Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN KASUS KELOMPOK

GANGGUAN PROSES PIKIR : WAHAM KEBESARAN


DI RUMAH SAKIT JIWA PROF. DR. MUHAMMAD ILDREM

DISUSUN OLEH :

POPY ALDIANA 2232050


SOFIA ARDELIA DAMANIK 2232021
TANIA SIJABAT 2232022
AHMAD RIPAI SIREGAR 2232001
NITA PRATAMA SIANIPAR 2232015

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MURNI TEGUH MEDAN
T.A 2023
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Skizofrenia merupakan sekelompok reaksi psikotik yang memengaruhi


berbagai area fungsi individu, termasuk cara berpikir, berkomunikasi, menerima,
menginterpretasikan realitas, merasakan dan menunjukkan emosi yang ditandai
dengan pikiran kacau, waham, halusinasi, dan perilaku aneh (Pardede, et al, 2015).
Skizofrenia merupakan gangguan mental berat dan kronis yang menyerang 20 juta
orang di seluruh dunia (WHO, 2019). Indonesia berdasarkan hasil Riskesdas
(2018) didapatkan estimasi prevalensi orang yang pernah menderita skizofrenia di
Indonesia sebesar 1,8 per 1000 penduduk. (Pardede, Simanjuntak, & Laia, 2020).

Skizofrenia adalah sekelompok gangguan psikotik dengan distorsi khas proses


pikir, kadang-kadang mempunyai perasaan bahwa dirinya sedang dikendalikan
oleh kekuatan dari luar dirinya, waham yang kadang-kadang aneh, gangguan
persepsi, afek abnormal yang terpadu dengan situasi nyata atau sebenarnya, dan
autisme. Skizofrenia merupakan gangguan psikotik yang paling sering. Hampir
1% penduduk di dunia menderita skizofrenia selama hidup mereka. Gejala
skizofrenia biasanya muncul pada usia remaja akhir atau dewasa muda. Onset
pada laki-laki biasanya antara 15-25 tahun dan pada perempuan antara 25-35
tahun. Prognosis biasanya lebih buruk pada laki-laki bila dibandingkan
denganperempuan. Onset setelah umur 40 tahun jarang terjadi.(Zahnia &
Sumekar, 2016). Waham atau delusi merupakan keyakinan palsu yang timbul
tanpa stimulus luar yang cukup dan mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: tidak
realistik, tidak logis, menetap, egosentris, diyakini kebenarannya oleh penderita,
tidak dapat dikoreksi, dihayati oleh penderita sebagai hal yang nyata, penderita
hidup dalam wahamnya itu, keadaan atau hal yang diyakini itu bukan merupakan
bagian sosiokultural setempat. Waham bizzare merupakan waham yang aneh
dimana terdapat pengalaman inderawi yang tidak wajar, Yang bermakna sangat
khas bagi dirinya, biasa bersifat mistik atau mukjizat. Berdasarkan DSM IV,
waham bizarre dianggap sebagai kriteria yang cukup untuk mendiagnostik
skizofrenia. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Sreeja de et al. (2013) ,
didapatkan prevalensi waham bizarre pada pasien skizofrenia adalah 2,56%. Lima
hal yang dinilai adalah, kejadian yang tidak mungkin terjadi, sensasi tubuh,
perubahan identitas, seksual, dan agama.(Zukna & Lisiswanti 2017). Gangguan
orientasi realitas atau waham merupakan gangguan yang mempengaruhi
perubahan proses pikir yang dapat ditangani secara medis maupun keperawatan.
Asuhan keperawatan pada kasus waham dapat disusun sesuai rencana tindakan
keperawatan dan berdasarkan strategi pelaksanaan (SP). Beberapa rencana
tindakan yang telah disusun berdasarkan SP yaitu membantu orientasi realitas,
mendiskusikan kebutuhan yang belum terpenuhi, membantu pasien memenuhi
kebutuhannya, mendiskusikan dan melatih kemampuan yang dimiliki, dan
memberikan pendidikan kesehatan tentang penggunaan obat secara teratur.
Rencana kegiatan yang telah dibuat kemudian disusun sesuai Strategi Pelaksanaan
Tindakan.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Waham


2.1.2 Pengertian waham

Waham adalah keyakinan yang salah yang didasarkan oleh kesimpulan yang
salah tentang realita eksternal dan dipertahankan dengan kuat. Waham
merupakan gangguan dimana penderitanya memiliki rasa realita yang berkurang
atau terdistorsi dan tidak dapat membedakan yang nyata dan yang tidak nyata
(Victoryna, 2020). Waham adalah suatu keyakinan yang salah yang
dipertahankan secara kuat/terus menerus, tetapi tidak sesuai dengan keyakinan.
Penyangkalan, digunakan untuk menghindari kesadaran dan kenyataan yang
menyakitkan. Proyeksi digunakan untuk melindungi diri dari mengenal impuls
yang tidak dapat diterima dari dirinya sendiri (Nurarif & Kusuma, 2015).

1.1.2 Etiologi
Menurut World Health Organization (2016) secara medis ada banyak
kemungkinan penyebab waham, termasuk gangguan neurodegeneratif, gangguan
sistem saraf pusat, penyakit pembuluh darah, penyakit menular, penyakit
metabolisme, gangguan endokrin, defisiensi vitamin, pengaruh obat-obatan,
racun, dan zat psikoaktif.
1. Faktor Predisposisi
a. Genetis : diturunkan, adanya abnormalitas perkembangan sistem saraf
yang berhubungan dengan respon biologis yang maladaptif.
b. Neurobiologis : adanya gangguan pada korteks pre frontal dan korteks
limbic
c. Neurotransmitter : abnormalitas pada dopamine, serotonin dan glutamat.
d. Psikologis : ibu pencemas, terlalu melindungi, ayah tidak peduli.
2. Faktor Presipitasi
a. Proses pengolahan informasi yang berlebihan
b. Mekanisme penghantaran listrik yang abnormal.
c. Adanya gejala pemicu
Pemicu merupakan prekursor dan stimulus yang yang sering menunjukkan
episode baru suatu penyakit. Pemicu yang biasa terdapat pada respon
neurobiologik yang maladaptif berhubungan dengan kesehatan. Lingkungan, sikap
dan perilaku individu (Direja, 2011)

1.1.3 Rentang Respon Neuroligis


Menurut Keliat (2016), rentang respon waham sebagai berikut :

Respon adaptif Respon Maladtif

Berpikir logis Pikiran sesekali terdistorsi Ganguan


Presepsi akurat ilusi reaksi emosional pemikiran /waham
Emosi konsisten berlebiihan atau tidak halusinasi kesulitan
dengan pengalaman berreaksi perilaku aneh pengolahan emosi
prilaku sesuai atau pewnarikan perilaku kacau
berhubungan tidak biasasosial isolasi sosial

Gambar 2.1
Rentang respon waham
1.1.4 Tanda dan Gejala
Menurut Herman (2011 dalam Prakasa, 2020) bahwa tanda dan gejala
gangguan proses pikir waham terbagi menjadi 8 gejala yaitu, menolak makan,
perawatan diri, emosi, gerakan tidak terkontrol, pembicaraan tidak sesuai,
menghindar, mendominasi pembicaraan, berbicara kasar.
1. Waham Kebesaran
a. DS : Pasien mengatakan bahwa ia adalah presiden, Nabi, Wali, artisdan lainnya
yang tidak sesuai dengan kenyataan dirinya.
b. DO : Perilaku pasien tampak seperti isi wahamnya, inkoheren (gagasan satu
dengan yang lain tidak logis), tidak berhubungan, secara keseluruhan tidak
dapat dimengertim pasien mudah marah dan pasien mudah tersinggung
2. Waham Curiga
a. DS : Pasien curiga dan waspada berlebih pada orang tertentu,Pasien
mengatakan merasa diintai dan akan membahayakan dirinya.
b. DO : Pasien tampak waspada,Pasien tampak menarik
diri,Perilaku pasien tampak seperti isi wahamnya ,Inkoheren (gagasan satu
dengan yang lain tidak logis, tidak berhubungan, secara keseluruhan tidak
dapat dimengerti )

1.1.5 Fase Waham


Menurut Eriawan (2019) Proses terjadinya waham dibagi menjadi enam yaitu :
a. Fase Lack of Human need
Waham diawali dengan terbatasnya kebutuhan-kebutuhan pasien baik secara
fisik maupun psikis. Secara fisik pasien dengan waham dapat terjadi pada orang-
orang dengan status sosial dan ekonomi sangat terbatas. Biasanya pasien sangat
miskin dan menderita. Keinginan ia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
mendorongnya untuk melakukan kompensasi yang salah. Ada juga pasien yang
secara sosial dan ekonomi terpenuhi tetapi kesenjangan antara Reality dengan
selfideal sangat tinggi. Misalnya ia seorang sarjana tetapi menginginkan
dipandang sebagai seorang dianggap sangat cerdas, sangat berpengalaman dan
diperhitungkan dalam kelompoknya. Waham terjadi karena sangat pentingnya
pengakuan bahwa ia eksis di dunia ini. Dapat dipengaruhi juga oleh rendahnya
penghargaan saat tumbuh kembang (life span history).
b. Fase lack of self esteem
Tidak ada tanda pengakuan dari lingkungan dan tingginya kesenjangan antara
self ideal dengan self reality (kenyataan dengan harapan) serta dorongan
kebutuhan yang tidak terpenuhi sedangkan standar lingkungan sudah melampaui
kemampuannya. Misalnya, saat lingkungan sudah banyak yang kaya,
menggunakan teknologi komunikasi yang canggih, berpendidikan tinggi serta
memiliki kekuasaan yang luas, seseorang tetap memasang self ideal yang melebihi
lingkungan tersebut. Padahal self reality-nya sangat jauh. Dari aspek pendidikan
pasien, materi, pengalaman, pengaruh, support system semuanya sangat rendah.
c. Fase control internal external
Pasien mencoba berfikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau apa- apa yang
ia katakan adalah kebohongan, menutupi kekurangan dan tidak sesuai dengan
kenyataan. Tetapi menghadapi kenyataan bagi pasien adalah sesuatu yang sangat
berat, karena kebutuhannya untuk diakui, kebutuhan untuk dianggap penting dan
diterima lingkungan menjadi prioritas dalam hidupnya, karena kebutuhan tersebut
belum terpenuhi sejak kecil secara optimal. Lingkungan sekitar pasien mencoba
memberikan koreksi bahwa sesuatu yang dikatakan pasien itu tidak benar, tetapi
hal ini tidak dilakukan secara adekuat karena besarnya toleransi dan keinginan
menjaga perasaan. Lingkungan hanya menjadi pendengar pasif tetapi tidak mau
konfrontatif berkepanjangan dengan alasan pengakuan pasien tidak merugikan
orang lain.
d. Fase environment support
Adanya beberapa orang yang mempercayai pasien dalam lingkungannya
menyebabkan pasien merasa didukung, lama kelamaan pasien menganggap
sesuatu yang dikatakan tersebut sebagai suatu kebenaran karena seringnya
diulang-ulang. Dari sinilah mulai terjadinya kerusakan kontrol diri dan tidak
berfungsinya norma ( Super Ego ) yang ditandai dengan tidak ada lagi perasaan
dosa saat berbohong.
e. Fase comforting
Pasien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta
menganggap bahwa semua orang sama yaitu akan mempercayai dan
mendukungnya. Keyakinan sering disertai halusinasi pada saat pasien menyendiri
dari lingkungannya. Selanjutnya pasien lebih sering menyendiri dan menghindar
interaksi sosial (Isolasi sosial).
f. Fase improving
Apabila tidak adanya konfrontasi dan upaya-upaya koreksi, setiap waktu
keyakinan yang salah pada pasien akan meningkat. Tema waham yang muncul
sering berkaitan dengan traumatik masa lalu atau kebutuhan-kebutuhan yang tidak
terpenuhi (rantai yang hilang). Waham bersifat menetap dan sulit untuk dikoreksi.
Isi waham dapat menimbulkan ancaman diri dan orang lain. Penting sekali untuk
mengguncang keyakinan pasien dengan cara konfrontatif serta memperkaya
keyakinan relegiusnya bahwa apa- apa yang dilakukan menimbulkan dosa besar
serta ada konsekuensi sosial.

1.1.6 Penatalaksanaan Medis


Menurut Prastika (2014) penatalaksanaan medis waham antara lain :
1. Psikofarmalogi
a. Litium Karbonat Jenis litium yang paling sering digunakan untuk mengatasi
gangguan bipolar, menyusul kemudian litium sitial. Litium masih efektif
dalam menstabilkan suasana hati pasien dengan gangguan bipolar. Gejala
hilang dalam jangka waktu 1-3 minggu setelah minum obat juga digunakan
untuk mencegah atau mengurangi intensitas serangan ulang pasien bipolar
dengan riwayat mania.
BAB 3
TINJAUAN KASUS

1.1 Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada hari senin tanggal 6 Febuari 2023 di ruang
Sibayak Rsj Prof. Dr. Muhammad Ildrem Kota Medan.
a. Identitas Klien
Inisial : Tn. D
No RM : 048237
Tanggal pengkajian : 6 Febuari 2023
Tanggal lahir/umur : 18 Februari 2008
Status perkawinan : Belum kawin
Pendidikan : SMP
Suku bangsa : Batak
Sumber informasi : Klien dan Perawat
Alamat : Jl. Namo Cengkeh

b. Alasan Masuk
Klien masuk RSJ Prof. Dr. Muhammad Ildrem Medan untuk pertama
kalinya dan diantar keluarganya ke IGD dengan keluhan klien sering
marah-marah dan mengamuk, ketawa-ketawa sendiri. Dan klien
mengatakan adanya suara bisik-bisikan. Klien mengatakan memiliki
kekuataan untuk melihat makhluk halus dan memiliki ilmu tahan
bacokan.

c. Keluhan Saat ini


1. Klien mengatakan memiliki kekuatan yang dan dapat melihat makhluk
halus
2. Klien mengatakan badan nya terasa kuat dan tidak mempan saat di bacok
karena ilmu yang dimilikinya
3. Klien mengatakan sering marah-marah saat dirumah
4. Klien mengatakan sering di ledekin dengan orang-orang dilingkungan
sekitar karena kondisinya
5. Klien mengatakan tidak ingin bergabung dengan saat makan dengan yang
lain

d. Faktor Predisposisi
Klien mengatakan tidak pernah mengalami gangguan jiwa dimasa lalu.
Klien mengatakan tidak pernah mengalami aniaya fisik dan aniaya seksual.
Klien mengalami penolakan oleh lingkungannya dan masih melakukan
aktivitas sehari-hari di luar rumah walaupun terkadang klien merasa malu
dengan dirinya karena kondisinya. Klien mengatakan dikeluarga nya tidak
ada yang mengalami gangguan jiwa melainkan hanya klien sendiri yang
baru mengalami gangguan jiwa, klien mengatakan tidak ada pengalaman
masalalu yang buruk

e. Pemeriksaan Fisik

TD : 120/60 mmHg TB : 158 Cm


N : 75 ˟/ ͥ BB : 75 Kg
S : 37,5 ͦ C P : 20 ˟/ ͥ
Keluhan fisik : Klien mengatakan tidak ada keluhan fisik
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
2. Psikososial
1. Genogram

Skema 3.1 Genogram


Keterangan :
: Laki-laki : Klien
: :-
: Tinggal serumah

Penjelasan :
Klien adalah anak terakhir dari 3 bersaudara yang terdiri dari 3 orang
laki-laki. Klien tinggal bersama kedua orangtuanya, Klien mengatakan
saat ini hanya dekat dengan abangnya dan Karena hanya dia yang sangat
perhatian dengan klien.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
2. Konsep Diri
a) Citra tubuh
Berdasarkan wawancara pada klien, klien menyukai semua anggota
tubuhnya karena klien bersyukur dengan apa yang diberikan Allah atas
pemberian anggota tubuhnya yang sempurna.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
b) Identitas diri
Berdasarkan wawancara pada klien, klien dapat menyebutkan nama,
alamat dan umur, klien mengatakan bersyukur terhadap dirinya sebagai
seorang laki-laki.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
a) Peran diri
Berdasarkan wawancara pada klien, klien mengatakan dia didalam
keluarga sebagai anak terakhir.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
b) Ideal diri
Berdasarkan wawancara pada klien, klien mengatakan ingin segera
sembuh dan ingin melakukan test tentara, toke sawit, buka toko dan
membantu orangtua.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
c) Harga diri
Berdasarkan wawancara pada klien, klien mengatakan merasa tidak
berguna sebagai seorang anak di keluarganya karena tidak bisa
membantu secara keuangan.
Masalah keperawatan : Harga diri rendah
3. Hubungan sosial
1. Orang terdekat
Berdasarkan wawancara pada klien, klien mengatakan orang terdekatnya
adalah Abangnya
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
2. Peran serta dalam kegiatan kelompok
Berdasarkan wawancara pada klien, klien mengatakan tidak mengikuti
kegiatan kelompok dalam lingkungan masyarakat, Klien mengatakan
sering di ledekin dengan orang-orang dilingkungan sekitar karena
kondisinya klien juga tidak mau makan bersama diruang makan bersama
dengan pasien yang lain.
Masalah keperawatan : Isolasi sosial
3. Hambatan berhubungan dengan orang lain
Berdasarkan wawancara pada klien, klien mengatakan terkadang merasa
malu saat berinteraksi dengan orang lain karena kondisinya
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan
Berdasarkan wawancara pada klien, klien mengatakan beragama kristen
dan menyakini keyakinannya.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
b. Kegiatan ibadah
Berdasarkan wawancara pada klien, klien mengatakan jarang ibadah
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

5. Status mental
1) Penampilan
Berdasarkan observasi pada klien, klien tampak memakai pakaian sesuai
dengan aturan rumah sakit jiwa, namun keadaan kuku tidak bersih,
rambut tidak rapi.
Masalah keperawatan : deficit perawatan diri
2) Pembicaraan
Berdasarkan observasi pada klien, klien berbicara dengan nada yang
keras dan bicara bila ditanyai sesuai dengan yang ditanyakan perawat.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
3) Aktivitas motorik
Berdasarkan observasi pada klien, klien dapat melakukan aktivitas
motorik
Masalah keperawatan: tidak ada masalah keperawatan
4) Alam perasaan
Berdasarkan observasi pada klien, klien tampak sedih dan ketika dia
pulang kerumah masih bisakah dia sekolah dan adakah yang menerima
dia di lingkungan nya.
Masalah keperawatan : Harga diri rendah
5) Afek
Berdasarkan observasi pada klien, selama berinteraksi ekspresi wajah
klien sesuai dengan perasaan yang dirasakannya.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
6) Interaksi selama wawancara
Berdasarkan observasi pada klien, kontak mata klien pada saat
wawancara baik, dapat menjawab pertanyaan yang diajukan perawat.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
7) Persepsi
Berdasarkan observasi pada klien, klien mengatakan memiliki kekuatan
yang dan dapat melihat makhluk halus.
Masalah keperawatan : waham kebesaran
8) Proses pikir
Berdasarkan observasi pada klien, klien tampak berbicara dengan proses
berpikir sirkumtansial yaitu pembicaraan yang berbelit-belit tapi sampai
tujuan pembicaraan.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
9) Isi pikir
Berdasarkan wawancara pada klien, isi pikir klien bersifat obsesi dimana
klien dapat mendengarkan semua omongan orang lain terhadap penyakit
yang dideritanya, walaupun klien sudah mengalihkan agar tidak terlihat
dia sakit.
Masalah keperawatan : waham kebesaran
10) Tindakan kesadaran
Berdasarkan observasi pada klien, klien tampak dengan kesadaran
composmentis (CM) karena klien sadar kalau dia sakit dan berada di
rumah sakit jiwa.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
11) Memori
Klien ingat dengan kegiatannya 1 tahun yang lalu yaitu salah satunya
seorang pelajar. Klien mengatakan ingat dengan kegiatannya beberapa
minggu yang lalu yaitu salah satunya membeli kereta dan membonceng
ceweknya. Klien mengatakan ingat dengan lauk makan pada pagi hari
tadi, yaitu ayam.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
12) Tingkat konsentrasi dan berhitung
Klien tidak ada gangguan konsentrasi dan berhitung dibuktikan pada saat
perawat sedang memberikan pertanyaan, klien tampak menjawab dengan
benar hanya saja cara menjawabnya lambat. Serta klien mampu berhitung
1 s/d 50.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
13) Kemampuan penilaian
Klien tidak mengalami gangguan penilaian ringan maupun gangguan
penilaian bermakna, karena klien dapat mengambil keputusan sederhana
tanpa bantuan dari orang lain seperti : memilih mandi terlebih dahulu
sebelum makan
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
14) Daya titik diri
Klien mengatakan menyadari dirinya sedang sakit dan dibawa
keluarganya ke Rumah sakit jiwa untuk berobat.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
6. Aktivitas sehari-hari
1) Makan
Klien mengatakan makan 3x sehari dan selalu menghabiskan porsi yang
diberikan hanya saja klien mampu untuk membersihkan tempat
makannya.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
2) BAB/BAK
Klien mengatakan buang air kecil sebanyak 7 x dalam sehari dan buang
air besar 1 x dalam 2 hari, Klien mengatakan tidak ada masalah dalam
buang air kecilnya maupun buang air besar.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
3) Mandi
Klien mengatakan hanya mandi 2 x dalam sehari dan menggosok giginya
di kamar mandi
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
4) Nutrisi
Klien mengatakan nafsu makan bagus.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
5) Berpakaian / berhias
Klien tampak berpakaian sesuai prosedur rumah sakit
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
6) Istirahat dan tidur
Klien tidur malam 7-8 jam dan tidur siang sekitar pukul 14.00 sampai
16.00.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
7) Penggunaan obat
Klien mengatakan mampu meminum obat secara mandiri. Klien
meminum obat 2 kali dalam sehari yaitu pagi, dan sore.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
8) Pemeliharaan kesehatan
Klien mengatakan selalu meminum obat secara teratur dan selalu
dipantau dengan perawat
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
9) Aktivitas dalam rumah
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
10) Aktivitas diluar rumah
Klien mengatakan saat dirumah klien sering melakukan aktivitas seperti
menyapu dan membantu orangtuanya.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

7. Mekanisme koping
1) Regresi
Klien mengatakan saat klien merasa malu dengan penyakitnya yang
muncul saat berada diluar rumah klien hanya termenung dan berhayal
bagaimana cara mengalihkan penyakitnya saat diluar rumah.
2) Proyeksi
Klien mengatakan klien saat klien merasa malu dengan penyakitnya yang
muncul saat klien berada diluar rumah klien merasa kesal dan sedih, saat
berada di rumah klien marah-marah.
3) Menarik diri
Klien pernah dikucilkan dilingkungannya akan tetapi klien merasa malu
saat berkumpul dengan teman-temannya penyakitnya tiba-tiba muncul
dan menghindarinya
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

8. Masalah psikososial dan lingkungan


1) Masalah dengan dukungan kelompok
Klien mengatakan tidak ada dukungan dari luar kelompok selain
keluarganya.
2) Masalah berhubungan dengan lingkungan
Klien mengatakan adanya penolakan klien di lingkungannya akan tetapi
klien hanya merasa dijauhkan sebagaian oleh teman-temannya.
3) Masalah dengan pendidikan
Klien mengatakan masih sekolah SMP, Dahulu nya klien tidak ingin
sekolah karena pergaulan yang membuatnya malas untuk melanjutkan
pendidikannya.
4) Masalah dengan pekerjaan
-
5) Masalah dengan perumahan
Klien mengatakan tinggal dirumah orangtuanya dan rumah milik
keluarganya.
6) Masalah dengan ekonomi
Klien mengatakan ekonomi keluarganya cukup karena orangtua nya
memiliki kebun sawit.
7) Masalah dengan pelayanan kesehatan
Klien mengatakan tidak mampu mengontrol penyakitnya dan
orangtuanya memutuskan membawanya ke Rumah Sakit Jiwa.
Masalah keperawatan : Harga diri rendah

9. Aspek medik
Diagnosa medik : Gangguan psikotik akut dan sementara
Terapi medik : Lodomer injeksi, Diphenhidramin injeksi,
Risperidone 2 mg 2x1 tab, Clozapine 25 mg 1x1 tab, Trihexypendil (THP)
2 mg 2x2

1.2 Daftar Masalah Keperawatan

1. Gangguan proses pikir : Waham kebesaran


2. Gangguan konsep diri: Harga diri rendah
3. Isolasi sosial
4. Deficit prawatan diri
1.3 Analisa Data Prioritas
Berdasarkan data yang dikumpulkan, pengelompokan data fokus dapat
dilihat pada tabel sebagai berikut :
Tabel 3.1 Data Fokus

No Data Masalah
Keperawatan
1. Data Subjektif : Gangguan proses
 Klien mengatakan memiliki indra keenam, dan dapat melihat pikir : Waham
makhluk halus Kebesaran
 Klien mengatakan badan nya terasa kuat dan tidak mempan
saat di bacok karena ilmu yang dimilikinya
Data Objektif :
 Klien tampak perlihatkan anggota tubuh nya yang dibacok
tidak mempan
2. Data Subjektif : Harga diri rendah
 Klien mengatakan merasa tidak berguna sebagai
seorang anak di keluarganya
 Klien mengatakan sering di ledekin dengan orang-
orang dilingkungan sekitar karena kondisinya
Data Objektif :
 Klien tampak sedih
 Klien tampak menunduk saat menceritakannya
3 Data Subjektif : Isolasi sosial
 Klien mengatakan tidak ingin bergabung dengan saat
makan dengan yang lain
Data Objektif :
 Klien tampak makan sendiri dikamar
 Klien tampak tidak ingin bergabung saat makan
 Klien tampak menunduk
4 Data Subjektif: Deficit perawatan
 klien mengatakan sudah melakukan perawatan diri diri
Data Objektif:
 keadaan kuku tidak bersih
 rambut tidak rapi
1.4 Intervensi Keperawatan

Table 3.6 Intervensi Keperawatan

Dx Kep Perencanaan Intervensi

Tujuan Kriteria Hasil


Gangguan TUM : Setelah dilakukan 1 x 1. SP 1:
proses pikir : Klien tidak 10 menit interaksi Latihan orienatsi realitas: orientasi orang,waktu tempat
Waham menciderai diri diharapkan klien dan lingkungan sekitar
kebesaran sendiri atau orang dapat membina 2. SP 2 :
lain ataupun hubungan saling
Melakukan kegiatan
lingkungan. percaya dengan
kriteria hasil : 3. SP 3 :
TUK :  Mau Minum obat
Klien dapat mengutarakan
membina masalah yang
hubungan saling dihadapinya.
percaya
Gangguan TUM : Mampu 1. Sp 1 Identifikasi kemampuan dan aspek positif yang
konsep diri : Klien dapat mengidentifikasi dimiliki pasien
Harga diri mengidentifikasi aspek positif dan 2. Sp 2 Nilai kemampuan yang dapat digunakan
rendah aspek positif dan kemampuan yang  Menetapkan atau memilih kegiatan sesuai
kemampuan yang dimiliki kemampuan
dimiliki  Melatihkegiatan sesuai kemampuan yang dipilih

TUK :
Klien dapat
merencanakan
kegiatan sesuai
dengan
kemampuan yang
dimiliki
Isolasi Sosial Mampu mengikuti 1. SP 1 Bantu klien mengenal masalah isolasi sosial
kegiatan aktivitas
(tanda.&.gejala, penyebab dan akibat isolasi sosial)
sehari-hari dan
dan menjelaskan, mendemontrasikan serta melatih
mengenal masalah cara berkenalan.
isolasi 2. SP 2 Menjelaskan dan melatih klien berkenalan
dengan dua orang dan bercakap-cakap dalam
melakukan kegiatan harian.
3. SP 3 Menjelaskan dan melatih klien berkenalan
dengan dua orang dan bercakap-cakap dalam
melakukan kegiatan harian, serta melakukan
kegiatan sosial.
4. SP 4 Menjelaskan dan melatih berbicara dalam
melakukan kegiatan sosial
Definisit Mampu melakukan 1. SP 1 Deficit perawatan diri: Mengidentifikasi
perawatan diri kebersihan diri masalah perawatan diri (kebersihandiri, berdandan,
makan/minum, BAB/BAK). Menjelaskan pentingnya
kebersihan diri. Melatih cara menjaga kebersihan diri
(mandi, ganti pakaian, sikat gigi, cuci rambut,
potong kuku).
2. SP 2 Defisit perwatan diri: Menjelaskan dan melatih
cara untuk berdandan (menyisir, mencukur dan
merias).
3. SP 3 Defisit perawatan diri: Menjelaskan dan
melatih cara makan dan minum yang baik.
4. SP 4 Deficit perawatan diri: Menjelaskan dan
melatih cara BAK dan BAB yang baik
1.6 IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Dx Kep EVALUASI
INTERVENSI
Gangguan 1. SP 1: S : Pasien tampak senang dan terseyum ketika diajak
proses Melatih orienatsi realitas: orientasi berbicara
pikir : orang,waktu tempat dan lingkungan O : Pasien mampu melakukan latihan orienatsi realitas:
waham sekitar orientasi orang,waktu tempat dan lingkungan sekitar
kebesaran 2. SP 2 : Pasien mampu menyebutkan obat dan fungsinya dengan
Mnum obat secara teratur
baik dan minum obat dengan bantuan perawat
3. SP 3 :
Melatih cara pemenuhan A : Gangguan proses pikir Waham (+)
kebutuhan dasar P : Latihan :
4. SP 4: - Orientasi realita : panggil nama,
Meatih kemampuan positif yang - Orientasi waktu, orang dan tempat/lingkungan.
dimiliki - Minum obat secara teratur 2x1 /hari
Risperidon 2 mg (2 x 1 ) Clorozapine 25 mg (1x1)
Gangguan 1. Sp 1 S : Pasien mengatakan masih merasa tidak berguna dan
konsep diri Mengidentifikasi kemampuan dan sering diledekin
: Harga aspek positif yang dimiliki pasien O : Pasien tampak menunduk dan pasien tampak sedih
diri rendah 2. Sp 2 A : masalah belum teratasi
Menilai kemampuan yang dapat P : lanjutkan intervensi sp 1- sp 2
digunakan
Isolasi 1. SP 1 Bantu klien mengenal masalah S : Pasien mengatakan sudah mau bergabung saat makan
sosial isolasi sosial (tanda.&.gejala, penyebab O : pasien tampak makan dengan pasien dan ikut serta dalam
dan akibat isolasi sosial) dan membantu kegiatan makan
menjelaskan, mendemontrasikan serta A: masalah teratasi
melatih cara berkenalan. P : lanjutkan dengan minum obat
2. SP 2 Menjelaskan dan melatih klien
berkenalan dengan dua orang dan
bercakap-cakap dalam melakukan
kegiatan harian.
3. SP 3 Menjelaskan dan melatih klien
berkenalan dengan dua orang dan
bercakap-cakap dalam melakukan
kegiatan harian, serta melakukan
kegiatan sosial.
4. SP 4 Menjelaskan dan melatih
berbicara dalam melakukan kegiatan
sosial
Definisit 1. SP 1 Mengidentifikasi S : pasien mengatakan sudah mandi dan memotong kuku nya
perawatan masalah perawatan diri (kebersihandiri, O : pasien tampak bersih dan pasien tampak rapi
diri berdandan, makan/minum, BAB/BAK). A: masalah sudah teratasi
Menjelaskan pentingnya kebersihan P: lanjutkan intervensi minum obat
diri. Melatih cara menjaga kebersihan
diri (mandi, ganti pakaian, sikat gigi,
cuci rambut, potong kuku).
2. SP 2 Menjelaskan dan melatih cara
untuk berdandan (menyisir, mencukur
dan merias).
3. SP 3 Menjelaskan dan melatih cara
makan dan minum yang baik.
4. SP 4 Menjelaskan dan melatih cara
BAK dan BAB yang baik

d
d
d
d

Anda mungkin juga menyukai