Anda di halaman 1dari 27

BABI

PENDAHULUAN

Telinga merupakan organ pendengaran dan keseimbangan. Telinga disebut


sebagai indera pendengar yang terdiri dari tiga bagian yaitu telinga luar, telinga
tengah dan telinga dalam. Telinga luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga
sampai ke membran timpani yang berfungsi menangkap energi bunyi dalam
bentuk gelombang yang akan dialirkan melalui udara dari luar sampai ke
membran timpani.
Telinga tengah atau cavum tympani berfungsi menghantarkan getaran
bunyi dari membran timpani bagian luar ke dalam sampai ke tulang maleus, incus,
stapes yang akan meggerakan tingkap lonjong sehingga perilimfa pada skala
vestibuli bergerak. Telinga dalam terdiri dari koklea yang berupa dua setengah
lingkaran dan vestibuler yang terdiri dari 2 buah kanalis semisirkularis.
Ujung atau puncak koklea disebut helikotrema, menghubungkan perlimfa
skala timpani dengan skala vestibuli. berfungsi menerima getaran yang
dihantarkan oleh telinga tengah getaran ini diteruskan melalui membran Reissner
yang mendorong endolimfa, sehingga akan menimbulkan gerak relatif antara
membran basilaris dan membran tektoria.1
Proses ini merupakan rangsang mekanik yang akan menyebabkan terjadinya
defleksi stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion terbuka dan terjadi
pelepasan ion bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan ini menimbulkan proses
depolarisasi sel rambut, sehingga melepaskan neurotransmiter ke dalam sinapsis
yang akan menimbulkan potensial aksi pada saraf auditorius, lalu dilanjutkan ke
nukleus auditorius sampai ke korteks pendengaran (area 39-40) di lobus
temporalis.1
Serumen adalah sekret kelenjar sebasea, kelenjar seruminosa, epitel kulit
yang terlepas dan partikel debu yang terdapat pada bagian kartilaginosa liang
telinga. Serumen obturans atau serumen props adalah serumen yang tidak berhasil
dikeluarkan dan menyebabkan sumbatan pada kanalis akustikus
eksternus.2 Sumbatan serumen dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu dermatitis
kronik, kronik, liang telinga sempit, produksi serumen yang banyak dan kental,
adanya benda asing, serumen terdorong masuk kedalam liang telinga yang lebih
dalam saat mencoba membersihkan telinga.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Anatomi Telinga

Telinga merupakan alat penerima gelombang suara atau gelombang udara


kemudian gelombang mekanik ini diubah menjadi impuls pulsa listrik dan
diteruskan ke korteks pendenaran melalui saraf pendengaran. Telinga merupakan
organ pendengaran dan keseimbangan. Telinga sebagai indera pendengar terdiri
dari tiga bagian yaitu telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam. Struktur
anatomi telinga seperti diperlihatkan pada gambar dibawah ini.1,2

Gambar 1. Struktur anatomi telinga

2
Telinga Bagian Luar

Telinga luar berfungsi menangkap rangsang getaran bunyi atau bunyi dari
luar. Telinga luar terdiri dari daun telinga (pinna auricularis), saluran telinga
(canalis auditorius externus) yang mengandung rambut-rambut halus dan kelenjar
sebasea sampai di membran timpani.1,2
Daun telinga terdiri atas tulang rawan elastin dan kulit. Bagian-bagian daun
telinga lobula, heliks, anti heliks, tragus, dan anti tragus. Liang telinga atau
saluran telinga merupakan saluran yang berbentuk seperti huruf S. Pada 1/3
proksimal memiliki kerangka tulang rawan dan 2/3 distal memiliki kerangka
tulang sejati. Saluran telinga mengandung rambut-rambut halus dan kelenjar lilin.
Rambut-rambut alus berfungsi untuk melindungi lorong telinga dari kotoran, debu
dari kotoran, debu dan serangga, sementara kelenjar sebasea berfungsi
menghasilkan serumen. Serumen adalah hasil produksi kelenjar sebasea, kelenjar
seruminosa, epitel kulit yang terlepas dan partikel debu. Kelenjar sebasea terdapat
pada kulit liang telinga.1,2

Telinga Bagian Tengah

Telinga tengah atau cavum tympani berfungsi menghantarkan bunyi dari


telinga luar ke telinga dalam. Bagian depan ruang telinga dibatasi oleh membran
timpani, sedangkan bagian dalam dibatasi oleh foramen ovale dan foramen
rotundum. Pada ruang tengah telinga terdapat bagian-bagian sebagai berikut:1,2
a. Membran timpani

Membran timpani berfungsi sebagai penerima gelombang bunyi. Setiap


ada gelombang bunyi yang memasuki lorong telinga akan mengenai
membran timpani, selanjutnya membran timpani akan menggelembung ke
arah dalam menuju ketelinga tengah dan akan menyentuh
tulang- tulang pendengaran pendengaran yaitu maleus, inkus dan stapes.
Tulang- tulang pendengaran akan meneruskan gelombang bunyi tersebut
ke telinga bagian dalam.1,2

4
b. Tulang-tulang pendengaran

Tulang-tulang pendengaran yang terdiri atas maleus (tulang martil), incus


(tulang landasan) dan stapes (tulang sanggurdi). Ketiga tulang tersebut
membentuk rangkaian tulang yang melintang pada telinga tengah dan
menyatu dengan membran timpani. Susunan tulang telinga ditampilkan
pada gambar 2. 1,2
c. Tuba auditiva eustachius

Tuba auditiva eustachius atau saluran eustachius adalah saluran


penghubung antara ruang telinga tengah dengan rongga faring. Adanya
saluran eustachius, memungkinkan keseimbangan tekanan udara rongga
telinga tengah dengan udara luar. 1,2

Gambar 2. Susunan Tulang Pendengaran pada Telinga

5
Telinga bagian dalam

Telinga dalam berfungsi menerima getaran bunyi yang dihantarkan oleh


telinga tengah. Telinga dalam atau labirin terdiri atas dua bagian yaitu labirin
tulang dan labirin selaput. Dalam labirin tulang terdapat vestibulum, kanalis
semisirkularis dan koklea. Di dalam koklea inilah terdapat organ Corti yang
berfungsi untuk mengubah getaran mekanik gelombang bunyi menjadi impuls
listrik yang akan dihantarkan ke pusat pendengaran. Telinga dalam terdiri dari
koklea (rumah siput) yang berupa dua setengah lingkaran dan vestibuler yang
terdiri dari 3 buah kanalis semi-sirkularis. Ujung atau puncak koklea disebut
helikotrema, menghubungkan skala timpani dengan skala vestibuli.1,2
Kanalis semisirkularis saling berhubungan secara tidak lengkap dan
membentuk lingkaran yang tidak lengkap. Koklea atau rumah siput merupakan
saluran spiral dua setengah lingkaran yang menyerupai rumah siput . 1,2
Koklea
terbagi atas tiga bagian yaitu:
a). Skala vestibuli terletak di bagian
dorsal. b). Skala media terletak di
bagian tengah. c). Skala timpani
terletak di bagian ventral.
Skala vestibuli dan skala timpani berisi perilimfe, sedangkan skala media
berisi endolimfe. Ion dan garam yang terdapat di perilimfe berbeda dengan
endolimfe. Hal ini penting untuk proses pendengaran. 1,2
Antara skala satu dengan skala yang lain dipisahkan oleh suatu membran.
Ada tiga membran yaitu:
a). Membran vestibuli, memisahkan skala vestibuli dan skala
media b). Membran tektoria, memisahkan skala media dan skala
timpani
c). Membran basilaris, memisahkan skala timpani dan skala vestibuli.
Pada membran basalis ini terletak organ Corti dan pada membran basal melekat
sel rambut yang terdiri dari sel rambut dalam, sel rambut luar dan kanalis Corti,
yang membentuk organ Corti.1,2

6
Fisiologi Pendengaran

Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun


telinga dalam bentuk gelombang yang dihantarkan melalui udara atau tulang ke
koklea. Getaran tersebut menggetarkan membran timpani dan diteruskan ke
telinga tengah melalui rangkaian tulang pendengaran yang akan memperkuat
getaran melalui daya ungkit tulang pendengaran dan perkalian perbandingan luas
membran timpani dan foramen ovale. Energi getar yang telah diperkuat ini akan
diteruskan ke stapes yang menggerakkan foramen ovale sehingga cairan perilimfe
pada skala vestibuli bergerak.2
Getaran akibat getaran perilimfe diteruskan melalui membran Reissner
yang akan mendorong endolimfe, sehingga akan terjadi gerak relatif antara
membran basilaris dan membran tektoria. Proses ini merupakan rangsang mekanik
yang menyebabkan terjadinya defleksi stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal
ion terbuka dan terjadi penglepasan ion bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan
ini menimbulkan proses depolarisasi sel rambut, sehingga melepaskan
neurotransmiter ke dalam sinapsis yang akan menimbulkan potensial aksi pada
saraf auditorius, lalu dilanjutkan ke nukleus auditorius sampai ke korteks
pendengaran (area 39 - 40) di lobus tempo pendengaran (area 39 - 40) di lobus
temporalis.2

Definisi Serumen Prop

Serumen adalah sekret kelenjar sebasea, kelenjar seruminosa, epitel kulit


yang terlepas dan partikel debu yang terdapat pada bagian kartilaginosa liang
telinga. Serumen obturans atau serumen props adalah serumen yang tidak berhasil
dikeluarkan dan menyebabkan sumbatan pada kanalis akustikus eksternus.2
Serumen adalah hasil sekresi kelenjar sebasea, kelenjar serumeninosa
dan proses - proses deskuamasi epitel pada bagian kartilaginea kanalis auditorius
eksternus. Produksi cerumen pada dasarnya adalah sebuah konsekuensi yang
timbul dari anatomi lokal yang unik. Kanalis auditorius adalah satu-satunya cul-
de-sac dari stratum korneum dalam tubuh. Oleh karena itu, erosi fisik tidak
dapat secara rutin

7
menghapus stratum korneum dalam saluran pendengaran. Ada dua jenis
serumen yaitu jenis kering berwarna kekuning-kuningan atau abu-abu, rapuh atau
keras dan jenis basah berwarna coklat, licin, lengket dan dapat cepat berubah
warna menjadi gelap bila terpapar udara bebas.2
Bila tidak dibersihkan dan menumpuk maka akan menimbulkan sumbatan
pada kanalis akustikus eksternus. Keadaan ini disebut serumen obsturans
(serumen yang menutupi menutupi kanalis). Sumbatan serumen kemudian
menimbulkan gejala berupa penurunan fungsi pendengaran, menyebabkan Rasa
tertekan/ penuh pada telinga, vertigo, dan tinitus.3

Faktor Risiko

Sumbatan serumen dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu dermatitis


kronik, liang telinga sempit, produksi serumen yang banyak dan kental, adanya
benda asing, serumen terdorong masuk kedalam liang telinga yang lebih dalam
saat mencoba membersihkan telinga.

Fisiologi Serumen

Kulit yang melapisi kartilaginosa lebih tebal dari pada kulit bagian tulang,
selain itu juga mengandung folikel rambut yang bervariasi antar individu. Kulit
bagian telinga luar membentuk serumen atau kotoran telinga. Sebagian besar
struktur kelenjar sebasea dan apokrin yang menghasilkan serumen terletak pada
bagian kartilaginosa. Eksfoliasi sel-sel stratum korneum ikut pula berperan dalam
pembentukan materi yang membentuk suatu lapisan pelindung penolak air pada
dinding kanalis ini.4,5
Serumen diketahui memiliki fungsi proteksi yaitu sebagai
sarana pengangkut debris epitel dan kontaminan untuk dikeluarkan dari membran
timpani. Serumen juga berfungsi sebagai pelumas dan dapat mencegah kekeringan
dan pembentukan fisura pada epidermis. Efek bakterisidal serumen berasal dari
komponen asam lemak, lisozim dan immunoglobulin.4,5

8
Serumen dibagi menjadi tipe basah dan tipe kering. Serumen tipe basah
lebih dominan dibandingkan tipe kering. Tipe basah biasanya terbagi dua yaitu
serumen putih (White/Flaky Cerumen) yang sifatnya mudah larut bila diirigasi
dan serumen coklat (light-brown) yang sifatnya seperti jeli dan lengket.4,5
Serumen tipe kering dapat dibagi lagi menjadi tipe lunak dan tipe keras.
Selain dari bentuknya, beberapa faktor dapat membedakan serumen tipe lunak dan
serumen tipe kering.4,5
 Tipe lunak lebih sering terdapat pada anak-anak, dan tipe keras lebih
sering pada orang dewasa.
 Tipe lunak basah dan lengket, sedangkan tipe keras lebih
kering dan bersisik.
 Korneosit (sel kulit mati dari stratum korneum) banyak terdapat dalam
serumen lunak namun sedikit pada serumen tipe keras.
 Tipe keras lebih sering menyebabkan sumbatan, dan tipe ini paling sering
kita temukan di tempat praktek.4,5
Adapun fungsi serumen adalah sebagai berikut: 5

a. Membersihkan

Pembersihan kanalis akustikus eksternus terjadi sebagai hasil dari proses


yang disebut convey or belt process, hasil dari migrasi epitel ditambah
dengan gerakan rahang seperti mengunyah (jaw movement). Sel-sel
terbentuk ditengah membran timpani yang bermigrasi kearah luar dari
umbo ke dinding kanalis akustikus eksternus dan bergerak keluar.
Serumen pada kanalis akustikus eksternus juga membawa kotoran, debu,
dan partikel- pertikel yang dapat ikut keluar. Jaw movement membantu
proses ini dengan memampatkan kotoran yang menempel pada dinding
kanalis akustikus eksternus dan meningkatkan pengeluaran kotoran.

9
b. Lubrikasi

Lubrikasi mencegah terjadinya desikasi, gatal, dan terbakarnya kulit


kanalis akustikus eksternus yang disebut asteatosis. Zat lubrikasi
diperoleh dari kandungan lipid yang tinggi dari produksi sebum oleh
kelenjar sebasea. Pada serumen tipe basah, lipid ini juga mengandung
kolesterol, skualan, dan asam lemak rantai panjang dalam jumlah yang
banyak, dan alkohol.
c. Fungsi sebagai Antibakteri dan Antifungal

Fungsi antibakterial telah dipelajari sejak tahun 1960-an, dan banyak


studi yang menemukan bahwa serumen bersifat bakterisidal terhadap
beberapa strain bakteri. Serumen ditemukan efektif menurunkan
kemampuan hidup bakteri antara lain haemophilus influenzae,
staphylococcus aureus dan escherichia colli. Pertumbuhan jamur yang
biasa menyebabkan otomikosis juga dapat dihambat dengan signifikan
oleh serumen manusia. Kemampuan antimikroba ini dikarenakan adanya
asam lemak tersaturasi lisosim dan khususnya pH yang relative rendah
pada serumen (biasanya 6 pada manusia normal). Dikatakan pula bahwa
serumen juga melindungi telinga tengah dari infeksi bakteri dan fungi.
Beberapa penulis mengatakan bahwa serumen yang tertahan dapat
menjadi barier untuk membantu pertahanan tubuh melawan infeksi
telinga namun secara klinik dan biologi fungsi ini tampak cukup lemah.5

Patofisiologi

Serumen yang menumpuk dapat menyebabkan impaksi. Impaksi serumen


terbentuk oleh karena gangguan dari mekanisme pembersihan serumen atau
produksi serumen yang berlebih. Sumbatan serumen umumnya terdiri dari sekresi
dari kelenjar serumen yang bercampur dengan sebum, debris eksfoliatif, dan
kontaminan. Pembersihan liang telinga yang tidak tepat (khususnya dengan kapas
telinga) dapat

10
mengganggu mekanisme pembersihan serumen normal dan mendorong
serumen ke arah membran timpani.2,4
Obstruksi serumen pada liang telinga disebabkan oleh impaksi atau
pembengkakan sumbatan serumen. Keadaan ini sering terjadi setelah serumen
kontak dengan air. Dengan bertambahnya umur, kulit meatus yang semakin kering
dan perubahan dari secret dapat menyebabkan serumen menjadi keras dan sulit
dikeluarkan. 2,4

Diagnosis

Gejala paling umum terkait dengan impaksi/gumpalan serumen yang


menumpuk di liang telinga adalah gangguan pendengaran yang ringan, atau
telinga terasa penuh. Hal ini biasanya terjadi jika kanal sepenuhnya terblokir oleh
serumen. Serumen biasanya tidak menyakitkan, kecuali jika menyentuh gendang
telinga. Upaya untuk mengeluarkan kotoran telinga yang keras dapat
menyebabkan abrasi dan nyeri pada kulit kanal telinga yang peka.2,4
Gejala lainnya yang terkait dengan kotoran telinga impaksi di dalam telinga
termasuk, telinga gatal, telinga berdenging, pusing, dan batuk yang timbul oleh
karena rangsangan nervus vagus melalui cabang aurikuler.2,4
Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Dari anamnesis, pasien biasanya datang dengan keluhan pendengaran berupa tuli
konduktif disertai rasa penuh pada telinga, terutama bila telinga kemasukan air
yaitu sewaktu mandi atau berenang yang bisa menyebabkan serumen
mengembang sehingga menimbulkkan rasa tertekan dan gangguan pendengaran
semakin dirasakan sangat mengganggu. Beberapa pasien juga mengeluhkan
adanya vertigo atau tinnitus.5,6
Pada pemeriksaan fisik menggunakan otoskop dapat terlihat adanya
obstruksi liang telinga oleh material berwarna kuning kecoklatan atau kehitaman
atau berwarna putih. Konsistensi dari serumen dapat bervariasi. Selain itu, harus
dievaluasi lagi

11
untuk melihat ada atau tidak perforasi membran timpani dan riwayat fraktur
tulang temporal atau pembedahan telinga. 5,6
Pemeriksaan lain yang bisa dilakukan ialah pemeriksaan gangguan
pendengaran seperti garpu tala dan audiometri. Tes garpu tala merupakan tes
kualitatif. Garpu tala 512 Hz tidak terlalu dipengaruhi suara bising disekitarnya.
Pada kasus ini, tidak ada pemeriksaan penunjang yang khas yang bisa dilakukan
untuk menegakkan diagnosis kerja. 5,6

Diagnosis banding

Adapun diagnosis banding serumen prop adalah sebagai berikut:

1. Benda asing di liang telinga

Benda asing yang ditemukan di liang telinga bervariasi sekali. Bisa


berupa benda mati atau benda hidup, binatang, komponen tumbuh-
tumbuhan atau mineral. Pada anak kecil sering ditemukan kacang hijau,
manik, mainan, karet penghapus dan terkadang baterai. pada orang
dewasa yang relatif sering ditemukan adalah kapas cotton bud yang
tertinggal, potongan korek api, patahan pensil, kadang-kadang
ditemukan seranggga kecil seperti kecoa, semut atau nyamuk. 2
2. Kolesteatoma

Kolesteatoma adalah suatu kista epiterial yang berisi deskuamasi epitel


(keratin).Seluruh epitel kulit (keratinizing stratified squamous
epithelium) pada tubuh kita berada pada lokasi yang terbuka/ terpapar
ke dunia luar. Epitel kulit di liang telinga merupakan suatu daerah cul-
de-sac sehingga apabila terdapat serumen padat di liang telinga dalam
waktu yang lama, maka dari epitel kulit yang berada medial dari
serumen tersebut seakan terperangkap sehingga membentuk
kolesteatoma. 2,4

12
Penatalaksanaan

Adanya serumen pada liang telinga adalah suatu keadaan normal. Serumen
dapat dibersihkan sesuai dengan konsistensinya. Serumen yang lembek,
dibersihkan dengan kapas yang dililitkan pada pelilit kapas. Serumen yang keras
dikeluarkan dengan pengait atau kuret. Apabila dengan cara ini serumen tidak
dapat dikeluarkan, maka serumen harus dilunakkan lebih dahulu dengan tetes
karbogliserin 10% selama 3 hari. Serumen yang sudah terlalu jauh terdorong
kedalam liang telinga sehingga dikuatirkan menimbulkan trauma pada membrane
timpani sewaktu mengeluarkannya, dikeluarkan dengan suction atau mengalirkan
(irigasi) air hangat yang suhunya disesuaikan dengan suhu tubuh. 2,4,5
Indikasi untuk mengeluarkan serumen adalah sulit untuk melakukan
evaluasi membran timpani, otitis eksterna, oklusi serumen dan bagian dari terapi
tuli konduktif. Kontraindikasi dilakukannya irigasi adalah adanya perforasi
membran timpani. Bila terdapat keluhan tinitus, cerumen yang sangat keras dan
pasien yang tidak kooperatif merupakan kontraindikasi dari microsuction.7
a. Menggunakan alat-alatan

Alat-alat yang bisa digunakan dalam membersihkan kanalis akustikus


eksternus adalah jerat kawat, kuret cincin yang tumpul, cunam
Hartmann yang halus. Yang penting pemeriksaan harus dilakukan
dengan sentuhan lembut karena liang telinga sangat sensitif terhadap
alat-alat. Dinding posterior dan superior kanalis akustikus eksternus
kurang sensitif sehingga pelepasan paling baik dilakukan disini.
Kemudian serumen yang lepas dipegang dengan cunam dan ditarik
keluar.7

13
Gambar 2.4. Cara Membersihkan Kanalis Akustikus
Eksternus

Gambar 2.5. Memasang kapas pada ujung aplikator dengan memutar


aplikator Cara irigasi hanya boleh dilakukan bila membran timpani
utuh.

Perforasi membran timpani memungkinan masuknya larutan


yang terkontaminasi ke telinga tengah dan dapat menyebabkan otitis
media. Larutan irigasi dialirkan di canalis telinga yang sejajar dengan
lantai, mengambil serumen dan debris dengan larutan

14
irigasi mengunakan air hangat saja (37oC) atau dapat ditambahkan larutan
sodium bikarbonat atau larutan cuka untuk mencegah infeksi sekunder.7

Gambar 6. Cara Penyemprotan Telinga

Serumen juga biasanya diangkat dengan sebuah kuret dibawah pengamatan


langsung. Perlu ditekankan disini pentingnya pengamatan dan paparan yang
memadai. Umumnya kedua faktor tersebut paling baik dicapai dengan penerangan
cermin kepala dan suatu speculum sederhana.7

15
Gambar 7. Metode Kuretase untuk mengambil Serumen

Gambar 8. Pengambilan Serumen dengan Suction

16
b. Zat serumenolisis

Adakalanya pasien dipulangkan dan diinstruksikan memakai tetes


telinga dalam waktu singkat. Tetes telinga yang dapat digunakan antara
lain minyak mineral, hydrogen peroksida, debrox, dan cerumenex.
Pemakaian preparat komersial untuk jangkan panjang atau tidak tepat
dapat menimbulkan iritasi kulit atau bahkan dermatitis kontak.2,5
Terdapat 2 tipe seruminolitik yaitu aqueos dan organic. Zat serumenolitik
ini biasanya digunakan 2-3 kali selama 3-5 hari sebelum pengangkatan serumen.
Solutio aqueos merupakan cairan yang dapat bekerja dengan baik memperbaiki
masalah sumbatan serumen dengan melunakkannya, diantaranya: 2,5
- 10% Sodium bicarbonate B.P.C (sodium bicarbonate dan glycerine)

- 3% hidrogen peroksida

- 2% asam asetat

- Kombinasi 0,5% aluminium asetat dan 0,03% benzetonium chloride.

Solusio organic dengan penyusun minyak hanya berfungsi sebagai lubrikan dan
tidak berefek mengubah intergritas keratin skuamosa, antara lain :2,5
- Carbamide peroxide (6,5%) dan glycerine

- Various organic liquids (propylene glycerol, almond oil, mineral oil, baby
oil, olive oil)
- Cerumol (arachis oil, turpentine, dan dichlobenzene)

- Cerumenex (Triethanolamine, polypeptides, dan oleatecondensate)

- Docusate, sebagai active ingredient ditentukan pada laxatives

Seruminolitik dalam hal ini khususnya solutio organic dapat menimbulkan


reaksi sensitivitas seperti dermatitis kontak. Dan pembersihan serumen yang tidak
tuntas dapat menyebabkan superinfeksi jamur. Komplikasi lain yang mungkin
adalah ototoksisitas yang dapat terjadi bila terdapat perforasi.2,5

17
BAB III
IDENTITAS
PASIEN

Identitas

Nama : An. D N

Jenis Kelami : Perempuan

Umur : 20.12.2003

Alamat : Jl. Jaya Mukti

Agama : Islam

Suku : Melayu

No. MR : 194977

Tanggal Pemeriksaan : 07-10-2021

Anamnesis
(Autoanamnesis)
Keluhan Utama :
Telinga terasa berdengung dan tersumbat sejak 4 hari yang lalu.

Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien datang ke poliklinik THT RSUD Dumai dengan keluhan telinga kanan
dan kiri terasa berdengung dan tersumbat sejak 4 hari yang lalu. Berdengung
dirasakan hilang timbul, dan keluhan tersumbat dirasakan terus menerus.
Pendengaran pasien sedikit berkurang. Keluhan tersebut tidak mengganggu
aktivitas pasien. Keluhan seperti keluar cairan dari telinga, perdarahan, nyeri,
demam, sakit kepala, batuk, flu disangkal oleh pasien. Kebiasaan pasien sering
mencongkel liang telinga. Pasien belum pernah berobat sebelumnya.

18
Riwayat Penyakit Dahulu :

Pasien tidak pernah mengalami keluhan serupa sebelumnya.

Riwayat Penyakit Keluarga :

Tidak ada keluarga yang memiliki keluhan atau gejala yang sama dengan
pasien.

Riwayat Alergi

Alergi terhadap makanan dan obat-obatan disangkal.

Riwayat Pengobatan :

Pasien belum pernah berobat sebelumnya ini adalah kunjungan


pertamanya pada keluhan telinga.

Riwayat Sosial Ekonomi, dan Kebiasaan

- Sosialisasi di masyarakat baik dan berasal dari keluarga yang cukup

- Kebersihan cukup. Lingkungan rumah dan di sekitar rumah baik.

- Riwayat suka mengorek telinga (+)

- Berenang (-)

Pemeriksaan Fisik

Status Generalis

Keadaan umum : Tampak sakit


sedang Kesadaran : Compos mentis

19
Status Lokalis THT

a. Telinga

Auris
Bagian Kelainan Kanan Kiri
Aurikula Bentuk normotia + +
Warna kulit coklat + +
Kelainan kongenital - -
Radang - -
Tumor - -
Trauma/lesi - -
Nyeri tarik - -
Nyeri tekan - -
Sikatrik - -
Canalis Acustikus Cukup Cukup Lapang Cukup Lapang
Externa Lapang/Sempit - -
Kelainan kongenital - -
Hiperemis - -
Sekret - -
Serumen + (berwarna + (berwarna
coklat, lengket) coklat, lengket)
menutup hanya menutup
sepenuhnya sebagian
Edema - -
Jaringan granulasi - -
Massa - -
Cholesteatoma - -
Benda asing - -
Membran Timpani
Intak Warna putih - -
Mengkilat
Reflek cahaya - -
Bulging - -
Retraksi - -
Atrofi - -

20
Perforasi Jumlah - -
Jenis perforasi - -
Kuadran - -
Bentuk - -
Warna - -

Mastoid Tanda radang - -


Fistel - -
Sikatrik - -
Nyeri tekan - -
Nyeri ketok - -

b. Hidung

Hidung
Pemeriksaan Kelainan
Dextra Sinistra
Hidung luar Kelainan bentuk - -
Deformitas - -
Kelainan kongenital - -
Trauma - -
Tanda radang - -
Massa - -
Nyeri tekan - -
Sinus paranasal Nyeri tekan - -
Nyeri ketok - -

21
Rinoskopi anterior
Vestibulum nasi Vibrissae - -
Tanda radang - -
Ulkus - -
Cavum nasi Lapang/cukup Cukup Cukup
lapang/sempit
Rhinorrhea - -
Sekret - -
Warna secret - -
Massa - -
Konka media Edema - -
Warna mukosa Merah muda Merah muda
Konka inferior Edema - -
Warna mukosa Merah muda Merah muda
Septum nasi Deviasi - -
Perdarahan - -
Ulkus - -
Warna mukosa Merah muda Merah muda
Krusta - -
Abses - -
Perforasi - -

22
C. Tenggorok
Pemeriksaan Kelainan Dextra Sinistra
Gigi Kesan Rapi Rapi
Karies - -
Gigi berlubang - -
Lidah Ulkus - -
Pseudomembran - -
Atrofi - -
Parese
- -
Palatum Simetris/tidak Simetris Simetris
mole/arcus faring Warna Merah muda Merah muda
Edema - -
Bercak/eksudat - -
Uvula Simetris/tidak Simetris Simetris
Hiperemis - -
Pseudomembran - -
Tonsil Ukuran T1 T1
Warna Merah muda Merah muda
Permukaan Rata Rata
Detritus - -
Eksudat - -
Fossa tonsilaris
dan arkus Hiperemis - -
faringeus
Peritonsil Edema - -
Abses - -
Tumor Bentuk - -
Ukuran - -
Permukaan - -
Konsistensi
- -
Dinding faring Warna Merah muda Merah muda
Permukaan Rata Rata
Refleks muntah + +
Pseudomembran - -
Sekret - -

23
c. Leher

Tidak ada massa dan pembesaran pada kelenjar getah bening.

Diagnosis Kerja

Serumen Prop Aurikula Dekstra et Sinistra

Diagnosis Banding
Benda asing di liang
telinga Kolesteatoma

Anjuran Pemeriksaan Penunjang

Penatalaksanaan

a. Terapi Non-Medikamentosa

Edukasi untuk menghindari mengorek liang telinga

b. Terapi Medikamentosa :

- Otilon ear drop 2 tts 2 kali sehari

Prognosis

Quo ad vitam : Bonam

Quo ad sanationam : Bonam

Quo ad functionam : Bonam

24
BAB IV

ANALISA KASUS

A. ANAMNESIS

Teori Kasus

Bila kotoran tidak dibersihkan dan Pada kasus, seorang pasien perempuan,
menumpuk maka akan menimbulkan datang dengan keluhan telinga kanan
sumbatan pada kanalis akustikus dan kiri terasa berdengung dan
eksternus. Sumbatan serumen tersumbat sejak 4 hari yang lalu.
kemudian menimbulkan gejala berupa Berdengung dirasakan hilang timbul,
penurunan fungsi pendengaran, dan keluhan tersumbat dirasakan terus
menyebabkan Rasa tertekan/ penuh menerus. Pendengaran pasien sedikit
pada telinga, vertigo, dan tinnitus berkurang. Keluhan tersebut tidak
mengganggu aktivitas pasien. Kebiasaan
pasien sering mencongkel liang telinga.
Pasien merasa tidak nyaman.

B. PEMERIKSAAN FISIK

Teori Kasus

Pada pemeriksaan fisik menggunakan Pada pasien didapatkan adanya


otoskop dapat terlihat adanya sumbatan oleh serumen pada liang
obstruksi liang telinga oleh material telinga kanan dan kiri bewarna kuning
berwarna kuning kecoklatan atau kecoklatan dan lengket sehingga
kehitaman atau berwarna putih. membran timpani sulit untuk dinilai.
Konsistensi dari serumen dapat
bervariasi.

25
C. PENATALAKSANAAN

Teori Kasus
Serumen dapat dibersihkan sesuai - Tetes Otilon ear drop
dengan konsistensinya. Serumen yang 2 tts 2 kali sehari
lembek, dibersihkan dengan kapas yang - Suction
dililitkan pada pelilit kapas. Serumen
yang keras dikeluarkan dengan pengait
atau kuret. Apabila dengan cara ini
serumen tidak dapat dikeluarkan, maka
serumen harus dilunakkan lebih dahulu
dengan tetes karbogliserin 10% selama
3 hari.
Alat-alat yang bisa digunakan dalam
membersihkan kanalis akustikus
eksternus adalah suction dan kuretase

26
BAB V
KESIMPULAN

Serumen adalah sekret kelenjar sebasea, kelenjar seruminosa, epitel kulit


yang terlepas dan partikel debu yang terdapat pada bagian kartilaginosa liang
telinga. Serumen obturans atau serumen props adalah serumen yang tidak berhasil
dikeluarkan dan menyebabkan sumbatan pada kanalis akustikus eksternus.
Sumbatan serumen kemudian menimbulkan gejala berupa penurunan fungsi
pendengaran, menyebabkan Rasa tertekan/ penuh pada telinga, vertigo, dan
tinitus.
Obstruksi serumen pada liang telinga disebabkan oleh impaksi atau
pembengkakan sumbatan serumen. Keadaan ini sering terjadi setelah serumen
kontak dengan air. Dengan bertambahnya umur, kulit meatus yang semakin kering
dan perubahan dari secret dapat menyebabkan serumen menjadi keras dan sulit
dikeluarkan.
Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Pada pemeriksaan fisik menggunakan otoskop dapat terlihat adanya obstruksi
liang telinga oleh material berwarna kuning kecoklatan atau kehitaman atau
berwarna putih. Konsistensi dari serumen dapat bervariasi.
Penatalaksanaan adanya serumen pada liang telinga adalah suatu keadaan
normal. Serumen dapat dibersihkan sesuai dengan konsistensinya. Serumen yang
lembek, dibersihkan dengan kapas yang dililitkan pada pelilit kapas. Serumen
yang keras dikeluarkan dengan pengait atau kuret. Adakalanya pasien
dipulangkan dan diinstruksikan memakai tetes telinga dalam waktu singkat seperti
zat serumenolisis. Tetes telinga yang dapat digunakan antara lain minyak mineral,
hydrogen peroksida, debrox, dan cerumenex. Alat-alat yang bisa digunakan dalam
membersihkan kanalis akustikus eksternus adalah suction dan kuretase.

27
DAFTAR PUSTAKA

1. Snell, RS. Clinical Anatomy By Regions 9th Edition. Philadelphia, Lippincott


Williams & Wilkins. 2012.
2. Soepardi E, dkk. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala
& Leher. Jakarta; Balai Penerbit FKUI. 2010.
3. Hawke F. Update on cerumen and cerumynolitics. Ear Nose Throat J. 2002;
23(4): 81-85.
4. Probst R, dkk. Cerumen and Cerumen Impaction in Basic Otorhinolaryngology.
German; Thieme. 2006: 210-221.
5. Adams et al. Serumen dalam BOIES Buku Ajar Penyakit THT (BOIES
Fundamentalsof Otolaryngology) Edisi 6. Jakarta; EGC. 1997: 76-7.
6. LalwaniA.Diseases of the External Ear in Current Diagnosis & Treatment
Otolaryngology Head and Neck Surgery 2nd Ed. New York; Mc Graw- Hill’s.
2007.
7. Bailey B.J., Johnson J. T., Newlands S. D., Head & Neck Surgery Otolaryngology.
4th Edition. Lippincot Williams & Wilkins. Philadelphia:2006.p.78-88.

28

Anda mungkin juga menyukai