Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No.

2, Oktober 2015 ISSN 1907 - 0357

PENELITIAN
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
KEJADIAN HIPERTENSI
Lilies Sundari*, Merah Bangsawan**
* Aulmni Jurusan Keperawatan Tanjungkarang
** Dosen Jurusan Keperawatan Poltekkes Tanjungkarang
sundarililies@yahoo.com

Hipertensi adalah tekanan darah 140/90 mmHg ke atas, diukur di kedua lengan tiga kali dalam jangka
beberapa minggu. Menurut faktor pencetus timbulnya hipertensi adalah merokok, kurang berolahraga,
kegemukan (obesitas), jenis kelamin, faktor genetik, dan usia. WHO (World Health Organization)
Indonesia memiliki angka 15% dari 230 juta penduduk Indonesia menderita hipertensi. Provinsi Lampung
tahun 2012 hipertensi merupakan penyakit ketiga dari 10 besar penyakit dengan jumlah kasus 71.034
kasus (11 %) dari 645.255 kasus. Tujuan penelitian ini mengetahui hubungan antara 6 faktor penyebab
hipertensi yakni jenis kelamin, olahraga, merokok, usia, keturunan, dan obesitas dengan kejadian
hipertensi di Desa Karang Anyar, Kecamatan Jati Agung, Kabupaten Lampung Selatan. Metode
penelitian korelasi dengan pendekatan cross-sectional. Populasi berjumlah 155 orang penderita
hipertensi.Hasil penelitian didapatkan terdapat tiga faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi,
yakni faktor jenis kelamin dengan p-value 0,04, faktor merokok p-value 0,04 dan faktor usia p-value 0,01
dimana p-value=0,05sehingga terdapat hubungan yang bermakna antara faktor jenis kelamin, merokok
dan usia dengan kejadian hipertensi di Desa Karang Anyar. Terdapat tiga faktor yang tidak berhubungan
dengan kejadian hipertensi yakni faktor Berolahraga p-value 0,17, keturunan p-value 0,12, obesitas p-
value 1,93 sehingga tidak terdapat hubungan yang bermakna antara faktor olahraga, keturunan dan
obesitas dengan kejadian hipertensi di Desa Karang Anyar. Hasil penelitian disarankan kepada
masyarakat untuk menjaga dan mengatur pola hidup sehat, tidak merokok, aktif berolahraga secara rutin,
untuk mencegah terjadinya komplikasi dan menstabilkan tekanan darah.

Kata Kunci : Faktor, Berhubungan, Kejadian Hipertensi

LATAR BELAKANG kedua lengan tiga kali dalam jangka


beberapa minggu (Susilo & Wulandari,
Gaya hidup modern menuntut siapa
2011).
saja untuk mengikuti pola-pola aktivitas
Penyakit hipertensi sering disebut
dan konsumsi produk modern seperti
sebagai The Silent Disease atau penyakit
makanan dan minuman. Perubahan ini
tersembunyi. orang yang tidak sadar telah
ternyata juga membawa dampak buruk
mengidap penyakit hipertensi sebelum
yang harus dikendalikan. Produk makanan
melakukan pemeriksaan tekanan darah.
modern dipengaruhi oleh bahan makanan
Hipertensi dapat menyerang siapa saja,
dengan kadar lemak dan garam yang
dari berbagai kelompok umur dan status
tinggi. Berbagai produk makanan
sosial ekonomi. Hipertensi merupakan
ditawarkan dan mengundang selera
suatu keadaan tanpa gejala, dimana
meskipun menimbulkan resiko, misalnya
tekanan darah yang tinggi di dalam arteri
menyantap makanan kaleng, sambal botol,
menyebabkan meningkatnya resiko
atau buah yang diawetkan. Hal ini memicu
terhadap penyakit-penyakit yang
kemunculan penyakit kardiovaskuler
berhubungan dengan kardiovaskuler
seperti hipertensi yang menduduki
seperti stroke, gagal jantung, serangan
peringkat teratas, dan dapat mengancam
jantung, kerusakan ginjal (Sutanto, 2010).
kesehatan paling serius (Sutanto, 2010).
Beberapa faktor pencetus timbulnya
Hipertensi adalah suatu kondisi
hipertensi diantaranya adalah merokok,
tekanan darah seseorang berada diatas
kurang berolahraga, kegemukan (obesitas),
angka normal yaitu 120/80 mmHg.
jenis kelamin, asupan garam berlebih,
Hipertensi pada seseorang dengan tekanan
alkohol, kafein, faktor genetik, usia, dan
darah 140/90 mmHg ke atas, diukur di

[216]
Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN 1907 - 0357

kolestrol tinggi (Susilo dan Wulandari, tekanan darah yang diukur dari sampel
2011). yang sama didapatkan data 7 pria dan 3
Menurut WHO (World Health wanita (66,7%) mengalami tekanan darah
Organization), sekitar 30% penduduk tinggi derajat I (dengan rentang sistole
dunia tidak terdiagnosa adanya hipertensi. 140-159 mmHg dan diastole 90-99 mmHg)
Hal ini disebabkan tidak adanya gejala serta 3 pria dan 2 orang wanita (33,3%)
yang pasti bagi penderita hipertensi. Gejala mengalami tekanan darah tinggi derajat II
seperti sakit kepala, tengkuk nyeri, dan (dengan rentang sistole 160-179 mmHg
lain-lain, itu tidak pasti menunjukkan dan diastole 100-109 mmHg).
penderitanya terkena hipertensi. Walaupun Berdasarkan uraian di atas peneliti
hipertensi jelas merusak organ tubuh, tertarik untuk meneliti faktor-faktor yang
seperti jantung (70% penderita hipertensi berhubungan dengan kejadian hipertensi di
akan mengalami kerusakan jantung),
Desa Karang Anyar Kecamatan Jati Agung
ginjal, otak, mata, serta organ tubuh
lainnya (Susilo dan Wulandari, 2011). Kabupaten Lampung Selatan.
Jumlah penderita hipertensi terus
bertambah dari tahun ke tahun. Data
METODE
penelitian terakhir, ditemukan bahwa
sekitar 50 juta (21,7%) orang dewasa di
Amerika menderita hipertensi.Thailand Penelitian kuantitatif, mengguna kan
sebesar 17% dari total penduduk, Vietnam metode korelasi dengan pendekatan cross-
34,6%, Singapura 24,9%, Malaysia 29,9%, sectional, yaitu suatu penelitian untuk
dan Indonesia memiliki angka yang cukup mempelajari dinamika korelasi antara
tinggi, yaitu 15%. 15% dari 230 juta faktor-faktor resiko dengan efek, dengan
penduduk Indonesia, berarti hampir 35 juta cara pendekatan, observasi atau
penduduk Indonesia terkena hipertensi pengumpulan data sekaligus pada suatu
(Susilo dan Wulandari, 2011). saat yang sama (point time approach)
Menurut Dinas Kesehatan Provinsi (Notoadmojo, 2010).
Lampung, 2012 tekanan darah tinggi Penelitian dilakukan bulan Mei 2015
(hipertensi) merupakan penyakit ketiga di Desa Karang Anyar Kecamatan Jati
dari sepuluh besar penyakit di Provinsi Agung Kabupaten Lampung Selatan.
lampung dengan jumlah kasus 71.034 Penelitian bertujuan untuk mengetahui
kasus (11%) dari 645.255 kasus. faktor-faktor yang berhubungan dengan
Hasil laporan kesehatan Puskesmas kejadian hipertensi. Populasi penelitian
Karang Anyar Kecamatan Jati Agung adalah penderita hipertensi di Desa Karang
Kabupaten Lampung Selatan, didapatkan Anyar Kecamatan Jati Agung Kabupaten
data hipertensi dengan jumlah 514 Lampung Selatan yakni berjumlah 155
penderita, yakni jumlah penderita pria 247 penderita dalam tiga bulan terakhir..
orang, dan jumlah penderita wanita 30% Pengumpulan data melalui wawancara
merupakan warga Desa Karang Anyar dengan pertanyaan yang disusun
yakni 155 penderita dalam 3 bulan terstruktur. Analisis data univariat untuk
terakhir sejak Agustus hingga Oktober mendapatkan gambaran deskriptif dari
pada tahun 2014. masing-masing variabel dependen dan
Peneliti melakukan presurvei pada independen, sedangkan analisis bivariat
tanggal 18 Januari 2015 kepada 15 orang dengan Uji Chi Square untuk melihat
wanita dan pria usia 30-40 tahun. Di dusun hubungan antara variabel independen
3 C Jetis, didapatkan data 4 wanita dan 4 dengan variabel dependen dengan tingkat
pria yang mengalami obesitas dan kemaknaan 0,05 dan CI 95%,
menyukai makanan yang berkolesterol
tinggi (54,3%), 1 wanita dan 6 pria
merupakan perokok berat dan kurang
berolahraga (45,7%, sedangkan untuk

[217]
Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN 1907 - 0357

HASIL (72,9%), sedangkan sebagian besar pula


penderita hipertensi tidak mengalami
Analisis Univariat obesitas 120 orang (78,4%).
Tabel 1: Distribusi Frekuensi Responden
Berdasarkan Hipertensi, Jenis Analisis Bivariat
Kelamin, Olah Raga, Merokok,
Faktor Keturunan, Faktor Tabel 2: Hubungan Jenis Kelamin, Olah
Obesitas Raga, Merokok, Usia, Keturunan,
Obesitas dengan Kejadian
Variabel f % Hipertensi
Hipertensi
H. Sekunder 14 9,0 Jenis Kejadian Hipertensi Total
Kelamin Primer Sekunder
H. Esensial 141 90.9
f % f % f %
Total 155 100
Perempuan 80 51.6 14 9.0 94 60,6
Jenis Kelamin Laki-laki 61 39.4 0 0 60 39.4
Perempuan 94 60,6 Total 141 91,0 14 9,0 154 100
Laki-laki 61 39,4 P-value = 0.04
Total 155 100
Olah Raga Olah Kejadian Hipertensi Total
Olah Raga 7 4,5 Raga Primer Sekunder
Tidak Olah Raga 148 95,5 f % f % f %
Total 155 100 Tdk Ber- 138 89,0 1 7,0 149 96,0
Merokok OR
Merokok 61 39,4 Ber – OR 3 2,0 3 2,0 6 4,0
Tidak Merokok 94 60,6 Total 141 91,0 14 9,0 155 100
P-value = 0.17
Total 155 100
Usia Merokok Kejadian Hipertensi Total
40 Tahun 83 53,5 Primer Sekunder
≤ 40 Tahunj 72 46,5 f % f % f %
Total 155 100 Tdk 94 60,6 14 9,0 108 69,6
Faktor Keturunan Merokok
Ada 42 27,1 Merokok 61 39,3 0 0 61 38,7
b. Tidak Ada 113 72,9 Total 141 99,9 14 9,0 155 100
Total 155 100 P value = 0.04
Faktor Obesitas
Obesitas 35 22,6 Usia Kejadian Hipertensi Total
Tidak Obesitas 120 78,4 Primer Sekunder
f % f % f %
Total 155 100
Usia < 58 37,4 14 9,0 72 46,4
40 th
Tabel 1 menunjukkan bahwa Usia > 83 53,6 0 0 83 53,6
40 th
responden terbanyak mengalami Total 141 91.5 14 9,0 155 100
hipertensi esensial 31 orang (81,6%), Jensi P value = 0.01
kelamin perempuan lebih banyak
Keturunan Kejadian Hipertensi Total
mengalami hipertensi daripada laki-laki 94 Primer Sekunder
orang, (60,6%). Kejadian hipertensi f % f % f %
sebagian besar tidak berolah raga 148 Tidak 99 63,8 14 9,0 113 72,8
ada
orang (95,5%), tidak merokok 94 orang Ada 42 27,2 0 0 42 27,2
(60,6%), Sebagian besar kejadian Total 141 91 14 9,0 155 100
hipertensi berusia diatas 40 tahun 83 orang P value = 0.12
(53,5%),terbanyak bukan faktor keturunan
menyebabkan hipertensi 113 orang

[218]
Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN 1907 - 0357

Obesitas Kejadian Hipertensi Total perempuan 80 (51,6%) responden


Primer Sekunder menderita hipertensi esensial (primer) dan
f % f % f % dari 94 responden berjenis kelamin
Tdk 109 70,32 13 8,38 122 78,7
Obesitas perempuan 14 (9,0%) responden menderita
Obesitas 32 20,66 1 0,64 33 21,28 hipertensi sekunder. Hasil uji statistik
P value = 1.93 didapatkan nilai p-value sebesar 0,04,
sehingga dapat disimpulkan bahwa ada
Berdasarkan tabel 2 bahwa hasil uji
hubungan yang bermakna antara jenis
statistik didapatkan nilai p-value sebesar
kelamin dengan kejadian hipertensi
0,04 dimana nilai p-value<0,05, sehingga
esensial (primer) di Desa Karang Anyar.
dapat disimpulkan bahwa ada hubungan
Hal ini sesuai dengan hasil
yang bermakna antara jenis kelamin
penelitian Rinawang (2011) yang
dengan kejadian hipertensi esensial
mengemukakan bahwa orang yang berjenis
(primer) di Desa Karang Anyar.
kelamin perempuan lebih banyak
Hasil uji statistik didapatkan nilai p-
menderita hipertensi dibandingkan laki-
value sebesar 0,04 dimana nilai p-
laki terutama pada penderita hipertensi
value<0,05, sehingga dapat disimpulkan
dewasa tua dan lansia. Sebelum memasuki
bahwa ada hubungan yang bermakna
masa menopouse, perempuan mulai
antara merokok dengan kejadian hipertensi
kehilangan hormon estrogen sedikit demi
esensial (primer) di Desa Karang Anyar.
sedikit dan sampai masanya hormon
Hasil uji statistik didapatkan nilai p-
estrogen harus mengalami perubahan
value sebesar 0,01 dimana nilai p-
sesuai dengan umur perempuan, yaitu
value<0,05, sehingga dapat disimpulkan
dimulai sekitar umur 45-55 tahun.
bahwa ada hubungan yang bermakna
Hal tersebut didukung oleh Mansjoer
antara usia dengan kejadian hipertensi
Arief (2000), yang mengemukakan bahwa
esensial (primer) di Desa Karang Anyar.
perempuan menopause memiliki pengaruh
Sebaliknya hasil uji statistik
sama pada terjadinya hipertensi.
didapatkan nilai p-value sebesar 0,17
Perempuan menopause mengalami
dimana nilai p-value<0,05, sehingga dapat
perubahan hormonal yang menyebabkan
disimpulkan bahwa tidak ada hubungan
kenaikan berat badan dan tekanan darah
yang bermakna antara olahraga dengan
menjadi lebih reaktif terhadap konsumsi
kejadian hipertensi esensial (primer) dan
natrium, sehingga mengakibatkan
hasil uji statistik didapatkan nilai p-value
peningkatan tekanan darah.
sebesar 0,12 dimana nilai p-value<0,05,
Menurut Sutanto (2010), kaum laki-
sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak
laki lebih banyak mengalami kemungkinan
ada hubungan yang bermakna antara
menderita hipertensi dibandingkan kaum
keturunan dengan kejadian hipertensi
perempuan. Namun, bila ditinjau dari segi
esensial (primer) di Desa Karang
perbandingan antara perempuan dan laki-
Anyar.serta hasil uji statistik didapatkan
laki, secara umum kaum perempuan masih
nilai p-value sebesar 1,93 dimana nilai p-
lebih banyak menderita hipertensi
value<0,05, sehingga dapat disimpulkan
dibandingkan laki-laki. Hipertensi
bahwa tidak ada hubungan yang bermakna
berdasarkan gender ini dapat pula
antara obesitas dengan kejadian hipertensi
dipengaruhi oleh faktor psikologis.
di Desa Karang Anyar.
Perempuan seringkali mengadopsi perilaku
tidak sehat seperti merokok dan pola
makan yang tidak seimbang sehingga
PEMBAHASAN
menyebabkan kelebihan berat badan,
depresi, dan rendahnya status pekerjaan.
Hubungan Jenis Kelamin dengan
Sedangkan pada kaum pria, hipertensi
Kejadian Hipertensi
lebih berkaitan erat dengan pekerjaan
seperti perasaan kurang nyaman terhadap
Hasil penelitian didapatkan data
pekerjaan dan pengangguran.
bahwa dari 94 responden berjenis kelamin

[219]
Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN 1907 - 0357

Menurut NANDA (2013), penyebab resiko dari hipertensi dan dalam


atau faktor pencetus dari hipertensi penelitiannya, tidak terbukti bahwa
sekunder yaitu: penggunaan esterogen, olahraga merupakan faktor resiko dari
penyakit ginjal, sindrom cushing dan hipertensi. Hal ini didukung oleh penelitian
hipertensi yang berhubungan dengan Rinawang (2011) yang mengemukakan
kehamilan, tekanan darah sangat berkaitan bahwa tidak terdapat hubungan yang
dengan usia menopause, perempuan dalam bermakna antara olahraga dengan
masa menopause lebih tinggi tekanan hipertensi. Hal tersebut dapat dikarenakan
darahnya ketimbang perempuan pre olahraga yang dilakukan penderita
menopause. Itulah mengapa hipertensi hipertensi masih belum sepenuhnya
lebih banyak dialami oleh perempuan. dengan mekanisme yang baik. Maksudnya
Berdasarkan hasil penelitian, adalah pada saat mereka melakukan
didapatkan data bahwa 83 (53,6%) olahraga, jenis, waktu, intensitas serta
penderita hipertensi esensial (primer) frekuensinya kurang tepat atau terlalu lama
berusia > 40 tahun dan 52 diantaranya sehingga tidak sesuai dengan standar
sudah menopause, yang berarti sebagian kesehatan.
besar penderita hipertensi esensial (primer) Menurut Susilo dan Wulandari
berjenis kelamin perempuan sudah (2011), saat sekarang ini banyak kegiatan
mengalami menopause. Menurut pendapat yang dapat dilakukan dengan cara yang
Sutanto (2010), bahwa hipertensi tepat dan praktis, sehingga membuat
berdasarkan gender dapat dipengaruhi oleh semua orang malas untuk bergerak
faktor psikologis, prilaku tidak sehat otomatis membuat tubuh menjadi jarang
seperti merokok dan pola makan yang bergerak. Kurangnya kesadaran
tidak seimbang sehingga menyebabkan masyarakat akan pentingnya berolahraga
kelebihan berat badan, depresi, dan juga menjadi faktor penyebab orang malas
rendahnya status pekerjaan. Pendapat untuk berolahraga, walaupun dilakukan
NANDA (2013), mengemukakan bahwa hanya satu atau dua kali dalam seminggu.
tekanan darah sangat berkaitan dengan usia Adanya kesibukan yang luar biasa, orang
menopause, perempuan dalam masa pun merasa tidak punya waktu lagi untuk
menopause lebih tinggi tekanan darahnya berolahraga. Masyarakat lebih memilih
ketimbang perempuan pre menopause. untuk tidur jika memiliki waktu istirahat
Itulah mengapa hipertensi lebih banyak setelah bekerja atau dihari libur. Kondisi
dialami oleh perempuan. inilah yang memicu kolesterol tinggi dan
juga adanya tekanan darah yang terus
Faktor Olahraga yang Berhubungan menguat sehingga memunculkan
dengan Kejadian Hipertensi hipertensi.
Berdasarkan hasil penelitian yang
Hasil penelitian didapatkan data didapatkan, dari 141 responden penderita
bahwa dari 141 reponden penderita hipertensi esensial (primer) 138 responden
hipertensi esensial (primer) 138 (89,0%) tidak pernah berolahraga, yang berarti
responden tidak berolahraga dan dari 14 bahwa orang yang menderita hipertensi
responden penderita hipertensi sekunder 11 esensial (primer) kemungkinan dapat
(7,0%) responden penderita tidak dikarenakan kurang berolahraga atau
berolahraga. Hasil uji statistik didapatkan kurang beraktivitas. Berdasarkan hasil
nilai p-value sebesar 0,17 dimana nilai p- wawancara, penderita hipertensi di Desa
value<0,05, sehingga dapat disimpulkan Karang Anyar tidak pernah berolahraga
bahwa tidak ada hubungan yang bermakna dan sudah dalam jangka waktu beberapa
antara olahraga dengan kejadian hipertensi tahun lamanya. Jumlah masyarakat yang
esensial (primer) di Desa Karang Anyar. tidak berolahraga yang cukup banyak
Hasil penelitian Agnesia (2012) yang disebabkan karena kurangnya antusiasme
mengemukakan bahwa faktor olahraga masyarakat untuk berolahraga. Seperti
(aktivitas) tidak termasuk dalam faktor diketahui bahwa orang yang tidak pernah

[220]
Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN 1907 - 0357

berolahraga, dapat memicu kolesterol darah dan juga menyebabkan


tinggi dan meningkatkan tekanan darah. terkontaminasinya zat-zat penting dalam
Sesuai dengan pendapat Susilo dan darah. Terjadi penggumpalan dalam
Wulandari (2011), menyatakan: kurang pembuluh darah, sehingga aliran darah
berolahraga dapat memicu kolesterol tinggi menjadi tidak lancar dan tersumbat, maka
dan juga adanya tekanan darah yang terus terjadilah tekanan darah tinggi atau
menguat sehingga memunculkan hipertensi. Selain itu, asap rokok juga
hipertensi. mengandung kurang lebih 4.000 bahan
kimia berbahaya. Zat kimia yang
Faktor Merokok yang Berhubungan dikeluarkan 85% berbentuk gas dan
dengan Kejadian Hipertensi sisanya berbentuk partikel.
Berdasarkan hasil yang didapatkan
Hasil penelitian didapatkan data bahwa dari 141 responden penderita
bahwa dari 141 responden penderita hipertensi esensial (primer) 61 (39,4%)
hipertensi esensial (primer) 94 (60,6%) responden merokok dan keseluruhannya
responden tidak merokok dan dari 14 merupakan responden berjenis kelamin
responden penderita hipertensi sekunder 14 laki-laki. Berdasarkan hasil wawancara
(8,3%) responden seluruhnya tidak yang dilakukan terhadap 94 responden
merokok. Hasil uji statistik didapatkan penderita hipertensi berjenis kelamin
nilai p-value sebesar 0,04 dimana nilai p- perempuan baik penderita hipertensi
value<0,05, sehingga dapat disimpulkan esensial (primer) maupun sekunder,
bahwa ada hubungan yang bermakna seluruhnya mengatakan tidak merokok,
antara merokok dengan kejadian hipertensi namun mereka memiki suami yang
esensial (primer) di Desa Karang Anyar. merokok, sehingga besar kemungkinan
Menurut penelitian Rinawang bahwa penderita hipertensi yang berjenis
(2011), bahwa merokok bukan salah satu kelamin perempuan sering terpapar asap
faktor resiko dari hipertensi, berdasarkan rokok yang mengandung karbon
uji statistik yang dilakukan menunjukkan monoksida yang dapat mempengaruhi
bahwa tidak terdapat hubungan yang pengikatan oksigen dalam darah. Sesuai
bermakna antara merokok dengan kejadian dengan pendapat Agnesia (2012), yang
hipertensi. Tidak terdapatnya hubungan menyatakan: Karbon monoksida dalam
antara merokok dengan kejadian hipertensi asap rokok juga akan menggantikan ikatan
kemungkinan disebabkan oleh penderita oksigen dalam darah, sehingga
hipertensi yang tidak pernah merokok mengakibatkan tekanan darah meningkat
dulunya memiliki riwayat terpapar rokok karena jantung dipaksa memompa untuk
ataupun asapnya. Hasil penelitian ini tidak memasukkan oksigen yang cukup ke
sesuai dengan hasil penelitian Agnesia dalam organ dan jaringan tubuh lainnya.
(2012), yang mengemukakan bahwa
diketahui terdapat hubungan yang Faktor Usia yang Berhubungan dengan
bermakna antara merokok dengan kejadian Kejadian Hipertennsi
hipertensi. Hal ini dikarenakan Karbon
monoksida dalam asap rokok juga akan Hasil uji statistik didapatkan nilai p-
menggantikan ikatan oksigen dalam darah, value sebesar 0,01, dimana nilai p-value <
sehingga mengakibatkan tekanan darah 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa
meningkat karena jantung dipaksa ada hubungan yang bermakna antara usia
memompa untuk memasukkan oksigen dengan kejadian hipertensi esensial
yang cukup ke dalam organ dan jaringan (primer) di Desa Karang Anyar.
tubuh lainnya. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian
Hal tersebut didukung oleh Agnesia (2012), yang mengemukakan
Sutanto (2010), yakni seseorang saat bahwa usia merupakan salah satu faktor
sedang merokok, segala zat beracun yang risiko hipertensi, di mana risiko terkena
ada dalam rokok akan mengalir dalam hipertensi terjadi pada usia 60 tahun atau

[221]
Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN 1907 - 0357

pada usia lansia. Insiden hipertensi yang tekanan darah mulai berkurang, dan
makin meningkat dengan bertambahnya memicu tekanan darah semakin meningkat.
usia, disebabkan oleh perubahan alamiah
dalam tubuh yang mempengaruhi jantung, Faktor Keturunan yang Berhubungan
pembuluh darah dan hormon. Arteri akan dengan Kejadian Hipertennsi
kehilangan elastisitas atau kelenturan
sehingga pembuluh darah akan berangsur- Hasil uji statistik didapatkan nilai p-
angsur menyempit dan menjadi kaku. Di value sebesar 0,12 yang berarti > 0,05,
samping itu, pada usia lanjut sensitivitas sehingga disimpulkan bahwa tidak ada
pengatur tekanan darah yaitu refleks hubungan yang bermakna antara keturunan
baroreseptor mulai berkurang. Hal ini dengan kejadian hipertensi esensial
mengakibatkan tekanan darah meningkat (primer) di Desa Karang Anyar. Hasil
seiring dengan bertambahnya usia. penelitian tersebut berbeda dengan hasil
Hal tersebut didukung oleh Susilo penelitian Agnesia (2012), yang
dan Wulandari (2011), yakni kepekaan mengemukakan bahwa riwayat keluarga
terhadap hipertensi akan meningkat seiring yang menderita hipertensi terbukti
dengan bertambahnya usia seseorang. merupakan faktor risiko yang berhubungan
Indvidu yang berusia diatas 40-60 tahun , dengan terjadinya hipertensi. Faktor
50-60% mempunyai tekanan darah lebih genetik pada keluarga tertentu akan
besar atau sama dengan 140/90 mmHg. menyebabkan keluarga tersebut memiliki
Hal itu merupakan pengaruh degenerasi risiko menderita hipertensi. Hal ini
yang terjadi pada orang yang bertambah berhubungan dengan peningkatan kadar
usianya. natrium intraseluler dan rendahnya rasio
Menurut Sutanto (2010), hilangnya antara kalium terhadap natrium. Didukung
elastisitas jaringan dan arterisklerosis serta pendapat Sutanto (2010), yang
pelebaran pembuluh darah adalah faktor mengungkapkan bahwa adanya faktor
penyebab hipertensi pada usia tua. Dengan genetik atau keturunan pada keluarga
semakin bertambahnya usia, kemungkinan tertentu akan menyebabkan keluarga
seseorang menderita hipertensi juga tersebut mempunyai resiko menderita
semakin besar. hipertensi. individu dengan orangtua
Hasil penelitian didapatkan data menderita hipertensi mempunyai resiko
bahwa dari 141 responden penderita dua kali lebih besar untuk menderita
hipertensi esensial (primer) 83 (53,6%) hipertensi daripada individu yang tidak
berusia > 40 tahun yang berarti faktor usia mempunyai keluarga dengan riwayat
> 40 tahun sangat erat kaitannya dengan hipertensi.
hipertensi esensial (primer) dan dari 14 Berdasarkan hasil yang didapatkan
responden penderita hipertensi sekunder bahwa dari 141 penderita hipertensi
seluruhnya berusia < 40 tahun yang berarti esensial (primer) 99 (63,8%) responden
bahwa faktor usia tidak termasuk dalam tidak memiliki riwayat keturunan yang
faktor pencetus dari hipertensi sekunder. menderita hipertensi, yang berarti
Responden yang termasuk dalam usia > 40 penderita hipertensi esensial (primer)
tahun, terbanyak dialami oleh penderita sebagian besar menderita hipertensi bukan
hipertensi golongan usia Masa Lansia dikarenakan faktor pencetus dari riwayat
Awal (46-55 tahun) Masa Lansia Akhir (56 keturunan, dan didapatkan dari 14
-65 tahun) yang keseluruhannya responden penderita hipertensi sekunder,
merupakan penderita hpertensi esensial keseluruhannya tidak memiliki riwayat
(sekunder). Proses degenerasi yang terjadi keturunan menderita hipertensi yang
pada penderita hipertensi esensial (primer) berarti bahwa penderita hipertensi
berusia > 40 tahun mengakibatkan arteri sekunder seluruhnya menderita hipertensi
akan kehilangan elastisitas atau kelenturan sekunder bukan dikarenakan oleh faktor
sehingga pembuluh darah akan berangsur- pencetus dari riwayat keturunan.
angsur menyempit, sensitivitas pengatur

[222]
Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN 1907 - 0357

Faktor Obesitas yang Berhubungan KESIMPULAN


dengan Kejadian Hipertennsi
Responden yang tergolong penderita
Hasil penelitian didapatkan data hipertensi esensial (primer) sebanyak 141
bahwa dari 141 responden penderita orang (90,1%). Ada tiga variabel yang
hipertensi esensial (primer) 109 (70,32%) berhubungan signifikan dengan kejadian
responden tidak obesitas dan dari 14 hipertensi di Desa Karang Anyar yaitu
responden penderita hipertensi sekunder 13 jenis kelamin, merokok, dan fackor usia.
(8,38%) responden mengalami obesitas. Variabel yang tidak berhubungan dengan
Hasil uji statistik didapatkan nilai p-value kejadian hipertensi ada tiga, yaitu olah
sebesar 1,93 dimana nilai p-value<0,05, raga, riwayat keturunan, dan factor
sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak obesitas.
ada hubungan yang bermakna antara Disarankan melakukan promosi
obesitas dengan kejadian hipertensi di kesehatan di Puskesmas tentang menjaga
Desa Karang Anyar. pola hidup sehat melalui media leafflet,
Menurut Agnesia (2012), yang flip chart, maupun LCD, serta memotivasi
mengemukakan bahwa obesitas terbukti masyarakat untuk berolahraga rutin guna
sebagai faktor risiko hipertensi yang meningkatkan aktivitas tubuh dan
didapatkan melalui uji chi-square, melancarkan peredaran darah agar
menunjukkan bahwa orang dengan terhindar dari penyakit hipertensi.
obesitas memiliki risiko terserang
hipertensi 9,051 kali lebih besar
dibandingkan orang yang tidak obesitas. DAFTAR PUSTAKA
Hasil penelitian yang berbeda dengan
penelitian Rinawang (2011), Agnesia Nuarima Kartikasari. 2012. Faktor
mengemukakan bahwa tidak terdapat Resiko Hipertensi Pada Masyarakat
hubungan antara obesitas dengan kejadian Di Desa Kabongan Kidul, Kabupaten
hipertensi. Hasil analisis didapatkan bahwa Rembang. [online]
proporsi penderita hipertensi yang tidak (http://agnesia_nurarima_G2A00800
obesitas lebih banyak daripada penderita 9_LAP_KTI_Pdf//.html)[18 januari
hipertensi yang obesitas. Selain itu, yang 2015]
tidak obesitas memang sudah memiliki Rinawang Frilyan Sarasaty. 2011. Faktor-
kecenderungan menderita hipertensi. faktor yang Berhubungan dengan
Menurut Sutanto (2010), obesitas Hipertensi pada Kelompok Lanjut
merupakan ciri dari populasi penderita Usia di Kelurahan Sawah Baru
hipertensi. Curah jantung dan sirkulasi Kecamatan Ciputat, Kota
volume darah penderita hipertensi yang Tanggerang Selatan. [online]
obesitas lebih tinggi daripada hipertensi (http://Rinawang.LAP.KTI.Pdf//.htm
yang tidak mengalami obesitas. Daya l) [18januari 2015]
pompa jantung dan sirkulasi volume darah Susilo Yekti, Wulandari. 2012. Cara Jitu
penderita obesitas dengan hipertensi lebih Mengaatasi Hipertensi. Yogyakarta;
tinggi dibandingkan penderita hipertensi Penerbit ANDI
dengan berat badan normal. Sutanto, 2010. CEKAL Penyakit Modern
Hipertensi, Stroke, Jantung,
Kolesterol, dan Diabetes.
Yogyakarta; Penerbit ANDI

[223]

Anda mungkin juga menyukai