Anda di halaman 1dari 22

OTITIS MEDIA

SUPURATIF
KRONIS

PERHATI-KL
CAB
BENGKULU

Dr. Elvien Dwi Saleh, M.Ked, Sp.T.H.T.K.L.


DEFINISI

Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK) merupakan radang kronik


telinga tengah dengan perforasi membran timpani yang permanen dan
riwayat keluarnya sekret dari telinga (otorea) lebih dari 2 bulan, terus-
menerus atau hilang timbul. Perforasi menjadi permanen ketika ujungnya
ditutupi oleh epitel skuamosa dan tidak sembuh secara spontan

(P.L Dhingra, 2017).

2
ETIOLOGI

Ganggguan fungsi Perforasi membran


Perubahan anatomy
tuba eustachius yang timpani yang
dari tympanomastoid
kronis menetap

Alergi, kelemahan
umum atau
Kontaminasi
perubahan
mikroba dan biofilm
mekanisme
pertahanan tubuh
3
KLASIFIKASI

4
Tipe
Tubotimpani

Tipe benigna/jinak ditandai dengan adanya perforasi sentral atau pars tensa. Proses
peradangan pada tipe ini terbatas pada mukosa saja dan biasanya tidak mengenai tulang. Umumnya
OMSK tipe jinak/aman ini tidak menimbulkan komplikasi yang berbahaya dan tidak ditemukan
kolesteatoma (L. R. Boies, 2012).

Normal Perforasi sentral


JENIS-JENIS PERFORASI MEMBRAN
TIMPANI

6
Tipe
Atikoantral

Tipe maligna/bahaya ditandai adanya kolesteatoma dan biasanya juga mengenai tulang. Perforasi
pada OMSK tipe ganas/bahaya ini letaknya marginal atau di atik, dengan kolesteatoma perforasi subtotal.
Sebagian besar komplikasi yang berbahaya atau fatal timbul pada tipe ini (Z. A. Djaafar, 2017).

7
MANIFESTASI KLINIS

Otorea
Gangguan
(telinga
pendengaran
berair)

Otalgia
(nyeri Vertigo
telinga) 8
DIAGNOSIS
1. Pemeriksaan Fisik
• Otoskopi  Pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan bantuan otoskop yang bertujuan untuk
dapat melihat liang telinga dan keadaan membran timpani.

9
(A) Attic perforation. (B) Case with double perforation 10
(1) in the pars tensa posterior to the handle of malleus and (2) in the
attic area with destruction of the lateral attic wall (arrows).
 Pemeriksaan Audiometri
Pada pemeriksaan ini,
penderita OMSK biasanya
didapati tuli konduktif. Tapi
dapat pula dijumpai adanya
tuli sensorineural, beratnya
ketulian tergantung besar dan
letak perforasi serta keutuhan
dan mobilitas membran
11
timpani.
Untuk melakukan evaluasi ini, observasi berikut bisa membantu :
1. Perforasi biasa umumnya menyebabkan tuli konduktif tidak lebih dari 15- 20 dB
2. Kerusakan rangkaian tulang-tulang pendengaran menyebabkan tuli konduktif 30-
50 dB apabila disertai perforasi.
3. Diskontinuitas rangkaian tulang pendengaran dibelakang membran yang masih
utuh menyebabkan tuli konduktif 55-65 dB.
4. Kelemahan diskriminasi tutur yang rendah, tidak peduli bagaimanapun keadaan
hantaran tulang, menunjukan kerusakan kokhlea parah. 12
2. Pemeriksaan Penunjang
 Radiologi
Pemeriksaan X-Ray mastoid atau CT Scan tulang temporal. Pada mastoid penumatisasi biasanya
tampak sklerotik tetapi dapat pneumatik dengan kerutan sel udara. Kerusakan tulang tidak
dijumpai, dan merupakan gambaran dari OMSK tipe atikoantral (P. L. Dhingra, 2017).

• Pemeriksaan Bakteriologi

Bakteri yang sering dijumpai pada OMSK adalah Pseudomonas aeruginosa, Stafilokokus aureus
dan Proteus. Bakteri lain yang dijumpai pada OMSK adalah E. Coli, Difteroid, Klebsiella, dan
13
bakteri anaerob adalah Bacteriodes sp. (Djaafar, 2015).
14
KOMPLIKASI
1. Komplikasi intratemporal 2. Komplikasi intrakranial
(ekstrakranial)
Terdiri dari : Terdiri dari :
• abses atau jaringan granulasi
• mastoiditis,
ekstradural,
• petrositis, • tromboflebitis sinus sigmoid,
• labirintitis, • abses otak/serebri,
• paresis nervus fasialis, • hidrosefalus otikus,
• fistula labirin. • meningitis dan
• abses subdural.
15
16
PENATALAKSANAAN
Prinsip terapi OMSK terbagi berdasarkan tipe, yaitu :

1. Tipe Tubotimpani (Tipe Aman)


• Prinsip tatalaksananya ialah konservatif atau medikamentosa. Bila sekret keluar terus-menerus, beri
obat pencuci telinga berupa larutan H2O2 3% selama 3-5 hari.
• Setelah sekret berkurang  lanjutkan obat tetes telinga yang mengandung antibiotika dan kortikosteroid
selama 1-2 minggu. Secara oral diberikan antibiotika golongan ampisilin atau eritromisin. Pada pasien
dengan curiga resisten ampisilin, dapat diberikan ampisilin asam klavulanat.
• Bila sekret telah kering, tetapi perforasi masih ada setelah diobservasi selama 2 bulan,  lakukan
miringoplasti atau timpanoplasti. Tujuan: menghentikan infeksi secara permanen, memperbaiki membran
timpani yang perforasi, mencegah terjadinya komplikasi atau kerusakan pendengaran yang lebih berat.
17
• Bila terdapat infeksi berulang  sumber infeksi tersebut harus diobati terlebih dahulu, dan perlu
dilakukan pembedahan
18
2. Tipe Atikoantral (Tipe Bahaya)
• Prinsip tatalaksananya ialah pembedahan, yaitu mastoidektomi dengan atau tanpa
timpanoplasti. Terapi konservatif dengan medikamentosa hanyalah merupakan terapi
sementara sebelum dilakukan pembedahan.
• Bila terdapat abses subperiosteal retroaurikuler, maka insisi abses sebaiknya dilakukan
tersendiri sebelum mastoidektomi.

19
20
21
THANK YOU!

Anda mungkin juga menyukai