KEBUTUHAN OKSIGENASI
3. Etiologi
a. Faktor Fisiologi
1) Menurunnya kemampuan mengikat O2 seperti pada anemia.
2) Menurunnya konsentrasi O2 yang diinspirasi seperti pada Obstruksi
saluran pernafasan bagian atas.
3) Hipovolemia sehingga tekanan darah menurun yang mengakibatkan
terganggunya oksigen (O2).
4) Meningkatnya metabolisme seperti adanya infeksi, demam luka.
5) Kondisi yang mempengaruhi pergerakkan dinding dada seperti pada
kehamilan, obesitas, muskuloskeletal yang abnormal, penyakit kronis
seperti TBC paru.
b. Faktor Perilaku
1) Nutrisi, misalnya gizi yang buruk menjadi anemia sehingga daya ikat
oksigen berkurang.
2) Exercise akan meningkatkan kebutuhan Oksigen.
3) Merokok, nikotin menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah perifer
dan koroner.
4) Alkohol dan obat-obatan mengakibatkan penurunan hemoglobin,
alkohol menyebabkan depresi pusat pernafasan.
5) kecemasan ; menyebabkan metabolisme meningkat.
4. Pathtofisiologi
1. Hiperventilasi
Merupakan upaya tubuh dalam meningkatkan jumlah O2 dalam
paru-paru agar pernafasan lebih cepat dan dalam. Hiperventilasi dapat
disebabkan karena kecemasan, infeksi, keracunan obat-obatan,
keseimbangan asam basa seperti osidosis metabolik Tanda-tanda
hiperventilasi adalah takikardi, nafas pendek, nyeri dada, menurunnya
konsentrasi, disorientasi, tinnitus.
2. Hipoventilasi
Terjadi ketika ventilasi alveolar tidak adekuat untuk memenuhi
penggunaan O2 tubuh atau untuk mengeluarkan CO2 dengan cukup.
Biasanya terjadi pada keadaaan atelektasis (Kolaps Paru). Tanda-tanda
dan gejalanya pada keadaan hipoventilasi adalah nyeri kepala, penurunan
kesadaran, disorientasi, ketidak seimbangan elektrolit.
3. Hipoksia
Tidak adekuatnya pemenuhuan O2 seluler akibat dari defisiensi O2
yang didinspirasi atau meningkatnya penggunaan O2 pada tingkat seluler.
Hipoksia dapat disebabkan oleh menurunnya hemoglobin, kerusakan
gangguan ventilasi, menurunnya perfusi jaringan seperti pada syok,
berkurannya konsentrasi O2 jika berada dipuncak gunung. Tanda tanda
Hipoksia adalah kelelahan, kecemasan menurunnya kemampuan
konsentrasi, nadi meningkat, pernafasan cepat dan dalam sianosis, sesak
nafas.
Proses pemenuhan oksigen di dalam tubuh terdiri dari atas tiga tahapan, yaitu
ventilasi, difusi dan transportasi.
1) Ventilasi
Merupakan proses keluar masuknya oksigen dari atmosfer ke dalam alveoli atau
dari alveoli ke atmosfer. Proses ini di pengaruhi oleh beberapa factor :
Adanya kosentrasi oksigen di atmosfer. Semakin tingginya suatu tempat, maka
tekanan udaranya semakin rendah.
Adanya kondisi jalan nafas yang baik.
Adanya kemampuan toraks dan alveoli pada paru-paru untuk mengembang di
sebut dengan compliance. Sedangkan recoil adalah kemampuan untuk
mengeluarkan CO² atau kontraksinya paru-paru.
2) Difusi
Difusi gas merupakan pertukaran antara O² dari alveoli ke kapiler paru-paru dan
CO² dari kapiler ke alveoli. Proses pertukaran ini dipengaruhi oleh beberapa faktor,
yaitu:
a) Luasnya permukaan paru-paru.
b) Tebal membrane respirasi/permeabilitas yang terdiri atas epitel alveoli dan
interstisial. Keduanya dapat mempengaruhi proses difusi apabila terjadi proses
penebalan.
c) Pebedaan tekanan dan konsentrasi O². Hal ini dapat terjadi sebagaimana O² dari
alveoli masuk kedalam darah secara berdifusi karena tekanan O² dalam rongga
alveoli lebih tinggi dari pada tekanan O² dalam darah vena pulmonalis.
d) Afinitas gas yaitu kemampuan untuk menembus dan mengikat HB.
3) Transportasi
Transfortasi gas merupakan proses pendistribusian O² kapiler ke jaringan tubuh dan
CO² jaringan tubuh ke kapiler. Transfortasi gas dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor, yaitu:
a) Curah jantung (kardiak output), frekuensi denyut nadi.
b) Kondisi pembuluh darah, latihan perbandingan sel darah dengan darah secara
keseluruhan (hematokrit), serta elitrosit dan kadar Hb.
6. Batasan karakteristik
a. Mayor
1) Perubahan frekuensi pernafasan atau pola pernafasan (dari biasanya)
2) Perubahan nadi (frekuensi, Irama dan kualitas)
3) Dispnea pada usahan napas
4) Tidak mampu mengeluarkan sekret dijalan napas
5) Peningkatan laju metabolik
6) Batuk tak efektif atau tidak ada batuk.
b. Minor
1) Ortopnea
2) Takipnea, Hiperpnea, Hiperventilasi
3) Pernafasan sukar / berhati-hati
4) Bunyi nafas abnormal
5) Frekuensi, irama, kedalaman. Pernafasan abnormal
6) Kecenderungan untuk mengambil posisi 3 titik (dukuk, lengan pada
lutut, condong kedepan)
7) Bernafas dengan bibir dimonyongkan dengan fase ekspirasi yang
lama
8) penurunan isi oksigen
9) Peningkatan kegelisahan
10) Ketakutan
11) Penurunan volume tidal
12) Peningkatan frekuensi jantung
7. Manaifestasi klinik
a. suara napas tidak normal.
b. perubahan jumlah pernapasan.
c. batuk disertai dahak.
d. Penggunaan otot tambahan pernapasan.
e. Dispnea.
f. Penurunan haluaran urin.
g. Penurunan ekspansi paru.
h. Takhipnea.
B. KONSEP PROSES KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas Klien
Nama
Umur
Jenis kelamin
Suku
Alamat
Agama
Pendidikan
Status Perkawinan
Tanggal Pengkajian
Keluhan utama
b. Status Kesehatan Saat ini (PQRST)
c. Riwayat Kesehatan dahulu
Masalah kesehatan yang pernah dialami
Pernah mengalami perubahan pola pernapasan.
Pernah mengalami batuk dengan sputum.
Pernah mengalami nyeri dada.
Aktivitas apa saja yang menyebabkan terjadinya gejala-gejala di atas.
Riwayat penyakit pernapasan
Apakah sering mengalami ISPA, alergi, batuk, asma, TBC?
Bagaimana frekuensi setiap kejadian?
Riwayatkardiovaskuler
Pernah mengalami penyakit jantung (gagal jantung, gagal ventrikel
kanan) atau peredaran darah.
Gayahidup
Merokok , keluarga perokok, lingkungan kerja dengan perokok
d. Riwayat kesehatan keluarga
e. Pemeriksaan Fisik :
a. Mata
1) Konjungtiva pucat (karena anemia)
2) Konjungtiva sianosis (karena hipoksemia)
3) Konjungtiva terdapat pethechia (karena emboli lemak atau endokarditis).
b. Kulit
1) Sianosis perifer (vasokontriksi dan menurunnya aliran darah perifer)
2) Penurunan turgor (dehidrasi)
3) Edema.
4) Edema periorbital.
c. Jari dan kuku
Sianosis, Clubbing finger.
d. Mulut dan bibir
Membrane mukosa sianosis.
e. Hidung
Pernapasan dengan cuping hidung.
f. Vena leher
Adanya distensi / bendungan.
g. Dada
1) Retraksi otot Bantu pernapasan (karena peningkatan aktivitas pernapasan,
dispnea, obstruksi jalan pernapasan)
2) Pergerakan tidak simetris antara dada kiri dan dada kanan.
3) Tactil fremitus, thrills (getaran pada dada karena udara/suara melewati
saluran/rongga pernapasan)
4) Suara napas normal (vesikuler, bronchovesikuler, bronchial).
5) Suara napas tidak normal (creklerlr/rales, ronkhi, wheezing, friction
rub/pleural friction)
6) Bunyi perkusi (resonan, hiperesonan, dullness)
h. Pola pernapasan
1) Pernapasan normal (eupnea) pernapasan cepat (tacypnea)
2) Pernapasan lambat (bradypnea)
i. Pemeriksaan penunjang
1) EKG
2) Echocardiography
3) Kateterisasi jantung
4) Angiografi
2. Analisa Data
Alergen atau Antigen yang telah terikat oleh IgE
yang menancap pada permukaan sel mast atau basofil
Sesak napas
Hiperventilasi
3. Diagnosa Keperawatan
Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan sekret yang berlebihan dan kental.
4. Intervensi Keperawatan
1. Diagnosa : Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan sekret yang
berlebihan dan kental.
a. Tujuan : pola nafas lebih efektif dan kembali normal.
b. Kriteria Hasil : sesak nafas berkurang/hilang, RR 16-24 x/menit, Tak
ada wheezing
c. Intervensi umum :
1) Mandiri
a) Kaji faktor penyebab.
b) Kurangi atau hilangkan faktor penyebab.
c) Jika ada nyeri, berikan obat pereda nyeri sesuai kebutuhan.
d) Sesuaikan pemberian dosis analgesik dengan sesi latihan batuk.
e) Pertahankan posisi tubuh yang baik untuk mencegah nyeri atau
cedera otot.
f) Jika sekret kental, pertahankan hidrasi yang adekuat (tingkatkan
asupan cairan hingga 2-3 x sehari jika ada kontraindikasi).
g) Pertahankan kelembapan udara inspirasi yang adekuat.
2) Kolaborasi
a) Kolaborasikan dengan dokter untuk tindakan suction guna
mempertahankan kepatenan jalan napas.
b) Kolaborasikan dengan dokter untuk pemberian oksigen
melalui masker, kanula hidung, dan transtrakea guna
mempertahankan dan meningkatkan oksigenasi.
3) Rasional.
a) Batuk yang tidak terkontrol dapat menyebabkan kelemahan dan
tidak efektif, dan bisa menyebabkan bronchitis.
b) Latihan napas dalam dapat melebarkan jalan napas.
c) Duduk pada posisi tegak menyebabkan organ-organ abdomen
terdorong menjauhi paru, akibatnya pengembangan paru
menjadi lebih besar.
d) Pernapasan diafragma mengurangi frekuensi pernapasan dan
meningkatkan ventilas alveolar.
e) Sekret yang kental sulit dikeluarkan dan dapat menyebabkan
henti mukus, kondisi ini dapat menimbulkan atelektasis.
f) Secret harus cukup encer agar mudah dikeluarkan.
g) Nyeri atau rasa takut akan nyeri dapat melelahkan dan
menyakitkan. Dukungan emosional menjadi semangat bagi
klien, air hangat dapat membantu relaksasi.
DAFTAR PUSTAKA
Disusun oleh :
Tanti Kurniasih. R
NPM : 4117151
Kelas Ners KBB