Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Di indonesia, Tuberkulosis masih menjadi masalah besar kesehatan
masyarakat. Saat ini masalah Tuberkulosis diperberat dengan infeksi
HIV/AIDS yang berkembang cepat. Selain itu, muncul kasus TB-MDR
(multi-drugs resistant) atau kebal terhadap bermacam obat. Di Indonesia, TBC
masih sulit dikendalikan, karena penyakit tersebut mempunyai dimensi sosial
– Ekonomi. TBC terkait dengan kemiskinan dan kepadatan penduduk.
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang masih menjadi
perhatian dunia. Angka kematian dan kesakitan akibat kuman
Mycobacterium tuberculosis ini pun tinggi. Hal ini dikarenakan ketika
penderita TB paru batuk, bersin, berbicara atau meludah, mereka
memercikkan kuman TB paru atau bacilli ke udara. Seseorang dapat terpapar
dengan TB paru hanya dengan menghirup sejumlah kecil kuman TB.
Kemudian data dari Depkes menunjukkan pada tahun 2009, 1,7 juta orang
meninggal karena TB (600.000 diantaranya perempuan) sementara ada 9,4
juta kasus baru TB (3,3 juta diantaranya perempuan). WHO memperkirakan
bakteri penyebab TBC dapat membunuh sekitar 2 juta jiwa setiap tahunnya.
Pada tahun 2002 sampai dengan tahun 2020 diperkirakan sekitar 1 miliar
manusia akan terinfeksi TBC. Dengan kata lain pertambahan jumlah infeksi
lebih dari 56 juta tiap tahunnya. Umumnya 5-10 % diantara infeksi,
berkembang menjadi penyakit, dan 40 % diantaranya berakhir dengan
kematian.
Penyakit TB Paru merupakan penyakit menular dan kronis
(menahun) yang telah lama dikenal oleh masyarakat luas dan ditakuti.
Penyakit TB disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Kuman
ini pertama kali ditemukan oleh Robert Koch. Kuman ini
sangat kecil dan bersifat tahan terhadap larutan asam sehingga

1
mendapat julukan Basil Tahan Asam (BTA). Kuman ini dapat
ditemukan dalam dahak atau sputum orang yang sedang
m e n d e r i t a   T B . S ebagian besar kuman ini menyerang paru-paru tetapi
dapat juga menyerang organ tubuh lainnya. Kuman ini timbul
disebabkan karena lingkungan yang kotor dan lembab" ekonomi
yang rendah dan dari keluarga yang mengidap  penyakit TB Paru.
Pada lingkungan yang kotor dan lembab kuman TB dapat bertahan hidup be
berapa jam , kuman ini masuk kedalam tubuh dan tertidur lama selama
beberapa tahun dan saat imunitas orang yang diserang rendah,
maka orang tersebut akan menjadi sakit (Misnadiarly, 2006).
WHO merekomendasikan strategi penyembuhan TBC jangka pendek
dengan pengawasan langsung atau dikenal dengan istilah DOTS ( Directly
Observed Treatment Shortcourse Chemotheray ). Di Indonesia, program ini
dinamakan Pengawasan Menelan Obat (PMO). Program PMO diantaranya
mengawasi pasien TBC agar menelan obat secara teratur hingga selesai
pengobatan , memberi dorongan agar pasien bersedia berobat secara teratur,
mengingatkan pasien untuk memeriksa ulang dahak, dan memberi
penyuluhan pada anggota keluarga pasien yang tidak menderita TB paru .
PMO umumnya dilakukan oleh seorang yang tinggal dekat dengan
penderita, bersedia membantu secara sukarela, dan bersedia dilatih, dan
mendapat penyuluhan bersama penderita (Dini Siti Anggraini , 2011).

1.2. Rumusan Masalah


1.1 Bagaimanakah pengkajian keperawatan keluarga yang salah satu
anggota keluarganya menderita TB paru?
1.2 Apakah diagnosa utama yang sering muncul pada keluarga dengan
salah anggota keluarganya menderita TB paru?
1.3 Bagaimakah intervensi yang direncanakan oleh perawat dalam
melakukan tindakan pencegahan penularan virus TB paru pada
anggota keluarga yang lain?

2
1.3. Tujuan penulisan
1.1 Mengetahui pengkajian keperawatan keluarga yang salah satu anggota
keluarganya menderita TB paru?
1.2 Mengetahui diagnosa utama yang sering muncul pada keluarga dengan
salah anggota keluarganya menderita TB paru?
1.3 Mengetahui intervensi yang direncanakan oleh perawat dalam
melakukan tindakan pencegahan penularan virus TB paru pada
anggota keluarga yang lain?

3
BAB II

TINJAUAN KASUS

Dalam tinjauan kasus ini, terdapat sebuah keluarga dengan salah satu anggota
nya menderita TB Paru. Pengkajian pada keluarga Tn. E dilakukan pada hari Minggu,
10 Maret 2017pukul 15.00 WIB sampai dengan hari Minggu, 11 Maret 2017pukul
16.30 WIB. Keluarga Tn. E terdiri dari Tn. E (penderita TB Paru) yang berusia 35
tahun sebagai suami, istrinya berusia 33 tahun, 1 anak perempuan berusia 11 tahun,
ibu mertua klien Ny. N berusaha 67 tahun, adik ipar perempuan Ny.Tberusia 28
tahun. Tn. E dan keluarganya tinggal di RT. 06 RW. 03 Gubeng KAI, Surabaya. Tn.
E yang merupakan lulusan SMP ini bekerja sebagai kuli bangunan selama 13 tahun.
Tn. E menikah muda pada usia 20 tahun.

Keluarga ini tergolong keluarga dengan status ekonomi menengah kebawah.


Hal ini terlihat pada kondisi dalam rumah yang sempit, bangunan rumah permanen,
luas rumahhanya 12 m2 (6m x 2 m), terdapat jamur pada dinding, perabotan rumah
tangga berantakan, lantai terbuat dari tegel keramik kotor dan kering, tidak terdapat
ventilasi sehingga cahaya matahari tidak dapat masuk kedalam rumah, sumber air
bersih berasal dari PDAM dan rumah dihuni 5 orang. Keluarga Tn. E tinggal di
lingkungan padat penduduk di daerah bantaran rel kereta api. Di rumah tidak terdapat
jamban jadi Tn. E dan keluarga menggunakan jamban umum yang jaraknya ± 10 m
dari rumah. Sampah bekas rumah tangga dibuang di tempat pembuangan akhir.

Dalam pengakajian kami terhadap penyakit yang diderita Tn. E, beliau


mengatakan bahwa sudah mengalami batuk selama 3 minggu. Ia kemudian periksa ke
dokter dan meminum obat sampai habis namun tidak kunjung sembuh. Kemudian Tn.
E pergi ke puskesmas dan dianjurkan untuk test dahak. Hasil test tersebut tertulis
bahwa BTA + yang menunjukkan Tn. E mengalami penyakit TB Paru. Diketahui
bahwa Tn. E tidak memiliki riwayat TB Paru. Namun karena kurangnya pengetahuan

4
keluarga klien terhadap penanganan penyakit ini, keluarga tidak menyarankan klien
untuk memakai masker atau membuang dahak pada tempat tersendiri.

.1 Pengkajian keperawatan
I. Data Umum :
1. Nama Kepala Keluarga : Tn.E
2. Alamat dan Telepon : RT. 06 RW. 03 Gubeng KAI, Surabaya /
081567443960
3. Pekerjaan Kepala Keluarga : Kuli bangunan
4. Pendidikan Kepala Keluarga : Tamat SMP
5. Komposisi Keluarga

Hubun Status Imunisasi


Cam Ket
N Nam J gan Um Pendid Polio DPT Hepatitis
pak
a K dengan ur ikan
1 2 3 4 1 2 3 1 2 3
KK
Ny. 33 Tamat
1. P Istri
S th SMP
An. Anak 11
2. P SD
M kandng th
Ny. 67 Tamat
3. P Mertua
N th SMP
Ny. Adik 28 Tamat
4. P
T ipar th SMA

Genogram

5
Keterangan:

 = Laki-laki  = Klien

 = Perempuan  = Meninggal

--- = tinggal satu rumah

6. Tipe Keluarga
Tipe keluarga yaitu commune family (beberapa keluarga hidup
bersama dalam satu rumah) yang terdiri dari Tn.E yang berperan sebagai
kepala keluarga yang berusia 35 tahun dan 1 istri berusia 33 tahun, 1 anak
perempuan berusia 11 tahun, adik ipar perempuan berusia 28 tahun dan ibu
mertua berusia 67 tahun. Jenis perkawinan adalah monogami.

7. Suku Bangsa
Keluarga klien berasal dari Suku Jawa atau Indonesia, kebudayaan yang
dianut tidak bertentangan dengan masalah kesehatan sedangkan bahasa sehari-
hari yang digunakan adalah Bahasa Jawa.

8. Agama
Seluruh keluarga Tn.E beragama Islam, keluarga Tn.E menjalani ibadah
sesuai dengan agama yang dianutnya. Tidak ada kebiasaan khusus yang

6
bertentangan dengan masalah kesehatan klien. Menurut Tn.E, Ny.S selalu
mengikuti kegiatan pengajian yang di adakan rutin tiap minggu di lingkungan
rumahnya.

9. Status sosial ekonomi keluarga


Penghasilan keluarga didapatkan dari Tn.E sebagai kuli bangunan dan Ny.S
sebagai pembantu rumah tangga, satu bulan Tn.E  berpenghasilan
Rp1.500.000,00 dan saat ini dibantu juga oleh sang istri dengan
berpenghasilan Rp500.000,00 / bulan. Adik ipar Tn.E bekerja sebagai buruh
pabrik berpenghasilan Rp1.600.000,00. Dan ibu Ny.S tidak bekerja.

10. Aktivitas rekreasi keluarga


Waktu luang Tn.E saat libur bekerja digunakan untuk beristirahat. Karena
menurutnya liburannya hanya satu hari harus digunakan untuk beristirahat
agar besok dapat beraktivitas dengan maksimal. Ny.S mengisi waktu luangnya
setelah pulang bekerja dengan berinteraksi dengan anaknya dan ibu Ny.S,
mengobrol dengan tetangga, dan bercanda dengan anaknya.

I. Riwayat tahap perkembangan keluarga

11. Tahapan perkembangan keluarga saat ini


Keluarga Tn.E dalam tahap perkembangan ke 3 yaitu keluarga dengan anak
sekolah mulai saat anak masuk pada usia 6 tahun dan berakhir pada usia 12
tahun. Pada tahap ini orang tua perlu belajar berpisah dengan anak, memberi
kesempatan pada anak untuk bersosialisasi baik aktivitas disekolah maupun
diluar sekolah. Tugas perkembangan sebagai berikut :
 Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti kebutuhan tempat tinggal.
 Privasi dan rasa aman.
 Membantu anak bersosialisasi.
 Mengajari anak untuk mempersiapkan masa depannya.

7
 Membiasakan anak belajar secara teratur.
 Mengontrol tugas-tugas di sekolah anak dan meningkatkan pengetahuan
umum anak.
 Mempertahankanhubungan yang sehat baik dalam keluarga maupun diluar
keluarga (keluarga lain dan lingkungan sekitar)

12. Tahapan perkembangan keluarga yang belum terpenuhi


Dari semua tugas perkembangan diatas, masih ada tugas yang belum
dilakukan yaitu mengontrol tugas-tugas di sekolah anak dan meningkatkan
pengetahuan umum anak, orang tua hanya mengingatkan saja untuk
mengerjakan tugas tetapi tidak mengontrol dan untuk meningkatkan
pengetahuan anak orang tua tidak mampu karena latar belakang pendidikan
yang rendah.

13. Riwayat keluarga inti


Tn. E mengeluh batuk lebih dari 3 minggu mulai bulan Ferbruari 2017. Klien
sudah minum OAT (Rifampisin, Isoninazid, pyrazinamide, etambutol). Gejala
TB Paru yang masih muncul yaitu batuk berdahak. Adapun anggota keluarga
yang lain dalam keadaan sehat.

14. Riwayat keluarga sebelumnya


Dari keluarga Tn.E sendiri tidak memiliki penyakit turunan (hipertensi, DM,
TB Paru) dan dari keluarga Ny.S, ibu Ny.S tidak memiliki penyakit turunan.

II. Lingkungan

15. Karakteristik rumah

8
Rumah yang sekarang ditempati adalah rumah ibu mertua Tn.E, Ny. N.
bangunan rumah permanen, luas rumah hanya 12 m2 (6m x 2 m) dihuni 5
orang, tipe rumah permanen, dinding dari tembok terdapat jamur dan kering, 1
ruang tamu, 2 kamar tidur dan 1 dapur. Lantai terbuat dari tegel keramik kotor
dan kering. Keadaan rumah kotor dan perabot berantakan. Tidak terdapat
ventilasi udara pada tempat tinggal Tn. E. Terdapat 1 pintu depan dan tidak
terdapat ventilasi udara pada ruang tamu maupun kamar tidur sehingga cahaya
matahari tidak dapat masuk ke dalam rumah dan udara tidak bersirkulasi
dengan baik. Penyediaan air bersih berasal dari PDAM, dan air minum berasal
dari air mineral dalam kemasan galon. Di rumah tidak terdapat jamban jadi
Tn. E dan keluarga menggunakan jamban umum yang jaraknya ± 10 m.
Sampah bekas rumah tangga dibuang di tempat pembuangan akhir.

Denah rumah :

16. Karakteristik tetangga dan komunitas RW


Keluarga Tn. E hidup di lingkungan padat penduduk, di daerah bantaran rel
kereta api. Tidak ada celah antara rumah satu dengan rumah lain sehingga
cahaya matahari sangat minim untuk masuk ke rumah.

9
17. Mobilitas geografis keluarga
Keluarga sudah lama tinggal di lingkungan RT. 06 RW. 03 Gubeng KAI,
Surabaya. Sebelumnya keluarga tidak pernah berpindah-pindah tempat
tinggal.

18. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat


Tn.E sering berkumpul dengan anak, istrinya Ny.S, adik Ny.S dan mertua Ny.
S walaupun harus bekerja dari pagi hingga sore, namun klien menyempatkan
diri untuk berkumpul dengan keluarga setelah bekerja. Tn. E terkadang
berinteraksi dengan tetangganya, Ny.S tidak mengikuti arisan ibu-ibu, tetapi
mengikuti perkumpulan pengajian untuk ibu-ibu setiap minggunya. Ny.S
hanya berinteraksi dengan tetangganya setelah ia pulang bekerja dan saat libur
dengan cara berbincang-bincang atau mengobrol. Ny.S mengatakan anaknya
biasanya hanya bermain dengan anak-anak di sekitar rumahnya.

19. Sistem pendukung keluarga


Keluarga Tn. E dengan 4 anggota keluarga yang sehat, selalu mendukung
program pengobatan gratis TB Paru Tn. E. Keluarga memiliki kartu BPJS. Tn.
E selalu diantar istrinya berobat ke puskesmas mengendarai sepeda motor.
Ny. S selalu mengingatkan Tn. E untuk minum obat, menyiapkan makanan
bergizi untuk Tn. E dan anaknya serta mertua Tn. E dan adik ipar Tn. E.

III. Struktur Keluarga

20. Pola komunikasi keluarga


Tn.E sering berkomunikasi dengan anak, istrinya Ny.S, adik Ny.S dan mertua
Ny. S walaupun harus bekerja dari pagi hingga sore, namun klien
menyempatkan diri untuk berkomunikasi dengan keluarga.

10
21. Struktur kekuatan keluarga
Yang berperan dalam keluarga adalah Tn.E sebagai kepala keluarga. Dalam
menyelesaikan masalah keluarga tetap berdasarkan atas musyawarah, yang
berperan sebagai pembuat keputusan adalah Tn.E itu sendiri walaupun Ny.S
lebih dekat dengan anak, adik Ny.S, dan ibunya.

22. Struktur peran (formal dan informal)


a. Formal: Tn.E berperan sebagai kepala keluarga dan mencari nafkah untuk
keluarganya, Ny.S berperan sebagai pembantu rumah tangga, adik Ny.S
bekerja sebagai buruh pabrik, dan ibu Ny.S hanya di rumah tidak bekerja
karena sudah menginjak lansia (67 tahun). Sebelum berangkat bekerja
Ny.S selalu menyiapkan keperluan untuk keluarganya di rumah dan
menyiapkan sarapan. An.M berstatus sebagai siswi SD dan anak.
b. Informal: Dalam keluarga Tn.E, Tn.E berperan sebagai dominator, Ny.S
berperan sebagai pendamai dan perawat keluarga, Ny.N berperan sebagai
pengharmonis, Ny.T dan An.M berperan sebagai pengikut.

23. Nilai dan norma keluarga


Nilai dan norma yang berlaku dalam keluarga tersebut sesuai dengan nilai
agama yang dianutnya dan norma yang berlaku di lingkungannya. Jika ada
anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan (sakit) keluarga tersebut
tetap percaya bahwa masalah yang dialaminya akan ada jalan keluarnya dan
berdo’a kepada Tuhan. Tn.Z mendukung apapun yang dilakukan untuk
keluarga dan selalu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada di
lingkunganya. Keluarga mempercayai pengobatan medis tetapi juga
mempercayai pengobatan non medis seperti ke alternatif.

IV. Fungsi Keluarga

24. Fungsi afektif

11
Keluarga Tn.E saling menyayangi dan peduli terhadap anggota keluarga yang
sakit khususnya Tn.E yang menderita TB Paru akan mempercepat proses
penyembuhan. Karena adanya partisipasi dari anggota keluarga dalam
merawat anggota keluarga yang sakit, keluarga klien selalu mengingatkan
klien untuk minum obat dan makan makanan yang bergizi.

25. Fungsi sosialisasi


Tn.E selalu mengajarkan dan menekankan pada keluarganya bagaimana
berperilaku sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya dalam kehidupan
sehari-harinya di rumah dan lingkungan tempat tinggalnya.

26. Fungsi perawatan kesehatan


a) Mengenal masalah kesehatan
Menurut keluarga penyakit TB Paru adalah penyakit menular.
Penularannya melalui batuk dan dahak, harus menggunakan masker tetapi
Tn. E tidak menggunakan masker karena merasa tidak nyaman dan
sungkan dengan tetangga.
b) Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan
Tn. E sudah sakit batuk lebih dari 3 minggu, sudah diperiksakan ke
dokter, setelah memperoleh obat, diminum tetapi batuknya tidak kunjung
sembuh. Kemudian Tn. E pergi berobat ke puskesmas, dianjurkan untuk
tes dahak.
c) Melakukan perawatan terhadap anggota yang sakit
Tn. E dan keluarganya belum dapat merawat anggota keluarga yang
menderita TB Paru. Keluarga tidak ada yang mengingatkan kepada Tn. E
untuk memakai masker dan tidak dapat menyiapkan tempat khusus untuk
membuang dahak. Ny. S selalu mengingatkan Tn. E untuk minum obat
setiap hari. Keluarga tidak memisahkan alat makan Tn. E.
d) Memelihara lingkungan yang sehat

12
Lingkungan rumah Tn. E kumuh, perabotan berantakan dan tidak ada
ventilasi udaranya.
e) Menggunakan pelayanan kesehatan di masyarakat
Tn. E berobat ke puskesmas menggunakan BPJS dan istrinya menemani
Tn. E untuk berobat mengendarai sepeda motor.

27. Fungsi reproduksi


Tn.E memiliki 1 orang anak, satu istri. Anak Tn.E perempuan berusia 11
tahun, saat ini anak Tn.E bersekolah SD. Ny.S saat ini tidak mengikuti
program KB .

28. Fungsi ekonomi


Dalam keluarga Tn.E, Ny.S mengatakan tidak mempunyai tabungan, uang
yang didapat habis untuk kebutuhan sehari-hari, kebutuhan bulanan,
kebutuhan makan, bayar pajak, biaya transportasi. Keluarga Tn.E senang dan
memanfaatkan program dari puskesmas yang mengratiskan pengobatan bagi
penderita TB Paru.

V. Stress dan Koping Keluarga

29. Stressor jangka pendek dan panjang


a. Stressor jangka pendek ketika Tn.E memikirkan apakah penyakit TB Paru
yang dideritanya dapat sembuh, dan dapat melakukan aktivitas seperti biasa.
b. Stressor jangka panjang yaitu Tn.E memikirkan biaya untuk pengobatan
yang akan dikeluarkan apabila penyakit yang dideritanya tidak sembuh.

30. Kemampuan keluarga berespons terhadap situasi/stressor


Keluarga Tn.E selalu berupaya untuk mengatasi masalah yang terjadi dalam
keluarganya, Tn.E bersyukur karena program dari puskesmas yang
mengratiskan pengobatan bagi penderita TB Paru.

13
31. Strategi koping yang digunakan
Keluarga khususnya Tn.E senantiasa menerima keadaan atau masalah yang
terjadi dalam keluarganya tetapi Tn.E juga berusaha untuk mengatasi masalah
tersebut dengan melibatkan keluarga dalam menyelesaikan masalah tersebut
(musyawarah).

32. Strategi adaptasi disfungsional


Dalam menghadapi masalah, keluarga khususnya Tn.E tidak pernah putus asa
dan tidak pernah melampiaskan ke hal-hal yang merugikan diri sendiri dan
keluarga. Tn.E hanya menghabiskan waktunya untuk bekerja jika ada orang
yang membutuhkan jasa Tn.E dan jika tidak ada Tn.E beristirahat di rumah.

VI. Pemeriksaan Fisik


Pemeriksaan fisik dilakukan pada Tn.E, Ny.S, Ny.N, Ny.T, dan An.M karena
tinggal satu rumah.

Pemeriks
Tn. E Ny. S An. M Ny.N Ny.T
aan Fisik
Kulit kepala Kulit kepala Kulit kepala Kulit kepala Kulit kepala
bersih, rambut bersih, rambut bersih, rambut bersih, rambut berketombe,
sedikit lurus hitam hitam bergelombang, rambut hitam
a. Kepala pendek, bergelombang bergelombang panjang, lurus, pendek,

Rambut sedikit , panjang, , pendek, beruban, tidak beruban,


beruban, tidak beruban, kering, bersih, kering, bersih, berminyak,
berminyak, kering, bersih, tidak rontok. tidak rontok. bersih, tidak
bersih, rontok. tidak rontok. rontok.
Kelopak mata Kelopak mata Kelopak mata Kelopak mata Kelopak mata

Mata normal, tidak normal, tidak normal, tidak normal, tidak normal, tidak
ada ada ada ada ada

14
peradangan, peradangan, peradangan, peradangan, peradangan,
konjungtiva konjungtiva konjungtiva konjungtiva an konjungtiva an
an anemis, an anemis, an anemis, anemis, sklera anemis, sklera
sklera an sklera an sklera an an ikterik, dan an ikterik, dan
ikterik, dan ikterik, dan ikterik, dan menggunakan menggunakan
tidak tidak tidak kaca mata plus kaca mata
menggunakan menggunakan menggunakan 3.5D. minus 2D.
kaca mata. kaca mata. kaca mata.
Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
kelainan, kelainan, kelainan, kelainan, kelainan,
hidung hidung hidung hidung hidung
simetris, simetris, simetris, simetris, simetris,
Hidung
bersih, polip bersih, polip bersih, polip bersih, polip bersih, polip
(-), sinusitis (-), sinusitis (-), sinusitis (-), sinusitis (-), sinusitis
(-), tidak ada (-), tidak ada (-), tidak ada (-), tidak ada (-), tidak ada
sumbatan. sumbatan. sumbatan. sumbatan. sumbatan.
Bentuk Bentuk Bentuk Bentuk Bentuk
simetris, simetris, simetris, simetris, simetris,
pendengaran pendengaran pendengaran pendengaran pendengaran
baik, bersih baik, bersih baik, bersih baik, bersih baik, bersih
tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada
Telinga
serumen, serumen, serumen, serumen, tidak serumen, tidak
tidak tidak tidak menggunakan menggunakan
menggunakan menggunakan menggunakan alat bantu alat bantu
alat bantu alat bantu alat bantu dengar dengar
dengar dengar dengar
Mulut Bibir lembab, Bibir kering, Bibir lembab, Bibir kering, Bibir lembab,
tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada
peradangan peradangan peradangan peradangan peradangan
gusi, gusi, gusi, gusi, gusi, stomatitis
stomatitis (-), stomatitis (-), stomatitis (-), stomatitis (-), (-), gigi bersih,
gigi bersih, gigi bersih, gigi bersih, gigi bersih, tidak terdapat

15
tidak ada tidak ada terdapat tidak terdapat carries, sedikit
carries, ada carries tidak carries, tidak carries, sedikit ada karang
sedikit karang ada karang ada karang ada karang gigi.
gigi. gigi. gigi. gigi.
Tonsil kanan Tonsil kanan Tonsil kanan Tonsil kanan Tonsil kanan
kiri normal kiri normal kiri normal kiri normal kiri normal
b. Leher tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada

Tonsil pembesaran pembesaran pembesaran pembesaran pembesaran


dan dan dan dan dan
peradangan. peradangan. peradangan. peradangan. peradangan.
Kelenjar Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
tiroid pembesaran pembesaran. pembesaran. pembesaran. pembesaran
S1 S2 tunggal, S1 S2 S1 S2 S1 S2 tunggal, S1 S2 tunggal,
c. Thorax
Gallop (-), tunggal, tunggal, Gallop (-), Gallop (-),
Jantung mur-mur (-) Gallop (-), Gallop (-), mur-mur (-) mur-mur (-)
mur-mur (-) mur-mur (-)
Inspeksi: Inspeksi: Inspeksi: Inspeksi: Inspeksi:
Bentuk dada Bentuk dada Bentuk dada Bentuk dada Bentuk dada
Tn.E simetris, Tn.E simetris, Tn.E simetris, Tn.E simetris, Tn.E simetris,
tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada
penggunaan penggunaan penggunaan penggunaan penggunaan
otot dinding otot dinding otot dinding otot dinding otot dinding
dada. dada. dada. dada. dada.
Palpasi: Palpasi: Palpasi: Palpasi: Palpasi:
Paru-paru Terjadi Tidak terjadi Tidak terjadi Tidak terjadi Tidak terjadi
penurunan penurunan/ke penurunan/ke penurunan/ken penurunan/ken
fremitus, naikan naikan aikan fremitus, aikan fremitus,
gerakan dada fremitus, fremitus, gerakan dada gerakan dada
simetris saat gerakan dada gerakan dada simetris saat simetris saat
bernapas simetris saat simetris saat bernapas bernapas
Perkusi: bernapas bernapas Perkusi: Perkusi:
Suara redup Perkusi: Perkusi: Suara sonor Suara sonor
saat perkusi Suara sonor Suara sonor saat perkusi saat perkusi

16
pada seluruh saat perkusi saat perkusi pada seluruh pada seluruh
lapang paru pada seluruh pada seluruh lapang paru lapang paru
Auskultasi: lapang paru lapang paru Auskultasi: Auskultasi:
Suara napas Auskultasi: Auskultasi: Suara napas Suara napas
vesikuler, Suara napas Suara napas tidak tidak terdengar
terdengar tidak tidak terdengar vesikuler,
suara ronchi. terdengar terdengar vesikuler, tidak terdengar
vesikuler, vesikuler, tidak suara
tidak tidak terdengar tambahan.
terdengar terdengar suara
suara suara tambahan.
tambahan. tambahan.
Acites (-), Acites (-), Acites (-), Acites (-), Acites (-),
bising usus bising usus bising usus bising usus bising usus
normal 7 normal 6 normal 5 normal 5 normal 5
x/menit, tidak x/menit, tidak x/menit, tidak x/menit, tidak x/menit, tidak
Abdomen ada nyeri ada nyeri ada nyeri ada nyeri ada nyeri
tekan, tidak tekan, tidak tekan, tidak tekan, tidak tekan, tidak
ada ada ada ada ada
pembesaran pembesaran pembesaran pembesaran pembesaran
hepar. hepar. hepar. hepar. hepar.
Integume Warna sawo Warna sawo Warna sawo Warna sawo Warna sawo
n matang, matang, matang, matang, turgor matang, turgor
turgor kulit turgor kulit turgor kulit kulit baik, kulit baik,
baik, bersih, baik, bersih, baik, bersih, bersih, tidak bersih, tidak
tidak ada tidak ada tidak ada ada penyakit ada penyakit
penyakit kulit, penyakit kulit, penyakit kulit, kulit, kulit,
hyperpigment hyperpigment hyperpigment hyperpigmenta hyperpigmenta
asi (-). asi (-). asi (-). si (-). si (-).
Extermita Oedem (-), Oedem (-), Oedem (-), Oedem (-), Oedem (-),
s tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada
kelainan kelainan kelainan kelainan kelainan pada
pada pada pada pada extermitas

17
extermitas extermitas extermitas extermitas atas dan
atas dan atas dan atas dan atas dan bawah.
bawah. bawah. bawah. bawah.
Kesadaran: Kesadaran: Kesadaran: Kesadaran: Kesadaran:
Composment Composmen Composmen Composment Composmenti
is tis tis is s
TD: 120/80 TD: 120/70 TD: 100/70 TD: 120/80 TD: 110/80
mmHg mmHg mmHg mmHg mmHg
Nadi: 95 Nadi: 88 Nadi: 110 Nadi: 75 Nadi: 90
Keadaan
umum x/menit x/menit x/menit x/menit x/menit
Suhu: Suhu: 360C Suhu: Suhu: 36,3°C Suhu: 36°C
36,8°C RR: 36,2°C RR: RR:
RR: 19x/menit RR: 17x/menit 16x/menit
28x/menit BB : 65 kg 19x/menit BB: 55 kg BB: 60 kg
BB: 50 kg TB : 155 cm BB: 46 kg TB: 150 cm TB: 160 cm
TB: 168 cm TB: 145 cm

VII. Pemeriksaan Penunjang


Hasil pemeriksaan dahak klien TB Paru di Puskesmas Gubeng pada 17 Februari
2017

Hasil pemeriksaan dahak


Bulan ke No. reg BB
A B C BTA
0 (awal) 307 3+ 3+ 3+ 3+ 50 kg

VIII. Terapi
Saat ini Tn.E sedang menjalani proses pengobatan TB Paru dengan meminum
RHZE (4FDC) yang berisi Rifampicin 150 mg, Isoniazid 75 mg, Pyrazinamide
400 mg, dan Ethambutol 275 mg.

IX. Harapan Keluarga

18
Tn. E dan keluarga berharap agar Tn. E cepat sembuh setelah minum obat secara
teratur dan Allah cepat memberi kesembuhan pada Tn. E.

2.2 Diagnosis Keperawatan

Data Problem Etiologi


DS : Risiko Penularan TB Ketidakmampuan
a. Keluarga Tn. E paru TN. E pada keluarga merawat
mengatakan kurang anggota keluarga. anggota keluarga yang
memahami tentang sakit
penyakit TB paru, faktor
penyebab penyakit TB
paru dan cara penularan
Tb paru
b. Tn. E mengatakan tidak
menggunakan masker
karena sungkan dengan
tetangganya dan merasa
kurang nyaman kalau
menggunakan masker
c. Keluarga Tn. E
mengatakan tidak dapat
membuat tempat khusus
untuk dahak
d. Keluarga mengatakan
bahwa barang – barang
alat makan Tn. E tidak
dipisah.
DO :
a. Terdapat anak – anak
usia 11 tahun didalam

19
rumah Tn. E
b. Tn. E tidak menggunakan
masker
c. Pada kamar tidur Tn. E
tidak ada ventilasi udara
d. Tidak mmempunyai
tempat pembuangan
dahak khusus
e. Alat makan Tn. E tidak
dipisah.
f. Hasil pemeriksaan dahak
menunjukkan BTA 3+
DS:
a. Tn. E  mengatakan  Tidak efektifnya Ketidakmampuan
sudah lama batuk-batuk bersihan  jalan nafas  keluarga  merawat
sekitar 3 minggu  pada Tn.E anggota  keluarga
b. Tn.E mengatakan batuk yang sakit
nya tidak sembuh dan
sekarang kambuh lagi
akibat
c. Tn.  E mengatakan   tidak
ada ventilasi di rumahnya
DO:
a. Kesadaran:
Composmentis
b. TD: 120/80 mmHg
c. Nadi: 95 x/menit
d. Suhu: 36,8°C
e. RR: 28x/menit
f. BB: 50 kg

20
g. TB: 168 cm.

Pemeriksaan paru-paru:
a. Inspeksi:
Bentuk dada Tn.E
simetris, tidak ada
penggunaan otot dinding
dada.
b. Palpasi:
Terjadi penurunan
fremitus, gerakan dada
simetris saat bernapas
c. Perkusi:
Suara redup saat perkusi
pada seluruh lapang paru
d. Auskultasi:
Suara napas vesikuler,
terdengar suara ronchi

21
Skala Prioritas Masalah

  Masalah keperawatan Resiko terjadinya penularan TB Paru pada anggota


keluarga yang lain b.d Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga
yang sakit.

N Kriteria Perhitun Skor Pembenaran


o gan
1 Sifat 2/3×1 2/3 Ditangani segera karena resiko penularan  TB 
Masalah : Paru  pada  anggota keluarga yang lain, Tn.E di
Resiko diagnose TB Paru  setelah tes dahak ,minum
obat OAT selama baru 3 minggu.

Dapat dirubah dengan penyuluhan penularan 


2 Kemungk 2/2×2 2 TB  Paru  dengan menganjurkan  Tn.  E  tidak
inan membuang  dahak  sembarangan dan membuat
masalah  lubang ventilasi, agar sirkulasi udara lancar
untuk tidak pengap, lembab, dan gelap 
dirubah:
Mudah
3 Pencegah 2/3 x 1 2/3 Resiko  penularan  sulit dicegah karena kondisi
an rumah yang sempit dan  interaksi  antara 
masalah: anggota keluarga  yang  lain  kurang  dari  1
Cukup meter  dan  Tn.  E lupa  untuk menutup mulut
jika batuk

Masalah  perlu  ditangani segera karena  resiko 

22
4 Menonjol 2/2 x 1 1 penularan  pada anggota keluarga yang lain
nya dengan melakukan  pemeriksaan pada anggota 
masalah: keluarga  yang  lain (screening kesehatan) dan
Masalah anjurkan keluarga  untuk
dirasakan
dengan 
ada upaya
/segera memanfaatkan fasilitas (puskesmas) yang
ditangani terdekat dan sesuai kemampuan.
Total 3       4 1/3
skor

Masalah keperawatan tidak efektifnya bersihan jalan nafas pada Tn. E b.d
Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.

No Kriteria Perhitunga Skor Pembenaran


n
1 Sifat Masalah : 3/3 x1 1 Masalah  ini  bersifat aktual 
Aktual karena Tn. E mengeluh batuk-
batuk selama 3 minggu, sesak
nafas dan mudah lelah.  Jika  tidak 
ditangani  segera dapat
mengakibatkan  penyakit menjadi
semakin parah.

2 Kemungkinan 2/2×2 2 Pelayanan  kesehatan  dekat  dari


masalah  untuk rumah dan terjangkau, dana untuk
dirubah: berobat  tersedia  karena  gratis
Mudah bagi warga kurang mampu.

3 Potensi 2/3 x 1 2/3 Dengan  informasi  yang  diberikan

23
pencegahan keluarga dapat mengerti tentang
masalah: TB Paru dan mencegah penularan.
Cukup

4 Menonjolnya 2/2 x 1 1 Tn. E  adalah  penderita  TB  Paru


masalah: dengan minum obat OAT selama 3
Masalah minggu . Keluarga  belum  ada
Dirasakan upaya  untuk  mengatasi masalah /
berat,harus kondisi Tn. E karena belum ada 
segera waktu  sehingga kemungkinan
ditangani penularan cukup tinggi.
Keluarga merasa ada masalah dan
perlu  segera  ditangani  karena
sudah  merasakan  gejala-
gejala penyakit.
Total Skor 4
2/3

Maka prioritas masalahnya adalah :

No Diagnose Skor
1 Ketidakefektifan bersihan jalan nafas pada Tn. E b.d
Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga
yang sakit. 4 2/3

24
2 Risiko Penularan TB paru TN. E pada anggota keluarga
Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga
yang sakit 4 1/3

.3 Intervensi Keperawatan

Diagnosa Tujuan Kriteria evaluasi Rencana


Umum Khusus Kriteria Standar
Keperawatan Tindakan
Risiko Setelah 1. Keluarga 1. Verbal 1. Pengertian 1. Beri
penularan TB dilakukan 3 dapat TB pendidika
Paru Tn. E kali kunjungan mengenal 2. Keluarga n
berhubungan rumah dan 2. menyediakan kesehatan
dengan keluarga Tn. E mampu Psikomoto tempat tentang
ketidakmampu diharapkan mencega r khusus cara
an keluarga mampu h membuang penularan
merawat mengetahui penularan dahak dan
anggota tentang penyakit 3. Keluarga pencegah
keluarga yang penularan TB TB paru menyedirika an TB
sakit TB Paru Paru pada n perlatan paru
anggota 3.Psikomo makan Tn. E. kepada
keluargan tor 4. Klien keluarga
ya memakai Tn. E.
2. Keluarga masker 2. Lakukan
mamapu evaluasi
melakuka mengenai
n 4. Afektif penjelasa
tindakan n yang
merawat telah
anggota diberikan

25
keluarga .
yang 3. Berikan
menderita reinforce
TB paru ment
dengan positif.
mencega 4. Anjurkan
h keluarga
penularan untuk
menyedia
kan
tempat
khusus
membuan
g dahak
yang
telah
diberi
desinfekt
an.
5. Anjurkan
keluarga
untuk
menyedir
ikan
perlatan
makan,
merenda
m
peralatan
makan

26
menggun
akan
desinfekt
an
sebelum
dicuci
dan
merebus
peralatan
makan
Tn. E.
6. Anjurkan
keluarga
untuk
menjemu
r alat –
alat tidur
klien
setiap
hari,
membuka
pintu
setiap
hari serta
membersi
hkan
rumah
setiap
hari.
7. Anjurkan

27
klien
untuk
memakai
masker
8. Memotiv
asi klien
untuk
membuan
g dahak
pada
tempat
khusus
yang
telah
diberi
desinfekt
an.
9. Anjurkan
menggant
i masker
setiap
hari dan
tidak
boleh
dicuci.
10. Anjurkan
untuk
minum
obat
secara

28
rutin dan
tidak
boleh
putus.
Ketidakefektif Setelah Keluarga Verbal 1.keluarga 1.Jelaskan
an bersihan dilakukan dapat terkait pengertian ,
jalan nafas 3 kali mengenal pengertian, tanda dan
pada kunjungan dan mampu penyebab, gejala , serta
Tn. E rumah mendukung tanda dan penyebab
b.d keluarga Tn. Tn. E agar gejala TB dari penyakit
ketidakmampu E diharapkan gangguan Paru. TB Paru
an jalan napas jalan
keluarga Tn. E napasnya 2.Keluarga 2.Tanyakan

merawat semakin kembali dapat kembali

anggota membaik efektif merubah tentang

keluarga penularan perilaku pengertian,

dengan terhadap tanda dan

masalah lingkungan gejala, serta

penyakit TB yang kurang penyebab

Paru. mendukung dari penyakit

penyakit Tn. TB Paru

E
3.Berikan
reinforcemen
t positif atas
kemampuan
keluarga

29

Anda mungkin juga menyukai