Anda di halaman 1dari 42

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Harga diri rendah adalah keadaan dimana seseorang sering mengalami
kegagalan, tidak dicintai atau tidak diterima lingkungan (Stuart & Sundeen, 1998).
Harga diri rendah merupakan gangguan mental yang sering terjadi di tengah
masyarakat. Berawal dari stres yang tidak diatasi, maka seseorang bisa jatuh ke
fase harga diri rendah. Penyakit ini kerap diabaikan karena dianggap bisa hilang
sendiri tanpa pengobatan. Harga diri rendah yang tidak diterapi dengan baik bisa
berakhir dengan bunuh diri. Secara global lima puluh persen dari penderita harga
diri rendah berpikiran untuk bunuh diri, tetapi yang akhirnya mengakhiri hidupnya
ada lima belas persen. Selain itu, harga diri rendah yang berat juga menimbulkan
munculnya berbagai penyakit fisik, seperti gangguan pencernaan (gastritis), asma,
gangguan pada pembuluh darah (kardiovaskular), serta menurunkan produktivitas
(Gsianturi, 2006). Harga diri rendah ditandai dengan adanya perasaaan sedih,
murung, dan iritabilitas. Pasien mengalami distorsi kognitif seperti mengeritik diri
sendiri, timbul rasa bersalah, perasaan tidak berharga, kepercayaan diri turun,
pesimis dan atau putus asa. Terdapat rasa malas, tidak bertenaga, retardasi
psikomotor, dan menarik diri dari hubungan sosial. Pasien mengalami gangguan
tidur seperti sulit tidur atau terbangun dini hari. Nafsu makan berkurang, begitu
pula dengan gairah seksual (Nurmiati, 2005).
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat harga diri rendah adalah
gangguan mental yang umum terjadi di antara populasi. Diperkirakan 121 juta
manusia di muka bumi ini menderita harga diri rendah. Dari jumlah itu 5,8 persen
laki-laki dan 9,5 persen perempuan, dan hanya sekitar 30 persen penderita harga
diri rendah yang benar-benar mendapatkan pengobatan yang cukup, sekalipun
telah tersedia teknologi pengobatan harga diri rendah yang efektif. Ironisnya,
mereka yang menderita harga diri rendah berada dalam usia produktif, yakni
cenderung terjadi pada usia kurang dari 45 tahun. Tidaklah mengherankan, bila
diperkirakan 60 persen dari seluruh kejadian bunuh diri terkait dengan harga diri
rendah (termasuk skizofrenia).
Beberapa faktor penyebab harga diri rendah, yaitu mulai dari faktor genetik
sampai degan faktor nongenetik. Faktor genetik, ketidakseimbangan biogenik
amin, gangguan neuroendokrin, dan perubahan neurofidiologi, serta faktor
psikologik seperti kehingan objek yang dicintai, hilangnya harga diri, distorsi
kognitif, ketidakberdayaan yang dipelajari dan faktor-faktor lain, diduga berperan
dalam terjadinya harga diri rendah (Nurmiati, 2005).
Tidak semua harga diri rendah harus diobati karena ada harga diri rendah
yang sembuh tanpa diterapi. Artinya, harga diri rendah hilang seiring dengan
perjalanan waktu. Ini terjadi bila harga diri rendah masih dalam batas wajar. Tetapi
ada juga harga diri rendah yang tidak bisa sembuh sendiri. Bahkan, memerlukan
waktu bertahun-tahun untuk proses penyembuhan. Terapi harga diri rendah terdiri
dari konseling, psikoterapi dan terapi farmakologi (dengan pemakain obat
antidepresan), dukungan kelompok, serta terapi kognitif. Terkadang, para
penderita harga diri rendah memerlukan rawat inap di rumah sakit. Selain itu,
kepatuhan menggunakan obat antidepresan juga menjadi pertimbangan seorang
penderita harga diri rendah menjalani rawat inap di rumah sakit. Agar tidak
mengalami harga diri rendah, setiap orang memperkuat daya tahan mental,
melatih diri agar bisa fleksibel, memiliki fisik yang sehat, serta mendalami ajaran
agama yang berperan menimbulkan rasa damai.(Gsianturi, 2006)

B. Tujuan
1. Tujuan umum
Setelah mengikuti membaca dan memahami makalah tentang Asuhan
keperawatan pada pasien dengan harga diri rendah ini mahasiswa diharapkan
dapat menerapkan proses keperawatan yang tepat sesuai dengan standart yang
telah ada pada pasien dengan harga diri rendah

2. Tujuan khusus
Setelah mengikuti membaca dan memahami makalah ini mahasiswa
diharapkan mampu :
a. Menjelaskan konsep harga diri rendah (definisi, etiologi, patofisiologi,
klasifikasi, manifestasi klinis, penatalaksanaan, komplikasi dan prognosis)
b. Mengidentifikasi pengkajian pada pasien dengan harga diri rendah
c. Merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien dengan harga diri rendah
d. Merencanakan tindakan keperawatan pada paisen dengan harga diri rendah
e. Melakukan tindakan perawatan pada pasien dengan harga diri rendah

C. Manfaat
1. Teoritis
Pemahaman tentang harga diri rendah dapat dijadikan sebagai salah satu
dasar dalam pengembangan IPTEK dalam bidang keperawatan khususnya dalam
pengembangan perawatan pasien dengan harga diri rendah. Hal ini sangat
diperlukan untuk menekan angka kejadian harga diri rendah ditengan kekacauan-
kekacauan yang terjadi di muka bumi ini yang tentunya menjadi salah satu faktor
yang memicu terjadinya harga diri rendah.

2. Praktis
Asuhan keperawatan pada pasien harga diri rendah tidak hanya digunakan
untuk pasien-pasien dengan gangguan jiwa saja, tetapi dapat juga digunakan
dalam upaya penjegahan terjadinya harga diri rendah atau terjadinya kekambuhan
pada penderita pasca harga diri rendah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Medis

1. Definisi
Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan
menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri, pencapaian ideal
diri atau cita-cita atau harapan langsung menghasilkan perasaan berharga. Harga
diri rendah adalah keadaan dimana individu sering mengalami kegagalan dalam
pencapaian tujuan (Keliat, 1992).
Harga diri rendah adalah keadaan dimana seseorang sering mengalami
kegagalan, tidak dicintai atau tidak diterima lingkungan (Stuart & Sundeen, 1998).
Harga diri rendah adalah keadaan dimana individu mengalami evaluasi diri negatif
yang mengenai diri atau kemampuan (Lynda Juall Carpenito, 2000).
Harga diri rendah adalah individu cenderung untuk menilai dirinya negatif dan
merasa lebih rendah dari orang lain ( Hamid, et al, 2000 : 98 ).
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri
yang berkepanjangan akibat evaluasi diri yg negatif terhadap diri sendiri atau
kemampuan diri.Harga diri rendah yang berkepanjangan termasuk kondisi tidak
sehat pada mental karena dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan lain;
terutama kesehatan jiwa( CMHN, 2006).

2. Tanda dan Gejala


Menurut Sudeen & Stuart (1998) tanda dan gejala harga diri rendah
adalah sebagai berikut:
a. Mengkritik diri / orang lain
b. Produktivitas menurun
c. Gangguan berhubungan
d. Merasa diri paling penting
e. Destruktif pada orang lain
f. Merasa tidak mampu dan bersalah
g. Mudah tersinggung / marah
h. Perasaan negatif terhadap tubuh
i. Ketegangan peran
j. Pesimis menghadapi hidup
k. Keluhan fisik
l. Penolakan kemampuan diri
m. Pandangan hidup bertentangan
n. Destruktif terhadap diri
o. Menarik diri secara sosial dan dari realita
p. Khawatir

3. Penyebab terjadinya Harga Diri Rendah


a. Penolakan
b. Kurang penghargaan
c. Pola asuh over protektif, otoriter, terlalu dituruti, terlalu dituntut.
d. Persaingan
e. Kesalahan dan kegagalan berulang
f. Tidak mampu mencapai standart
g. Mekanisme koping in efektif

4. Efek dari Harga Diri Rendah


a. Resiko perilaku kekerasan
b. Kerusakan interaksi sosial (menarik diri)

5. Jenis Ganguan Harga Diri


a. Situasional yaitu terjadi secara tiba-tiba. Misalnya harus operasi,
kecelakaan, di cerai suami atau istri, putus hubungan kerja, dan
sebagainya. Pada lklien yang dirawat dapat terjadi karena privacy yang
kurang diperhatikan, pemeriksaan fisik yang sembarangan dan
pemasangan alat yang tidak sopan.
b. Kronis yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung lama, klien
mempunyai cara berfikir yang negatif.
6. Faktor Predisposisi
Faktor yang mempengaruhi konsep diri adalah :
a. Faktor yang mempengaruhi harga diri, termasuk penolakan orang tua,
harapan orang tua yang tidak realistis
b. Faktor yang mempengaruhi penampilan peran, yaitu peran yang sesuai
dengan jenis kelamin, peran dalam pekerjaan dan peran yang sesuai
dengan kebudayaan.
c. Faktor yang mempengaruhi identitas diri, yaitu orang tua yang tidak
percaya pada anak, tekanan teman sebaya dan kultur sosial yang
berubah.

7. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi dapat disebabkan oleh faktor dari dalam atau luar
individu ( internal or eksternal sources ), yang dibagi dalam 5 (lima) katagori
sebagai berikut :
a. Ketegangan peran
Adalah stress yang berhubungan dengan frustasi yang dialami individu
dalam peran atau posisi yang diharapkan seperti konsep berikut ini :
1). Konflik Peran
Ketidaksesuaian peran antara yang dijalankan dengan yang diinginkan
2). Peran yang tidak jelas
Kurangnya pengetahuan individu tentang peran yang dilakukannya.
3). Peran yang berlebihan
Kurang sumber yang adekuat untuk menampilkan seperangkat peran
yang kompleks.
b. Perkembangan transisi
Adalah perubahan norma yang berkaitan dengan nilai untuk menyesuaikan
diri.
c. Situasi transisi peran
Adalah bertambah atau berkurangnya orang penting dalam kehidupan
individu melalui kelahiran atau kematian orang yang berarti.
d. Transisi peran sehat sakit
Yaitu peran yang diakibatkan oleh keadaan sehat atau keadaan sakit.
Transisi ini dapat disebabkan :
1). Kehilangan bagian tubuh
2). Perubahan ukuran dan bentuk, penampilan atau fungsi tubuh.
3).Perubahan fisik yang berkaitan dengan pertumbuhan dan
perkembangan.
4). Prosedur pengobatan dan perawatan
e. Ancaman fisik
Ancaman fisik seperti pemakaian oksigen, kelelahan, ketidak seimbangan
biokimia, gangguan penggunaan obat, alkohol dan zat lain.

8. Rentang respon konsep diri

Respo nadaptif Respon maladaptif

Aktualisasi Konsep diri Harga diri Kerancuan Deporsonalisasi


diri positif rendah identitas
(Stuart and Sundeen 1998)

Respon individu terhadap konsep diri berfluktuasi sepanjang rentang


respoadaptif sampai maladaptif.
Respon adaptif dari konsep diri meliputi :
a. Aktualisasi diri
Yaitu pernyataan diri tentang konsep diri yang positif dengan latar belakang
pengalaman nyata yang sukses dan dapat diterima.
b. Konsep diri positif
Yaitu apabila individu mempunyai pengalaman yang positif dalam
beraktualisasi diri dan menyadari hal-hal positif maupun yang negatif dari
dirinya.
Respon maladaptifnya meliputi :
c. Kekacauan identitas
Yaitu kegagalan individu mengintegrasikan aspek-aspek identitas masa
kanak-kanak kedalam kematangan aspek psikososial kepribadian pada masa
dewasa yang harmonis.
d. Depersonalisasi
Yaitu perasaan yang tidak realistis dan asing terhadap diri sendiri yang
berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak dapat membedakan
dirinya dengan orang lain.
Sedangkan harga diri rendah adalah keadaan transisi antara respon adaptif
dan maladaptif dari konsep diri.

9. Konsep Dasar Skizofrenia


a. Pengertian
Skizofrenia adalah suatu diskripsi sindrom dengan variasi penyebab
(banyak belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis atau
deteriorating) yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada
pertimbangan pengaruh genetik, fisik dan sosial budaya (Rusdi Maslim, 1997; 46).

b. Penyebab
1. Keturunan
Telah dibuktikan dengan penelitian bahwa angka kesakitan bagi saudara
tiri 0,9-1,8 %, bagi saudara kandung 7-15 %, bagi anak dengan salah satu
orang tua yang menderita Skizofrenia 40-68 %, kembar 2 telur 2-15 % dan
kembar satu telur 61-86 % (Maramis, 1998; 215 ).
2. Endokrin
Teori ini dikemukakan berhubung dengan sering timbulnya Skizofrenia
pada waktu pubertas, waktu kehamilan atau puerperium dan waktu
klimakterium., tetapi teori ini tidak dapat dibuktikan.
3. Metabolisme
Teori ini didasarkan karena penderita Skizofrenia tampak pucat, tidak
sehat, ujung extremitas agak sianosis, nafsu makan berkurang dan berat
badan menurun serta pada penderita dengan stupor katatonik konsumsi
zat asam menurun. Hipotesa ini masih dalam pembuktian dengan
pemberian obat halusinogenik.
4. Susunan saraf pusat
Penyebab Skizofrenia diarahkan pada kelainan SSP yaitu pada
diensefalon atau kortek otak, tetapi kelainan patologis yang ditemukan
mungkin disebabkan oleh perubahan postmortem atau merupakan artefakt
pada waktu membuat sediaan.
5. Teori Adolf Meyer :
Skizofrenia tidak disebabkan oleh penyakit badaniah sebab hingga
sekarang tidak dapat ditemukan kelainan patologis anatomis atau fisiologis
yang khas pada SSP tetapi Meyer mengakui bahwa suatu suatu konstitusi
yang inferior atau penyakit badaniah dapat mempengaruhi timbulnya
Skizofrenia. Menurut Meyer Skizofrenia merupakan suatu reaksi yang
salah, suatu maladaptasi, sehingga timbul disorganisasi kepribadian dan
lama kelamaan orang tersebut menjauhkan diri dari kenyataan (otisme).
6. Teori Sigmund Freud
Skizofrenia terdapat (1) kelemahan ego, yang dapat timbul karena
penyebab psikogenik ataupun somatik (2) superego dikesampingkan
sehingga tidak bertenaga lagi dan Id yamg berkuasa serta terjadi suatu
regresi ke fase narsisisme dan (3) kehilangaan kapasitas untuk
pemindahan (transference) sehingga terapi psikoanalitik tidak mungkin.
7. Eugen Bleuler
Penggunaan istilah Skizofrenia menonjolkan gejala utama penyakit ini
yaitu jiwa yang terpecah belah, adanya keretakan atau disharmoni antara
proses berfikir, perasaan dan perbuatan. Bleuler membagi gejala
Skizofrenia menjadi 2 kelompok yaitu gejala primer (gaangguan proses
pikiran, gangguan emosi, gangguan kemauan dan otisme) gejala sekunder
(waham, halusinasi dan gejala katatonik atau gangguan psikomotorik yang
lain).
8. Teori lain
Skizofrenia sebagai suatu sindroma yang dapat disebabkan oleh
bermacam-macaam sebab antara lain keturunan, pendidikan yang salah,
maladaptasi, tekanan jiwa, penyakit badaniah seperti lues otak,
arterosklerosis otak dan penyakit lain yang belum diketahui.
9. Ringkasan
Sampai sekarang belum diketahui dasar penyebab Skizofrenia. Dapat
dikatakan bahwa faktor keturunan mempunyai pengaruh. Faktor yang
mempercepat, yang menjadikan manifest atau faktor pencetus
(presipitating factors) seperti penyakit badaniah atau stress psikologis,
biasanya tidak menyebabkan Skizofrenia, walaupun pengaruhnyaa
terhadap suatu penyakit Skizofrenia yang sudah ada tidak dapat disangkal.
(Maramis, 1998).
c. Pembagian Skizofrenia
Kraepelin membagi Skizofrenia dalam beberapa jenis berdasarkan gejala
utama antara lain :
1. Skizofrenia Simplek
Sering timbul pertama kali pada usia pubertas, gejala utama berupa
kedangkalan emosi dan kemunduran kemauan. Gangguan proses berfikir
sukar ditemukan, waham dan halusinasi jarang didapat, jenis ini timbulnya
perlahan-lahan.
2. Skizofrenia Hebefrenia
Permulaannya perlahan-lahan atau subakut dan sering timbul pada masa
remaja atau antaraa 15-25 tahun. Gejala yang menyolok ialah gangguan
proses berfikir, gangguan kemauaan dan adaanya depersenalisasi atau
double personality. Gangguan psikomotor seperti mannerism, neologisme
atau perilaku kekanak-kanakan sering terdapat, waham dan halusinaasi
banyak sekali.
3. Skizofrenia Katatonia
Timbulnya pertama kali umur 15-30 tahun dan biasanya akut serta sering
didahului oleh stress emosional. Mungkin terjadi gaduh gelisah katatonik atau
stupor katatonik.
4. Skizofrenia Paranoid
Gejala yang menyolok ialah waham primer, disertai dengan waham-waham
sekunder dan halusinasi. Dengan pemeriksaan yang teliti ternyata adanya
gangguan proses berfikir, gangguan afek emosi dan kemauan.
5. Episode Skizofrenia akut
Gejala Skizofrenia timbul mendadak sekali dan pasien seperti dalam keadaan
mimpi. Kesadarannya mungkin berkabut. Dalam keadaan ini timbul perasaan
seakan-akan dunia luar maupun dirinya sendiri berubah, semuanya seakan-
akan mempunyai suatu arti yang khusus baginya.
6. Skizofrenia Residual
Keadaan Skizofrenia dengan gejala primernya Bleuler, tetapi tidak jelas
adanya gejala-gejala sekunder. Keadaan ini timbul sesudah beberapa kali
serangan Skizofrenia.
7. Skizofrenia Skizo Afektif
Disamping gejala Skizofrenia terdapat menonjol secara bersamaaan juga
gejala-gejal depresi (skizo depresif) atau gejala mania (psiko-manik). Jenis ini
cenderung untuk menjadi sembuh tanpa defek, tetapi mungkin juga timbul
serangan lagi.

d. Konsep Dasar Skizofrenia Hebefrenik


1. Batasan : Salah satu tipe skizofrenia yang mempunyai ciri-ciri ;
a). Inkoherensi yang jelas dan bentuk pikiran yang kacau
(disorganized).
b). Tidak terdapat waham yang sistemik
c). Efek yang datar dan tak serasi / ketolol – tololan.

2. Gejala Klinik
Gambaran utama skizofrenia tipe hebefrenik berupa :
a). Inkoherensi yang jelas
b). Afek datar tak serasi atau ketolol – tololan.
c). Sering disertai tertawa kecil (gigling) atau senyum tak wajar.
d). Waham / halusinasi yang terpecah – pecah isi temanya tidak
terorganisasi sebagai suatu kesadaran, tidak ada waham sistemik yang
jelas gambaran penyerta yang sering di jumpai.
e). Menyertai pelangaran (mennerism) berkelakar.
f). Kecenderungan untuk menarik diri secara ekstrem dari hubungan
sosial.
g). Berbagai perilaku tanpa tujuan.
Gambaran klinik ini di mulai dalam usia muda (15-25 th) berlangsung pelan –
pelan menahan tanpa remisi yang berarti peterroasi kepribadian dan sosial
terjadi paling hebat di banding tipe yang lain.

e. Penatalaksanaan Medis
Harga diri rendah termasuk dalam kelompok penyakit skizofrenia tidak
tergolongkan, maka jenis penatalaksanaan yang bisa dilakukan adalah:
1. Psikofarmakol
Adalah terapi dengan menggunakan obat, tujuannya untuk mengurangi atau
menghilangkan gejala gangguan jiwa, obat yang biasa digunakan di RS jiwa
antara lain.
a) Anti Psikosis
(1) Cloropromazin ( Thorazime) dosis 25-2000 mg/hari
(2) Haloperidol (hal dol) dosis 2-40 mg/hr indikasi digunakan untuk
pengobatan psikosa, mengobati masalah perilaku yang berat pada
anak-anak yang berhubungan dengan keadaan yang tiba-tiba
meledak, mengontrol mual dan muntah yang berat dan kecemasan
berat. Kontra indikasi: hiperaktif, galaukoma, hamil dan menyesui, efek
samping yaitu anemia, mulut kering, mual dan muntah, konstipasi,
diare, hipotensi, aritmia cordis, takikardi, eksrapiramidal, penglihatan
berkabut.
b) Anti Parkinson
Trihexypenidril (artane) dosis 5-15 mg/hr indikasi berbagai bentuk
parkinsonisme. Kontra indikasi: galukoma, takikardi, hipertensi, penyakit
jantung, asma, ulserasi, duodenum. Efek samping: sakit kepala, lemas,
cemas, psikosis, depresi, halusinasi, ortostatik, foto sensitivitas,
penglihatan berkabut, mual muntah, konstipasi, frekuensi/retansi urin.
2. Pengobatan Somatik
a) Elektro Convulsif Therapi (ECT)
Merupakan pengobatan untuk menimbulkan kejang grand mal yang
menghasilkan efek therapi dengan menggunakan arus listrik berkekuatan
75-100 volt. Cara kerja belum diketahui secara jelas namun dapat
dikatakan bahwa therapi convulsif dapat memperpendek lamanya
skizofrenia dan dapat mempermudah kontak dengan orang lain, indikasi
ECT yaitu depresi berat dan bila therapi obat-obatan belum berhasil
(gangguan berpolar), klien yang sangat mania, hiperaktif, klien resiko tinggi
bunuh diri, psikosis akut, skozoprenia.
b) Pengkajian Fisik
Terdiri dari pengekangan mekanik dan isolasi
Pengekangan mekanik dilakukan dengan menggunakan manset untuk
pergelangan tangan dan kaki serta seprei pengekang.
Isolasi yaitu menempatkan klien dalam suatu ruangan tertentu di Rumah
sakit.
Indikasi: Pengendalian prilaku amuk yang membahayakan diri dan orang
lain
Kontra indikasi: resiko tinggi bunuh diri, hukuman.
3. Psikoterapi
Psikoterapi membutuhkan waktu yang relatif cukup lama dan merupakan
bagian penting proses terapeutik, upaya dalam psikoterapi yaitu memberikan
rasa aman dan tenang. Menerima klien apa adanya, motivasi klien untuk
dapat mengungkapkan perasaannya secara verbal, bersikap ramah sopan
dan jujur pada klien.
4. Terapy Modalitas
Therapi Okupasi:
Therapi okupasi adalah suatu ilmu dan seni untuk mengarahkan partisifasi
seseorang dalam melaksanakan aktivitas atau juga yang segala dipilih
dengan maksud untuk memperbaiki, memperkuat dan meningkatkan harga
diri.

B. KONSEP KEPERAWATAN. ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN


GANGGUAN KONSEP DIRI.

Dalam melakukan asuhan keperawatan pada gangguan konsep diri meliputi


beberapa kegiatan, diantaranya adalah:

1. Pengkajian
Didalam kegiatan pengkajian ini, beberapa komponen yang dikaji
yaitu:
a. Faktor yang mempengaruhi gangguan konsep diri
Faktor ini meliputi penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak
realistis, kegagalan berulang kali, kurang mempunyai tanggung jawab
personal, ketergantungan pada orang lain dan ideal diri yang tidak
realistis.
b. Stresor Pencetus
1). Adanya trauma
Trauma aniaya seksual, psikologis, dan menyaksikan kejadian
yang mengancam kehidupan.
2). Ketegangan peran
Berhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan, dimana
individu mengalami fluktuasi.
c. Manifestasi klinis
Gejala – gejala yang muncul akibat dari gangguan konsep diri yaitu :
Mengkritik diri sendiri, perasaan malu terhadap diri sendiri, perasaan
bersalah terhadap diri sendiri, gangguan hubungan sosial, kurang
percaya diri.

d. Pohon Masalah
Isolasi sosial : Menarik diri

Gangguan konsep diri : Harga diri rendah

Gangguan citra tubuh


(Kelliat 1998)
Masalah Keperawatan :
1). Isolasi sosial: Menarik diri.
2). Gangguan konsep diri: Harga diri rendah.
3). Gangguan citra tubuh

2. Diagnosa Keperawatan
a. Isolasi sosial: Menarik diri berhubungan dengan gangguan konsep diri
: Harga diri rendah.
b. Gangguan konsep diri: Harga diri rendah berhubungan dengan
gangguan citra tubuh.

3. Intervensi Keperawatan
a. Perencanaan Keperawatan:
1). Isolasi sosial menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah
a). Tujuan umum: klien dapat berhubungan dengan orang lain
secara optimal
b). Tujuan Khusus:
(1). Klien dapat membina hubungan saling percaya
Kriteria Evaluasi:
(a). Klien dapat memperkenalkan dirinya
(b). Klien dapat mengungkapkan perasaannya terhadap
penyakit yang diderita
(c). Klien mau menjawab salam
(d). Klien menunjukan ekspresi bersahabat
Tindakan keperawatan:
(a). Bina hubungan saling percaya
- Salam terapeutik
- Jelaskan tujuan interkasi
- Buat kontrak yang jelas
(b). Beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya
dengan penyakit yang diderita
(c). Sediakan waktu untuk mendengarkan klien
(d). Katakan pada klien bahwa ia adalah seseorang yang
berharga dan bertanggung jawab serta mampu
menolong dirinya sendiri.
(2). Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif
yang dimiliki
Keriteria Evaluasi: klien dapat menyebutkan aspek positif
dan kemampuan dirinya
Tindakan keperawatan:
(a).Diskusikan kemampuan dan sapek positif yang dimiliki
klien
(b).Setiap bertemu klien hindarkan memberi penilaian
negatif
(c).Utamakan memberikan pujian yang realistik.
(3). Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan
Kriteria Evaluasi: klien dapat menyabutkan kemampuan
yang masih dapat digunakan
Tindakan Keperawatan:
(a).Diskusikan kemampuan yang dapat digunakan selama
sakit
(b).Diskusikan pula kemampuan yang dapat dianjurkan
penggunaannya setelah pulang sesuai dengan kondisi
sakit klien
(4). Klien dapat menetapkan (merencanakan) kegiatan sesuai
dengan kondisi sakit dan kemampuan yamg dimiliki.
Kriteria Evaluasi: klien dapat menetapkan keinginan atau
tujuan yang realistis.
Tidakan Keperawatan:
(a).Rencana bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan
setiap hari sesuai kemampuan
(b).Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi
klien
(c).Beri contoh pekasanaan kegiatan yang boleh klien
lakukan
(5). Klien dapat melakukan kegiatan sesuai dengan kondisi
sakit dan kemampuan yang dimiliki
Kriteria Evaluasi: klien melakukan kegiatan sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki
Tindakan keperawatan:
(a).Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan
yang telah direncanakan
(b).Beri pujian atas keberhasilan klien
(c).Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah
(6). Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada
Kriteria Evaluasi: klien dapat memanfaatkan sistem
pendukung yang ada dikeluarga
Tindakan keperawatan:
(a).Berikan pendidikan kesehatan pada keluarga tentang
cara merawat klien harga diri rendah
(b).Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien di
rawat
(c).Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah
(7). Klien dapat mengguanakan obat dengan 6 benar
Kriteria Evaluasi: klien dapat mengguankan obat dengan
prinsip 6 benar
Tindakan keperawatan:
(a).Beri pengetahuan tentang obat, dosis dan manfaat
obat dengan benar
(b).Anjurkan klien meminta obat sendiri pada perawat

2). Gangguan konsep diri: harga diri rendah berhubungan dengan


gangguan citra tubuh
a). Tujuan umum: klien dapat menunjukan peningkatan harga diri
b). Tujuan Khusus
(1). Klien dapat meningkatkan keterbukaan dan hubungan
saling percaya
Kriteria Evaluasi: klien dapat meningkatkan keterbukaan
dan saling percaya dengan perawat
Tindakan keperawatan:
(a) Bina hubungan saling percaya
- Salam terapeutik
- Komunikasi terbuka, jujur dan empati
- Sediakan waktu untuk mendengarkan klien
- Berikan kesempatan klien untuk mengungkapkan
perasaan terhadap perubahan itu
(2). Klien dapat mengidentifikasi perubahan citra tubuh
Kriteria Evaluasi: klien menerima perubahan tubuh yang
terjadi
Tindakan keperawatan:
(a) Diskusikan perubahan struktur, bentuk atau fungsi
tubuh
(b) Observasi ekspresi klien pada saat diskusi
(3). Klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki
Kriteria Evaluasi: klien dapat menilai kemampuan dan
aspek positif yang dimiliki
Tindakan keperawatan:
(a) Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
oleh klien dari luar perubahab yang terjadi
(b) Beri pujian atas aspek positif dan kemampuan yang
masih dimiliki klien
(4). Klien dapat menerima realita perubahan struktur, bentuk
atau fungsi tubuh
Kriteria Evaluasi: klien menerima perubahan tubuh yang
terjadi
Tindakan keperawatan:
(a) Dorong klien untuk dan berperan serta dalam asuhan
keperawatan secara bertahap
(b) Libatkan klien dalam kelompok dengan masalah
gangguan citra tubuh
(c) Tingkatkan dukungan keluarga pada klien terutama
pasangan
(5). Klien dapat menyusun rencana cara-cara menyelesaikan
masalah yang harus dihadapi.
Kriteria evaluasi: klien dapat memilih beberapa cara
mengatasi perubahan yang terjadi
Tindakan keperawatan:
(a) Diskusikan cara-cara yang dapat dilakukan untuk
mengurangi dampak perubahan struktur atau fungsi
tubuh.
(b) Dorong klien memilih cara yang sesuai bagi klien
(c) Bantu klien melakukan cara yang dipilih
(6). Klien dapat melakukan tindakan pengambilan integritas
tubuh
Kriteria evaluasi: Klien adaptasi dengan cara yang dipilih
dan digunakan
Tindakan keperawatan:
(a) Bantu klien mengurangi perubahan citra tubuh,
misalnya protes untuk bagian tubuh yang tertentu
(b) Rehabilitasi bertahap bagi klien.
3. Evaluasi
a. Isolasi sosial: menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah
1) Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat
2) Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki
3) Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan
4) klien dapat menetapkan (merencanakan) kegiatan sesuai dengan
kondisi sakit dan kemampuan yang dimiliki
5) klien dapat melakukan kegiatan sesuai dengan kondisi sakit yang
dimiliki
6) klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada
7) klien dapat menggunakan kegiatan sesuai kondisi sakit yang
dimiliki
b. Gangguan konsep diri: Harga diri rendah berhubungan dengan
gangguan citra tubuh
1) Klien dapat meningkatkan keterbukaan dan hubungan saling
percaya
2) klien dapat mengidentifikasi perubahan citra tubuh
3) Klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
4) klien dapat menerima realita perubahan struktur, bentuk fungsi
tubuh
5) klien dapat menyusun rencana cara-cara menyelesaikan masalah
yang harus dihadapi
6) klien dapat melakukan tindakan pengembalian integritas tubuh.
BAB III
TINJAUAN KASUS

1. PENGKAJIAN
A. IDENTITAS KLIEN:

Nama : Tn. H
Umur : 30 Tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Agama : islam
Status : kawin
Suku / banga : Bugis / Indonesia
Pekerjaan : TNI-AD
Pendidikan : SMA
Alamat : Jl. Cendrawasih asr II kesdam VII/WRB
Tanggal masuk : 10 Mei 2012 / 12.00 WIB
Tanggal pengkajiaan : 10 Mei 2012 / 10.00 WIB
RM.NO : 250681
Bangsal : 8 (delapan) RS Pelamonia
Informan : keluarga klien.

B. ALASAN MASUK RUMAH SAKIT


Klien masuk RS Pelamonia pada tanggal 10 Mei 2012, pukul 12.00
WIB dengan kondisi hilang kesadaran setelah mengalami kecelakaan
mobil.
Riwayat Penyakit
 Keluhan Utama
Pasien sulit memulai interaksi dengan orang lain.
 Riwayat Penyakit Dahulu
Keluarga klien mengatakan bahwa klien mempunyai riwayat penyakit
cacar dan DM.
 Riwayat Penyakit Sekarang
Klien mengalami luka memar dan lecet di daerah ekstrimitas atas dan
bawah.
 Riwayat Penyakit Keluarga
Anak klien mengatakan dalam keluarganya tidak ada riwayat penyakit
keturunan.

C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Penampilan
KU : Klien lemas dan pucat
Kesadaran : Sadar baik, GCS 4-5-6
TTV : TD : 120/90 mmHg
Nadi: 75 x/menit
suhu: 36° C
RR : 18 x/menit
2. Head to Toe
a. Kepala
Bentuk kepala mesosepal, tidak ada benjolan, rambut panjang,
kulit kepala dan rambut Nampak kotor, pada wajah terdapat
luka memar memerah di daerah pelipis.
b. Mata
Simetris, sklera tidak ikterik, konjugtiva anemis, tidak ada
sekret.
c. Hidung
Simetris, bersih, tidak ada penumpukan secret, dan tidak ada
pernafasan cuping hidung.
d. Mulut
Mukosa bibir kering, papil lidah kotor, tidak ada stomatitis, gigi
tidak berlubang.
e. Telinga
Simetris, terdapat penumpukan serumen.
f. Leher
Tidak ada nyeri telan, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
g. Dada
 Inspeksi: dada simetris, kembang kempis dada teratur,
tidak ada retraksi dada
 Palpasi: taktil fremitus paru kanan sama dengan paru kiri
 Perkusi: terdengar sonor
 Aukultasi: suara nafas vesikuler, tidak ada wheezing
maupun ronkhi
h. Abdomen
 Inspeksi : tidak ada keabnormalan (lesi, eritema, benjolan,
edema), dinding perut mengembang saat inspirasi, dan
mengempis saat ekspirasi
 Auskultasi: bunyi bising usus 15 x/mnt
 Palpasi: tidak ada nyeri tekan
i. Ekstremitas
Atas :
Simetris, tidak ada keabnormalan, terdapat luka lecet yang
masih memerah.
Bawah :
Simetris, tidak ada keabnormalan, dibagian lutut dan tulang
kering terdapat luka lecet memerah.

D. FAKTOR PREDISPOSISI
1. Riwayat gangguan jiwa dimasa lalu
Sebelumnya klien belum pernah mengalami gangguan jiwa
sebelumnya.
2. Anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa
Tidak ada anggota keluarga mengalami gangguan jiwa
3. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
Klien pernah mengalami kecelakaan motor bersama anak pertamanya
Masalah keperawatan : Tidak ditemukan

E. FAKTOR PRESPITASI
Klien mengatakan bingung, hidup ini tidak bermakna, pengen marah, tidak
ada inisiataif untuk berinteraksi dengan orang lain setelah kecelakaan
mobil yang di alami.
Masalah keperawatan : Isolasi sosial menarik diri
F. PSIKOSOSIAL
1. Genogram

69

52 47 45 45 41 35

56 58 49
47

29 21 17 32 30 20 18

30 29

2 6b

Keterangan :

: Laki-laki hidup
: Perempuan hidup
: Laki-laki meninggal
: Perempuan meninggal
: Hubungan keluarga
: Tinggal serumah
: Klien
: Garis keturunan
: Umur
2

G I : Kakek dan nenek dari ibu klien,meninggal karena faktor usia,nenek dari
bapak klien masih hidup
G II : Kedua orang tua klien masih hidup.
G III : Klien adalah anak pertama dari empat bersaudara. klien tinggal serumah
dengan isteri dan ke dua anaknya
Masalah keperawatan : Tidak ditemukan
2. Konsep Diri
(a). Citra tubuh
Klien mengatakan menyukai semua bagian tubuhnya, tetapi saat
ini klien merasa tidak membutuhkan perawatan diri.
(b). Identitas
Klien mengatakan bahwa dirinya seorang laki-laki
(c) Peran
Klien mengatakan ia adalah sebagai seorang kepala keluarga dan
seorang suami yang bertanggung jawab kepada isteri dan anak-
anaknya, namun saat ini setelah kecelakaan mobil yang berulang
klien merasa dirinya tidak berarti lagi.
(e). Ideal Diri
Klien mengatakan bahwa ia ingin terus hidup bersama isteri dan
anak-anaknya.
(f). Harga diri
Klien mengatakan merasa malu dan tidak punya kelebihan karena
slalu mengalami kecelakaan.
Masalah keperawatan :
Gangguan konsep diri: harga diri rendah

3. Hubungan Sosial
(a). Orang yang berarti:
Klien bahwa orang yang sangat berarti dalam hidupnya adalah
isteri dan anak-anaknya.
(b). Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat
Isteri klien mengatakan bahwa klien kurang aktif mengikuti kegiatan
di masyarakat.
(c). Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Klien mengatakan tidak merasa mempunyai musuh
Masalah keperawatan : isolasi sosial : menarik diri
4. Spiritual
(a). Nilai dan Keyakinan
Klien mengatakan beragama islam
(b). Kegiatan Ibadah:
Klien mengatakan bahwa ia selalu rajin ke masjid untuk berjamaah.
Masalah keperawatan : tidak ditemukan

G. STATUS MENTAL
1. Penampilan:
Penampilan klien biasa saja
Masalah keperawatan : tidak ditemukan
2. Pembicaraan:
Klien nampak sering membisu, tidak bisa memulai pembicaraan,
berbicara dengan lambat, kurang jelas dan tidak menjalin kontak mata.
Masalah keperawatan : harga diri rendah
3. Aktivitas motorik:
Klien nampak lesu, dan tidak bersemangat
Masalah keperawatan : harga diri rendah
4. Alam perasaan:
Klien mengatakan sedih dan merasa bersalah atas setiap kecelakaan
yang di alami.
Masalah keperawatan : harga diri rendah.
5. Afek :
Afek klien,Tumpul, respon memerlukan stimulus yang kuat
Masalah keperawatan : harga diri rendah
6. Interaksi selama wawancara:
Klien nampak tidak kooperatif, kontak mata kurang klien lebih suka
menunduk dan sesekali memalingkan wajah.
Masalah keperawatan : Isolasi sosial menarik diri
7. Persepsi :
Klien mengatakan tidak mendengar suara-suara, tidak melihat
bayang-bayang
Masalah keperawatan : tidak ditemukan
8. Proses berpikir:
Klien nampak Pada saat dikaji proses pikir klien sirkumstansial
Masalah keperawatan : isolasi sosial : menarik diri
9. Isi pikir:
Pada saat dikaji tidak ditemukan adanya waham
Masalah keperawatan : tidak ditemukan
10. Tingkat kesadaran:
Klien mampu mengenal orang-orang terdekatnya
Masalah keperawatan : tidak ditemukan
11. Memori:
Klien mampu mengingat masa lalunya, keluarganya
Masalah keperawatan : tidak ditemukan
12. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Nampak Klien ingin berhitung sederhana
Masalah keperawatan : isolasi sosial : menarik diri
13. Kemampuan menilai
Gangguan ringan : klien mangatakan dapat mengambil keputusan
dengan bantuan orang lain.
Masalah keperawatan : isolasi sosial : menarik diri
14. Daya tilik diri.
(a). Klien menyalahkan dirinya, mengritik dirinya dan merasa tidak
berguna.
(b). klien selalu mengatakan bahwa dia tidak sakit, yang sakit adalah
teman-temannya yang lain.
Masalah keperawatan : harga diri rendah
Mekanisme koping individu inefektif

H. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG


1. Makan: klien mau makan 3x/hari
2. BAB/BAK: klien mampu BAK/BAB sendiri dikamar mandi
3. Mandi: klien mampu mandi sendiri
4. Istirahat dan tidur: tidur siang 2 jam/hari, tidur malam dari jam 22.00
s/d 05.00 WIB. Tidak melakukan aktivitas sebelum dan sesudah tidur,
tidak.
5. Penggunaan Obat: meminum obat dengan bantuan perawat
6. Pemeliharaan kesehatan: Perawatan lanjutan
7. Aktivitas di dalam rumah, klien secara rutin dan disiplin melakukan
kegiatan yang telahdirencanakan(dijadwalkan) bersama perawat
8. Aktivitas di luar, klien mulai kembali mengikuti kegiatan-kegiatan di
lingkungan sosialnya
Maslah keperawatan : tidak ditemukan

I. MEKANISME KOPING
Keluarga klien mengatakan klien sering menyalahkan diri sendiri, menarik
diri, merasa tidak berguna dan tidak berdaya.
Masalah keperawatan :
Gangguan konsep diri: harga diri rendah situasional
Mekanisme koping individu inefektif

J. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN.


1. Masalah dengan dukungan kelompok, spesifik : Klien merasa teman-
teman menghindar atau menjauhi setelah dirinya dirawat di RS.
2. Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifik : Klien
mengatakan tidak pernah mengikuti kegiatan sosial / lingkungan. Dan
klien mengatakan lebih suka berdiam diri dan malu untuk memulai
interaksi
3. Masalah pendidikan, spesifik ; Klien pernah kuliah 3 semester di UMI
jurusan elektro tapi berhenti karena sakit.
4. Masalah ekonomi, spesifik : Klien mengatakan biaya perawatan
ditanggung oleh negara
5. Masalah dengan pelayanan kesehatan; Kurang memanfaatkan
fasilitas kesehatan yang ada.
6. Masalah dengan pekerjaan, spesifik : klien mengatakan bekerja di
TNI-AD
7. Masalah dengan perumahan, spesifik : klien mengatakan tinggal
dirumah dinas bersama isteri dan anaknya
8. Masalah lainnya, spesifik : klien mengatakan ingin segera pulang ke
rumah karena merasa tidak sakit dan ingin segera bekerja.
Masalah keperawatan : Mekanisme Koping individu inefektif
Resiko Kerusakan interaksi sosial: menarik diri

K. PENGETAHUAN
1. Klien mengatakan penyakit jiwa itu adalah orang gila. Klien
mengatakan ia tidak mengalami penyakit lain.
2. Klien mengatakan kurang pengetahuan tentang koping,system
pendukung dan obat obatan.
Masalah Keperawatan : Mekanisme Koping individu inefektif

L. ASPEK MEDIK
 Diagnosa Medik : Schizoprenia
 Terapi Medik : - Haloperidol 1,5 3 X 1 tablet
- CPZ 100 mg 3 X 1 tablet
- THP 2 MG 3 x 1 tablet
1. Khasiat :
 CPZ adalah derivat yang mempunyai khasiat dan bekerja pada
susunan syaraf pusat, yaitu mendepresi sub cortical SSP yang
menimbulkan efek psikotropik, sedasi, anti emetik, dan dapat
menekan reflek batuk. Penghambatan pada hipotalamus dapat
mempengaruhi mekanisme pengaturan suhu. CPZ digunakan
dalam penanganan psikosis akut atau kronis yang meliputi
Schizoprenia dan fase manik pada gangguan depresi manik
Efek samping
yang dapat terjadi pada pemakaian CPZ meliputi efek sedasi,
pusing, pingsan, hipotensi orthostatik, palpitasi, takikardi, sindroma
pada mulut, kemerahan pada mukosa, vesikel lidah kotor, gigi
tanggal, pandangan kabur, konstipasi, retensi urine, ejakulasi
tertahan. CPZ juga menyebabkan efek samping ekstra pyramidal
yang meliputai parkinsonisme, dystonia, diskinesia. Gangguan
hormonal dapat terjadi yaitu menstruasi tidak teratur,
gynecomastia, penurunan libido, peningkatan nafsu makan, berat
badan meningkat, edema, glikosuria, hiperglikemia atau
hipoglikemia. Reaksi hipersensitif pada beberapa orang
menimbulkan efek/ gejala-gejala jaundice, gatal-gatal pada kulit,
ptechiae dermatitis, fotosensitis, dan reaksi anafilaksit.

 Haloperidol adalah obat anti psikotik derivat yang khasiatnya


hampir sama dengan derivat fenotiazin (CPZ). Kemungkinan
terjadinya efek samping ekstrapiramidal lebih tinggi dibandingkan
obat golongan fenotiazin sedangkan efek sedasidan hipotensi
kurang dibandingkan dengan jenis obat transqualizer yang lain.
Mekanisme tepatnya tidak diketahui yaitu mendepresi susunan
sarap pusat pada tingkat sub kortikal mid brain dan batang otak.
Efek anti emetik juga terjadi. Haloperidol bisaanya digunakan pada
psikosa akut dan kronis, fase manik pada psikosis manik-depresi
dan psiko reaktif
Efek samping
haloperidol serupa dengan efek samping SPZ. Perbedaannya
terletak pada efek samping hipothensiorthostatik lebih ringan,
sedang efek samping reaksi ekstra lebih berat. Efek samping pada
SSP meliputi parkinsonisme, gelisah, akatisia, hiperefleksi,
tortikolis, dan tardive diskinesia. Efek otonomi dapat terjadi ; mulut
kering (atau hipersalivasi). Konstipasi (atau diare ), reaksi urine
deaporesi (dosis berlebihan ). Pada darah ; leukopenia,
leukositosis, enemia. Pada saluran napas ; laringospasme,
bronkhospasme, peningkatan kedalaman napas, brokopneumonia,
depresi pernafasan. Pada endokrin ; menstruasi tidak teratur,
payudara nyeri, gynecomastia, impotensi. Pada kulit ; kemerahan,
fotosintesis, rambut rontok, lain-lain ; anoreksia, mual, muntah,
jaundice, penurunan, kadar kolesterol darah.
 Trihexyphenidil (THP) adalah obat yang sering dipakai sebagai
penyerta pemberian obat anti psikotik jenis fenotiazin dan
butirofenon karena khasiatnya merelaksasi otot polos dan anti
spasmodic
Efek Samping
Efek samping yang umum terjadi ; mulut kering, pusing, pandangan
kabur, midrasis, fotofobia, mual, nervous, konstipasi, mengantuk,
retensi urine. Pada SSP dapat terjadi ; bingung, gitasi, delirium,
manifestasi psikotik, euphoria. Reaksi hipersensitif ; Glaucoma
parotitis.

M. PENGUMPULAN DATA

NO DATA

1 Klien mengatakan bingung, hidup ini tidak bermakna, pengen marah, tidak ada
inisiataif untuk berinteraksi dengan orang lain setelah kecelakaan mobil yang di
alami.

2 Klien mengatakan merasa malu dan tidak punya kelebihan karena slalu
mengalami kecelakaan.

3 Klien nampak sering membisu, tidak bisa memulai pembicaraan, berbicara


dengan lambat, kurang jelas dan tidak menjalin kontak mata.

4 Klien nampak lesu, dan tidak bersemangat

5 Klien mengatakan sedih dan merasa bersalah atas setiap kecelakaan yang di
alami.

6 Afek klien, Tumpul, respon memerlukan stimulus yang kuat.

7 Klien nampak tidak kooperatif, kontak mata kurang klien lebih suka menunduk
dan sesekali memalingkan wajah.

8 Klien Nampak Pada saat dikaji proses pikir klien sirkumstansial

9 Klien nampak ingin berhitung sederhana.

10 Gangguan ringan : klien mengatakan dapat mengambil keputusan dengan


bantuan orang lain.

11 Klien menyalahkan dirinya, mengritik dirinya dan merasa tidak berguna.

12 Klien selalu mengatakan bahwa dia tidak sakit, yang sakit adalah teman-
temannya yang lain.
13 Keluarga klien mengatakan klien sering menyalahkan diri sendiri, menarik diri,
merasa tidak berguna dan tidak berdaya.

14 Klien merasa teman-teman menghindar atau menjauhi setelah dirinya dirawat


di RS.

15 Klien mengatakan tidak pernah mengikuti kegiatan sosial / lingkungan. Dan


klien mengatakan lebih suka berdiam diri dan malu untuk memulai interaksi

16 klien mengatakan ingin segera pulang ke rumah karena merasa tidak sakit dan
ingin segera bekerja.

17 Klien mengatakan penyakit jiwa itu adalah orang gila. Klien mengatakan ia tidak
mengalami penyakit lain.

18 Klien mengatakan kurang pengetahuan tentang koping,system pendukung dan


obat obatan.

19 Isteri klien mengatakan bahwa klien kurang aktif mengikuti kegiatan di


masyarakat.
N. KLASIFIKASI DATA.

DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF

1. Klien mengatakan bingung, hidup ini 1. Klien nampak sering membisu, tidak
tidak bermakna, pengen marah, tidak bisa memulai pembicaraan, berbicara
ada inisiataif untuk berinteraksi dengan dengan lambat, kurang jelas dan tidak
orang lain setelah kecelakaan mobil menjalin kontak mata.
yang di alami. 2. Klien nampak lesu, dan tidak
2. Klien mengatakan merasa malu dan bersemangat.
tidak punya kelebihan karena slalu 3. Afek klien, Tumpul, respon
mengalami kecelakaan. memerlukan stimulus yang kuat.
3. Klien mengatakan sedih dan merasa 4. Klien nampak tidak kooperatif, kontak
bersalah atas setiap kecelakaan yang mata kurang klien lebih suka
di alami. menunduk dan sesekali memalingkan
4. klien mengatakan dapat mengambil wajah.
keputusan dengan bantuan orang 5. Klien Nampak Pada saat dikaji proses
lain. pikir klien sirkumstansial.
5. Klien menyalahkan dirinya, mengritik 6. Klien nampak ingin berhitung
dirinya dan merasa tidak berguna. sederhana.
6. Klien selalu mengatakan bahwa dia
tidak sakit, yang sakit adalah teman-
temannya yang lain.
7. Keluarga klien mengatakan klien sering
menyalahkan diri sendiri, menarik diri,
merasa tidak berguna dan tidak
berdaya.
8. Klien merasa teman-teman
menghindar atau menjauhi setelah
dirinya dirawat di RS.
9. Klien mengatakan tidak pernah
mengikuti kegiatan sosial / lingkungan.
Dan klien mengatakan lebih suka
berdiam diri dan malu untuk memulai
interaksi.
10. klien mengatakan ingin segera pulang
ke rumah karena merasa tidak sakit
dan ingin segera bekerja.
11. Klien mengatakan penyakit jiwa itu
adalah orang gila. Klien mengatakan ia
tidak mengalami penyakit lain.
12. Klien mengatakan kurang pengetahuan
tentang koping,system pendukung dan
obat obatan.
13. Isteri klien mengatakan bahwa klien
kurang aktif mengikuti kegiatan di
masyarakat.
O. ANALISA DATA

NO DATA MASALAH KEPERAWATAN

1 DS : Isolasi sosial : menarik diri


 klien mangatakan dapat mengambil
keputusan dengan bantuan orang lain.
 Klien mengatakan merasa malu dan
tidak punya kelebihan karena slalu
mengalami kecelakaan.
 Klien mengatakan bingung, hidup ini
tidak bermakna, pengen marah, tidak
ada inisiataif untuk berinteraksi dengan
orang lain setelah kecelakaan mobil
yang di alami.
 Isteri klien mengatakan bahwa klien
kurang aktif mengikuti kegiatan di
masyarakat.
DO :
 Klien nampak ingin berhitung
sederhana.
 Klien nampak tidak kooperatif, kontak
mata kurang klien lebih suka
menunduk dan sesekali memalingkan
wajah.
 Klien Nampak Pada saat dikaji proses
pikir klien sirkumstansial.

2 DS : Gangguan konsep diri : Harga


 Klien mengatakan merasa malu dan diri rendah.
tidak punya kelebihan karena slalu
mengalami kecelakaan.
 Keluarga klien mengatakan klien sering
menyalahkan diri sendiri, menarik diri,
merasa tidak berguna dan tidak
berdaya.
 Klien mengatakan sedih dan merasa
bersalah atas setiap kecelakaan yang
di alami.
DO :
 Klien nampak sering membisu, tidak
bisa memulai pembicaraan, berbicara
dengan lambat, kurang jelas dan tidak
menjalin kontak mata.
 Klien nampak lesu, dan tidak
bersemangat.
 Afek klien,Tumpul, respon memerlukan
stimulus yang kuat.
3. DO : Mekanisme koping individu
 Klien mengatakan penyakit jiwa itu inefektif
adalah orang gila. Klien mengatakan ia
tidak mengalami penyakit lain.
 Klien mengatakan kurang pengetahuan
tentang koping,system pendukung dan
obat obatan.
 Keluarga klien mengatakan klien sering
menyalahkan diri sendiri, menarik diri,
merasa tidak berguna dan tidak
berdaya.
 klien selalu mengatakan bahwa dia
tidak sakit, yang sakit adalah
teman-temannya yang lain.

DO :
 Klien nampak sering membisu, tidak
bisa memulai pembicaraan, berbicara
dengan lambat, kurang jelas dan tidak
menjalin kontak mata.

P. MASALAH KEPERAWATAN
1. Isolasi social : menarik diri
2. Gangguan konsep diri: harga diri rendah
3. Mekanisme koping individu inefektif.

P. POHON MASALAH

Isolasi sosial : menarik diri

Gangguan konsep diri: harga diri rendah

Mekanisme koping individu inefektif.

Q. DIAGNOSA KEPERAWATAN.
1. Isolasi sosial menarik diri b/d Gangguan konsep diri harga diri
rendah.
2. Gangguan konsep diri harga diri rendah. b/d Mekanisme koping
individu inefektif.
R. STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN JIWA
Nama Klien : Tn. H Dx. Medis :
Ruang : No. RM : 250681

NO Diagnosa Perencanaan
TGL DX keperawatan Rasional
Tujuan Kriteria Hasil Intervensi
1 2 3 4 5 6 7

1 Isolasi sosial : menarik TUM :


diri b/d Gangguan Klien dapat berinteraksi
konsep diri : Harga diri dengan orang lain
rendah

TUK 1 :
1.1.1 Bina hubungan saling 1. Memberi pendekatan
Klien dapat membina 1.1. Klien menunjukkan
percaya dengan pada klien suatu cara
hubungan saling ekspresi wajah
mengungkapkan prinsip untuk membina
percaya bersahabat,
komunikasi terapeutik : hubungan saling
menunjukkan rasa
senang, ada kontak  Sapa klien dengan percaya. Hubungan
ramag baik verbal saling percaya
mata, mau ber- jabat
maupun non verbal merupakan dasar
tangan, mau
menyebutkan nama,  Perkenalkan diri dengan terjalinnya komunikasi
sopan terbuka.
mau menjawab salam,
klien mau duduk ber-  Tanyakan nama lengkap
dampingan dengan klien dan nama
perawat, mau panggilan yang disukai
mengutarakan klien
masalah yang  Jelaskan tujuan
dihadapi pertemuan
 jujur danenepati janji
 Tunjukkan sikap empati
dan menerima klien apa
adanya
 Beri perhatian kepada
klien dan perhatikan
kebutuhan dasar klien

TUK 2 : 2.1 Klien mengidentifikasi 2.1.1. Diskusikan kemempuan 2. a. Diskusikan tingkat


Klien dapat mengiden- kemampuan dan aspek dan aspek positif yang kemampuan klien
tifikasi kemempuan dan positif yang dimiliki dimiliki klien seperti
aspek positif yang  Kemampuan yang 2.1.2 Setiap bertemu klin realitas,control diri
dimiliki dimiliki klien dihindarkan dari memberi atau integritas ego
 Aspek positif penilaian negative diperlukan sebagai
keluarga 2.1.3 Utamakan memberi pujian dasar asuhan
 Aspek positif yang realistik keperawatan
lingkungan yang b. Reinforcemen positif
dimiliki klien akan meningkatkan
harga diri rendah
c. Pujian yang realistis
tidak menyebabkan
klien melakukan
kegiatan hanya
karena ingin
mendapatkan pujian.
TUK 3 :
Klien dapat menilai 3.1. Klien menilai 3.1.1 Disiskusikan dengan Klien 3. Klien membutuhkan
kemampuan yang dapat kemampuan yang kemampuan yang masih bantuan untuk
digunakan. digunakan. dapat digunakan merumuskan suatu
selama sakit perencanaan untuk
3.1.2 Diskusikan kemampuan mengimplementasikan
yang dapat dilanjutkan perubahan yang
penggunaannya. diharapkan

TUK 4 :
Klien dapat
merencanakan kegiatan 4.1. Klien dapat merenca- 4.1.1. Rencanakan bersama 4.a.Klien adalah individu
yang sesuai dengan nakan kegiatan harian klien aktivitas yang dapat yang bertanggung
kemampuan yang di lakukan setiap hari jawab terhadap dirinya
dimiliki sesuai kemampuan klien sendiri.
(kegiatan mandiri dan b. Klien perlu bertindak
kegiatan dengan bantuan) secara realistis dalam
4.1.2. Tingkatkan kegiatan kehidupannya.
sesuai kondisi klien c. Contoh peran yang
4.1.3. Beri contoh cara dilihat klien akan
pelaksanaan kegiatan memotifasi klien untuk
yang dapat klien lakukan melaksanakan
kegiatan.
TUK 5 :
Klien dapat
mengimplementasikan 5.1. Klien Meng- 5.1.1. Beri kesempatan pada 5. Meningkatkan harga
respon konsep diri implementasikan Klien untuk mencoba diri Klien dan
adaptif yang baru. respon konsep diri kegiatan yang telah mendorong
yang baru direncanakan pengulangan perilaku
5.1.2. Beri pujian atas yang diharapakan
keberhasilan
5.1.3. Diskusikan kemungkinan
pelaksanaan dirumah

TUK 6
K dapat memanfaat kan 6.1. klien mampu 6.1.1. Beri pendidikan 6. Meningkatkan peran
system pendu kung memanfaatkan system kesehatan pada keluarga serta keluarga dalam
yang ada pendukung yang ada tantang cara merawat merawat klien dirumah
di keluarga. klien dengan HDR dan mendorong
6.1.2. Bantu keluarga keluarga akan sangat
memberikan dukungan berpengaruh dalam
selama klien di rawat. mempercepat proses
6.1.3. Bantu keluarga penyembuhan klien.
meyiapkan lingkungan di
rumah.
1 2 3 4 5 6 7

2 Gangguan konsep diri TUM :


harga diri rendah. b/d Klien dapat
Mekanisme koping menyelesaikan masalah
individu inefektif. dengan koping yang
efektif.

TUK : 1 1.1. Mau berjabat tangan 1.1.1.Bina hubungan saling 1. bina hubungan saling
Klien dapat membina dan menyebut nama, percaya. percaya sebagai dasar
hubungan saling mau menjawab salam, keterbukaan klien
percaya. klien mau duduk dengan perawat.
berdampingan dengan
perawat, mau
mengutarakan masalah
yang dihadapi.

1.1.2.Beri kesempatan klien 2. ungkapan perasaaan


untuk mengungkapkan sebagai cermin
perasaannya. perasaan hati yang
dimiliki oleh klien.

1.1.3.Katakan pada klien bahwa 3. meningkatkan semangat


ia orang yang berharga dan klien untuk menolong
mampu dirinya dan mencoba
menolong dirinya sendiri. bangkit dari
masalahnya.
TUK : 2
2.1. Mengidentifikasi dan
Klien dapat menilai 2.1.1. Diskusikan dengan klien 1. Mempermudah klien
mengembangkan
koping yang konstruktif. tentang koping yang dalam menganalisa
koping yag konstruktif
konstruktif. Masalahnya.
dalam

2.1.2.Beri reinforcement dalam 2. Memberi dorongan dan


setiap aspek positif klien motivasi kepada klien.

TUK : 3
Klien mau 3.1. Klien mampu 1. merupakan dasar
3.1.1.Bina hubungan saling
mengungakapkan mengungkapkan secara keterbukaan antara
percaya dengan prinsip
permasalahannya verbal tentang perawat dengan klien
komunikasi therapeutik
permasalahannya

3.1.2. Berikan empati pada klien


2. menambah kepercayaan
saat mengungkapkan
klien pada perawat
permasalahannya.

3.1.3. Hindari memberikan 3. mencegah penilaian


penilaian yang negatif pada negatif dari klien
klien sehingga respon klien
tidak berkurang

Anda mungkin juga menyukai