Anda di halaman 1dari 8

JIMKESMAS

JURNAL ILMIAH MAHASISWA KESEHATAN MASYARAKAT


VOL.3/NO.3/ Agustus 2018;ISSN 2502-731X,

FAKTOR RISIKO KEJADIAN HIPERTENSI PADA USIA DEWASA MUDA (20-44 TAHUN) DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS LEPO-LEPO KOTA KENDARI TAHUN 2017

Nurhayati1 Hariati Lestari2 Lymbran Tina3


123
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Halu Oleo
1
nurhayatiruslan30@gmail.com 2lestarihariati@yahoo.co.id 3lymbrantina@gmail.com

ABSTRAK

Hipertensi adalah suatu kondisi tubuh dimana adanya suatu peningkatan tekanan darah sistolik ≥ 140 mm
Hg atau tekanan darah diastolik ≥ 90 mm Hg. Tujuan dalam penelitian ini yaitu mengetahui faktor risiko kejadian
hipertensi pada usia dewasa muda (20-44 Tahun) di wilayah kerja Puskesmas Lepo-lepo Kota Kendari Tahun 2017.
Jenis penelitian yang digunakan adalah analitik observasional menggunakan rancangan case control study.
Populasi dalam penelitian ini yaitu sebanyak 175 kasus sejak bulan januari sampai dengan oktober tahun 2017,
sampel dalam penelitian ini berjumlah 120 sampel yakni 60 kasus dan 60 kontrol, pengambilan sampel
menggunakan teknik purposive sampling. Hasil penelitian pada tingkat kepercayaan 95% menunjukkan faktor
risiko tinggi kejadian hipertensi yakni aktivitas fisik diperoleh nilai OR= 2,413 dengan Lower limit = 1,159 dan
Upper limit = 5,023; dan asupan natrium diperoleh nilai OR= 2,259 dengan Lower limit = 1,086 dan Upper limit =
4,698. Artinya bahwa aktivitas fisik dan asupan natrium masing-masing memiliki nilai OR = 2 kali berisiko
meningkatkan kejadian hipertensi. Sedangkan yang bukan merupakan faktor risiko kejadian hipertensi yaitu stres
diperoleh nilai OR= 3,105 dengan Lower limit = 0,314 dan Upper limit = 30,734. Artinya bahwa stres bukan
merupakan faktor risiko kejadian hipertensi. Saran yang diajukan yaitu untuk melakukan promosi kesehatan
tentang kejadian hipertensi pada usia dewasa muda sehingga mengetahui faktor risiko kejadian hipertensi dan
dapat di cegah atau dapat dideteksi secara dini sehingga angka kejadian hipertensi tidak meningkat.

Kata kunci :penyakit hipertensi, aktivitas fisik, asupan natrium, stres.

RISK FACTORS OF HYPERTENSION OCCURRENCE IN YOUNG ADULT (AGE OF 20-44 YEARS) IN THE
WORKING AREA OF LEPO-LEPO PUBLIC HEALTH CENTRE OF KENDARI 2017

Nurhayati1 Hariati Lestari2 Lymbran Tina3


123
Hes Health Faculty of Halu Oleo University
1
nurhayatiruslan30@gmail.com 2lestarihariati@yahoo.co.id 3lymbrantina@gmail.com

ABSTRACT
Hypertension is a body condition in which there is an increase in systolic blood pressure ≥ 140 mm Hg or
diastolic blood pressure ≥ 90 mm Hg. The aim of this study was to describe the risk factor of hypertension
occurrence in young adult (age of 20-44 years) in the working area of Lepo-lepo Public Health Center of Kendari in
2017. This study was an observational analytic using case control study design. The population in this study were
175 cases from January to October 2017, the sample in this study were 120 samples of 60 cases and 60 controls,
sampling used purposive sampling technique. The results of the study at 95% confidence level showed a high risk
factor of hypertension occurrence ie physical activity obtained OR = 2,413 with Lower limit = 1,159 and Upper
limit = 5,023; and sodium intake obtained OR = 2,259 with Lower limit = 1.086 and Upper limit = 4,698. This means
that physical activity and sodium intake each have OR = 2 times the risk of increased the incidence of
hypertension. While a non-risk factor of hypertension occurrence was stress where obtained OR = 3,105 with
Lower limit = 0,314 and Upper limit = 30,734. This means that stress was not a risk factor for the incidence of
hypertension. It is suggested to conduct health promotion about the incidence of hypertension in young adult so
it become easier to identifying the risk factor of hypertension and can be prevented or can be detected early so
that the incidence of hypertension didnt increase.
Keywords: hypertension, physical activity, sodium intake, stress.

1
JIMKESMAS
JURNAL ILMIAH MAHASISWA KESEHATAN MASYARAKAT
VOL.3/NO.3/ Agustus 2018;ISSN 2502-731X,

2
JIMKESMAS
JURNAL ILMIAH MAHASISWA KESEHATAN MASYARAKAT
VOL.3/NO.3/ Agustus 2018;ISSN 2502-731X,
PENDAHULUAN penderita hipertensi sebanyak 106, tahun 2016
Hipertensi merupakan penyakit tidak menular sebanyak 189 dan di tahun 2017 (Januari-Oktober)
yang sering kali menyebabkan kematian di negara yang merupakan data kasus penyakit hipertensi
maju maupun negara berkembang. Hipertensi sebanyak 175 kasus. Berdasarkan data yang disajikan
merupakan gangguan sistem peredaran darah yang sebelumnya yang setiap tahun terjadi secara fluktuatif
menyebabkan kenaikan tekanan darah di atas normal, (peningkatan dan penurunan) kasus. Hal tersebut
yaitu 140/90 mmHg1. menjadi masalah yang perlu untuk di teliti7.
Hipertensi adalah gejala peningkatan tekanan Aktivitas fisik yang kurang akan meningkatkan
darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi risiko kegemukan yang juga merupakan salah satu
yang di bawah oleh darah terhambat sampai ke faktor resiko dari hipertensi dan penyakit degeneratif
jaringan tubuh yang membutuhkan. Hipertensi lainnya. Aktivitas fisik seperti olahraga yang teratur
merupakan penyakit degenerative yang banyak di akan menurunkan tahanan prifer untuk menurunkan
derita bukan hanya oleh usia lanjut saja, bahkan saat tekanan darah8.
ini sudah menyerang orang dewasa muda. Bahkan di Asupan tinggi natrium dapat menyebabkan
ketahui bahwa 9 dari 10 orang yang menderita konsentrasi natrium di dalam cairan ekstraseluler
hipertensi tidak dapat diidentifikasi penyebab meningkat sehingga untuk menormalkannya cairan
kematiannya. Itulah sebabnya hipertensi di juluki intraseluler ditarik keluar dan mengakibatkan
sebagai “Pembunuh Diam-Diam atau silent killer”. peningkatan cairan ektraseluler yang mengakibatkan
Penyakit hipertensi merupakan penyakit kelainan meningkatnya volume darah dan berdampak pada
jantung yang ditandai oleh meningkatnya tekanan peningkatan tekanan darah9.
darah dalam tubuh. Seseorang yang terjangkit Salah satu penyebab peningkatan tekanan
penyakit ini biasanya berpotensi mengalami penyakit- darah pada pasien hipertensi adalah stres. Stres
penyakit lain seperti stroke dan penyakit jantung2,3. merupakan suatu tekanan fisik maupun psikis yang
Hipertensi saat ini masih menjadi masalah tidak menyenangkan, stres dapat merangsang kelenjar
utama di dunia. Hampir 1 milyar orang menderita anak ginjal melepaskan hormon adrenalin dan
hipertensi di dunia. Menurut laporan Badan memacu jantung berdenyut lebih cepat dan kuat,
Kesehatan Dunia atau WHO, hipertensi merupakan sehingga tekanan darah akan meningkat10.
penyebab nomor satu kematian di dunia. Data tahun Berdasarkan latar belakang di atas, maka
2010 di Amerika Serikat menunjukkan bahwa 28,6% peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan
orang dewasa berusia 18 tahun ke atas menderita judul “Faktor Risiko Kejadian Hipertensi Pada Usia
hipertensi. World Health Organization (WHO), Dewasa Muda (20-44 Tahun) Di Wilayah Kerja
memperkirakan jumlah penderita hipertensi akan Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari Tahun 2017”.
terus meningkat seiring dengan jumlah penduduk
yang meningkat. Pada tahun 2025 mendatang, METODE
diproyeksikan sekitar 29% warga di dunia terkena Jenis Penelitian ini adalah
hipertensi4. dengan menggunakan rancangan penelitian analitik
Prevalensi hipertensi di indonesia adalah observasional menggunakan desain Case Control
(25,8%), berdasarkan jenis kelamin prevalensi di Study. Design ini mempelajari hubungan antara faktor
indonesia pada laki-laki adalah (22,8%) pada penelitian dan penyakit dengan cara membandingkan
perempuan (28,8%), sedangkan prevalensi umur usia kelompok kasus dan kelompok control11. Untuk
dewasa muda 18-45 tahun adalah (48,2%). Di menghindari terjadinya bias dalam penelitian ini
indonesia, penyakit hipertensi selalu menunjukan dibentuk kelompok control dimana pasien non
peningkatan dari tahun ke tahun. Menurut data hipertensi diikutsertakan guna membandingkan status
kementerian kesehatan RI tahun 2009 menunjukan kelompok control dengan kelompok kasus. Populasi
bahwa prevalensi hipertensi sebesar 29,6% dan dalam penelitian ini adalah semua usia dewasa muda
meningkat menjadi 34,1% pada tahun 2010. Untuk (20-44 tahun) yang berkunjung di bagian Poli Umum
Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2015, jumlah kasus yang tercatat dalam buku registrasi di Puskesmas
penyakit hipertensi adalah sebesar 19,743 kasus5,6. Lepo-lepo selama bulan Januari-Oktober pada tahun
Berdasarkan data dari Puskesmas Lepo-lepo, 2017 dengan jumlah 175 pasien. Sampel kasus pada
penyakit hipertensi pada usia dewasa muda (20-44 penelitian ini adalah pasien yang menderita hipertensi
tahun) dalam 3 tahun terakhir menunjukan bahwa yakni sebanyak 60 dari 175 pasien keseluruhan.
pada tahun 2015 yang merupakan data kunjungan Sampel kontrol dalam penelitian ini adalah pasien

3
JIMKESMAS
JURNAL ILMIAH MAHASISWA KESEHATAN MASYARAKAT
VOL.3/NO.3/ Agustus 2018;ISSN 2502-731X,
yang telah memeriksakan diri dan dinyatakan tidak DISKUSI
positif menderita hipertensi yakni sebanyak 60 orang. Faktor Risiko Aktivitas Fisik Yang Mempengaruhi
Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer Kejadian Hipertensi Pada Usia Dewasa Muda (20-44
berupa identitas responden, beserta variabel yang Tahun) Di Wilayah Kerja Puskesmas Lepo-Lepo Tahun
diteliti melalui kuesioner. Data sekunder diperoleh 2017
dari Puskesmas Lepo-lepo Kota Kendari tahun 2017. Hasil analisis statistik dengan uji chi square
terkait dengan faktor risiko aktivitas fisik yang
HASIL mempengaruhi kejadian hipertensi pada Confidence
Analisis Bivariat Interval (CI) 95% diperoleh nilai OR yakni 2,413
dengan Lower limit (batas bawah) yakni 1,159 dan
Tabel 1. Analisis Faktor Risiko Aktivitas Fisik Yang Upper limit (batas atas) yakni 5,023. Interpretasi nilai
Mempengaruhi Kejadian Hipertensi Pada Usia Lower limit dan Upper limit tidak mencakup nilai satu,
Dewasa Muda (20-44 Tahun) Di Wilayah Kerja maka H0 ditolak dan OR dinyatakan bermakna.
Puskesmas Lepo-Lepo Tahun 2017 Penelitian ini sejalan dengan penelitian
Hipertensi CI Widyartha tahun 2016 menunjukan bahwa nilai
Aktivita Jumlah OR
Kasus Kontrol (95%) (OR=3,53; 95%CI: 1,38-9,01) yang berarti bahwa
s Fisik
n % n % n % aktivitas fisik merupakan faktor risiko kejadian
Risiko hipertensi. Demikian pula penelitian yang dilakukan
37 61,7 24 40 61 50,8
Tinggi 1,159 - oleh Aripin tahun 2015 menunjukan bahwa nilai (OR=
Risiko 2,413 24,89; 95% CI: 4,91-149,31) aktivitas fisik yang kurang
23 38,3 36 60 59 49,2 5,023
Rendah dapat meningkatkan risiko 24,89 kali terhadap
Total 60 100 60 100 120 100 terjadinya hipertensi. Selain itu penelitian yang
Sumber : Data Primer, Tahun 2018 dilakukan oleh Atun dkk tahun 2014 menunjukan
Tabel 2. Analisis Faktor Risiko Asupan Natrium Yang bahwa ada hubungan yang bermakna antara aktivitas
Mempengaruhi Kejadian Hipertensi Pada Usia fisik dengan tekanan darah, subyek dengan aktivitas
Dewasa Muda (20-44 Tahun) Di Wilayah Kerja fisik kurang mempunyai risiko 4.9 kali terkena
Puskesmas Lepo-Lepo Tahun 2017 hipertensi dibandingkan dengan subyek yang aktivitas
Hipertensi CI fisik sedang. Aktivitas fisik yang dilakukan secara
Asupan Jumlah OR teratur dapat mengurangi kekakuan pembuluh darah
Kasus Kontrol (95%)
Natrium dan meningkatkan daya tahan jantung serta paru-paru
n % n % n %
sehingga dapat menurunkan tekanan darah.
Risiko
38 63,3 26 43,3 64 53,3 Seseorang dengan aktivitas fisik yang ringan
Tinggi 1,086 -
2,259 akan memiliki frekuensi denyut jantung yang lebih
Risiko 4,698
22 36,7 34 56,7 56 46,7 tinggi sehingga otot jantung akan bekerja lebih keras
Rendah
pada setiap konstraksi. Semakin keras jantung
Total 60 100 60 100 120 100
memompa darah maka semakin besar pula tekanan
Sumber : Data Primer, Tahun 2018
yang dibebankan pada dinding arteri sehingga
Tabel 3. Analisis Faktor Risiko Stres Yang meningkatkan tekanan perifer dan menyebabkan
Mempengaruhi Kejadian Hipertensi Pada tekanan darah menjadi tinggi. Aktivitas fisik yang
Usia Dewasa Muda (20-44 Tahun) Di ringan juga berperan dalam meningkatnya berat
Wilayah Kerja Puskesmas Lepo-Lepo Tahun badan seseorang. Kementerian Kesehatan RI
2017 menyatakan bahwa dengan aktivitas fisik yang teratur
Hipertensi CI dapat menurunkan tekanan darah karena pembuluh
Jumlah OR
Stres Kasus Kontrol (95%) darah akan melebar sehingga aliran darah menjadi
n % n % n % lancar12.
Risiko Hasil penelitian tentang faktor risiko aktivitas
59 98,3 57 95 116 96,7
Tinggi 0,314 - fisik dengan kejadian hipertensi pada usia dewasa
Risiko 3,105
1 1,7 3 5 4 3,3 30,734 muda (20-44 tahun) di wilayah kerja puskesmas lepo-
Rendah lepo kota kendari tahun 2017 dengan jumlah sampel
Total 60 100 60 100 120 100 120 responden menunjukkan bahwa yang berisiko
Sumber : Data Primer, Tahun 2018 tinggi namun tidak menderita hipertensi berjumlah 24
responden (40%), berdasarkan hasil wawancara

4
JIMKESMAS
JURNAL ILMIAH MAHASISWA KESEHATAN MASYARAKAT
VOL.3/NO.3/ Agustus 2018;ISSN 2502-731X,
dengan responden hal ini dikarenakan aktivitas fisik pengaturan kepekaan otot dan saraf, yaitu berperan
yang dimiliki responden dalam kategori kurang. dalam transmisi saraf yang menghasilkan terjadinya
Namun, dari beberapa responden yang diwawanncarai kontaksi otot, berperan dalam absorpsi glukosa dan
aktivitas fisk dalam hal pekerjaan seperti berperan sebagai alat angkut zat-zat gizi lain melalui
membersihkan rumah banyak responden yang membran, terutama melalui dinding usus14.
melakukan hal tersebut. Akan tetapi setelah di Hasil uji statistik dengan chi square diperoleh
akumulasi antara olahraga, pekerjaan dan waktu luang p-value= 0,028 yang berarti ada hubungan faktor
menunjukan aktivitas responden kurang. Hal ini asupan natrium dengan kejadian hipertensi di wilayah
mungkin disebabkan oleh faktor lain yang responden kerja puskesmas lepo-lepo kota kendari tahun 2017.
lakukan seperti pola makan yang teratur dan sehat. Kemudian di peroleh nilai OR= 2,259 yang berarti
Selain itu terdapat responden yang berisiko rendah responden asupan natrium yang mengonsumsi ≥ 1.500
aktivitas fisik namun menderita hipertensi yakni mg/hari mempunyai risiko sebesar 2 kali mengalami
berjumlah 23 responden (38,3%), hal ini dikarenakan hipertensi bila dibandingkan dengan responden yang
responden memiliki faktor pendukung lain yakni gaya asupan natrium mengonsumsi < 1.500 mg/hari.
hidup yang kurang sehat seperti pola makan, obesitas Penelitian ini sejalan dengan penelitian
dan kebiasaan merokok sehingga menyebabkan Andriansyah tahun 2010 tentang analisis hubungan
peningkatan resistensi (tahanan) dari pembuluh faktor-faktor risiko hipertensi dengan kejadian
darah tepi dan peningkatan volume aliran darah yang hipertensi pada penduduk usia 20-65 tahun
menimbulkan hipertensi. menunjukan bahwa konsumsi natrium merupakan
Maka dapat disimpulkan bahwa aktifitas fisik faktor risiko hipertensi. Seseorang yang
merupakan foktor risiko terjadinya hipertensi. mengkonsumsi natrium dalam jumlah berlebih
Aktivitas fisik sangat memengaruhi stabilitas tekanan mempunyai risiko untuk menderita hipertensi 6,075
darah. Pada orang yang tidak aktif melakukan kegiatan kali daripada seseorang yang mengkonsumsi natrium
fisik cenderung mempunyai frekuensi denyut jantung dalam jumlah tidak berlebih. Demikian pula penelitian
yang lebih tinggi. Hal tersebut mengakibatkan otot yang dilakukan oleh Salman dkk tahun 2015 tentang
jantung bekerja lebih keras pada setiap kontraksi. pola konsumsi natrium dan lemak sebagai faktor risiko
Makin keras usaha otot jantung dalam memompa terjadinya penyakit hipertensi yang menunjukan
darah, makin besar pula tekanan darah yang bahwa hasil uji statistik menggunakan chi-square
dibebankan pada dinding arteri sehingga tahanan didapat nilai p<0,05 (p=0,000) yang menunjukkan
perifer yang menyebabkan kenaikan tekanan darah. bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara
Kurangnya aktivitas fisik juga dapat meningkatkan faktor risiko pola konsumsi natrium dengan terjadinya
risiko kelebihan berat badan yang akan menyebabkan hipertensi. hal ini menunjukkan pola konsumsi
risiko hipertensi meningkat13 . natrium yang lebih merupakan faktor risiko 5,63 kali
terjadinya hipertensi (OR : 5,63, CI : 2,20- 14,43) dari
Faktor Risiko Asupan Natrium Yang Mempengaruhi pola konsumsi natrium yang cukup. Kemuduan
Kejadian Hipertensi Pada Usia Dewasa Muda (20-44 penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan
Tahun) Di Wilayah Kerja Puskesmas Lepo-Lepo Tahun oleh Manawan dkk tahun 2016 yang menunjukan
2017 bahwa hasil analisis Chi-Square diperoleh p=0,000 (p
Natrium berfungsi dalam menjaga <0,05), yang artinya terdapat hubungan antara asupan
keseimbangan cairan dalam tubuh (ekstrasel). natrium dengan kejadian hipertensi yang
Natrium yang mengatur tekanan osmosis yang menggunakan metode cross sectional15,4,16.
menjaga cairan tidak keluar dari darah dan masuk Konsumsi natrium yang berlebih
kedalam sel. Bila jumlah natrium di dalam sel menyebabkan tubuh meretensi cairan yang dapat
meningkat secara berlebihan, air akan masuk ke dalam meningkatkan volume darah. Asupan natrium berlebih
sel, akibatnya sel akan membengkak. Inilah yang dapat mengecilkan diameter arteri, menyebabkan
menyebabkan terjadinya pembengkakan dalam jantung harus memompa keras untuk mendorong
jaringan tubuh. Keseimbangan cairan juga akan volume darah melalui ruang yang makin sempit,
terganggu bila seseorang kehilangan natrium. Air akan sehingga tekanan darah menjadi naik akibatnya terjadi
memasuki sel untuk mengencerkan natrium dalam sel. hipertensi4.
Cairan ekstraselular akan menurun. Perubahan ini Natrium merupakan satu-satunya elemen
dapat menurunkan tekanan darah, natrium juga yang biasa dikonsumsi dalam bentuk garam dapur.
menjaga keseimbangan asam basa di dalam tubuh, Bila asupan natrium meningkat maka ginjal akan

5
JIMKESMAS
JURNAL ILMIAH MAHASISWA KESEHATAN MASYARAKAT
VOL.3/NO.3/ Agustus 2018;ISSN 2502-731X,
merespons agar ekskresi garam keluar bersama urine hipertensi yang menunjukan bahwa hasil analisis
ini juga akan meningkat. Tetapi bila upaya stress dengan hipertensi didapatkan bahwa tidak ada
mengekskresi natrium melebihi ambang kemampuan hubungan antara stress dengan kejadian hipertensi di
ginjal, maka ginjal akan meretensi oksigen sehingga puskesmas kawangkoan dengan nilai probabilitas yaitu
volume intra vaskular meningkat16. 0,371 dengan jumlah responden 100 yang
Berdasarkan penelitian yang dilakukan menggunakan metode cross sectional. Demikian hasil
dilapangan hasil recall 1x24 jam tentang faktor risiko penelitian yang dilakukan oleh Rahajeng dan Tuminah
asupan natrium dengan kejadian hipertensi pada usia tahun 2009 penelitian ini juga mengukur stress dan
dewasa muda (20-44 tahun) diwilayah kerja hipertensi dengan cara yang sama yang
puskesmas lepo-lepo kota kendari tahun 2017 dengan memungkinkan hasil penelitian yang diperoleh juga
jumlah sampel 120 responden menunjukkan bahwa sama yaitu jangka waktu pengumpulan data yang
yang berisiko tinggi namun tidak menderita hipertensi dilakukan. Maksud dari hal tersebut yaitu stress diukur
berjumlah 26 responden (43,3%), berdasarkan hasil pada jangka waktu tertentu dari hari pengumpulan
wawancara dengan responden hal ini dikarenakan data sedangkan tekanan darah diukur pada saat
asupan natrium yang dimiliki responden cenderung pengumpulan data dilakukan. Penelitian ini di ikuti
banyak yang suka mengonsumsi ikan pindang layang oleh Stefhany tahun 2012 yang menunjukan bahwa
goreng, ikan teri asing kering, roti, gorengan, mie dari hasil uji statistik tidak ada hubungan yang
instan dan selalu memakai garam dapur serta bumbu bermakna (signifikan) antara stres dengan hipertensi.
penyedap setiap hari dengan alasan kesukaan Dengan di peroleh nilai p value= 1,000, OR= 0,968;
sehingga konsumsi natriumnya berlebih. Sehingga 95%CI: 0,279-3,357)18.
pada saat di ukur menggunakan nutri survey makanan Sementara penelitian yang dilakukan oleh
yang mereka konsumsi mengandung natrium lebih. Widyartha tahun 2016 yang menunjukan bahwa Stres
Selain itu terdapat responden yang berisiko rendah merupakan faktor risiko kejadian hipertensi apabila
asupan natrium namun menderita hipertensi yakni tingkatannya adalah stres sedang (OR=13,01; 95%CI:
berjumlah 22 responden (36,7%), hal ini dikarenakan 3,70-45,79) dan stres berat (OR=16,75; 95%CI: 3,32-
responden memiliki penyebab lain seperti asupan 84,38). Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi
lemak, obesitas dan kebiasaan merokok sehingga tingkat stres maka semakin besar risiko terjadinya
mengakibatkan penyakit hipertensi. hipertensi. Penelitian ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Ramdani dkk tahun 2017
Faktor Risiko Stres Yang Mempengaruhi Kejadian menyatakan Hasil uji statistik menunjukkan bahwa
Hipertensi Pada Usia Dewasa Muda (20-44 Tahun) Di terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat
Wilayah Kerja Puskesmas Lepo-Lepo Tahun 2017 stres dengan kejadian hipertensi pada penderita
Stres atau ketegangan jiwa (rasa tertekan, hipertensi. Hal ini terlihat dari nilai p-Value yang lebih
murung, rasa marah, dendam, rasa takut, rasa kecil dari α (0.05) yaitu 0.001. Dari hasil penelitian
bersalah) dapat merangsang kelenjar anak ginjal diketahui bahwa dari 98 responden yang memiliki
melepaskan hormone adrenalin dan memacu jantung tingkat stres ringan dengan hipertensi ringan sebanyak
berdenyut lebih cepat serta lebih kuat, sehingga 45.0% (9 orang), hipertensi sedang 30.0% (6 0rang),
tekanan darah akan meningkat17. dan hipertensi berat 25.0% (5 orang). Sedangkan
Hasil uji statistik diperoleh nilai Odds Ratio untuk tingkat stres sedang dengan hipertensi ringan
(OR) sebesar 3,105 dengan nilai Lower limit (batas yaitu 15.2% (5 orang), hipertensi sedang 54.5% (18
bawah) OR= 0,314 dan Upper limit (batas atas) OR= orang) dan hipertensi berat 30.3% (10 orang). Selain
30,734 pada Confidence interval (CI) 95% mencakup itu untuk tingkat stres berat dengan hipertensi ringan
nilai satu, maka besar risiko tersebut tidak bermakna. yaitu 11.1% (5 orang), hipertensi sedang 28.9 (13
Jika OR < 1 atau OR > 1 dan rentang CI mencakup nilai orang) dan hipertensi berat 60.0% (27 orang).
1 maka variabel penelitian bukan merupakan faktor Sehingga dari uraian di atas dapat diartikan bahwa
risiko. Dengan demikian stres bukan merupakan faktor semakin tinggi tingkat stres yang dialami oleh
risiko kejadian hipertensi pada usia dewasa muda (20- seseorang maka hipertensi yang dialaminyapun akan
44 tahun) di wilayah kerja puskesmas lepo-lepo kota semakin tinggi pula4,19.
kendari tahun 2017. Berdasarkan hasil penenlitian tersebut tidak
Penelitian ini sejalan dengan penelitian terdapat hubungan antara stres dengan kejadian
Gerungan dkk tahun 2016 dengan judul hubungan hipertensi, hal tersebut kemungkinan disebabkan
antara umur, aktivitas fisik dan stress dengan kejadian karena cara pengukuran stres. Dimana skor yang

6
JIMKESMAS
JURNAL ILMIAH MAHASISWA KESEHATAN MASYARAKAT
VOL.3/NO.3/ Agustus 2018;ISSN 2502-731X,
dibutuhkan menurut penelitian estiningsih tahun dewasa muda (20-44 tahun) di wilayah kerja
2012, Apabila responden menjawab pertanyaan puskesmas lepo-lepo kota kendari tahun 2017
dengan skor < 30 maka responden tersebut dikatakan yang diperoleh nilai OR yakni 2,259 dengan Lower
tidak mengalami stres, dan sebaliknya responden yang limit (batas bawah) yakni 1,086 dan Upper limit
menjawab pertanyaan dengan skor > 30 maka (batas atas) yakni 4,698.
responden dikatakan mengalami stres. Sementara 3. Stres bukan merupakan faktor risiko yang
jumlah pertanyaan stres terdapat 20 pertanyaan dan 1 mempengaruhi kejadian hipertensi terhadap usia
pertanyaan terdapat 4 paoin. Sehingga pada saat dewasa muda (20-44 tahun) di wilayah kerja
penelitian kebanyakan responden menjawab puskesmas lepo-lepo kota kendari tahun 2017.
pertanyaan dengan skor > 30 maka responden
tersebut dikatakan stres. Maka jumlah responden SARAN
stres yang berisiko tinggi lebih banyak yaitu 116 Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan
responden (96,7%) dibanding responden yang berisiko dan simpulan, maka dapat dikemukakan saran-saran
rendah yaitu 4 responden (3,3%) dan tidak adanya sebagai berikut :
hubungan antara stres dengan kejadian hipertensi bisa 1. Diharapkan kepada Pihak puskesmas lepo-lepo
disebabkan oleh faktor lain seperti masalah ekonomi, agar dapat berkerja sama dengan pihak Dinas
dan masalah rumah tangga. Hal tersebut berdasarkan Kesehatan Kota maupun provinsi dalam hal
jawaban dari beberapa responden yang di wawancara. promotif dan preventif tentang kejadian hipertensi
Hal ini di dukung oleh teori Aripin (2015) yang sehingga masyarakat mengetahui tentang faktor
mengatakan bahwa Besarnya stres dalam penelitian risiko kejadian hipertensi dan masyarakat dapat
ini dapat disebabkan karena kelemahan di metodologi melakukan deteksi dini sehingga kejadian
penelitian yaitu pengukuran stres yang dilakukan hipertensi dapat dicegah atau diketahui sejak dini
waktu sekarang. Idealnya stres yang dialami subjek dan penderita hipertensi dapat berkurang .
penelitian diasumsikan sama seperti terjadi sebelum 2. Dihaparkan kepada seluruh masyarakat yang
hipertensi, namun dalam penelitian ini stres diukur aktivitas fisiknya kurang di harapkan untuk selalu
pada waktu sekarang, hal ini dapat dipersepsikan melakukan aktivitas terutama berolahraga secara
bahwa stres yang terjadi pada subjek penelitian teratur agar dapat tercegah dari penyakit
kemungkinan juga bisa dikarenakan stres akibat hipertensi, bagi masyrakat yang mengonsumsi
menderita hipertensi atau sebaliknya20. natrium lebih setiap hari diharapkan mengurangi
Stres diakibatkan oleh adanya perubahan nilai asupan natriumnya agar tidak terlalu banyak
budaya, sistem kemasyarakatan, tugas, atau pekerjaan kandungan natrium dalam tubuh yang dapat
dan akibat ketegangan antara idealisme dan realita. mengakibatkan penyakit hipertensi, bagi
Setiap orang memiliki ambang stres yang berbeda- masyarakat yang mengalami stres terlalu tinggi
beda karena karakteristik individu akan diharapkan untuk tidak terlalu banyak pikiran yang
mempengaruhi tingkat stres yang dialami oleh dirinya. dapat mengpengaruhi kejadian hipertensi atau
Peneliti belum bisa mengontrol faktor luar dari stres penyakit lainnya.
tersebut dan berakibat pada hasil penelitian yang 3. Diharapkan kepada peneliti selanjutnya untuk
diperoleh yaitu tidak terdapatnya hubungan antara dapat melakukan penelitian lanjutan dengan
stres dan kejadian hipertensi21. menggali lebih dalam mengenai faktor risiko
kejadian hipertensi pada usia dewasa muda (20-44
SIMPULAN tahun) dengan variabel dan metode (metode
Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka qualitative) yang belum diteliti. Dan diharapkan
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : untuk dapat mengembangkan penelitian tentang
1. Aktivitas fisik merupakan faktor risiko yang faktor risiko dalam penelitian ini dan memperluas
mempengaruhi kejadian hipertensi terhadap usia jumlah populasi dan sampel, menjaring kasus baru,
dewasa muda (20-44 tahun) di wilayah kerja serta mengembangkan instrumen penelitian.
puskesmas lepo-lepo kota kendari tahun 2017
yang diperoleh nilai OR yakni 2,413 dengan Lower DAFTAR PUSTAKA
limit (batas bawah) yakni 1,159 dan Upper limit 1. Rustiana. 2014. Gambaran Faktor Risiko pada
(batas atas) yakni 5,023. Penderita Hipertensi di Puskesmas Cipitat Timur
2. Asupan natrium merupakan faktor risiko yang Tahun 2014. Skripsi Universitas Islam Negeri Syarif
mempengaruhi kejadian hipertensi terhadap usia Hidayatullah Jakarta. Jakarta.

7
JIMKESMAS
JURNAL ILMIAH MAHASISWA KESEHATAN MASYARAKAT
VOL.3/NO.3/ Agustus 2018;ISSN 2502-731X,
2. Hikmah, N. 2017. Hubungan Lama Merokok Tahun 2017. Jurnal Muara Sains, Teknologi,
Dengan Derajat Hipertensi di Desa Rannaloe Kedokteran, dan Ilmu Kesehatan. Vol. 1. No. 2. 68-
Kecamatan Bungaya Kabupaten Gowa. Skripsi 73.
Universitas Islam Negeri Alauddin. Makasar. 14. Susanti, M, R. 2017. Hubungan Asupan Natrium
3. Anggraini, R, D. 2014. Hubungan Indeks Massa Dan Kalium Dengan Tekanan Darah Pada Lansia Di
Tubuh (IMT), Aktivitas Fisik, Rokok, Konsumsi Kelurahan Pajang. Skripsi. Fakultas Ilmu Kesehatan.
Buah, Sayur dan Kejadian Hipertensi pada Lansia di Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta.
Pulau Kalimantan. Skripsi Universitas Esa Unggul. 15. Andriansyah, H. 2016. Analisis Hubungan Faktor –
Jakarta. Faktor Risiko Hipertensi Dengan Kejadian
4. Salman, Y., Anwar, R., & Muhaimin, A. 2015. Pola Hipertensi Pada Penduduk Usia 20 – 65 Tahun Di
Konsumsi Natrium dan Lemak Sebagai Faktor Kecamatan Kaliwates Kabupaten Jember. Skripsi.
Risiko Terjadinya Penyakit Hipertensi di Wilayah Universitas Jember.
Kerja Puskesmas Kandangan Kecamatan 16. Manawan, A, A., Rattu, A, J, M., Punuh, M, I. 2016.
Kandangan Kabupaten Hulu Sungai Selatan. Hubungan Antara Konsumsi Makanan Dengan
Jurkessia. Vol. V, No. 2. 1-7. Kejadian Hipertensi di Desa Tandengan Satu
5. Kementerian Kesehatan RI. 2013. Riset Kesehatan Kecamatan Eris Kabupaten Minahasa. Jurnal
Dasar 2013. Jakarta:Kementerian Kesehatan RI. Ilmiah Farmasi. Vol. 5. No.1. 340-347.
6. Kemenkes RI. 2012. Profil Data Kesehatan 17. Agustina, R., Raharjo, B, B. 2015. Faktor Risiko Ynag
Indonesia Tahun 2011. Jakarta: Kementerian Berhubungan Dengan Kejadian Hipertensi Usia
Kesehatan RI. Produktif (25-54 Tahun). Unnes Journal Of Public
7. Puskesmas Lepo-Lepo. 2017. Buku Registrasi Health. Vol. 4. No.4.146-158.
Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari Tahun 2017. 18. Gerungan, A. M. T., Kalesaran, A. F. C., & Akili, R. H.
Kendari. 2016. Hubungan Antara Umur, Aktivitas Fisik dan
8. Estiningsih, H. S. 2012. Hubungan Indeks Massa Stres Dengan Kejadian Hipertensi di Puskesmas
Tubuh dan Faktor Lain Dengan Kejadian Hipertensi Kawangkoan. Fakultas Kesehatan Masyarakat
Pada Kelompok Usia 18-44 Tahun di Kelurahan Universitas Sam Ratulangi.
Sukamaju Depok Tahun 2012. Skripsi Universitas 19. Ramdani, H. T., Rilla, E. V., & Yuningsih, W. 2017.
Indonesia Depok. Depok. Hubungan Tingkat Stres Dengan Kejadian
9. Puspita, N, A. 2016. Hubungan Asupan Lemak, Hipertensi Pada Penderita Hipertensi. Jurnal
Asupan Natrium Dan Status Gizi Keperawatan Aisyiyah. Vol. 4, No. 1. 37-45.
Dengan Tekanan Darah Sistolik Pada Wanita 20. Aripin. 2015. Pengaruh Aktivitas Fisik, Merokok
Pralansia Di Pos Kesehatan Lansia Kelurahan Dan Riwayat Penyakit Dasar Terhadap Terjadinya
Bojongbata Kecamatan Pemalang Kabupaten Hipertensi Di Puskesmas Sempu Kabupaten
Pemalang. Skripsi. Fakultas Ilmu Kesehatan. Banyuwangi Tahun 2015. Tesis Universitas
Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta. Udayana. Denpasar.
10. Saleh, M. 2014. Hubungan Tingkat Stres Dengan 21. Larasati, D, D, S. 2014. Hubungan Antara Stres Dan
Derajat Hipertensi Pada Pasien Hipertensi Di Kejadian Hipertensi Pada Perawat Di Rs Pku
Wilayah Kerja Puskesmas Andalas Padang Tahun Muhammadiyah Surakarta. Skripsi. Fakultas
2014. Jurnal Keperawatan. Vol. 10, No 1. 166-175. Kedokteran. Universitas Muhammadiyah Surakarta
11. Dahlan. 2014. Langkah-Langka Membuat Proposal
Penelitian Bidang Kedokterandan Kesehatan. Edisi
2. Cetakan 3. Jakarta: CV Sagung Seto.
12. Widyartha, I, M, J., Putra, I, W, G, A, E., Ani, L, S.
2016. Riwayat Keluarga, Stres, Aktivitas Fisik
Ringan, Obesitas dan Konsumsi Makanan Asin
Berlebihan Sebagai Faktor Risiko Hipertensi. Public
Health and Preventive Medicine Archive. Vol. 4.
No. 2. 186-194.
13. Harahap, R, A., Rochadi, R, K., & Sarumpaet, S.
2017. Pengaruh Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian
Hipertensi Pada Laki-Laki Dewasa Awal (18-40
Tahun) Di Wilayah Puskesmas Bromo Medan

Anda mungkin juga menyukai