Disusun Oleh :
Ajeng Puspitasari
1810221020
Pembimbing :
dr. M. Setiadi, Sp.THT-KL, MSi. Med
Pembimbing
2
BAB I
PENDAHULUAN
sering terjadi. Serumen prop dapat ditemui 10% pada anak-anak, 5% dewasa
sehat, 57% pada pasien lansia di panti jompo dan 36% pada pasien dengan
retardasi mental. Kelainan secara anatomis dan banyaknya rambut halus pada
2007).
3.5 juta penduduk di UK menderita serumen prop. Tidak semua pasien yang
datang ke klinik kesehatan karena keluhan serumen prop. Berkisar 39.3% per
3
BAB II
STATUS PASIEN
II.2. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan di Klinik THT RSUD Ambarawa pada tanggal 18 Juli 2018
pukul 10.00 WIB secara autoanamnesis.
a. Keluhan utama
Telinga kanan terasa berdenging sejak 3 bulan yang lalu.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien merasakan telinga kanan berdenging sejak 3 bulan yang lalu.
Keluhan tersebut disertai dengan penurunan pendengaran pada telinga
kanannya.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
1. Riwayat serupa : disangkal
2. Riwayat ISPA : disangkal
3. Riwayat asma : disangkal
4. Riwayat alergi : disangkal
5. Riwayat operasi organ THT : disangkal
6. Riwayat hipertensi : disangkal
7. Riwayat diabetes : disangkal
4
Keadaan umum : Tampak baik
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Nafas : 20 x/menit
Suhu : 37,5°C
Ekstremitas : Dalam batas normal
Berat badan :-
Tinggi badan :-
Status gizi : Kesan gizi cukup
Kulit : Sawo matang
Kepala : Mesosefal (+)
Wajah : Simetris (+)
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), konjungtiva hiperemis (-/-),
sklera ikterik (-/-)
Leher : Leher anterior : pembesaran kelenjar getah bening (-),
pembesaran tiroid (-), massa (-), otot bantu napas (-)
Leher posterior : pembesaran kelenjar getah bening(-)
Jantung : Tidak dilakukan
Paru : Tidak dilakukan
Abdomen : Tidak dilakukan
b. Status Lokalis
1. Telinga
Telinga AD AS
5
Canalis akustikus AD AS
eksternus
Membran timpani AD AS
Gambar
6
Swabach Sama dengan pemeriksa Sama dengan pemeriksa
Bentuk Dbn
Massa (-)
Deformitas (-)
Radang (-)
7
Hiperemis (-)
permukaan licin, warna
sama dengan kulit
sekitar, nyeri tekan (-)
Caries (-)
Gigi geligi Di tengah, dalam batas
Uvula normal
II.4. RESUME
Seorang wanita usia 19 tahun datang dengan keluhan telinga kanan
berdenging sejak 3 bulan yang lalu. Keluhan tersebut juga disertai dengan
penurunan pendengaran pada telinga kanan. Pendengaran telinga kanan berkurang
(+), rasa gatal (-), keluar cairan (-), telinga terasa penuh (-), berdenging (+),
demam (-).
Berdasarkan pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum baik, status
generalis dalam batas normal, status lokalis didapatkan pada auricula dextra:
tragus pain (-), CAE: hiperemis (-), discharge (-), serumen (+), jamur (-),
membran timpani: sulit dinilai.
8
a. IpDx:
Diberikan obat tetes telinga terlebih dahulu jika serumen mengeras.
b. IpTx:
1. Ear Toillete AD
2. Suction AD
3. Carboglyserine tetes telinga 8 tetes per hari
c. IpMx:
1. Tanda Vital
2. Status THT
d. IpEdukasi:
1. Memberikan informasi kepada pasien tentang keadaan pasien, penyakit
yang diderita, prognosis, penyebabnya, faktor risiko dan komplikasinya
2. Memberikan informasi kepada pasien untuk menjaga kebersihan telinga
agar dijaga tidak kemasukan air, tidak mengorek-ngorek telinga dan
berhati-hati saat membersihkan telinga dengan cotton bud.
3. Memberikan informasi kepada pasien untuk menggunakan obat tetes
telinga secara teratur
1. PROGNOSIS
a. Quo ad vitam : Dubia ad bonam
b. Quo ad sanam : Dubia ad bonam
c. Quo ad functionam : Dubia ad bonam
9
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
10
membrane Reissner yang mendorong endolimfe, sehingga menimbulkan gerak
relatif antara membran basilaris dan membran tektoria.
Proses ini akan menyebabkan rangsangan mekanik yang menyebabkan
terjadinya defleksi stereosilia sel-sel rambut sehingga kanal ion terbuka dan
terjadi pelepasan ion bermuatan listrik dari badan sel. Lalu keadaan ini juga
akan menimbulkan depolarisasi sel rambut, sehingga melepaskan
neurotransmitter ke dalam sinaps yang akan menimbulkan potensial aksi pada
saraf auditorius, lalu dilanjutkan ke nucleus auditorius sampai ke korteks
pendengaran (area 39-40) di lobus temporalis.
11
c. Tipe Basah
Tipe basah lebih bersifat dominan. Ras Kaukasia memilliki probabilitas
lebih dari 80% untuk dapat menghasilkan serumen dengan tipe basah,
lengket, berwarna coklat seperti madu, yang kemudian dapat berubah
warna menjadi lebih gelap bila terpapar.
d. Tipe Kering
Ras Mongoloid termasuk Indian Amerika lebih sering menghasilkan
fenotip serumen yang kering dan bersisik seperti “beras”.
III.8. Patofisiologi
Secara alami, sel-sel kulit yang mati, termasuk serumen, akan
dibersihkan dan dikeluarkan dari gendang telinga melalui liang telinga. Cotton
bud (pembersih kapas telinga) dapat mengganggu mekanisme pembersihan
tersebut sehingga sel-sel kulit mati dan serumen akan menumpuk di sekitar
gendang telinga. Masalah ini juga diperberat oleh adanya susunan anatomis
berupa lekukan pada liang telinga. Keadaan di atas dapat menimbulkan
timbunan air yang masuk ke dalam liang telinga ketika mandi atau berenang.
12
Kulit yang basah, lembab, hangat, dan gelap pada liang telinga merupakan
tempat yang baik bagi pertumbuhan bakteri dan jamur.1,7,8
b. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan dengan pemeriksaan menggunakan
otoskopi. Pada pemeriksaan ditemukan adanya penumpukan serumen dan
dapat dilihat konsistensi serta warnanya.
13
Serumen dengan konsistensi yang lembek dan letaknya terlalu dalam
mendekati membrane timpani, sehingga serumen membutuhkan tindakan
irigasi (spooling) untuk mengeluarkannya .
d. Serumen Keras
Serumen yang keras membatu untuk mengeluarkannya harus dilunakkan
terlebih dahulu dengan meneteskan obat tetes telinga terlebih dahulu,
carboglyserine 10% 3 kali 3 tetes sehari, selama 2-5 hari (sesuai
kebutuhan), setelah itu serumen dapat dibersihkan dengan menggunakan
alat pengait atau diirigasi (spooling).
14
DAFTAR PUSTAKA
Adam, GL, Boies, LR, Higler, PA; Wijaya C: alih bahasa; Effendi H, Santoso K:
editor. Penyakit telinga luar dalam Buku Ajar Ilmu Panyakit THT. Edisi 6.
Jakarta: EGC. Hal:76-77; 1997.
Guest, JF, Greener, MJ, Robinson, AC, Smith, AF, 2004, ‘Impacted cerumen:
composition, production, epidemiology and management’, Q J Med, Vol. 97,
hlm. 477–488, diakses pada 21 Juli 2018
Schwartz, SR, Magit, AE, Rosenfeld, RM, Ballachanda, BB, Hackell, JM, Krouse, HJ,
Lawlor, CM, Lin, K, Parham, K, Stutz, DR, Walsh, S, Woodson EA,
Yanagisawa, K, Cunningham ER, 2017, ‘Clinical Practice Guideline (Update):
Earwax (Cerumen Impaction), American Academy of Otolaryngology-Head and
Neck Surgery Foundation, vol. 156, hlm. 1-29, diakses pada 14 Juli 2018
Sosialisman, Alfian F.Hafil, & Helmi. Kelainan Telinga Luar dalam Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala & Leher. Ed. ke-6. dr. H. Efiaty
Arsyad Soepardi, Sp.THT, dkk (editor). Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Hal: 52-53; 2017.
15