Anda di halaman 1dari 33

TUGAS MAKALAH STUDI DIAGNOSTIK

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HIPERKOLESTEROLEMIA


YANG AKAN DILAKUKAN PEMERIKSAAN KOLESTEROL DAN
TRIGLISERIDA

Dosen Pembimbing:
Hepta Nur Anugrahini., Skep., Ns., M.kep

Disusun Oleh:
Maulidina Dwi Arifianti (P27820118035)
Afifah Zery Afrilia (P27820118039)
Juli Astianti (P27820118041)

Tingkat 2 Reguler A

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SURABAYA
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SOETOMO SURABAYA
TAHUN AJARAN 2019/2020
BAB I
LANDASAN TEORI

1.1 Definisi
Kolesterol merupakan masalah kompleks dalam tubuh manusia.
Apabila jumlah kolesterol jahat meningkat di dalam tubuh akan mendominasi
beberapa penyakit seperti diabetes, stroke, dan penyakit serangan jantung.
Salah satu penyakit yang diakibatkan karena kadar kolesterol berlebih yaitu
hiperkolesterolemia. Hiperkolesterolemia adalah salah satu faktor risiko dari
Penyakit Jantung Koroner.
Hiperkolesterolemia adalah suatu kondisi jumlah kolesterol darah
melebihi batas normal. Kolesterol merupakan unsur penting dalam tubuh yang
diperlukan untuk mengatur proses kimiawi didalam tubuh, tetapi kolesterol
dalam jumlah tinggi bisa menyebabkan terjadinya ateroklerosis yang akhirnya
akan berdampak pada penyakit jantung koroner.
Gangguan yang terjadi pada darah disebabkan akibat rendahnya
tingkat kolesterol plasma atau High-density lipoprotein pada darah, yang
dimana dapat menyebabkan terjadinya perkembangan peradangan pada darah
dan gangguan pada jantung. Kelainan fraksi lipid yang utama adalah kenaikan
kadar kolesterol total, Low Density Lipoprotein (LDL), dan trigliserida serta
penurunan kadar High Density Lipoprotein (HDL).
Lipid merupakan istilah yang merujuk pada minyak atau lemak di
dalam tubuh. Secara umum, lipid di dalam tubuh terdiri dari dua komponen
utama, yaitu kolesterol dan trigliserida. Trigliserida berasal dari pemecahan
lemak dar makanan. Kadar trigliserida sangat bergantung pada makanan yang
dikonsumsi. Sedangkan kolesterol adalah bentuk lemak yang berada dalam
sirkulasi darah manusia.
1.2 Klasifikasi Kolesterol
Klasifikasi kolesterol dibagi menjadi 2 yaitu jenis kolesterol dan kadar
kolesterol
a. Jenis Kolesterol
1. Low Density Lipoprotein (LDL)
LDL disebut dengan kolesterol jahat karena kandungan yang ada
didalam tubuh sekitar 60%-70%. LDL ini berperan membawa
kolesterol ke seluruh tubuh yang dibutuhkan melalui jaringan dinding
arteri. Apabila LDL ini terlalu banyak maka akan menimbun kolesterol
pada arteri sehingga dapat menyebabkan plak. Sehingga timbunan
kolesterol tersebut akan menempel didalam dinding arteri dan dapat
terjadi penyempitan arteri dimana sebuah proses yang disebut dengan
ateroklerosis.
2. Kolesterol HDL
HDL disebut dengan kolesterol baik karena partikel kolesterol HDL
mencegah ateroklerosis dengan mengeluarkan kolesterol dari tembok
arteti dan membuang kolesterol ini melalui hati dan dapat melindungi
terhadap penyakit jantung dan stroke.
b. Kadar Kolesterol
Pengelompokan Kadar Kolesterol :
Kadar Kolesterol Total Kategori Kolesterol Total
Kurang dari 200 mg/dl Bagus
200-239 mg/dl Ambang batas atas
240 mg/dl dan lebih Tinggi
Kurang dari 100 mg/dl Optimal
100-129 mg/dl Hampir optimal / diatas normal
130-159 mg/dl dan lebih Ambang batas atas
160-189 mg/dl Tinggi
190 mg/dl dan lebih Sangat tinggi
Sumber : National of Health, Detection, Evaluation, dan Treatment of
High Blood Cholestrol in Adults III
1.3 Etiologi
Dalam batasan ilmiah, hiperkolesterolemia menyebabkan akumulasi
kolesterol dan lipid di dinding pembuluh darah, sehingga menjadi faktor risiko
utama penyakit kardiovaskuler. Hiperkolesterolemia terjadi karena adanya
akumulasi kolesterol dan lipid pada dinding pembuluh darah. Penelitian
mendukung bahwa hiperkolesterolemia memiliki lebih dari satu penyebab,
diantaranya :
1.3.1 Faktor Genetik
Hiperkolesterolemia cenderung terjadi dalam keluarga. Dalam
dunia medis, hiperkolesterolemia yang diturunkan (familial
hypercholesterolemia FH) merupakan penyakit genetik yang
diturunkan secara autosomal dominan. Didalam sebuah penelitian
menerangkan bahwa penyebab hiperkolesterolemia dari faktor genetik
yaitu bahwa 80% kolesterol didalam darah diproduksi oleh tubuh.
Meskipun hanya mengonsumsi makanan yang mengandung kolesterol
atau lemak jenuh sedikit, namun tubuh tetap saja memproduksi
kolesterol dalam jumlah dan banyak dapat menyebabkan penyakit
hiperkolesterolemia.
1.3.2 Pola Makan
Salah satu faktor yang paling berpengaruh terhadap kemungkinan
terjadinya penyumbatan dan penyempitan pembuluh darah oleh zat-
zat lemak (kolesterol dan trigliserida) adalah gaya hidup, khususnya
pola makan. Penyakit jantung kerap diidentikan dengan tingginya
konsumsi konsumsi makanan yang mengandung lemak dan kolesterol.
Sebagai contoh misalnya, junkfood telah menjadi bagian dari gaya
hidup sebagian masyarakat di Indonesia dari beragam usia. Padahal,
junkfood mengandung banyak sodium, lemak jenuh dan kolesterol.
Sodium dapat meningkatkan kepekaan reseptor adrenergik sehingga
meningkatkan denyut jantung dan tekanan darah. Lemak jenuh
berbahaya bagi tubuh karena merangsang hati untuk memproduksi
banyak kolesterol. Kolesterol yang berakumulasi lama-kelamaan
menghambat aliran darah dan oksigen sehingga dapat mengganggu
metabolisme miokardium.
Untuk menghindari penimbunan lemak dalam pembuluh darah,
individu sebaiknya menghindari konsumsi lemak jenuh seperti lemak
sapi, kambing, makanan bersantanm dan gorengan karena dapat
meningkatkan kadar kolesterol darah. Lemak tak jenuh tunggal yang
hanya mempunyai sedikit pengaruh terhadap peningkatan kadar
kolesterol darah terdapat pada minyak zaitun, minyak biji kapas,
minyak wijen dan minyak kelapa sawit.
Menggunakan minyak jelntah atau minyak yang telah digunakan
berkali-kali akan berakibat jelek karena asam lemak tak jenuh berubah
menjadi asam lemak trans yang dapat meningkatkan LDL dan
menurunkan HDL. Konsumsi kacang-kacangan, seperti kedelai, ikan
dan biji bunga matahari yang mengandung asam lemak, omega-3 dan
omega-9 harus ditingkatkan, begitu pula dengan sayur, buah, jagung
dan ubi-ubian yang mengandung serat. Serat pada buah-buahan dapat
menurunkan kadar LDL secara efektif.
Berikut merupakan rincian makanan yang memiliki kadar
kolesterol rendah hingga tinggi:
Jenis Makanan Kolesterol Kategori
(mg/10 gram)
Putih telur ayam 0 Sehat
Ikan air tawar 0 Sehat
Daging ayam 50 Sehat
Daging kambing 70 Sehat
tanpa lemak
Udang 160 Hati-hati
Daging sapi 105 Sekali-kali
Susu sapi 250 Berbahaya
Coklat 290 Berbahaya
Cumi-cumi 1170 Pantang
Kuning telur ayam 2000 Pantang
1.3.3 Faktor Obestitas
Obesitas digunakan untuk memahami batasan sederhana dari
kelebihan berat badan akibat makan terlalu banyak dan aktivitas yang
terlalu sedikit. Obesitas merupakan hasil interaksi kompleks antara
faktor genetik, perilaku, dan lingkungan yang menyebabkan
ketidakseimbangan antara asupan dan pengeluaran energi. Menurut
National Institute of Health Amerika Serikat, peningkatan berat badan
20% atau lebih di atas berat badan normal merupakan titik dimana
kelebihan berat badan berkembang menjadi gangguan kesehatan.
Obesitas telah berkembang sebagai faktor risiko diabetes, hipertensi,
penyakit kardivaskular, dan beberapa kanker pada laki-laki dan
perempuan. Masalah kesehatan lain yang dapat terjadi termasuk
kesulitan bernapas saat tidur, osteoartrtis, infertilitas, hipertensi
intrakaranial idiopatik, penyakit stasis vena pada anggota gerak bawah,
dan gangguan perkemihan.
Diperkirakan jumlah kematian tiap tahun terkait dengan
obesitas pada orang dewasa di Amerika Serikat mendekati 280.000 orang
berdasarkan rasio kasar relatif dari semua subjek dan 325.000
berdasarkan rasio kasar dari perokok dan non perokok. Sepertiga dari
seluruh kasus hipertensi terkait dengan obesitas dan 50% lebih kasus
obesitas menyebabkan peningkatan kadar kolesterol darah. Orang yang
memiliki kelebihan berat badan 40% berisiko dua kali lebih besar untuk
meninggal lebih awal dibanding orang dengan berat badan normal.
Pengaruh ini dapat dilihat setelah 10-30 tahun mengalami obesitas.
Selain DM, hipertensi, dan penyakit jantung, obesitas terkait dengan
beberapa kondisi medis yang serius seperti stroke dan tingginya angka
kejadian jenis kanker tertentu, seperti kanker kolon, rektum, dan prostat
pada laki-laki dan kematian akibat kanker kandung kemih, payudara,
uterus, serviks, dan ovarium pada wanita.
Beberapa pengukuran yang berbeda digunakan untuk
mengevaluasi status berat badan pasien dan risiko kesehatan potensial
pasien, termasuk pengukuran tinggi dan berat badan, komposisi dan
distribusi lemak, serta muncul atau tidaknya masalah dan faktor risiko
kesehatan lainnya. Ukuran terbaru untuk obesitas yang telah berkembang
popular di kalangan peneliti dan klinisi adalah Indeks Massa Tubuh
(IMT). IMT adalah berat badan dalam kilogram dibagi kuadrat tinggi
badan dalam meter. Ukuran ini tidak secara actual mengukur lemak
tubuh, tetapi secara umum berhubungan secara tepat dengan tingkat
obesitas.
Kategori Keterangan IMT
Kurus Kekuragan berat badan <17.0
tingkat berat
Kekurangan berat badan 17.0-18.5
tingkat ringan
Normal >18,5-25.0
Gemuk Kelebihan berat badan >25.0-27.0
tingkat ringan
Kelebihan berat badan >27.0
tingkat berat
Tabel 2. Kategori IMT Orang Indonesia
Individu dengan obesitas cenderung memiliki timbunan lemak berlebih
dan kadar kolestrol total serta LDL yang tinggi dalam darah yang akan
menyebabkan penyempitan pembuluh darah dan meningkatkan risiko
penyakit kardiovaskular.10
1.3.4 Kebiasaan Merokok
Masyarakat awam sudah mengetahui bahwa merokok dapat
menimbulkan berbagai gangguan kesehatan, namun kebanyakan belum
mengetahui bahwa rokok ternyata juga bisa meningkatkan kadar kolesterol
dalam tubuh manusia. Zat-zat kimia yang terkandung dalam rokok, terutama
nikotin dapat menurunkan kadar HDL dan meningkatkan kadar LDL dalam
darah, sehingga pembentukan kolesterol baik yang membawa lemak dari
jaringan ke hati menjadi terganggu dan demikian pula kebalikannya. Kadar
LDL yang tinggi ditemukan pada individu yang merokok, berarti lemak dari
hati justru dibawa kembali ke jaringan tubuh.
Bahan dasar rokok mengandung zat-zat kimia yang berbahaya bagi
kesehatan. Dalam satu batang rokok terdapat lebih kurang 4.000 jenis bahan
kimia dan 40% diantaranya beracun. Bahan kimia yang paling berbahaya
terutama nikotin, tar, hidrokarbon, karbon monoksida (CO), dan logam berat
dalam asap rokok. Nikotin dapat mempercepat proses penyempitan dan
penyumbatan pembuluh darah, terutama pembuluh darah koroner. Selain
memperburuk profil lemak dan kolesterol darah, rokok juga dapat
meningkatkan tekanan darah dan nadi.
Merokok juga dapat merusak lapisan dalam pembuluh darah,
meningkatkan konsentrasi darah sehingga lebih mudah terjadi koagulasi,
mengganggu irama jantung, dan menimbulkan kekurangan oksigen karena
CO. Individu yang tetap merokok setelah menerima pengobatan trombolitik
dapat mengalami penyumbatan kembali dengan kemungkinan dua sampai
empat kali lebih tinggi dibandingkan individu yang berhenti merokok.
Masalah yang menonjol pada kebiasaan merokok di Indonesia adalah pada
jenis rokok yang diisap, yakni rokok kretek. Jenis rokok ini mempunyai
kadar tar dan nikotin tiga sampai lima kali lebih tinggi dibandingkan dengan
rokok filter.
Rokok juga bisa menimbulkan efek kecanduan karena memiliki efek
yang sama dengan morfin, yaitu efek adiksi (ketagihan) dan habituasi
(ketergantungan). Perokok aktif dapat dibedakan dalam beberapa tingkat
menurut jumlah rokok yang diisap dalam satu hari, yaitu:
1. Perokok ringan, 1-9 batang/hari
2. Perokok sedang, 10-19 batang/hari
3. Perokok berat, di atas 19 batang/hari
1.3.5 Faktor Kurang Keteraturan dalam Berolahraga
Olahraga merupakan bagian dari aktivitas fisik yang dilakukan
dengan tujuan untuk memperoleh manfaat kesehatan. Aktivitas fisik adalah
gerakan yang dilakukan oleh tubuh dan sistem penunjangnya. Selama aktivitas
fisik, otot membutuhkan energi luar metabolisme untuk bergerak. Banyaknya
energi yang dibutuhkan tergantung pada seberapa banyak otot bergerak, berapa
lama, dan seberapa berat aktivitas yang dilakukan.

No. Kegiatan Berat badan (Kg)


60 70 80 90
1. Senam 4 5 6 6
2. Berjalan 3,5 km/jam5 4 5 6 6
3. Berkebun 5 6 6 7
4. Merawat anak 4 4 5 5
5. Masak 3 3 3 4
6. Nonton televisi 1 1 1 1
7. berbelanja 4 4 5 5
8. Bergerak, bermain dengan anak 4 5 6 6
9. Membaca 1 1 2 2
10. Tidur 1 1 1 1
11. Pekerjaan dengan komputer 1 2 2 2
12. Pekerjaaan kantor ringan 2 2 2 2
13. Mengemudi 2 2 3 3
14. Duduk di kelas 2 2 2 3
Tabel 3. Pengeluaran Energi dalam Aktivitas Fisik
Aktivitas yang efektif menurunkan kadar kolesterol berupa
olahraga teratur yang dilakukan minimal tiga kali seminggu masing-masing
dengan lama waktu antara kurang lebih 45 menit. Olahraga yang dianjurkan
adalah olahraga yang melibatkan otot-otot besar tubuh, seperti paha, lengan
atas serta pinggul, seperti senam, aerobik, berjalan kaki, renang, jogging, dan
bersepeda.2,11 Olahraga yang teratur bermanfaat untuk meningkatkan kadar
HDL, memperbaiki fungsi paru dan oksigenasi ke miokardium, menurunkan
berat badan, kadar LDL, dan tekanan darah, serta meningkatkan kesegaran
jasmani.
1.3.6 Faktor Stress
Secara sederhana stress dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan
dimana individu terganggu keseimbangannya. Stress terjadi akibat adanya
situasi eksternal atau internal yang memunculkan gangguan dan menuntut
individu untuk berespon adaptif. Stress merupakan sesuatu yang tak
terpisahkan dari kehidupan manusia, bahkan stress seperti merupakan bagian
dari kehidupan itu sendiri.
Setiap hari kita harus tergesa gesa bangun, membereskan pekerjaan
rumah, tidak sempat sarapan, lari mengejar kendaraan umum, sekolah atau
menjalani aktivitas, berkonflik dengan teman atau orang lain, kehabisan uang
padahal harus membeli keperluan harian, dan seterusnya, semua itu dapat
memunculkan stress.
Stress menampilkan diri melalui berbagai gejala, seperti
meningkatnya kegelisahan, ketegangan dan kecemasan, sakit fisik (sakit
kepala, mulas, gatal-gatal, diare), adanya kelelahan, ketegangan otot,
gangguan tidur, atau meningkatnya tekanan darah dan detak jantung. Stress
juga dapat tampil dalam perubahan pada perilaku, individu jadi tidak sabar,
lebih cepat marah, menarik diri, atau menampilkan perubahan pola makan.
Sebagian individu merasa frustasi, tak berdaya, menjadi lesu dan memiliki
penilaian diri rendah.
Sebuah penelitian menunjukkan orang yang stress 1,5 x lebih besar
mendapatkan resiko PJK daripada orang yang tidak stress, karena dengan
adanya stress terjadi peningkatan kadar kolesterol darah dalam tubuh.
1.4 Manifestasi Klinis
Penyempitan dan pengerasan pembuluh darah (aterosklerosis)
apabila cukup berat akan menyebabkan suplai darah ke otot jantung tidak
memadai, maka menimbulkan sakit atau nyeri dada yang disebut sebagai
angina, bila berlanjut akan menyebabkan matinya jaringan otot jantung yang
disebut infark miokard, dan apabila meluas akan menimbulkan gagal jantung.
Beberapa gejala penyakit jantung adalah :
a. Rasa tertekan (ditimpa beban, sakit, terjepit, diperas, terbakar) di dada
yang dapat menjalar ke lengan kiri, leher, dan punggung
b. Tercekik atau sesak berlangsung lebih dari 20 menit
c. Keringat dingin, lemah, berdebar dan bisa menyebabkan pingsan
d. Gejala akan bertambah berat dengan aktivitas dan akan berkurang dengan
istirahat.
Jika aterosklerosis terjadi di dalam arteri yang menuju ke otak (arteri
karotid) maka akan menyebabkan stroke. Gejala serangan stroke tergantung
dari derajat serangan, mulai dari yang ringan sampai yang berat. Gejala
stroke ringan: bicara tiba-tiba pelo, gejala yang lebih berat berupa
kelumpuhan anggota gerak badan, wajah menjadi asimetris, jika terjadi
perdarahan hebat akan menyebabkan kematian.
Hiperkolesterolemia juga berkaitan dengan penyakit DM. Pada
penderita DM kadar gula darah akan melebihi normal. Kadar gula darah yang
tinggi dalam waktu lama akan memicu terjadinya aterosklerosis pada arteri
koroner dan akan meningkatkan kadar kolesterol dan trigliserida. Bentuk
LDL pada penderita DM lebih padat dengan ukuran yang lebih kecil yang
sering disebut Small Dense LDL, sehingga akan lebih mudah masuk ke
dalam lapisan pembuluh darah yang lebih dalam, ini akan lebih berbahaya
karena lebih bersifat aterogenik (lebih mudah menempel pada pembuluh
darah dan lebih mudah membentuk plak).
Dampak lain yang ditimbulkan oleh hiperkolesterolemia adalah
disfungsi ereksi atau ketidakmampuan mencapai atau mempertahankan ereksi
penis yang memadai untuk melakukan hubungan seksual yang memuaskan.
Proses aterosklerosis dapat terjadi pada pembuluh darah penis (arteri dorsalis
penis). Plak yang menyumbat pembuluh darah penis akan menyebabkan
penis tidak mendapatkan aliran darah sehingga mengganggu terjadinya
ereksi.
1.5 Patofisiolgi Penyakit Hiperkolesterolemia
Kelebihan kolesterol dalam darah mudah melekat pada dinding sebelah
dalam pembuluh darah, selanjutnya LDL akan menembus dinding pembuluh
darah melalui lapisan sel endotel, masuk ke lapisan pembuluh darah yang
lebih dalam yang disebut intima. LDL yang telah menyusup ke dalam intima
akan mengalami oksidasi tahap pertama sehingga terbentuk LDL yang telah
teroksidasi dan akan memacu terbentuknya zat yang dapat melekatkan dan
menarik monosit menembus lapisan endotel dan masuk ke dalam intima. LDL
yang teroksidasi juga sering memacu terbentuknya zat yang dapat mengubah
monosit yang telah masuk ke dalam intima menjadi makrofag. LDL-
teroksidasi akan mengalami oksidasi tahap kedua menjadi LDL yang
teroksidasi sempurna yang dapat mengubah makrofag menjadi sel busa.
Sel busa yang terbentuk akan saling berikatan membentuk gumpalan yang
makin lama makin membesar sehingga membentuk benjolan yang akan
menyebabkan penyempitan lumen pembuluh darah. Keadaan akan makin
memburuk karena LDL akan teroksidasi sempurna akan merangsang sel-sel
otot pada lapisan pembuluh darah yang lebih dalam (media) untuk masuk
kedalam intima dan kemudian akan membelah-belah diri sehingga jumlahnya
semakin banyak.
Timbunan lemak di dalam lapisan pembuluh dari (plak kolesterol)
membuat saluran pembuluh darah menjadi sempit dan aliran darah menjadi
kurang lancar. Plak kolesterol pada dinding pembuluh darah bersifat rapuh
dan mudah pecah, meninggalkan “luka” pada dinding pembuluh darah yang
dapat mengaktivasi pembentukan bekuan darah. Pembuluh darah dikarenakan
sudah mengalami penyempitan dan pengerasan oleh plak kolesterol, maka
bekuan darah ini mudah menyumbat pembuluh darah secara total yang dikenal
sebagai aterosklerosis (proses pembentukan plak pada pembuluh darah).
1.6 Pathway
Kolesterol Dimetabolisme di Hati
Kolesterol Berlebihan, Terjadi Gangguan Metabolisme

Kolesterol Menumpuk di Hati

Kolesterol tidak dapat diangkut seluruhnya oleh lipoprotein menuju ke hati dari
aliran darah seluruh tubuh

Dalam waktu yang cukup lama, kolesterol akan menumpuk di dinding pembuluh
darah sehingga timbul plak kolesterol

Terjadi Hiperkolesterolemia
1.7 Penegakan Diagnosis
Kadar kolesterol dalam darah dapat diketahui dengan melakukan tes di
laboratorium setelah berpuasa kurang lebih antara 10-12 jam sebelum
pengambilan sampel darah. Darah diambil perintra vena yang biasanya
terdapat pada bagian lengan bawah, sebelum diambil darah tidak
diperbolehkan mengkonsumsi obat-obatan yang mempengaruhi kolesterol.
Untuk menentukan kadar kolesterol seseorang tinggi atau rendah,
semuanya harus mengacu pada pedoman umum yang telah disepakati dan
digunakan di seluruh dunia yaitu pedoman dari National Cholesterol
Education Program Adult Treatment III (NCEP ATP III) yang menetapkan
batasan pengukuran kolesterol seperti dalam di bawah ini:
Pengukuran Rendah Normal Perbatasan Tinggi Sangat
Tinggi Tinggi
Kolesterol <200 200-239 >240
Total mg/dl mg/dl mg/dl
Kolesterol <100 100-159 160- >190 mg/dl
LDL mg/dl mg/dl 189
mg/dl
Kolesterol <40 60
HDL mg/dl mg/dl
Trigliserida <150 150-199 200- >499 mg/dl
mg/dl mg/dl 499
mg/dl
Tabel 4. Kategori Batasan Kolesterol dalam Darah
Selain daripada tersebut di atas, pada pedoman tersebut juga sudah
ditentukan batasan nilai Kolesterol LDL berdasarkan banyaknya faktor risiko pada
seseorang terhadap penyakit jantung koroner, antara lain:
a. Seseorang yang memiliki faktor risiko 0-1 maka target penurunan
Kolesterol LDL yang harus dicapai adalah <160 mg/dl
b. Seseorang yang memiliki faktor risiko 2 maka target yang harus dicapai
adalah <130 mg/dl
c. Seseorang yang telah mendapat PJK atau risiko PJK ekivalen seperti
diabetes, maka target yang harus dicapai adalah <100 mg/dl.
1.8 Penatalaksanaan Medis Penyakit Hiperkolesterolemia
Banyak cara yang dapat digunakan untuk mengetahui kadar kolesterol
dalam darah. Di banyak apotek maupun klinik, sekarang sudah tersedia alat
pemeriksaan kolesterol yang sederhana, cepat dan mudah. Pemeriksaan
kolesterol ini menggunakan metode dipstick yang mengambil sample
darahnya dari pembuluh darah kapiler yang terletak di ujung jari tangan.
Hanya dengan meletakkan beberapa tetes darah saja, kita bisa segera tahu
berapa kadar kolesterol dalam darah.
Setelah melakukan pemeriksaan awal, ada baiknya anda juga melakukan
pemeriksaan kolesterol yang diambil dari darah vena. Cara ini tentu saja jauh
lebih akurat karena selain kadar kolesterol total, kita juga bisa tahu berapa
kadar HDL (kolesterol baik) dan LDL (Kolesterol Jahat). Kadar kolesterol
total yang diharapkan adalah tidak lebih dari 200 mg/dl, dengan komposisi
LDL < 150 mg dan HDL>50 mg/dl.
Berikut ini uraian kadar kolesterol dalam darah manusia, yaitu :
1. Kurang dari 200 mg/dl = tingkat kolesterol yang sangat baik. Apabila
kadar LDL, HDL dan Trigliserida kurang dari 200 mg/dl, maka kita
tidak beresiko untuk terkena penyakit jantung.
2. 200-239 mg/dl = tingkat kolesterol yang cukup. Jika total kolesterol
adalah sekitar 200-239 mg/dl, maka biasanya dokter akan memeriksa
kadar LDL, HDL dan Trigliserida
3. Lebih dari 240 mg/dl = tingkat kolesterol yang beresiko tinggi. Orang
yang mempunyai total kolesterol diatas 240 mg/dl beresiko 2 kali lebih
besar terkena serangan jantung.
4. Makin tinggi kadar HDL, semakin kecil resiko terkena penyakit
jantung. Kadar HDL yang normal untuk pria berkisar antara 40-50
gr/dL, wanita antara 20-60 mg/dL
5. Sebaliknya, semakin sedikit kadar DL dalam darah, maka semakin
kecil resiko terkena penyakit jantung. Pada umumnya, kadar LDL
dalam kategori sebagai berikut :
Kadar keterangan
<100 mg/dL Sangat baik
100-129 mg/dL Diatas rata-rata
130-159 mg/dL Cukup
160-189 mg/dL Buruk (resiko tinggi)
>190 mg/dL Sangat buruk (resiko sangat tinggi)
6. Kadar trigliserida, ini adalah sejenis lemak yang terdapat dalam darah
dan berbagai organ tubuh. Meningkatnya kadar trigliserida dalam
darah juga dapat meningkatkan kadar kolesterol. Sejumlah faktor dapat
mempengaruhi kadar trigliserida dalam darah, misalnya kegemukan,
konsumsi alkohol, gula dan makanan berlemak.
kadar Keterangan
<150 mg/dl baik
150-199 mg/dl Cukup
200-499 mg/dl Tinggi
500 mg/dl Sangat tinggi

1.9 Komplikasi
Hiperkolesterolemia adalah salah satu faktor risiko untuk penyakit
kardiovaskular (stroke, transient ischemic attack) dan penyakit jantung
koroner (infark miokardium, angina pektoris). Bila penderita memiliki faktor-
faktor risiko kardiovaskular lain, angka morbiditas dan mortalitas akan
semakin meningkat akibat gangguan kardiovaskular tersebut.
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN DIAGNOSA HIPERKOLESTEROLEMIA
DENGAN PEMERIKSAAN KOLESTEROL DAN TRIGLISERIDA
KASUS:
Ny. Y berumur 53 tahun datang ke Rumah Sakit pukul 15.34 WIB dengan
keluhan tegang pada bagian punggung dan kuduk (leher bagian belakang/tengkuk)
serta tangannya, sering pusing seperti gejala masuk angin, mual, muntah sehingga
nafsu makan berkurang.
I. IDENTITAS
a. Nama : Ny. Y
b. Umur : 53 tahun
c. Jenis Kelamin : Perempuan
d. Suku/Bangsa : Jawa
e. Agama : Islam
f. Pekerjaan : PNS
g. Pendidikan : SLTA
h. Alamat : Jl.Thamrin, Sidoarjo
i. Tanggal MRS : 20 Agustus 2019
j. Diagnosa Medis: Hiperkolesterolismia
II. KELUHAN UTAMA
a. Keluhan utama
Klien mengatakan tegang pada bagian punggung dan kuduk serta
tangannya, sering pusing seperti gejala masuk angin, mual, muntah
b. Upaya Yang Telah Dilakukan
Klien periksa di RSUD Sidoarjo untuk memeriksa keadaannya.
c. Terapi atau Operasi yang Pernah Dilakukan.
Klien mengkonsumsi terapi obat yang diberikan oleh dokter untuk
meringankan penyakitnya. Dan klien sebelum berobat dirumah minum
obat pereda pusing yang dibeli diwarung (oskadon)

III. RIWAYAT KESEHATAN


a. Riwayat penyakit sekarang
Klien mengatakan nafsu makan klien menurun.
b. Riwayat kesehatan dahulu
Klien mengatakan dahulu pernah dirawat dirumah sakit karena serangan
jantung sehingga terjadi stroke ringan (mati rasa pada wajah pada satu sisi
serta ketidak mampuan berbicara).
c. Riwayat kesehatan keluarga
Klien mengatakan keluarga klien tidak memiliki penyakit yang sama.
d. Keadaan kesehatan lingkungan
Klien mengatakan lingkungan tempat tinggal klien adalah lingkungan yang
nyaman, bersih dan rumah terdapat ventilasi udara yang cukup. Air juga
bersih, ada beberapa pohon di sekitar rumah klien.

IV. POLA-POLA FUNGSI KESEHATAN


a. Pola presepsi dan tatalaksana hidup sehat
SMRS : Klien adalah seorang yang malas berolahraga,
MRS: Klien tidak berolahraga. Klien tidak melakukan rutinitas paginya
karena berada di rumah sakit. Klien juga tidak bisa berjalan
dirumah sakit karena tidak diizinkan turun dari tempat tidur.
MK: klien terdapat gangguan pada pola presepsi dan tatalaksana hidup
sehat karena klien tidak bisa melakukan rutinitas paginya seperti
biasa di rumah.

b. Pola nutrisi dan metabolisme


SMRS : Klien mengatakan bahwa klien sering minum teh serta sering
mengkonsumsi makanan berlemak (bakso, junkfood, dll). Makan
4 kali sehari. Tidak memiliki kesulitan menelan, tidak memiliki
alergi terhadap makanan, tidak mengalami mual dan muntah saat
makan maupun setelah makan. Postur tubuh klien besar.
MRS : Klien mengatakan hanya makan bubur, klien dapat menghabiskan
1 porsi makanan rumah sakit klien tidak mengalami mual muntah
saat makan maupun setelah makan. Klien mengaku muntah jika
mencium bau amis. Klien hanya minum air putih dan susu saja.
MK : Klien terdapat gangguan nutrisi dan metabolisme karena klien
selalu megalami mual muntah saat makan dan mencium amis
sehingga klien hanya minum air putih dan susu saja.

c. Pola eliminasi
SMRS : Klien mengatakan tidak memiliki masalah dalam pola eliminasi.
Klien BAB 1-3 kali dalam sehari. Konsistensi lembek, warna
kuning kecoklatan, urine berwarna kuning jernih. BAK 1-4 kali
perhari, kurang lebih 800-1200 ml
MRS : Klien BAK ke toilet. Dalam 1 hari volume urine sekitar 1,5 liter.
BAB 1 kali dalam 3 hari.
MK : Klien tidak terdapat gangguan dalam buang air kecil karena klien
tidak menggunakan alat bantu eliminasi yaitu menggunakan
urinal

d. Pola tidur dan istirahat


SMRS : Klien mengatakan tidur nyenyak, tidak memiliki gangguan, klien
tidur selama 6-8 jam. Klien juga selalu menyemptkan tidur siang
kurang lebih 1 jam.Suasana lingkungan tenang, tidak memiliki
kebiasaan tidur menggunakan guling.
MRS : Klien selalu tidur siang setelah dzhuhur, tidak ada 1 jam, saat
malam hari klien tidur dengan tertidur, bangun sebelum subuh.
MK : Klien terdapat gangguan tidur dan istirahat karena jam tidur klien
menjadi berkurang disebabkan ketidaknyamanan yang dialami
klien yang salah satu penyebabnya adalah biasanya menggunakan
guling tetapi di rumah sakit tidak menggunakan guling dan juga
klien merasa pusing sehingga terganggu.

e. Pola Aktivitas
SMRS : Klien mengatakan kegiatan atau aktivitas sehari-hari pergi bekerja
seperti biasa.
MRS : Klien hanya tidur dan istirahat.
MK : Klien mengalami gangguan aktivitas. Klien tidak bisa melakukan
aktivitas biasanya, karena klien biasanya setiap pagi bekerja.

f. Pola Hubungan dan Peran


SMRS : Klien mengatakan klien tidak pernah marah, takut, dan cemas.
Tidak pernah merasa memiliki beban hidup. Jika berbicara klien
selalu melakakukan kontak mata dengan lawan bicara. Klien
selalu menerima keadaan dirinya.
MRS : Klien mengatakan sempat marah-marah kecil sebatas wajar orang
sakit. Klien tidak pernah merasa terbebani, takut, dan cemas
terhadap penyakit yang diderita. Klien sering melakukan kontak
mata.
MK : Klien mengalami gangguan presepsi dan konsep diri karena klien
merasakan ketidaknyamanan pada situasi tersebut sehingga klien
sempat marah kecil karena sakit.
g. Pola Presepsi dan Konsep Diri
SMRS : Klien mengatakan sensori klien normal tidak ada gangguan, klien
dapat membedakan bau alkohol dan minyak kayuputih, masih
bisa merasakan asin dan manis, bisa mendengarkan bisikan dan
desis, daya ingat masih tajam, proses berfikir lancar tidak ada
waham.
MRS : Penciuman klien masih normal bisa membedakan bau alkohol dan
bau minyak kayu putih, merasakan asin dan manis, pahit, asam,
bisa mendengarkan bisikan dan desis, daya ingat masih tajam, isi
pikiran logik, proses berpikir lancar, tidak ada waham.
MK : Klien tidak mengalami gangguan sensori.

h. Pola Sensori dan Kognitif


SMRS: Klien mengatakan sensori klien normal tidak ada gangguan, klien
dapat membedakan bau alkohol dan minyak kayuputih, masih
bisa merasakan asin dan manis, bisa mendengarkan bisikan dan
desis, daya ingat masih tajam, proses berfikir lancar tidak ada
waham.
MRS : Penciuman klien masih normal bisa membedakan bau alkohol dan
bau minyak kayu putih, merasakan asin dan manis, pahit, asam,
bisa mendengarkan bisikan dan desis, daya ingat masih tajam, isi
pikiran logik, proses berpikir lancar, tidak ada waham.
MK : Klien tidak mengalami gangguan sensori.

i. Pola Reproduksi Seksual


SMRS : Klien mengatakan bahwa klien telah bercerai, klien memiliki 2
orang anak.
MRS : Selama dirumah sakit klien tidak pernah mengalami masalah
MK : Klien tidak mengalami gangguan reproduksi seksual

j. Pola Penanggulangan Stress


SMRS : Klien mengatakan tidak pernah merasa stress.
MRS : Klien merasa jenuh berada dirumah sakit, klien menghilangkan
rasa jenuhnya dengan istighfar.
MK: Klien mengalami gangguan ketidaknyamanan sehingga
mengakibatkan jenuh berada di rumah sakit, akan tetapi klien bisa
menanggulangani nya dengan istighfar sehingga klien tidak
terdapat gangguan pada penanggulangan stress.

k. Pola Tata Nilai dan Kepercayaan


SMRS : Klien mengatakan bahwa klien mendalami agama, klien tertib
sholat tahajjud, tertib sholat 5 waktu, klien juga menyerahkan diri
kepada Allah tentang sholatnya.
MRS : Klien masih tertib sholat 5 waktu, dengan berbaring, wudhu
dengan tayamum. Klien selalu wirid atau dzikir kepada Allah
SWT.
MK : Klien tidak mengalami gangguan pada agamanya, klien tetap bisa
sholat meskipun klien hanya berada di tempat tidur dan
melakukan sholatnya di atas tempat tidur, wudhu dengan
tayamum.

V. PEMERIKSAAN FISIK
a. Status Kesehatan Umum
Penyakit klien termasuk penyakit sedang. Kesadaran klien konposmentis,
suara bicara jelas, pernapasan 20 x/menit, suhu tubuh 37 oC, nadi 78
x/menit, tekanan darah 140/95 mmHg. BB: 87kg, TB: 166cm, IMT: 31,6
(obesitas)
b. Sistem Integumen
Klien tampak pucat, permukaan tidak terasa kering, tidak ada lesi, rambut
tebal, kulit kepala pun bersih.
c. Kepala
Kepala klien simetris, tidak ada benjolan maupun nyeri kepala, tidak ada
trauma kepala. Tidak ada lesi.
d. Muka
Wajah klien simetris, tidak ada edema, otot muka dan rahang kuat.
e. Mata
Alis mata klien normal, kelopak mata tidak terdapat oedema, konjungtiva
tidak anemis, sklera tidak ikterik, tekanan bola mata normal.
f. Telinga
Terdapat membran timpani, tidak terdapat sekret, serumen, maupun
corpus alienum ditelinga.
g. Hidung
Tidak ada deformitas, tidak ada sekret, tidak terdapat polip/ sinus pada
hidung, tidak ada pernapasan cuping hidung.
h. Mulut dan Faring
Tidak ada caries gigi, gusi normal. Tidak ada secaput putih pada lidah,
lidah berwarna pink. Beberapa gigi pasien sudah ada yang tanggal atau
lepas. Mukosa bibir pucat.
i. Leher
Leher simetris, tidak terdapat benjolan pada leher, kelenjar limfe tidak
membesar, ada kaku kuduk.
j. Thoraks
Thoraks berbentuk normal, payudara simetris. Tidak ada benjolan
payudara.
k. Paru
Tidak ada ronchi dan wheezing. Suara nafas vesikular. Tidak ada
pencembungan maupun penarikan yang berlebih.
l. Jantung
Jantung normal. Tidak ada suara tambahan pada bunyi jantung.
m. Abdomen
Peristaltik usus klien normal. Perut sedikit membesar karena ada asites.
Tugor kulit normal.
n. Inguinal-Genetalia-Anus
Tidak terdapat hernia, tidak terdapat pembesaran kelenjar limpa, tidak
terdapat tumor. Testis scrotum normal, tidak ada abses, penis normal,
anus normal, penis bersih tidak ada nanah.
o. Ekstermitas
Tidak ada deformitas, tidak ada pembengkakan pada sendi, tidak ada
oedema muskoloskeletal, akral-hangat. Terpasang infus diekstermitas
atas tangan kiri.

VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Hasil Laboratorium Ambang Batas Kategori
Normal
GDA : 178mg/dl 200 mg/dl Normal
GDP : 108 mg/dl 70-110 mg/dl Normal
Hb : 13 gr/dl 13-16 mg/dl Normal
Gd2jpp : 134 mg/dl <145 mg/dl Normal
Total Kolesterol : 300 <200 mg/dl Tinggi
mg/dl
TG : 157 mg/dl 40-155 mg/dl Tinggi

VII. TERAPI YANG BERJALAN


Klien diberikan terapi obat simvastatin 20mg 1x1.
ANALISA DATA
Pengelompokan Kemungkinan Penyebab Masalah
Data
DS: Makanan berlemak berlebih Obesitas
Klien mengatakan
bahwa
badannya Penumpukan lipid pada bagian
lemas tubuh
Klien mengatakan
tegang pada
punggung dan Gangguan proses metabolisme
kuduk
Klien mengatakan
suhu badan Obesitas
panas
DO:
1. Badan lemas
2. BB klien
menurun
3. Suhu badan
panas

DIAGNOSA KEPERAWATAN
No Diagnosa Keperawatan Ditemukan Masalah Masalah Teratasi
Tgl. Paraf Tgl. Paraf
1 Obesitas b.d sering 20
memakan makanan Agustus
berlemak d.d IMT 2019
tinggi

INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnosa Perencanaan
Tujuan & Tindakan Rasionalisasi
Keperawatan
Kriteria Hasil Keperawatan
1 Obesitas b.d Tujuan: 1. Monitor hasil 1. Mengetahui
sering Setelah pemeriksaan hasil
memakan dilakukan laboratorium pemeriksaan
makanan asuhan 2. Monitor berat laboratorium
berlemak d.d keperawatan badan. membaik atau
IMT 2x24 jam 3. Fasilitasi tidak
>27kg/m2, diharapkan menentukan 2. Mengetahui
Tebal lipatan masalah dapat pedoman diet. penurunan atau
kulit trisep membaik. 4. Ajarkan diet peningkatan
>25mm Kriteria hasil: yang berat badan
1. Kadar diprogramkan. 3. Meningkatkan
kolesterol 5. kolaborasi pengetahuan
turun. dengan ahli gizi asupan yang
2. Kebiasaan untuk dikonsumsi.
makan menentukan 4. Agar klien
membaik. jumlah kalori mengerti dan
3. Berat dan jenis mampu
badan nutrien yang melaksanakan
klien dibutuhkan. program
membaik. dietnya.
4. Tebal 5. Menurunkan
lipatan kadar
kulit kolesterol
membaik. klien.
5. IMT
membaik

IMPLEMENTASI
No Diagnosa Tindakan Keperawatan Tanda Tangan
Keperawatan
1. Obesitas b.d Selasa,20 Agustus 2019
sering memakan 08.00 WIB
makanan Monitor hasil pemeriksaan
berlemak d.d laboratorium
IMT >27kg/m2, Hasil:
Tebal lipatan Tes kolesterol: 300 mg/dl (tinggi)
kulit trisep Tes trigliserida 157 mg/dl (tinggi)
>25mm.
08.30 WIB
Menghitung berat badan ideal klien.
Hasil:
BB: 87kg
TB: 166cm
IMT: 31,6 (obesitas)

10.00 WIB
Fasilitasi menentukan pedoman diet.
Hasil:
Klien menerima fasilitas yang diberikan

10.28 WIB
Ajarkan diet yang diprogramkan.
Hasil : klien mampu menerima program
diet yang diberikan
11.00 WIB
kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan.
Hasil: klien diberikan makanan dengan
kadar lemak cukup 25% dari total
kebutuhan energi.

Selasa,20 Agustus 2019


08.00 WIB
Monitor hasil pemeriksaan
laboratorium
Hasil:
Tes kolesterol: 259 mg/dl (tinggi)
Tes trigliserida 156 mg/dl (tinggi)

08.30 WIB
Menghitung berat badan ideal klien.
Hasil:
BB: 87kg
TB: 166cm
IMT: 31,6 (obesitas)

10.00 WIB
Fasilitasi menentukan pedoman diet.
Hasil:
Klien menerima fasilitas yang diberikan

10.28 WIB
Ajarkan diet yang diprogramkan.
Hasil : klien mampu menerima program
diet yang diberikan

11.00 WIB
kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan.
Hasil: klien diberikan makanan dengan
kadar lemak cukup 25% dari total
kebutuhan energi.
EVALUASI
Tgl Diagnosa Evaluasi Keperawatan Paraf
Keperawatan Catatan Perkembangan
20-8- Obesitas b.d Kadar nilai tes kolesterol:
2019 sering memakan Normal : <200 mg/dl
makanan Tidak normal : >200-499 mg/dl
berlemak d.d (tinggi): >500 mg/dl (sangat tinggi)
IMT tinggi
Kadar nilai tes Trigliserida:
Normal : 40-155 mg/dl
Tidak normal : >155-199 mg/dl
(batas tinggi)
200-499 mg/dl (timggi)
>500 mg/dl (sangat tinggi)
BAB III
MATERI PEMERIKSAAN
Pemeriksaan Laboratorium Lemak
3.1 Kolesterol
Nilai rujukan:
Dewasa: nilai ideal: <200mg/dl. Risiko sedang: 200-240mg/dl.
Risiko tinggi: >240mg/dl. Kehamilan: kadar berisiko tinggi, tetapi
akan kembali ke kadar seperti sebelum kehamilan, yaitu sebelum 1
bulan setelah pelahiran.
Bayi: 90-130 mg/dl. Anak (2-19 tahun): nilai ideal: 130-170 mg/dl.
Risiko sedang: 171-184 mg/dl. Risiko tinggi: >185 mg/dl.
Kolesterol merupakan lemak darah yang disintesis di hati serta
ditemukan dalan sel darah merah, membran sel, dan otot. Kolesterol
serum digunakan sebagai indikator penyakit arteri koroner dan
aterosklerosis. Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk memeriksa dan
memantau kadar kolesterol klien.
3.1.1 Masalah klinis
a. Penurunan kadar: hipertiroidisme, sindrom adrenal yang
berlebih, kelaparan, malabsorbsi, anemia, infeksi akut.
Pengaruh obat: antilipid, tiroksin, antibiotik, kolkisin.
b. Peningkatan kadar: MCI akut, obstruksi bilier, siroksis
bilier, DM tidak terkontrol, kehamilan (trimester III),
hiperlipoptoteinemia tipe II, III, V, periode stress berat.
Pengaruh obat: aspirin, kortikostreroid, kontrasepsi oral,
epinefrin dan norepinefrin, vitamin A dan D, sulfonamid
3.1.2 Prosedur Pemeriksaan
a. Jelaskan pada klien untuk puasa (makan, cairan, obat)
selama 12 jam. Klien diperbolehkan minum.
b. Kunmpulkan 3-5ml darah vena pada tabung bertutup
merah. Cegah terjadinya hemolisis.
c. Catat penggunaan obat yang dikonsumsi yang tidak
terdaftar pada formulir laboratorium.
3.1.3 Faktor yang Mempengaruhi Temuan Laboratorium
a. Obat aspirin dan kortison dapat menyebabkan penurunan
atau peningkatan kadar kolesterol serum.
b. Diet tinggi kolesterol yang dikonsumsi sebelum
pemeriksaan dapat menyebabkan peningkatan kadar
kolesterol serum.
c. Hipoksia berat dapat menyebabkan peningkatan kadar
koleterol.
d. Hemolisis pada spesimen darah dapat menyebabkan
peningkatan kadar kolesterol.
3.1.4 Implikasi dan Rasional
a. Peningkatan kadar
a) Kaitkan masalah klinis dan penggunaan obat dengan
hiperkolesterolemia.
b) Tangguhkan pemberian obat yang dapat
meningkatkan kadar serum selama 12 jam sebelum
darah diambil.
Penyuluhan klien:
a) Jelaskan pada klien dan keluarga tentang presepsi
mengenai kadar kolesterol serum normal dan efek
yang timbul jika kadar kolesterol meningkat.
b) Anjurkan klien menurunkan BB, mengurangi asupan
makanan tinggi kolesterol (daging babi, telur,
mentega, daging berlemak, makanan laut tertentu,
kelapa, cokelat)
3.2 Trigliserida
Nilai rujukan:
Dewasa: 12-29 tahun: 10-140mg/dl, 30-39 tahun: 20-150mg/dl, 40-
49 tahun: 30-160mg/dl, >50tahun:40-190mg/dl;0,44-2,09mmol/l
(satuan SI).
Bayi: 5-40 mg/dl
Anak:5-11 tahun: 10-135mg/dl
Trigliserida merupakan lemak darah dibentuk oleh esterifikasi
gliserol dan asam lemak, yang dibawa oleh lipoprotein serum.
Trigleserida merupakan penyebab utama terjadinya penyakit arteri
dan sering dibandingkan dengan kolesterol melalui uji elektroforesis
lipoprotein.
Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk memantau kadar
trigliserida dan untuk membandingkan temuan uji dengan kelompok
lipoprotein (VL) yang mengindikasikan hiperlipemia.
3.2.1 Masalah klinis
a. Penurunan kadar: hipertiroidisme, malnutrisi protein,
latihan fisik.
Pengaruh obat: asam askorbat, kloofibrat, fenformin,
metformin.
b. Peningkatan kadar: hiperlipoproteinemia, infark
miokardial akut, hipertensi, trombosis serebral
Pengaruh obat: estrogen, kontrasepsi oral.
3.2.2 Prosedur Pemeriksaan
a. Kumpulkan 3-5ml darah venaa dalam tabung bertutup
merah.
b. Klien harus berpuasa (makan,minum,obat) setelah pukul 6
sore sebelum uji dilakukan.
c. Catat formulir laboratorium jika BB bertambah/ dalam 2
minggu
3.2.3 Faktor yang Mempengaruhi Temuan Laboratorium
a. Diet tinggi karbohidrat dan alkoholdapat meningkatkan
kadar trigleserida serum
3.2.4 Implikasi dan Rasional
a. Peningkatan kadar:
a) Kaitkan antara masalah klinis dan penggunaan obat
dengan peningkatan kadar trigliserida serum
b) Periksa kadar kolestrol serum
c) Periksa untuk menentukan apakah pemeriksaan
elektroforesis lipoprotein telah dipesankan.
Penyuluhan klien:
a) Beri tahu klien bahwa ia tidak boleh makan atau
minum apapun kecuali air putih selama 12-24 jam
sebelum uji dilakukan.
b) Beritahu klien yang memiliki kadar trigliserida serum
tinggi untuk tidak mengonsumsi gula dan karbohidrat
jumlah berlebih.
DAFTAR PUSTAKA
al, R. e., 2004. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium. Jakarta: EGC.

Banner&Suddarth, 2011. Keperawatan Medikal Bedah. 1 penyunt. Jakrta: Buku


Kedokteran EGC.

LeFever Kee, J., 2006. Pedoman Pemeriksaan Laboratorium & Diagnostik. 6 ed.
Jakarta: EGC.

PPNI, T. P. S. D., 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. 1 penyunt.


Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

PPNI, T. P. S. D., 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. 1 penyunt.


Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

PPNI, T. P. S. D., 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. 1 penyunt.


Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Soegarto, I., 2001. Kolesterol dan Lemak Jahat, Kolesterol dan Lemak Baik, dan
Proses Terjadinya Serangan Jantung dan Stroke. 1 penyunt. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama.

Sudoyp, A. e. a., 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 2 penyunt. Jakarta: Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam.

Anda mungkin juga menyukai