dosa dan telah melakukan

tindak kriminal yang mewajibkan pembayaran diyat bagi janin yang gugur, yaitu seorang budak laki-laki atau

perempuan, atau sepersepuluh diyat manusia sempurna (10 ekor onta), sebagaimana telah diterangkan dalam

hadits shahih dalam masalah tersebut. Rasulullah Saw bersabda :

“Rasulullah Saw memberi keputusan dalam masalah janin dari seorang perempuan Bani Lihyan yang gugur dalam

keadaan mati, dengan satu ghurrah, yaitu seorang budak laki-laki atau perempuan…” [HR. Bukhari dan Muslim,

dari Abu Hurairah r.a.] (Abdul Qadim Zallum, 1998).


Sedangkan aborsi pada janin yang usianya belum mencapai 40 hari, maka hukumnya boleh (ja’iz) dan tidak apa-

apa. Ini disebabkan bahwa apa yang ada dalam rahim belum menjadi janin karena dia masih berada dalam

tahapan sebagai nutfah (gumpalan darah), belum sampai pada fase penciptaan yang menunjukkan ciri-ciri minimal

sebagai manusia.

Di samping itu, pengguguran nutfah sebelum menjadi janin, dari segi hukum dapat disamakan dengan ‘azl (coitus

interruptus) yang dimaksudkan untuk mencegah terjadinya kehamilan. ‘Azl dilakukan oleh seorang laki-laki yang

tidak menghendaki kehamilan perempuan yang digaulinya, sebab ‘azl merupakan tindakan mengeluarkan sperma

di luar vagina perem¬puan. Tindakan ini akan mengakibatkan kematian sel sperma, sebagaimana akan

mengakibatkan matinya sel telur, sehingga akan mengakibatkan tiadanya pertemuan sel sperma dengan sel telur

yang tentu tidak akan menimbulkan kehamilan.

Rasulullah Saw telah membolehkan ‘azl kepada seorang laki-laki yang bertanya kepada beliau mengenai

tindakannya menggauli budak perempuannya, sementara dia tidak mengingin¬kan budak perempuannya hamil.

Rasulullah Saw bersabda kepa¬danya:

“Lakukanlah ‘azl padanya jika kamu suka!” [HR. Ahmad, Muslim, dan Abu Dawud].

Namun demikian, dibolehkan melakukan aborsi baik pada tahap penciptaan janin, ataupun setelah peniupan ruh

padanya, jika dokter yang terpercaya menetapkan bahwa keberadaan janin dalam perut ibu akan mengakibatkan

kematian ibu dan janinnya sekaligus. Dalam kondisi seperti ini, dibolehkan melakukan aborsi dan mengupayakan

penyelamatan kehidupan jiwa ibu. Menyelamatkan kehidupan adalah sesuatu yang diserukan oleh ajaran Islam,

sesuai firman Allah SWT:

“Barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan

manusia semuanya.” (Qs. al-Maa’idah [5]: 32) .

Di samping itu aborsi dalam kondisi seperti ini termasuk pula upaya pengobatan. Sedangkan Rasulullah Saw telah

memerintahkan umatnya untuk berobat. Rasulullah Saw bersabda:

“Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla setiap kali menciptakan penyakit, Dia ciptakan pula obatnya. Maka berobatlah

kalian!” [HR. Ahmad].

Kaidah fiqih dalam masalah ini menyebutkan:

“Idza ta’aradha mafsadatani ru’iya a’zhamuha dhararan birtikabi akhaffihima”

“Jika berkumpul dua madharat (bahaya) dalam satu hukum, maka dipilih yang lebih ringan madharatnya.” (Abdul

Hamid Hakim, 1927, Mabadi` Awaliyah fi Ushul Al Fiqh wa Al Qawa’id Al Fiqhiyah, halaman 35).
Berdasarkan kaidah ini, seorang wanita dibolehkan menggugurkan kandungannya jika keberadaan kandungan itu

akan mengancam hidupnya, meskipun ini berarti membunuh janinnya. Memang mengggugurkan kandungan

adalah suatu mafsadat. Begitu pula hilangnya nyawa sang ibu jika tetap mempertahankan kandungannya juga

suatu mafsadat. Namun tak syak lagi bahwa menggugurkan kandungan janin itu lebih ringan madharatnya

daripada menghilangkan nyawa ibunya, atau membiarkan kehidupan ibunya terancam dengan keberadaan janin

tersebut (Dr. Abdurrahman Al Baghdadi, 1998).

Pendapat yang menyatakan bahwa aborsi diharamkan sejak pertemuan sel telur dengan sel sperma dengan alasan

karena sudah ada kehidupan pada kandungan, adalah pendapat yang tidak kuat. Sebab kehidupan sebenarnya

tidak hanya wujud setelah pertemuan sel telur dengan sel sperma, tetapi bahkan dalam sel sperma itu sendiri

sudah ada kehidupan, begitu pula dalam sel telur, meski kedua sel itu belum bertemu. Kehidupan (al hayah)

menurut Ghanim Abduh dalam kitabnya Naqdh Al Isytirakiyah Al Marksiyah (1963) halaman 85 adalah

“sesuatu yang ada pada organisme hidup.” (asy syai` al qa`im fi al ka`in al hayyi). Ciri-ciri adanya kehidupan

adalah adanya pertumbuhan, gerak, iritabilita, membutuhkan nutrisi, perkembangbiakan, dan sebagainya. Dengan

pengertian kehidupan ini, maka dalam sel telur dan sel sperma (yang masih baik, belum rusak) sebenarnya sudah

terdapat kehidupan, sebab jika dalam sel sperma dan sel telur tidak ada kehidupan, niscaya tidak akan dapat

terjadi pembuahan sel telur oleh sel sperma. Jadi, kehidupan (al hayah) sebenarnya terdapat dalam sel telur dan

sel sperma sebelum terjadinya pembuahan, bukan hanya ada setelah pembuahan.

Berdasarkan penjelasan ini, maka pendapat yang mengharamkan aborsi setelah pertemuan sel telur dan sel

sperma dengan alasan sudah adanya kehidupan, adalah pendapat yang lemah, sebab tidak didasarkan pada

pemahaman fakta yang tepat akan pengertian kehidupan (al hayah). Pendapat tersebut secara implisit

menyatakan bahwa sebelum terjadinya pertemuan sel telur dan sel sperma, berarti tidak ada kehidupan pada sel

telur dan sel sperma. Padahal faktanya tidak demikian. Andaikata katakanlah pendapat itu diterima, niscaya segala

sesuatu aktivitas yang menghilangkan kehidupan adalah haram, termasuk ‘azl. Sebab dalam aktivitas ‘azl terdapat

upaya untuk mencegah terjadinya kehidupan, yaitu maksudnya kehidupan pada sel sperma dan sel telur (sebelum

bertemu). Padahal ‘azl telah dibolehkan oleh Rasulullah Saw. Dengan kata lain, pendapat yang menyatakan

haramnya aborsi setelah pertemuan sel telur dan sel sperma dengan alasan sudah adanya kehidupan, akan

bertentangan dengan hadits-hadits yang membolehkan ‘azl.

Kesimpulan

Aborsi bukan sekedar masalah medis atau kesehatan masyarakat, namun juga problem sosial yang muncul karena

manusia mengekor pada peradaban Barat. Maka pemecahannya haruslah dilakukan secara komprehensif-

fundamental-radikal, yang intinya adalah dengan mencabut sikap taqlid kepada peradaban Barat dengan

menghancurkan segala nilai dan institusi peradaban Barat yang bertentangan dengan Islam, untuk kemudian

digantikan dengan peradaban Islam yang manusiawi dan adil.


Hukum aborsi dalam pandangan Islam menegaskan keharaman aborsi jika umur kehamilannya sudah 4 (empat)

bulan, yakni sudah ditiupkan ruh pada janin. Untuk janin yang berumur di bawah 4 bulan, para ulama telah

berbeda pendapat. Jadi ini memang masalah khilafiyah. Namun menurut pemahaman kami, pendapat yang rajih

(kuat) adalah jika aborsi dilakukan setelah 40 (empat puluh) hari, atau 42 (empat puluh dua) hari dari usia

kehamilan dan pada saat permulaan pembentukan janin, maka hukumnya haram. Sedangkan pengguguran

kandungan yang usianya belum mencapai 40 hari, maka hukumnya boleh (ja’iz) dan tidak apa-apa. Wallahu

a’lam [M. Shiddiq al-Jawi]

Referensi

Abduh, Ghanim, 1963, Naqdh Al Isytirakiyah Al Marksiyah, t.p., t.tp

Al Baghdadi, Abdurrahman, 1998, Emansipasi Adakah Dalam Islam, Gema Insani Press, Jakarta

Hakim, Abdul Hamid,1927, Mabadi` Awaliyah fi Ushul Al Fiqh wa Al Qawa’id Al Fiqhiyah, Sa’adiyah Putera, Jakarta

Hasan, M. Ali, 1995, Masail Fiqhiyah Al Haditsah Pada Masalah-Masalah Kontemporer Hukum Islam, RajaGrafindo

Persada, Jakarta

Mahjuddin, 1990, Masailul Fiqhiyah Berbagai Kasus Yang Yang Dihadapi Hukum Islam Masa Kini, Kalam Mulia,

Jakarta

Uman, Cholil, 1994, Agama Menjawab Tentang Berbagai Masalah Abad Modern, Ampel Suci, Surabaya

Zallum, Abdul Qadim, 1998, Beberapa Problem Kontemporer Dalam Pandangan Islam : Kloning, Transplantasi

Organ, Abortus, Bayi Tabung, Penggunaan Organ Tubuh Buatan, Definisi Hidup dan Mati, Al-Izzah, Bangil

Zuhdi, Masjfuk, 1993, Masail Fiqhiyah Kapita Selekta Hukum Islam, Haji Masagung, Jakarta

Tulisan terkait :

1. Aborsi Bayi Cacat

Anda mungkin juga menyukai