Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seorang dapat dinyatakan sebagai seorang jompo atau lanjut usia setelah

yang bersangkutan mencapai umur 55 tahun, tidak mempunyai atau tidak berdaya

mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-hari dan menerima

nafkah dari orang lain. Lanjut usia adalah suatu proses alami yang tidak dapat

dihindari dari usia manusia sebagai makhluk hidup yang terbatas oleh suatu

putaran alam dengan batas usia 55 tahun / lebih.

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu gangguan pada sistem peredaran

darah yang sering terdapat pada usia pertengahan atau lebih, yang ditandai dengan

tekanan darah lebih dari normal. Hipertensi menyebabkan perubahan pada

pembuluh darah yang mengakibatkan makin meningkatnya tekanan darah.

Dari banyak penelitian epidemiologi didapatkan bahwa dengan

meningkatnya umur hipertensi menjadi masalah pada lansia karena sering

ditemukan pada lansia. Pada lansia hipertensi menjadi faktor utama payah jantung

dan penyakit jantung koroner. Lebih dari separuh kematian di atas usia 60 tahun

disebabkan oleh penyakit jantung dan serebrovaskular. Secara nyata kematian

akibat stroke dan morbiditas penyakit kardiovaskuler menurun dengan pengobatan

hipertensi.

Di Indonesia, hipertensi juga merupakan masalah kesehatan yang perlu

diperhatikan oleh dokter yang bekerja pada pelayanan kesehatan primer, karena
angka prevalensinya yang tinggi dan akibat jangka panjang yang ditimbulkannya

(Slamet Suyono, 2001).

Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibagi menjadi 2 golongan, yaitu

hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya atau idiopatik dan hipertensi

sekunder yaitu hipertensi yang disebabkan oleh penyakit lain (Slamet Suyono,

2001). Hipertensi primer meliputi lebih kurang 90% dari seluruh pasien hipertensi

dan 10% lainnya disebabkan oleh hipertensi sekunder. Hanya 50% dari golongan

hipertensi sekunder dapat diketahui penyebabnya, dan dari golongan ini hanya

beberapa persen yang dapat diperbaiki kelainannya. Oleh karena itu, upaya

penanganan hipertensi primer lebih mendapatkan prioritas. Banyak penelitian

dilakukan terhadap hipertensi primer, baik mengenai patogenesis maupun tentang

pengobatannya.

Menurut WHO (1978), batasan tekanan darah yang masih dianggap

normal adalah 140/90 mmHg dan tekanan darah sama dengan atau di atas 160/95

dinyatakan sebagai hipertensi. Tekanan darah diantara normotensi dan hipertensi

disebut borderline hypertension. Batasan tersebut tidak membedakan jenis

kelamin dan usia, sedangkan batasan hipertensi yang memperhatikan perbedaan

usia dan jenis kelamin diajukan oleh Kaplan (1985) sebagai berikut : pria yang

berusia < 45 tahun dinyatakan hipertensi jika tekanan darah pada waktu berbaring

130/90 mmHg atau lebih, sedangkan yang berusia > 45 tahun dinyatakan

hipertensi jika tekanan darahnya 145/95 mmHg atau lebih. Wanita yang

mempunyai tekanan darah 160/95 mmHg atau lebih dinyatakan hipertensi (Slamet

Suyono, 2001).
Berdasarkan latar belakang di atas dan pengkajian yang telah kami

lakukan di Posyandu lansia Dsn. Beiji. Kami menemukan kasus yang sama,

sehingga kami akan membahas bagaimana “Asuhan Keperawatan Gerontik pada

Lansia dengan Hipertensi” dalam makalah ini.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana konsep medis dari hipertensi?

2. Bagaimana asuhan keperawatan lansia yang menderita hipertensi?

1.3 Tujuan

1. Tujuan Umum

Untuk memahami tentang asuhan keperawatan pada lansia dengan

hipertensi.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui tentang konsep dasar teori penyakit hipertensi.

b. Memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan penyakit hipertensi

yang meliputi pengkajian sampai intervensi dan rasionalisasi.

1.4 Ruang Lingkup

Penulisan laporan ini merupakan pambahasan dari pemberian asuhan

keperawatan keluarga yaitu keluarga Ny.S dengan masalah hipertensi di dusun

VI,Tanjung Anom.
1.5 Metode Penulisan

Metode penulisan Asuhan Keperawatan ini dengan menggambarkan

masalah yang terjadi yang didapat pada saat melaksanakan asuhan keperawatan.

Adapun tehnik pengumpulan data yang digunakan adalah :

1. Wawancara

Yaitu melakukan tanya jawab langsung ke klien, perawat dan dokter serta

tim

kesehatanlainnya.

2. Observasi partisipasi aktif

Yaitu mengadakan pengawasan langsung terhadap klien serta melakukan

asuhan keperawatan sesuai dengan permasalahan yang dihadapi.

3. Studi kepustakaan

Mempelajari literatur yang berhubungan dengan defisit perawatan diri

4. Studi dokumentasi

Pengumpulan data dengan mempelajari catatan medik dan hasil

pemeriksaan klien.

1.6 Sistematika Penulisan

Untuk mendapatkan gambaran yang jelas pada penulisan ini penulis

menggunakan sistematika yaitu sebagai berikut :

BAB I :Pendahuluan : meliputi: latar belakang, masalah, tujuan penulisan,

ruang lingkup, metode penulisan dan sistematika penulisan


BABII:Konsep medis meliputi :pengertian, etiologi, mansifestasi

penatalaksanaan dan konsep asuhan kepewatan meliputi pengkajian,

diagnosa, intervensi keperawatan.

BAB III:Tinjauan kasus berisi tentang pengakajian, diagnosa, intervensi,

implementasi dan evaluasi dari kasus.

BAB IV :Berisi tentang pembahasan dari pengkajian, intervensi, implemnatsi

dan evaluasi anatara kasus dan teori.

BAB V : Penutup, saran

Daftar pustaka
BAB 2

KONSEP MEDIS

2.1 Pengertian

Hipertensi adalah apabila tekanan darah sistolik > 140 mmHg dan tekanan

diastolik > 90 mmHg, atau apabila pasien memakai obat anti hipertensi (Slamet

Suyono, 2001 dan Arif Mansjoer, 2001).

Hipertensi menurut WHO adalah hipertensi jika tekanan darah sistolik lebih dari

140 mmHg atau tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg.

Menurut N.G. Yasmin A (1993) hipertensi adalah peningkatan dari

tekanan sistolik standar dihubungkan dengan usia, tekanan darah normal adalah

refleksi dari kardiak out put atau denyut jantung dan resistensi puerperal. Menurut

Alison Hull (1996), hipertensi adalah desakan darah yang berlebihan dan hampir

konstan pada arteri. Tekanan dihasilkan oleh kekuatan jantung ketika memompa

darah, hipertensi, berkaitan dengan kenaikan tekanan diastolik, dan tekanan

sistolik atau kedua-duanya secara terus menerus.

Hipertensi merupakan gangguan kesehatan yang ditandai adanya tekanan

sistolik >140 mmHg dan tekanan diastolik >90 mmHg. Pada populasi lansia,

hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik

90 mmHg. (Smeltzer,2001). Menurut WHO (1978), tekanan darah ≥160/95

mmHg dinyatakan sebagai hipertensi.

Hipertensi merupakan suatu keadaan tekanan darah persisten dimana tekanan

sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg. Pada

populasi manula, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan
tekanan diastolik 90 mmHg. Institut Nasional Jantung, Paru, dan Darah

memperkirakan separuh orang yang menderita hipertensi tidak sadar akan

kondisinya. Begitu penyakit ini diderita, tekanan darah pasien harus dipantau

dengan interval teratur karena hipertensi merupakan kondisi seumur hidup

(Brunner and Suddart , 2002).

Hipertensi merupakan gejala yang paling sering ditemui pada orang lanjut

usia dan menjadi faktor risiko utama insiden penyakit kardiovaskular. Karenanya,

kontrol tekanan darah menjadi perawatan utama orang-orang lanjut usia. Jose

Roesma, dari divisi nefrologi ilmu penyakit dalam FKUI-RSUPN dr. Cipto

Mangunkusumo, Jakarta mengungkapkan bahwa pada orang tua umumnya terjadi

hipertensi dengan sistolik terisolasi yang berhubungan dengan hilangnya

elastisitas arteri atau bagian dari penuaan.

2.2 Etiologi

Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya

perubahan-perubahan pada :

a. Elastisitas dinding aorta menurun

b. Katub jantung menebal dan menjadi kaku

c. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah

berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan

menurunnya kontraksi dan volumenya.

d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karena kurangnya

efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi


e. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer

Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya,

data-data penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan

terjadinya hipertensi. Faktor tersebut adalah sebagai berikut :

a. Faktor keturunan

Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan

lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita

hipertensi .

b. Ciri perseorangan

Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah:

1. Umur (jika umur bertambah maka TD meningkat)

2. Jenis kelamin (laki-laki lebih tinggi dari perempuan)

3. Ras (ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih)

c. Kebiasaan hidup

Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah :

1. Konsumsi garam yang tinggi (melebihi dari 30 gr)

2. Kegemukan atau makan berlebihan

3. Stress

4. Merokok

5. Minum alkohol

6. Minum obat-obatan (ephedrine, prednison, epineprin)


Sedangkan penyebab hipertensi sekunder adalah Ginjal, Glomerulonefritis,

Pielonefritis, Nekrosis tubular akut, Tumor, Vascular, Aterosklerosis, Hiperplasia,

Trombosis, Aneurisma, Emboli kolestrol, Vaskulitis, Kelainan endokrin, DM,

Hipertiroidisme, Hipotiroidisme, Saraf, Stroke, Ensepalitis, SGB, Obat – obatan

Kontrasepsi oral dan Kortikosteroid.

2.3 Manifestasi Klinis

Adapun gejala klinis yang dialami oleh para penderita hipertensi biasanya

berupa: sakit kepala, pusing, mudah marah (emosi meningkat) susah tidur, rasa

berat di tengkuk, mudah lelah, mata berkunang-kunang, telinga berdengung, sesak

nafas, gelisah, mual muntah, epistaksis, kesadaran menurun.

2.4 Klasifikasi

Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas: (Darmojo, 1999)

Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg dan /

atau tekanan diastolik sama atau lebih besar dari 90 mmHg. Hipertensi sistolik

terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar dari 160 mmHg dan tekanan

diastolik lebih rendah dari 90 mmHg.

Klasifikasi hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2

golongan besar yaitu:

a. Hipertensi essensial (hipertensi primer) yaitu hipertensi yang tidak diketahui

penyebabnya

b. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit lain


Klasifikasi Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)

Normal tensi < 140 < 90

Hipertensi borderline 140-160 90-95

Hipertensisedang dan > 180 > 105

berat

Hipertensi terisolasi > 140 < 90

2.5. Patofisiologi

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah

terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini

bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar

dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen.

Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke

bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron

preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca

ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin

mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan

ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang

vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitiv terhadap norepinefrin,

meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.

Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh

darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang,

mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi


epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol

dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh

darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal,

menyebabkan pelepasan rennin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I

yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang

pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini

menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan

peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan

keadaan hipertensi.

Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan structural

dan fungsional pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan

tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi

aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi

otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan

distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar

berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa

oleh jantung (volume sekuncup) mengakibatkan penurunan curang jantung dan

peningkatan tahanan perifer (Smeltzer, 2001).

Pada usia lanjut perlu diperhatikan kemungkinan adanya “hipertensi

palsu” disebabkan kekakuan arteri brachialis sehingga tidak dikompresi oleh cuff

sphygmomanometer (Darmojo, 1999).


2.6 Pencegahan

Hal yang perlu diperhatikan penderita hipertensi sebagai tindakan

pencegahan antara lain: diet rendah lemak, diet rendah garam, hindari makan

daging kambing, durian, minuman beralkohol, melakukan olahraga secara teratur

dan terkontrol, jauhi merokok, berhenti minum kopi, turunkan berat badan ke arah

yang ideal, hindari stress, hindari penyerta seperti DM dan kolesterol tinggi.

2.7 Pemeriksaan Penunjang

a. Hemoglobin / hematocrit

Untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan (viskositas)

dan dapat mengindikasikan factor-factor resiko seperti hiperkoagulabilitas,

anemia.

b. BUN : memberikan informasi tentang perfusi ginjal

c. Kalium serum: Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron utama

(penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretik.

d. Kolesterol dan trigliserid serum: Peningkatan kadar dapat mengindikasikan

pencetus untuk/adanya pembentukan plak ateromatosa (efek kardiovaskuler)

e. Pemeriksaan tiroid: Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan

hipertensi

f. Asam urat: Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi

g. Foto thorax: Menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub, perbesaran

jantung
h. EKG: Dapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan, gangguan

konduksi, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung

hipertensi.

2.8 Penatalaksanaan

Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan

mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan

pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg. Prinsip

pengelolaan penyakit hipertensi meliputi:

1. Terapi tanpa Obat

Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan

sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat ini

meliputi:

a. Diet: diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :

1. Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr

2. Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh

3. Penurunan berat badan

4. Penurunan asupan etanol

5. Menghentikan merokok

b. Latihan Fisik

Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan untuk

penderita hipertensi adalah olah raga yang mempunyai empat prinsip yaitu :

Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging, bersepeda,
berenang dan lain-lain. Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari

kapasitas aerobik atau 72-87 % dari denyut nadi maksimal yang disebut zona

latihan. Lamanya latihan berkisar antara 20 – 25 menit berada dalam zona latihan

Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x perminggu

c. Edukasi Psikologis

Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi:

1. Tehnik Biofeedback

Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk menunjukkan pada

subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang secara sadar oleh subyek

dianggap tidak normal. Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi

gangguan somatik seperti nyeri kepala dan migrain, juga untuk gangguan

psikologis seperti kecemasan dan ketegangan.

2. Tehnik relaksasi

Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk

mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih penderita untuk

dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh menjadi rileks

3. Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan )

Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan

pasien tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien dapat

mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.

2. Terapi dengan Obat

Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja

tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar penderita
dapat bertambah kuat. Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur

hidup penderita.

Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli Hipertensi

(Joint National Committee On Detection, Evaluation And Treatment Of High

Blood Pressure, Usa, 1988) menyimpulkan bahwa obat diuretika, penyekat beta,

antagonis kalsium, atau penghambat ACE dapat digunakan sebagai obat tunggal

pertama dengan memperhatikan keadaan penderita dan penyakit lain yang ada

pada penderita.

Pengobatannya meliputi:

1. Step 1

Obat pilihan pertama: diuretika, beta blocker, Ca antagonis, ACE

inhibitor.

2. Step 2

Alternatif yang bisa diberikan: Dosis obat pertama dinaikkan, Diganti jenis

lain dari obat pilihan pertama, Ditambah obat ke-2 jenis lain, dapat berupa

diuretika, beta blocker, Ca antagonis, Alpa blocker, clonidin, reserphin,

vasodilator.

3. Step 3

Alternatif yang bisa ditempuh: Obat ke-2 diganti, Ditambah obat ke-3

jenis lain

4. Step 4

Alternatif pemberian obatnya: Ditambah obat ke-3 dan ke-4, Re-evaluasi

dan konsultasi, Follow Up untuk mempertahankan terapi.


BAB 3

TINJAUAN KASUS

Dalam pelaksanaan Asuhan Keperawatan Gerontik ini dilaksanakan di

Dusun VI Desa Tanjung Anom Kecamatan Pancur Batu mulai tanggal 11

Desember 2017 sampai dengan 16 Desember 2017 dimana penulis mengadakan

kunjungan rumah sebanyak 3 orang lanjut usia 60 tahun keatas. Dalam

pelaksanaan asuhan keperawatan gerontik, penulis melakukan pelayanan

kesehatan hanya pada Tn.H. Hasil pelaksanan asuhan keperawatan gerontik ini

dijelaskan sebagai berikut :

3.1 Pengkajian

A. Data Biografi

Nama : Tn.H

Tempat & Tanggal Lahir : Bandung,14 Febuary 1953

Pendidikan Terakhir : SMP

Agama : Islam

Status Perkawinan : Menikah

TB/BB : 168 cm / 80 kg

Penampilan : Rapi dan bersih.

Alamat : Jl. Amelia I VI Tanjung Anom

Orang Yang Dekat Di hubungi : Tn. U


BAB 4

PEMBAHASAN

4.1 Pengkajian

Penulis mendapat kesenjangan antara teori dengan pengkajian tanda-tanda

hipertensi: yang tidak ada pada pengkajian yaitu : - palpitasi

Menurut teori udjianti palpitasi adanya denyut jantung atau adanya penyakit

jantung.

Sedangkan dari hasil pengkajian klien tidak ada terdapat penyakit jantung

4.2 Diagnosa

Penulis mendapat kesenjangan antara teori dengan kasus :

Yang tidak ada diagnose kasus dengan teori yaitu :

1. Resiko tinggi terhadap ketidak patuhan b/d ketidak mampuan keluarga

mengenal hipertensi, dengan tanda, tekanan darah rendah, nadi cepat, sianosis,

tidak ada nyeri dada. Sedangkan pada kasus tanda-tanda pada diagnose tersebut

tidak ada.

4.3 Intervensi

Dengan tinjauan teoritis namun masih ada rencana keperawatan yang tidak

dapat direalisasikan oleh penulis dalam tinjauan kasus, setelah dilakukan

kunjungan rumah 3x1 jam diharapkan keluarga mampu memberikan keperawatan

skunder hipertensi :

1. Keluarga dapat mendemon strasikan cara mengurangi dan mencegah

terjadinya nyeri

2. Dengan benar dengan teknik relaksasi


3. Bantu informasi/tanda-tanda hipertensi

4. Ajarkan pasien makan yang bergizi/pola makan

4.4 Implementasi

Pada tahap implementasi, setelah dilakukan kunjungan rumah 3x1 jam

penlis mampu melakukan yang dibuat pada intervensi.

4.5 Evaluasi

Pada tahap evaluasi, setelah penulis melakukan implementasi keluarga

mampu melakukannya lagi, dan keluarga mengerti tanda-tanda hipertensi dan

mengerti hipertens
BAB 5

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan studi kasus keperawatan pada Tn.H dengan hipertensi maka penulis

dapat menarik kesimpulan sebagai berikut :

a) Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan,

sedangkan hasil pengkajian yang penulis dapatkan pada Tn.H adalah Tn.H

Mengatakan pening/sakit dibagian kepala masih 1hari ini, lemas, keluarga tidak

terlalu paham dengan hipertensi

b) Diagona keperawatan utama yang muncul saat dilakukan pengkajian adalah

resiko tinggi terhadap ketidak patuhan b/d ketidak mampuan keluarga mengenal

hipertensi

c) Rencana keperawatan yang dapat dilakukan setelah dilakukan kunjungan rumah

selama 3x1jam :

1. Keluarga dapat mendemonstrasikan cara mengurangi dan mencegah

terjadinya nyeri

2. Dengan benar dengan teknik relaksasi

3. Bantu informasi/tanda-tanda hipertensi

4. Ajarkan pasien makan yang bergizi/pola makan

5. Implementasi keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan yang

telah disusun
e) Evaluasi tindakan yang dilakukan perawatan dalam memberikan asuhan

keperawatan pada Tn.H

5.2 Saran

5.2.1 Bagi keluarga

Diharapkan keluarga mengerti hipertensi dan Tn,H mengerti tanda dan

gejala hipertensi dan Tn.H mengerti menghilangkan rasa nyeri

5.2.2 Bagi penulis

Dengan disusunya laporan keluarga ini, saya mahasiswa calon perawat

dapat mengaplikasikan proses keperawatan keluarga dan dapat melaksanakan

secara sistematis dan tertulis


DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, Gloria M. 2014. Nursing Interventions Classification, edisi 6. Elsevier.

Fatimah. 2010. Merawat Manusia Lanjut Usia. Trans Info media: Jakarta.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2015. dilihat 22 desember 2017


http://www.depkes.go.id

Ma’rifatul Lilik, Azizah. 2011. Keperawatan Lanjut Usia. Graha ilmu: Jogjakarta.

Moorhead, Sue. 2014. Nursing Outcomes Classification, edisi 4. Elsevier.

Mubbarak, Wahid Iqbal.2009. Ilmu Keperawatan Komunitas Pengantar dan


Teori. Salemba Medika:Jakarta

Setiadi.2008. Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga.Graha ilmu:Yogyakarta

Sudarto.2012.Demam Berdarah Dengue. CV SagungSeto:Jakarta

Sudoyo, dkk.2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam .Fakultas kedokteran


Universitas Indonesia:Jakarta

Suriadi, Yuliani.2006. Asuhan Keperawatan Pada keluarga. Penebar swadaya

Anda mungkin juga menyukai