2
ANALYSIS TRANSACTIONAL
(Buku Acuan)
I. LATAR BELAKANG
Dibawakan pada Pertemuan Ilmiah Bagian Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
Denpasar, tanggal 19 Maret 2016, di Sekretariat SMF Psikiatri FK UNUD/RSUP Sanglah.
Dokter Residen yang sedang mengikuti Program Pendidikan Dokter Spesialis 1 Program Studi Psikiatri
yang dibimbing oleh dr. Luh Nyoman Alit Aryani, SpKJ.
1
mengerti motivasi dan manifestasi pelbagai perilaku (pikiran, perasaan dan tingkah
laku), baik di dalam diri maupun dalam hubungannya dengan orang lain, yang
sebelumnya kurang disadari. Dengan demikian diharapkan pula bahwa individu akan
mampu untuk merubah pola perilakunya yang maladaptif menjadi lebih adaptif.
Analisis transaksional dapat dipakai sebagai alat/sarana untuk mengenal diri
sendiri, untuk mengetahui bagaimana seseorang berhubungan dengan orang lain, dan
mengetahui dan lebih sadar akan arah drama kehidupan yang sedang ia jalani.
Unit dari struktur kepribadian adalah Ego State. Dengan lebih menyadari ego state itu,
seseorang dapat :
Membedakan berbagai sumber dari pola pikiran, perasaan dan perilaku.
Menemukan adanya pertentangan atau keseimbangan dalam dirinya.
Lebih sadar akan adanya berbagai opsi/alternatif yang tersedia untuk
menyelesaikan masalah dalam diri dan hubungan dengan orang lain.
Unit untuk menilai hubungan interpersonal adalah transaksi. Dengan
menganalisa transaksi, seseorang akan lebih mampu secara sadar untuk mengatur dan
mengendalikan hubungan interpersonal dengan orang lain. Anda dapat menentukan
kapan transaksi anda komplementer, silang atau ulterior, dan menemukan games apa
yang anda mainkan. Analisis transaksional adalah suatu kerangka referensi yang praktis
yang dapat digunakan untuk mengevaluasi keputusan-keputusan dan perilaku lama,
serta menggantinya dengan apa yang diputuskannya sesuai untuk dirinya.
Analisis Transaksional (Transactional Analysis) yang selanjutnya disingkat TA, menitik
beratkan pada empat jenis analisis :
1. Analisis Struktural : analisis kepribadian individu.
2. Transactional Analysis : analisis mengenai apa yang dilakukan dan dikatakan
seorang kepada orang lain
3. Analisis Game : analisis dari transaksi ulterior yang mengarah pada
suatu akibat (pay off)
4. Analisis Script : analisis dari drama kehidupan spesifik yang secara
kompulsif dimainkan seseorang dalam kehidupannya.
2
Structural Analysis
Setiap orang memiliki tiga ego state, yang masing-masing berbeda dan khas,
sebagai sumber perilaku : 1) Ego State Parent, 2) Ego State Adult, dan 3) Ego
State Child.
Secara fenomenologis, suatu ego state dapat dideskripsikan sebagai suatu
coherent system of feelings related to a given subject, and operationally as a
set of coherent behavior patterns.
Secara pragmatis sebagai suatu system of feelings which motivates a related set
of behavior patterns.
3
Terorganisir, adaptabel, cerdas dan berfungsi atas dasar penilaian realitas (reality
testing), mengestimasi kemungkinan-kemungkinan, dan senantiasa
memperhitungkan sesuatu dengan cermat
Bila seseorang menghadapi realitas saat ini, mengumpulkan fakta/data, dan
mempertimbangkan sesuatu secara objektif, orang itu berada dalam ego state
Adult.
4
Menganalisis Transaksi
Apapun yang terjadi antara seseorang dengan orang lain, akan melibatkan
transaksi diantara ego states mereka. Bila seseorang mengirimkan pesan kepada orang
lain, ia mengharapkan respons. Semua transaksi yang terjadi dapat
dikelompokan/diklasifikasi sebagai 1) complementary (serasi), 2) crossed (silang), 3)
ulterior (terselubung).
5
Diagram Transaksi Komplementer :
Dalam setiap transaksi di atas, komunikasinya terbuka karena respons yang diberikan
memang respons yang diharapkan dan sesuai dengan stimulus. Kadang-kadang suatu
stimulus memperoleh respons yang tidak diharapkan, sehingga garis komunikasi
menjadi silang.
6
Transaksi Silang seringkali merupakan sumber perselisihan/pertengkaran/kemarahan,
antar-orang (orang tua dan anak, suami dan istri, atasan dan bawahan, guru dan
murid, dan sebagainya).
Contoh:
Bila seorang suami memberi respons yang tidak simpatik terhadap kesedihan istrinya
karena kematian seorang sahabatnya yang mengatakan: Kamu pikir perasaanku
bagaimana?! dengan nada suara yang tinggi dan iritabel.
7
Transaksi dapat bersifat langsung atau tidak langsung (direct or indirect), terang-
terangan atau tidak jelas/double bind (straightforward or diluted), kuat atau lemah
(intense or weak).
Transaksi yang indirek biasanya ada triangulasi. Seseorang berbicara pada orang
kedua, dengan harapan akan mempengaruhi orang ketiga mendengarnya.
8
Diluted transactions/double bind, biasanya setengah hostile, setengah
affectionate; pesan yang sebenarnya tersembunyi dibelakang suatu bentuk
kelakar/lelucon, intonasi, atau bahasa tubuh tertentu.
Transaksi lemah bersifat dangkal, di permukaan, perfunctory, dan kekurangan
intensitas afektif/emosi.
Hubungan antar manusia yang sehat bersifat langsung, terang-terangan, dan
terkadang intens. Transaksi disini adalah komplementer, dan bebas dari motif-
motif terselubung (ulterior).
9
Diagram transaksi terselubung :
Tiga elemen spesifik yang harus ada untuk menyebut suatu transaksi sebagai games:
1. Suatu seri transaksi komplementer yang berkelanjutan, yang sepintas tampak
masuk akal pada taraf hubungan sosial.
10
2. Adanya suatu transaksi terselubung yang tersembunyi yang merupakan dasar
dari pesan yang sebenarnya.
3. Adanya suatu konsekuensi yang dapat diramalkan akan terjadi, sebagai akhir
dan merupakan tujuan yang sebenarnya dari games.
Games menghambat atau mencegah berkembangnya hubungan yang jujur, intim dan
terbuka antara pemain-pemainnya. Namun demikian orang memainkannya untuk
mengisi waktu, mencari perhatian, menguatkan opini-opini di masa lalu mengenai
diri dan orang lain.
Games cenderung repetitif, terprogram secara individual.
Games dimainkan dari Parent ego state bila individu mengimitasi games orang
tuanya dulu.
Games dimainkan dari Adult ego state games itu diperhitungkan secara sadar.
Games dimainkan dari Child ego state bila didasarkan pada pengalaman-
pengalaman dini kehidupan, keputusan-keputusan yang dibuat dimasa lalu, dan
posisi yang diambil mengenai dirinya dan orang lain dimasa anak.
11
menentukan posisi untuk dirinya dan orang lain, ia akan menempatkannya ke dalam
salah satu dari ke empat pola dasar dibawah ini:
12
serta memainkan games untuk mengekspresikan dan menguatkan script-nya itu.
Prosesnya dapat digambarkan dalam diagram sebagai berikut:
13
Berlatih di panggung pribadi dalam pikiran kadang-kadang masih sesuai dan
wajar, namun terlalu banyak akan membuat orang menjadi terlena dan
terpreokupasi.
Panggung publik dimana orang memerankan scriptya, dapat di rumah, di tempat
kerja, di tempat ibadah, perkumpulan, dan sebagainya. Sebagian orang lebih
menyukai panggung yang satu dari yang lain. Namun, sebagian besar orang
memilih beberapa panggung dan memainkan peran yang berbeda di masing-
masing panggung itu.
14
Begitu telah ditetapkan peranannya, seseorang akan memilih dan memanipulasi
orang lain (dari ego state Child) untuk ikut bermain dalam casting karakter
dalam drama itu.
Ada dua posisi primer manipulatif: topdog and underdog. Banyak peran
dimainkan dari posisi ini. Peran-peran yang paling dramatis dapat dikenali
sebagai peran Persecutor, Rescuer, atau Victim.
Peran-peran seperti itu akan sah-sah saja (legitimate) bila memang sesuai dengan
kenyataan dan sesuai situasi (misalnya dalam suatu sistim hirarki yang sah). Bila
peran-peran ini dimainkan dengan motif terselubung yang bertujuan manipulatif,
maka peran-peran itu tidak sah dan merupakan bagian dari script dan games.
Dalam berbagai panggung kehidupan tidak jarang bahwa pemain-pemain seolah
mengerti dan memahami bagaimana memainkan casting karakter masing-karakter itu
dalam drama kehidupan. Masing-masing pemeran mampu untuk beralih peran diantara
ketiga peran primer sebagai : Victim (V), Persecutor (P), and Rescuer (R).
Dalam TA ini disebut sebagai Segitiga Karpman (the Karpman Triangle) :
.
(P) (R)
(V)
15
Positive stroking
Positive strokes biasanya merupakan transaksi komplementer yang bersifat langsung,
sesuai dan relevan dengan situasi. Bila strokes itu positif, akan meninggalkan kesan dan
perasaan yang menyenangkan, hidup dan bermakna dalam diri seseorang. Setiap orang
membutuhkan strokes, dan bila ia tidak mendapatkan positive strokes yang cukup, baik
anak maupun orang dewasa, seringkali akan memprovokasi negative strokes. Atensi
negatif seringkali lebih baik daripada tidak mendapatkan atensi sama sekali.
16
The Parent Ego State
Orang tua membuat suasana emosional yang dapat bersifat hangat atau dingin,
lembut atau kasar, kondusif atau destruktif untuk perkembangan diri anak-
anaknya.
Orang tua dapat memberi kepada anak-anaknya kasih sayang yang tegas namun
membesarkan hati melalui positive strokes dan membentuk script yang
konstruktif/produktif, atau mengabaikan dan mengecilkan mereka, dan dengan
demikian membentuk script yang destruktif dan nonproduktif.
Baik atau buruk, orang tua berfungsi sebagai model dan akan tercetak dalam
otak anak-anak mereka.
Merupakan inkorporasi semua sikap dan perilaku dari orang-orang yang secara
emosional bermakna, yang berfungsi sebagai figur orang tua; juga merupakan
transmiter dari script kultural dan script keluarga kepada anak-anaknya.
Transaksi Parental seringkali bersifat nurturing atau prejudicial. Pola transaksi
ini digunakan dalam transaksi baik dengan orang dewasa maupun anak-anak.
Tiap individu orang tua mempunyai tiga ego state-nya sendiri yang unik, yang
diperoleh dari inkorporasi (P) (A) (C) orang tuanya dulu. Kadang-kadang
seorang orang tua bersikap terhadap anak-anaknya seperti orang tuanya dulu
bersikap terhadapnya moralizing, punishing, nurturing, ignoring.
Disaat lain orang tua memberikan alasan-alasan yang didasarkan pada data
objektif menerangkan mengapa, memberi contoh bagaimana, mencari fakta,
dan menyelesaikan masalah.
Disaat lain lagi mereka menggunakan sikap/perilaku dimasa anak mereka sendiri
dahulu whining, withdrawing, frolicking, gigling, manipulating, and playing.
Karena itu, bila seseorang berrespon dari ego state Parent, sikap/perilakunya
dapat berasal dari ego state mana saja yang telah ia inkorporasi dari ego state (P)
figur orang tuanya dahulu.
Menganalisa ego states didalam ego state disebut sebagai second order
structural analysis.
Contoh diagram :
17
Ekspresi keluar (Outward Expression) dari Ego State Parent
Bila suatu ego state Parent diekspresikan keluar, seseorang itu akan bertransaksi
dengan ego state orang lain seperti yang dahulu ia observasi orang tuanya
melakukan.
Transaksi dari (P) terutama nyata dalam praktek pola asuh anak. Dalam banyak
hal orang akan cenderung mengasuh anaknya seperti dahulu mereka diasuh.
Diagram :
18
Diagram
Inner dialog itu merupakan bentuk dini dari kata hati (conscience). Sepanjang
hidup, kata hati itu dapat dialami sebagai inner dialog antara (P) dan (C) dalam
diri seseorang. Inner dialogue dapat permisif, membingungkan, moralistik, atau
moralistik yang kaku.
Walaupun kata hati itu terdengar, namun tidak selalu diikuti. Seorang anak
kecilpun dapat membuat suatu penilaian yang independen atau keputusan untuk
mengikuti keinginannya sendiri.
Setiap anak memerlukan larangan-larangan tertentu atau kata tidak untuk
melindunginya dari bahaya dan meningkatkan kesadaran sosialnya serta
meyakinkannya bahwa orang tua memperhatikannya. Namun sebagian orang
tumbuh dibawah dominasi larangan internal yang prejudicial dan prohibitive
yang tidak perlu.
Pesan-pesan (P) yang terlalu restriktif akan menghambat ekspresi kegembiraan,
sensitivitas dan kreativitas. Anak tertindas dibawah the tyranny of the shoulds
yang akan memprogram anak dibawah beban rasa bersalah dan posisi underdog.
19
Nurturing Parent
Kebanyakan orang tua bersifat simpatik, protektif, nurturing pada keadaan-
keadaan tertentu dan pada keadaan-keadaan lainnya bersifat critical, prejudicial,
moralizing atau punitive. Beberapa orang tua lebih brsifat nurturing daripada
judgmental, dan sebaliknya.
Bila seorang anak memiliki orang tua yang nurturing, ia mengembangkan suatu
Parent ego state dalam dirinya yang juga nurturing. Terkecuali ia memutuskan
untuk merubahnya, maka bila ia dewasa nanti, ia akan mengulangi sikap-sikap
itu kepada anak-anaknya. Ia juga akan cenderung bersikap sebagai Nurturing
Parent terhadap orang dewasa lain.
Prejudicial Parent
Ego state Parent cenderung terisi dengan opini-opini mengenai agama, politik,
tradisi, peran seksual yang diharapkan, pola hidup, asuhan anak, kesopanan
berpakaian, bicara, dan semua aspek dari script keluarga dan budaya. Opini-
opini itu seringkali irasional dan tidak dievaluasi oleh ego state Adult dan dapat
bersifat prejudicial.
Prejudical Parent seringkali critical. Seseorang yang beraksi dari sifat critical
(P) menjadi orang yang bossy, merasa tahu semua, dan perilakunya dirasakan
sebagai intimidasi bagi orang lain. Seorang boss, pasangan hidup, guru atau
teman yang seringkali menggunakan critical (P) nya, dapat menjengkelkan orang
lain dan cenderung ditinggalkan orang.
20
Bila orang tua terlalu lama tidak hadir dalam kehidupan anak, anak akan
berpaling ke fantasi dan membentuk suatu figur ibu atau ayah ideal dalam
imajinasinya.
Suatu (P) yang tidak lengkap seringkali mengarah pada terbentuknya suatu pola
perilaku yang khas. Misalnya, orang itu dari (C) terus menerus mencari orang
tuanya yang hilang itu dan mengharapkan parenting dari orang-orang dewasa
lain seperti pasangan hidupnya, atasan, pemimpin rohani, teman, atau malah dari
anak-anaknya sendiri.
Seorang lainnya mungkin malah menolak setiap orang yang bersikap parenting
terhadapnya dan tidak mencari mencari pengganti.
Seorang lainnya lagi mungkin tidak mau menghargai, merendahkan, atau malah
membenci dan bermusuhan dengan orang lain dari jenis kelamin yang sama
dengan orang tuanya itu.
Orang-orang dengan (P) yang tidak lengkap tidak hanya akan mengalami
kesulitan dalam fungsinya sebagai orang tua terhadap anak-anaknya, tetapi juga
kesulitan dalam bersimpati dengan orang-orang dewasa lain.
Re-Parenting
Ada beberapa orang yang mengalami ketidaklengkapan (P) dengan cukup berat
sehingga hanya sedikit yang tersisa dalam (P) yang bermanfaat baginya dan
lebih banyak merusak dan merugikan.
Pada keadaan seperti itu ego state Adult (A) dapat diprogram untuk mengambil
alih fungsi parenting. Metode terapi untuk re-parenting sedang banyak
dikembangkan, dimana (P) yang lama dihapuskan dan suatu bentuk (P) yang
baru diinkorporasi.
Diagram of re-parenting:
21
Ego State Child
Setiap orang membawa dalam dirinya rekaman-rekaman yang permanen
mengenai bagaimana ia mengalami dorongan impulsnya dimasa anak, bagaimana ia
mengalami dunia sekitarnya, persepsinya mengenai dunianya itu, dan bagaimana ia
telah beradaptasi terhadapnya. Ego state Child adalah dunia internal dimana terdapat
semua perasaan dan pengalaman dan adaptasi yang dialami dimasa anak.
22
karena berhasil mencari solusi dari mengira-ngira, memanipulasi orang untuk
menuruti apa yang ia inginkan, maka Little Professor orang itu terlibat.
The Adapted Child : adalah bagian dari (C) yang merupakan modifikasi dari
kecenderungan Natural Child. Adaptasi dari impuls-impuls alami dalam Natural
Child terjadi sebagai akibat/respons terhadap trauma, pengalaman,
pembelajaran/training, dan yang terpenting, tuntutan-tuntutan dari figur otoritas
yang bermakna. Adapted Child adalah anak yang terlatih yang mengembangkan
kesadaran sosialnya walaupun seringkali merasa tidak OK. Bila seorang bersikap
terlalu sopan, penurut, mengelak konfrontasi, mengulur-ulur waktu
(procrastinating), merasa tidak OK, maka orang itu mungkin mengekspresikan
Adapted Child-nya.
23
Sebagai seorang dewasa, inner Child-nya yang bingung akan terus menerus
menuntut pemuasan dari kebutuhan yang tidak terpuaskan itu.
Stamp Collecting
Dalam TA, perasaan-perasaan tertentu yang disimpan/dikoleksi oleh Child ego
state disebut trading stamps. Istilah stamps ini dianalogkan dengan praktek-praktek jual
beli di mana nasabah mengumpulkan kupon belanja, untuk nantinya dapat ditukar
dengan hadiah bila jumlahnya telah mencukupi. Fenomena yang mirip itu dapat dilihat
pada perilaku manusia. Orang menyimpan/mengumpulkan perasaan-perasaan archaic,
untuk kemudian menukarkannya dengan suatu harga psikologis tertentu.
Perasaan-perasaan inadekuat disebut brown stamps (kupon coklat) atau grey stamps
(kupon abu-abu); perasaan sakit hati dan depresi sebagai blue stamps (kupon biru);
perasaan-perasaan dihargai/dipuji sebagai gold stamps (kupon emas).
24
Waktu Penebusan (The Time of Redemption)
Trading stamps secara psikologis sebenarnya bertujuan untuk menukarkan
kumpulan perasaannya itu dengan suatu harga tertentu. Istilah waktu penebusan ini,
dimaksudkan bahwa suatu waktu tertentu dimana seseorang sesudah merasa cukup
banyak mengumpulkan kupon-kuponnya, merasa mempunyai hak untuk mengeluarkan
dan menukarkannya dengan harga tertentu. Misalnya ia merasa berhak dan wajar kalau
ia menuntut imbalan, meledak marah, menjadi depresi, dan sebagainya.
Prosesnya adalah sebagai berikut:
Collecting stamps growing resentment justification of behavior
25
Wooden Leg
Copping out Harried Im not-OK
26
demikian, ego state yang lain itu tetap ada dan secara potensial dapat menjadi
aktif.
Tiap ego state dapat dibayangkan mempunyai batas (boundery). Berne
mendefinisikan ego boundery sebagai suatu membran semipermiabel melalui
mana energi psikis dapat mengalir dari satu ego state ke ego state yang lain. Ego
boundery itu harus semipermiabel, karena kalau tidak, energi psikis akan
terbendung di satu ego state saja dan tidak dapat bergerak bebas spontan bila
situasi berubah.
Fisiologi dari ego bounderies belum diketahui dengan jelas, tetapi asumsi
adanya ego bounderies itu dibuat dari observasi defek-defek perilaku spesifik
tertentu.
Pada beberapa orang yang highly effective, arus energi dapat berlangsung cepat,
dan pada orang lain lamban. Orang dengan arus energi yang cepat dapat menarik
dan stimulatif bagi sebagian orang, tetapi bisa juga sulit untuk diikuti bagi
sebagian yang lain. Orang dengan arus energi yang lamban adalah orang yang
lamban memulai dan mengakhiri aktivitas, termasuk pemikirannya. Sebagian
orang dapat menjadi kurang sabar dengan kelambannya itu walaupun respons
yang dihasilkan mungkin bermutu tinggi.
Sebagian orang lain bertindak dengan cara-cara yang tidak dapat diprediksi, dan
sebagian lain sedemikian prediktifnya sehingga dirasakan monoton; sebagian
orang meledak2--ledak dan berantakan hanya karena provokasi kecil; ada lagi
yang pemikirannya terdistorsi karena prasangka dan delusi.
Perilaku-perilaku seperti itu disebabkan karena ego state bounderies yang terganggu
seperti dibawah ini :
Lax Ego Bounderies
Orang dengan lax ego boundery tidak menutup pintus batas diantara ego state-
nya. Ia tampak sebagai seseorang yang tidak punya identitas, yang perilakunya
mudah berubah-ubah.
Energi mengalir dengan mudahnya dari satu ego state ke ego state lainnya
sebagai respons terhadap stimulus yang kecil sekalipun. Orang seperti ini tidak
mempunyai kontrol (A) yang kuat. Perilakunya seringkali irasional dan tidak
dapat diprediksi.
27
Rigid Ego Bounderies
Rigid ego bounderies tidak mengizinkan arus bebas energi psikis. Seolah ada
dinding tebal yang menahan energi psikis terbendung didalam satu ego state, dan
mengeksklusi dua lainnya. Fenomena ini disebut sebagai eksklusi.
Perilaku orang dengan masalah ini tampak kaku karena mereka cenderung
berespon terhadap stimulus hanya dari satu ego state. Orang ini
mengekspresikan diri selalu dengan (P), atau (A) atau (C)..
28
Masalah intrusi ini merupakan masalah ego bounderies, yang dapat digambarkan
sebagai berikut:
Diagram kontaminasi
29
Kontaminasi ganda terjadi bila prasangka Parental dan delusi Child
menyelubungi ego state Adult. Seharusnya ia menilai secara objektif, ia
sebaliknya malahan berusaha untuk merasionalisasi kontaminasi itu.
Boundary Lesion
Seseorang dengan boundery lesion memperlihatkan perilaku lepas kontrol bila
titik lemah nya terkena/disinggung. Dimasa anak ia mungkin mengalami
trauma psikis yang serius atau sederetan pengalaman yang tidak menyenangkan.
Bila ada suatu kejadian yang mencetuskan, luka terbuka kembali disertai dengan
ledakan emosi yang kuat yang tampak tidak rasional.
Suatu lesi termanifestasi bila terjadi suatu over reaction/reaksi berlebihan
terhadap suatu stimulus aktual yang tidak seimbang.
30
Pada saat-saat tertentu, sesudah mengamati situasi seseorang dapat memutuskan
bahwa apa-apa yang dilakukan orang tuanya dahulu memang cocok untuk
diikuti. Di saat-saat lain ia mungkin menolak respons (P)nya dahulu dan
mempertahankan serta memutuskan berdasarkan penilaiannya sendiri.
Di saat lain, ia mengamati situasi dan memutuskan untuk berespons seperti yang
ia lakukan dimasa anak untuk main-main dan bersenang-senang; mengijinkan
impuls-impuls (C) melalui keputusan dan dengan pengendalian sadar
(conscious control).
Menurut Berne, seseorang yang memiliki kontrol (A) akan belajar untuk
memperoleh tilikan dan kendali agar sifat-sifat kekanak-kanakan hanya muncul
pada saat-saat dan lingkungan yang cocok. Bersamaan dengan pengalaman
kesadaran dan hubungan personal yang terdisiplin, seseorang akan belajar untuk
31
menjadi kreatif yang terdisiplin.
32
Pada waktu seseorang mencapai kesadaran Adultnya, menjadikan Adult sebagai
eksekutif kepribadiannya, ia akan mulai memandang hidupnya secara lebih realistik. Ia
menyadari banyak hal dalam pikiran, perasaan dan perilakunya yang tidak dapat ia
terima lagi dengan rasio adult, termasuk games dengan rangkaian posisi psikologik dan
script yang selama ini ia mainkan. Kemudian merencanakan untuk melepaskan diri dari
belenggu itu. Dihadapkan pada kesadaran seperti itu, banyak orang akan jatuh ke dalam
suatu fase krisis dengan kecemasan, kebingungan dan ketidakpastian. Ia menyadari
tidak akan ada orang yang dapat menolongnya kecuali dirinya sendiri. Dalam TA ini
disebut sebagai the days of despair. Walaupun perasaan desparate itu tidak
menyenangkan, menyakitkan, namun ia merupakan tantangan untuk memulai
melaksanakan hal-hal yang baru dan berbeda bagi diri individu.
Pada keadaan krisis ini seseorang dapat memilih beberapa cara :
Menarik diri dari masyarakat, mengisolasi diri di suatu tempat yang terisolasi, atau di
rawat di rumah sakit.
Mencoba melepaskan diri dari masalahnya dengan alkohol, narkotika, atau bunuh
diri.
Tidak melakukan apa-apa dan menunggu saja.
Menjadi lebih baik dan memulai hidup di dunia yang realistik.
33
untuk melakukan sesuatu terhadap masalah tertentu, 2) Suatu statement dengan
tujuan/goal yang akan dicapai, dalam bahasa yang mudah dimengerti oleh (C), 3)
Derajat kemungkinan bahwa tujuan itu bisa tercapai.
Kontrak harus dibuat oleh ego state Adult, dengan segala pertimbangan data-data
objektif yang ada, kesadaran akan kepentingannya. (P) dan (C) bisa ingkar janji,
tetapi (A) bersifat lurus dan konsekuen.
Agar seseorang dapat membuat kontrak, ia harus mempunyai
kesadaran/pengertian yang cukup mengenai pandangan hidupnya untuk mengetahui
apa yang membuat ketidakpuasan dan ketidaknyamanan dalam dirinya dan orang
lain. Ketidakpuasan biasanya merupakan motivasi untuk membuat perubahan.
Belajar membuat kontrak, mengevaluasinya, merubahnya bila perlu, dan lanjut ke
masalah berikut dan membuat kontrak berikutnya, merupakan tanda-tanda dari
otonomi dan Adult yang terintegrasi.
34
marah pada orang lain itu ia dapat mempersepsi orang lain sebagai orang baik dan
lembut hati, pada hal sebenarnya dibalik ekspresi eksternalnya yang dingin dan
seolah tidak berperasaan itu ia memiliki kemampuan untuk lemah lembut dan halus
perasaan. Dengan mempertanyakan proyeksi-proyeksi, orang dapat memperoleh
pengertian diri yang lebih realistik mengenai dirinya itu, dan ia dapat membuat
kontrak untuk merubahnya sesuai dengan keinginannya.
II. REFERENSI
35