Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN KASUS

Identitas
Nama : WAG
Tempat, tanggal lahir : Gianyar, 15 Juli 2010
Umur : 11 bulan
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Desa Uma Anyar, Petak, Gianyar
MRS : Tanggal 11 Juli 2011

Heteroanamnesis (Orang tua penderita)


Keluhan Utama : kejang.
 Penderita dikeluhkan oleh keluarganya kejang kurang lebih 45 menit
sebelum masuk rumah sakit (sekitar pukul 17.00 wita), kejang terjadi
seluruh tubuh.
 Kejang sebanyak satu kali, lamanya kejang kurang lebih antara 10-
30 menit, kejang berhenti sendiri dan setelah kejang penderita sadar
kembali.
 Penderita juga dikeluhkan demam sejak 1 hari sebelum MRS (10 Juli
2011), demam terjadi tiba-tiba, mendadak tinggi. Menggigil tidak ada,
berkeringat tidak ada.
 Batuk dan pilek sejak kurang lebih 2 minggu sebelum masuk rumah
sakit,mendapat pengobatan namun keluhan tidak berkurang
 Buang air besar (+), terakhir kali pukul 13.00 WITA, orang tua
pasien mengeluhkan kotoran terlihat encer dengan frekuensi ± 2x dalam
sehari
 Buang air kecil (+) normal.
 Makan dan minum (+) menurun sejak mulai sakit.

1
Riwayat Pengobatan :
Sebelum masuk rumah sakit penderita berobat ke bidan dan diberikan
parasetamol syrup dan antibiotika amoxicilin tetapi keluhan batuk dan panas tidak
berkurang.

Riwayat Penyakit Terdahulu :


Penderita belum pernah mengalami penyakit seperti ini sebelumnya, baik
kejang dengan demam maupun kejang yang tanpa disertai demam

Riwayat Penyakit Keluarga :


Tidak ada anggota keluarga yang mempunyai keluhan atau penyakit yang
sama dengan penderita.

Riwayat Persalinan :
Penderita lahir melalui SC, ditolong oleh dokter, di RSU Sanjiwani, cukup
bulan, dengan berat badan lahir 3100 gram, panjang badan lahir keluarga lupa,
segera menangis dan kelainan tidak ada.

Riwayat Imunisasi :
Diakui lengkap oleh keluarganya.

Riwayat Nutrisi :
ASI : 0 – sekarang
Susu Formula : 0 – sekarang
Bubur beras : 6 bulan – sekarang
Nasi (Makanan Dewasa) : (-)

Riwayat Tumbuh Kembang :


Menegakkan kepala : 3 bulan
Tengkurap : 4 bulan
Duduk : 6 bulan

2
Berdiri : (+) dengan dipegang saat 10 bulan

Pemeriksaan Fisik
Status Present
Keadaan umum : kesan sakit sedang
Kesadaran : E4V4M4 (compos mentis)
Nadi : 128 kali/menit, reguler,isi cukup
Respirasi : 36 kali/menit, reguler
Suhu aksila : 37,80 C
Berat badan : 10,5 kg
Berat badan ideal : 10,8 kg
Status Gizi : 97,2 % (Gizi baik menurut Waterlow)

Status General
Kepala : Normocephali, Ubun-ubun besar : datar
Mata : Konjungtiva pucat -/-, Ikterus -/-, Refleks pupil +/+ isokor,
cowong (-)
THT
Telinga : Auricula dextra et sinistra : hiperemi (-), edema (-),
Sekret (-), nyeri (-), bagian dalam sulit dievaluasi
Hidung : Nafas cuping hidung (-), rinore (-)
Tenggorokan : Faring hiperemi (+), tonsil T1/T1 hiperemi (+)
Mukosa bibir : Pucat (-), sianosis (-), basah (+)
Leher
Inspeksi : Benjolan (-), bendungan vena jugularis (-)
Palpasi : Pembesaran Kelenjar (-), Kaku Kuduk (-)
Thorax
Cor : Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS IV MCL kiri,
kuat angkat (-), thrill (-)
Auskultasi : S1 S2 Normal, regular, murmur (-)

3
Pulmo : Inspeksi : Gerakan dada simetris saat statis dan
dinamis, retraksi (-)
Palpasi : gerakan dada simetris
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Vesikuler +/+, Rhonki -/-, Wheezing -/-
Abdomen :
Inspeksi : Distensi (-)
Auskultasi : Bising usus (+) Normal
Palpasi : Hepar-Lien tidak teraba
Perkusi : Dalam batas normal
Ekstremitas : Akral hangat (+), cyanosis (-), edema (-)
Status Neurologis :
- Refleks Fisiologis : R. Biceps +/+, Triceps +/+, APR +/+, KPR +/+
- Refleks Patologis : R Babinski -/-
- Meningeal sign : Kaku kuduk (-), Kernig Sign (-), Brudzinski I/II (-)

Pemeriksaan penunjang
DL (11 Juli 2011)
No Tanggal 7 Juni 2011
Parameter
1 WBC 25,6
Lym 4,1
Mid 1,3
Gra 20,3
Lym% 15,9
Mid% 4,9
Gra% 79,2
2 RBC 4,37
3 HGB 11,1
4 HCT 33,1
5 MCV 75,7
6 MCH 25,4
7 MCHC 33,5
8 RDW 17,6
9 PLT 593,00
10 MPV 6,70
11 GDA 126 mg/dL

4
Diagnosis :
Kejang Demam Sederhana + Tonsilofaringitis akut

Penatalaksanaan
 MRS
 IVFD D5 ½ NS --- 10 tetes/menit
 Cefotaxime 3x300 mg iv
 Paracetamol syr 3 x cth I + kompres hangat jika Tax > 380 C
 Ambroxol syr 3 x cth I
 Stesolid syr 3 x cth I
 Monitoring :
o Vital Sign
o Kejang
o Kesadaran
 Terapi profilaksis

Usulan Pemeriksaan
- DL
- Elektrolit
- EEG
- LP

Follow Up
Tanggal S O A P
12/7/201 Kejang (-) Bronkiolitis Th/
1 Status present
Panas (-) Nadi : 100x/menit -ASI on
Akut + VSD +

5
Batuk (-) RR : 38x/menit Gizi kurang demand
Pilek (+) T ax : 37,00C -IVFD D5 ¼
Mencret (+) NS 16 tts/mnt
Status general
1 kali Kepala: Normocephali -Cefotaxime

Mata: an -/-, ikt -/-, Rp +/+ 3x300 mg iv

isokor -Paracetamol

THT: NCH (-), sekret (+) syr 3 x cth I +

Thoraks : Simetris (+) kompres

Cor: S1 S2 N reguler hangat jika

murmur (-) Tax > 380 C

Pulmo: Bves +/+, wh -/-, rh -Ambroxol

-/- syr 3 x cth I

Abdomen: Distensi (-), BU (+) -Stesolid syr

N, Hepar / Lien tidak teraba 3 x cth I

Extremitas: akral hangat (+), Monitoring:

oedema (-), CRT < 2 detik -Vital Sign


-kesadaran
-kejang

6
ANALISA KASUS

Definisi
Pada kepustakaan dikatakan bahwa kejang demam adalah bangkitan kejang yang
terjadi pada kenaikan suhu (suhu rektal lebih dari 38oC) yang disebabkan oleh
suatu proses ekstrakranium (diluar rongga kepala). Anak yang pernah mengalami
kejang tanpa demam kemudian kejang demam kembali tidak termasuk dalam
kejang demam.1
Pada kasus ini dari anamnesis dikatakan penderita mengalami kejang saat badan
terjadi demam yang tinggi, mendadak naik secara tiba-tiba. Di samping itu juga
penderita pernah mengalami riwayat penyakit yang sama sebelumnya. Tetapi
secara objektif tidak dilakukan pemeriksaan suhu rectal untuk memastikan berapa
suhunya pada saat penderita masuk rumah sakit. Hal ini dilakukan untuk
mencocokkan apakah penderita mengalami kejang demam sesuai dengan batasan
definisi tesebut.

Epidemiologi
Kejang demam biasanya terjadi pada anak-anak umur 6 bulan – 5 tahun.2
Pada kasus ini, pada saat penderita mengalami kejang pertama kali berumur 2,5
tahun dan pada saat ini penderita berumur 4,5 tahun dimana masih berada di
antara rentang umur terjadinya kejang demam.

Etiologi
Dari berbagai kepustakaan menyebutkan penyebab kejang demam sampai saat ini
belum diketahui tetapi beberapa pihak menganggap bahwa penyakit ini berkaitan
dengan demam. Dan demam banyak sekali penyebabnya, diantaranya infeksi
saluran pernapasan atas, radang telinga tengah (otitis media), pneumonia, infeksi
saluran cerna dan infeksi saluran kemih.1,2
Dari pemeriksaan fisik yang dilakukan terhadap pasien ditemukan adanya infeksi
pada saluran nafas atas yang ditandai oleh faring yang hiperemis dan tonsil yang
kemerahan.

7
Manifestasi Klinis
Umumnya kejang demam berlangsung singkat, berupa serangan kejang
klonik atau tonik-klonik bilateral. Pada fase tonik bisa terjadi apnea dan kencing
atau berak-berak. Bentuk kejang yang lain dapat juga terjadi seperti mata terbalik
ke atas dengan disertai kekakuan atau kelemahan, gerakan sentakan berulang
tanpa didahului kekakuan, atau hanya sentakan atau kekakuan fokal.3
Sebagian besar kejang berlangsung kurang dari 6 menit dan kurang dari
8% berlangsung lebih dari 15 menit. Seringkali kejang berhenti sendiri. Setelah
kejang berhenti anak tidak memberi reaksi apapun untuk sejenak, tetapi setelah
beberapa detik atau menit, anak terbangun dan sadar kembali tanpa defisit
neurologis. Kejang dapat diikuti hemiparesis sementara (hemiparesis Todd) yang
berlangsung beberapa jam sampai beberapa hari. Kejang unilateral yang lama
dapat diikuti oleh hemiparesis yang menetap. Bangkitan kejang yang berlangsung
lama lebih sering terjadi pada demam yang pertama.3
Gejala klinik lainnya sangat tergantung dari penyakit yang mendasarinya.2
Dari heteroanamnesis yang dilakukan, didapatkan informasi bahwa kejang
berlangsung antara 10-30 menit, kejang terjadi pada seluruh tubuh, kejang terjadi
satu kali dan setelah kejang pasien sadar kembali.

Diagnosis
Berdasarkan kepustakaan yang ada kejang akan dimasukkan dalan kejang demam
sederhana apabila terdapat gejala klinis sebagai berikut :
a. Kejang bersifat umum tonik dan atau klonik
b. Lamanya kejang kurang dari 15 menit, umumnya akan berhenti sendiri
c. Umur penderita 6 bulan – 5 tahun
d. Kejang tidak berulang dalam 24 jam
e. Tidak ada kelainan neurologis yang permanen atau sebelumnya tidak pernah
menunjukkan kejang tanpa panas.4
Pada pasien ini didiagnosis sebagai kejang demam sederhana karena memenuhi
gejala klinis kejang demam sederhana sebagai berikut :
a. Lamanya kejang kurang dari 15 menit, umumnya akan berhenti sendiri
b. Umur penderita 6 bulan – 5 tahun

8
c. Kejang tidak berulang dalam 24 jam
d. Tidak ada kelainan neurologis yang permanen atau sebelumnya tidak pernah
menunjukkan kejang tanpa panas

Penatalaksanaan Kejang
Biasanya kejang demam berlangsung singkat dan saat penderita datang
kejang sudah berhenti. Apabila penderita datang dalam keadaan kejang obat yang
paling cepat untuk menghentikan kejang adalah diazepam yang diberikan secara
intravena. Dosis diazepam intravena adalah 0,3-0,5 mg/kgBB perlahan-lahan
dengan kecepatan 1-2 mg/menit atau dalam waktu lebih dari 2 menit, dengan
dosis maksimal 20 mg.4
Obat yang praktis dan dapat diberikan oleh orang tua atau di rumah adalah
diazepam rectal. Dosis diazepam rectal adalah 0,5-0,75 mg/kgBB atau diazepam
rectal 5 mg untuk anak dengan berat badan kurang dari 10 kg dan 10 mg untuk
berat badan lebih dari 10 kg. Atau diazepam rektal dengan dosis 5 mg untuk anak
dibawah usia 3 tahun atau dosis 7,5 mg untuk anak di atas usia 3 tahun.4
Kejang yang belum berhenti dengan diazepam rectal dapat diulang lagi
dengan cara dan dosis yang sama dengan interval waktu 5 menit.3
Bila dua kali dengan diazepam rectal masih kejang, dianjurkan ke rumah
sakit dan disini dapat diberikan diazepam intravena dengan dosis 0,3-0,5
mg/kgBB.5
Bila kejang tetap belum berhenti diberikan fenitoin secara intravena
dengan dosis awal 10-20 mg/kgBB/kali dengan kecepatan 1 mg/kgBB/menit atau
kurang dari 50 mg/menit. Bila kejang berhenti dosis selanjutnya adalah 4-8
mg/kgBB/hari, yaitu 12 jam setelah dosis awal.5
Bila dengan fenitoin kejang belum berhenti maka pasien harus dirawat di
ruang rawat intensif.5
Bila kejang telah berhenti, pemberian obat selanjutnya tergantung dari
jenis kejang demamnya dan faktor risikonya, apakah kejang demam sederhana
atau kompleks.5

9
BAGAN PENGHENTIAN KEJANG DEMAM 4

KEJANG 1. Diazepam rektal 0,5 mg/kgBB atau


Berat badan <10 kg : 5 mg
Berat badan >10 kg : 10 mg
KEJANG 2. Diazepam IV 0,3-0,5 mg/kgBB
Diazepam rektal

(5 menit)
Di Rumah Sakit

KEJANG
Diazepam IV
Kecepatan 0,5-1 mg/menit (3-5 menit)
(Depresi pernapasan dapat terjadi)

KEJANG
Fenitoin bolus IV 10-20 mg/kgBB.
Kecepatan 0,5-1 mg/menit
(Pastikan ventilasi adekuat)

KEJANG
Transfer ke ICU

10
Keterangan :
1. Bila kejang berhenti terapi profilaksis intermiten atau rumatan diberikan
berdasarkan kejang demam sederhana atau kompleks dan factor risikonya.
2. Pemberian fenitoin bolus sebaiknya secara drip intravena dicampur dengan
cairan NaCl fisiologis, untuk mengurangi efek samping aritmia dan hipotensi.5

Pemberian obat pada saat demam :


Antipiretik
Antipiretik pada saat demam dianjurkan, walaupun tidak ditemukan bukti
bahwa penggunaan antipiretik mengurangi risiko terjadinya kejang demam. Dosis
asetaminofen yang digunakan berkisar 10 -15 mg/kgBB/kali diberikan 4 kali
sehari dan tidak lebih dari 5 kali. Dosis ibuprofen 5 – 10 mg/ kgBB/ kali, 3-4 kali
sehari.4
Acetaminofen dapat menyebabkan sindrom Reye terutama pada anak
kurang 18 bulan, meskipun jarang. Parasetamol 10 mg/kgBB sama efektifnya
dengan ibuprofen 5 mg/kgBB dalam menurunkan suhu tubuh.4

Antikonvulsan
Pemakaian diazepam oral dosis 0,3 mg/kgBB setiap 8 jam pada saat
demam menurunkan risiko berulangnya kejang (1/3-2/3 kasus), begitu pula
dengan diazepam rectal dosis 0,5 mg/kgBB setiap 8 jam pada suhu > 38,50C.
Dosis tersebut cukup tinggi dan dapat menyebabkan ataksia, iritabel dan sedasi
yang cukup berat pada 25-39% kasus.
Fenobarbital, karbamazepin, fenitoin pada saat demam tidak berguna
untuk mencegah kejang demam.4

Pemberian obat rumat


Pemberian obat fenobarbital atau asam valproat setiap hari efektif dalam
menurunkan risiko berulangnya kejang.5
Dengan meningkatnya pengetahuan bahwa kejang demam “benign” dan
efek samping penggunaan obat terhadap kognitif dan prilaku, profilaksis terus
menerus diberikan dalam jangka pendek, kecuali pada kasus yang sangat selektif.
Pemakaian fenobarbital setiap hari dapat menimbulkan gangguan perilaku dan

11
kesulitan belajar (40%–50%). Obat pilihan saat ini adalah asam valproat
meskipun dapat menyebabkan hepatitis namun insidennya kecil.5
Dosis asam valproat 15-40 mg/kgBB/hari dalam 2-3 dosis, fenobarbital 3-
4 mg/kgBB per hari dalam 1-2 dosis.
Pengobatan rumat hanya diberikan bila kejang demam menunjukkan ciri
sebagai berikut (salah satu) :
1. Kejang lama lebih dari 15 menit
2. Adanya kelainan neurologis yang nyata sebelum atau sesudah kejang,
misalnya hemiparesis, paresis Todd, Cerebral Palsy, retardasi mental,
hidrosefalus.
3. Kejang fokal
4. Pengobatan rumat dipertimbangkan bila :
 Kejang berulang dua kali atau lebih dalam 24 jam
 Kejang demam terjadi pada bayi kurang dari 12 bulan
 Kejang demam ≥ 4 kali per tahun.
Keterangan
 Sebagian besar peneliti setuju bahwa kejang demam > 15 menit
merupakan indikasi pengobatan rumat.
 Kelainan neurologist tidak nyata misalnya keterlambatan perkembangan
ringan bukan merupakan indikasi.
 Kejang fokal atau fokal menjadi umum menunjukkan bahwa anak
mempunyai fokus organik.
Lama pengobatan rumat :
Pengobatan diberikan selama 1 tahun bebas kejang, kemudian dihentkan secara
bertahap selama 1-2 bulan.5

Prognosis

12
 Kejang demam sederhana : baik
 Kejang demam kompleks : bervariasi (kejang demam dengan status konvulsi
prognosisnya jelek).6
Dengan penanggulangan yang tepat dan cepat, prognosis kejang demam adalah
baik dan tidak menyebabkan kematian. Frekuensi berulangnya kejang berkisar
antara 25%-50%, umumnya terjadi pada 6 bulan pertama. Risiko untuk
mendapatkan epilepsi rendah.7

13
DAFTAR PUSTAKA

1. Pusponegoro, H. D., dkk (2004), Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak,


Edisi pertama, Badan Penerbit IDAI, Jakarta.

2. Mansjoer, A., dkk. (2000), Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2, Edisi ketiga,
Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.

3. Jury, S., “Febrile Convulsion”, (2006, March 11), Available:


http://www.rch.org.au/kidsinfo/factsheets.cfm?doc_id=3722, (Accessed: 2011,
Juli 10).

4. Unit Kerja Koordinasi Neurologi Ikatan Dokter Anak Indonesia. (2005),


Konsensus Penanganan Kejang Demam, Badan Penerbit IDAI, Jakarta.

5. Waruiru, C, Appleton, R. (2004). Febrile Seizures : An Update, Archives of


Disease in Childhood, Royal Liverpool Children’s Hospital (Alder Hey),
Liverpool.

6. Unit Kerja Koordinasi Neurologi Ikatan Dokter Anak Indonesia. (2005),


Konsensus Penanganan Kejang Demam, Badan Penerbit IDAI, Jakarta.

7. Marliana, L., “Kejang Demam”, (2004), Available: http://www.mer-


c.org/mc/ina/ikes/ikes_0304 kejangdemam.htm, (Accessed: 2011, July 10).

14

Anda mungkin juga menyukai