Anda di halaman 1dari 35

Apakah Filsafat Itu?

Beberapa Kesalah-pahaman

Apakah sesungguhnya filsafat itu? Pertanyaan demikian itu telah diajukan


sejak lebih dari dua puluh abad yang silam dan hingga kini tetap dipertanyakan
banyak orang. Berbagai jawaban telah diberikan sebagai upaya untuk menjelaskan
apakah sesungguhnya filsafat itu, namun tidak pernah ada jawaban yang dapat
memuaskan semua orang. Bahkan, ada yang mengatakan bahwa banyaknya
jawaban yang diberikan justru semakin mengaburkan masalah yang hendak
dijelaskan. Dengan demikian, persoalannya menjadi semakin rumit. Apakah benar
demikian?
Kenyataannya sampai sekarang ini, masih banyak orang yang mengira
bahwa filsafat adalah sesuatu yang serba rahasia, mistis, dan aneh. Ada pula yang
menyangka bahwa filsafat adalah suatu kombinasi antara astrologi, psikologi, dan
teologi. Tak mengherankan apabila di toko toko buku terkemuka sekalipun sering
terlihat penempatan buku buku filsafat dicampur baurkan begitu saja dengan buku
buku astrologi, psikologi, dan teologi.
Selain itu, karena filsafat juga disebut sebagai mater scientiarum atau induk
segala ilmu pengetahuan, maka cukup banyak pula orang yang menganggap
filsafat sebagai ilmu yang paling istimewa, ilmu yang menduduki tempat paling
tinggi dari antara seluruh ilmu pengetabuan yang ada. Karena itu, filsafat hanya
dapat dipaharni oleh orang orang jenius. Filsafat hanya dapat dipelajari oleh orang
orang yang memiliki kernampuan intelektual luar biasa. Sehubungan dengan
anggapan itu, ada. banyak mahasiswa yang sengaja menghindari mata pelajaran
filsafat karena dianggap terlampau sukar dan pelik.
Sebaliknya, ada pula yang berpendapat bahwa filsafat itu tidak berharga
untuk dipelajari. Filsafat tidak lebih dari sekedar lelucon yang tak bermakna alias
"omongkosong". Apa gunanya mernpelajari filsafat yang tidak sanggup memberi
petunjuk tentang bagaimana seseorang dapat meningkatkan keuntungan bagi
perusahaannya? Apa gunanya mempelajari filsafat yang tak mampu memberi
petunjuk tentang bagaimana merancang sebuah bangunan yang bisa memikat
banyak orang sehingga laku dipasarkan? Apa gunanya mempelajari filsafat yang
tidak dapat memberi petunjuk tentang bagaimana berternak ayarn yang paling
berhasil? Singkatnya, mereka hendak mengatakan bahwa filsafat tidak memiliki
kegunaan praktis.
Ada pula yang berpendapat bahwa filsafat hanyalah sejenis "ilmu" yang
mengawang tanpa merniliki dasar pijakan konkret yang dapat dipertanggung
jawabkan secara ilmiah. Karena filsafat berbicara tentang apa saja, padahal suatu
disiplin ilmu hanya mengacu pada satu objek tertentu, maka filsafat tidak dapat
dikatakan sebagai suatu disiplin ilmu.
Di kalangan para rohaniwan dan teolog, ada pula yang memperlakukan
filsafat hanya sebagai ancilla theologiae, yakni sebagai budak atau pelayan teologi.
Sebagai pelayan teologi, filsafat bertugas menformulasikan argumentasi
argurnentasi yang kuat untuk membela keyakinan dan ajaran agarna, tanpa
memperdulikan apakah cara yang ditempuh itu benar dan sahih. Bahkan, ada juga
rohaniwan dan teolog yang menuding filsafat sebagai alat iblis yang terkutuk.
Karena itu, harus ditolak oleh semua orang beriman.
Handout - Filsafat 2

Dalam percakapan, sehari hari, acap kali kita dengar ada orang yang
mengatakan, "Falsafah saya adalah..." atau "Filsafat pengusaha yang berhasil itu dan
sebagainya. Apakah sebenarnya yang dimaksudkan dengan ungkapan ungkapan
tersebut? Apakah arti istilah "falsafah" atau "filsafat" yang digunakan dalam
ungkapan ungkapan tersebut di atas? Istilah "falsafah" atau "filsafaf 'yang
digunakan dengan cara itu sesungguhnya mengacu kepada. sikap, pandangan, dan
gagasan yang dipegang oleh seseorang untuk men hadapi segala persoalan dan
tantangan yang harus diatasinya.
Ada lagi orang orang yang hendak menawarkan. "jasa baik” dengan
berupaya membedakan pernakaian istilah "falsafah" dan. "filsafaf” dalam
penggunaan praktis sehari hari, namun. malah berakibat semakin rancu.
Ada juga yang mengatakan bahwa karena semua orang berpikir,
sesungguhnya semua orang adalah filsuf. Apakah benar setiap orang yang berpikir
itu adalah filsuf Jika benar demikian, berarti berpikir adalah berfilsafat, dan
berfilsafat adalah berpikir. Jadi, pemikiran (sebagai hasil berpikir) adalah filsafat,
dan filsafat adalah pemikiran. Memang benar orang yang berfilsafat itu berpikir,
tetapi tidak semua yang berpikir berarti pula berfilsafat. Untuk berpikir secara
filsafati, ada persyaratan persyaratan tertentu yang harus dipenuhi.
Kesimpangsiuran pendapat dan pandangan yang telah dikemukakan itu
belum menyentuh keanekaragaman gagasan gagasan filsafati yang acap kali ”saling
bertentangan" satu sama lain. Konsep konsep filsafati yang saling bertentangan
sering pula menimbulkan pertikaian tak terdamaikan yang membuat filsafat
semakin dianggap kacau balau. Tentu saja, hal itu menimbulkan kesan buruk
terhadap filsafat. Oleh sebab itu, dapat dipahami apabila ada orang yang
berpendapat bahwa filsafat merupakan sesuatu yang tidak jelas, kacau balau, tidak
ilmiah, penuh dengan pertikaian dan perselisihan pendapat, tidak mengenal sistern
dan metode, tidak tertib, dan juga tidak terarah. Tidak mengherankan pula jika ada
yang menawarkan pemikiran untuk menertibkan filsafat karena menganggap
filsafat tidak tertib. Akan tetapi, dapat dibayangkan bagaimanakah jadinya suatu
filsafat bila ditertibkan. Tidakkah ia akan menjadi begitu "kurus" dan sangat "kerdil"
karena kehilangan ruang gerak dan wawasan?
Pada masa kini ada sebagian orang yang mengatakan bahwa filsafat telah
berada di penghujung jalan. Filsafat telah menempuh perjalanan yang sangat
panjang dan kini harus berhenti. Pengembaraannya telah berakhir, dan tidak ada
lagi sesuatu pun yang dapat dilakukannya. Filsafat sebagai induk segala ilmu
pengetahuan telah berhasil melahirkan berbagai ilmu pengetahuan yang kini telah
mandiri. Ilmu ilmu pengetahuan alam (natural sciences), ilmu ihnu pengetahuan
sosial (social sciences), dan seluruh disiplin ilmu lainnya satu per satu telah
memisahkan diri dari filsafat dan telah tumbuh menjadi dewasa. Filsafat selaku
induk segala ilmu pengetahuan kini telah renta dan mandul. la tak mampu dan
memang tak mungkin lagi untuk mengandung dan rnelahirkan. Karena itu, benar
benar tidak berguna lagi.
Beberapa kesalah pahaman dan kekeliruan tersebut justru menunjukkan
ketidaktahuan tentang apa sesungguhnya filsafat. Memang pengamatan sekilas
terhadap keberadaan filsafat dapat menyesatkan. Akan tetapi, apabila benar benar
disimak secara lebih serius dan lebih mendalam, filsafat akan semakin diminati,
semakin menarik, semakin mernikat, dan semakin memukau.

Pengertian dan Definisi Filsafat


Handout - Filsafat 3

Secara. etiniologis, istilah "filsafat", yang merupakan padanan kata falsafah


(bahasa Arab) dan philosophy (bahasa Ingris), berasal dari bahasa Yunani
(philosophia). Kata philosophia merupakan kata majeMuk yang terdiri dari kata.
philos dan sophia. Kata sophia berarti kekasih, bisa juga berarti sahabat. Adapun
philos berarti kebijaksanaan atau kearifan, bisa juga berarti pengetahuan. Jadi,
secara harfiah philosophia berarti yang mencintai kebijaksanaan atau sahabat
pengetahuan. Oleh karena istilah philosophia telah di Indonesiakan menjadi
"filsafat", seyogyanya ajektivanya ialah "filsafati" dan. bukan "filosofis". Apabila
mengacu kepada orangnya, kata yang tepat digunakan ialah "filsuf ' dan bukan
"filosof'. Kecuali bila digunakan kata "filosofi" dan bukan "filsafat", maka
ajektivanya yang tepat ialah "filosofis", sedangkan yang mengacu kepada orangnya
ialah kata "filosof'.
Menurut tradisi kuno, istilah philosophia digunakan pertama kali oleh
Pythagoras (sekitar abad ke 6 SM). Ketika diajukan pertanyaan apakah ia seorang
yang bijaksana, dengan rendah hati Pythagoras menjawab bahwa ia hanyalah
philosophia, yakni orang yang mencintai pengetahuan. Akan tetapi, kebenaran
kisah itu sangat diragukan karena pribadi dan kegiatan Pythagoras telah bercampur
dengan berbagai legenda; bahkan, tahun kelahiran dan. kematiannya pun tak
diketahui dengan pasti. Yang jelas, pada masa Sokrates dan Plato, istilah
philosophia sudah cukup populer.
Untuk memahami apa sebenarnya filsafat itu, tentu saja tidak cukup hanya
mengetahui asal usul dan arti istilah yang di gunakan, melainkan juga harus
memperhatikan konsep dan definisi yang diberikan oleh para filsuf menurut
pemahaman mereka masing masing. Akan tetapi, perlu pula dikatakan bahwa
konsep dan definisi yang diberikan oleh para filsuf itu tidak sama. Bahkan, dapat
dikatakan bahwa setiap filsuf memiliki konsep dan membuat definisi yang berbeda
dengan filsuf lainnya. Karena itu, ada yang mengatakan bahwajumlah konsep dan
definisi filsafat adalah sebanyakjumlah filsuf itu sendiri.
Berikut ini, akan diketengahkan beberapa konsep dan definisi yang kiranya
memadai untuk memberi gambaran lebih jelas tentang apakah filsafat itu.
Para filsuf pra Sokratik mempertanyakan tentang awal atau asal mula alam dan
berusaha menjawabnya dengan menggunakan logos atau rasio tanpa meminta
bantuan mythos atau mitos. Oleh sebab itu, bagi mereka, filsafat adalah ilmu. yang
berupaya untuk memahami hakikat alarn dan realitas ada dengan mengandalkan
akal budi.
Plato memiliki berbagai gagasan tentang filsafat. Antara lain, Plato pernah
mengatakan bahwa filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berusaha meraih
kebenaran yang asli dan murni. Selain itu, ia juga mengatakan bahwa filsafat adalah
penyelidikan tentang sebab sebab dan asas asas yang paling akhir dari segala
sesuatu yang ada.
Aristoteles (murid Plato) juga memiliki beberapa gagasan mengenai filsafat.
Antara lain, ia mengatakan bahwa filsafat adalah ilmu pengetahuan yang senantiasa
berupaya mencari prinsip prinsip dan penyebab penyebab dari realitas ada. la pun
mengatakan bahwa filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berupaya mempelajari
"peri ada selaku peri ada" (being as being) atau peri ada sebagaimana adanya" (being
as such).
Rene Descartes, filsuf Prancis yang termasyhur dengan argumen je pense,
donc je suis, atau dalam bahasa Latin cogito ergo sum ("aku berpikir maka Aku ada"),
Handout - Filsafat 4

mengatakan bahwa filsafat adalah himpunan dari segala pengetahuan yang


pangkal penyelidikannya adalah mengenai Tuhan, alam, dan manusia.
Bagi William James, filsuf Amerika yang terkenal sebagai tokoh
pragmatisme dan pluralisme, filsafat adalah suatu upaya yang luar biasa hebat
untuk berpikir yang jelas dan terang. R.F. Beerling, yang pernah menjadi guru besar
filsafat di Universitas Indonesia, dalam bukunya Filsafat Dewasa Ini mengatakan
bahwa filsafat "memajukan pertanyaan tentang kenyataan seluruhnya atau tentang
hakikat, asas, prinsip dari kenyataan" Beerling juga mengatakan bahwa filsafat
adalah suatu usaha untuk mencapai radix, atau akar kenyataan dunia wujud uga
akar pengetahuan tentang diri sendiri.
Konsep atau gagasan dan definisi filsafat yang begitu banyak tidak perlu
membingungkan, bahkan sebaliknya justru menunjukkan betapa luasnya samudera
filsafat itu sehingga tidak terbatasi oleh sejumlah batasan yang akan mempersempit
ruang gerak filsafat. Perbedaan perbedaan itu sendiri merupakan suatu keharusan
bagi filsafat sebab kesamaan dan kesatuan pemikiran serta pandangan justru akan
mematikan dan menguburkan filsafat untuk selama lamanya.

II. Asal Mula Filsafat

Empat Hal yang Melahirkan Filsafat

Bagaimanakah filsafat tercipta? Apa yang menyebabkan manusia berfilsafat?


Sesungguhnya ada empat hal yang merangsang manusia untuk berfilsafat, yaitu
ketakjuban, ketidakpuasan, hasrat bertanya, dan keraguan.
Ketakjuban. Banyak filsuf mengatakan bahwa yang menjadi awal kelahiran
filsafat ialah thaumasia (kekaguman, keheranan, atau ketakjuban). Dalam karyanya
yang bejudul Metafisika, Aristoteles mengatakan bahwa karena ketakjuban manusia
mulai berfilsafat. Pada mulanya manusia takjub memandang benda benda aneh di
sekitamya, lama kelamaan ketakjubannya semakin terarah pada hal hal yang lebih
Was dan besar, seperti perubahan dan peredaran bulan, matahari, bintang bintang,
dan asal mula alam semesta.
Istilah ketakjuban menunjuk dua hal penting, yaitu bahwa ketakjuban itu
pasti memiliki subjek dan objek. Jika ada ketakjuban, sudah tentu ada yang takjub
dan ada sesuatu yang menakjubkan. Ketakjuban hanya mungkin dirasakan dan
dialami oleh makhluk yang selain berperasaan juga berakal budi. MakhIuk yang
seperti itu sampai saat ini yang diketahui hanyalah manusia. Jadi, yang takjub
adalah manusia. jika subjek dari ketakjuban itu manusia, apakah yang menjadi
objek ketakjuban itu? Objek ketakjuban ialah segala sesuatu yang ada dan yang
dapat diamati. Itulah sebabnya, bagi Plato pengamatan terhadap bintang bintang,
matahari, dan langit merangsang manusia uniuk melakukan penelitian. Penelitian
terhadap apa yang diamati demi memahami hakikatnya itulah yang melahirkan
filsafat. Pengamatan yang dilakukan terhadap objek ketakjuban bukanlah hanya
dengan mata, melainkan juga dengan akal budi. Pengamatan akal budi tidak
terbatas hanya pada objek objek yang dapat dilihat dan diraba; melainkan juga
terhadap benda benda yang dapat dilihat tetapi tidak dapat diraba, bahkan
terhadap hal hal yang abstrak, yaitu yang tak terlihat dan tak teraba. Oleh karena
itu pula, Immanuel Kant bukan hanya takjub terhadap langit berbintang b6itang di
atas, melainkan juga terpukau memandang hukum moral dalam hatinya,
Handout - Filsafat 5

sebagaimana yang tertulis pada kuburannya: coelum stellatum supra me, lex moralis
intra me.
Ketidak-puasan. Sebelum filsafat lahir, berbagai mitos dan mite memainkan
peranan yang amat penting dalam. kehidupan manusia. Berbagai mitos dan mite
berupaya menjelaskan asal mula dan peristiwa peristiwa yang tedadi di alarn
semesta serta sifat sifat peristiwa itu. Akan tetapi, ternyata penjelasan dan
keterangan yang diberikan oleh mitos mitos dan mite mite itu makin lama makin
tidak mernuaskan manusia. Ketidakpuasan itu membuat manusia terus menerus
mencari penjelasan dan keterangan yang lebih pasti dan meyakinkan.
Kenyataannya memang demikian. Ketidakpuasan akan membuat manusia
melepaskan segala sesuatu yang tak dapat memuaskannya, lalu ia akan berupaya
menemukan apa yang dapat memuaskannya.
Manusia yang tidak puas dan terus menerus mencari penjelasan dan
keterangan yang lebih pasti itu lambat laun mulai berpikir secara rasional.
Akibatnya, akal budi semakin berperan. Berbagai mitos dan mite yang diwariskan
oleh tradisi turun temurun semakin tersisih dari perannya semula yang begitu
besar. Ketika rasio berhasil menurunkan mitos mitos dan mite mite dari
singgasananya, lahirlah filsafat, yang pada masa itu mencakup seluruh ilmu
pengetahuan yang ada dan telah dikenal.
Hasrat bertanya. Ketakjuban manusia telah melahirkan pertanyaan
pertanyaan, dan ketidakpuasan manusia membuat pertanyaan pertanyaan itu tak
kunjung habis. Pertanyaan tak boleh dianggap sepele karena pertanyaanlah yang
membuat kehidupan serta pengetabuan manusia berkembang dan maju.
Pertanyaanlah yang membuat manusia melakukan pengamatan, penelitian, dan
penyelidikan. Ketiga hal itulah yang menghasilkan penemuan baru yang semakin
memperkaya manusia dengan pengetahuan yang terus bertambah. Karena itu,
pertanyaan merupakan sesuatu yang hakiki bagi manusia. Menurut Sartre,
kesadaran pada manusia senantiasa bersifat bertanya yang sungguh sungguh
bertanya.
Hasrat bertanya membuat manusia mempertanyakan segalanya. Pertanyaan
pertanyaan yang diajukan itu tidak sekedar terarah pada wujud sesuatu, melainkan
juga terarah pada dasar dan hakikatnya. Inilah yang menjadi salah satu ciri khas
filsafat. Filsafat selalu mempertanyakan sesuatu dengan cara berpikir radikal,
sampai ke akar akamya, tetapi juga bersifat universal.
Jika dikatakan bahwa manusia mempertanyakan segalanya, berarti manusia
bukan hanya mempertanyakan segala sesuatu yang berada di luar dirinya. Manusia
juga mempertanyakan dirinya sendiri yang memiliki hasrat bertanya. Bahkan, ia
juga dapat mempertanyakan pertanyaan pertanyaan yang sedang Diperta-
nyakannya itu. Itulah yang membuat filsafat itu ada, tetap ada, dan akan terus ada.
Filsafat akan berhenti apabila manasia telah berhenti bertanya secara radikal dan
universal.
Keraguan. Manusia selaku penanya mempertanyakan sesuatu dengan
maksud untuk memperoleh kejelasan dan keterangan mengenai sesuatu yang
dipertanyakannya itu. Tentu saja hal itu berarti bahwa apa yang dipertanyakannya
itu tidak jelas atau belum terang. Karena sesuatu itu tidak jelas atau belum terang,
manusia perlu dan harus bertanya. Pertanyaan yang di ajukan untuk memperoleh
kejelasan dan keterangan yang pasti pada hakikatnya merupakan suatu pemyataan
tentang adanya aporia (keraguan atau ketidakpastian dan kebingungan) di pihak
manusia yang bertanya.
Handout - Filsafat 6

Memang ada yang mengatakan bahwa setiap pertanyaan yang diajukan oleh
seseorang sesungguhnya senantiasa bertolak dari apa yang telah diketahui oleh si
penanya lebih dahulu. Bukankah setiap orang yang bertanya itu sedikit banyak
telah memiliki bayangan atau gambaran dari apa yang dipertanyakannya? Jika
tidak, ia tidak akan dapat mengajukan pertanyaan itu. Oleh karena itu,
sebagaimana yang dikutip oleh Beerling, Spinoza mengatakan:

Saya bertanya padamu, siapakah yang dapat mengetahui bahwa ia mengerti


sesuatu, kalau dari mula mulanya ia tak mengerti tentang hal itu, artinya,
siapakah yang dapat mengeiahui bahwa sesuatu adalah pasti baginya, Mau
dari mula mula hal itu sudah tak pasti baginya?

Akan tetapi, karena apa yang diketahui oleh si penanya baru merupakan
gambaran yang samar, maka ia bertanya. la bertanya karena masih meragukan
kejelasan dan kebenaran dari apa yang telah diketahuinya. Jadi, jelas terlihat bahwa
keraguanlah yang turut merangsang manusia untuk bertanya dan terus bertanya,
yang kemudian menggiring manusia untuk berfilsafat.

Proses Kelahiran Filsafat

Filsafat, sebagai bagian dari kebudayaan manusia yang arnat menakjubkan,


lahir di Yunani dan dikembangkan sejak awal abad ke 6 SM. Proses kelahiran
filsafat itu membutuhkan waktu yang arnat panjang. Ketika suku suku bangsa
Hellenes menyerbu masuk ke tanah Yunani sekitar tahun 2000 SM, mereka masih
merupakan pengembara pengembara kasar yang belum mengenal peradaban.
Mereka baru berhasil menaklukkan Yunani dan menyingkirkan penduduk aslinya
setelah mereka mengambil alih peradaban dan kebudayaan pencluduk asli, yanc,
pada masa itu telah mencapai tingkat cukup mengagumkan,
Selanjutnya, kendati orang orang Yunani telah memperoleh tempat
pernukiman yang tetap, banyak di antara mereka yang gemar merantau, khususnya
ke dunia Timur yang saat itu telah memiliki peradaban dan kebudayaan yang
tinggi. Mereka merantau sampai ke Mesir dan Babylonia yang telah
mengembangkan pengetahuan tulis menulis, astronomi, dan maternatika, yang
prinsip dasarnya telah diletakkan oleh bangsa Sumeria. Bagaimanapun juga,
orangorang Yunani tentu saja berhutang budi kepada orang orang Sumeria yang
telah menernukan sistem hitungan sixagesimal yang didasarkan atas jumlah enam
sebagai satuan kelipatan sehingga mereka telah mengenal pernbagian waktu: satu
jam terdiri dari enam puluh menit dan satu menit terdiri dari enarn puluh detik.
Bangsa Sumeria jugalah yang menentukan pembagian lingkaran ke dalam tiga ratus
enam puluh derajat.
Memang, orang orang Yunani berhasil mengolah berbagai i1mu
pengetahuan yang mereka peroleh dari dunia Timur itu menjadi benar benar
rasionalili niah dan berkenbang pesat. Pemikiran rasional ilmiah itulah yang
melahirkan filsafat. Para filsuf Yunani pertama, yang mulai berfilsafat di Asia Kecil,
sebenarnya adalah ahli ahli matematika, astronomi, ilmu bumi, dan berbagai ilmu
pengetahuan lainnya. Karena itu, pada tahap awal, filsafat mencakup seluruh ilmu
pengetahuan. Para filsuf Yunani pertama tersebut dikenal sebagai filsuf filsuf alam.
Mereka berpikir tentang alam: apakah inti nya, bagaimanakah menerangkan peri
adanya dan apakah sifat sifatnya yang paling hakiki. Dengan demikian, filsafat
yang pertama lahir adalah filsafat alam.
Handout - Filsafat 7

Akan tetapi, filsafat pada masa awal itu sulit untuk diuraikan dan
dipaparkan secara jelas dan pasti karena banyak filsuf tidak menulis sesuatu apa
pun sehingga ajaran mereka hanya dapat diketahui dari orang lain. Ada juga filsuf
filsuf yang menulis, tetapi sebagian karya tulis mereka hilang sehingga yang tinggal
hanya beberapa fragmen. Ada pula yang hanya tersisa satu atau dua kalimat yang
kebetulan dikutip oleh pernikir lainnya.
Terlepas dari keadaan dan keberadaan para filsuf yang baru
mengembangkan filsafat itu, yang penting dicatat ialah bahwa mereka telah berani
mengayunkan langkah awal yang amat menentukan bagi perturnbuhan dan
perkembangan filsafat serta ilmu pengetahuan. Mereka berani menolak dan
meninggalkan cara berpikir yang irasional dan tidak logis, kemudian mulai
menempuh jalan pemikiran rasional ilmiah yang semakin lama semakin sistematis.
cara berpikir rasional ilmiah itu pulalah yang menghasilkan gagasan gagasan yang
terbuka untuk diteliti oleh akal budi. Selain itu, kebenarannya dapat didiskusikan
lebih Ian ut demi meraih konsep konsep baru dan kebenaran kebenaran baru yang
diharapkan lebih sesuai dengan realitas sesungguhnya.

III Sifat Dasar Filsafat

Berpikir Radikal

Berfilsafat berarti befpikir secara radikal. Filsuf adalah pemikir yang radikal.
Karena berpikir secara radikal, ia tidak akan pernah terpaku hanya pada fenomena
suatu entitas tertentu. la tidak akan pernah berhenti hanya pada suatu wujud
realitas tertentu. Keradikalan berpikimya itu akan senantiasa mengobarkan
hasratnya untuk menemukan akar seluruh kenyataan. Bila dikatakan bahwa filsuf
selalu berupaya menemukan radix seluruh kenyataan, berarti dirinya sendiri
sebagai suatu realitas telah termasuk ke dalamnya sehingga ia pun berupaya untuk
mencapai akar pengetahuan tentang dirinya sendiri.
Mengapakah radix atau akar realitas begitu penting untuk ditemukan?
Ini karena bagi seorang filsuf, hanya apabila akar realitas itu telah ditemukan,
segala sesuatu yang bertumbuh di atas akar itu akan dapat dipahami. Hanya
apabila akar suatu permasalahan telah ditemukan, permasalahan itu dapat
dimengerti sebagaimana mestinya. Berpikir radikal tidak berarti hendak mengubah,
membuang, atau menjungkirbalikkan segala sesuatu, melainkan dalam arti yang
sebagaimana mestinya, yaitu
Berpikir radikal tidak berarti hendak mengubah, membuang atau
menjungkir-balikkann segala sesuatu, melainkan dalam arti yang sebenarnya yaitu
berpikir secara mendalam , untuk mencapai akar permasalahan yang
dipermasalahkan. Berpikir radikal justru hendak memperielas realitas lewat
penemuan serta pemahaman akan akar realitas itu sendiri.

Mencari Asas

Filsafat bukan hanya mengacu kepada bagian tertentu dari realitas,


melainkan kepada keseluruhannya. Filsafat senantiasa berupaya menemukan asas
Handout - Filsafat 8

yang paling hakiki dari keseluruhan realitas. Seorang filsuf akan selalu berupaya
untuk menemukan asas yang paling hakiki dari realitas.
Para filsuf Yunani, yang terkenal sebagai filsuf filsuf alam, mengamati
keanekaragaman. realitas di alam semesta, lalu berpikir dan bertanya, "Tidakkah di
balik keanekaragaman itu hanya ada suatu asas?" Mereka lalu mulai mencari asa
(asal usul, asas pertama) alam semesta. Thales mengatakan bahwa asas pertama
alam semesta itu adalah air, Anaximandros mengatakan yang tidak terbatas, dan
Anaximenes mengatakan udara. Adapun bagi Empedokles ada empat akar segala
sesuatu yang membentuk realitas alam semesta, yaitu api, udara, tanah, dan air
Mencari asas pertama. berarti juga berupaya menemukan sesuatu yang
menjadi esensi realitas. Dengan menemukan esensi suatu realitas, realitas itu dapat
diketahui dengan pasti dan menjadi jelas. Mencari asas adalah salah satu sifat dasar
filsafat.

Memburu Kebenaran

Filsuf adalah pemburu kebenaran. Kebenaran yang diburunya adalah


kebenaran hakiki tentang seluruh realitas dan setiap hal yang dapat dipersoalkan.
Oleh seb ab itu, dapat dikatakan bahwa berfilsafat berarti memburu kebenaran.
tentang segala sesuatu.
Tentu saja kebenaran yang hendak digapai bukanlah kebenaran. yang
meragukan. Untuk memperoleh kebenaran. yang sungguh sungguh dapat
dipertanggungjawabkan, setiap kebenaran yang telah diraih harus senantiasa
terbuka untuk dipersoalkan kembali dan. diuji demi meraih kebenaran. yang lebih
pasti. Demikian seterusnya.
Jelas terlihat bahwa kebenaran filsafati tidak pemah bersifat mutlak dan
final, melainkan terus bergerak dari suatu kebenaran menuju kebenaran baru yang
lebih pasti. Kebenaran yang baru ditemukan itu juga terbuka untuk dipersoalkan
kembali demi menemukan kebenaran yang lebih meyakinkan.
Dengan deinikian, terlihat bahwa salah satu sifat dasar filsafat ialah
senantiasa mernburu kebenaran. Upaya memburu kebenaran itu adalah demi
kebenaran itu sendiri, dan kebenaran yang diburu adalah kebenaran yang lebih
meyakinkan serta lebih pasti.

Mencari Kejelasan

Salah satu penyebab lahirnya filsafat ialah keraguan. Untuk menghilangkan


keraguan diperlukan kejelasan . Ada filsuf yang mengatakan bahwa berfilsafat be
rarti berupaya medndapatkan kejelasan dan penjelasan mengenai seluruh realitas.
Ada pula yang mengatakan bahwa filsuf senantiasa mengejar kejelasan pengertian
(clarity of understanding). Geisler dan Feinberg mengatakan bahwa ciri khas
penelitian filsafati ialah adanya usaha keras demi meraih kejelasan intelektual
(intellectual clarity).' Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa berpikir secara
filsafati berarti berusaha memperoleh kejelasan.
Mengejar kejelasan berarti harus bejuang dengan gigih untuk mengeliminasi
segala sesuatu yang tidak jelas, yang kabur, dan yang gelap, bahkan juga yang serba
rahasia dan berupa teka teki. Tanpa kejelasan, filsafat pun akan menjadi sesuatu
yang mistik, serba rahasia, kabur, gelap, dan tak mungkin dapat menggapai
kebenaran.
Handout - Filsafat 9

Jelas terlihat bahwa berfilsafat sesungguhnya merapakan suatu perjuangan


untuk mendapatkan kejelasan pengertian dan kejelasan seluruh realitas. Perjuangan
mencari kejelasan itu adalah salah satu sifat dasar filsafat.

Berpikir Rasional

Berpikir secara radikal, mencari asas, memburu. kebenaran, dan mencari


kejelasan tidak mungkin dapat berhasil dengan baik tanpa berpikir secara rasional.
Berpikir secara rasional berarti berpikir logis. sistematis. dan kritis. Berpikir logis
adalah bukan hanya sekedar menggapai pengertian pengertian yang dapat diterima
oleh akal sehat, melainkan agar sanggup menarik kesimpulan dan mengambil
keputusan yang tepat dan benar dari premis premis yang digunakan.
Berpikir logis juga menuntut pemikiran yang sistematis. Pemikiran yang
sistematis ialah rangkaian pemikiran yang berhubungan satu sama lain §aling
berkaitan secara logis. Tanpa berpikir yang logis sistematis dan koheren, tak
mungkin diraih kebenaran yang dapat dipertanggung-jawabkan.
Berpikir kritis berarti membakar kemauan untuk terus menerus
mengevaluasi argumen argumen yang mengklaim diri benar. Seorang yang berpikir
kritis tidak akan mudah menggemnggam kebenaran sebelum kebenaran itu
dipersoalkan dan benar benar diuji terlebih dahulu. Berpikir logis sistematis kritis
adalah ciri utama berpikir rasional. Adapun berpikir rasional adalah salah satu sifat
dasar filsafat.

IV. Peranan Filsafat

Menyimak sebab sebab kelahiran filsafat dan proses perkembangannya,


sesungguhnya filsafat telah memerankan sedikitnya tiga peranan utama dalam
sejarah pemikiran manusia. Ketiga peranan yang telah diperankannya itu ialah
sebagai pendobrak, pembebas, dan pembimbing.

Pendobrak

Berabad abad lamanya intelektualitas manusia tertawan dalam penjara


tradisi dan kebiasaan. Dalam penjara itu, manusia terlena dalam mistik yang penuh
sedak dengan hal hal serba rahasia yang terungkap lewat berbagai mitos dan mite.
Manusia menerima begitu saja segala penuturan dongeng dan takhayul tanpa
mempersoalkannya lebih lanjut. Orang beranggapan bahwa karena segala dongeng
dan takhayul itu merupakan bagian yang hakiki dari warisan tradisi nenek moyang,
sedang tradisi itu benar dan tak dapat diganggu gugat, maka dongeng dan takhayul
itu pasti benar dan tak boleh diganggu gugat.
Oleh sebab itu, orang orang Yunani, yang dikatakan memiliki "suatu
rasionalitas yang luar biasa",juga pemah percaya kepada dewa dewi yang duduk di
meja perjamuan di Olympus sambil menggoncangkan kahyangan dengan sorakan
dan gelak tawa tak henti hentinya. Mereka percaya kepada dewa dewi yang saling
menipu satu sama lain, licik sering memberontak, dan kadang kala seperti anak
anak nakal
Keadaan tersebut berlangsung cukup lama. Kehadiran filsafat telah
mendobrak pintu pintu dan tembok tembok tradisi yang begitu sakral dan selama
itu tak boleh diganggu gugat. Kendati pendobrakan itu membutuhkan waktu yang
Handout - Filsafat 10

cukup panjang, kenyataan sejarah telah membuktikan bahwa filsafat benar benar
telah berperan selaku pendobrak yang mencengangkan.

Pembebas

Filsafat bukan sekedar mendobrak pintu penjara tradisi dan kebiasaan yang
penuh dengan berbagai mitos dan mite itu, melainkan juga merenggut manusia
keluar dari dalam penjara itu. Filsafat membebaskan manusia dari ketidaktahuan
dan kebodohannya. Demikian pula, filsafat membebaskan manusia dari belenggu
cara berpikir yang mistis dan mitis.
Sesungguhnya, filsafat telah, sedang, dan akan terus berupaya
membebaskan manusia dari kekurangan dan kemiskinan pengetahuan yang
menyebabkan manusia menjadi picik dan dangkal. Filsafat pun membebaskan
manusia dari cara berpikir yang tidak teratur dan tidak jernih. Filsafat juga
membebaskan manusia dari cara berpikir tidak kritis yang membuat manusia
mudah menerima kebenaran kebenaran semu yang menyesatkan.
Secara ringkas dapat dikatakan bahwa filsafat membebaskan manusia dari
segala jenis "penjara" yang hendak mempersempit ruang gerak akal budi manusia.

Pembimbing

Bagairnanakah filsafat dapat membebaskan manusia dari segala jenis


“penjara" yang hendak mempersempit ruang gerak akal budi manusia itu?
Sesungguhnya, filsafat hanya sanggup melaksanakan perannya selakupembimbing.
Filsafat membebaskan manusia dari cara berpikir yang mistis dan mitis dengan
membimbing manusia untuk berpikir secara rasional. Filsafat membebaskan
manusia dari cara. berpikir yang picik dan dangkal dengan membimbing manusia
untuk berpikir secara luas dan lebih mendalam, yakni berpikir secara universal
sambil. berupaya mencapai radix dan menernukan esensi suatu pemasalahan.
Filsafat membebaskan manusia dari cara berpikir yang tidak teratur dan tidak
jernih dengan membimbing manusia untuk berpikir secara sistematis dan logis.
Filsafat membebaskan manusia dari cara berpikir yang tak utuh dan begitu
fragmentaris den an membimbing, manusia untuk berpikir secara integral dan
koheren.

V. Kegunaan Flsafat

Bagi Ilmu Pengetahuan

Tatkala filsafat lahir dan mulai tumbuh, ihmu pengetahuan masih


merupakan bagian yang tak terpisahkan dari filsafat. Pada masa itu, para pernikir
yang terkenal sebagai filsuf adalah juga ilmuwan. Para filsuf pada masa itu adalah
juga ahli ahli maternatika, astronomi, ilmu burni, dan berbagai ilmu pengetahuan
lainnya. Bagi mereka, ilmu. pengetahuan itu. adalah filsafat, dan filsafat adalah ilmu
pengetahuan. Dengan demikian, jelas terlihat bahwa pada mulanya Ifilsafat
mencakup seluruh ilmu pengetahuan.
Handout - Filsafat 11

Cara berpikir filsafati telah mendobrak pintu serta tembok tembok tradisi
dan kebiasaan, bahkan telah menguak mitos dan mite serta meninggalkan cara
berpikir mistis. Lalu pada saat yang sama telah pula berhasil. mengembangkan cara
berpikir rasional, luas dan mendalam, teratur dan terang, integral dan koheren,
metodis dan sistematis, logis, kritis, dan analitis. Karena itu, ilmu pengetahuan pun
semakin bertumbuh subur, terus berkembang, dan menjadi dewasa. Kemudian,
berbagai ilmu pengetahuan yang telah mencapai tingkat kedewasaan penuh satu
demi satu mulai mandiri dan meninggalkan filsafat yang selama itu telah
mendewasakan mereka. Itulah sebabnya, filsafat disebut sebagai mater scientiarum
atau induk segala ilmu pengetahuan. Itu merupakan fakta yang tidak dapat
diingkari, yang dengan jelas menunjukkan bahwa ia benar benar telah
menampakkan kegunaannya lewat melahirkan, merawat, dan mendewasakan
berbagai ilmu pengetahuan yang begitu berjasa bagi kehidupan manusia.
Ilmu pengetahuan dikatakan begitu berjasa bagi kehidupan urnat manusia
karena lewat ilmu pengetahuan manusia telah dimungkinkan meraih kemajuan
yang sangat menakjubkan dalam segala bidang kehidupan. Teknologi canggih yang
semakin mencengangkan dan fantastis merupakan, salah satu produk dari ilmu
pengetahuan. Abad abad terakhir ini, dalam peradaban dan kebudayaan Barat,
ilmu pengetahuan telah berperan sedemikian rupa sehingga telah menjadi tumpuan
harapan banyak orang.
Memang harus diakui betapa pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan
sehingga manusia mulai percaya bahwa ilmu pengetahuan benar benar mahakuasa.
Manusia semakin terpukau. oleh pesona ilmu pengetahuan, dan hal itu telah
membuat begitu banyak orang mendewakan ilmu pengetahuan. Bagi mereka, ilmu
pengetahuan adalah segala segalanya. Mereka berupaya untuk rneyakinkan semua
orang bahwa ilmu pengetahuan dapat menyelesaikan segala persoalan. Anggapan
itu dikukuhkan oleh berbagai penemuan yang menggemparkan dan tampilnya teori
teori serta metode metode baru yang lebih meyakinkan kegunaan dan
ketepatannya. sehingga semakin mengembangkan, suatu optimisme yang hampir
tak terbatas.
Kemajuan ilmu pengetahuan, yang arnat mempesonakan itu telah membuat
banyak orang menjadi sinis terhadap filsafat. Orang orang mulai meragukan
kegunaan filsafat. Banyak orang yang menganggap filsafat hanya sebagai suatu
benda antik yang layak dipajang di dalam museum. Filsafat sudah terlampau "tua"
untuk "mengandung" dan "melahirkan" suatu ilmu pengetahuan baru. Filsafat tidak
bisa menghasilkan sesuatu apa pun j uga, schingga sama sekali tidak berguna lagi.
Benarkah ilmu pengetahuan telah sanggup merengkuh langit dan
menguasai alarn Semesta? Ternyata itu hanya merupakan suatu impian yang harus
segera, dilepaskan tatkala menghadapi kenyataan sesungguhnya. Fakta
menunjukkan bahwa hasil hasil yang dapat diraih oleh ilmu pengetahuan bersifat
sementara, maka senantiasa membutuhkan perbaikan dan penyernpurnaan.
Senantiasa ada batas yang membatasi ilmu pengetahuan. Yang pasti, ilmu
pengetahuan senantiasa dibatasi oleh bidang penelitian yang sesuai dengan
kekhususannya. Itu mernbuat ilmu pengetahuan hanya sanggap meneliti bagian
bagian kecil (sesuai dengan bidangnya) dari seluruh realitas.
Filsafat adalah ilmu yang tak terbatas karena tidak hanya menyelidiki suatu
bidang tertentu dari realitas yang tertentu saja. Filsafat senantiasa mengajukan
pertanyaan tentang seluruh kenyataan yang ada. Filsafat pun selalu mempersoalkan
Handout - Filsafat 12

hakikat, prinsip, dan. asas mengenai seluruh realitas yang ada, bahkan apa saja
yang dapat dipertanyakan, termasuk filsafat itu sendiri.
Ketakterbatasan filsafat yang demikian itulah yang amat berguna bagi ilmu
pengetahuan. Itu karena ketakterbatasan filsafat tidak melulu berguna selaku
penghubung antar disiplin ilmu pengetahuan. Akan tetapi, dengan
ketakterbatasannya itu, filsafat sanggup merneriksa, mengevaluasi, mengoreksi,
dan lebih menyernpurnakan prinsip prisip dan asas asasyang melandasi berbagai
ilmu pengetahuan itu.

Dalam Kehidupan Praktis

Filsafat memang abstrak, namun tidak berarti filsafat sama sekali tidak
bersangkut paut dengan kehidupan sehari hari yang konkret. Keabstrakan filsafat
tidak. berarti bahwa filsafat itu tak memiliki hubungan apa pun juga dengan
kehidupan nyata setiap hari.
Kendati tidak memberi petunjuk praktis tentang bagaimana bangunan yang
artistik dan elok, filsafat sanggup membantu manusia pemahaman tentang apa itu
artistik dan elok dalam kearsitekturan sehingga nilai keindahan yang diperoleh
lewat pemahaman itu akan menjadi patokan utama bagi pelaksanaan pekerjaan
pembangunan tersebut.
Filsafat menggiring manusia ke pengertian yang terang dan pemahaman
yang jelas. Kemudian, filsafat itu juga menuntun manusia ke tindakan dan
perbuatan yang konkret berdasarkan pengertian yang terang dan pernaharnan yang
jelas.

VI. Pembagian Flsafat

Seperti telah dikemukakan sebelumnya, pada tahap awal kelahiran filsafat


apa yang disebut filsafat itu sesungguhnya mencakup seluruh ilmu, pengetahuan.
Kemudian, filsafat itu berkembang sedemikian rupa menjadi semakin rasional dan
semakin sistematis. Seiring dengan perkernbangan itu, wilayah pengetahuan
manusia semakin luas dan bertambah banyak, tetapijuga semakin mengkhusus.
Lalu lahirlah berbagai disiplin ilmu pengetahuan yang satu per satu mulai
mernisahkan diri dari filsafat. Kendati berbagai disiplin ilmu pengetahuan telah
memisahkan diri dari filsafat, tidak berarti filsafat telah menjadi begitu miskin
Handout - Filsafat 13

sehingga tinggal terarah hanya kepada satu permasalahan pokok, dengan wilayah
pengetahuan yang semakin sempit dan pada suatu saat akan lenyap sama sekali.
Kenyataannya, masalah masalah pokok yang dihadapi filsafat tak pernah
berkurang. Karena banyaknya masalah pokok yang harus dibahas dan dipecahkan,
filsafat pun dibagi ke dalam bidang bidang studi yang sesuai dengan kelompok
permasalahan pokok yang dihadapinya. Bidang bidang studi filsafat juga disebut
sebagai cabang cabang filsafat.
Pembagian bidang bidang studi atau cabang cabang filsafat, sejak
kelahirannya hingga pada masa kini, tak pemah sama kendati itu tidak berarti sama
sekali berbeda. Jika disimak dengan cermat, sesungguhnya isi setiap cabang filsafat
itu senantiasa memiliki kesamaan satu sarna lain.
Aristoteles mehibagi filsafat ke dalam tiga bidang studi sebagai berikut:

Filsafat Spekulatif/Teoretis
Filsafat Filsafat Praktika
Filsafat Produktif

1. Filsafat Spekulatif atau Teoretis. Filsafat spekulatif atau teoretis bersifat


objektif. Termasuk dalam bidang ini ialah fisika metafisika, biopsikologi,
dan sebagainya. Tujuan utama filsafat spekulatif ialah pengetahuan demi
pengetahuan itu sendiri.
2. Filsafat Praktika. Filsafat praktika memberi petunjuk dan pedoman. bagi
tingkah laku manusia yang baik dan sebagaimana mestinya. Termasuk
dalam bidang ini ialah etika dan politik. Sasaran terpenting bagi filsafat
praktika ialah membentuk sikap dan perilaku yang akan mernampukan
manusia untuk bertindak dalam terang pengetahuan itu.
3. Filsafat Produktif. Filsafat produktif ialah pengetahuan yang
membimbing dan menuntun manusia, menjadi produktif lewat suatu
keterampilan khusus. Termasuk dalam bidang ini ialah kritik sastra,
retorika, dan estetika. Adapun sasaran utama yang hendak dicapai lewat
filsafat ini ialah agar manusia sanggup menghasilkan, sesuatu, baik
secara teknis maupun secara puitis dalam terang pengetahuan yang
benar.
Logika yang oleh Aristoteles disebut analitika (untuk meneliti argumentasi
yang berangkat dari proposisi yang benar) dan dialektika untuk meneliti
argumentasi yang diragukan kebenarannya) tidak dimasukkan ke dalam salah satu
bidang tersebut. Ini karena menurut Aristoteles analitika dan dialektika adalah
metode dasar bagi pengembangan ketiga bidang filsafat tersebut.
Christian Wolff (1679 1754), seorang filsuf rasionalis Jerman pengikut
Leibniz, membagi filsafat ke daldm cabang cabang sebagai berikut:

Logika
Ontologi
Filsafat Kosmologi
Psikologi
Teologi Naturalis
Etika
Handout - Filsafat 14

Will Durant, dalam bukunya yang berjudul The Story of Philosophy yang
diterbitkan sejak tahun 1926, mengemukakan lima bidang studi filsafat'
sebagai berikut:

Logika
Estetika
Filsafat Etika
Politika
Metafisika
1. Logika. Logika adalah studi tentang metode berpikir dan metode penelitian
ideal, yang terdiri dari observasi, introspeksi, deduksi dan induksi, hipotesis
dan eksperimen, analisis dan sintesis, dan sebagainya.
2. Estetika. Estetika adalah studi tentang bentuk ideal dan keindahan. Estetika
disebut juga sebagai filsafat seni (philosophy of art )
3. Etika. Etika adalah studi tentang perilaku ideal.
4. Politika. Politika adalah studi tentang organisasi sosial yang ideal, yaitu tentang
monarki, aristokrasi, demokrasi, sosialisme, anarkisme, dan sebagainya.
5. Metafisika. Metafisika terdiri dari ontologi, filsafat psikologi, dan epistemologi.

Para penulis ENSIE (Eerste Nederlandse Systenzatich Ingerichte Ency clopaedie)


membagi filsafat ke dalam sepuluh cabang sebagai berikut:

Metafisika
Logika
Epistemologi
Filsafat Ilmu
Filsafat Filsafat Naturalis
Filsafat Kultural
Filsafat Sejarah
Estetika
Etika

The World University Encyclopedia membagi filsafat ke dalam cabang


cabang sebagai berikut:
Sejarah Filsafat
Metaffisika
Filsafat Epistemologi
Logika
Etika
Estetika
Masih banyak pembagian lain yang ditawarkan oleh para filsuf. Akan tetapi,
saat ini pada umumnya filsafat dibagi ke dalam enam bidang studi atau cabang
utama sebagai berikut.
1. Epistemologi
2. Metafisika:
• Ontologi
• Kosmologi
• Teologi metafisik
• Antropologi
Handout - Filsafat 15

4. Logika
5. Etika
6. Estetika
7. Filsafat tentang berbagai disiplin ilmu
Keenam cabang filsafat itulah yang akan dibicarakan berikut ini.

VII. Epistemologi

Epistemologi adalah suatu cabang filsafat yang bersangkut paut dengan


teori pengetahuan. Etimologis, istilah epistemologi berasal dari bahasa Yunani,
yang terdiri dari dua kata, yaitu entargil episteme (pengetahuan) dan logos (kata,
pikiran, percakapan, atau i1mu). jadi, epistemologi berarti kata, percakapan tentang
pengetahuan atau i1mu pengetahuan.
Secara tradisional, yang menjadi pokok persoalan dalam epistemologi ialah
sumber, asal mula, dan sifat dasar pengetahuan; bidang, batas, dan jangkauan
pengetahuan; serta validitas dan reliabilitas (reability) dari berbagai klaim terhadap
pengetahuan. Oleh sebab itu rangkaian pertanyaan yang biasa diajukan untuk
mendalami permasalahan yang dipersoalkan di dalam epistemologi adalah sebagai
befikut: Apakah pengetahuan itu? Apakah yang menjadi sumber dan dasar
pengetahuan Apakah pengetahuan itu berasal dari pengamatan, pengalaman, atau
akal budi? Apakah pengetahuan itu adalah kebenaran yang pasti ataukah hanya
merupakan dugaan? Berikut ini akan dipaparkan secara ringkas beberapa pokok
persoalan yang dipersoalkan di dalam epistemologi.

Tentang Pengetahuan

Jika dikatakan bahwa seseorang mengetahui sesuatu , itu berarti ia memiliki


penggtahqan tentang sesuatu itu. Dengan demikian, pengetahuan adalah suatu kata
yang digunakan untuk menunjuk kepada apa yang diketahui oleh seseorang
tentang sesuatu. Apabila si Paimun yang baru pulang dari Tokyo menceritakan
bahwa Tokyo itu kota yang sangat besar, jalan rayanya lebar lebar, hampir semua
bangunannya bertingkat, warga kotanya ramah, dan sebagainya, maka semua yang
dituturkannya itu adalah pengetahuannya tentang Tokyo. Kita mengetahui bahwa
satu ditambah satu adalah dua, sepu1uh kali sepuluh adalah seratus. Kita pun
mengetahui bahwa ada bermacam macam warna: merah, putih, hitam, dan
sebagainya. Kita juga mengetahui bahwa rumah, meja, sungai, laut, gunung, dan
manusia adalah bagian dari lingkungan hidup kita. Semua yang kita ketahui
tentang sesuatu itu adalah pengetahuan.
Pengetahuan senantiasa memiliki subjek, yakni yang mengetahui, karena
tanpa ada yang mengetahui tidak mungkin ada pengetahuan. Jika ada subjek, pasti
ada pula objek, yakni sesuatu yang ihwalnya kita ketahui atau hendak kita ketahui.
Tanpa objek, tidak mungkin ada pengetahuan.
Pengetahuan bertautan erat dengan kebenaran karena demi mencapai
kebenaranlah pengetahuan itu eksis. Kebenaran ialah kesesuaian pengetahuan
dengan objeknya. Ketidaksesuaian pengetahuan dengan objeknya disebut
kekeliruan. Suatu objek yang ingin diketahui senantiasa memiliki begitu banyak
aspek yang amat sulit diungkapkan secara serentak. Kenyataannya, manusia hanya
mengetahui beberapa aspek dari suatu objek itu, sedangkan yang lainnya tetap
Handout - Filsafat 16

tersembunyi baginya. Dengan demikian, jelas bahwa amat sulit untuk mencapai
kebenaran yang lengkap dari objek tertentu, apalagi mencapai seluruh keb&naran
dari segala sesuatu yang dapat dijadikan objek pengetahuan.

Pengetahuan dapat dibagi ke dalam figa jenis sebagai berikut:

1. Pengetahuan biasa (ordinary knowledge). Pengetahuan ini terdiri dari


pengetahuan nir ilmiah dan pengetahuan pra ilmiah. Pengetahuan nir
ilmiah adalah hasil pencerapan dengan indra terhadap objek tertentu
yang dijumpai dalam kehidupan sehari hari dan termasuk pula
pengetahuan intuitif. Pengetahuan pra ilmiah merupakan hasil
pencerapan inderawi dan pengetahuan yang merupakan hasil
pemikiran rasional yang tersedia untuk diuji lebih lanjut kebenarannya
dengan menggunakan metode metode ilmiah.
2. Pengetahuan ilmiah (scientific knowledge). Pengetahuan i1miah adalah
pengetahuan yang diperoleh lewat penggunaan metode metode i1miah
yang lebih menjamin kepastian kebenaran yang dicapai. Pengetahuan
yang demikian dikenal j uga dengan sebutan science.
3. Pengetahuan filsafati (philosophical knowledge). Pengetahuan filsafati
diperoleh lewat pemikiran rasional yang didasarkan pada pemahaman,
penafsiran. spekulasi, penilaian kritis, dan pemikiran pemikiran yang
logis, analitis dan sistematis Pengetahuan filsafati adalah pengetahuann
yang berkaitan dengan hakikat, prinsip, dan asas dari seluruh realitas
yang dipersoalkan selaku objek yang hendak diketahui.

Sumber Sumber Pengetahuan

Apakah sebenamya yang menjadi sumber pengetahuan? Para filsuf memberi


jawaban yang berbeda beda terhadap pertanyaan itu. Plato, Descartes, Spinoza, dan
Leibniz mengatakan bahwa akal budi atau rasio adalah sumber utama bagi
pengetahuan, bahkan ada yang secara ekstrem menekankan bahwa akal. budi
adalah satu satunya sumber bagi pengetahuan. Para filsuf yang mendewakan akal
budi itu berpendapat bahwa setiap keyakinan atau pandangan yang bertentangan
dengan akal budi tidak mungkin benar. Bagi mereka, pikiran memiliki fungsi yang
amat penting dalam proses mengetahui.
Beberapa filsuf lainnya, seperti Bacon, Hobbes, dan Locke, menyatakan
bahwa bukan akal budi, melainkan pengalaman indrawilah yang menjadi sumber
utama bagi pengetahuan. Kendati memang ada perbedaan pandangan di antara
mereka sendiri, mereka semua sependapat bahwa pada dasamya pengetahuan
bergantung pada pancaindra manusia serta pengalaman pengalaman indranya, dan
bukan pada rasio. Mereka juga mengklaim bahwa seluruh ide dan konsep manusia
sesungguhnya berasal dari pengalaman. Tidak ada ide atau konsep yang di dalam
dirinya sendiri bersifat apriori. Mereka mengatakan bahwa semua ide dan konsep
itu sesungguhnya aposteriori. Jika benar bahwa seluruh ide dan konsep manusia
bergantung pada pengalaman, maka sesungguhnya seluruh pengetahuan manusia
itu pun bersifat aposteriori. Akan tetapi, para filsuf itu mengakui juga bahwa tidak
semua pengetahuan manusia secara langsung bergantung pada pengalaman,
melainkan apabila ditelusuri lebih lanjut, pada akhirnya akan terlihat bahwa
pengetahuan sesungguhnya berasal dari pengalaman.
Handout - Filsafat 17

John Locke mengatakan bahwa selulurh ide manusia berasal secara


langsung dari sensasi dan lewat refieksi terhadap ide-ide sensatif itu sendiri. Tidak
ada suatu apa un juga alam akal budi manusia yang tidak berasal dari pengalaman
indrawi.
Immanuel Kant, yang filsafatnya tidak sealiran dengan John Locke, juga
,berpendapat bahwa kendati seluruh ide dan konsep manusia bersifat apriori
sehingga ada kebenaran apriori, ide dan konsep itu hanya dapat diaplikasikan bila
ada pengalaman. Tanpa pengalaman, seluruh ide dan konsep serta kebenaran
apriori tidak akan pernah dapat diaplikasikan. Dengan kata lain, Kant hendak
mengatakan baliwa akal budi manusia hanya dapat berfungsi sebagaimana
mestinya apabila dihubungkan dengan pengalaman. Dengan demikian, Kant
memperdamaikan kedua pandangan tersebut yang selama itu senantiasa saling
bertentangan.

Adakah Pengetahuan yang Benar dan Pasti?

Apakah mungkin ada pengetahuan yang benar dan pasti? Apakah


pengetahuan itu dapat dipercaya? Apakah manusia benar benar dapat mengetahui
dan dengan demikian dapat memiliki pengetahuan yang dapat dipercaya? Telah
banyak filsuf yang berupaya untuk menjawab pertanyaan pertanyaan tersebut.
Para penganut skeptisisme pada urnumnya sependapat bahwa segala
sesuatu, termasuk yang dianggap "sudah pasti", dapat saja disangsikan
kebenarannya. Untuk membenarkan diri, secara ekstrem. mereka berpegang pada
ungkapan Sokrates yang mengatakan bahwa apa yang saya ketahui ialah bahwa
saya tidak mengetahui apa apa (All that I know is that I know nothing). Dengan
demikian, mereka hendak menegaskan bahwa sesungguhnya tidak ada
pengetahuan yang pasti dan mutlak.
Pyrrho (365 - 275 SM) yang dikenal sebagai pencipta. skeptisisme sistematis
pertama (yang tak pernah menulis apa pun) dan Timon dari Phlius (320 230 SM),
murid Pyffho, serta Sextus Empiricus (abad 2 M), penulis Outlines of Pyrrhonism,
menyatakan bahwa kita harus senantiasa menyangsikan segala sesuatu yang
dianggap benar karena sesungguhnya tidak ada yang benar benar dapat diketahui
dengan pasti. Pengalaman menunjukkan bahwa ada banyak pandangan yang sering
kali saling bertentangan, tetapi tidak pernah dapat ditentukan yang mana benar dan
yang mana salah karena tidak ada kriteria yang dapat digunakan untuk itu.
John Wilkins (1614 1672) dan Joseph Glanvill (1636 1680), yang keduanya
adalah anggota awal dari the Royal Society, the British Scientific Organization,
membedakan antara pengetahuan tertentu yang sempurna (infallitably certain
knowledge). Mereka berpendapat bahwa tidak seorang pun manusia dapat meraih
pengetahuan yang sempurna karena kernampuan manusia telah cacat dan rusak.
Adapun pengetahuan tertentu yang telah pasti, misalnya matahari terbit dari timur
setiap hari, api menghanguskan, terkena air basah, dan sebagainya, merupakan
pengetahuan yang tidak perlu diragukan lagi.
David Hume (1711 1776 menyerang dasar dasar pengetahuan empiris. la
mengatakan bahwa tidak ada suatu generalisasi pengalaman yang dapat
dibenarkan secara rasional. Demikian pula, proposisi mengenai pengalaman tidak
perlu, karena seseorang dengan mudah akan dapat membayangkan suatu dunia di
mana proposisi itu keliru. Sebagai contoh, "matahari akan terbit besok pagi" adalah
sebuah generalisasi dari pengalaman atau realitas. Akan tetapi, hal itu sebenamya
Handout - Filsafat 18

tidak perlu karena kita dapat membayangkan suatu dunia yang mirip dunia kita
yang mataharinya tidak terbit besok pagi. Bagi Hume, generalisasi induktif sama
sekali bukan suatu proses berpikir, melainkan sekedar mengharap bahwa hal yang
sama akan berulang kembali dalam. kondisi dan situasi yang sama.
Albert Camus (1913 1960) melukiskan manusia yang berupaya mengukur
sifat dan menakar makna dari sesuatu yang pada hakekatnya tak bermakna dan
alam yang absurb dalam bukunya Myth of Sisyphus. Manusia Sisyphus mengenal
betul seluruh keberadaannya dalam kondisi yang begitu buruk dan amat
menyedihkan. la tidak berharap untuk meraih kebenaran dan juga tidak pernah
mengantisipasi akhir dari segala pergumulannya. Bagi Camus, sesungguhnya tidak
ada makna, tidak ada pengetahuan yang benar secara objektif, dan juga tidak ada
nilai objektif
Pandangan pandangan para pemikir yang menyangsikan segala sesuatu,
termasuk yang dianggap oleh banyak orang sebagai yang sudah pasti
kebenarannya, sejak semula disanggah oleh pemikir pemikir lainnya. Sebagai
contoh adalah Augustinus dan Thomas Reid (penyanggah David Hume).
Augustinus (354 - 430) mengatakan bahwa ungkapan "manusia tidak dapat
mengetahui apa apa" menunjukkan bahwa ungkapan itu sendiri sudah merupakan
suatu pengetahuan. Oleh sebab itu, bagi Augustinus, pendapat para filsuf yang
demikian itu secara rasional tidak konsisten. Selanjutnya, Augustinus mengatakan
bahwa jika ungkapan "manusia tidak mengetahui apa apa" itu keliru atau salah,
berarti tidak ada masalah. Apabila ungkapan itu benar, berarti ungkapan itu
mengandung pertentangan dalam dirinya sendiri (self-contradictory) karena
bagaimanapun juga sekurang kurangnya kita mengetahui dengan pasti tentang satu
hal, yakni kita tahu bahwa kita tidak dapat mengetahui apa apa.
Thomas Reid (1710 - 1796), yarig hidup sezaman dengan David Hume,
kendati memahami dan menghargai argumen argumen Berkeley dan Hume,
menganggap bahwa konklusi Hume keliru. Reid menyanggah presuposisi sentral
Hume yang mengatakan bahwa kepercayaan kepercayaan kita yang sangat
mendasar haruslah dilbenarkan oleh argumen argumen rasional filsafati. Reid
mengatakan bahwa bukti bukti rasional filsafati yang dikehendaki Hume itu
sesungguhnya tidak pantas dan tidak tepat. Ini karena argumen argumen rasional
filsafati itu sendiri akan terus menerus mernerlukan argumen argumen rasional
filsafati sampai tak terbatas (ad infinitum). Reid mengatakan pula bahwa
kepercayaan kepercayaan yang sangat mendasar itu tidaklah dilandaskan pada
praanggapan yang membuta begitu saja, melainkan justru mencerminkan konstitusi
rasionalitas kita, yang sanggup pula mengenal lewat intuisi. Kepercayaan
kepercayaan yang sangat mendasar itu menjadi landasan bagi seluruh pembuktian
pembuktian lain kendati dirinya sendiri tak terbuktikan.

Kesahihan Pengetahuan

Didalam epistemologi, adabeberapa teorikesahihan pengetahuan,antara lain


teori kesahihan koherensi, teori kesahihan korespondensi, teori kesahihan
pragmatis, teori kesahihan semantik, dan teori kesahihan logikal yang berlebih
lebihan.
Teori Kesahihan Koherensi (Coherence Theory of Truth) menegaskan bahwa
suatu proposisi (pernyataan suatu pengetahuan) diakui sahih jika proposisi itu
memiliki hubungan dengan gagasan-gagasan dari proposisi yang sebelumnya
Handout - Filsafat 19

yang juga sahih dan dapat dibuktikan secara logis sesuai dengan ketentuan
ketentuan logika.
Teori Kesahihan Korespondensi/Saling Bersesuaian (Correspondence Theory
of Truth) mengatakan bahwa suatu pengetahuan itu sahih apabila proposisi
bersesuaian dengan realitas yang menjadi obyek pengetahuan itu. Kesahihan
korespondensi itu memiliki pertalian yang erat dengan kebenaran dan kepastian
indrawi. Dengan demikian, kesahihan pengetahuan itu dapat dibuktikan secara
langsung.
Teori Kesahihan Pragmatis (Pragmatical Theory of Truth) menegaskan bahwa
pengetahuan itu sahih jikalau proposisinya memiliki konsekuensi konsekuensi
kegunaan atau benar benar bermanfaat bagi pengetahuan itu. Teori kesahihan
pragmatis adalah teori kesahihan yang telah dikenal secara tradisional.
Teori Kesahihan Semantik (Semantic Theory of Truth) adalah teori yang
menekankan arti dan makna suatu proposisi. Bagi teori kesahihan semantik,
proposisi harus menunjukkan arti dan makna sesungguhnya yang mengacu kepada
referen atau realitas dan bisajuga ard definifif dengan menunjuk ciri khas yang ada.
Teori Kesahihan Logikal yang berlebih lebihan (Logical Superfluity Theory of
Truth) hendak menunjukkan bahwa proposisi logis yang memiliki term berbeda
tetapi berisi informasi sama tak perlu dibuktikan lagi, atau ia telah menjadi suatu
bentuk logik yang berlebih lebihan. Contoh: siklus adalah lingkaran atau lingkaran
adalah bulatan dan sebagainya. Dengan demikian, proposisi lingkaran itu bulat tak
perlu dibuktikan lagi kebenarannya.

VIII. Metafisika

Istilah metafisika berasal dari bahasa. Yunani meta physika (sesudah fisika).
Istilah ini merupakan judul yang diberikan oleh Andronikos dari Rhodes terhadap
empat belas buku yang ditulis oleh Aristoteles, yang ditempatkan sesudah fisika
yang terdiri dari delapan buku. Aristoteles sendiri tidak menggunakan istilah
metaflsika dan fisika, melainkan filsafat pertama untuk metafisika dan filsafat
kedua untuk fisika.
Kata metafisika itu saat ini memiliki berbagai bagai arti. Metafisika bisa
berarti upaya untuk mengkarakterisasi eksistensi atau realitas sebagai satu
keseluruhan. Istilah ini bisajuga berarti sebagai usaha untuk menyelidiki alam yang
berada di luar pengalaman atau menyelidiki apakah hakikat yang berada di balik
realitas. Akan tetapi, secara urnurn dapat dikatakan bahwa metafisika adalah suatu
pernbahasan filsafati yang komprehensif mengenai seluruh realitas atau tentang
segala sesuatu yang ada.

Metafisika biasanya dibagi s.ebagai berikut.

1 . Metafisika Urnum atau Ontologi


Handout - Filsafat 20

2. Metafisika Khusus, yang terdiri dari


• Kosmologi
• Teologi metafisik
• Filsafat antropologi

Metafisika Umum atau Ontologi

Metafisika umum, yang juga populer dengan nama ontologi, membahas


segala sesuatu yang ada secara menyeluruh dan sekaligus. Pembahasan itu
dilakukan dengan membedakan dan memisahkan eksistensi yang sesungguhnya
dari penampakan atau penampilan eksistensi itu. Pertanyaan pertanyaan ontologis
yang utarna dan paling sering diajukan adalah sebagai berikut: Apakah realitas atau
ada yang begitu beraneka ragam dan berbeda beda pada hakekatnya satu atau
tidak? Apabila memang benar satu, apakah gerangan yang satu itu? Apakah
eksistensi yang sesungguhnya dari segala sesuatu yang ada itu merupakan realitas
yang tampak atau tidak?
Ada tiga teori ontologis yang terkenal.

Idealisme

Teori ini mengajarkan bahwa ada yang sesungguhnya berada di dunia


segala sesuatu yang tampak dan mewujud nyata dalam alam indrawi hanya
merupakan gambaran atau bayangan yang sesungguhnya, yang berada di dunia
ide. Dengan kata lain, re alitas yang sesungguhnya yang kelihatan, melainkan yang
tidak kelihatan. Tokoh idealisme subjektif, George Berkeley (1685 - 1753),
menyatakan bahwa satu satunya realitas yang sesungguhnya ialah aku subjektif
yang spiritual. Bagi Berkeley Lak ada substansi material dan sebagainya, seperti
kursi dan meja, karena semuanya itu hanya merupakan koleksi ide yang ada dalam
alarn pikiran sejauh yang dapat diserap. Eksponen idealisme transendental,
Immanuel Kant (1724 1804), berpendapat bahwa objek pengalaman kita, yaitu yang
ada dalam ruang dan waktu, tidak lain daripada penampilan dari yang tak
memiliki eksistensi dan independen di luar pemikiran kita. Idealisme objektif yang
dikembangkan oleh George Wilhelm Friedrich Hegel (1770 183 1) menegaskan
bahwa segala sesuatu yang ada adalah satu bentuk dari satu pikiran.

Materialisme

Materialisme menolak hal hal yang tidak kelihatan. Bagi materialisme, ada
yang sesungguhnya adalah yang keberadaannya semata mata bersifat material atau
sama sekali bergantung pada material. Jadi, realitas yang sesungguhnya adalah
alarn kebendaan, dan segala sesuatu yang mengatasi alarn kebendaan itu haruslah
dikesampingkan. Oleh sebab itu, seluruh realitas hanya mungkin dijelaskan secara
materialistis.
Leukippos dan Demokritos (460 370 SM) mengatakan bahwa seluruh realitas
bukan cuma satu, melainkan terdiri dari begitu banyak unsur dan unsur unsur itu,
tidak terbagi, maka disebut atom (dari bahasa Yunani yang berarti tidak dapat diba
gi). Atom atom itu adalah bagian materi yang sangat kecil yang tidak berkualitas
dan senantiasa bergerak karena adanya ruang kosong. Jiwa manusia pun terdiri
dari atom atom.
Handout - Filsafat 21

Thomas Hobbes (1588 1679) berpendapat bahwa seluruh reallitas adalah


materi yang tidak bergantung pada, gagasan dan pikiran kita. Setiap kejadian
adalah gerak yang terjadi oleh keharusan, maka seluruh realitas yang tidak lain dari
materi itu senantiasa berada di dalam gerak.
Ludwig Andreas Feuerbach (1804 1872) menekankan bahwa materi haruslah
menjadi titik pangkal dari segala sesuatu. Bagi Feuerbach, alam material adalah
realitas yang sesungguhnya. Adapun karena manusia adalah bagian dari alam
material itu, manusia adalah satu realitas yang konkret. Menurut Feuerbach, agama
dan Tuhan hanyalah impian manusia yang begitu egoistis demi meraih
kebahagiaan bagi dirinya sendmii.

Dualisme

Dualisme mengajarkan bahwa substansi individual terdiri dari dua tipe


fundamental yang berbeda dan tak dapat direduksikan kepada yang lainnya.
Kedua tipe fundamental dari substansi itu ialah material dan mental. Dengan
demikian, dualisme mengakui bahwa realitas terdiri dari materi atau yang ada
secara fisis dan mental atau yang beradanya tidak kelihatan secara fisis..
Dualisme harus dibedakan dari. monisme dan pluralisme. Monisme dan
pluralisme adalah teori tentang jumlah substansi dan bukan mempersoalkan tipe
fundamental dari substansi itu. Memang ada filsafat pluralistis yang bersifat
dualistis, misalnya Cartesianisme, tetapi ada pula yang tidak.

Metaflsika Khusus: Kosmologi

Etimologis, istilah kosmologi berasal dari dua kata Yunani: kosmos dan
logos. Kosmos berarti dunia atau ketertiban yang merupakan lawan dari chaos
(kacau balau atau tidak tertib). Logos berarti kata, percakapan atau ilmu. Jadi,
kosmologi berarti percakapan tentang dunia, atau alam dan ketertiban yang paling
fundamental dari seluruh realitas.
Kosmologi memandang alam. sebagai suatu totalitas dari fenomena dan
berupaya untuk memadukan spekulasi metafisika dengan evidensi ilmiah di dalam.
suatu kerangka yang koheren. Hal hal yang biasa disoroti dan dipersoalkan ialah
mengenai ruang dan waktu, perubahan, kebutuhan, kemungkinan kemungkinan,
dan keabadian. Metode yang digunakan bersifat rasional dan justru hal itulah yang
membedakannya dari berbagai bagai kisah asal mula dan struktur alam.

Metafisika Khusus: Teologi Metarlsik

Teologi metafisik sering juga dikenal dengan nama theodicea kendati


sesungguhnya theodicea hanyalah merupakan bagian dari teologi metafisik.
Theodicea sebenarnya hanya membahas dan membenarkan kepercayaan kepada
Allah Yang Mahakuasa di tengah tengah realitas kejahatan yang merajalela di dunia
ini.
Teologi metafisik mempersoalkan eksistensi Allah yang dibahas secara
terlepas dari kepercayaan agama. Eksistensi Allah hendak dipahami secara rasional.
Konsekuensinya, Allah menjadi sistem filsafat yang perlu dianalisis dan dipecahkan
lewat metode ilmiah. Apabila Allah dilepaskan dari kepercayaan agama, hasil
Handout - Filsafat 22

analisis dan pernbahasan yang diperoleh bisa berupa satu dari beberapa
kemungkinan berikut ini:

• Allah tidak ada.


• Tidak dapat dipastikan apakah Allah ada atau tidak.
• Allah ada tanpa dapat dibuktikan secara rasional.
 Allah ada, dengan bukti rasional.

Beberapa filsuf terkenal, seperti Anselmus, Descartes, Thomas Aquinas, dan


Immanuel Kant, telah berupaya membuktikan bahwa Allah itu benar benar ada.
Bukti bukti rasional yang mereka ketengahkan, antara lain adalah sebagai berikut.

1. Argumen Ontologis: Semua manusia memiliki ide tentang Allah.


Sementara itu. diketabui pula bahwa kenyataan atau realitas senantiasa
lebih sempurna daripada ide. Dengan demikian, Tuhan pasti ada dan
realitas adanya itu pasti lebih sernpurna daripada ide manusia tentang
Tuhan.
2. rgumen Kosmologis: Setiap akibat pasti punya sebab. Dunia (kosmos)
adalah akibat. Karena itu, dunia pasti memiliki sebab di luar dirinya
sendiri. Penyebab adanya dunia itu adalah Tuhan.
3. Argumen. Teleologis: Segala sesuatu ada tujuannya. Sebagai contoh:
mata untuk melihat, telinga untuk mendengar, dan kaki untuk bedalan.
Karena. segala sesuatu memiliki tujuan, itu berarti seluruh realitas tidak
terjadi dejigan sendirinya, nelainkan dijadik an oleh yan mengatur
tujuan itu. Pengatur tujuan itu adalah Tuhan.
4. Argumen Moral: Manusia bermoral karena dapat membedakan yang
baik dan yang buruk, yang benar dan yang salah, dan seterusnya. Itu
menunjukkan bahwa ada dasar dan sumber moralitlas. Dasar dan
sumber moralitas itu adalah Allah.

Filsafat Stoa yang panteistis mengajarkan bahwa segala sesuatu dijadikan oleh
kekuatan ilahi, yaitu kekuatan alam. Kekuatan ilahi itu menjiwai segala sesuatu.
Alam semesta dikuasai oleh logos, yakni rasio Allah. Logos yang adalah rasio Allah
itu adalah juga tata tertib dunia, yang menciptakan segala sesuatu, mengatur, serta
menuntun segala sesuatu menuju suatu tujuan. Segala sesuatu, telah ditentukan
oleh hukum logos, yaitu nasib yang tak dapat diubah. Sesungguhnya, determinisme
stoisisme yang amat terkenal adalah barangkali yang paling jelas dan paling tegas
dari seluruh ajaran metafisika yang panteistis.
Filsafat panteistis Benedictus (Baruch) Spinoza (1632 1677) mengatakan
bahwa segala sesuatu yang ada adalah Allah dan tidak ada sesuatu apa pun yang
tidak tercakup di dalam Allah. Ia juga menegaskan bahwa sesungguhnya tidak ada
suatu apa pun yang dapat berada tanpa Allah.
Skeptisisme secara umum meragukan segala keyakinan yang telah
digenggam selama ini. Sesungguhnya, tak dapat dipastikan apakah Allah benar
benar ada atau tidak. Mungkin Allah ada, tetapi mungkin juga tidak.
Skeptisisme merupakan pintu yang terbuka lebar ke arah ateisme dalam arti
ateisme teoretis, yaitu suatu paham yang berupaya mempertanggungjawabkan
secara filsafati keyakinan bahwa Tuban tidak ada.
Handout - Filsafat 23

David Hume (1711 - 1776) menegaskan bahwa tidak ada bukti yang benar
benar sahih yang dapat membuktikan bahwa Allah ada dan bahwa la
menyelenggarakan dunia ini. Hume menolak eksistensi Allah dan kebenaran
agama, bahkan ia juga menolak gagasan tentang Allah, serta menganggap bahwa
moralitas semata mata hanyalah perasaan manusia belaka. Terhadap perasaan itu
sendiri, akal sehat tidak memiliki wewenang untuk mengendalikan atau
mengawasinya,
Ludwig Feuerbach (1804 1872) menyatakan bahwa reliogi tercipta oleh
hakikat manusia itu sendiri, yaitu egoismenya dan hasratnya akan kebahagiaan.
Apa yang tidak dimilikinya tetapi begitu didambakannya dilukiskannya sebagai
realitas yang terdapat pada yang ilahi. Oleh karena itu, Allah adalah gambaran dari
keinginan manusia, yang dianggap dan diyakini sungguh sungguh ada. Dengan
teori proyeksi, Feuerbach menunjukkan bahwa Allah tidak lain daripada apa yang
diinginkan manusia.
Friedrich Nietzche (1844 - 1900) menyatakan bahwa konsep tentang Allah
dalam agama Kristen adalah konsep yang paling buruk dan rusak dari seluruh
konsep tentang Allah karena Allah dianggap sebagai Allah dari orang orang yang
lemah. Allah dari orang orang lemah adalah Allah yang lemah pula. Akhirnya, ia
sampai pada kesimpulan yang menggemparkan, yaitu bahwa Allah sudah mati.
Manusia hanya akan menjadi manusia super jika ia mampu menerima kenyataan
atau kematian Allah itu. Kernatian Allah membebaskan manusia dari keadaannya
yang lumpuh oleh ajaran ajaran untuk rendah hati, lemah lembut, takluk, dan
sebagainya.
Sigmund Freud (1856 1939) menyatakan bahwa Allah itu memiliki tiga
fungsi utama bagi kehidupan praktis manusia di dunia ini:
1. Allah dianggap penguasa alam. Oleh kariena itu, den& menyembahNya,
manusia akan dapat mengatasi kecemasannya terhadap alam yang
begitu dahsyat.
2. Keyakinan agamis memperdamaikan manusia dengan nasibnya yang
mengerikan, terutama kematian.
3. Allah memelihara dan menjaga agar ketentuan ketentuan dan peraturan
peraturan. kultur akan dilaksanakan.

Kehidupan moral merupakan tempat khusus bagi Allah untuk berperan. Segala
perbuatan yang baik akan memperoleh ganjaran, sedangkan segala. perbuatan jahat
akan dihukum. Hukuman itu akan berlangsung di dunia "seberang" sesudah
kematian karena di sanalah segala ganti rugi terhadap kesusahan dan penderitaan
akan diperoleh dan kejahatan akan dibalas setimpal dengan perbuatan manusia.
Freud kemudian menyimpulkan bahwa religi adalah suatu ilusi yang berasal dari
semacam infantilisme atau sifat kekanak-kanakan. Dengan demikian, bagi Freud,
Allah hanyalah ilusi.

Metafisika Khusus Filsafat Antropologi

Filsafat antropologi adalah bagian metafisika kbusus yang mempersoalkan


apakah manusia itu? Apakah hakikat manusia? Bagaimanakah hubungannya
dengan alam dan sesamanya? Dengan kata lain, filsafat antropologi berupaya me
nemukan jawaban atas pertanyaan pertanyaan tersebut sebagaimana adanya, baik
menyangkut esensi, eksistensi, status, maupun relasirelasinya.
Handout - Filsafat 24

Sebenarnya, sudah sejak zaman purba, manusia dipersoalkan secara filsafati.


Eyglaoras mengajarkan keabadian jiwa manusia dan perpindahannya ke dalam
jasad hewan apabila manusia telah mati, dan jika hewan itu mati akan berpindah
lagi kejasad lainnya, demikian seterusnya. Perpindahan jiwa yang demikian itu
merupakan suatu proses penyucian jiwa. Jiwa itu akan kembali ke tempat asalnya
di langit apabila proses penyuciannya telah selesai. Untuk membebaskan jiwa dari
perpindahan itu, manusia harus berpantang terhadap jenis makanan tertentu, taat
terhadap peraturan peraturan yang berlaku dalam lingkungan persekutuan
Pythagorean, bermusik, dan berfilsafat.
Demokritos (460 370 SM) mengajarkan bahwa manusia adalah materi. Jiwa
pun adalah materi yang terdiri dari atom atom khusus yang bundar, halus dan licin,
oleh sebab itu tidak saling mengait satu sama lain. Demikian juga atom atom yang
berbentuk lain. Dengan demikian, atom atom jiwa gampang menempatkan diri di
antara atom atom lainnya dan menyebar ke seluruh tubuh manusia.
Plato ( 428-348 SM) mengajarkan bahwa manusLia terdiri dari tubuh dan
jiwa. Tubuh adalah musuh jiwa. Karena tubuh penuh dengan berbagai kejahatan
dan jiwa berada di dalam tubuh yang demikian itu, maka tubuh merupakan penjara
jiwa. Jiwa manusia terdiri dari tiga bagian, yaituvo o~ nous (akal), Ougo~ thumos
(semangat), dan EictOligiot epithumia (nafsu). Karena pengaruh nafsu, jiwa
manusia terpenjara dalam tubuh.
Aristoteles (384 322 SM) menyatakan bahwa manusia merupakan satu
kesatuan yang tak terpisahkan. Tubuh dan jiwa hanya merapakan dua segi dari
manusia yang satu. Tubuh adalah materi sedangkan jiwa adalah bentuk. Manusia
merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan, maka konsekuensinya ialah pada
saat manusia mati, baik tubuh maupun jiwa, kedua duanya mati. Itu berarti jiwa
manusia tidak abadi. Dengan kata lain, sama sekali tidak ada kehidupan sesudah
kematian. Kematian adalah akhir dari segala galanya.
Namun, Aristoteles juga mengakui bahwa ada bagian dari jiwa itu yang tidak dapat
mati.
Selanjutnya, dualisme Descartes (1596 1650).menegaskan bahwa tubuh dan
jiwa adalah dua hal vang sangat berbeda dan harus dipisahkan. Tubuh adalah
suatu mesin yang terdiri dari bagian bagiannya yang begitu kompleks. Adapun jiwa
adalah sesuatu yang tidak terbagi, tidak terbatasi oleh ruang dan waktu,
ditandai oleh kegiatan rohani, seperti berpikir, berkehendak, dan sebagainya.
Kendati berbeda dan terpisah, tubuh dan jiwa itu memiliki pertautan yang erat satu
sama lainnya, bagaikan kapal dan juru mudinya.
George Berkeley (1685 1753) berpendapat bahwa jiwa manusia adalah pusat
segala realitas yang tampak. Penolakannya terhadap materi menunjukan bahwa
Berkeley adalah seorang spiritualis. Akan tetapi, idealisme subjektif spiritualis
Berkeley tidak berpangkal pada yang abstrak, melainkan pada yang konkret, yang
diperoleh lewat pengamatan indrawi. Sesuatu itu dikatakan ada karena dapat
dilihat dan dirasakan. Jadi, kebenaran sesuatu itu tergantung pada yang melihat
dan yang merasa. Yang melihat dan yang merasa itu adalah yang hadir dalam
tubuh manusia, yaitu roh. Tubuh tidak lebih dari tanda kehadiran roh.
Sebaliknya, Feuerbach mengajarkan bahwa di balik alam tidak ada Allah.
Demikian pula di balik tubuh tidak ada iiwa. Jelas terlihat bahwa Feuerbach adalah
seorang materialis karena ia menyangkal segi rohani manusia. Feuerbach sendiri
tidak mau menyebut ajarannya sebagai materialisme, melainkan organisme. la
menyatakan bahwa manusia bukan mesin seperti yang diajarkan oleh penganut
Handout - Filsafat 25

materialisme. Feuerbach menunjukkan bahwa ia menolak materialisme dengan


mengajarkan bahwa manusia adalah makhluk hidup yang organis. Selaku makhluk
hidup yang organis manusia senantiasa berhubungan secara konkret dengan
sesamanya. Ungkapan itu sekaligus menunjukkan status manusia. Feuerbach
menandaskan bahwa tubuh menunjukkan manusia sebagai makhluk yang tidak
tertutup dalam dirinya sendiri dan yang dengan akar budinya menyadari bahwa ia
senantiasa berad a dalam relasi aku engkau.

IX Logika

Istilah logika pertama kali digunakan oleh Zeno dari Citium (334 262 SM),
pendiri Stoisisme. Logika adalah istilah yang dibentuk dari kata Yunani logikos
yang berasal dari kata benda logos. Kata logos berarti sesuatu yang diutarakan,
suatu pertimbangan akal (pikiran), kata, percakapan, dan bahasa. Logikos berarti
mengenai sesuatu yang diutarakan, mengenai suatu pertimbangan akal (pikiran),
mengenai kata, mengenai percakapan, atau yang berkenaan dengan bahasa. Dengan
demikian, secara etimologis, logika berarti suatu pertimbangan akal atau Pikiran
yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa. Sebagai ilmu, logika
disebut juga logike episteme atau logica scientia yang berarti i1mu logika, namun
sekarang ini lazim disebut logika saja.
Telah banyak definisi logika yang dikemukakan oleh para ahli yang pada
urnumnya memiliki persamaan, selain juga perbedaan. Dari sekian banyak definisi
itu dapatlah dikatakan bahwa logika adalah cabang ilmu filsafat yang menyusun,
mengembangkan, dan membahas asas-asas, aturan-aturan formal dan prosedur
normatif, serta kriteria yang sahih bagi penalaran dan penyimpulan demi mencapai
kebenaran yang dapat dipertanggung-jawabkan secara rasional.

Hukum Dasar Logika

Ada empat hukum dasar dalam logika yang oleh John Stuart Mill (1806-
1873) disebut sebagai postulat postulat universal semua penalaran (universal
Handout - Filsafat 26

postulates of all reasonings) dan oleh Friedrich Uberweg (1826 -1871) disebut sebagai
aksioina inferensi. Tiga dari keempat hukum dasar itu dirumuskan oleh Aristoteles,
sedangkan yang satu lagi ditambahkan kemudian oleh Gottfried Wilhelm Leibniz
(1646 1716). Keempat hukum dasar itu. Adalah

1. Hukum Identitas (Principium IdentitatislLaw ofIdentity) yang menegaskan


bahwa sesuatu itu adalah sama dengan dirinya sendiri. Rumusnya : P =
P.
2. Hukum Kontradiksi (Principium ContradictionislLaw of Contradiction) yang
menyatakan bahwa sesuatu itu pada waktu yang sama tidak dapat
sekaligus memiliki sifat tertentu dan juga tidak memiliki sifat tertentu
itu. Rumusnya: tidak mungkin P = Q dan sekaligu P # Q
3. Hukum Tiada Jalan Tengah (Principium Exclusi Tertii/Law ofExcluded
Middle) yang mengungkapkan bahwa sesuatu itu pasti memiliki suatu
sifat tertentu atau tidak memiliki sifat tertentu itu dan tidak ada
kemungkinan lain. Jadi P = Q atau P # Q.
4. Hukum Cukup Alasan (Principium Rationis Sufficientis/Law of Sufficient
Reason) yang menjelaskan bahwa jika tejadi perubahan pada sesuatu,
perubahan itu haruslah berdasarkan alasan yang cukup. Itu berarti tidak
ada perubahan yang ter_adi dengan tiba tiba tanpa alasan yang dapat
dipertanggung-jawabkan secara rasional, Hukum ini merupakan
pelengkap hukum identitas.

Konsep dan Term

Suatu objek, material atau non material, yang dipahami atau dimengerti,
hanya mungkin dipahami atau dimengerti karena akal budi menangkap objek itu
sebagaimana objek itu ada. Memahami suatu objek berarti akal budi menangkap
objek itu sehingga kendati realitas objek itu tidak ada lagi, akal budi sanggup
melahirkannya kembali lewat kata kata atau bahasa. Pemahaman atau pengertian
sebagi hasil "tangkapan" akal budi itulah yang disebut konsep. Jadi, konsep
merupakan hasil tangkapan akal budi terhadap suatu objek yang diungkapkan
lewat kata – kata. Konsep atau pengertian sering juga disebut verbum mentale,
Terminus mentalis, ide, dan sebagainya. Dalam logika, konsep yang diungkapkan
lewat kata atau kata kata disebut term. Jadi, term adalah wujud konsep.
Konsep yang dinyatakan melalui term senantiasa memiliki kamprehensi
atau konotasi dan ekstensi atau denotasi. Komprehensi /konotasi adalah ciri atau isi
yang termuat dalam konsep itu, sedangkan ekstensi/denotasi adalah kuantitas dan
luas konsep itu. Hukum yang berlaku bagi hubungan komprehensi dan ekstensi itu
ialah
• apabila komprehensi bertambah, ekstensi berkurang, dan apabila
komprehensi berkurang, ekstensi bertambah;
• apabila ekstensi bertambah, komprehensi berkurang, dan apabila eks
tensi berkurang, komprehensi bertambah.

Term selaku wujud konsep dapat dibedakan menjadi berbagai jenis,


misalnya term abstrak (kesejahteraan, kebahagiaan), term konkret (Plato, kuda,
Handout - Filsafat 27

kelapa), term kolektif (karyawan, mahasiswa), term umum (manusia, hewan,


tumbuh tumbuhan), term singular (Republik Indonesia, Presiden Indonesia yang
pertama), dan sebagainya.

Proposisi

Proposisi atau keterangan adalah pernyataan (statement) dalam bentuk


kalimat yang rnerupakan rangkaian dari term term yang dapat memiliki nilai benar
atau salah
Tiga bagian terpenting dalam proposisi adalah subjek, predikat, dan kopula.
Subjek adalah term pokok dalam proposisi, dan predikat adalah term yang
menyebut sesuatu mengenai subjek, sedangkan kopula ialah penghubung antara
subjek dan predikat.
Sebenarnya ada berbagai jenis proposisi, namun semuanya dapat
disederhanakan menjadi empat jenis dengan lambang A, E, I, dan 0.
A adalah proposisi univ&sal afirmatif.
E adalah proposisi universal negatif.
I adalah proposisi partikular afirmatif.
0 adalah proposisi partikular negatif.

Contoh contoh:

Proposisi A: Semua filsuf adalah manusia.


semua S (subjek) adalah P (predikat)
semua S = P
• Proposisi E: Tak seorang pun filsuf adalah kera. S
semua S tidaklah P
semua, S # P

 Proposisi I: Sebagian manusia adalah filsuf


sebagian S adalah P
sebagian S = P

• Proposisi 0: SEbagaian manusia bukanlah filsuf.


sebagian S bukan P
sebagian S # P

Inferensi Langsung

Inferensi adalah suatu proses penarikan konklusi dari sebuah atau lebih
proposisi. Ada dua cara yang biasa ditempuh dalam inferensi, yaitu inferensi
deduktif dan inferensi induktif. Inferensi deduktif terdiri dari inferensi langsung
dan inferensi tidak langsung (inferensi silogistis).
Inferensi langsung adalah penarikan konklusi hanva, dari sebuah premis
(proposisi yang digunakan untu penan konklusi). Konklusi yang ditarik tidak boleh
lebih luas, dari premisnya. Ada lima jenis penalaran langsung, yaitu inversi,
konversi, obversi , kontraposisi, dan oposisi.

Inversi
Handout - Filsafat 28

Invesi ialah penalaran langsung dengan cara menegasikan subyek proposisi


premis dan menegasikan atau tidak menegasikan predikat proposisi premis. Jika
inversi dilakukan dengan menegasikan baik subjek maupun predikat proposisi
premis, inversi itu disebut inversi lengkap. Apabila inversi dilakukan dengan
menegasikan subjek proposisi premis, sedangkan predikatnya tidak dinegasikan,
inversi itu disebut inversi sebagian. Proposisi premis disebut invertend dan
proposisi konklusi disebut inverse. Langkah yang ditempuh sangat sederhana:
o Untuk memperoleh inversi lengkap, negasikanlah subjek dan
predikat invertend, lalu ubahlah pembilang subjek dari universal
menjadi partikular.
o Untuk memperoleh inversi sebagian, negasikanlah subjek invertend,
sedangkan predikatnya tetap dipeftahankan (tidak berubah), lalu
ubahlah pembilang subjek dari universal menjadi partikular.
Karena hanya subjek yang memiliki pembilang universal yang dapat
diinversi, itu berarti hanya proposisi A dan E yang dapat diinversikan, sedangkan
proposisi I dan 0 tlidak dapat diinversikan.

Contoh contoh:

1. Inversi Proposisi A
Inversi lengkap
Invertend: Semua filsuf adalah rnanusia. (A)
Inverse : Sebagian bukan filsuf adalah bukan manusia. (1)
Inversi sebagian
Invertend: Semua filsuf adalah manusia. (A)
Inverse: Sebagian bukan filsuf adalah manusia. (1)
2. Inversi Proposisi E
Inversi lengkap
Invertend : Semua filsuf bukan kera. (E)
Inverse: Sebagian bukan filsuf bukan bukan kera. (0)
Inversi sebagian
Invertend : Semua filsuf bukan kera. (E)
Inverse: Sebagian bukan filsuf bukan kera. (0)

Dari contoh contoh tersebut, jelas terlihat bahwa inversi proposisi A hasilnya
ialah proposisi I, baik untuk inversi lengkap maupun untuk inversi sebagian.
Demikian pula proposisi E, jika diinversi akan menjadi proposisi 0, baik untuk
inversi lengkap maupun untuk inversi sebagian.

Konversi

Konversi adalah jenis penarikan konklusi secara langsung dengan


membalikkan atau mempertukarkan term predikat menjadi term subyek, dan term
subyek menjadi term predikat. Kuantitas term subjek dan predikat harus sama dan
tetap sama sebelum dan sesudah dikonversi: keduanya berdistribusi atau
keduanva tidak berdistribusi. Term subyek dan term predikat yang sama sama
berdistribusi terdapat pada proposisi E dan proposisi I. Demikian pula kualitas
konvertend (proposisi yang hendak dikonversi) dan konverse (proposisi yang telah
Handout - Filsafat 29

dikonversi) harus tetap sama. Jadi, jika konvertend afirmatif, konverse nya pun
harus afirmatif, dan jika konvertend negatif, konverse nya pun harus negatiL Agar
kohk1usi benar, ketentuan berikut ini harus diperhatikan :
o Jika proposisi A dikonversikan, hasilnya adalah proposisi I
o Jika proposisi E dikonversikan, hasilnya tetap proposisi E
o Jika proposisi I dikonversikan, hasilnya tetap proposisi I
o Adapun proposisi O tidak dapat dikonversikan

Contoh contoh

1. Obversi Proposisi A
Bagian Kedua: Cabang cabang Filsafat
Premis: Semua presiden adalah manusia. (A)
Konklusi: Semua presiden bukan bukan manusia. (E)
2. Obversi Proposisi E
Premis: Semua serigala bukan manusia. (E)
Konklusi: Semua serigala. adalah bukan manusia. (A)
3. Obversi Proposisi I
Premis: Sebagian manusia adalah pernikir. (1)
Konklusi: Sebagian manusia bukan bukan pernikir. (0)
4. Obversi Proposisi 0
Premis: Sebagian manusia bukan pelawak. (0)
Konklusi: Sebagian manusia adalah bukan pelawak. (1)

Kontraposisi

Kontraposisi ialah penarikan konklusi secara langsung dengan jalan


menukar posisi subjek dan predikat yang telah dinegasikan terlebih dahulu.
Proposis konklusinya disebut kontra positif. Dalam kontraposisi,jelas terlihat bahwa
sesungguhnya arti atau makna proposisi kontrapositif tetap ekuivalen dengan arti
atau makna proposisi premis. Adapun langkah langkah yang dilempuh dalam
proses kontraposisi sebagai berikut:

1. Negasikanlah term subjek dan term predikatnya.


2. Konversikanlah term subjek dan term predikat yang telah dinegasikan
itu,
Dengan kontraposisi, hanya ada dua proposisi premis yang memiliki
kontrapositfL Dengan kata lain, hanya ada dua jenis proposisi yang dapat
dikontraposisikan .

• Proposisi A dapat dikontraposisikan.


• Proposisi E tidak dapat dikontraposisikan.
• Proposisi I tidak dapat dikontraposisikan.
• Proposisi 0 dapat dikontraposisikan.

Contoh contoh:

1. Kontraposisi Proposisi A
Premis: Semua filsuf adalah manusia.
Handout - Filsafat 30

Konklusi: Semua bukan manusia adalah bukan filsuf.


2. Kontraposisi Proposisi E
Tidak dapat dikontraposisikan.
3. Kontraposisi Proposisi I
Tidak dapat dikontraposisikan.
4. Kontraposisi Proposisi 0
Premis: Sebagian demonstran bukan mahasiswa.
Konklusi: Sebagian bukan mahasiswa bukan bukan demonstran.

Oposisi

Oposisi adalah penalaran Iangsung yang proposisi konklusinya merupakan


oposisi dari proposisi premis dengan term subyek predikat yang sama. Hubungan
antara proposisi A E I 0 mengandung empat jenis oposisi.
Keempat jenis oposisi itu adalah sebagai berikut:
1. Kontrari menunjukkan oposisi antara proposisi A dan E.
2. Subkontrari menunjukkan oposisi antara proposisi I dan 0.
3. Subalternasi menunjukkan oposisi antara proposisi A, 1, dan antara
proposisi E dan 0.
4. Kontradiktori menunjukkan oposisi antara proposisi A, 0, dan antara
proposisi E dan 1.
Itu dapat digambarkan sebagai berikut.

Semua pendidik adalah guru Semua pendidik bukan guru

A Kontrari E

Kontradiktori Subalternasi
Subaltemasi

O
I

Suibkontrari

Sebagian pendidik bukan guru Sebagian pendidik bukan guru

Catatan:

1. Oposisi Subaltemasi A I dan E


o Jika proposisi A benar, proposisi I pun benar.
o Jika proposisi I benar, belum tentu, proposisi A benar.
o Bila proposisi E benar, proposisi 0 pun be nar.
o Bila proposisi 0 benar, belum tentu proposisi E benar.
2. Oposisi Kontrari A E:
Handout - Filsafat 31

o Jika proposisi A benar, proposisi E salah.


o Jika proposisi E benar, proposisi A salah.
3. Oposisi Subkontrari I
o Tidak mungkin kedua duanya salah.
o Bisa pula kedua duanya benar.
4. Oposisi Kontradiktori A 0 dan I E:
o Jika proposisi A benar, proposisi 0 salah.
o Jika proposisi 0 benar, proposisi A salah.
o Bila proposisi I benar, proposisi E salah.
o Bila proposisi E benar, proposisi I salah.

Inferensi Silogistis

Inferensi silogistis adalah inferensi deduktif dengan menggunakan


silogisme. Silologisme. Silogisme ialah penarikan konklusi secara tidak langsung
yang merupakan bentuk formal dari penalaran d eduktif. Karena silogisme
adalah inferensi deduktif , konklusinya tidak akan lebih umum dari premis-
premisnya. Premis adalah proposisi proposisi yang digunakan untuk penarikan
konklusi. Konklusi ialah proposisi yang menyatakan hasil inferensi yang dilakukan'
berdasarkan proposisi proposisi yang menjadi premis premis suatu inferensi.
Proposisi proposisi yang menjadi premis premis dalam suatu silogisme disebut
anteseden. Preclikat konklusi disebut term mayor, dan subjek konklusi disebut term
minor. Itu disebut demikian karena ekstensi predikat konklusi senantiasa lebih luas
daripada subjeknya. Premis yang mengandung term mayor disebut premis mayor,
sedangkan prernis yang mengandung term minor disebut premis minor. Term yang
tidak terdapat pada proposisi konklusi namun ada di kedua premis disebut term
tengah (terminus medius).

Contoh silogisme: Semua filsuf adalah manusia.


Plato adalah filsuf.
Jadi, Plato adalah manusia.
Catatan: manusia adalah term mayor
Plato adalah term minor
filsuf adalah tenn tengah.
Proposisi I adalah premis mayor
Proposisi 2 adalah premis minor
Proposisi I dan 2 disebut anteseden.
Proposisi 3 adalah konkl,usi.

Ada empat pola yang digunakan dalam inferensi silogistis dan ada sembilan belas
bentuk silogisme yang sahih. Keempat pola tersebut adalah sebagai berikut :

Pola I MP Pola II: PM Pola III: NIP Pola IV. PM


Sm Sm MS NIS
Sp Sp SP SP

Catatan: M: term tengah S: term minor P: term mayor


Kedelapan belas bentuk silogisme yang sahih adalah sebagai berikut:
Pola Premis Mayor Premis Minor Konklusi Nama
Handout - Filsafat 32

I A A A Barbara
I E A E Celarent
I A I I Darii
I E 1 0 Ferio
II A E E Camestres
II E A E Cesare
II A 0 0 Baroco
II E 1 0 Festino
III A A I Darapti
III E A 0 Felapton
III A I I Datisi
III E 1 0 Ferison
III I A I Disamis
IV A A I Bramantis
IV A E E Camenes
IV E A O Fesapo
IV E I O Fresison
IV I A I Dimaris

X Etika

Etika sering kali disebut sebagai filsafat moral. Istilah etika berasal dari dua
kata dalam bahasa Yunani: ethos dan ethikos. Ethos berarti sifat, watak, kebiasaan,
tempat yang biasa. Ethikos berarti susila, keadaban, atau kelakuan dan perbuatan
yang baik. Istilah moral berasal dari kata Latin mores, yang merupakan be ntuk ja
mak dari mos, yang berarti adat istiadat atau kebiasaan, watak, kelakuan, tabiat,
dan cara hidup.
Dalam sejarah filsafat Barat, etika adalah cabang filsafat yang arnat
berpengaruh sejak zaman Sokrates (470 399 SM). Etika membahas baik buruk atau
benar tidaknya tingkah laku dan tindakan manusia serta sekaligus menyoroti
kewajiban kewajiban manusia. Etika tidak mempersoalkan apa atau siapa manusia
itu, tetapi bagaimana manusia seharusnya berbuat atau bertindak.
Ada berbagai pembagian etika yang dibuat oleh para ahli etika. Beberapa
ahli mernbagi etika ke dalam dua bagian, yakni etika deskritptif dan etika nor matif.
Ada pula yang membagi ke dalam etika normatif dan metaetika. Ahli lain mernbagi
ke dalam tiga bagian atau tiga bidang studi, yaitu etika deskriptif, etika normatif,
dan metaetika.

Etika Deskriptif

Etika deskriptif menguraikan dan menjelaskan kesadaran dan pengalaman


moral secara deskirfiptif. Ini dilakukan dengan bertolak dari kenyataan bahwa ada
berbagai fenomena moral yang dapat digambarkan dan diuraikan secara i1miah,
seperti yang dapat dilakukan terhadap fenomena 'spiritual lainnya, misaInya religi
dan seni. Oleh karena itu, etika deskriptif digolongkan ke da1am ilmu pengetahuan
empiris dan berhubungan erat dengan sosiologi. Dalam hubungannya dengan
sosiologi, etika deskriptif berupaya menemukan dan menjelaskan kesadaran,
keyakinan, dan pengalaman moral dalam suatu kultur tertentu.
Handout - Filsafat 33

Etika deskriptif dapat dibagi ke dalam dua bagian: pertama, sejarah moral,
yang meneliti cita cita, aturan aturan, dan norma norma moral yang pernah
diberlakukan dalam kehidupan manusia pada kurun waktu dan suatu tempat
tertentu atau dalam suatu lingkungan besar yang mencakup beberapa bangsa;
kedua, fenomenologi moral, yang berupaya menemukan arti dan makna moralitas
dari berbagai fenomena moral yang ada. Fenomenologi moral tidak bermaksud
menyediakan petunjuk petunjuk atau patokan patokan moral yang perlu dipegang
oleh manusia. Karena itu, fenomenologi moral tidak mempennasalahkan apa yang
benar dan apa yang salah.

Etika Normatif

Etika normatif kerap kali juga disebut filsafat moral (moral philosophy) atau
juga disebut etika filsafati (philosophical ethics). Etika normatif dapat dibagi ke
dalam dua teori . yaitu teori teori nilai (theories of value) dan, teori teori keharusan
(theories ofobligation). Teori teori nilai mempersoalkan sifat kebaikan, sedangkan
teon teori keharusan membahas tingkah laku. Ada pula yang membagi etika
normatif ke dalam dua golongan sebagai berikut:
konsekuensialis (teleologikal) dan non konsekuensialis (deontologikal).
Konsekuensialis (teleologikal) berpendapat bahwa moralitas suatu tindakan
ditentukan oleh konsekuensinya. Adapun nonkonsekuensialis (deontologikal)
berpendapat bahwa moralitas suatu tindakan ditentukan oleh sebab sebab yang
menjadi dorongan dari tindakan itu, atau ditentukan oleh sifat sifat hakikinya atau
oleh keberadaannya yang sesuai dengan ketentuan ketentuan dan prinsip prinsip
tertentu.
Teori teori nilai (theories of value) bisa bersifat monistis, bisa juga bersifat
pluralistis. Aliran hedonisme, baik hedonisme spiritualis maupun hedonisme
materialistis sensualistis, merupakan salah satu bentuk dan wujud dari teori nilai
yang monistis. Aliran aliran hedonistis dan nonhedonistis juga dimasukkan ke
dalam golongan konsekuensialis atau teleologikal. Aliran utilitarianisme Bentham
dan Mill, karena menekankan kebahagiaan terbesar bagi jumlah yang terbesar ,
bersifat hedonistis maka masuk ke dalam golongan konsekuensialis atau
telcolocikal. Adapun aliran utilitananisme idea More dan Randall masuk ke dalam
konsekuensialls atau teleologikal yang nonhedonistis. Demikian juga, aliran
perfeksionisme Aristoteles dan Green, yang menekankan perkembangan penuh
latau, kesempurnaan diri sebagai tujuan akhir yang dapat dicapai oleh manusia,
tergolong ke dalam konsekuensialisme nonhedonistis.
Baik teleologikal maupun deontologikal dapat dimasukkan ke dalam teori
keharusan (theories of obligation). Salah satu aliran yang terkenal dalam teori
keharusan yang teleologikal ialah aliran egoisme. Salah satu versi egoisme
mengajarkan bahwa tolok ukur bagi penilaian benar salahnya suatu tindakan ialah
dengan mempertimbangkan untung ruginya tindakan itu bagi si pelaku sendiri.
Egoisme menegaskan bahwa manusia memiliki hak untuk berbuat apa saja yang
dianggap menguntungkan dirinya.
Dalam teori keharusan yang deontologikal, tampillah aliran formalisme.
Para pemikir formalis mengatakan bahwa akibat (konsekuensi) bukan hanya tidak
mampu, melainkan juga tidak relevan untuk menilai suatu tindakan atau
perbuatan, Bagi para formalis, yang paling penting dan paling menentukan ialah
Handout - Filsafat 34

motivasi, Motivasi yang baik akan membuat tindakan atau perbuatan pasti benar
kendati akibat perbuatan itu sendiri ternyata buruk.

Metaetika

Metaetika merupakan suatu studi analitis terhadap disiplin etika. Metaetika


baru muncul pada abad ke 20, yang secara khusus menyelidiki dan menetapkan arti
serta makna istilah istilah normatif dan pemyataan pemyataan etis yang
membenarkan atau menyalahkan suatu. tindakan. Istilah istilah normatif yang
scring mendapat perhatian khusus, antara lain, keharusan, baik, buruk, benar,
salah, yang terpuji, yang tidak terpuji, yang adil, yang semestinya, dan sebagainya.
Ada beberapa teori yang disodorkan oleh aliran aliran yang cukup terkenal
dalam metaetika. Teori teori tersebut ialah teori naturalistis dari naturalisme, teori
intuitif dari intuisionisme, teori kognitif dan kognitifisme, subyektif dari
subjektivisme, teori emotif dari emosivisme, teori imperatif dan teori skeptis dari
skeptisisme.
Teori naturalistis mengatakan bahwa istilah istilah moral sesungguhnya
menamai hal hal atau fakta fakta Yang pelik dan rumit. Istilah istilah normatif etis,
seperti baik dan benar, dapat disamakan dengan istilah istilah deskriptif, Yang
dikehendaki Tuhan, yang diidamkan, atau yang biasa. Teori naturalistis juga
berpendapat bahwa pertimbangan pertimbangan moral dapat dilakukan lewat
penyelidikan dan penelitian ilmiah.
Teori kognitivis mengatakan bahwa pertimbangan pertimbangan moral
tidak selalu benar, sewaktu waktu bisa keliru. Itu berarti keputusan moral bisa
benar dan bisa salah. Selain itu, pada prinsipnya pertimbangan pertimbangan moral
dapat menjadi subjek pengetahuan atau kognisi. Teori kognitivis dapat bersifat
naturalistis dan dapat juga bersifat non naturalistis.
Teori intuitif berpendapat bahwa pengetahuan manusia tentang yang baik
dan yang salah diperoleh secara intuitif. Teori intuitif menolak kemungkinan untuk
memberi batasan batasan non normatif terhadap istilah istilah normatif etis. Bagi
teori intuitif, pengetahuan manusia tentang Yang baik dan Yang salah itu jelas
dengan sendirinya karena manusia dapat merasa dan mengetahui secara langsung
apakah nilai hakiki suatu hal. itu baik atau buruk, atau benar tidaknya suatu
tindakan.
Teori subjektif menekankan bahwa pertimbangan pertimbangan moral
sesungguhnya hanya dapat mengungkapkan fakta fakta subjektif tentang sikap dan
tingkah laku manusia. Pertimbangan pertimbangan moral itu tidak mungkin dapat
mengungkapkan fakta fakta objektif. Karena itu, apabila seseorang mengatakan
bahwa sesuatu itu benar, sebenarnya, ia mengatakan bahwa ia menyetujui sesuatu
itu benar demikian. Sebaliknya, apabila ia mengatakan sesuatu itu salah,
sesungguhnya ia hanya mengungkapkan ketidaksetujuannya terhadap apa Yang
dikatakan salah itu.
Teori emotif menegaskan bahwa pertimbangan pertimbangan moral tidak
mengungkkapkan sesuatu apa pun yang dapat disebut salah atau benar kendati
hanya secara subjektif. Pertimbangan pertimbangan moral tidak lebih dari suatu
ungkapan emosi semata mata. Menurut teori emotif, istilah istilah etis tidak
memiliki makna apa pun kecuali hanya sebagai tanda dari luapan perasaar. dan,
dalam hal ini, sama saja seperti rintihan, seruan, umpatan, dan sebagainya.
Handout - Filsafat 35

Teori imperatif berpendapat bahwa pertimbangan pertimbangan moral


sesungguhnja bukanlah ungkapan dari sesuatu Yang dapat dinilai salah atau.
Dengan demikian, tak satu pun istilah moral yang dapat mernuat sesuatu yang
boleh disebut salah atau benar. Teori imperatif mengatakan bahwa istilah istilah
moral itu sesungguhnya hanya merukan istilah istlah samaran dari keharusan
keharusan ataupun perintah perintah Jadi apabila. dikatakan "kebohongan itu tidak
baik, Yang dimaksudkan ialah, 'jangan berbohong". Jika dikatakan "kebaikan adalah
terpuji dan benar", Yang dimaksudkan ialah 'lakukanlah Yang baik".
Teori teori emotif dan imperatif dapat dimasukkan ke dalam nonkogni
tivisme. Teori subjektif tidak dapat disebut "nonkogrativis, tetapi juga tak dapat
disebut kognitivis. Akan tetapi, subjektivisme, emotivisme, dan imperativisme
dapat dimasukkan ke dalam skeptisisme.
Yang dapat digolongkan ke dalam skeptisisme ialah teori teori Yang
mengajarkan bahwa sesungguhnya tidak ada keberaran moral Yang mengatakan
moralitas tidak memiliki dasar rasional; Yang mengemukakan bahwa prinsip
prinsip moral tidak dapat dibuktikan kebenarannya; Yang berpendapat bahwa
salah benamya suatu hal itu hanyalah semata mata soal adat, kebiasaan, ataupun
selera; atau Yang mengatakan bahwa norma norma etis tidak mutlak. Karena itu,
relativisme pun termasuk ke dalam skeptisisme karena mengajarkan bahwa norma
norma etis itu bersifat relatif dan hanya. benar serta berlaku dalain suatu
lingkungan budaya tertentu dalam kurun waktu tertentu pula.

Anda mungkin juga menyukai