Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA Ny. R DENGAN ANTENATALCARE P3A0H1 POST PARTUM


NORMAL DI RUANG NIFAS RSUD BANGLI
TANGGAL 9 - 12 NOVEMBER 2021

OLEH :

NI KOMANG RINI PUSPA DEWI, S.Kep.

NIM. C1221016

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA USADA BALI
2021
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN


PADA Ny. R DENGAN ANTENATALCARE P3A0H1 POST PARTUM
NORMAL DI RUANG NIFAS RSUD BANGLI

TANGGAL 9 - 12 NOVEMBER 2021

Diajukan Oleh :
Ni Komang Rini Puspa Dewi
Nim. C1221016

Telah Disahkan Sebagai Laporan Praktik


Stase Keperawatan Maternitas di Minggu Ketiga

Pembimbing Klinik Pembimbing Akademik

(Ni Luh Putu Diantini, A.Md.Keb) (Ns. Komang Yogi Triana, S.Kep., M.Kep., Sp.Kep.An)
NIP.197910261998032005 NIK.13.12.0068

Mengetahui
STIKES Bina Usada Bali
Profesi Ners
Ketua

(Ns. Putu Artha Wijaya, S.Kep., M.Kep.)


NIK. 11.01.0045
BAB I
KONSEP DASAR

A. ANATOMI FISIOLOGI
Sistem reproduksi wanita terdiri dari organ interna, yang terletak di
dalam rongga pelvis dan ditopang oleh lantai pelvis, dan genetalia eksterna,
yang terletak di perineum.Struktur reproduksi interna dan eksterna
berkembang menjadi matur akibat rangsang hormon estrogen dan progesteron
(Bobak, 2005).
1. Stuktur eksterna

a. Vulva
Vulva adalah nama yang diberikan untuk struktur genetalia
externa. Kata ini berarti penutup atau pembungkus yang berbentuk
lonjong, berukuran panjang, mulai klitoris, kanan kiri dibatasi bibir
kecil sampai ke belakang dibatasi perineum.
b. Mons pubis
Mons pubis atau mons veneris adalah jaringan lemak subkutan
berbentuk bulat yang lunak dan padat serta merupakan jaringan ikat
jarang di atas simfisis pubis.Mons pubis mengandung banyak
kelenjar sebasea dan ditumbuhi rambut berwarna hitam, kasar, dan
ikal pada masa pubertas, mons berperan dalam sensualitas dan
melindungi simfisis pubis selama koitus.
c. Labia mayora
Labia mayora adalah dua lipatan kulit panjang melengkung
yang menutupi lemak dan jaringan kulit yang menyatu dengan mons
pubis. Keduanya memanjang dari mons pubis ke arah
bawah mengililingi labia minora, berakhir di perineum pada garis
tengah. Labia mayora melindungi labia minora, meatus urinarius, dan
introitus vagina.Pada wanita yang belum pernah melahirkan anak
pervaginam, kedua labia mayora terletak berdekatan di garis tengah,
menutupi stuktur-struktur di bawahnya.
Setelah melahirkan anak dan mengalami cedera pada vagina
atau pada perineum, labia sedikit terpisah dan bahkan introitus vagina
terbuka.Penurunan produksi hormon menyebapkan atrofi labia
mayora. Pada permukaan arah lateral kulit labia tebal, biasanya
memiliki pigmen lebih gelap daripada jaringam sekitarnya dan
ditutupi rambut yang kasar dan semakin menipis ke arah luar
perineum. Permukaan medial labia mayora licin, tebal, dan tidak
tumbuhi rambut.Sensitivitas labia mayora terhadap sentuhan, nyeri,
dan suhu tinggi.Hal ini diakibatkan adanya jaringan saraf yang
menyebar luas, yang juga berfungsi selama rangsangan seksual.
d. Labia minora
Labia minora terletak di antara dua labia mayora, merupakan
lipatan kulit yang panjang, sempit, dan tidak berambut yang ,
memanjang ke arah bawah dari bawah klitoris dan dan menyatu
dengan fourchett. Sementara bagian lateral dan anterior labia
biasanya mengandung pigmen, permukaan medial labia minora sama
dengan mukosa vagina. Pembuluh darah yang sangat banyak
membuat labia berwarna merah kemerahan dan memungkankan labia
minora membengkak, bila ada stimulus emosional atau stimulus
fisik.Kelenjar-kelenjar di labia minora juga melumasi vulva.Suplai
saraf yang sangat banyak membuat labia minora sensitif, sehingga
meningkatkan fungsi erotiknya.
e. Klitoris
Klitoris adalah organ pendek berbentuk silinder dan yang
terletak tepat di bawah arkus pubis.Dalam keadaan tidak terangsang,
bagian yang terlihat adalah sekitar 6x6 mm atau kurang.Ujung badan
klitoris dinamai glans dan lebih sensitif dari pada badannya.Saat
wanita secara seksual terangsang, glans dan badan klitoris
membesar.Kelenjar sebasea klitoris menyekresi smegma, suatu
substansi lemak seperti keju yang memiliki aroma khas dan berfungsi
sebagai feromon.Istilah klitoris berasal dari kata dalam bahasa
yunani, yang berarti ‘’kunci’’ karena klitoris dianggap sebagai kunci
seksualitas wanita.Jumlah pembuluh darah dan persarafan yang
banyak membuat klitoris sangat sensitif terhadap suhu, sentuhan dan
sensasi tekanan.
f. Vestibulum
Vestibulum ialah suatu daerah yang berbentuk seperti perahu
atau lojong, terletak di antara labia minora, klitoris dan
fourchette.Vestibulum terdiri dari muara uretra, kelenjar parauretra,
vagina dan kelenjar paravagina.Permukaan vestibulum yang tipis dan
agak berlendir mudah teriritasi oleh bahan kimia.Kelenjar vestibulum
mayora adalah gabungan dua kelenjar di dasar labia mayora, masing-
masing satu pada setiap sisi orifisium vagina.
g. Fourchette
Fourchette adalah lipatan jaringan transversal yang pipih dan
tipis, dan terletak pada pertemuan ujung bawah labia mayora dan
minora di garis tengah di bawah orifisium vagina. Suatu cekungan
dan fosa navikularis terletak di antara fourchette dan himen
h. Perineum
Perineum adalah daerah muskular yang ditutupi kulit antara
introitus vagina dan anus.Perineum membentuk dasar badan
perineum.
2. Struktur interna

a. Ovarium
Sebuah ovarium terletak di setiap sisi uterus, di bawah dan di
belakang tuba falopi. Dua lagamen mengikat ovarium pada
tempatnya, yakni bagian mesovarium ligamen lebar uterus, yang
memisahkan ovarium dari sisi dinding pelvis lateral kira-kira setinggi
krista iliaka anterosuperior, dan ligamentum ovarii proprium, yang
mengikat ovarium ke uterus. Dua fungsi ovarium adalah
menyelenggarakan ovulasi dan memproduksi hormon.Saat lahir,
ovarium wanita normal mengandung banyak ovum primordial. Di
antara interval selama masa usia subur ovarium juga merupakan
tempat utama produksi hormon seks steroid dalam jumlah yang
dibutuhkan untuk pertumbuhan, perkembangan, dan fungsi wanita
normal.
b. Tuba fallopi
Sepasang tuba fallopi melekat pada fundus uterus.Tuba ini
memanjang ke arah lateral, mencapai ujung bebas legamen lebar dan
berlekuk-lekuk mengelilingi setiap ovarium. Panjang tuba ini kira-
kira 10 cm dengan berdiameter 0,6 cm. Tuba fallopi merupakan jalan
bagi ovum. Ovum didorong di sepanjang tuba, sebagian oleh silia,
tetapi terutama oleh gerakan peristaltis lapisan otot.Esterogen dan
prostaglandin mempengaruhi gerakan peristaltis.Aktevites peristaltis
tuba fallopi dan fungsi sekresi lapisan mukosa yang terbesar ialah
pada saat ovulasi.
c. Uterus
Uterus adalah organ berdinding tebal, muskular, pipih, cekung
yang tampak mirip buah pir yang terbalik.Uterus normal memiliki
bentuk simetris, nyeri bila di tekan, licin dan teraba padat. Uterus
terdiri dari tiga bagian, fudus yang merupakan tonjolan bulat di
bagian atas dan insersituba fallopi, korpus yang merupakan bagian
utama yang mengelilingi cavum uteri, dan istmus, yakni bagian
sedikit konstriksi yang menghubungkan korpus dengan serviks dan
dikenal sebagai sekmen uterus bagian bawah pada masa hamil. Tiga
fungsi uterus adalah siklus menstruasi dengan peremajaan
endometrium, kehamilan dan persalinan.
Dinding uterus terdiri dari tiga lapisan :
1) Endometrium yang mengandung banyak pembuluh darah ialah
suatu lapisan membran mukosa yang terdiri dari tiga lapisan :
lapisan permukaan padat, lapisan tengah jaringan ikat yang
berongga,danlapisan dalam padat yang menghubungkan
indometrium dengan miometrium.
2) Miometrum yang tebal tersusun atas lapisan – lapisan serabut otot
polos yang membentang ke tiga arah. Serabut longitudinal
membentuk lapisan luar miometrium, paling benyak ditemukan di
daerah fundus, membuat lapisan ini sangat cocok untuk
mendorong bayi pada persalinan.
3) Peritonium perietalis
Suatu membran serosa, melapisi seluruh korpus uteri, kecuali
seperempat permukaan anterior bagian bawah, di mana terdapat
kandung kemih dan serviks.Tes diagnostik dan bedah pada uterus
dapat dilakukan tanpa perlu membuka rongga abdomen karena
peritonium perietalis tidak menutupi seluruh korpus uteri.
d. Vagina
Vagina adalah suatu tuba berdinding tipis yang dapat melipat
dan mampu meregang secara luas.Mukosa vagina berespon dengan
cepat terhadap stimulai esterogen dan progesteron.sel-sel mukosa
tanggal terutama selama siklus menstruasi dan selama masa hamil.
Sel-sel yang di ambil dari mukosa vagina dapat digunakan untuk
mengukur kadar hormon seks steroid. Cairan vagina berasal dari
traktus genetalis atas atau bawah.Cairan sedikit asam.Interaksi antara
laktobasilus vagina dan glikogen mempertahankan keasaman.
Apabila pH nik diatas lima, insiden infeksi vagina meningkat. Cairan
yang terus mengalir dari vagina mempertahankan kebersihan relatif
vagina.

B. DEFINISI
Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut masa nifas
(puerperium) yaitu masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya
kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu. Post partum adalah masa 6
minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ reproduksi sampai kembali ke
keadaan normal sebelum hamil (Bobak, 2010).
Partus di anggap spontan atau normal jika wanita berada dalam masa
aterm, tidak terjadi komplikasi, terdapat satu janin presentasi puncak kepala dan
persalinana selesai dalam 24 jam (Bobak, 2005).
Partus spontan adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan dengan ketentuan ibu atau tanpa anjuran atau obatobatan
(Prawiroharjo, 2000).

C. ETIOLOGI
Partus normal adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang telah
cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau jalan
lain, dengan bantuan.
1. Partus dibagi menjadi 4 kala :
a. kala I, kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan nol
sampai pembukaan lengkap. Pada permulaan his, kala pembukaan
berlangsung tidak begitu kuat sehingga parturien masih dapat berjalan-
jalan. Lamanya kala I untuk primigravida berlangsung 12 jam
sedangkan multigravida sekitar 8 jam.
b. Kala II, gejala utama kala II adalah His semakin kuat dengan interval 2
sampai 3 menit, dengan durasi 50 sampai 100 detik. Menjelang akhir
kala I ketuban pecah yang ditandai dengan pengeluaran cairan secara
mendadak. Ketuban pecah pada pembukaan mendekati lengkap diikuti
keinginan mengejan. Kedua kekuatan, His dan mengejan lebih
mendorong kepala bayi sehingga kepala membuka pintu. Kepala lahir
seluruhnya dan diikuti oleh putar paksi luar. Setelah putar paksi luar
berlangsung kepala dipegang di bawah dagu di tarik ke bawah untuk
melahirkan bahu belakang. Setelah kedua bahu lahir ketiak di ikat
untuk melahirkan sisa badan bayi yang diikuti dengan sisa air ketuban.
c. Kala III, setelah kala II kontraksi uterus berhenti 5 sampai 10 menit.
Dengan lahirnya bayi, sudah dimulai pelepasan plasenta. Lepasnya
plasenta dapat ditandai dengan uterus menjadi bundar, uterus terdorong
ke atas, tali pusat bertambah panjang dan terjadi perdarahan.
d. Kla IV, dimaksudkan untuk melakukan observasi karena
perdarahanpost partum paling sering terjadi pada 2 jam pertama,
observasi yang dilakukan yaitu tingkat kesadaran penderita,
pemeriksaan tanda-tanda vital, kontraksi uterus, terjadinya perdarahan.
Perdarah dianggap masih normal bila jumlahnya tidak melebihi 400
sampai 500 cc (Manuaba, 1989).
2. Faktor penyebab ruptur perineum diantaranya adalah faktor ibu, faktor
janin, dan faktor persalinan pervaginam.
a. Faktor Ibu
1) Paritas
Menurut panduan Pusdiknakes 2003, paritas adalah jumlah
kehamilan yang mampu menghasilkan janin hidup di luar rahim
(lebih dari 28 minggu). Paritas menunjukkan jumlah kehamilan
terdahulu yang telah mencapai batas viabilitas dan telah
dilahirkan, tanpa mengingat jumlah anaknya ( Oxorn, 2003).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia paritas adalah keadaan
kelahiran atau partus.Pada primipara robekan perineum hampir
selalu terjadi dan tidak jarang berulang pada persalinan berikutnya
(Sarwono, 2005).
2) Meneran
Secara fisiologis ibu akan merasakan dorongan untuk meneran bila
pembukaan sudah lengkap dan reflek ferguson telah terjadi. Ibu
harus didukung untuk meneran dengan benar pada saat ia
merasakan dorongan dan memang ingin mengejang (Jhonson,
2004). Ibu mungkin merasa dapat meneran secara lebih efektif
pada posisi tertentu (JHPIEGO, 2005).
b. Faktor Janin
1) Berat Badan Bayi Baru lahir
Makrosomia adalah berat janin pada waktu lahir lebih dari 4000
gram (Rayburn, 2001).
Makrosomia disertai dengan meningkatnya resiko trauma
persalinan melalui vagina seperti distosia bahu, kerusakan fleksus
brakialis, patah tulang klavikula, dan kerusakan jaringan lunak
pada ibu seperti laserasi jalan lahir dan robekan pada perineum
(Rayburn, 2001).
2) Presentasi
Menurut kamus kedokteran, presentasi adalah letak hubungan
sumbu memanjang janin dengan sumbu memanjang panggul
ibu ( Dorland, 1998).
a) Presentasi Muka
Presentasi muka atau presentasi dahi letak janin memanjang,
sikap extensi sempurna dengan diameter pada waktu masuk
panggul atau diameter submentobregmatika sebesar 9,5 cm.
Bagian terendahnya adalah bagian antara glabella dan dagu,
sedang pada presentasi dahi bagian terendahnya antara
glabella dan bregma (Oxorn, 2003).
b) Presentasi Dahi
Presentasi dahi adalah sikap ekstensi sebagian (pertengahan),
hal ini berlawanan dengan presentasi muka yang ekstensinya
sempurna. Bagian terendahnya adalah daerah diantara margo
orbitalis dengan bregma dengan penunjukknya adalah dahi.
Diameter bagian terendah adalah diameter verticomentalis
sebesar 13,5 cm, merupakan diameter antero posterior kepala
janin yang terpanjang (Oxorn, 2003).
c) Presentasi Bokong
Presentasi bokong memiliki letak memanjang dengan kelainan
dalam polaritas.Panggul janin merupakan kutub bawah
dengan penunjuknya adalah sacrum.Berdasarkan posisi janin,
presentasi bokong dapat dibedakan menjadi empat macam
yaitu presentasi bokong sempurna, presentasi bokong murni,
presentasi bokong kaki, dan presentasi bokong lutut (Oxorn,
2003).
c. Faktor Persalinan Pervaginam
1) Vakum ekstrasi
Vakum ekstrasi adalah suatu tindakan bantuan persalinan, janin
dilahirkan dengan ekstrasi menggunakan tekanan negatif dengan
alat vacum yang dipasang di kepalanya ( Mansjoer,
2002).
2) Ekstrasi Cunam/Forsep
Ekstrasi Cunam/Forsep adalah suatu persalinan buatan, janin
dilahirkan dengan cunam yang dipasang di kepala janin (Mansjoer,
2002). Komplikasi yang dapat terjadi pada ibu karena tindakan
ekstrasi forsep antara lain ruptur uteri, robekan portio, vagina,
ruptur perineum, syok, perdarahan post partum, pecahnya varices
vagina (Oxorn, 2003).
3) Embriotomi adalah prosedur penyelesaian persalinan dengan jalan
melakukan pengurangan volume atau merubah struktur organ
tertentu pada bayi dengan tujuan untuk memberi peluang yang
lebih besar untuk melahirkan keseluruhan tubuh bayi
tersebut (Syaifudin, 2002).
4) Persalinan Presipitatus
Persalinan presipitatus adalah persalinan yang berlangsung sangat
cepat, berlangsung kurang dari 3 jam, dapat disebabkan oleh
abnormalitas kontraksi uterus dan rahim yang terlau kuat, atau
pada keadaan yang sangat jarang dijumpai, tidak adanya rasa nyeri
pada saat his sehingga ibu tidak menyadari adanya proses
persalinan yang sangat kuat (Cunningham, 2005).

D. MANIFESTASI KLINIS
Periode post partum ialah masa enam minggu sejak bayi lahir sampai
organ-organ reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil. Periode
ini kadang-kadang disebut puerperium atau trimester keempat kehamilan
(Bobak, 2004).
1. Sistem reproduksi
a. Proses involusi
Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah
melahirkan, proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar akibat
kontraksi otot-otot polos uterus. Uterus, pada waktu hamil penuh
baratnya 11 kali berat sebelum hamil, berinvolusi menjadi kira-kira
500 gr 1 minggu setelah melahirkan dan 350 gr dua minggu setelah
lahir. Seminggu setelah melahirkan uterus berada di dalam panggul.
Pada minggu keenam, beratnya menjadi 5060gr. Pada masa pasca
partum penurunan kadar hormon
menyebapkan terjadinya autolisis, perusakan secara langsung
jaringan hipertrofi yang berlebihan. Sel-sel tambahan yang terbentuk
selama masa hamil menetap.Inilah penyebap ukuran uterus sedikit
lebih besar setelah hamil.
b. Kontraksi
Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera setelah
bayi lahir, hormon oksigen yang dilepas dari kelenjar hipofisis
memperkuat dan mengatur kontraksi uterus, mengopresi pembuluh
darah dan membantu hemostasis. Salama 1-2 jam pertama pasca
partum intensitas kontraksi uterus bisa berkurang dan menjadi tidak
teratur. Untuk mempertahankan kontraksi uterus, suntikan oksitosin
secara intravena atau intramuskuler diberikan segera setelah plasenta
lahir.
c. Tempat plasenta
Segera setelah plasenta dan ketuban dikeluarkan, kontraksi vaskular
dan trombus menurunkan tempat plasenta ke suatu area yang
meninggi dan bernodul tidak teratur. Pertumbuhan endometrium ke
atas menyebapkan pelepasan jaringan nekrotik dan mencegah
pembentukan jaringan parut yang menjadi
karakteristik penyembuha luka. Regenerasi endometrum, selesai pada
akhir minggu ketiga masa pasca partum, kecuali pada bekas tempat
plasenta.
d. Lochea
Rabas uterus yang keluar setelah bayi lahir, mula-mula berwarna
merah, kemudian menjadi merah tua atau merah coklat.Lochea rubra
terutama mengandung darah dan debris desidua dan debris
trofoblastik.Aliran menyembur menjadi merah setelah 2-4
hari.Lochea serosa terdiri dari darah lama, serum, leukosit dan denrus
jaringan.Sekitar 10 hari setelah bayi lahir, cairan berwarna kuning
atau putih. Lochea alba mengandung leukosit, desidua, sel epitel,
mukus, serum dan bakteri. Lochea alba bisa bertahan 2-6 minggu
setelah bayi lahir.
e. Serviks
Serviks menjadi lunak segera setelah ibu melahirkan. 18 jam pasca
partum, serviks memendek dan konsistensinya menjadi lebih padat
dan kembali ke bentuk semula. Serviks setinggi segmen bawah uterus
tetap edematosa, tipis, dan rapuh selama beberapa hari setelah ibu
melahirkan.
f. Vagina dan perineum
Vagina yang semula sangat teregang akan kembali secara bertahap ke
ukuran sebelum hami, 6-8 minggu setelah bayi lahir. Rugae akan
kembali terlihat pada sekitar minggu keempat, walaupun tidak akan
semenonjol pada wanita nulipara.
2. Sistem endokrin
a. Hormon plasenta
Penurunan hormon human plasental lactogen, esterogen dan kortisol,
serta placental enzyme insulinase membalik efek diabetagenik
kehamilan. Sehingga kadar gula darah menurun secara yang
bermakna pada masa puerperium. Kadar esterogen dan progesteron
menurun secara mencolok setelah plasenta keluar, penurunan kadar
esterogen berkaitan dengan pembengkakan payudara dan diuresis
cairan ekstra seluler berlebih yang terakumulasi selama masa hamil.
b. Hormon hipofisis
Waktu dimulainya ovulasi dan menstruasi pada wanita menyusui dan
tidak menyusui berbeda. Kadar prolaktin serum yang tinggi pada
wanita menyusui tampaknya berperan dalam menekan
ovulasi. Karena kadar follikel-stimulating hormone terbukti sama
pada wanita menyusui dan tidak menyusui di simpulkan ovarium
tidak berespon terhadap stimulasi FSH ketika kadar prolaktin
meningkat (Bowes, 1991).
3. Abdomen
Apabila wanita berdiri di hari pertama setelah melahirkan,
abdomenya akan menonjol dan membuat wanita tersebut tampak seperti
masih hamil. Diperlukan sekitar 6 minggu untuk dinding abdomen
kembali ke keadaan sebelum hami.
4. Sistem urinarius
Fungsi ginjal kembali normal dalam waktu satu bulan setelah
wanita melahirkan. Diperlukan kira-kira dua smpai 8 minggu supaya
hipotonia pada kehamilan dan dilatasi ureter serta pelvis ginjal kembali
ke keadaan sebelum hamil (Cunningham, dkk ; 1993).
5. Sistem cerna
a. Nafsu makan
Setelah benar-benar pulih dari efek analgesia, anestesia, dan
keletihan, ibu merasa sangat lapar.
b. Mortilitas
Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna
menetap selam waktu yang singkat setelah bayi lahir.
c. Defekasi
Buang air besar secara spontan bias tertunda selama dua sampai tiga
hari setelah ibu melahirkan.
6. Payu dara
Konsentrasi hormon yang menstimulasai perkembangan payu dara
selama wanita hamil (esterogen, progesteron, human chorionik
gonadotropin, prolaktin, krotison, dan insulin) menurun dengan cepat
setelah bayi lahir.
a. Ibu tidak menyusui
Kadar prolaktin akan menurun dengan cepat pada wanita yang tidak
menyusui. Pada jaringan payudara beberapa wanita, saat palpasi
dailakukan pada hari kedua dan ketiga.Pada hari ketiga atau keempat
pasca partum bisa terjadi pembengkakan.Payudara teregang keras,
nyeri bila ditekan, dan hangat jika di raba.
b. Ibu yang menyusui
Sebelum laktasi dimulai, payudara teraba lunak dan suatu cairan
kekuningan, yakni kolostrum.Setelah laktasi dimula, payudara teraba
hangat dan keras ketika disentuh. Rasa nyeri akan menetap selama
sekitar 48 jam. Susu putih kebiruan dapat dikeluarkan dari puting
susu.
c. Sistem kardiovaskuler
1) Volume darah
Perubahan volume darah tergantung pada beberapa faktor
misalnya kehilangan darah selama melahirkan dan mobilisasi serta
pengeluaran cairan ekstravaskuler. Kehilangan darah merupakan
akibat penurunan volume darah total yang cepat tetapi terbatas.
Setelah itu terjadi perpindahan normal cairan tubuh yang
menyebapkan volume darah menurun dengan lambat.Pada minggu
ketiga dan keempat setelah bayi lahir, volume darah biasanya
menurun sampai mencapai volume sebelum lahir.
2) Curah jantung
Denyut jantung volume sekuncup dan curah jantung meningkat
sepanjang masa hamil. Segera setelah wanita melahirkan, keadaan
ini akan meningkat bahkan lebih tinggi selama 30 sampai 60
menit karena darah yang biasanya melintasi sirkuit utero plasenta
tibatiba kembali ke sirkulasi umum (Bowes, 1991).
3) Tanda-tanda vital
Beberapa perubahan tanda-tanda vital bisa terlihat, jika wanita
dalam keadaan normal.Peningkatan kecil sementara, baik
peningkatan tekanan darah sistol maupun diastol dapat timbul dan
berlangsung selama sekitar empat hari setelah wanita melahirkan
(Bowes, 1991).
7. Sistem neurologi
Perubahan neurologis selama puerperium merupakan kebalikan
adaptasi neurologis yang terjadi saat wanita hamil dan disebapkan trauma
yang dialami wanita saat bersalin dan melahirkan.
8. Sistem muskuluskeletal
Adaptasi sistem muskuluskeletal ibu yang terjadi selama masa
hamil berlangsung secara terbalik pada masa pascapartum.Adaptasi ini
mencakup hal-hal yang membantu relaksasi dan hipermobilitas sendi dan
perubahan pusat berat ibu akibat pemsaran rahim.
9. Sistem integumen
Kloasma yang muncul pada masa hamil biasanya menghilang saat
kehamilan berakhir. Pada beberapa wanita, pigmentasi pada daerah
tersebut akan menutap. Kulit kulit yang meregang pada payudara,
abdomen, paha, dan panggul mungkin memudar, tapi tidak hilang
seluruhnya.
E. PATOFISIOLOGI
1. Adaptasi Fisiologi
a. Infolusi uterus
Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah
melahirkan, proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar akibat
kontraksi otot-otot polos uterus. Pada akhir tahap ketiga persalinan,
uterus berada di garis tengah, kira-kira 2 cm di bawah umbilikus
dengan bagian fundus bersandar pada promontorium sakralis. Dalam
waktu 12 jam, tinggi fundus mencapai kurang lebih 1 cm di atas
umbilikus. Fundus turun kira-kira 1 smpai 2 cm setiap 24 jam. Pada
hari pasca partum keenam fundus normal akan berada di pertengahan
antara umbilikus dan simpisis pubis.
Uterus, pada waktu hamil penuh baratnya 11 kali berat sebelum
hamil, berinvolusi menjadi kira-kira 500 gr 1 minggu setelah
melahirkan dan 350 gr 2 minggu setelah lahir. Satu minggu setelah
melahirkan uterus berada di dalam panggul.Pada minggu keenam,
beratnya menjadi 50-60 gr. Peningkatan esterogen dan progesteron
bertabggung jawab untuk pertumbuhan masif uterus selama hamil.
Pada masa pasca partum penurunan kadar hormon menyebapkan
terjadinya autolisis, perusakan secara langsung jaringan hipertrofi yang
berlebihan. Sel-sel tambahan yang terbentuk selama masa hamil
menetap.Inilah penyebap ukuran uterus sedikit lebih besar setelah
hamil.
b. Kontraksi intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera
setelah bayi lahir, diduga terjadi sebagai respon terhadap penurunan
volume intrauterin yang sangat besar. homeostasis pasca partum
dicapai terutama akibat kompresi pembuluh darah intramiometrium,
bukan oleh agregasi trombosit dan pembentukan bekuan. Hormon
oksigen yang dilepas dari kelenjar hipofisis memperkuat dan mengatur
kontraksi uterus, mengopresi pembuluh darah dan membantu
hemostasis. Salama 1-2 jam pertama pasca partum intensitas kontraksi
uterus bisa berkurang dan menjadi tidak teratur. Untuk
mempertahankan kontraksi uterus, suntikan oksitosin secara intravena
atau intramuskuler diberikan segera setelah plasenta lahir.Ibu yang
merencanakan menyusui bayinya, dianjurkan membiarkan bayinya di
payudara segera setelah lahir karena isapan bayi pada payudara
merangsang pelepasan oksitosin.
3. Adaptasi psikologis
Menurut Hamilton, 1995 adaptasi psikologis ibu post partum dibagi
menjadi 3 fase yaitu :
a. Fase taking in / ketergantungan
Fase ini dimuai hari pertama dan hari kedua setelah melahirkan dimana
ibu membutuhkan perlindungandan pelayanan.
b. Fase taking hold / ketergantungan tidak ketergantungan Fase ini
dimulai pada hari ketiga setelah melahirkan dan berakhir pada minggu
keempat sampai kelima. Sampai hari ketiga ibu siap untuk menerima
peran barunya dan belajar tentang semua hal-hal baru. Selama fase ini
sistem pendukung menjadi sangat bernilai bagi ibu muda yang
membutuhkan sumber informasi dan penyembuhan fisik sehingga ia
dapat istirahat dengan baik
c. Fase letting go / saling ketergantungan
Dimulai sekitar minggu kelima sampai keenam setelah
kelahiran.Sistem keluarga telah menyesuaiakan diri dengan
anggotanya yang baru.Tubuh pasian telah sembuh, perasan rutinnya
telah kembali dan kegiatan hubungan seksualnya telah dilakukan
kembali.
F.PATHWAY
POST PARTUM NORMAL

Luka Episiotomi Perubahan Fisiologi Perubahan Psikologi

Proses Involusi Vagina dan Ketergantungan Ketergantungan Kemandirian Kemandirian


Perineum
Kerusakan
Belajar Mengenai Kondisi Tubuh Mengalami
integritas Peningkatan Kadar Butuh
Ruptur Perawatan Dini & Bayi Perubahan
jaringan Ocytosin, Peningkatan Perlindungan dan
Jaringan
Kontraksi Uterus Pelayanan
Kurang Pengetahuan
Personal
Nyeri Akut Hygiene Berfokus pada
Kurang Baik Diri Sendiri dan Risiko Gangguan
Lemas Proses Parenting

Genetalia Pendarahan
Perubahan Menjadi Orang Tua
Kotor

Risiko
Ketidakefektifan menyusui
Risiko Kekurangan
Infeksi Volume
Cairan
G. KLASIFIKASI
Menurut buku Acuan Asuhan Persalinan Normal (2008), derajat ruptur perineum
dapat dibagi menjadi empat derajat, yaitu :
a. Ruptur perineum derajat satu, dengan jaringan yang mengalami robekan
adalah:
1) Vagina
2) Komisura posterior
3) Kulit perineum
b. Ruptur perineum derajat dua, robekan adalah :
1) Mukosa Vagina
2) Komisura posterior
3) Kulit perineum
4) Otot perineum
c. Ruptur perineum derajat tiga, robekan adalah :
1) Sebagaimana ruptur derajat dua
2) Otot sfingter ani
d. Ruptur perineum derajat empat, dengan jaringan yang mengalami robekan
adalah :
1) Sebagaimana ruptur derajat tiga
2) Dinding depan rectum

H. KOMPLIKASI
1. Perdarahan
Perdarahan adalah penyebap kematian terbanyak pada wanita selama periode
post partum. Perdarahan post partum adalah : kehilangan darah lebih dari 500
cc setelah kelahiran kriteria perdarahan didasarkan pada satu atau lebih tanda-
tanda sebagai berikut:
a. Kehilangan darah lebih dai 500 cc
b. Sistolik atau diastolik tekanan darah menurun sekitar 30 mmHg
c. Hb turun sampai 3 gram % (novak, 1998).
Perdarahan post partum dapat diklasifikasi menurut kapan terjadinya
perdarahan dini terjadi 24 jam setelah melahirkan. Perdarahan lanjut lebih dari
24 jam setelah melahirkan, syok hemoragik dapat berkembang cepat dan
menadi kasus lainnya, tiga penyebap utama perdarahan antara lain :
a. Atonia uteri : pada atonia uteri uterus tidak mengadakan kontraksi dengan
baik dan ini merupakan sebap utama dari perdarahan post partum. Uterus
yang sangat teregang (hidramnion, kehamilan ganda, dengan kehamilan
dengan janin besar), partus lama dan pemberian narkosis merupakan
predisposisi untuk terjadinya atonia uteri.
b. laserasi jalan lahir : perlukan serviks, vagina dan perineum dapat
menimbulkan perdarahan yang banyak bila tidak direparasi dengan segera.
c. Retensio plasenta, hampir sebagian besar gangguan pelepasan plasenta
disebapkan oleh gangguan kontraksi uterus.retensio plasenta adalah :
tertahannya atau belum lahirnya plasenta atau 30 menit selelah bayi lahir.
d. Lain-lain
1) Sisa plasenta atau selaput janin yang menghalangi kontraksi uterus
sehingga masih ada pembuluh darah yang tetap terbuka
2) Ruptur uteri, robeknya otot uterus yang utuh atau bekas jaringan parut
pada uterus setelah jalan lahir hidup.
3) Inversio uteri (Wikenjosastro, 2000).
2. Infeksi puerperalis
Didefinisikan sebagai; inveksi saluran reproduksi selama masa post
partum.Insiden infeksi puerperalis ini 1 % - 8 %, ditandai adanya kenaikan
suhu > 38 0 dalam 2 hari selama 10 hari pertama post partum. Penyebap klasik
adalah : streptococus dan staphylococus aureus dan organisasi lainnya.
3. Endometritis
Adalah infeksi dalam uterus paling banyak disebapkan oleh infeksi
puerperalis.Bakteri vagina, pembedahan caesaria, ruptur membran memiliki
resiko tinggi terjadinya endometritis (Novak, 1999).
4. Mastitis
Yaitu infeksi pada payudara. Bakteri masuk melalui fisura atau pecahnya
puting susu akibat kesalahan tehnik menyusui, di awali dengan
pembengkakan, mastitis umumnya di awali pada bulan pertamapost partum
(Novak, 1999).
5. Infeksi saluran kemih
Insidenmencapai 2-4 % wanita post partum, pembedahan
meningkatkan resiko infeksi saluran kemih. Organisme terbanyak adalah
Entamoba coli dan bakterigram negatif lainnya.
6. Tromboplebitis dan trombosis
Semasa hamil dan masa awal post partum, faktor koagulasi dan meningkatnya
status vena menyebapkan relaksasi sistem vaskuler, akibatnya terjadi
tromboplebitis (pembentukan trombus di pembuluh darah dihasilkan dari
dinding pembuluh darah) dan trombosis
(pembentukan trombus) tromboplebitis superfisial terjadi 1 kasus dari
500 – 750 kelahiran pada 3 hari pertama post partum.
7. Emboli
Yaitu : partikel berbahaya karena masuk ke pembuluh darah kecil
menyebapkan kematian terbanyak di Amerika (Novak. 1999).
8. Post partum depresi
Kasus ini kejadinya berangsur-angsur, berkembang lambat sampai beberapa
minggu, terjadi pada tahun pertama.Ibu bingung dan merasa takut pada
dirinya. Tandanya antara lain, kurang konsentrasi, kesepian tidak aman,
perasaan obsepsi cemas, kehilangan kontrol, dan lainnya. Wanita juga
mengeluh bingung, nyeri kepala, ganguan makan, dysmenor, kesulitan
menyusui, tidak tertarik pada sex, kehilanagan semangat (Novak, 1999).

I. PENATALAKSANAAN
Penanganan ruptur perineum diantaranya dapat dilakukan dengan cara
melakukan penjahitan luka lapis demi lapis, dan memperhatikan jangan sampai
terjadi ruang kosong terbuka kearah vagina yang biasanya dapat dimasuki
bekuan-bekuan darah yang akan menyebabkan tidak baiknya penyembuhan luka.
Selain itu dapat dilakukan dengan cara memberikan antibiotik yang cukup
(Moctar, 1998).
Prinsip yang harus diperhatikan dalam menangani ruptur perineum adalah:
1. Bila seorang ibu bersalin mengalami perdarahan setelah anak lahir, segera
memeriksa perdarahan tersebut berasal dari retensio plasenta atau plasenta
lahir tidak lengkap.
2. Bila plasenta telah lahir lengkap dan kontraksi uterus baik, dapat dipastikan
bahwa perdarahan tersebut berasal dari perlukaan pada jalan lahir, selanjutnya
dilakukan penjahitan. Prinsip melakukan jahitan pada robekan perineum :
a. Reparasi mula-mula dari titik pangkal robekan sebelah
dalam/proksimal ke arah luar/distal. Jahitan dilakukan lapis demi lapis,
dari lapis dalam kemudian lapis luar.
b. Robekan perineum tingkat I : tidak perlu dijahit jika tidak ada perdarahan
dan aposisi luka baik, namun jika terjadi perdarahan segera dijahit dengan
menggunakan benang catgut secara jelujur atau dengan cara angka
delapan.
c. Robekan perineum tingkat II : untuk laserasi derajat I atau II jika
ditemukan robekan tidak rata atau bergerigi harus diratakan terlebih
dahulu sebelum dilakukan penjahitan. Pertama otot dijahit dengan catgut
kemudian selaput lendir. Vagina dijahit dengan catgut secara terputus-
putus atau jelujur. Penjahitan mukosa vagina dimulai dari puncak robekan.
Kulit perineum dijahit dengan benang catgut secara jelujur.
d. Robekan perineum tingkat III : penjahitan yang pertama pada dinding
depan rektum yang robek, kemudian fasia perirektal dan fasia septum
rektovaginal dijahit dengan catgut kromik sehingga bertemu kembali.
e. Robekan perineum tingkat IV : ujung-ujung otot sfingter ani yang terpisah
karena robekan diklem dengan klem pean lurus, kemudian dijahit antara 2-
3 jahitan catgut kromik sehingga bertemu kembali.
Selanjutnya robekan dijahit lapis demi lapis seperti menjahit robekan
perineum tingkat I.
f. Meminimalkan Derajat Ruptur Perineum
Menurut Mochtar (1998) persalinan yang salah merupakan salah satu
sebab terjadinya ruptur perineum.Menurut Buku Acuan Asuhan
Persalinan Normal (2008) kerjasama dengan ibu dan penggunaan perasat
manual yang tepat dapat mengatur ekspulsi kepala, bahu, dan seluruh
tubuh bayi untuk mencegah laserasi atau meminimalkan robekan pada
perineum.
Dalam menangani asuhan keperawatan pada ibu post partum spontan, dilakukan
berbagai macam penatalaksanaan, diantaranya :
1. Monitor TTV
Tekanan darah meningkat lebih dari 140/90 mungkin menandakan preeklamsi
suhu tubuh meningkat menandakan terjadinya infeksi,
stress, atau dehidrasi.
2. Pemberian cairan intravena
Untuk mencegah dehidrasi dan meningkatkan kemampuan perdarahan darah
dan menjaga agar jangan jatuh dalam keadaan syok, maka cairan pengganti
merupakan tindakan yang vital, seperti Dextrose atau Ringer.
3. Pemberian oksitosin
Segera setelah plasenta dilahirkan oksitosin (10 unit) ditambahkan dengan
cairan infuse atau diberikan secara intramuskuler untuk membantu kontraksi
uterus dan mengurangi perdarahan post partum.
4. Obat nyeri
Obat-obatan yang mengontrol rasa sakit termasuk sedative, alaraktik, narkotik
dan antagonis narkotik.Anastesi hilangnya sensori, obat ini diberikan secara
regional/ umum (Hamilton, 1995).
BAB II
KONSEP ADAPTASI (Ibu Hamil, Bersalin, Postpartum)

A. ADAPTASI FISIOLOGI
Bobak, Lowdermik dan Jensen, (2005) menyatakan bahwa periode post
partum ialah masa enam minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ reproduksi
kembali ke keadaan sebelum hamil.Periode ini kadang-kadang disebut
puerperiumatau trimester ke empat kehamilan.Perubahan fisiologis yang terjadi
sangat jelas, walaupun dianggap normal dimana proses-proses pada kehamilan
berjalan terbalik.Berikut adalah perubahan atau adaptasi fisiologi serta psikologi
wanita setelah melahirkan.
1. Adaptasi Fisiologi Ibu Post Partum
a. Sistem Reproduksi
1) Involusio Uteri
Involusio adalah pemulihan uterus pada ukuran dan kondisi
normal setelah kelahiran bayi.(Bobak, Lowdermilk, dan Jensen, 2005).
Involusio terjadi karena masing-masing sel menjadi lebih kecil karena
sitoplasma yang berlebihan dibuang. Involusio disebabkan oleh proses
autolysis, dimana zat protein dinding rahim pecah, diabsorbsi dan
kemudian dibuang sebagai air kencing.
2) Involusio Tempat Plasenta
Pada pemulaan nifas, bekas plasenta mengandung banyak
pembuluh darah besar yang tersumbat oleh trombus.Biasanya luka
yang demikian, sembuh dengan menjadi parut.Hal ini disebabkan
karena dilepaskan dari dasar dengan pertumbuhan endometriumbaru di
bawah pemukaan luka. Rasa sakit yang disebut after pains ( meriang
atau mules-mules ) disebabkan kontraksi rahim biasanya berlangsung
3-4hari pasca persalinan.( Cunningham, F Gary, Dkk, 2005 )
3) Lochea
Yaitu sekret dari kavum uteri dan vagina pada masa nifas.
Lochia dapat dibagi menjadi beberapa jenis:
a) Lochea rubra/cruenta
Berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua,
verniks kaseosa, lanugo, dan mekonium, selama 2 hari pasca
persalinan.
b) Lochea sanguinolenta
Berwarna merah dan kuning berisi darah dan lendir,yang keluar
pada hari ke – 3 sampai ke-7 pasca persalinan.
c) Lochea serosa
Dimulai dengan versi yang lebih pucat dari lochia rubra.Lochiaini
berbentuk serum dan berwarna merah jambu kemudian menjadi
kuning.Cairan tidak berdarah lagi pada hari ke -7 sampai hari ke-
14 pasca persalinan.
d) Lochea alba
Dimulai dari hari ke-14 kemudian makin lama makin sedikit
hingga sama sekali berhenti sampai 1 atau 2 minggu berikutnya.
Bentuknya seperti cairan putih berbentuk krim serta terdiri atas
leukositdan sel-sel desidua.
e) Lochea purulenta
Terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbaubusuk.
f) Locheastatis
Lochea tidak lancar keluarnya.
4) Serviks
Setelah persalinan, bentuk serviks akan menganga seperti
corong berwarna merah kehitaman, konsistensinya lunak, kadang-
kadang terdapat perlukaan kecil. Setelah bayi lahir tanganmasih bisa
masuk rongga rahim, setelah 2 jam dapat dilalui oleh 2-3 jari dan
setelah 7 hari hanya dapat dilalui 1 jari.
5) Vagina dan perineum
Vagina dan lubang vagina pada permulaan puerpurium
merupakan suatu saluran yang luas berdinding tipis.Secara berangsur-
angsur luasnya berkurang, tetapi jarang sekali kembali seperti ukuran
seorang nulipara. Rugae ( lipatan-lipatan atau kerutan-kerutan ) timbul
kembali pada minggu ketiga. Perlukaan vagina yang tidak
berhubungan dengan luka perineum tidak sering dijumpai.Mungkin
ditemukan setelah persalinan biasa, tetapi lebih sering terjadi sebagai
akibat ekstraksi dengan cunam, terlebih apabila kepala janin harus
diputar. Robekan terdapat pada dinding lateral dan baru terlihat dengan
pemeriksaan spekulum. Pada perineum terjadi robekan pada hampir
semua persalinan pertama dan tidak jarang juga pada persalinan
berikutnya.Robekan perineum umumnya terjadi di garis tengah dan
bisa menjadi luas apabila kepala janin terlalu cepat, sudut arkus pubis
lebih kecil daripada biasa, kepala janin melewati pintu panggul bawah
dengan ukuran yang lebih besar daripada irkumferensia suboksipito
bregmatika.Bila ada laserasi jalan lahir atau luka bekas episiotomi
lakukanlah penjahitan dan perawatan dengan baik.
b. Sistem Endokrin
Selama proses kehamilan dan persalinan terdapat perubahan pada
sistem endokrin, terutama pada hormon-hormon yang berperan dalam
proses tersebut.
1) Oksitosin
Oksitosin disekresikan dari kelenjar otak bagian belakang.Selama
tahap ketiga persalinan, hormon oksitosin berperan dalam pelepasan
plasenta mempertahankan kontraksi, sehingga mencegah
perdarahan.Isapan bayi dapat merangsang produksi ASI dan sekresi
oksitosin.Hal tersebut membantu uterus kembali ke bentuk normal.
2) Prolaktin
Menurunnya kadar estrogen menimbulkan terangsangnya kelenjar
pituitari bagian belakang untuk mengeluarkan prolaktin, hormone ini
berperan dalam pembesaran payudara untuk merangsang produksi
susu. Pada wanita yang menyusui bayinya, kadarprolaktin tetap tinggi
dan pada permulaan ada rangsangan folikel dalam ovarium yang
ditekan. Pada wanita yang tidak menyusui bayinya, tingkat sirkulasi
prolaktin menurun dalam 14-21 hari setelah persalinan, sehingga
merangsang kelenjar bawah depan otak yang mengontrol ovarium ke
arah permulaan pola produksi estrogen dan progesteron yang normal,
pertumbuhan folikel, ovulasi, dan menstruasi.
3) Estrogen dan progesteron
Selama hamil volume darah normal meningkat walaupun
mekanismenya secara penuh belum dimengerti.Diperkirakan bahwa
tingkat estrogen yang tinggi memperbesar hormon antidiuretik yang
mengikatkan volume darah.Di samping itu, progesteron
mempengaruhi otot halus yang mengurangi perangsangan dan
peningkatan pembuluh darah.Hal ini sangat mempengaruhi saluran
kemih, ginjal, usus, dinding vena, dasar panggul, perineum dan vulva,
serta vagina.
c. Sistem kardiovaskuler
Pada dasarnya tekanan darah sedikit berubah atau tidak berubah
samasekali. Tapi biasanya terjadi penurunan tekanan darah sistolik 20
mmHg.Jika ada perubahan posisi, ini disebut dengan hipotensi orthostatik
yang merupakan kompensasi kardiovaskuler terhadap penurunan resistensi
di daerah panggul.
d. Sistem Urinaria
Selama proses persalinan, kandung kemih mengalami trauma yang
dapat mengakibatkan udema dan menurunnya sensitifitas terhadap tekanan
cairan, perubahan ini menyebabkan, tekanan yang berlebihan dan
kekosongan kandung kemih yang tidak tuntas, hal ini bisa mengakibatkan
terjadinya infeksi. Biasanya ibu mengalami kesulitan buang air kecil
sampai 2 hari post partum.
e. Sistem Gastrointestinal
Biasanya ibu mengalami obstipasi setelah melahirkan anak.Hal ini
disebabkan karena pada saat melahirkan alat pencernaan mendapat tekanan
yang menyebabkan colon menjadi kosong, pengeluaran cairan yang
berlebihan pada waktu persalinan, kurang makan, haemoroid, dan laserasi
jalan lahir.
f. Sistem Muskuloskeletal
1) Ambulasi pada umumnya mulai 1-8 jam setelah ambulasi dini untuk
mempercepat involusio rahim.
2) Otot abdomen terus-menerus terganggu selama kehamilan yang
mengakibatkan berkurangnya tonus otot, yang tampak pada masa post
partum dinding perut terasa lembek, lemah, dan kendor. Selama
kehamilan otot abdomen terpisah disebut distensi recti abdominalis,
mudah di palpasi melalui dinding abdomen bila ibu telentang.Latihan
yang ringan seperti senam nifas akan membantu penyembuhan alamiah
dan kembalinya otot pada kondisi normal.
g. Sistem kelenjar mamae
1) Laktasi
Pada hari kedua post partum sejumlah kolostrum, cairan yang
disekresi payudara selama lima hari pertama setelah kelahiran bayi,
dapat diperas dari putting susu.
2) Kolostrum
Dibanding dengan susu matur yang akhirnya disekresi oleh
payudara, kolostrum mengandung lebih banyak protein, yang sebagian
besar adalah globulin, dan lebih banyak mineral tetapi gula dan lemak
lebih sedikit. Meskipun demikian kolostrum mengandung globul
lemak agak besar di dalam yang disebut korpustel kolostrum, yang
oleh beberapa ahli dianggap merupakan sel-sel epitel yang telah
mengalami degenerasi lemak dan oleh ahli lain dianggap sebagai
fagosit mononuclear yang mengandung cukup banyak lemak. Sekresi
kolostrum bertahan selama sekitar limahari, dengan perubahan
bertahap menjadi susu matur. Antibodi mudah ditemukan dalam
kolostrum. Kandungan immunoglobulin A mungkin memberikan
perlindungan pada neonatus melawan infeksi enterik. Faktor-faktor
kekebalan hospes lainnya, juga immunoglobulin - immunoglobulin,
terdapat di dalam kolostrum manusia dan air susu. Faktor ini meliputi
komponen komplemen, makrofag, limfosit, laktoferin,
laktoperoksidase, dan lisozim.
3) Air susu
Komponen utama air susu adalah protein, laktosa, air dan
lemak. Air susu isotonik dengan plasma, dengan laktosa bertanggung
jawab terhadap separuh tekanan osmotik. Protein utama di dalam air
susu ibu disintesis di dalam retikulum endoplasmik kasar sel
sekretorik alveoli. Asam amino esensial berasal dari darah, dan asam-
asam amino non-esensial sebagian berasal dari darah atau disintesis di
dalam kelenjar mamae. Kebanyakan protein air susuadalah protein-
protein unik yang tidak ditemukan dimanapun. Juga prolaktin secara
aktif disekresi ke dalam air susu. Perubahan besar yang terjadi 30-40
jam post partum antara lainpeninggian mendadak konsentrasi laktosa.
Sintesis laktosa dari glukosa didalam sel-sel sekretorik alveoli
dikatalisis oleh lactose sintetase.Beberapa laktosa meluap masuk ke
sirkulai ibu dan mungkin disekresi oleh ginjal dan ditemukan di dalam
urin kecuali kalau digunakan glukosa oksidase spesifik dalam
pengujian glikosuria.Asam-asam lemak disintetis di dalam alveoli dari
glukosa. Butir-butir lemak disekresi dengan proses semacam apokrin.
Semua vitamin kecuali vitamin K ada di dalam susu manusiatetapi
dalam jumlah yang berbeda.Kadar masing-masing meninggi dengan
pemberian makanan tambahan pada ibu. Karena ibu tidak
menyediakan kebutuhan bayi akan vitamin K, pemberian vitamin K
pada bayi segera setelah lahir ada manfaatnya untuk mencegah
penyakit perdarahan pada neonatus. Air susu manusia mengandung
konsentrasi rendah besi. Tetapi, besi di dalam air susu manusia
absorpsinya lebih baik dari pada besi di dalam susu sapi. Simpanan
besi ibu tampaknya tidak mempengaruhi jumlah besi di dalam air
susu. Kelenjar mamae, seperti kelenjar tiroid, menghimpun iodium,
yang muncul di dalam air susu. (Cunningham, F Gary, Dkk, 2005).
h. Sistem Integumen
Penurunan melanin setelah persalinan menyebabkan berkurangnya
hiperpigmentasi kulit.
1) Hiperpigmentasi pada aerola mammae dan linea nigra mungkin
menghilang sempurna sesudah melahirkan.
B. ADAPTASI PSIKOLOGIS
Adaptasi Psikologi Ibu Post Partum
Menurut Rubin dalam Varney (2007) adaptasi psikologi ibu post partum dibagi
menjadi 3 fase yaitu :
a. Fase Taking In (Fase mengambil) / ketergantungan
Fase ini dapat terjadi pada hari pertama sampai kedua post partum. Ibu
sangat tergantung pada orang lain, adanya tuntutan akan kebutuhan makan dan
tidur, ibu sangat membutuhkan perlindungan dan kenyamanan.
b. Fase Taking Hold / ketergantungan mandiri
Fase ini terjadi pada hari ketiga sampai hari ke sepuluh post partum,
secara bertahap tenaga ibu mulai meningkat dan merasa nyaman, ibu sudah
mulai mandiri namun masih memerlukan bantuan,ibu sudah mulai
memperlihatkan perawatan diri dan keinginan untuk belajar merawat bayinya.
c. Fase Letting Go / kemandirian
Fase ini terjadi pada hari ke sepuluh post partum, ibu sudah mampu
merawat diri sendiri, ibu mulai sibuk dengan tanggung jawabnya.
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Pengkajian pada ibu post partum menurut Doenges, 2001 adalah sebagaiberikut :
1. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
a. Bagaimana keadaan ibu saat ini ?
b. Bagaimana perasaa ibu setelah melahirkan ?
2. Pola nutrisi dan metabolik
a. Apakah klien merasa kehausan setelah melahirkan ?
b. Apakah klien merasa lapar setelah melahirkan ?
c. Apakah klien kehilangan nafsu makan atau merasa mual ?
d. Apakah ibu mengalami penurunan BB setelah melahirkan ?
3. Pola aktivitas setelah melahirkan
a. Apakah ibu tampak kelelahan atau keletihan ?
b. Apakah ibu toleransi terhadap aktivitas sedang atau ringan ?
c. Apakah ibu tampak mengantuk ?
4. Pola eliminasi
a. Apakah ada diuresis setelah persalinan ?
b. Adakan nyeri dalam BAB pasca persalinan ?
5. Neuro sensori
a. Apakah ibu merasa tidak nyaman ?
b. Apakah ibu merasa nyeri di bagian tubuh tertentunya ?
c. Bagaimana nyeri yang ibu raskan ?
d. Kaji melalui pengkajian P, Q, R, S, T ?
e. Apakah nyerinya menggangu aktivitas dan istirahatnya ?
6. Pola persepsi dan konsep diri
a. Bagaimana pandangan ibu terhadap dirinya saat ini
b. Adakah permasalahan yang berhubungan dengan perubahan
penampilan tubuhnya saat ini ?
7. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
1) Pemeriksaan TTV
2) Pengkajian tanda-tanda anemia
3) Pengkajian tanda-tanda edema atau tromboflebitis
4) Pemeriksaan reflek
5) Kaji adanya varises
6) Kaji CVAT ( cortical vertebra area tenderness )
b. Payudara
1) Pengkajian daerah areola ( pecah, pendek, rata )
2) Kaji adanya abses
3) Kaji adanya nyeri tekan
4) Observasi adanya pembengkakanatau ASI terhenti
5) Kaji pengeluaran ASI
c. Abdomen atau uterus
1) Observasi posisi uterus atau tiggi fundus uteri
2) Kaji adnanya kontraksi uterus
3) Observasi ukuran kandung kemih
d. Vulva atau perineum
1) Observasi pengeluaran lokhea
2) Observasi penjahitan lacerasi atau luka episiotomi
3) Kaji adanya pembengkakan
4) Kaji adnya luka
5) Kaji adanya hemoroid
8. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan darah
Beberapa uji laboratorium biasa segera dilakukan pada Periode pasca
partum. Nilai hemoglobin dan hematokrit seringkali dibutuhkan pada hari
pertama pada partumuntuk mengkaji kehilangan darah pada melahirkan.
b. Pemeriksaan urin
Pegambilan sampel urin dilakukan dengan menggunakan cateter atau
dengan tehnik pengambilan bersih (clean-cath) spisimen ini dikirim ke
laboratorium untuk dilakukan urinalisis rutin atau kultur dan sensitivitas
terutama jika cateter indwelling di pakai selama pasca inpartum. Selain itu
catatan prenatal ibu harus di kaji untuk menentukan status rubelle dan
rhesus dan kebutuhan therapy yang mungkin (Bobak, 2004).

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri berhubungan dengan involusi uterus, nyeri setelah melahirkan.
2. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan trauma fisik
3. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan laserasi dan proses persalinan.
4. Risiko tinggi kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan
kehilangan darah dan intake ke oral.
5. Risiko menyusui tidak efektif berhubungan dengan kurang pengetahuan cara
perawatan payudara bagi ibu menyusui.
6. Risiko gangguan proses parenting berhubungan dengan kurang pengetahuan.
C. RENCANA KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA TUJUAN &
INTERVENSI RASIONAL
. KEPERAWATAN KRITERIA HASIL
1. Nyeri berhubungan Setelah dilakukan asuhan keperawatan 3 x NIC LABEL MANAJEMEN NYERI 1. Untuk mengetahui tingkat dan
dengan involusi uterus, 24 jam diharapkan nyeri yang dialami 1. Lakukan pengkajian nyeri komprehensif lokasi nyeri yang dirasakan oleh
nyeri setelah melahirkan pasien dapat berkurang dengan kriteria yang meliputi lokasi, karakteristik, pasien
hasil : referensi, durasi,kualitas, ointensitas atau 2. Untuk mengurangi rasa nyeri
NOC LABEL TINGKAT NYERI beratnya nyeri dan faktor pencetus. pasien dan meberikan edukasi
1. Nyeri yang dilaporkan dipertahankan 2. Pastikan perawatan analgesik bagi pasien 3. Untuk meminimalkan nyeri
pada skala 2 ditingkatkan ke skala 4 dilakukan dengan pengetahuan yang ketat yang diakibatkan oleh faktor
2. Menggosok area yang terkena dampak 3. Kurangi atau eliminasi faktor-faktor yang lain
dipertahankan pada skala 2 ditingkatkan dapat mencetuskan atau meningkatkan 4. Untuk meningkatkan prawatan
ke skala 4 nyeri diri pada pasien secara mandiri
NOC LABEL TINGKAT 4. Ajarkan tehnik non farmakologi seperti 5. Untuk mengontrol nyeri pasieN
KETIDAKNYAMANAN hypnosis, relaksasi nafas dalam, terapi
6. Untuk meningkatkan kesehatan
1. Nyeri dipertahankan pada skala 2 musik, dll.
pasien
ditingkatkan ke skala 4 5. Dorong pasien untuk memonitor nyeri
2. Meringis dipertahankan pada skala 2 dan menangani nyerinya dengan tepat 7. Untuk mengetahui sumber

ditingkatkan ke skala 4 NIC LABEL MANAJEMEN ketidak nyamanan pasien


LINGKUNGAN: KENYAMANAN 8. Untuk meningkatkan rasa
1. Hindari gangguan yang tidak perlu dan nyaman pasien
berikan untuk waktu istirahat
9. Untuk pemberian edukasi sesuai
2. Pertimbangkan sumber-sumber ketidak
dengan penurunan nyeri pasien
nyamanan
3. Ciptakan lingkungan yang tenang dan 10. Agar keluarga dapat membantu

mendukung meningkatkan rasa nyaman


pasien
4. Berikan sumber-sumber edukasi yang
relafan dan berguna mengenai
manajemen penyakit dan cidera
5. Tentukan tujuan pasien dan keluarga
dalam mengelola lingkungan dan
kenyamanan yang optimal
2. Kerusakan integritas Setelah dilakukan asuhan keperawatan NIC LABEL PENGECEKAN KULIT
jaringan berhubungan 3x24 jam kerusakan integritas kulit pasien 1. Amati warna, bengkak, tekstur, edema,
1. Untuk mengertahui keadaan
dengan trauma fisik teratasi dengan kriteria hasil : kehangatan, da ulserasi pada sekitar kulit
kulit akibat terjadinya luka
NOC LABEL INTEGRITAS yang luka
2. Untuk mengetahui keadaan luka
JARINGAN : KULIT & MEMBRAN 2. Periksa kondisi luka dengan tepat
apakah luka bersih atau kotor
MUKOSA 3. Monitor kulit dan selaput lendir terhadap
3. Untuk mengetahui apakah
1. Integritas kulit dipertahankan pada skala area perubahan warna dan memar
3 ditingkatkan ke skala 4 4. Monitor infeksi terutama di daerah luka terjadinya perubahan pada
2. Nekrosis dipertahankan pada skala 3 5. Ajarkan anggota keluarga / pemberian selaput lendir dan kulit akibat
ditingkatkan ke skala 4 asuhan mengenai tanda – tanda kerusakan dari luka
3. Lesi pada kulit dipertahankan pada skala kulit, dengan tepat. 4. Untuk mengetahui keadaan luka
3 ditingkatkan ke skala 4 NIC LABEL PERAWATAN LUKA apakah trbebas dari infeksi atau
1. Monitor karakteristik luka, termasuk menimbulkan ciri – ciri adanya
drainase, warna, ukuran, dan bau infeksi
2. Ukur luas luka, yang sesuai 5. Untuk meningkatkan
3. Singkirkan benda – benda yang tertanam pengetahuan keluarga dalam
pada luka (serpihan) merawat pasien.
4. Bersihkan dengan normal saline atau 6. Untuk mengetahui keadaan luka
pembersih yang tidak beracun, dengan pasien
tepat 7. Untuk mengetahui apakah ada
5. Ajarkan pasien dan keluaraga untuk pelebaran yang terjadi pada luka
mengenal tanda dan gejala infeksi 8. Untuk menghindarai infeksi
tambahan pada luka akibat
adanya benda asing yang
tertanam pada luka
9. Untuk menjaga kebersihan luka
10. Agar pasien dan keluarga dapat
meminimalkan infeksi.
3. Risiko tinggi infeksi Setelah dilakukan asuhan keperawatan NIC LABEL KONTROL INFEKSI 1. Untuk kengurangi resiko infeksi
berhubungan dengan 3x24 jam diharapkan risiko infeksi pada 1. Anjurkan pasien mengenai tehnik cuci 2. Agar antibiotic yang diberikan
laserasi dan proses pasien dapat diatasi dengan kriteria hasil : tangan dengan tepat tidak terlambat diminum dan
persalinan NOC LABEL KEPARAHAN INFEKSI 2. Anjurkan pasien untuk minum antibiotic tidak resisten terhadap antibiotic
1. Kemerahan dipertahankan pada skala 2 yang diresepkan 3. Agar pasien dan keluarga
ditingkatkan ke skala 4 3. Ajarkan pasien dan keluarga pasien mengetahui tanda dan gejala
2. Cairan (luka) yang berbau busuk mengenai tanda gejala infeksi saat terkena infeksi
dipertahankan pada skala 2 ditingkatkan 4. Ajarkan pasien dan anggota keluarga 4. Agar pasien dan keluarga dapat
ke skala 4 mengenai bagaimana menghindari infeksi meminimalkan infeksi
3. Nyeri dipertahankan pada skala 2 NIC LABEL PERAWATAN LUKA 5. Untuk mengetahui keadaan luka
ditingkatkan ke skala 4 1. Monitor karakteristik luka, termasuk pasien
drainase, warna, ukuran, dan bau 6. Untuk mengetahui apakah ada
2. Ukur luas luka, yang sesuai pelebaran yang terjadi pada luka
3. Singkirkan benda – benda yang tertanam 7. Untuk menghindarai infeksi
pada luka (serpihan) tambahan pada luka akibat
4. Bersihkan dengan normal saline atau adanya benda asing yang
pembersih yang tidak beracun, dengan tertanam pada luka
tepat 8. Untuk menjaga kebersihan luka
5. Ajarkan pasien dan keluaraga untuk 9. Agar pasien dan keluarga dapat
mengenal tanda dan gejala infeksi meminimalkan infeksi.
.
DAFTAR PUSTAKA

Bobak,I.M.,Lowdermilk,D.L, & Jensen, M.D. 2004Maternity NursingEdisi 4.Jakarta:


EGC

Dewi, V.N.L & Tri, S. 2011. Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Jakarta Salemba
Medika

Marmi.2011. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas “Peuperium Care”. Yogyakarta :


Pustaka Pelajar

Maritalia, Dewi. 2012. Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui.Yogyakarta : Pustaka


Pelajar Notoadmodjo, S. 2005.

Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi.Jakarta : Rineka Cipta

Novita, R.V.T. 2011. Keperawatan Maternitas. Bogor : Ghalia Indonesia

Siswosudarmo, R & Ova, E. 2008. Obstetri Fisiologi. Yogyakarta : Pustaka Cendekia

Anda mungkin juga menyukai