Anda di halaman 1dari 49

ASUHAN KEPERAWATAN NY.

E DENGAN DIAGNOSA
HT DI RUANG SOEKARNI RS PROKLAMASI

Di Susun oleh :
Yanti Rosmiyanti ,S.Kep
12192025

PRODI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BOROBUDUR
      I.       PENGERTIAN
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya diatas
140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg ( Smith Tom, 1995 ).  Menurut WHO,
penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan sistolik lebih besar atau sama dengan 160
mmHg dan atau tekanan diastolic sama atau lebih besar 95 mmHg ( Kodim Nasrin, 2003 ).
Hipertensi dikategorikan ringan apabila tekanan diastoliknya antara 95 – 104 mmHg, hipertensi
sedang jika tekanan diastoliknya antara 105 dan 114 mmHg, dan hipertensi berat bila tekanan
diastoliknya 115 mmHg atau lebih. Pembagian ini berdasarkan peningkatan tekanan diastolic
karena dianggap lebih serius dari peningkatan sistolik ( Smith Tom, 1995 ).

Usia Tekanan darah dalam mmHG


Bayi 90/50
Anak-anak 100/60
Remaja 110/66
Dewasa muda 120/80
Dewasa tua 130/80
Lansia 130-140/80-90
Tabel 1
Nilai Normal Tekanan Darah

Penting untuk diingat bahwa tekanan darah seseorang yang satu dengan yang lainnya berbeda-
beda tergantung usia, pekerjaan, ataupun hal tertentu lainnya yang dapat mempengaruhinya.

Tingkatan Sistolik Diastolik


Hipotensi < 90 < 60
Normal 90-120 60-80
Pre hipertensi 120-140 80-90
Stadium 1/ringan 140-160 90-100
Stadium 2/sedang 160-180 100-110
Stadium 3/berat 180-210 110-120
Stadium 4/emergency > 210 > 120
Tabel 2
Klasifikasi Hipertensi

II.   PENYEBAB

Hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2 golongan besar yaitu : ( Lany
Gunawan, 2001 )

1.     Hipertensi essensial ( hipertensi primer ) yaitu hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya
2.     Hipertensi  sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit lain
Hipertensi primer terdapat pada lebih dari 90% penderita hipertensi, sedangkan 10 % sisanya
disebabkan oleh hipertensi sekunder. Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti
penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan beberapa factor yang sering menyebabkan
terjadinya hipertensi. Factor tersebut adalah sebagai berikut :

1.     Faktor keturunan


Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk
mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi

a)    Ciri perseorangan


Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah umur  ( jika umur bertambah
maka TD meningkat ), jenis kelamin ( laki-laki lebih tinggi dari perempuan ) dan ras ( ras kulit
hitam lebih banyak dari kulit putih )

b)    Kebiasaan hidup


Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah konsumsi garam yang
tinggi ( melebihi dari 30 gr ), kegemukan atau makan berlebihan, stress dan pengaruh lain
misalnya merokok, minum alcohol, minum obat-obatan ( ephedrine, prednison, epineprin )

      III.                        PATOFISIOLOGI

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat
vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang
berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis
di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang
bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron
preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke
pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi
pembuluh darah. Berbagai factor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhirespon
pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitive
terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.

Pada saat bersamaan dimana system saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons
rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas
vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi.
Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons
vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal,
menyebabkan pelepasan rennin. Rennin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian
diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang
sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh
tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua factor ini cenderung
mencetuskan keadaan hipertensi.

Untuk pertimbangan gerontology. Perubahan structural dan fungsional pada system pembuluh
perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan
tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi
otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya
regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya
dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung ( volume sekuncup ),
mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer ( Brunner &
Suddarth, 2002 ).

  

  IV. PATHWAY
 pathway hipertensi

(Klik Gambar Untuk Memperbesar)

 V.    TANDA DAN GEJALA

Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi : ( Edward  K Chung, 1995 )

   1.    Tidak ada gejala


Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan darah,
selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial
tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.

   2.     Gejala yang lazim


Tanda dan gejala yang dapat timbul oleh penyakit hipertensi adalah sebagai berikut:
      a)    Nyeri kepala
      b)    Nyeri atau tengkuk terasa berat
      c)     Susah tidur
      d)   Mudah lelah dan emosional
      e)    Gemetar
      f)      Nadi cepat setelah aktivitas
      g)    Terkadang juga disertasi mual, muntah, sesak hingga epistaksis
.
    VI.  PEMERIKSAAN PENUNJANG

1.    Riwayat dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh


2.    Pemeriksaan retina
3.    Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kerusakan organ seperti ginjal dan jantung
4.    EKG untuk mengetahui hipertropi ventrikel kiri
5.    Urinalisa untuk mengetahui protein dalam urin, darah, glukosa
6.    Pemeriksaan : renogram, pielogram intravena arteriogram renal, pemeriksaan fungsi ginjal
terpisah dan penentuan kadar urin.
7.    Foto dada dan CT scan

    VII. PENGKAJIAN

1.     Aktivitas / istirahat


Gejala     : kelemahan, letih, napas pendek, gaya hidup monoton

Tanda       : frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea

2.     Sirkulasi
Gejala        : Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner, penyakit
serebrovaskuler

Tanda       : Kenaikan TD, hipotensi postural, takhikardi, perubahan warna kulit, suhu dingin

3. Integritas Ego

Gejala        :Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, factor stress multipel

Tanda       : Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinue perhatian, tangisan yang
meledak, otot muka tegang, pernapasan menghela, peningkatan pola bicara

4.     Eliminasi
Gejala        : gangguan ginjal saat ini atau yang lalu
5.     Makanan / Cairan
Gejala        : makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi garam, lemak dan
kolesterol

Tanda       : BB normal atau obesitas, adanya edema

6.     Neurosensori
Gejala        : keluhan pusing/pening, sakit kepala, berdenyut sakit kepala, berdenyut, gangguan
penglihatan, episode epistaksis

Tanda       :perubahan orientasi, penurunan kekuatan genggaman, perubahan retinal optik

7.     Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala        : Angina, nyeri hilang timbul pada tungkai, sakit kepala oksipital berat, nyeri
abdomen

8.     Pernapasan
Gejala        : dispnea yang berkaitan dengan aktivitas, takipnea, ortopnea, dispnea nocturnal
proksimal, batuk dengan atau tanpa sputum, riwayat merokok

Tanda       : distress respirasi/ penggunaan otot aksesoris pernapasan, bunyi napas tambahan,
sianosis

9.     Keamanan
Gejala        : Gangguan koordinasi, cara jalan

Tanda       : episode parestesia unilateral transien, hipotensi psotural

10.Pembelajaran/Penyuluhan
Gejala        : factor resiko keluarga, hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung, DM , penyakit
ginjal, Faktor resiko etnik, penggunaan pil KB atau hormon

     VIII.                  PENATALAKSANAAN

Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas akibat komplikasi
kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah dibawah
140/90 mmHg Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi : 

1.     Terapi tanpa Obat

Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan sebagai tindakan
suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat ini meliputi :

     a)    Diet
Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :

1)    Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr


2)    Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
3)    Penurunan berat badan
4)    Penurunan asupan etanol
5)    Menghentikan merokok
6)    Diet tinggi kalium
       b)    Latihan Fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan untuk penderita hipertensi
adalah olah raga yang mempunyai empat prinsip yaitu :

1)    Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging, bersepeda, berenang dan lain-
lain.
2)    Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas aerobik atau 72-87 % dari denyut
nadi maksimal yang disebut zona latihan. Denyut nadi maksimal dapat ditentukan dengan rumus
220 – umur
3)    Lamanya latihan berkisar antara 20- 25 menit berada dalam zona latihan
4)    Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x perminggu

     c)     Edukasi Psikologis


Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :

1)    Tehnik Biofeedback


Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk menunjukkan pada subyek   tanda-tanda
mengenai keadaan tubuh yang secara sadar oleh subyek dianggap tidak normal.

Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi gangguan somatik seperti nyeri kepala
dan migrain, juga untuk gangguan psikologis seperti kecemasan dan ketegangan.

2)    Tehnik relaksasi


Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk mengurangi ketegangan atau
kecemasan, dengan cara melatih penderita untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh
menjadi rileks

     d)   Merubah Gaya Hidup

Penatalaksanaan yang perlu dilakukan selanjutnya adalah merubah gaya hidup seperti di bawah
ini agar hipertensi dapat dikontrol dan dicegah, antara lain:

1)    Turunkan berat badan


2)    Kurangi konsumsi alkohol
3)    Beraktivitas secara teratur
4)    Mengurang konsumsi natrium berlebihan
5)    Kurangi atau bahkan berhenti merokok

2.     Terapi dengan Obat

Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja tetapi juga
mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar penderita dapat bertambah kuat.
Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur hidup penderita. Pengobatan standar
yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli Hipertensi ( JOINT NATIONAL COMMITTEE ON
DETECTION, EVALUATION AND TREATMENT OF HIGH BLOOD PRESSURE, USA,
1988 ) menyimpulkan bahwa obat diuretika, penyekat beta, antagonis kalsium, atau penghambat
ACE dapat digunakan sebagai obat tunggal pertama dengan memperhatikan keadaan penderita
dan penyakit lain yang ada pada penderita.

Pengobatannya meliputi :

     a)    Step 1        : Obat pilihan pertama : diuretika, beta blocker, Ca antagonis, ACE inhibitor

b)    Step 2        : Alternatif  yang bisa diberikan


1)    Dosis obat pertama dinaikan
2)    Diganti jenis lain dari obat pilihan pertama
3)    Ditambah obat ke-2 jenis lain, dapat berupa diuretika , beta blocker, Ca antagonis, Alpa blocker,
clonidin, reserphin, vasodilator

           c)     Step 3        : alternatif yang bisa ditempuh


1)    Obat ke-2 diganti
2)    Ditambah obat ke-3 jenis lain

          d)   Step 4        : alternatif pemberian obatnya


1)    Ditambah obat ke-3 dan ke-4
2)    Re-evaluasi dan konsultasi

3.     Follow Up untuk mempertahankan terapi

Untuk mempertahankan terapi jangka panjang memerlukan interaksi dan komunikasi yang baik
antara pasien dan petugas kesehatan ( perawat, dokter ) dengan cara pemberian pendidikan
kesehatan. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam interaksi pasien dengan petugas kesehatan
adalah sebagai berikut :

a)    Setiap kali penderita periksa, penderita diberitahu hasil pengukuran tekanan darahnya
b)    Bicarakan dengan penderita tujuan yang hendak dicapai mengenai tekanan darahnya
c)     Diskusikan dengan penderita bahwa hipertensi tidak dapat sembuh, namun bisa dikendalikan
untuk dapat menurunkan morbiditas dan mortilitas
d)   Yakinkan penderita bahwa penderita tidak dapat mengatakan tingginya tekanan darah atas dasar
apa yang dirasakannya, tekanan darah hanya dapat diketahui dengan mengukur memakai alat
tensimeter
e)    Penderita tidak boleh menghentikan obat tanpa didiskusikan lebih dahulu
f)      Sedapat mungkin tindakan terapi dimasukkan dalam cara hidup penderita
g)    Ikutsertakan keluarga penderita dalam proses terapi
h)   Pada penderita tertentu mungkin menguntungkan bila penderita atau keluarga dapat mengukur
tekanan darahnya di rumah
i)      Buatlah sesederhana mungkin pemakaian obat anti hipertensi misal 1 x sehari atau 2 x sehari
j)      Diskusikan dengan penderita tentang obat-obat anti hipertensi, efek samping dan masalah-
masalah yang mungkin terjadi
k)    Yakinkan penderita kemungkinan perlunya memodifikasi dosis atau mengganti obat untuk
mencapai efek samping minimal dan efektifitas maksimal
l)      Usahakan biaya terapi seminimal mungkin
m) Untuk penderita yang kurang patuh, usahakan kunjungan lebih sering
n)   Hubungi segera penderita, bila tidak datang pada waktu yang ditentukan.
Melihat pentingnya kepatuhan pasien dalam pengobatan maka sangat diperlukan sekali
pengetahuan dan sikap pasien tentang pemahaman dan pelaksanaan pengobatan hipertensi.

IX. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1.                 Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologi


2.                 Anxietas berhubungan dengan krisis situasional
3.                 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakberdayaan fisik

X.    INTERVENSI KEPERAWATAN HIPERTENSI

Diagnosa 1 : Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologi

Tujuan dan kriteria hasil (NOC)


Setelah diberikan perawatan pasien akan:
a)    Memperlihatkan pengendaian nyeri, yang dibuktikan oleh indicator sebagai berikut:
1.            tidak pernah
2.            jarang
3.            kadang-kadang
4.            sering
5.            selalu

Indicator 1 2 3 4 5
Mengenali awitan nyeri
Menggunakan tindakan pencegahan
Melaporkan nyeri dapat dikendaikan
b)    Menunjukan tingkat nyeri, yang dibuktikan oleh indicator sebagai berikut:
1.     sangat berat
2.     berat
3.     sedang
4.     ringan
5.     tidak ada

Indicator 1 2 3 4 5
Ekspresi nyeri pada wajah
Gelisah atau ketegangan otot
Durasi episode nyeri
Merintih dan menangis
gelisah

c)     memperlihatkan teknik relaksasi secara individual yang efektif untuk mencapai kenyamanan
d)   mempertahankan nyeri pada ….atau kurang (dengan skala 0-10)
e)    melaporkan kesejahteraan fisik dan psikologis
f)      mengenali factor penyebab dan menggunakan tindakan untuk memodifikasi factor tersebut
g)    melaporkan nyeri kepada pelayan kesehatan
h)   melaporkan pola tidur yang baik

Intervensi keperawatan (NIC)

Pengkajian
a)    Gunakan laporan dari pasien sendiri sebagai pilihan pertama untuk mengumpulkan informasi
pengkajian
b)    Minta pasien untuk menilai nyeri dengan skala 0-10.
c)     Gunakan bagan alir nyeri untuk mementau peredaan nyeri oleh analgesic dan kemungkinan
efek sampingnya
d)   Kaji dampak agama, budaya dan kepercayaan, dan lingkungan terhadap nyeri dan respon pasien
e)    Dalam mengkaji nyeri pasien, gunakan kata-kata yang sesuai usia dan tingkat perkembangan
pasien
Manajemen nyeri:
a)    Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif meliputi lokasi, karakteristik, awitan dan durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas atau keparahan nyeri dan factor presipitasinya
b)    Observasi isyarat nonverbal ketidaknyamanan, khususnya pada mereka yang tidak mampu
berkomunikasi efektif

Penyuluhan untuk pasien/keluarga


a)    Sertakan dalam instruksi pemulangan pasien obat khusus yang harus diminum, frekuensi,
frekuensi pemberian, kemungkinan efek samping, kemungkinan interaksi obat, kewaspadaan
khusus saat mengkonsumsi obat tersebut dan nama orang yang harus dihubungi bila mengalami
nyeri membandel.
b)    Instruksikan pasien untuk menginformasikan pada perawat jika peredaan nyeri tidak dapat
dicapai
c)     Informasikan kepada pasien tentang prosedur yang dapat meningkatkan nyeri dan tawarkan
strategi koping yang ditawarkan
d)   Perbaiki kesalahan persepsi tentang analgesic narkotik atau oploid (resiko ketergantungan atau
overdosis)
Manajemen nyeri:
a)    Berikan informasi tentang nyeri, seperti penyebab nyeri, berapa lama akan berlangsung, dan
antisipasi ketidaknyamanan akibat prosedur
b)    Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologi (relaksasi, distraksi, terapi)

Aktivitas kolaboratif
a)    Kelola nyeri pasca bedah awal dengan pemberian opiate yang terjadwal (missal, setiap 4 jam
selama 36 jam) atau PCA
b)    Manajemen nyeri:
c)     Gunakan tindakan pengendalian nyeri sebelum nyeri menjadi lebih berat
d)   Laporkan kepada dokter jika tindakan tidak berhasil atau jika keluhan saat ini merupakan
perubahan yang bermakna dari pengalaman nyeri pasien dimasa lalu

Perawatan dirumah
a)    Intervensi di atas dapat disesuaikan untuk perawatan dirumah
b)    Ajarkan klien dan keluarga untuk memanfaatkan teknologi yang diperlukan dalam pemberian
obat

Diagnosa 2 : Anxietas berhubungan dengan krisis situasional

Tujuan dan kriteria hasil (NOC)

Setelah diberikan perawatan klien akan menunjukkan:


a)    Ansietas berkurang, dibuktikan oleh tingkat ansietas hanya ringan sampai sedang dan selau
menunjukkan pengendalian diri terhadap ansietas, diri, koping.
b)    Menunjukkan pengendalian diri terhadap ansietas; yang dibuktikan oleh indicator sibagai
berikut:
1.     tidak pernah
2.     jarang
3.      kadang-kadang
4.     sering
5.     selalu

Indicator 1 2 3 4 5
Merencanakan strategi koping untuk situasi penuh tekanan
Mempertahankan performa peran
Memantau distorsi persepsi
Memantau manifestasi perilaku ansietas
Menggunakan teknik relaksasi untuk meredakan ansietas

Intervensi Keperawatan NIC

Pengkajian
a)    kaji dan dokumentasikan tingkat kecemasan pasien, termasuk reaksi fisik setiap……..
b)    kaji untuk factor budaya yang menjadi penyebab ansietas
c)     gali bersama pasien tenteng tehnik yang berhasil dan tidak berhasil menurunkan ansietas
dimasa lalu
d)   reduksi ansietas (NIC); menentukan kemampuan pengambilan keputusan pasien

Penyuluhan untuk pasien dan keluarga


a)    buat rencana penyuluhan dengan tujuan ang realistis, termasuk kebutuhan untuk pengulangan,
dukungan dan pujian terhadap tugas-tugas yang telah dipelajari
b)    berikan informasi mengenai sumber komunitas yang tersedia, seperti teman, tetangga, kelompok
swabantu, tempat ibadah, lembaga sukarelawan dan pusat rekreasi
c)     informasikan tentang gejala ansietas
d)   ajarkan anggota keluarga bagaimana membedakan antara serangan panic dan gejala penyakit
fisik
e)    penurunan ansietas (NIC);
f)      sediakan informasi factual menyangkut diagnosis, terapi dan prognosis
g)    instruksikan pasien tentang penggunaan teknik relaksasi
h)   jelaskan semua prosedur, termasuk sensasi yang biasanya dialami selama prosedur

Aktivitas kolaboratif
a)    penurunan ansietas (NIC); berikan obat untuk menurunkan ansietas jika perlu

Aktivitas lain
a)    pada saat ansietas berat, dampingi pasien, bicara dengan tenang, dan berikan ketenangan serta
rasa nyaman
b)    beri dorngan kepada pasien untuk mengungkapkan secara verbal pikiran dan perasaan untuk
mengeksternalisasikan ansietas
c)     bantu pasien untuk memfokuskan pada situasi saat ini, sebagai cara untuk mengidentifikasi
mekanisme koping yang dibutuhkan untuk mengurangi ansietas
d)   sediakan pengalihan melaui televise, radio, permainan serta terapi okupasi untuk menurunkan
ansietas dan memperluas fokus
e)    coba teknik seperti imajinasi bombing dan relaksasi progresif
f)      dorong pasien untuk mengekspresikan kemarahan dan iritasi, serta izinkan pasien untuk
menangis
g)    yakinkan kembali pasien melalui sentuhan, dan sikap empatik secara verbal dan nonverbal
secara bergantian
h)   sediakan lingkungan yang tenang dan batasi kontak dengan orang lain
i)      sarankan terapi alternative untuk mengurangi ansietas yang dapat diterima oleh pasien
j)      singkirkan sumber-sumber ansietas jika memungkinkan
k)    penurunan ansietas (NIC);
l)      gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
m) nyatakan dengan jelas tentang harapan terhadap perilaku pasien
n)   damping pasien untuk meningkatkan keamanan dan mengurangi rasa takut
o)    berikan pijatan punggung, pijatan leher jika perlu
p)   jaga peralatan perawatan jauh dari pandangan
q)    bantu pasien untuk mengidentifikasi situasi yang mencetuskan ansietas

Diagnosa 3 : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakberdayaan fisik

Tujuan dan kriteria hasil (NOC)

Setelah diberikan perawatan pasien akan menunjukkan:


a)    Mentoleransi aktivitas yang bisasa dilakukan, yang dibuktikan oleh toleransi aktivitas,
ketahanan, penghematan energy, kebugaran fisik, energy psikomotorik, dan perawatan diri,
ADL.
b)    Menunjukkan toleransi aktivitas, yang dibuktikan oleh indicator sebagai berikut:
1.     gangguan eksterm
2.     berat
3.     sedang
4.     ringan
5.     tidak ada gangguan

Indikator 1 2 3 4 5
Saturasi oksigen saat beraktivitas
Frekuensi pernapasan saat beraktivitas
Kemampuan untuk berbicara saat beraktivitas fisik

Mendemonstrasikan penghematan energy, yang dibuktikan oleh indicator sebagai berikut:


1.     tidak pernah
2.     jarang
3.     kadang-kadang
4.     sering
5.     selalu

Indikator 1 2 3 4 5
Menyadari keterbatasan energy
Menyeimbangkan aktivitas dan istirahat
Mengatur jadwal aktivitas untuk menghemat energy

Intervensi keperawatan (NIC)


Pengkajian
a)    Kaji tingkat kemampuan pasien untuk berpindah dari tempat tidur, berdiri, ambulasi, dan
melakukan ADL
b)    Kaji respon emosi, sosial dan spiritual terhadap aktivitas
c)     Evaluasi motivasi dan keinginan pasien untuk meningkatkan aktivitas
Manajemen energy (NIC):
a)    Tentukan penyebab keletihan
b)    Pantau respon kardiorespiratori terhadap aktivitas
c)     Pantau respon oksigen pasien terhadap aktivitas
d)   Pantau respon nutrisi untuk memastikan sumber-sumber energy yang adekuat
e)    Pantau dan dokumentasikan pola tidur pasien dan lamanya waktu tidur dalam jam

Penyuluhan untuk pasien dan keluarga


a)    Instruksikan pada pasien dan keluarga untuk:
b)    Penggunaan teknik napas terkontrol selama aktivitas, jika perlu
c)     Mengenali tanda dan gejala intoleransi aktivitas, termasuk kondisi yang perlu dilaporkan ke
dokter
d)   Pentingnya nutrisi yang baik
e)    Penggunaan peralatan seperti oksigen saat aktivitas
f)      Penggunaan tehnik relaksasi selama aktivitas
g)    Dampak intoleransi aktivitas terhadap tanggung jawab peran dalam keluarga
h)   Tindakan untuk menghemat energy
Manajemen energy (NIC):
a)    Ajarkan pada pasien dan orang terdekat tentang teknik perawatan diri yang akan meminimakan
konsumsi oksigen
b)    Ajarkan tentang pengaturan aktivitas dan teknik manajemen waktu untuk mencegah kelelahan

Aktivitas kolaboratif
a)    Berikan pengobatan nyeri sebelum aktivitas, apabila nyeri merupakan salah satu penyebab
b)    Kolaborasikan dengan ahli terapi okupasi, fisik atau rekreasi untuk merencanakan dan
memantau program aktivitas, jika perlu.
c)     Untuk pasien yang mengalami sakit jiwa, rujuk kelayanan kesehatan jiwa dirumah
d)   Rujuk pasien kepelayanan kesehatan rumah untuk mendapatkan pelayanan bantuan perawtan
rumah, jika perlu
e)    Rujuk pasien keahli gizi untuk perencanaan diet
f)      Rujuk pasien kepusat rehabilitasi jantung jika keletihan berhubungan dengan penyakit jantung

Aktivitas lain
a)    Hindari menjadwalkan pelaksanaan aktivitas perawatan selama periode istirahat
b)    Bantu pasien untuk mengubah posisi secara berkala, jika perlu
c)     Pantau tanda-tanda vital sebelum, selama dan sesudah aktivitas
d)   Rencanakan aktivitas bersama pasien secara terjadwal antar istirahat dan latihan
Manajemen energy (NIC);
a)    Bantu pasien untuk mengidentifikasi pilihan aktivitas
b)    Rencanakan aktivitas pada periode saat pasien memiliki energy paling banyak
c)     Bantu pasien untuk aktivitas fisik teratur
d)   Bantu rangsangan lingkungan untuk relaksasi
e)    Bantu pasien untuk melakukan pemantauan mandiri dengan membuat dan menggunakan
dokumentasi tertulis untuk mencatat asupan kalori dan energy

Perawatan dirumah
a)    Evaluasi kondisi rumah yang dapat menyebabkan intoleransi aktivitas
b)    Kaji kebutuhan terhadap alat bantu, oksigen dan lain sebagainga dirumah
DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, Marilynn E, Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan


dan Pendokumentasian Perawatan pasien, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, 2000

Gunawan, Lany.  Hipertensi : Tekanan Darah Tinggi , Yogyakarta, Penerbit              


Kanisius, 2001

 Sobel, Barry J, et all. Hipertensi : Pedoman Klinis Diagnosis dan Terapi, Jakarta,


Penerbit Hipokrates, 1999

 Kodim Nasrin. Hipertensi : Yang Besar Yang Diabaikan, @ tempointeraktif.com, 2003

 Smith Tom. Tekanan darah Tinggi : Mengapa terjadi,


Bagaimana mengatasinya ?,Jakarta, Penerbit Arcan,  1995

 Semple Peter. Tekanan Darah Tinggi, Alih Bahasa : Meitasari Tjandrasa Jakarta,


Penerbit Arcan, 1996

 Brunner & Suddarth. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Vol 2, Jakarta, EGC, 
2002
 Chung, Edward.K. Penuntun Praktis Penyakit Kardiovaskuler, Edisi III, diterjemahkan
oleh Petrus Andryanto, Jakarta, Buku Kedokteran EGC, 1995

 Marvyn, Leonard. Hipertensi : Pengendalian lewat vitamin, gizi dan diet, Jakarta,


Penerbit Arcan,  1995

 Tucker, S.M, et all . Standar Perawatan Pasien : Proses Keperawatan, diagnosis dan
evaluasi  , Edisi V, Jakarta, Buku Kedokteran EGC, 1998

Judith M. Wilkinson dan Nancy R. Ahern. Buku Saku DIAGNOSIS KEPERAWATAN


Diagnosis NANDA, Intervensi NIC, Kriteria hasil NOC Edisi 9. Alih Bahasa Ns. Esti
Wahuningsih, S.Kep dan Ns. Dwi Widiarti, S,Kep. EGC. Jakarta
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Hasanuddin

JURNAL NASIONAL ILMU KESEHATAN


(JNIK)
Volume 1. Edisi 3 2019 ISSN: 2621-6507

DETERMINAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA PENGUNJUNG POSBINDU DI


WILAYAH KERJA PUSKESMAS BALLAPARANG KOTA MAKASSAR

Determinant of Hypertension Incidence among Posbindu Visitor at Work Area of Puskesmas


Ballaparang Makassar City

1 1 1
Jumriani Ansar , Indra Dwinata , Apriani.M

1
Bagian Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Hasanuddin Email: jumriani.ansar@gmail.com

ABSTRAK

Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah abnormal yang dapat menjadi penyebab utama
timbulnya penyakit kardiovaskuler. Oleh karena prevalensi hipertensi yang masih cukup tinggi di
Indonesia, maka pemerintah mencanangkan program deteksi dini penyakit tidak menular (PTM) yakni
posbindu guna mengendalikan faktor risiko yang ada. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor
yang berhubungan dengan hipertensi pada pengunjung posbindu di wilayah kerja Puskesmas Ballaparang
Kota Makassar Tahun 2018. Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional analitik dengan desain
penelitian crossectional study, Populasi penelitian adalah masyarakat di wilayah kerja puskesmas
ballaparang (18-60 tahun) yang melakukan kunjungan posbindu pada bulan April 2018. Besar sampel
adalah 95 orang yang diperoleh dengan metode purposive sampling. Analisis data yang dilakukan adalah
univariat dan bivariat dengan uji chi-square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan
antara variabel riwayat keluarga (p=0,000), obesitas sentral (p=0,033), dan merokok (p=0,024) dengan
kejadian hipertensi, sedangkan variabel yang tidak berhubungan dengan hipertensi adalah IMT (p=0,497)
dan stres (p=0,330). Kesimpulan dari penelitian bahwa ada hubungan antara riwayat keluarga, obesitas
sentral, dan merokok dengan hipertensi pada pengunjung posbindu di wilayah kerja Puskesmas
Ballaparang Kota Makassar Tahun 2018.

Kata Kunci : Hipertensi, faktor risiko, posbindu


ABSTRACT

Hypertension is an abnormal blood pressure increase that can be a major cause of


cardiovascular disease. Because of the prevalence of hypertension that is still high in Indonesia, the
government launched the program of early detection of non-infectious diseases namely posbindu to
control the risk factors. This study aims to determine the factors that associated with hypertension in
posbindu visitors at the work area of Puskesmas Ballaparang Makassar City. The type of research is
observational analytics with crossectional design study. Research population is the community in the
work area of Puskesmas Ballaparang (18-60 years) who made a posbindu visit in April 2018. The sample
size was 95 people that obtained by Purposive Sampling method. The data analysis is univariate and
bivariate with chi-square test. The results showed that there were correlation between family history
(p=0,000), central obesity (p=0,033), and smoking (p=0,024) with hypertension occurrence. Meanwhile,
the variables unrelated to hypertension were BMI (p=0.278) and stress (p=0.308). The conclusion from
the research that there is a relationship between family history, central obesity, and smoking with
hypertension in posbindu visitors at the work area of Puskesmas Ballaparang Makassar City.

Keywords : Hypertension, risk factor, posbindu

PENDAHULUAN National Committee on Prevention,


Detection, Evaluation and Treatment of
Triple Burden Diseases (segitiga High Blood Pressure menyatakan bahwa
beban penyakit) menjadi salah satu tekanan darah tinggi (hipertensi) merupakan
tantangan yang dihadapi dalam bidang suatu keadaan dimana tekanan darah
seseorang ≥140 mmHg (sistolik) dan/atau ≥
pembangunan kesehatan. Kemunculan
1
90 mmHg. Selain sebagai salah satu jenis

kembali penyakit-penyakit mematikan penyakit tidak menular, Hipertensi juga


seperti malaria, tuberculosis, dan HIV-AIDS menjadi faktor risiko utama penyakit
diperparah dengan terjadinya transisi pola kardiovaskuler lainnya.
penyakit yang pada awalnya didominasi oleh
penyakit menular dan saat ini telah Berdasarkan data World Health

berpindah ke Penyakit Tidak Menular Organization (WHO) dalam Global Status

(PTM). Salah satu penyakit tidak menular Report On Non-Communicable Disease,

yang saat ini menjadi prioritas dalam dunia prevalensi tekanan darah tinggi tahun 2014

kesehatan secara global adalah hipertensi. pada orang dewasa berusia 18 tahun keatas

Berdasarkan rekomendasi Join National


Committee dalam The Eighth Report of Join
salah satu puskesmas dengan prevalensi
sekitar 22%. Penyakit ini juga bertanggung
hipertensi yang cukup tinggi yaitu
jawab atas 40% kematian akibat penyakit
Puskesmas Ballaparang. Selam 3 (tiga)
2
jantung dan 51% kematian akibat stroke.
tahun terakhir kasus hipertensi selalu
Selain secara global, hipertensi juga menjadi
mengalami peningkatan dan data terakhir
salah satu penyakit tidak menular yang
diperoleh jumlah penderita hipertensi
paling banyak di derita masyarakat
mencapai 35,7% dari total morbiditas akibat
Indonesia (57,6%). Hal ini dibuktikan
5
penyakit tidak menular.
melalui jumlah kunjungan hipertensi di
Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama yang
3
Faktor risiko berperan penting terhadap
terus meningkat setiap tahunnya.
kejadian hipertensi. Apabila faktor risiko
diketahui maka akan lebih mudah dilakukan
Data Dinas Kesehatan Kota Makassar
pencegahan. Saat ini, pemerintah Indonesia
menyatakan hipertensi merupakan urutan ke
mulai memberikan perhatian serius terhadap
2 dari 10 penyakit terbanyak. Prevalensi
penyakit tidak menular yaitu dengan
hipertensi di Kota makassar pada tahun 2016
mencapai 27,61% sedangkan angka
memaksimalkan kinerja dalam hal
4
mortalitasnya mencapai 18,6%. Adapun
- 60 tahun yaitu sebanyak 43 orang
puskesmas ballaparang (18-60 tahun) yang
(45,26%), sedangkan yang paling sedikit
melakukan kunjungan posbindu pada bulan
adalah kelompok umur < 20 tahun sebanyak
April 2018. Besar sampel adalah 95 orang
1 orang (1,05%). Pengunjung termuda
yang diperoleh dengan metode Purposive
berusia 19 tahun dan pengunjung tertua
Sampling. Analisis univariat dilakukan pada
berusia 59 tahun. Berdasarkan jenis kelamin,
setiap variabel, sementara analisis bivariat
responden paling banyak yaitu perempuan
dilakukan untuk mengetahui hubungan antar
sebanyak 74 orang (77,89%) sedangkan
variabel dalam bentuk tabulasi silang
responden laki-laki sebanyak 21 orang
(crosstab) dengan menggunakan program
(22,11%). Adapun berdasarkan distribusi
STATA 12 dengan uji statistik chi-square.
posbindu, responden paling banyak
ditemukan pada Posbindu Cerdik I
HASIL Kel.Buakana yaitu sebanyak 20 orang
(21,05%) dan paling sedikit ditemukan pada
Berdasarkan karakteristik, kelompok
Posbindu Cerdik II Kel.Rappocini sebanyak
umur responden paling banyak pada usia 51
10 orang (10,53%). Secara rinci dapat dilihat
pada tabel berikut ini :
Tabel 1

Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Responden pada Posbindu


di Wilayah Kerja Puskesmas Ballaparang Kota Makassar Tahun 2018

Karakteristik Responden N %
Umur (Tahun)
< 20 1 1,05
21-30 9 9,47
31-40 15 15,79
41-50 27 28,42
51-60 43 45,26
Jenis Kelamin
Laki-laki 21 22,11
Perempuan 74 77,89
Posbindu
Cerdik I (Buakana) 20 21,05
Cerdik II (Buakana) 18 18,95
Cerdik I (Rappocini) 16 16,84
Cerdik II (Rappocini) 10 10,53
Cerdik I (Ballaparang) 16 16,84
Cerdik II (Ballaparang) 15 15,79

Sumber: Data primer, 2018

Dari 95 responden 56,84 % tergolong sebanyak 67 responden (70,53%), sebanyak


normotensi, 16,84% prehipertensi dan 28 responden (29,47%) memiliki status gizi
26,32% mengalami hipertensi. Distribusi normal. Dari lingkar perut, sebanyak 63
responden berdasarkan riwayat keluarga responden (66,32%) mengalami obesitas
terdapat 45 responden (47,37%) memiliki sentral. Sedangkan 32 orang (33,68%)
riwayat hipertensi dalam keluarganya. Dari lainnya memiliki lingkar perut yang normal.
45 orang tersebut, 44,44% memiliki ayah/ibu Variabel merokok menunjukkan bahwa lebih
yang menderita hipertensi. Sedangkan banyak responden tidak merokok (50,53%)
sebagian kecil responden 8,89% memiliki dibandingkan tidak merokok (49,47%).
kakek/nenek yang menderita hipertensi. Adapun responden yang memiliki skor stres
Menurut IMT, lebih banyak responden yang tinggi hanya 17,89% sedangkan 82,11%
memiliki status gizi tidak normal yaitu lainnya memiliki skor stres rendah.
Tabel 2

Distribusi Variabel Dependen dan Variabel Independen di Wilayah Kerja


Puskesmas Ballaparang Kota Makassar

Karakteristik Responden n % p value


Status Tekanan Darah
Normal 54 56,84
Prehipertensi 16 16,84
Hipertensi 25 26,32
Riwayat Keluarga
Tidak 45 47,37 0,000
Ya 50 52,63
Indeks Massa Tubuh
Normal 28 29,47 0,497
Tidak Normal 67 70,53
Obesitas Sentral
Normal 32 33,68 0,033
Obesitas Sentral 63 66,32
Merokok
Tidak 48 50,53 0,024
Ya 47 49,47
Stres
Rendah 78 82,11 0,330
Tinggi 17 17,89
Sumber: Data primer, 2018
Hasil analisis bivariat dengan menggunakan
chi-square menunjukkan bahwa ada
hubungan antara variabel riwayat keluarga
(p=0,000), obesitas sentral (p=0,033), dan
PEMBAHASAN
merokok (p=0,024) dengan kejadian
hipertensi. Sedangkan, variabel yang tidak
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
berhubungan dengan hipertensi adalah IMT
variabel riwayat keluarga tidak memiliki
(p=0,497) dan stres (p=0,330).
hubungan yang siginifikan dengan kejadian
hipertensi. Hal ini disebabkan karena

seseorang yang mempunyai riwayat keluarga


hipertensi beberapa gennya akan berinteraksi
dengan lingkungan dan menyebabkan
peningkatan tekanan darah. Peran faktor
genetik terhadap timbulnya hipertensi
terbukti dengan ditemukannya kejadian
bahwa hipertensi lebih banyak pada kembar
monozigot (satu sel telur) daripada
heterozigot (berbeda sel telur). Seorang
penderita yang mempunyai sifat genetik

hipertensi primer (esensial) apabila


dibiarkan secara alamiah tanpa intervensi
terapi, bersama lingkungannya akan

responden yang mengalami obesitas sama-


menyebabkan hipertensinya berkembang dan
sama tinggi pada responden yang mengalami
dalam waktu sekitar 30-50 tahun akan timbul
hipertensi maupun normotensi. Penelitian ini
6
tanda dan gejala. Hasil penelitian ini sejalan
sejalan dengan penelitian Sholeh dan Susilo
dengan penelitian yang dilakukan oleh
yang menyatakan dari hasil uji korelasi
Ranasinghe et al pada pasien hipertensi di Sri
spearmen’s rho didapat P-value = 0,140 > α
Langka menyatakan bahwa hipertensi pada
0,05 dan koefisiensi korelasi (r) 0,254, yang
orang dewasa secara signifikan lebih tinggi
dapat diartikan bahwa H1 ditolak atau tidak
pada pasien dengan riwayat keluarga (29,3%,
ada hubungan antara IMT (Indeks Massa
n = 572/1951) daripada yang tidak (24,4%, n
Tubuh) dengan kejadian hipertensi pada
7
= 616/2530) (p <0,001). wanita usia >45 tahun di Poli Penyakit
.8
Jantung RSD dr. Soebandi Jember Hasil
Hasil uji statistik diperoleh bahwa tidak
yang berbeda ditemukan pada penelitian
ada hubungan yang signifikan antara IMT
lainnya yang menyatakan bahwa ada
dengan hipertensi. Hal ini disebabkan karena
hubungan antara IMT dan tekanan darah
sentral dengan hipertensi. Lingkar pinggang
9
pada penderita hipertensi. dikatakan mempunyai korelasi yang tinggi
dengan jumlah lemak intra abdominal. Jaringan
Hasil uji statistik diperoleh bahwa ada lemak intrabdominal terdiri dari lemak viseral
hubungan yang signifikan antara obesitas atau lemak intraperitoneal yang terdiri dari
lemak omental dan mesenterial serta masa
lemak retro-peritoneal. Lemak intra abdominal
adalah lemak yang berbahaya karena lemak
yang berada dibagian perut paling bawah ini
akan mengeluarkan asam lemak bebas dan
puluhan hormon yang dapat menimbulkan
beragam masalah seperti meningkatkan
10
tekanan darah, penyakit jantung dan stroke.
Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian
lain yang menunjukkan terdapat hubungan
signifikan antara lingkar abdomen dengan
tekanan darah sistolik pada subjek laki-laki dan
11
perempuan (p<0,01 dan p<0,05).

Hasil uji statistik diperoleh bahwa ada


hubungan yang signifikan antara merokok
dan hipertnsi. Jumlah responden perokok dan
bukan perokok hampir sama. Perokok yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah
responden yang mengkomsumsi rokok (aktif)
maupun yang hanya menghirup asap rokok
(pasif). Responden yang dominan merupakan
perokok pasif perlu diwaspadai. Pasalnya,
pada perokok pasif peningkatan tekanan
darah tergantung pada lama dan jenis
paparan asap rokok yang diterima dari
lingkungan. Leone et al dalam penelitiannya
14
juga menyimpulkan bahwa merokok Kawangkoan. Namun,penelitian lain
menyatakan bahwa
bertindak sebagai faktor risiko independen stres

yang dapat meningkatkan penyakit berpengaruh terhadap peningkatan tekanan


kardiovaskuler. Sehingga ada hubungan yang 15
darah meskipun efeknya relatif kecil.
erat antara merokok dan hipertensi meskipun
masih sulit menentukan peran spesifik
masing-masing dari keduanya ketika KESIMPULAN DAN SARAN
12
dikaitkan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Hasil uji statistik diperoleh bahwa tidak riwayat keluarga, obesitas sentral dan
ada hubungan yang signifikan antara stres merokok memiliki hubungan terhadap
kejadian hipertensi, sedangkan IMT dan stres
dengan hipertensi. Hasil tersebut tidak memiliki hubungan yang signifikan
menunjukkan bahwa responden masih terhadap kejadian hipertensi pada
memiliki emosi yang stabil dan terkontrol pengunjung posbindu di wilayah kerja
namun memiliki tingkat aktivitas yang padat Puskesmas Ballaparang Kota Makassar.
sehingga sulit bersantai. Biasanya keadaan
Adapun saran dalam penelitian ini adalah
stress hanya akan meningkatkan tekanan
bagi kader posbindu sebaiknya lebih aktif
darah untuk sementara waktu dan akan
berpartisipasi mensosialisasikan kegiatan
kembali normal setelah stress menurun. Hal
posbindu dan membantu pada setiap
ini dikarenakan kondisi stres yang membuat
pelaksanaan posbindu serta bagi petugas
tubuh menghasilkan hormon adrenalin lebih
kesehatan sebaiknya lebih sering melakukan
banyak, membuat jantung berkerja lebih kuat
penyuluhan terkait penyakit degeneratif
dan cepat. Namun, apabila keadaan ini
seperti hipertensi serta faktor risikonya yang
berulang dapat menimbulkan masalah pada
dapat dihindari kepada masyarakat di
psikologis maupun kesehatan lainnya seperti
wilayah kerja puskesmasnya. Bagi peneliti
13
hipertensi. Penelitian yang dilakukan oleh selanjutnya, sekiranya dapat melanjutkan
Gerugan., dkk menemukan hasil yang penelitian yang serupa dengan menggunakan
variabel penelitian yang lainnya.
serupa. Hasil penelitian tersebut
menyimpulkan bahwa tidak ada hubungan
stres dengan kejadian hipertensi di

Puskesmas
DAFTAR PUSTAKA
Risiko yang Berhubungan dengan
1. Michael, Natalia D, Margaretta SL,
Kejadian Hipertensi Usia Produktif
Putra WD, Rosela C. Tata Laksana
(25-54 Tahun). Unnes J Public Heal
Terkini pada Hipertensi Tata Laksana
[Internet]. 2015 Oct 1 [cited 2017 Dec
Terkini pada Hipertensi. J Kedokt
editek. 2014;20(52):36–41.
12];4(4). Available from:
https://doaj.org/article/2e2656af4fdd4
2. WHO. Global Status Report On
a968968a3b37587bb6d
Noncommunicable Diseases.
Switzerland: WHO Press; 2014. 10 p.
10. Sudoyo A, B S, Alwi I, Simadibrata
M, Setiati S. Buku ajar ilmu penyakit
3. Kementerian Kesehatan RI. Profil dalam. 3rd ed. 2009. 1977-1980 p.
Penyakit Tidak Menular Tahun 2016.
Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 11. Sari MK, Lipoeto NI, Herman RB.
2017. Hubungan Lingkar Abdomen
( Lingkar Perut ) dengan Tekanan
4. Dinas Kesehatan Kota makassar.
Darah. J Kesehat Andalas.
Profil Kesehatan Kota Makassar.
2016;5(2):456–61.
Makassar; 2016.

5. Puskesmas Ballaparang. Data 12. Leone A. Smoking and hypertension. J


Sekunder Puskesmas Ballaparang. Cardiol Curr Res. 2015;2(2).
Makassar; 2018.
13. Irza S. Analisis Faktor-Faktor Risiko
6. Sutanto. Cegah dan Tangkal Penyakit Hipertensi pada Masyarakat Nagari
Modern (Hipertensi, stroke, Jantung, Bungo Tanjung, Sumatera Barat. Fak
Kolesterol dan Diabetes). Yogyakarta: Farm USU. 2009;
CV.Andi Offset; 2010.
14. Gerugan MA, Angela KF, Rahayu
7. Ranasinghe P, Cooray DN, AH. Hubungan antara Umur, Aktivitas
Jayawardena R, Katulanda P. The Fisik, dan Stress dengan Kejadian
Influence of Family History of Hipertensi di Puskesmas Kawangkoan.
Hypertension on Disease Prevalence J FKM Univ Sam Ratulangi.
and Associated Metabolic Risk 2016;3(1).
Factors Among Sri Lankan Adults.
BMC Public Health [Internet]. 15. Gasperin D, Netuveli G, Dias-da-
2015;15(576):1–9. Available from: Costa JS, Pattussi MP. Effect of
http://dx.doi.org/10.1186/s12889-015- Psychological Stress on Blood
1927-7 Pressure Increase: A Meta-analysis of
8. Sholeh BD, Susilo C. Hubungan IMT cohort studies. Cad saude publica /
(Indeks Massa Tubuh) dengan Kejadian Minist da Saude, Fund Oswaldo Cruz,
Hipertensi pada Wanita Usia >45 Tahun
di Poli Penyakit RSD dr.Soebandi Esc Nac Saude Publica.
Jember. J keperawatan Ilmu Kesehat 2009;25(4):715–26.
9. UMJ. 2014;(June):1–11.
Agustina R, Raharjo BB. Faktor
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FIKES UNIVERSITAS BOROBUDUR

Pengkajian Keperawatan Medikal Bedah

HARI/TANGGAL : KAMIS JAM 17.00 / 5 oktober 2020 Ruang Sukarni Rs


Proklamasi Karawang

I.IDENTITAS

A.PASIEN

Nama :Ny.E

JenisKelamin :Perempuan

Umur :57 th

Agama :Islam

StatusPerkawinan :Menikah

Pekerjaan :Iburumahtangga

Pendidikanterakhir :SD

Alamat :Rengasdengklok Karawang

No. RM :017597

DiagnostikMedis :Hipertensi

TglmasukRS :04

november 2020 jam 09 wib

PENANGGUNGJAWAB

Nama :Ny. Hesti

Umur :25 th

Pendidikan :SMA

Pekerjaan :BURUH
Alamat :SDA

II.RIWAYATKEPERAWATAN

A.RIWAYAT KESEHATAN PASIEN

1.Riwayat Penyakit Sekarang

a.pasien datang keig d dengan keluhan sakit kepala, kepala terasa berat,mual,kepalaterasa
berputar dan sakit tengkuk keluhan dirasakan sejak 2 harisebelum masuk rumah
sakit,tensi 190/110 Mmhg ,Nadi 88x/ menit,Suhu 36,50c ,Respirasi 26x/menit,infuse RL
20 Tts / menit. Akral dingin, canul oksigen terpasang 4lt/ menit.

2.Riwayat Penyakit Masa Lalu

Pasien menderita penyakit hipertensi sejak 5 tahun yang lalu,pasien rutin berobat sebulan
sekali ke klinik terdekat, pasien mengkonsumsi obat amlodipin 10 mg dan candesartan 8
mg rutin di minum setiap hari,klien pernah menjalani operasi mata ( katarak kanan ) 2
tahun yang lalu di RS.Cicendo Bandung.

RIWAYATKESEHATANKELUARGA

Genogram(minimal3genera

57
PENGKAJIAN BIOLOGIS (Dikaji sebelum dan sesudah sakit)

RASA AMAN DAN NYAMAN:

Sebelum sakit pasien biasa melakukan kegiatan mengurus rumah dan memenuhi kebutuhan
sendiri secara mandiri

Sesudah sakit kebutuhan pasien di bantu oleh keluarga dan pasien merasa kurang nyaman
karena takut merepokan keluarga

AKTIFITASISTIRAHAT–TIDUR

AKTIFITAS :

Sebelum sakit : pasien terbiasa melakukan kegiatan rumah tangga seperti mencuci,
memasak,mengepel,serta mengikuti kegiatan mengaji seminggusekali

Sesudah sakit: Pasien hanya terbaring di tempat tidur,mengeluh lemas,kebutuhan di bantu


keluarga

ISTIRAHAT :

Sebelum sakit :pasien tidak terbiasa tidur siang

Sesudah sakit :pasien tidak bisa tidur siang

TIDUR

Sebelum sakit :pasien biasa tidur jam 21.00 wib dan bangun pada waktu subuh jam 04.30
,sesekali terbangun untuk BAK,pasien tidak mengalami kesulitan tidur

Sesudah sakit :pasien sering terbangun karena sakit kepala dan tengkuk,pasien biasa tidur
kuang lebih 6 jam dalam semalam

CAIRAN

Sebelumsakit :pasienminum kuranglebih 8 gelas air putih per hari ,tidak suka minumkopi,tidk
mengkonsumsi alcohol,tidak ada c pantangan dan alergi terhadap minuman.

Sesudah sakit :pasien terpasang infuse RL 20 tts/ menit, tidak ada program pembatasan cairan
NUTRISI

Sebelum sakit :pasien terbias amakan 3 x sehari dengan nasi putih,ikan, sayur,dan ikan asin,
pasien tidak memiliki pantangan dan alergi makanan,tidak ada masalah dalam pemenuhan
nutrisi

Sesudah sakit :pasien makan 3 x sehari dengan diit nasi tim dan rendah garam, tidak ada gigi
palsu dan gangguan dalam mengunyah makanan.

ELIMINASI:URINEDANFESES

Eliminasi feses:

Sebelum sakit :Pasien BAB sehari sekali setiap pagi ,konsistensi lembek tidak ada gangguan
defekasi.

Sesudah sakit :pasien di rawat hari ke 2 baru BAB 1kali

b )EliminasiUrine:

Sebelum sakit :pasien BAK 3-4 X dalam sehari,tidak ada keluhan BAK

Sesudah sakit :pasien BAK 4-5 X dalam sehari semalam ,tidak terpasang dower catheter
,warna urin kuning jernih,tidak ada gangguan eliminasi, ketoilet di bantu oleh keluarga

KEBUTUHAN OKSIGENASI DAN KARBON DIOKSIDA

PERNAFASAN

Sebelum sakit :pasien dapat bernafas dengan normal

Sesudah sakit :pasien dapat bernafas di bantu oksigen, ada cuping hidung. Respirasi 26x/
menit

KARDIVASKULER :

Sebelum sakit :pasien menderita hipertensi sejak tahun 2015

Sesudah sakit ;pasien mengeluh sakit bagian tengkuk,pusing dan sebelum di rawat pasien
mengkonsumsi obat rutin hipertensi amlodipine 10 mg dan candesartan 8 mg

PERSONALHYGIENE :
Sebelum sakit :pasien mandi 3x/ hari, gosok gigi 2x/ hari

Sesudah sakit :pasien mandi 2x/ hari di bantu keluarganya, gosok gigi 1x/ hari. Pasien tampak
bersih dan terawat

SEX :

Sebelum sakit :pasien tidak mengalami gangguan hubungan suami isteri prekuensi 2x /
minggu

Sesudah sakit :pasien tidak melakukan hubungan suami isteri selama di rawat di rumah sakit.

PENGKAJIANPSIKOSOSIALDANSPIRITUAL:

Psikologi :

StatusEmosi

Sebelum sakit :keluarga menyatakan pasien mempunyai kepribadian yang tenang.

Sesudah sakit :pasien terlihat tenang,kooperatif saat berdialog dengan perawat dan keluarga,
pasien merasa senang karena banyak dukungan dari keluarga.

Konsepdiri:

Sebelum sakit :pasien merasa puas dan bangga menjalani peran sebagai isteri dan ibu untuk
keluarganya,pasien memiliki hobby menanam bunga.

Sesudah sakit :pasien ingin segera,sembuh dan pulang agar bias menjalani perannya sebagai
ibu dan isteri

Hubungan sosial:

Sebelum sakit : pasien menpunyai hubungan yang baik dengan keluarga dan lingkungan
sekitar, pasien mempunyai kegiatan pengajian rutin seminggu sekali.

Sesudah sakit :pasien merasa senang karena kelurga dan kerabat silih berganti mengunjungi
pasien selama dalam masa perawatan

Spiritual :

Sebelum sakit : pasien seorang muslim dan taat menjalani sholat 5 waktu dan mengikuti
pengajian rutin.
Sesudah sakit : pasien masih bisa menjalani kewajiban sholat 5 waktu walau pun wudhu
dengan cara bertayamum.

PEMERIKSAANFISIK

A. KEADAANUMUM
1. Pasien sasat di lakukan pengkajian dalam keadaan sadar penuh,dapat berkomunikasi dengan
Baik, TD 190/ 110 mmhg,R. 26 x/ menit, terpasang canul oksigen 4 lt/ menit,nadi 88x/
menit, suhu 36,50C, tinggi badan 155 cm, berat badan 60 kg, berkulit sawo matang,
mengeluh nyeri tengkuk skala nyeri 5,menyebar ke punggung,lemas dan sesak,tidak
B. PEMERIKSAAN CEPALOKAUDAL

1. Kepala

a.Bentuk simetris,tidak ada lesi,berambut hitam sebagian beruban

b.Mata:,Od pseudofakiapositif, konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik,reflekcahaya


positif.

c.Telinga :bentuk simetris tidak ada gangguan pendengaran.

d.Hidung:bentuksimetris,tidak terdapat polip,tidak ada kelainan penciuman,tidak ada lesi,


terpasang selang oksigen.

e.Mulut : bentuk simetris,tidak adalesi,tidak terdapat gigi palsu,tidak ada kelainan suara

2.Leher: tidak terdapat benjolan

Bentuk simertis,tidak ada pembesaran thyroid,tidak ada pembengkakan kelenjar getah


bening,tidak ada pembesaran tonsil ,tidak ada tekanan JVP, tidak,Nyer itelan.

3.Dada

a.Inspeksi:Bentuk dada simetris,,tidak ada retraksi otot dada,pernafasan meningkat

b.Auskultasi:Suara pernafasan reksonan,Bunyi jantung gallop (positif),murmur (positif)

c.Perkusi: tidak ada bunyi pekak


d.Palpasi: simetris,tidak ada nyeri tekan, tidak ada Massa, Pernafasan normal,

4.Abdomen

a. Inspeksi:bentuk simetris, terdapat stiae pada area perut,

b.Auskultasi:bising usus normal 5-34 kali/ menit

c. Perkusi: tidak ada bunyi pekak

d. Palpasi:tidak ada masa,tonus otot baik

5.Genetalia,Anusdanrektum

Tidakadakelainan,tidakterpasang dower chateter

6.Ekstremitas:

a.Atas: jari tangan kiri


kananlengkap,tidakadalesi,tonusototbaik,lengankiriterpasanginfus,tidak adaalat bantu jalan,
akral dingin

b.Bawah:jari kaki kanan kiri lengkap,tidak ada oedema tungkai,pasien, tidak adalesi, tonus
otot baik,pasien berjalan kekamar mandi di bantu oleh keluarga

IV.PEMERIKSAANPENUNJANG

Data Lab/Diagnostik yang Signifikan

Tanggal Test Hasil HasilNormal Alasan untuk

5-11-2020 Darahrutin
Hemoglobin 10,2 g/dl 12.0 -14.0

Trombosit 204ribu/ ul 150.0- 450.0

Leukosit 3.8 ribu/mm3 5.0 - 10.0

Limfosit 39% 20 - 40

Eosinophil 0% 0-3

Hematocrit 18,5 % 37.0 - 43,0

Basofil 0% 0-1

FORMAT PENCATATAN ASUHAN KEPERAWATAN ANALISA DATA

No TGL/JAM DATAFOKUS ETIOLOGI PROBLEM


5-11-2020 Ds:pasien mengeluh nyeri tengkuk Peningkatan Penurunan curah
skala nyeri 6,pusing,sesak nafas kontraktilitas jantung
1 Jam 16.30
jantung
Do: tensi 190/110 mmhg

Nadi 88x/ menit

Respirasi 26x/ menit

02 terpasang 4lt/menit Perpusi jaringan


2 5-11-2020
Gangguan cardio pulmonal
Akraldingin
transportasi tidak efektif
DS: pasien mengeluh sesak,lemas oksigen

Do:respirasi 26x/ menit

Akral dingin

Terpasang canul oksigen 4lt/ menit

Hb 10,2 g/dl
3. 5-11-2020 Intoleransi
aktivitas

Ds: pasien mengeluh lemas Ketidakseimbaga

Pasien mengeluh cepat cape n suplai oksigen

Pasien di anjurkandruntukbanyak

DIAGNOSAKEPERAWATANDANPRIORITASDIAGNOSA
No TGL/JAM DIAGNOSA PRIORITAS
1. 5-11-2020 Penurunan curah jantung b/d kontraktilitas
jantung

2.
Perfusi jaringan cardio pulmonal
5-11-2020
tidakefektif b/d gangguan transport
oksigen

RENCANAKEPERAWATAN

Diagnosa Keperawatan/ Masalah Kolaborasi Rencana


keperawatan
Tujuan dan Kriteria Intervensi
Hasil
Penurunan curah jantung b/d gangguan irama NOC : NIC :
jantung, stroke volume, pre load dan afterload,
Cardiac Pump Evaluasi adanya nyeri
kontraktilitas jantung.
effectiveness dada

Circulation Status Catat adanya disritmia


DO/DS: jantung
Vital Sign Status
Aritmia, takikardia, bradikardia Catat adanya tanda dan
Tissue perfusion:
gejala penurunan
Palpitasi, oedem perifer
cardiac putput
Kelelahan Setelah dilakukan
Monitor status
asuhan selama………
Peningkatan/penurunan JVP pernafasan yang
penurunan kardiak
Distensi vena jugularis menandakan gagal
output klien teratasi
jantung
Kulit dingin dan lembab dengan kriteria hasil:
Monitor balance cairan
Penurunan denyut nadi perifer Tanda Vital dalam
Oliguria, kaplari refill lambat rentang normal Monitor respon pasien
(Tekanan darah, Nadi, terhadap efek
Nafas pendek/ sesak nafas
respirasi) pengobatan antiaritmia
Perubahan warna kulit
Dapat mentoleransi Atur periode latihan dan
Batuk, bunyi jantung S3/S4 aktivitas, tidak ada istirahat untuk

Kecemasan kelelahan menghindari kelelahan

Tidak ada edema paru, Monitor toleransi


perifer, dan tidak ada aktivitas pasien
asites
Monitor adanya
Tidak ada penurunan dyspneu, fatigue,
kesadaran tekipneu dan ortopneu

AGD dalam batas Anjurkan untuk


normal menurunkan stress

Tidak ada distensi Monitor TD, nadi, suhu,


vena leher dan RR

Warna kulit normal Monitor VS saat pasien


berbaring, duduk, atau
berdiri

Auskultasi TD pada
kedua lengan dan
bandingkan

Monitor TD, nadi, RR,


sebelum, selama, dan
setelah aktivitas

Monitor jumlah, bunyi


dan irama jantung

Monitor frekuensi dan


irama pernapasan

Monitor pola
pernapasan abnormal

Monitor suhu, warna,


dan kelembaban kulit

Monitor sianosis perifer

Monitor adanya cushing


triad (tekanan nadi yang
melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)

Identifikasi penyebab
dari perubahan vital
sign

Jelaskan pada pasien


tujuan dari pemberian
oksigen

Sediakan informasi
untuk mengurangi stress

Kelola pemberian obat


anti aritmia, inotropik,
nitrogliserin dan
vasodilator untuk
mempertahankan
kontraktilitas jantung

Kelola pemberian
antikoagulan untuk
mencegah trombus
perifer

Minimalkan stress
lingkungan
NIC :

Monitor nyeri dada


(durasi, intensitas dan
faktor-faktor presipitasi)

Observasi perubahan
ECG

Auskultasi suara
jantung dan paru

Monitor irama dan


jumlah denyut jantung

Monitor angka PT, PTT


dan AT

Monitor elektrolit
(potassium dan
magnesium)

Monitor status cairan

Evaluasi oedem perifer


dan denyut nadi
Monitor peningkatan
kelelahan dan
kecemasan

Instruksikan pada
pasien untuk tidak
mengejan selama BAB

Jelaskan pembatasan
intake kafein, sodium,
NOC :
kolesterol  dan lemak
Cardiac pump
Kelola pemberian obat-
Effectiveness
obat: analgesik, anti
Circulation status koagulan, nitrogliserin,
vasodilator dan diuretik.
Tissue Prefusion :
cardiac, periferal Tingkatkan istirahat
(batasi pengunjung,
Vital Sign Statusl
kontrol stimulasi
Setelah dilakukan
lingkungan)
Perfusi jaringan kardiopulmonal tidak efektif asuhan selama………
b/d gangguan afinitas Hb oksigen, penurunan ketidakefektifan
konsentrasi Hb, Hipervolemia, Hipoventilasi, perfusi jaringan NIC :
gangguan transport O2, gangguan aliran arteri kardiopulmonal
Pertahankan teknik
dan vena teratasi dengan
aseptif
kriteria hasil:
Batasi pengunjung bila
DS: Tekanan systole dan
perlu
diastole dalam rentang
Nyeri dada
yang diharapkan Cuci tangan setiap
Sesak nafas sebelum dan sesudah
CVP dalam batas
tindakan keperawatan
DO normal
Gunakan baju, sarung
AGD abnormal Nadi perifer kuat dan
tangan sebagai alat
simetris
Aritmia pelindung
Tidak ada oedem
Bronko spasme perifer dan asites Ganti letak IV perifer
dan dressing sesuai
Kapilare refill > 3 dtk Denyut jantung, AGD,
dengan petunjuk umum
ejeksi fraksi dalam
Retraksi dada
batas normal Gunakan kateter
Penggunaan otot-otot tambahan intermiten untuk
Bunyi jantung
menurunkan infeksi
abnormal tidak ada
kandung kencing
Nyeri dada tidak ada
Tingkatkan intake
Kelelahan yang nutrisi
ekstrim tidak ada
Berikan terapi
Tidak ada antibiotik:.......................
ortostatikhipertensi ..........

Monitor tanda dan


gejala infeksi sistemik
dan lokal

Pertahankan teknik
isolasi k/p

Inspeksi kulit dan


membran mukosa
terhadap kemerahan,
panas, drainase

Monitor adanya luka


NOC :
Dorong masukan cairan
Self Care : ADLs
Dorong istirahat
Toleransi aktivitas
Ajarkan pasien dan
Konservasi eneergi
keluarga tanda dan
Setelah dilakukan gejala infeksi
tindakan keperawatan
Kaji suhu badan pada
selama …. Pasien
pasien neutropenia
bertoleransi terhadap
aktivitas dengan setiap 4 jam
Kriteria Hasil :

Berpartisipasi dalam
aktivitas fisik tanpa
disertai peningkatan
tekanan darah, nadi
dan RR

Mampu melakukan
aktivitas sehari hari
(ADLs) secara
mandiri

Keseimbangan
aktivitas dan istirahat

Intoleransi aktivitas

Berhubungan dengan :

Tirah Baring atau imobilisasi

Kelemahan menyeluruh

Ketidakseimbangan antara suplei oksigen


dengan kebutuhan

Gaya hidup yang dipertahankan.

DS:

Melaporkan secara verbal adanya kelelahan atau


kelemahan.

Adanya dyspneu atau ketidaknyamanan saat


beraktivitas.

DO :
Respon abnormal dari tekanan darah atau nadi
terhadap aktifitas

Perubahan ECG : aritmia, iskemia

IMPLEMENTASIDANEVALUASI

NO TGL/JAM IMPLEMENTASI EVALUASI TINDAKAN TTD/NAMA


6-11-2020 Melakukan evaluasi adanya Yanti
nyeri tengkuk; S.pasienmenyatakannyeriteng
kukberkurang,
15-10-2020 memonitor status pernafasan O.Td 170/100mmhg
-memonitor vital sign N.88x/ menit
-memonitortoleransi aktivitas R.26 x / menit
-memonitor balance cairan A.masalahbelumteratasi
Memoitor adanya nyeri dada P. lanjutkanintervensi
15-10-2020 -memonitor irama dan jumlah S .pasien mengatakan sakit
denyut jantung dada berkurang
-menganjur kan pasien untuk O.pasien tenang,
tidak mengejan saat BAB- A.masalah belum teratasi
membatasipengunjung P.lanjutkanintervensi

memonitorpeningkatankelela S.pasienmenyatakancepat cape


handankecemasan O. kebutuhanpasien di bantu
- keluarga
memonitoradanyapembatasan A. masalahbelumteratasi
15-10 -2020 aktivitas P.lanjutkaninterven
S.pasienmenyatakancepat cape
memonitorpeningkatankelela O. kebutuhanpasien di bantu
handankecemasan keluarga
- A. masalahbelumteratasi
memonitoradanyapembatasan P.lanjutkaninterven
aktivitas
-
memonitorakanadanyakelelah
anfisikdanemosisecaraberlebi
han
-
memonitoradanyaresponkardi
ovaskulerterhadapaktivitas

CATATANPERKEMBANGAN
TANDA
NO HR/TGL CATATAN PERKEMBANGAN
TANGAN
6-11-2020 S: -pasienmengatakantekanandarahnyamulaiturun
Pasienmengatakannyeritengkuksudahjauhberkuran
g
O: pasientampaktenang
Pasientampaktidakmemggunakancanuloksigen.
Respirasi 22x/ menit
Akralhangat

A: masalahteratasi
6-11-2020
P: hentikanimplementasi

Yanti
S: pasienmenyatakankesehatannyajauhlebihbaik
Pasienmenyatakantidakmengedansaatbab
O: tensi 150/90 mmhg
Respirasi 22x/ menit
A: masalahteratasi
P: hentikanimplementasi

S: pasienmasih di bantu
keluargadalammemenuhikebutuhannya
O: keadaanumumpasienbaik
A:

Anda mungkin juga menyukai