Anda di halaman 1dari 14

Modul Pemeriksaan

Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi

Sub Modul
Uji Jalan

Kolegium Ilmu Kedokteran Fisik dan


Rehabilitasi Indonesia

0
Sub Modul
Uji Jalan

I. Waktu

Mengembangkan Kompetensi Waktu


Sesi Tutorial 2 x 60 menit
Diskusi kelompok 4 x 60 menit
Sesi praktik dengan fasilitasi pembimbing 3 x 120menit
Sesi praktik mandiri 4 x 120menit
Pre-test & Post-test 2 x 30 menit
Pencapaian kompetensi 1 minggu

II. Tujuan Pembelajaran

A. Tujuan umum

Agar peserta didik mampu memberikan tatalaksana KFR dengan menggunakan uji
jalan.

B. Tujuan Khusus

Pada akhir pembelajaran modul peserta didik harus mampu melakukan


pemeriksaan Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi (KFR) untuk mengenali masalah
yang memerlukan penerapan uji jalan, memahami indikasi, kontraindikasi dan
komplikasi penggunaannya, serta dapat mengaplikasikannya secara tepat.

III. Kompetensi

A. Kompetensi kognitif

1. Memahami fisiologi sistem kardiorespirasi pada fungsi berjalan.


2. Memahami berbagai kondisi yang memerlukan penerapan uji jalan secara tepat
dan efektif

1
3. Memahami faktor-faktor yang mempengaruhi hasil intepretasi uji jalan.
4. Memahami indikasi, kontra indikasi dan penghati-hati (precaution) yang perlu
diperhatikan pada penerapan uji jalan

B. Kompetensi ketrampilan

1. Mampu melakukan pemeriksaan KFR pada pasien yang memerlukan


penerapan uji jalan
a. anamnesis
b. pemeriksaan fisik umum dan khusus
c. hasil pencitraan
d. pemeriksaan penunjang lain
2. Mampu menetapkan kondisi yang memerlukan penerapan uji jalan
3. Mampu melaksanakan uji jalan dengan benar
4. Mampu melakukan evaluasi hasil terapi dan tindak lanjut
5. Mampu mengenali dan mengatasi komplikasi dan penyulit.

IV. Metoda dan Strategi Pembelajaran

A. Metoda:
1. Kuliah interaktif
2. Curah pendapat dan diskusi
3. Bed side teaching
4. Pendampingan (coaching)

B. Strategi
Tujuan 1. Mampu melakukan pemeriksaan KFR pada pasien yang memerlukan
penggunaan uji jalan
Wajib diketahui:
o Pemeriksaan dasar KFR (metoda 1,2,3,4)
o Pemeriksaan penunjang termasuk pencitraan (metoda 1,2,3,4)

Tujuan 2. Mampu menetapkan kondisi yang memerlukan penggunaan Uji jalan

2
Wajib diketahui:
o Kondisi yang memerlukan penerapan uji jalan (metoda 1,2,3,4)
o Kontraindikasi penggunaan uji jalan (metoda 1)
o Komplikasi dan penyulit (metoda 1)

Tujuan 3. Mampu melakukan aplikasi uji jalan dengan benar


Wajib diketahui:
o Indikasi dan kontraindikasi Uji Jalan (metoda 1,2)
o Tatalaksana sesuai SOP Uji Jalan (metoda 1,3,4)
o Tehnik pelaksanaan (metoda 3,4)
o Peralatan monitoring dan emergensi yang dibutuhkan (metoda 1,3,4)
o Pencegahan komplikasi (metoda 1)

Tujuan 4. Mampu melakukan evaluasi hasil uji jalan dan tindak lanjut
Wajib diketahui:
o Analisis hasil (metoda 1,2,3,4)
o Program latihan rekondisi pasca uji jalan (metoda 1,2)

Tujuan 5. Mampu mengenali dan mengatasi komplikasi dan penyulit.


Wajib diketahui:
o Komplikasi yang terjadi (metoda 1,2,3,4)
o Penatalaksanaan komplikasi (metoda 1,2,3,4)

V. Persiapan Sesi

Bahan dan peralatan yang diperlukan:


o Materi modul pemeriksaan KFR uji jalan
o Materi presentasi: Powerpoint
o Model: Alat peraga perlengkapan uji jalan (jalur jalan, stopwatch)
o Contoh kasus
o Daftar tilik kompetensi
o Audiovisual

3
VI. Referensi Buku Wajib

Buku wajib yang perlu dibaca:


1. Hodgins. Pulmonary Rehabilitation
2. Braddom RL. Physical Medicine & Rehabilitation.

VII. Gambaran Umum

Uji jalan merupakan salah satu alat ukur fungsional yang cukup objektif untuk
menilai kondisi fungsional kardiorepirasi seseorang.
Yang paling mudah, murah dan sederhana untuk dilaksanakan adalah uji jalan 6
menit. Hasil yang optimal dari uji jalan memerlukan kooperatifitas pasien dalam
pelaksanaannya. Oleh karena itu perlu diberikan edukasi dan penjelasan yang baik
sebelum dilakukan uji ini.

VIII. Contoh Kasus

Tn.P, 65 tahun, seorang pensiunan PNS, dengan keluhan cepat lelah apabila
berjalan, kadang muncul rasa sesak. Pasien datang dirujuk dari poliklinik paru
dengan diagnosis PPOK stabil untuk menjalankan tatalaksana rehabilitasi.

IX. Rangkuman Kasus

A. Bahan Diskusi:
o Apa diagnosis fungsional pasien ini?
o Bagaimana tatalaksana KFR untuk pasien ini?
o Apa manfaat pemberian uji jalan pada penderita?
o Adakah tatalaksana lanjut lainnya?

B. Penuntun diskusi kasus


o Gangguan aktivitas kegiatan sehari-hari (AKS) karena sesak dan lelah akibat
PPOK.
o Mengurangi sesak dan meningkatkan kemampuan berjalan serta AKS
o Uji jalan dapat dipakai untuk menentukan dosis terapi latihan rekondisi dan
evaluasi kemampuan fungsional

4
o Latihan rekondisi terstruktur berdasarkan konversi uji jalan dalam “VO2
peak/Mets”

X. Evaluasi

Kognitif
 Pre-test dan post-test, dalam bentuk lisan, essay dan/atau MCQ
 Self Assessment dan Peer Assisted Evaluation
 Curah Pendapat dan Diskusi

Contoh Soal
Hasil Uji Jalan 6 Menit dapat dikonversikan dalam penghitungan kasar “VO2
peak / Mets” dengan pertimbangan semua dibawah ini kecuali:
A. Berat Badan
B. Jenis Kelamin
C. Usia
D. Tinggi Badan
Jawaban: C
Psikomotor
 Self Assessment dan Peer Assisted Learning
 Peer Assisted Evaluation (berbasis nilai 0, 1 dan 2)
 Penilaian Kompetensi (berbasis nilai memuaskan, perlu perbaikan dan tidak
memuaskan)
 Kesempatan untuk Perbaikan (Task-based Medical Education)

Kognitif dan Psikomotor


 OSCE

XI. Instrumen Penilaian

Instrumen pengukuran kompetensi kognitif & psikomotor


1. Observasi selama proses pembelajaran
2. Log book
3. Hasil penilaian peragaan ketrampilan

5
4. Pre-test modul
5. Post-test modul
6. Penilaian Kinerja Pengetahuan dan Ketrampilan (ujian akhir semester)
7. Ujian Akhir Profesi

XII. Penuntun Belajar

Skor
No Penuntun Belajar 0 1 2 3
1 Penyapaan kepada pasien/ keluarga
2 Anamnesis mengenai:
a. Riwayat penyakit sekarang
b. Riwayat penyakit dahulu
c. Kemampuan fungsional sebelum sakit
d. Harapan pasien
3 Pemeriksaan fisik umum:
a. tanda vital (TD, N,P)
b. gangguan sistem kardiorespirasi
4 Pemeriksaan dasar KFR:
a. Lingkup gerak sendi
b. Kekuatan otot
c. Somatosensoris
d. Sirkulasi perifer
5. Pemeriksaan khusus KFR:
a. Skala Borg untuk sesak dan lelah
b. Saturasi oksigen (bila mungkin)
6. Melakukan interpretasi hasil pencitraan dan
pemeriksaan penunjang lainnya
7. Menjelaskan tujuan pemberian & prosedur uji jalan
kepada pasien dan keluarga
8. Melakukan persiapan pelaksanaan uji jalan
a. cek keamanan koridor
b. persiapan alat monitoring: stopwatch, finger
pulse oxymetri (bila ada)
c. cek kesiapan kondisi kedaruratan (oksigen)
9. Mengaplikasi uji jalan dengan monitor dan supervisi

6
ketat terhadap penderita
10. Menganalisis hasil uji jalan serta mengkonversikan
pada nilai “VO2 peak/Mets”
11. Menetapkan tindak lanjut program terapi latihan
rekondisi kardiorespirasi terstruktur

Jumlah skor

Keterangan:
0 : Tidak diamati (TD)
1 : Dikerjakan semua tapi tidak benar, atau tidak berurutan, atau tidak dikerjakan
2 : Dikerjakan, dengan bantuan
3 : Dikerjakan semua dengan lengkap dan benar

Maksimal Skor : 33
Skor akhir : Jumlah skor

XIII. Daftar tilik

Kompetensi
No. Daftar Tilik Ya Tidak

1. Melakukan penyapaan kepada pasien TD


2. Melakukan anamnesis yang terarah
3. Melakukan pemeriksaan fisik umum TD
4. Melakukan pemeriksaan dasar KFR TD
5. Melakukan pemeriksaan khusus KFR
6. Melakukan interpretasi hasil pencitraan dan
pemeriksaan penunjang lainnya
7. Menjelaskan tujuan pemberian & prosedur uji jalan
8. Melakukan persiapan pelaksanaan uji jalan
9. Mengaplikasi uji jalan dengan monitor dan
supervisi ketat terhadap penderita
10. Menganalisis hasil uji jalan serta mengkonversikan
pada nilai “VO2 peak/Mets”
11. Menetapkan tindak lanjut program terapi latihan
rekondisi kardiorespirasi terstruktur.

7
Keterangan:
TD: Tidak diamati
Centang pada kolom yang relevan
Hasil : semua kolom harus tercentang kompeten, bila tidak Peserta didik harus
mengulang

XIV. Materi baku

UJI JALAN 6 MENIT

Gambaran Umum

Uji jalan 6 menit merupakan salah satu metode uji latih berjalan dalam target
waktu. Uji latih berbasis target waktu pertama kali dikembangkan oleh Balke pada
awal tahun 1960-an. Metode yang pertama kali diciptakan oleh Balke sangat
sederhana, yaitu menghitung jarak yang dapat ditempuh oleh individu dalam
target waktu yang spesifik. Metode ini dapat dikatakan merupakan metode obyektif
pertama untuk mengetahui kapasitas kebugaran sesorang. Keneth H. Cooper tahun
1968 kemudian mengembangkan metode uji lari 12 menit. Metode Cooper
dirancang dengan tujuan untuk menilai kapasitas kebugaran individu sehat,
dengan cara yang relatif mudah. Metode ini kemudian dimodifikasi oleh McGavin
(1976) berupa uji jalan 12 menit, untuk menilai kapasitas fisik penderita bronkitis
kronik. Butland (1982) kemudian memodifikasi kembali teknik ini menjadi uji
jalan 2 menit, 6 menit dan 12 menit, untuk menilai kapasitas fisik penderita
penyakit paru obstruksi kronik.

Uji jalan 6 menit dengan cepat menjadi uji jalan yang lebih dipilih, khususnya
untuk kasus-kasus penyakit paru, terutama karena uji ini lebih dapat ditoleransi
penderita yang tidak dapat melakukan uji jalan 12 menit. Selain menilai kapasitas
fungsional pada penyakit paru, uji jalan 6 menit telah digunakan untuk menilai
desaturasi O2 saat melakukan aktifitas kehidupan sehari-hari, juga memiliki
keunggulan karena mudah diaplikasikan.

8
Indikasi dan Kontraindikasi

Indikasi terkuat dilakukannya uji jalan 6 menit adalah untuk mengukur respon
terhadap intervensi medik penderita dengan penyakit jantung atau paru sedang-
berat. Uji jalan 6 menit juga dapat diaplikasikan sebagai pengukuran status
fungsional sewaktu, dan sebagai prediktor morbiditas dan mortalitas. Secara
keseluruhan, indikasi uji jalan 6 menit adalah sebagai berikut:
1. Perbandingan pre dan pasca terapi:
a. Transplantasi paru
b. Reseksi paru
c. Bedah-reduksi volume paru (lung volume reduction surgery)
d. Rehabilitasi paru
e. Penyakit paru obstruksi kronik (PPOK)
f. Hipertensi paru
g. Gagal jantung
2. Status fungsional (pengukuran tunggal):
a. PPOK
b. Fibrosis kistik
c. Penyakit vaskular perifer
d. Fibromialgia
e. Penderita usia lanjut
3. Prediktor morbiditas dan mortalitas:
a. Gagal jantung
b. PPOK
c. Hipertensi pulmonar primer

Dilain pihak, kontra indikasi absolut uji jalan 6 menit meliputi: angina tidak stabil
(unstable angina) dan infark miokard dalam 1 bulan terakhir sebelum
pemeriksaan. Kontraindikasi relatif meliputi: denyut nadi istirahat > 120 x/menit,
tekanan darah sistolik > 180 mmHg, dan tekanan darah diastolik > 100 mmHg.
Angina stabil eksersional bukan merupakan kontraindikasi absolut, namun
penderita dengan masalah ini harus sudah mendapat medikasi anti-angina pada
saat akan dilakukan uji latih. Selain itu, pada saat uji latih sebaiknya sudah
disiapkan medikasi golongan nitrat.

9
Hal-hal yang harus dipertimbangkan sebagai pengamanan (safety issue) sebelum
dilakukan uji latih antara lain.
1. Uji latih sebaiknya dilakukan di lokasi dimana akses untuk pertolongan
gawat darurat mudah dicapai. Lokasi ini sebaiknya ditentukan oleh dokter
yang mengsupervisi fasilitas uji latih.
2. Persediaan bahan dan alat sebaiknya meliputi: oksigen, nitrogliserin sub-
lingual, aspirin, dan albuterol (metered dose inhaler atau nebulizer).
Sebaiknya juga sarana telepon.
3. Dokter harus berada ditempat saat uji latih.
4. Dokter dapat meminta bantuan perawat yang minimal telah dilatih dan
mempunyai sertifikasi Basic Life Support.
5. Bila penderita yang akan dilakukan uji latih sedang mendapat terapi
oksigen, maka pada saat uji latih pemberian oksigen harus sesuai dosis yang
biasa diperoleh penderita, atau sesuai petunjuk dokter, atau sesuai
protokol.

Uji jalan 6 menit harus dihentikan bila ditemukan tanda-tanda: nyeri dada, sesak
napas yang tidak dapat ditoleransi, keram tungkai (kelelahan tungkai), jalan
terhuyung-huyung, keringat dingin dan pucat.

Faktor-faktor yang memperpendek jarak tempuh uji jalan 6 menit.


 Tinggi badan yang pendek (langkah kaki lebih pendek)
 Umur tua
 Berat badan yang lebih
 Jenis kelamin perempuan
 Gangguan kognisi
 Koridor uji jalan yang pendek (banyak putaran)
 PPOK, asma, fibrosis kista, penyakit jaringan paru
 Nyeri dada, infark miokard, gagal jantung, stroke, transient ischemic attack,
penyakit pembuluh darah perifer, indeks ankle-arm yang berbeda
 Artritis: tumit, lutut, atau trauma panggul; kelemahan otot

10
Faktor-faktor yang dapat memperpanjang hasil jarak tempuh uji jalan
6 menit yaitu:
 Tinggi badan yang tinggi (langkah kaki lebih panjang)
 Jenis kelamin laki-laki
 Motivasi yang tinggi
 Penderita-penderita yang sudah disiapkan untuk uji jalan ini
 Obat-obatan untuk disabilitas yang diminum sebelum uji jalan
 Pemberian oksigen.

Prosedur Tetap Uji Jalan mengikuti standar American Thoracic Society (ATS)
a. pasien diminta berjalan di koridor sepanjang 30 m
a. pasien berjalan dengan kecepatan semampunya disesuaikan dengan kondisi
pernafasan dan kelelahannya, diusahakan tidak berhenti sampai 6 menit
b. bila pasien lelah, sesak nafas atau merasa tidak mampu berjalan lagi
sebelum 6 menit berlalu, boleh beristirahat di tempat duduk atau bersandar
ke dinding.
c. Boleh melanjutkan jalan kembali sebelum 6 menit berakhir, sementara itu
penghitungan waktu tetap berjalan.
d. Bila bila beristirahat sampai melampaui 6 menit, uji jalan dianggap gagal
dan tidak dapat dinilai.
e. Jarak tempuh selama 6 menit dihitung sebagai hasil uji jalan.
f. Selama uji jalan penguji harus terus mendampingi pasien di samping atau
belakang tanpa memberikan semangat
g. Selama uji jalan, penguji memberitahu waktu yang berjalan tiap menit.

Interpretasi hasil jarak tempuh uji jalan 6 menit

Interpretasi hasil Uji Jalan dipengaruhi oleh usia dan Index Masa Tubuh (MIT)

XV. Kepustakaan

1. Hodgins. Pulmonary Rehabilitation


2. Braddom R.L. Physical Medicine and Rehabilitation. Philadelphia, W.B.
Saunders Co., 1996

11
3. ATS (American Thoracic Society) Statement: Guidelines for the Six-Minute
Walk Test. Am J Respir Crit Care Med, 2002, Vol 166: 111-7.
4. Butland RJA, Pang J, Gross ER, et al. Two, Six and Twelve Minute Walking
Tests in Respiratory Disease. BMJ, 1982; 284: 1607-8.

XVI. Presentasi: Power point

Handsout Power Point:


1. Presentasi Power Point: Uji Jalan

XVII. Model:

Peragaan:
1. Persiapan jalur jalan (walking track)
2. Alat pengukur tanda vital, stopwatch
3. Finger Pulsed Oxymetry (bila tersedia)

Lampiran

PROTOCOL FOR SIX MINUTE WALK ASSESMENT

1. Equipment : rolling distance marker and stopwatch

12
2. Exclusion criteria: musculoskeletal problems, intermittent claudication,
paralysis, pain, psychiatric problems, uncontrolled angina, hypertension,
cardiac dysrhythmia
3. Protocol:
a. Prior to the first walk; resting HR, BP, ECG
b. At least 2 hours following a meal
c. Asked to walk as possible in 6 minutes
d. The 6MW is at least 100 feet in length
e. Three walks should be carried out at least 15 minutes of rest beetween
each test
f. Instructions will be given to patients
g. The longest distance walked of the three trials will be recorded as 6MDW
h. Immediately following completion of the walking test, patients will be
asked to rate their level of perceived exertion, and HR, BP and ECG will
be recorded
________________________________________________________
AACVPR Guidelines, 1999

13

Anda mungkin juga menyukai