Anda di halaman 1dari 21

ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF

PADA KLIEN DENGAN CA THYROID RESIDU


DENGAN TINDAKAN FUNCTIONAL NECK DISSECTION
DI RUANG OK 514 IBP GBPT RSUD DR. SOETOMO SURABAYA

DISUSUN OLEH :
BELLA DAMA SHINTA
NIM. P27820716019

PROGRAM STUDI DIV KEPERAWATAN GAWAT DARURAT


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SURABAYA
2019
LEMBAR PENGESAHAN

Asuhan Keperawatan Perioperatif pada klien dengan diagnosa Ca Thyroid residif dilakukan
tindakan Functional Neck Disection Ruang OK 514 IBP GBPT RSUD Dr. Soetomo
Surabaya yang dilaksanakan pada tanggal 24 Februari 2020 sampai 07 Maret 2020 telah
disahkan sebagai Laporan Praktek Klinik DIV Keperawatan Surabaya semester VIII.
Nama Mahasiswa : Bella Dama Shinta
NIM : P27820716019

Surabaya, 07 Maret 2020

Pembimbing Pendidikan Pembimbing Ruang OK GBPT

Endang Soelistyowati, SST, S.Pd, M.Kes Ronald Edward Hasibuan, S.Kep.,Ns


NIP. 19650711 199103 2 001 NIP. 19801031 200801 1 005

Mengetahui,
Kepala Ruangan OK GBPT

Choirul Anam, S.Kep.,Ns


NIP. 19660915 199603 1 004
LAPORAN PENDAHULUAN
CA THYROID

1.1 Pengertian

Kanker Tiroid adalah sutu keganasan pada tiroid yang memiliki 4 tipe yaitu: papiler,
folikuler, anaplastik dan meduler. Kanker tiroid jarang menyebabkan pembesaran kelenjar,
lebih sering menyebabkan pertumbuhan kecil (nodul) dalam kelenjar. Sebagian besar nodul
tiroid bersifat jinak, biasanya kanker tiroid bisa disembuhkan.
1.2 Etiologi

Etiologi yang pasti belum diketahui. Yang berperan khususnya well differentiated carcinoma
(papilar dan folikuler) adalah radiasi dan goiter endemis dan untuk jeni meduler adalah factor
genetic. Belum diketahui suatu karsinogen yang berperan untuk kanker anaplastik dan
meduler. Diperkirakan kanker thyroid anaplastik berasal dari perubahan kanker thyoid
berdifferensiasi baik (papiler dan folikuler) dengan kemungkinan jenis folikuler dua kali
lebih besar. Sedangkan limfoma pada tiroid diperkirakan karena perubahan perubahan
degenerasi ganas dari tiroiditis hashimoto. Terdapat factor factor risiko yaitu
 masa kanak kanak pernah mendapat terapi sinar di daerah leher atau sekitarnya
 anggota keluarga lainnya menderita kelainan kelenjar gondok (endemis)
 tetangga atau penduduk sekanpung ada yang menderita kelainan kelenjar gondok

1.3 Manifestasi Klinik

Gejala karsinoma Thyroid adalah sebagai berikut:

1. kista bisa cepat membesar, nodul jinak perlahan, sedang nodul ganas agak cepat dan
nodul anaplastik cepat sekali (dihitung dalam minggu), tanpa nyeri.
2. merasakan adanya gangguan mekanik di daerah leher seperti gangguan menelan yang
menunjukkan adanya desakan esophagus atau perasaan sesak yang menunjukkan adanya
desakan/infiltrasi ke trakea
3. pembesaran kelenjar getah bening di daerah leher (mungkin metastasis)
4. penonjolan/kelainan pada tulang tempurung kepala (metastasis di kepala)
5. perasaan sesak dan batuk batuk yang disertai dahak berdarah (metastasis di paru paru
bagi jenis folikuler)
Dari pemeriksaan fisis didapatkan:
1. pemeriksaan Thyroid. Nodul soliter pada thyroid kemungkinan ganasnya 15-20%,
sedang nodul multiple mempunyai kemungkinan 5%. Kadang kadang nodul soliter yang
ganas lama lama dapat berubah menjadi bernodul nodul. Pembesaran difus mungkin
merupakan suatu tirotoksikosis
2. Pemerikaan pada tempat tempat kemungkinan terdapatnya penyebaran tumor
(pembesaran kelenjar getah bening, dan organ organ). Metastase jauh karsinoma thyroid
ialah paru paru, tulang (pelvis, vertebra, sternym, tengkorak dan humerus), hati, ginjal
dan otak. Bagian tulang yang terkena adalah yang spongiosa dan kaya vaskularisasi.
Metastase Kanker
Nodul tanpa nyeri pada tiroi atau pada leher biasanya merupakan tanda awal adanya
penyakit. Keterlibatan limfonodi servikal sering timbul pada awal diagnosis. Setiap
pembesaran limfonodi servikalis yang tidak terjelaskan memerlukan pemeriksaan tiroid,
yang kadang kadang menderita tumor primer yang sangat kecil untuk diraba, diagnosisnya
didasarkan pada hasil biopsy limfonodi. Paru paru merupakan tempat metastase yang paling
lazim di luar leher. Mungkin tidakada menifestasi klinis yang dapat diacu padanya, secara
rontgenografis, tumor ini tampak sebagai infiltrasi nodular atau milies difus, terutama
bagian basal. Tumor ini mungkin terkelirukan dengan TBC, histoplasmosis atau sarkoidosis.
Tempat tempat matastasis lain meliputi mediatinum, tulang panjang, tulang tengkorak dan
aksilla.

1.4 Pemeriksaan Penunjang

Langkah pertama yang dianjurkan adalah menetukan status fungsi tiroid dengan memeriksa
TSH (sensitive) dan T4 bebas. Pada keganasan thyroid umumnya fungsi thyroid normal.
Tetap abnormalitas fungsi thyroid tidak dapat dengan sendirinya menghilangkan
kemungkinan keganasan.

1. Pemeriksaan laboratorium tidk ada yang spesifik, kecuali pemeriksaan kadar


kalsitonin untuk pasien yang dicurigai karsinoma meduler. Pengukuran kadar human
Thyroglobulin, suatu pertanda tumor untuk keganasan tiroid yang berdiferensiasi
baik terutama untuk monitoring setelah terapi pembedahan total tiroidektomi.
2. Pemeriksaan ultrasonografi untuk menentukan apakah nodul padat atau kistik dan
sebagai penuntun pada biopsy jarum halu. Nodul padat cenderung ganas.
3. Pemeriksaan sisdik thyroid, dapat dilakukan jika terdapat fasilitas kedokteran muklir.
Bila nodul menangkap yodium sedikit dari jaringan thyroid yang normal disebut
nodul dingin. Bila sama afinitasnya disebut nodul hangat. Karsinoma thyroid
sebagian besar nodul dingin.
4. Biopsi jarum dapat dilakukan dengan cara needle core biopsy atau biopsy jarum
halus. Hasil ketepatan diagnostiknya masih diperdebatkan.
5. Pemeriksaan radiologis dilakukan untuk mencari metastasis. Dilakukan foto paru
posterioanterior, foto polos jaringan lunak leher antero-posterior dan lateral dengan
posisi leher hiperekstensi bila tumornya besar, esofagogram bila secara klinis
terdapat tanda tanda adanya infiltrasi ke esophagus dan foto tulang bila ada tanda
tanda metastasis ke tulang.
1.5 Penatalaksanaan

1. Pembedahan
Bila diagnosis kemungkinan telah ditegakkan dan operable, operasi yang dilakukan
adalah lobektomi sisi yang patologik atau lobektomi subtotal dengan risiko bila ganas
kemungkinan ada sel sel karsinoma yang tertinggal. Pembedahan umumnya berupa
tiroidektomi total. Komplikasi dari operasi antara lain terputusnya nervus laringeus
rekurens dan cabang eksterna dari nervus laringeus superior, hipotiroidisme dan ruptur
esophagus. Setelah pembedahan, hormon tiroid diberikan dengan dosis supresif untuk
menurunkan kadar TSH hingga tercapai keadaan eutiroid
2. Radiasi
Bila tumor sudah inoperable atau pasien menolak operasi lagi untuk lobis kontralateral,
dilakukan:
a. Radiasi interna dengan I131. hanya tumor tumor berdiferensiasi baik yang
mempunyai afinitas terhadap I131 terutama yang folikuler. Radiasi interna juga
diberikan pada tumor tumor yang telah bermetastasis atau terdapat sisa tumor
b. Radiasi eksterna, memberikan hasil yang cukup baik untuk tumor tumor inoperable
atau anplastik yang tidak berafinitas terhadap I131. [pemberian eksterna terapi
radiasi menghadapi risiko untukmengalami mukositis, kekeringan mulut, disfagia,
kemerahan mulut, anoreksia, kelelahan.
1.6 Patofisiologi
Kelenjar Tiroid

Radiasi Goiterendemis Faktor genetik

Sekresi tiroid

Tiroksi Tirokalsitanin

Peningkatan metabolisme Sekresi sal cerna

Penurunan kalsium
Pemenuhan Hipertermi
nutrisi menurun
Hipokalsium Hipertiroid
Kejang

Stroke val menurun Lemas


Curah jantung menurun
menurun
Aktivitas menurun
Hyposia

Hipertiroid

Pertumbuhan
tumor

Di dalam Di luar

Sesak Di dalam konsep


diri

Operasi (total thyrodektomi)

Pre operasi Post operasi

Luka
Cemas Perubahan konsep
diri
Aktivitas Nyeri Resiko
menurun infeksi
1.6 Tindakan Pembedahan FND (Functional Neck Disestion)/ Diseksi Leher

1.6.1 Definisi
Diseksi leher adalah prosedur pembedahan untuk mengontrol metastasis
kelenjar getah bening leher dari squamous cell carcinoma (SCC) kepala dan leher.
Tujuan dari prosedur ini adalah untuk menghilangkan kelenjar getah bening dari satu
sisi leher ke tempat sel kanker mungkin bermigrasi. Metastasis karsinoma sel
skuamosa ke kelenjar getah bening leher mengurangi kelangsungan hidup dan
merupakan faktor paling penting dalam penyebaran penyakit. Metastasis mungkin
berasal dari SCC saluran aerodigestif atas, termasuk rongga mulut, lidah, nasofaring,
orofaring, hipofaring, dan laring, serta kulit kepala tiroid, parotis dan posterior.
Leher dibagi menjadi daerah anatomi untuk keperluan diseksi leher. Sistem
yang paling banyak digunakan saat ini diadopsi di Memorial Sloan-Kettering Cancer
Center. Para peneliti di lembaga tersebut telah menetapkan tujuh wilayah,
dilambangkan sebagai tingkat I hingga VII (Gambar 11-13 dan Kotak 11-3). Ludi E.
Smeele, dalam Bedah Maksilofasial (Edisi Ketiga), 2017

1. Tujuh Tingkat Leher


a) Level I: Submental dan submandibular. Berisi segitiga submental dan
submandibular, yang dibatasi oleh perut posterior otot digastrik, garis tengah,
tubuh mandibula superior, dan tulang hyoid inferior. Level I dapat dibagi lagi
menjadi Ia (segitiga submental) dan Ib (segitiga submandibular).
b) Level II: Jugularis atas. Berisi kelenjar getah bening jugularis atas dan
memanjang dari dasar tengkorak superior ke tulang hyoid inferior. Landmark
anterior adalah otot tali tengah; posterior, level ini dibatasi oleh batas anterior
otot trapezius. Saraf aksesori tulang belakang (XI) berjalan miring melintasi area
ini dan dapat digunakan untuk membagi daerah ini menjadi IIa (anterior) dan IIb
(posterior).
c) Level III: Midjugular. Berisi kelenjar getah bening jugularis tengah dari tulang
hyoid superior ke tingkat batas bawah kartilago krikoid inferior.
d) Level IV: Jugularis bawah. Berisi kelenjar getah bening jugularis bawah dari
tingkat kartilago krikoid superior ke klavikula inferior. Node yang jauh ke kepala
sterna sternocleidomastoid dikategorikan sebagai IVa, dan yang dalam ke
klavikular dikategorikan sebagai IVb.
e) Level V: Segitiga posterior. Berisi kelenjar getah bening di segitiga posterior
yang dibatasi oleh batas anterior otot trapezius di posterior, batas posterior otot
sternokleidomastoid di anterior, dan klavikula inferior. Area ini dapat
diklasifikasikan lebih lanjut ke level atas, tengah, dan bawah, sesuai dengan
bidang superior dan inferior yang mendefinisikan level II, III, dan IV.
f) Level VI: Prelaryngeal (delphian), pretracheal, dan paratracheal. Berisi kelenjar
getah bening kompartemen sentral anterior dari tulang hyoid superior ke takikan
suprasternal inferior. Di setiap sisi, batas lateral dibentuk oleh batas medial
selubung karotis.
g) Level VII: Mediastinal atas. Berisi kelenjar getah bening lebih rendah dari takik
suprasternal di mediastinum superior.
Beberapa jenis pembedahan leher telah dijelaskan dalam literatur.
1. Diseksi leher radikal. Ini adalah prosedur standar untuk menghilangkan seluruh
rantai limfatik serviks dari leher unilateral, meliputi level I hingga V, saraf
aksesori tulang belakang, vena jugularis interna, dan otot sternokleidomastoid.
Indikasi untuk operasi ini termasuk penyakit leher lanjut dengan kelenjar getah
bening positif beberapa tingkat dengan penyebaran ekstrasapsular kotor dan
infiltrasi saraf aksesori tulang belakang, otot sternocleidomastoid, atau vena
jugularis interna.
2. Diseksi leher radikal yang dimodifikasi. Prosedur ini melibatkan pengangkatan
kelenjar getah bening dari level I hingga V tetapi membutuhkan pelestarian satu
atau lebih struktur non-Olimpiade yang termasuk dalam diseksi leher radikal
(mis., Saraf aksesori tulang belakang, vena jugularis internal, atau otot
sternokleidomastoid).
3. Diseksi leher selektif. Ini adalah istilah umum yang mencakup beberapa prosedur
di mana simpul leher pada level tertentu ("terpilih") dihilangkan dan area lain
dipertahankan.
4. Diseksi leher Supraomohyoid. Ini adalah penghapusan selektif level I hingga III.
Indikasi utamanya adalah untuk leher N0 dalam kasus SCCa rongga mulut
dengan 20% atau lebih besar kemungkinan penyakit leher gaib. Parameter
panduan meliputi tumor agresif tingkat tinggi (ditandai secara histopatologis):
invasi lebih besar dari 3mm (jika membahas SCCa oral); dan invasi perineural.
Prosedur ini dilakukan pada sisi ipsilateral dari tumor primer, kecuali dalam
kasus tumor primer yang timbul dari struktur garis tengah seperti
2. Perbedaan antara diseksi radikal, radikal yang dimodifikasi, dan selektif leher
Diseksi leher radikal, atau limfadenektomi serviks, terdiri dari diseksi serviks dengan
pengangkatan otot sternocleidomastoid, otot omohyoid, vena jugularis interna, saraf
spinalis servikal, saraf pleksus servikalis, kelenjar ludah submandibula, kelenjar
kelenjar parotid, dan semua jaringan limfon yang mengandung limfonarolar. node
(digambarkan sebagai tingkat nodal I hingga V). Indikasi utama untuk diseksi leher
radikal adalah manajemen bedah metastasis nodal serviks yang besar (N2 atau lebih
besar). Namun, mengingat evolusi diseksi leher menjadi operasi yang lebih hemat
fungsi namun onkologis sehat, prosedur ini tidak sering digunakan dalam praktik
kontemporer. Selain itu, diseksi leher radikal tidak diindikasikan dengan tidak
adanya metastasis serviks yang teraba (Gambar 54-2).

Diseksi leher radikal yang dimodifikasi menghilangkan semua kelompok


kelenjar getah bening yang sama seperti diseksi leher radikal tetapi menyisakan
setidaknya satu dari struktur non-Olimpiade yang dihilangkan dengan diseksi leher
radikal seperti sternocleidomastoid, saraf aksesori, atau vena jugularis interna (Gbr.
54-3 ).
Sedangkan Diseksi leher selektif menghilangkan kelenjar getah bening
serviks yang dianggap berisiko tinggi untuk metastasis dari situs primer tertentu.
Diseksi leher selektif umumnya dilakukan atas dasar elektif. Daripada menggunakan
nama-nama spesifik untuk diseksi leher tertentu, telah menjadi praktik standar untuk
menyebut diseksi leher yang dilakukan sesuai dengan tingkat leher yang dibedah dan
struktur non-Olimpiade direseksi. Jadi diseksi leher radikal tipe I yang dimodifikasi
harus disebut diseksi leher selektif level I sampai V dengan reseksi otot
sternokleidomastoid dan vena jugularis interna.
ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF
PADA KLIEN DENGAN CA THYROID RESIDU T0 N10 M0
DENGAN TINDAKAN FUNCTIONAL NECK DISSECTION
DI RUANG OK 411 IBP GBPT RSUD DR. SOETOMO SURABAYA

Pengkajian pada tanggal 24 Februari 2020 pada Tn S (58 tahun) yang merupakan klien dari
ruang rawat Bedah B dengan diagnosis medis Ca Thyroid Residu T0 N10 M0 dan yang akan
dilakukan tindakan Functional Neck Dissection Kanan + eksisi KGB Vries Couple k/p
Functional Neck Dissection kiri di ruang OK 514 IBP GBPT RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
A. Pre Operasi
Sign in
Sebelum melakukan tindakan pembedahan, tim bedah yang meliputi dokter bedah,
dokter anastesi, perawat bedah dan perawat anastesi, tim mengonfirmasi prosedur
tindakan operasi pada klien. Sudah terdapat tanda lokasi pembedahan yang akan di insisi
(Side Marker). Mengecek kelengkapan data berupa identitas klien, foto rongent operasi
dan hasil laborat darah. Operasi tidak menggunakan implan. Mesin anestesi dan
premedikasi telah di cek oleh penanggung jawab. Alat oksimetri terpasang dengan baik
dan berfungsi. Klien tidak memiliki riwayat penyakit alergi, infeksi, hepatitis maupun
HIV. Tim pembedahan mengonfirmasi tingkat kesulitan pernafasan pada klien.
1) Data pengkajian
Klien sign in pada pukul 07.50 WIB
Keluhan utama : Klien mengatakan cemas dengan kondisinya yang akan
dilakukan tindakan operasi.
Keadaan umum : Compos mentis
Tanda-tanda vital klien adalah sebagai berikut:
TD : 130/90 mmHg
N : 105x/menit
RR : 20x/menit
S : 36,7oC
BB : 58 kg
TB : 156 cm
Pernapasan klien spontan, klien tidak menggunakan gigi palsu, cat kuku, lensa
kontak, perhiasan, klien tidak terpasang folley catheter, klien terpasang tampon, klien
memiliki contoh darah, klien memiliki persediaan darah 1 WB dan GSH 3 WB, klien
memiliki hasil laboratorium, terdapat hasil USG thyroid dan USG urologi, klien tidak
memiliki riwayat alergi pada obat, tangan kiri klien terpasang infus RL 500 cc
maintenance, klien diinjeksikan profilaksis cefazolin 2 gr, sebelumnya klien tidak
pernah dilakukan tindakan operasi, klien diberikan pendidikan kesehatan berupa
teknik napas dalam.

2) Analisis Data

Hari/
Kemungkinan
Tanggal/ Pengelompokan Data Masalah
Penyebab
Jam
24/02/2020 DS : Ca Thyroid
08.05 WIB Klien mengatakan cemas ↓
dengan kondisinya yang akan Functional Neck
dilakukan operasi Disection

Kurangnya informasi Ansietas

DO : Ansietas
- Wajah klien tampak cemas
- TD : 140/90 mmHg
- N : 105x/menit

3) Diagnosis Keperawatan

Ditemukan Masalah Teratasi


No Diagnosis Keperawatan Masalah
Tanggal Paraf Tanggal Paraf
Ansietas berhubungan dengan kurangnya 24/02/20 24/02/20
informasi mengenai prosedur tindakan 20 20
1.
operasi ditandai dengan ekspresi wajah
klien tampak cemas

4) Intervensi Keperawatan

Perencanaan
Diagnosis
No Tujuan dan Tindakan
Keperawatan Rasionalisasi
Kriteria Hasil Keperawatan
1. Ansietas Tujuan : 1. Tanyakan pada 1. Mengetahui
berhubungan Setelah dilakukan klien penyebab penyebab
dengan tindakan kecemasan kecemasan
kurangnya keperawatan 2. Jelaskan klien
informasi selama 1 x 15 prosedur 2. Memberikan
mengenai menit, diharapkan tindakan dan pemahaman
prosedur ansietas klien yang dirasakan pada klien
tindakan operasi dapat berkurang. selama mengenai
ditandai dengan Kriteria hasil : prosedur prosedur
ekspresi wajah a) Ekspresi 3. Kenalkan tindakan
klien tampak wajah klien terhadap 3. Mengadaptasik
cemas tampak lebih lingkungan an dan
tenang. kamar bedah meningkatkan
b) Tanda vital 4. Anjurkan klien kepercayaan
klien dalam untuk berdoa klien terhadap
batas normal, tim medis
terutama 5. Instruksikan 4. Mengurangi
untuk tekanan klien rasa takut dan
darah klien menggunakan cemas klien
(110-120/60- teknik terkait
80 mmHg) relaksasi nafas kondisinya
dan nadi klien dalam 5. Mengurangi
(60- rasa cemas
100x/menit). klien
c) Postur tubuh
dan ekspresi
wajah klien
menunjukkan
kecemasan
berkurang.

5) Implementasi

No Hari/Tgl No Diagnosis Tindakan Keperawatan Paraf


Keperawatan/Jam
Senin 1
1 24/02/2020 07.55 WIB 1. Tanyakan pada klien penyebab
kecemasan
Respon : Klien kooperatif
07.57 WIB 2. Jelaskan prosedur tindakan dan
yang dirasakan selama prosedur
Respon : Klien kooperatif
07.58 WIB 3. Kenalkan terhadap lingkungan
kamar bedah
Respon : Klien kooperatif
07.59WIB 4. Anjurkan klien untuk berdoa
Respon : Klien kooperatif
08.00 WIB 5. Instruksikan klien menggunakan
teknik relaksasi nafas dalam
Respon : Klien kooperatif
6) Evaluasi

Diagnosis Tanggal/Jam Evaluasi Keperawatan


No Paraf
Keperawatan Catatan Perkembangan
1. Ansietas 10/09/2019 S : Klien mengatakan bahwa dirinya
berhubungan 08.05 WIB lebih tenang
dengan kurangnya O : Ekspresi wajah klien tampak
informasi lebih tenang
mengenai TD : 135/87 mmHg
prosedur tindakan N : 104x/menit
operasi ditandai A : Masalah ansietas teratasi
dengan ekspresi P : Intervensi dihentikan
wajah klien
tampak cemas

Nama Mahasiswa : Bella Dama Shinta Perawat Anestesi


NIM : P27820716019

(Iva Nur Kade)


B. Intra Operasi
Time Out
Sebelum proses pembiusan pada klien, dokter bedah mempersiapkan obat
antibiotik yang akan diberikan kepada klien. Kemudian proses pembiusan dilakukan.
Tim pembedahan memposisikan klien pada posisi lateral. Dokter bedah menampilkan
hasil foto USG thyroid/leher. Perawat instrumen menyiapkan instrumen yang akan
digunakan untuk pembedahan functional neck disection. Setelah prosedur tersebut telah
dilakukan, selanjunya operator atau sirkulator melakukan time out yaitu mengucapkan
salam, mengonfirmasi identitas klien, menanyakan dokter anastesi apakah ada kesulitan
tentang pembiusan pada klien dan mengonfirmasi kesiapan alat pada perawat instrumen,
kemudian berdoa bersama dilanjutkan proses pembedahan.

1) Data Pengkajian
Tahap intra operasi dimulai dengan tindakan anestesi pada klien sekitar pukul 08.00
WIB dengan jenis pembiusan general anestesi dengan posisi pembedahan supine,
jenis operasinya adalah bersih dan merupakan golongan operasi besar. Posisi tangan
klien saat tindakan pembedahan adalah telentang. Klien terpasang folley
catheter/kateter urine yang dipasang di kamar operasi. Desinfeksi kulit dilakukan
dengan povidone iodine. Pemasangan diatermi menggunakan monopolar dengan
pemasangan plat di kaki kanan klien. Monitor dan mesin anestesi digunakan tanpa
melibatkan alat imaging/X-ray. Kassa yang digunakan saat operasi adalah 18 lembar,
Untuk menjaga keseimbangan cairan klien, diberikan tambahan cairan RL 500 cc
melalui tangan kanan klien. Sementara tangan kiri klien terpasang infus RL 500 cc.
Klien juga mendapat tambahan cairan Gelafusal Gelatin Polysuccinate 500 cc, NaCl
500 cc,. Perdarahan diperkirakan 500 cc.
2) Analisis Data

Hari/
Kemungkinan
Tanggal/ Pengelompokan Data Masalah
Penyebab
Jam
07/10/2019 DS :- Ca Thyroid
09.20 WIB ↓
DO : Functional Neck
- Dilakukan pembedahan Disection
Functional Neck ↓
Disection Perdarahan
Perdarahan
- Klien terpasang
intravenous (IV) line di
tangan kiri

- Terjadi perdarahan 500 cc

3) Diagnosis Keperawatan

Ditemukan Masalah Masalah Teratasi


No Diagnosis Keperawatan Tanggal Paraf Tanggal Paraf
Perdarahan berhubungan dengan 24/02/20 24/02/20
1. prosedur tindakan operasi ditandai 20 20
dengan terjadi perdarahan 500 cc

4) Intervensi Keperawatan

Perencanaan
Diagnosis
No Tujuan dan Tindakan
Keperawatan Rasionalisasi
Kriteria Hasil Keperawatan
1. Perdarahan Tujuan : 1. Monitor tanda vital 1. Mengetahui
berhubungan Setelah dilakukan 2. Pantau perdarahan tanda dehidrasi
dengan prosedur tindakan dari luka 2. Mengetahui
tindakan operasi keperawatan Kolaborasi volume
ditandai dengan selama proses pemberian cairan perdarahan
terjadi pembedahan intravenous (IV) 3. Mencegah
perdarahan 500 diharapakan operasi terjadinya
cc perdarahan dapat 3. Kolaborasi dengan kekurangan
diminimalkan. dokter terkait volume cairan
Kriteria hasil : penggunaan 4. Menghentikan
a) Balance diatermi maupun perdarahan
cairan normal kassa 5. Mengganti
b) Tanda vital 4. Kolaborasi perdarahan
dalam batas pertimbangan akibat prosedur
normal transfusi apabila operasi apabila
dibutuhkan diperlukan
5) Implementasi

No Hari/Tgl No Diagnosis Tindakan Keperawatan Paraf


Keperawatan/Jam
Senin 1 1. Monitor tanda vital
1 24/02/2020 09.20 WIB Respon : TD : 120/85 mmHg
N : 94x/menit
RR : 19x/menit
S : 36, 3oC
09.25 WIB 2. Pantau perdarahan dari luka
Respon : Perdarahan sekitar 500 cc
3. Kolaborasi pemberian cairan
09.30 WIB intravenous (IV) operasi
Respon:Terpasang double
intravenous (IV) line pada
tangan sebelah kanan dan
kiri. Diberikan RL 500 cc
pada masing-masing infus
maintenance. Kemudian
diberi Gelafusal Gelatin
Polysuccinate 500 cc,
NaCl 500 cc.
4. Kolaborasi dengan dokter terkait
penggunaan diatermi maupun
09.35 WIB kassa
Respon:Penggunaan
monodiathermi dan kassa
sebanyak 18 lembar
5. Kolaborasi pertimbangan transfusi
apabila dibutuhkan
09.40 WIB Respon: klien tidak mendaptkan
transfuse
6) Evaluasi

Diagnosis Tanggal/Jam Evaluasi Keperawatan


No Paraf
Keperawatan Catatan Perkembangan
1. Perdarahan 10/09/2019 S:-
berhubungan 09.50 WIB O:
dengan prosedur a) Perdarahan terkontrol
tindakan operasi b) TD : 102/78 mmHg
ditandai dengan c) N : 74x/menit
terjadi perdarahan d) RR : 19x/menit
500 cc e) S : 36oC
Intake cairan 2500 cc
Output urine 2350 cc
A : Masalah perdarahan teratasi
P : Intervensi dihentikan

Nama Mahasiswa : Bella Dama Shinta Perawat Kamar Operasi


NIM : P27820716019

(Awang)
C. Post Operasi
Sign out
Dokter operator telah menyampaikan bahwa prosedur tindakan operasi telah
selesai. Dokter mengonfirmasi pada dokter anastesi bahwa tindakan pembedahan
Functional Neck dissection telah selesai lalu mengonfirmasi kelengkapan kasa dan alat
pada perawat instrumen. Kemudian dilanjutkan proses ekstubasi oleh dokter anastesi dan
klien di pindah ke ruang pulih sadar.
1) Data pengkajian
Operasi selesai pada pukul 17.00 WIB. Klien kemudian dipindahkan ke ruang pulih
sadar (ruang RR) dengan brankar belum terpasang pagar pengaman. Klien sadar
mengeluh nyeri di bagian abdomen bekas operasinya.
Pemeriksaan fisik B1-B6
Breathing (B1) : Jalan napas bebas, klien bernapas spontan, RR 20x/menit
Blood (B2) : Tekanan darah klien 135/87 mmHg, nadi 104x/menit.
Brain (B3) : Kesadaran klien somnolen, GCS 456, wajah klien tampak meringis
karena nyeri di bagian leher bekas operasi seperti ditusuk-tusuk, nyeri berskala 4,
hilang timbul.
Bladder (B4) : Klien terpasang folley catheter dan BAK tertampung 500 cc dalam
urine bag.
Bowel (B5) : Klien tidak mengalami mual muntah, mukosa bibir sedikit kering.
Bone (B6) : Turgor kulit elastis, akral klien hangat, kering, merah.

2) Analisa Data

Hari/
Kemungkinan
Tanggal/ Pengelompokan Data Masalah
Penyebab
Jam
24/02/2020 DS : Klien mengeluh nyeri Ca Thyroid
17.10 WIB pada bekas operasi di ↓
bagian lehernya Functional Neck
DIsection
DO : ↓
- Terdapat bekas luka Post tindakan
pembedahan Functional operasi
Neck Dissection ↓
- Wajah klien tampak Nyeri akut Nyeri akut
meringis
- Terjadi akibat prosedur
operasi
- Seperti ditusuk-tusuk
- Di bagian abdomen bekas
operasi
- Skala nyeri 4
- Hilang timbul
- TD 135/87 mmHg
- Nadi 104x/menit

3) Diagnosis Keperawatan

Ditemukan Masalah Masalah Teratasi


No Diagnosis Keperawatan Tanggal Paraf Tanggal Paraf
Nyeri akut berhubungan dengan post 07/10/201 07/10/20
1. tindakan operasi ditandai dengan 9 19
ekspresi wajah klien tampak meringis

4) Intervensi keperawatan

Perencanaan
Diagnosis
No Tujuan dan Tindakan
Keperawatan Rasionalisasi
Kriteria Hasil Keperawatan
1. Nyeri akut Tujuan : 1. Kaji tingkat nyeri 1. Mengetahui
berhubungan Setelah dilakukan 2. Monitor tanda karakteristik
dengan post tindakan vital nyeri yang
tindakan operasi keperawatan 3. Ajarkan Teknik dialami klien
ditandai dengan selama 1x24 jam distraksi dan 2. Mengetahui
ekspresi wajah diharapkan nyeri relaksasi tanda
klien tampak klien berkurang 4. Kolaborasi kegawatan yang
meringis atau hilang. pemberian dialami klien
Kriteria hasil: analgetik 3. Mengurangi
a) Klien dapat dan
mengungkap mengalihkan
kan rasa nyeri klien
perasaannya 4. Menguangi
mengenai nyeri yang
nyeri dirasakan
b) Ekspresi dengan
wajah klien farmakologis
tampak lebih
tenang
c) Tanda vital
klien dalam
batas normal

5) Implementasi

No Hari/Tgl No Diagnosis Tindakan Keperawatan Paraf


Keperawatan/Jam
Senin 1 1. Kaji tingkat nyeri
1 24/02/2020 17.10 WIB Respon : Klien mengatakan nyeri
pada bekas luka akibat tindakan
operasi, nyeri berskala 4, seperti
ditusuk-tusuk, hilang timbul
17.11 WIB 2. Monitor tanda vital
Respon : TD : 135/87mmHg
N : 104x/menit
Suhu 36,3oC
RR 20x/menit
17.15 WIB 3. Ajarkan teknik distraksi dan
relaksasi
Respon : klien kooperatif
17.20 WIB 4. Kolaborasi pemberian analgetik
Respon : klien kooperatif

6) Evaluasi

Diagnosis Tanggal/Ja Evaluasi Keperawatan


No Paraf
Keperawatan m Catatan Perkembangan
1. Nyeri akut 24/02/2020 S : Klien mengatakan nyeri pada bekas
berhubungan 17.22 WIB luka akibat tindakan operasi, nyeri
dengan post berskala 3, seperti ditusuk-tusuk,
tindakan operasi hilang imbul
ditandai dengan O : Wajah klien tampak meingis
ekspresi wajah TD : 125/82mmHg
klien tampak N : 96x/menit
meringis Suhu 36,3oC
RR 20x/menit
A : Masalah nyeri akut belum teratasi
P : Pertahankan intervensi

Nama Mahasiswa : Bella Dama Shinta Perawat Ruang Pulih Sadar


NIM : P27820716019

(…………………………………)

Anda mungkin juga menyukai