Anda di halaman 1dari 35

MODUL IX.

2
ANALYSIS TRANSACTIONAL
(Buku Acuan)

I. LATAR BELAKANG

Psikoterapi sebagai salah satu sarana pengobatan psikologik yang penting,


merupakan salah satu kompetensi profesional yang harus dimiliki oleh mereka yang
bekerja di bidang psikiatri khususnya. Sebagai salah satu cara pengobatan yang
bertujuan untuk menghilangkan/mengurangi/merubah gejala-gejala perilaku emosional
yang mengganggu dan membantu individu untuk maturasi kepribadian, diperlukan
dasar-dasar pengertian mengenai mengapa (why) dan bagaimana (how)
perilaku/fungsi kepribadian individu itu berkembang dalam usaha mencari makna
eksistensinya. Makna eksistensinya itu tidak dapat terlepas dari hubungannya dengan
manusia lain, dengan perkataan lain, perilaku manusia hanya mempunyai arti bila ia
dilihat dalam konteks hubungan dengan orang lain (interpersonal relation). Apakah
perilaku individu akan berdampak pada terciptanya hubungan interpersonal yang
positif/konstruktif bagi dirinya dan orang lain, ataukah akan berdampak
negatif/destruktif bagi diri dan hubungan interpersonalnya, merupakan fokus utama
dalam psikoterapi.
Berbagai pendekatan konseptual telah berkembang, seperti psikoanalisa, teori
belajar (learning theories), teori eksistensial, teori interpersonal, untuk lebih memahami
dinamika perilaku manusia dan usaha untuk membantu individu mengembangkan
kepribadiannya secara lebih konstruktif/positif itu, masing-masing dengan kelebihan
dan keterbatasannya.
Analisis struktural/transaksional (selanjutnya disingkat TA), merupakan suatu
pendekatan teori kepribadian yang sistematik, konsisten, dengan dinamika sosial yang
dikembangkan dari pengalaman klinik, aksionistik, dan rasional, mudah dimengerti, dan
adaptif untuk dipergunakan sebagai metoda untuk pemahaman diri dan orang lain.
Dengan meningkatnya pengertian dan penghayatan itu, seseorang akan dapat lebih

Dibawakan pada Pertemuan Ilmiah Bagian Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
Denpasar, tanggal 19 Maret 2016, di Sekretariat SMF Psikiatri FK UNUD/RSUP Sanglah.
Dokter Residen yang sedang mengikuti Program Pendidikan Dokter Spesialis 1 Program Studi Psikiatri
yang dibimbing oleh dr. Luh Nyoman Alit Aryani, SpKJ.

1
mengerti motivasi dan manifestasi pelbagai perilaku (pikiran, perasaan dan tingkah
laku), baik di dalam diri maupun dalam hubungannya dengan orang lain, yang
sebelumnya kurang disadari. Dengan demikian diharapkan pula bahwa individu akan
mampu untuk merubah pola perilakunya yang maladaptif menjadi lebih adaptif.
Analisis transaksional dapat dipakai sebagai alat/sarana untuk mengenal diri
sendiri, untuk mengetahui bagaimana seseorang berhubungan dengan orang lain, dan
mengetahui dan lebih sadar akan arah drama kehidupan yang sedang ia jalani.
Unit dari struktur kepribadian adalah Ego State. Dengan lebih menyadari ego state itu,
seseorang dapat :
Membedakan berbagai sumber dari pola pikiran, perasaan dan perilaku.
Menemukan adanya pertentangan atau keseimbangan dalam dirinya.
Lebih sadar akan adanya berbagai opsi/alternatif yang tersedia untuk
menyelesaikan masalah dalam diri dan hubungan dengan orang lain.
Unit untuk menilai hubungan interpersonal adalah transaksi. Dengan
menganalisa transaksi, seseorang akan lebih mampu secara sadar untuk mengatur dan
mengendalikan hubungan interpersonal dengan orang lain. Anda dapat menentukan
kapan transaksi anda komplementer, silang atau ulterior, dan menemukan games apa
yang anda mainkan. Analisis transaksional adalah suatu kerangka referensi yang praktis
yang dapat digunakan untuk mengevaluasi keputusan-keputusan dan perilaku lama,
serta menggantinya dengan apa yang diputuskannya sesuai untuk dirinya.
Analisis Transaksional (Transactional Analysis) yang selanjutnya disingkat TA, menitik
beratkan pada empat jenis analisis :
1. Analisis Struktural : analisis kepribadian individu.
2. Transactional Analysis : analisis mengenai apa yang dilakukan dan dikatakan
seorang kepada orang lain
3. Analisis Game : analisis dari transaksi ulterior yang mengarah pada
suatu akibat (pay off)
4. Analisis Script : analisis dari drama kehidupan spesifik yang secara
kompulsif dimainkan seseorang dalam kehidupannya.

2
Structural Analysis
Setiap orang memiliki tiga ego state, yang masing-masing berbeda dan khas,
sebagai sumber perilaku : 1) Ego State Parent, 2) Ego State Adult, dan 3) Ego
State Child.
Secara fenomenologis, suatu ego state dapat dideskripsikan sebagai suatu
coherent system of feelings related to a given subject, and operationally as a
set of coherent behavior patterns.
Secara pragmatis sebagai suatu system of feelings which motivates a related set
of behavior patterns.

Diagram Struktur Kepribadian adalah sebagai berikut:

Ketiga Ego States tersebut, dapat didefinisikan sebagai berikut:


Ego State Parent :
Berisi pelbagai sikap dan perilaku yang diinkorporasi dari sumber-sumber luar,
terutama dari kedua orang tua.
Keluar (outwardly), sering diekspresikan dalam bentuk perilaku berprasangka,
kritikal dan nurturing kepada orang lain.
Kedalam (inwardly), dialami sebagai pesan-pesan kedua orang tua dimasa lalu
yang masih secara berkelanjutan mempengaruhi inner Child bila seseorang
berbuat, berpikiran, berperasaan seperti yang dilakukan kedua orang tuanya
dimasa lalu, maka orang tersebut berada dalam ego state Parent.

Ego State Adult :


Tidak berhubungan dengan usia kronologis seseorang.
Berorientasi pada realitas saat ini, mengumpulkan informasi secara objektif.

3
Terorganisir, adaptabel, cerdas dan berfungsi atas dasar penilaian realitas (reality
testing), mengestimasi kemungkinan-kemungkinan, dan senantiasa
memperhitungkan sesuatu dengan cermat
Bila seseorang menghadapi realitas saat ini, mengumpulkan fakta/data, dan
mempertimbangkan sesuatu secara objektif, orang itu berada dalam ego state
Adult.

Ego State Child :


Berisi semua impuls yang secara alami ada dalam diri seorang anak
Berisi semua rekaman pengalaman-pengalaman dini di masa lalu, bagaimana
ber-respon terhadap pengalaman-pengalaman itu, dan posisi yang diambil
mengenai dirinya dan orang lain.
Diekspresikan dalam pelbagai perilaku archaic semasa anak bila seseorang
berperasaan dan berperilaku seperti yang dilakukannya di masa kanak, orang itu
berada dalam ego state Child.

Perkembangan dari Ego States


Dalam fase dini kehidupan sesudah dilahirkan, kesadaran anak terpusat pada
pemuasan kebutuhan dan kenyamanan. Ia akan menghindari segala pengalaman
yang tidak menyenangkan dan berespons pada level perasaan yang dimiliki
dan yang memang merupakan ciri anak. Dengan segera Ego state Child-nya
mulai muncul.
Ego state Parent berkembang kemudian. Ini dapat diobservasi pertama kali
waktu anak memainkan peran parenting dalam permainan-permainannya,
mengimitasi perlakuan orang tuanya terhadap dirinya.
Ego State Adult berkembang sejak anak mulai mencoba mengenali, mengerti
dan memanipulasi lingkungannya dan orang lain. Ia mungkin bertanya pada
dirinya kenapa aku harus makan pada hal aku tidak lapar? dan mencari
cara/alasan untuk mengelak dengan misalnya berpura-pura sakit perut bila ia
tidak mau makan.

4
Menganalisis Transaksi
Apapun yang terjadi antara seseorang dengan orang lain, akan melibatkan
transaksi diantara ego states mereka. Bila seseorang mengirimkan pesan kepada orang
lain, ia mengharapkan respons. Semua transaksi yang terjadi dapat
dikelompokan/diklasifikasi sebagai 1) complementary (serasi), 2) crossed (silang), 3)
ulterior (terselubung).

Transaksi Komplementer (Complementary Transactions)


Terjadi bila suatu pesan yang dikirimkan dari suatu ego state yang spesifik
memperoleh respons yang diharapkan dari ego state spesifik orang lain;
merupakan transaksi yang serasi, sesuai dan diharapkan, serta mengikuti suatu
sekuensi alami dalam hubungan antar manusia yang sehat.
Dapat terjadi antara dua ego state yang mana saja dari dua atau lebih orang;
misalnya, dua orang dapat bertransaksi antara Parent-Parent pada saat mereka
mengeluh mengenai kepergian anak-anaknya dari rumah; antara Adult-Adult
pada saat mencari penyelesaian sebuah masalah; antara Child-Child atau Parent-
Child pada saat bersenang-senang/bercengkerama bersama.
Seseorang dapat bertransaksi dari ego state Parent-nya dengan setiap ego state
orang lain. Demikian pula dapat dilakukannya dari Adult atau Child-nya. Bila
respon yang diperoleh sesuai dengan harapan, maka transaksinya adalah
komplementer. Garis komunikasinya terbuka dan keduanya dapat saling
melanjutkan transaksinya.
Bahasa tubuh, ekspresi wajah, sikap tubuh, nada suara, dan sebagainya,
semuanya berpengaruh pada arti setiap transaksi. Bila suatu pesan verbal ingin
dipahami secara lengkap, si penerima harus memperhatikan dan
mempertimbangkan baik aspek-aspek nonverbal maupun nonverbal.

5
Diagram Transaksi Komplementer :

Dalam setiap transaksi di atas, komunikasinya terbuka karena respons yang diberikan
memang respons yang diharapkan dan sesuai dengan stimulus. Kadang-kadang suatu
stimulus memperoleh respons yang tidak diharapkan, sehingga garis komunikasi
menjadi silang.

Transaksi Silang (Crossed Transactions)


Terjadi bila suatu pesan tidak mendapatkan respons yang diharapkan. Ego state yang
tidak sesuai teraktivasi dan garis transaksi antara kedua orang itu bersilangan.
Pada keadaan ini orang cenderung menarik diri, saling meninggalkan, atau
mengarahkan percakapan ke hal-hal lain, dan menyisakan perasaan yang tidak
menyenangkan dalam diri masing-masing.

6
Transaksi Silang seringkali merupakan sumber perselisihan/pertengkaran/kemarahan,
antar-orang (orang tua dan anak, suami dan istri, atasan dan bawahan, guru dan
murid, dan sebagainya).

Diagram Transaksi Silang

Contoh:
Bila seorang suami memberi respons yang tidak simpatik terhadap kesedihan istrinya
karena kematian seorang sahabatnya yang mengatakan: Kamu pikir perasaanku
bagaimana?! dengan nada suara yang tinggi dan iritabel.

7
Transaksi dapat bersifat langsung atau tidak langsung (direct or indirect), terang-
terangan atau tidak jelas/double bind (straightforward or diluted), kuat atau lemah
(intense or weak).
Transaksi yang indirek biasanya ada triangulasi. Seseorang berbicara pada orang
kedua, dengan harapan akan mempengaruhi orang ketiga mendengarnya.

8
Diluted transactions/double bind, biasanya setengah hostile, setengah
affectionate; pesan yang sebenarnya tersembunyi dibelakang suatu bentuk
kelakar/lelucon, intonasi, atau bahasa tubuh tertentu.
Transaksi lemah bersifat dangkal, di permukaan, perfunctory, dan kekurangan
intensitas afektif/emosi.
Hubungan antar manusia yang sehat bersifat langsung, terang-terangan, dan
terkadang intens. Transaksi disini adalah komplementer, dan bebas dari motif-
motif terselubung (ulterior).

Transaksi terselubung (Ulterior Transactions)


Merupakan jenis transaksi yang paling kompleks. Transaksi ini berbeda dengan
yang komplementer dan silang, karena melibatkan lebih dari dua ego states.
Bila suatu pesan ulterior dikirimkan, pada permukaan pesan itu tampak sebagai
suatu transaksi yang secara sosial dapat diterima, namun dibalik itu memiliki
suatu motif yang terselubung.

9
Diagram transaksi terselubung :

Transaksi terselubung biasanya digunakan untuk memperkembangkan psychological


games seseorang.

Menganalisa Psychological Games


Berne mendefinisikan suatu psychological game sebagai a recurring set of
transactions, often repetitive, superficially rational, with a concealed motivation; or
more colloquially, as a series of transactions with a gimmick.

Tiga elemen spesifik yang harus ada untuk menyebut suatu transaksi sebagai games:
1. Suatu seri transaksi komplementer yang berkelanjutan, yang sepintas tampak
masuk akal pada taraf hubungan sosial.

10
2. Adanya suatu transaksi terselubung yang tersembunyi yang merupakan dasar
dari pesan yang sebenarnya.
3. Adanya suatu konsekuensi yang dapat diramalkan akan terjadi, sebagai akhir
dan merupakan tujuan yang sebenarnya dari games.
Games menghambat atau mencegah berkembangnya hubungan yang jujur, intim dan
terbuka antara pemain-pemainnya. Namun demikian orang memainkannya untuk
mengisi waktu, mencari perhatian, menguatkan opini-opini di masa lalu mengenai
diri dan orang lain.
Games cenderung repetitif, terprogram secara individual.
Games dimainkan dari Parent ego state bila individu mengimitasi games orang
tuanya dulu.
Games dimainkan dari Adult ego state games itu diperhitungkan secara sadar.
Games dimainkan dari Child ego state bila didasarkan pada pengalaman-
pengalaman dini kehidupan, keputusan-keputusan yang dibuat dimasa lalu, dan
posisi yang diambil mengenai dirinya dan orang lain dimasa anak.

Hari-hari Pengambilan Keputusan (Days of Decision)


Sebelum usia delapan tahun, seorang anak mengembangkan konsep mengenai
makna dirinya dan juga konsep mengenai makna orang lain.
Ia mengkristalisasi pengalaman-pengalamannya dan memutuskan arti/makna
semua itu bagi dirinya, peranan apa dan bagaimana ia akan memainkannya
Ini adalah hari-hari pengambilan keputusan (Days of Decision).
Bila keputusan mengenai diri dan orang lain dibuat di masa sangat dini dalam
kehidupan anak, maka keputusan itu cenderung untuk sangat tidak realistik,
terdistorsi dan irasional. Distorsi-distorsi itu dapat menimbulkan suatu derajat
psikopatologi yang bervariasi dari yang ringan sampai berat. Namun bagi anak
distorsi-distorsi itu dapat sangat logis pada saat ia membuatnya dulu.

Posisi-posisi Psikologis (Psychological Positions)


Hari-hari pengambilan keputusan The days of decision akan mengarahkan
seseorang untuk mengambil posisi psikologik tertentu. Pada waktu seseorang

11
menentukan posisi untuk dirinya dan orang lain, ia akan menempatkannya ke dalam
salah satu dari ke empat pola dasar dibawah ini:

1. Posisi : Im OK, Youre OK.


Posisi ini secara potensial merupakan posisi keadaan mental yang sehat. Bila seseorang
secara realistik mengambil posisi seperti ini mengenai dirinya dan orang lain, ia akan
mampu menyelesaikan masalahnya secara konstruktif. Apa yang diharapkan dari
transaksinya dengan orang lain senantiasa sahih. Ia dapat mengakui makna orang lain.
Ia merasa bahwa ada makna dalam kehidupan ini.

2. Posisi Projektif (Projective Position): Im OK, Youre not-OK.


Ini adalah posisi dari orang yang merasa sebagai victim atau yang dikejar-kejar
(persecuted). Orang ini menyalahkan orang lain sebagai penyebab segala penderitaanya.
Orang-orang delinkuen dan kriminal seringkali menambil posisi paranoid ini. Pada
kasus-kasus ekstrim dapat berakhir dengan pembunuhan. Ia merasa Hidupmu tidak ada
gunanya.

3. Posisi Introjektif Position (Introjective Position) : Im not-OK, Youre OK.


Ini adalah posisi yang biasanya ada pada orang yang merasa diri tidak berdaya, tidak
pantas, rendah, bila membandingkan dirinya dengan orang lain. Posisi ini mengarahkan
mereka untuk menarik diri, mengalami depresi, dan bunuh diri pada kasus yang berat.
Mereka merasa Hidupku ini tidak ada gunanya.

4. Posisi Kesia-siaan (Futility Position): Im not-OK, Youre not-OK.


Ini adalah posisi dari orang yang sudah tidak mempunyai interes untuk hidup, menutup
diri dari hubungannya dengan sekitarnya (skizoid). Pada keadaan ekstrim dapat berakhir
pada pembunuhan atau bunuh diri. Merasa bahwa Hidup ini tidak ada gunanya sama
sekali.
Begitu suatu posisi tertentu sudah diambil, individu akan mempertahankan dan
mengusahakan pembenarannya melalui pengalaman dan peristiwa dalam kehidupannya,
menjadikannya sebagai suatu patokan hidup dan sebagai dasar untuk membentuk script

12
serta memainkan games untuk mengekspresikan dan menguatkan script-nya itu.
Prosesnya dapat digambarkan dalam diagram sebagai berikut:

Experiences Decisions Psychological Positions Script Reinforcing Behavior

Pengenalan Analisa Naskah Kehidupan (Life Script)


Naskah kehidupan (selanjutanya disingkat Script), secara singkat dapat
didefinisikan sebagai suatu rencana hidup, mirip seperti suatu skenario drama
panggung, dimana individu diharuskan untuk memainkannya.
Script berhubungan dengan keputusan dan posisi yang telah diambil anak
dimasa dini kehidupannya.
Tercetak dalam Child ego state melalui transaksi yang terjadi antara anak
dengan orang tuanya.
Games yang dimainkan adalah bagian dari script. Bila games dan posisi
psikologik dapat diidentifikasi, maka seseorang akan lebih sadar mengenai
script-nya.

Drama Naskah Kehidupan (The Drama of Life Scripts)


Dalam kehidupan setiap individu, peristiwa kehidupan, peran yang dipelajari,
dilatih dan di ekspresikan dalam perilaku, didasari dan ditentukan oleh adanya
suatu script.
Suatu psychological script adalah suatu program berkelanjutan drama kehidupan
seseorang yang mendiktenya akan kemana dan bagaimana ia membawa
kehidupannya itu; suatu drama yang secara kompulsif harus
dilaksanakan/dimainkan namun kabur dalam kesadarannya. Sebagaimana
sebuah sandiwara, pemain memerlukan panggung dan penonton.
Menurut Frederick Perls, setiap orang mempunyai dua panggung :
o Panggung pribadi (private stage) dimana dalam ketersembunyian rahasia
pikirannya, ia bebas membayangkan dan melatih pelbagi peran yang ia ingin
mainkan di masa depan;
o Panggung publik dimana akting perannya itu dapat dilihat orang lain.

13
Berlatih di panggung pribadi dalam pikiran kadang-kadang masih sesuai dan
wajar, namun terlalu banyak akan membuat orang menjadi terlena dan
terpreokupasi.
Panggung publik dimana orang memerankan scriptya, dapat di rumah, di tempat
kerja, di tempat ibadah, perkumpulan, dan sebagainya. Sebagian orang lebih
menyukai panggung yang satu dari yang lain. Namun, sebagian besar orang
memilih beberapa panggung dan memainkan peran yang berbeda di masing-
masing panggung itu.

Bagaimana scripting terjadi :


Drama kehidupan mulai sejak lahir. Instruksi yang membentuk script diprogram
ke dalam ego state Child melalui transaksi antara figur orang tua dan anak-anak
mereka.
Di dalam masa tumbuh-kembang, anak-anak belajar memainkan bagian peran
mereka sebagai pahlawan, penjahat, korban, penyelamat dan tanpa sadar
mencari orang lain untk memainkan peran komplementernya. Drama yang
berbeda-beda mengandung variasi konstruktivitas, destruktivitas atau
nonproduktivitas dengan derajat yang berbeda pula.
Di masa dewasa seorang individu akan memainkan scriptnya dalam konteks
masyarakat dimana ia hidup dengan pola dramanya sendiri.
Individu mengikuti script, keluarga mengikuti script, suatu bangsa pun
mengikuti script. Setiap kehidupan drama yang unik dapat mengandung elemen-
elemen script keluarga dan budaya; interaksi antara berbagai script itu
berpengaruh pada drama kehidupan seseorang.
Cultural Scripts.
Subcultural Scripts
Family Scripts

Peran dan Tema dalam Drama Kehidupan


Pesan-pesan, sebagaimana diterima anak, mengarahkannya mengambil posisi
psikologik tertentu dan mengembangkan peran-peran yang diperlukan untuk
memenuhi/memainkan posisi itu dalam drama kehidupannya.

14
Begitu telah ditetapkan peranannya, seseorang akan memilih dan memanipulasi
orang lain (dari ego state Child) untuk ikut bermain dalam casting karakter
dalam drama itu.
Ada dua posisi primer manipulatif: topdog and underdog. Banyak peran
dimainkan dari posisi ini. Peran-peran yang paling dramatis dapat dikenali
sebagai peran Persecutor, Rescuer, atau Victim.
Peran-peran seperti itu akan sah-sah saja (legitimate) bila memang sesuai dengan
kenyataan dan sesuai situasi (misalnya dalam suatu sistim hirarki yang sah). Bila
peran-peran ini dimainkan dengan motif terselubung yang bertujuan manipulatif,
maka peran-peran itu tidak sah dan merupakan bagian dari script dan games.
Dalam berbagai panggung kehidupan tidak jarang bahwa pemain-pemain seolah
mengerti dan memahami bagaimana memainkan casting karakter masing-karakter itu
dalam drama kehidupan. Masing-masing pemeran mampu untuk beralih peran diantara
ketiga peran primer sebagai : Victim (V), Persecutor (P), and Rescuer (R).
Dalam TA ini disebut sebagai Segitiga Karpman (the Karpman Triangle) :
.
(P) (R)

(V)

The Human Hunger for Strokes and Time Structuring


Setiap orang butuh untuk disentuh dan diakui keberadaannya oleh orang lain,
dan setiap orang butuh untuk menggunakan waktu yang ada selama kehidupannya.
Kebutuhan biologis dan psikologis ini oleh Berne disebut hungers.
Kebutuhan akan sentuhan dan rekognisi/pengakuan, dapat dipenuhi melalui strokes.
Strokes diartikan sebagai setiap aksi yang mengimplikasikan pengakuan keberadaannya
orang lain. Strokes dapat diberikan dalam bentuk sentuhan fisik yang nyata, atau
dengan simbol-simbol lain yang menyatakan saya tahu kamu ada, misalnya dengan
pandangan, mengutarakan sepatah kata, gesture, dan sebagainya. Kebutuhan seseorang
akan strokes itu akan menentukan apa yang akan dilakukannya dengan waktu yang ada.

15
Positive stroking
Positive strokes biasanya merupakan transaksi komplementer yang bersifat langsung,
sesuai dan relevan dengan situasi. Bila strokes itu positif, akan meninggalkan kesan dan
perasaan yang menyenangkan, hidup dan bermakna dalam diri seseorang. Setiap orang
membutuhkan strokes, dan bila ia tidak mendapatkan positive strokes yang cukup, baik
anak maupun orang dewasa, seringkali akan memprovokasi negative strokes. Atensi
negatif seringkali lebih baik daripada tidak mendapatkan atensi sama sekali.

Discounting and Negative Stroking


Suatu discount (pengabaian) adalah tidak memberi perhatian atau memberi perhatian
negatif yang secara emosional menyakitkan hati. Tidak mengacuhkan anak atau
memberinya negative strokes memberikan pesan youre not OK. Bila seseorang tidak
diacuhkan, diledek, direndahkan, dihina, ditertawakan, dikata-kataain atau
dipermalukan, dia merasa bahwa dirinya diperlakukan sebagai tidak berarti/bermakna.
Diabaikan selalu menyakitkan. Antara orang tua dan anak dapat mengarahkan pada
perkembangan patologi kepribadian, antara sesama orang dewasa akan mengarah pada
hubungan interpesonal yang tidak membahagiakan dan yang merusak.

The Hunger for Structured Time


Kebosanan yang berkepanjangan akan mempercepat terjadinya deteoriasi
emosional dan fisik. Untuk menghindari ketidaknyamanan yang disebabkan kebosanan,
orang akan senantiasa mencari sesuatu kegiatan untuk mengisi waktunya itu. Ada
enam cara bagaimana orang akan mengisi waktunya :
1. Withdrawal
2. Rituals
3. Pastimes
4. Games
5. Activities
6. Intimacy

16
The Parent Ego State
Orang tua membuat suasana emosional yang dapat bersifat hangat atau dingin,
lembut atau kasar, kondusif atau destruktif untuk perkembangan diri anak-
anaknya.
Orang tua dapat memberi kepada anak-anaknya kasih sayang yang tegas namun
membesarkan hati melalui positive strokes dan membentuk script yang
konstruktif/produktif, atau mengabaikan dan mengecilkan mereka, dan dengan
demikian membentuk script yang destruktif dan nonproduktif.
Baik atau buruk, orang tua berfungsi sebagai model dan akan tercetak dalam
otak anak-anak mereka.
Merupakan inkorporasi semua sikap dan perilaku dari orang-orang yang secara
emosional bermakna, yang berfungsi sebagai figur orang tua; juga merupakan
transmiter dari script kultural dan script keluarga kepada anak-anaknya.
Transaksi Parental seringkali bersifat nurturing atau prejudicial. Pola transaksi
ini digunakan dalam transaksi baik dengan orang dewasa maupun anak-anak.
Tiap individu orang tua mempunyai tiga ego state-nya sendiri yang unik, yang
diperoleh dari inkorporasi (P) (A) (C) orang tuanya dulu. Kadang-kadang
seorang orang tua bersikap terhadap anak-anaknya seperti orang tuanya dulu
bersikap terhadapnya moralizing, punishing, nurturing, ignoring.
Disaat lain orang tua memberikan alasan-alasan yang didasarkan pada data
objektif menerangkan mengapa, memberi contoh bagaimana, mencari fakta,
dan menyelesaikan masalah.
Disaat lain lagi mereka menggunakan sikap/perilaku dimasa anak mereka sendiri
dahulu whining, withdrawing, frolicking, gigling, manipulating, and playing.
Karena itu, bila seseorang berrespon dari ego state Parent, sikap/perilakunya
dapat berasal dari ego state mana saja yang telah ia inkorporasi dari ego state (P)
figur orang tuanya dahulu.
Menganalisa ego states didalam ego state disebut sebagai second order
structural analysis.

Contoh diagram :

17
Ekspresi keluar (Outward Expression) dari Ego State Parent
Bila suatu ego state Parent diekspresikan keluar, seseorang itu akan bertransaksi
dengan ego state orang lain seperti yang dahulu ia observasi orang tuanya
melakukan.
Transaksi dari (P) terutama nyata dalam praktek pola asuh anak. Dalam banyak
hal orang akan cenderung mengasuh anaknya seperti dahulu mereka diasuh.

Diagram :

Pengaruh Internal Ego State


Orang tidak saja menginkorporasi perilaku orang tuanya, tetapi juga pesan-pesan
orang tua dahulu, yang kemudian seolah didengar dari dalam hati/kepala seperti
rekaman kaset.
Seperti suatu dialog internal dalam diri seseorang, yang biasanya terjadi
antara (P) yang besar pengaruhnya dengan (C). Pesan-pesan itu dapat seperti
rekaman ekspresi wajah, sikap, aksi, pernyataan dan instruksi dari orang tuanya
dahulu.

18
Diagram

Inner dialog itu merupakan bentuk dini dari kata hati (conscience). Sepanjang
hidup, kata hati itu dapat dialami sebagai inner dialog antara (P) dan (C) dalam
diri seseorang. Inner dialogue dapat permisif, membingungkan, moralistik, atau
moralistik yang kaku.
Walaupun kata hati itu terdengar, namun tidak selalu diikuti. Seorang anak
kecilpun dapat membuat suatu penilaian yang independen atau keputusan untuk
mengikuti keinginannya sendiri.
Setiap anak memerlukan larangan-larangan tertentu atau kata tidak untuk
melindunginya dari bahaya dan meningkatkan kesadaran sosialnya serta
meyakinkannya bahwa orang tua memperhatikannya. Namun sebagian orang
tumbuh dibawah dominasi larangan internal yang prejudicial dan prohibitive
yang tidak perlu.
Pesan-pesan (P) yang terlalu restriktif akan menghambat ekspresi kegembiraan,
sensitivitas dan kreativitas. Anak tertindas dibawah the tyranny of the shoulds
yang akan memprogram anak dibawah beban rasa bersalah dan posisi underdog.

Conflicting Inner Dialogue


Inkonsistensi dalam menanamkan nilai-nilai dan norma, baik dan buruk, benar
dan salah, antara kedua orang tua, dapat mengembangkan konflik yang
berkepanjangan dalm diri anak untuk selanjutnya.
Bila seseorang dikuasai oleh dua orang tua yang selalu bertolak belakang dan
terus mendengarkan pertentangan-peetentangan itu, maka ia akan menganiaya
dirinya dalam apa yang oleh Perls disebut sebagai the self torture game.
Keadaan ini akan menyebabkan ketegangan dan kebingungan.

19
Nurturing Parent
Kebanyakan orang tua bersifat simpatik, protektif, nurturing pada keadaan-
keadaan tertentu dan pada keadaan-keadaan lainnya bersifat critical, prejudicial,
moralizing atau punitive. Beberapa orang tua lebih brsifat nurturing daripada
judgmental, dan sebaliknya.
Bila seorang anak memiliki orang tua yang nurturing, ia mengembangkan suatu
Parent ego state dalam dirinya yang juga nurturing. Terkecuali ia memutuskan
untuk merubahnya, maka bila ia dewasa nanti, ia akan mengulangi sikap-sikap
itu kepada anak-anaknya. Ia juga akan cenderung bersikap sebagai Nurturing
Parent terhadap orang dewasa lain.

Prejudicial Parent
Ego state Parent cenderung terisi dengan opini-opini mengenai agama, politik,
tradisi, peran seksual yang diharapkan, pola hidup, asuhan anak, kesopanan
berpakaian, bicara, dan semua aspek dari script keluarga dan budaya. Opini-
opini itu seringkali irasional dan tidak dievaluasi oleh ego state Adult dan dapat
bersifat prejudicial.
Prejudical Parent seringkali critical. Seseorang yang beraksi dari sifat critical
(P) menjadi orang yang bossy, merasa tahu semua, dan perilakunya dirasakan
sebagai intimidasi bagi orang lain. Seorang boss, pasangan hidup, guru atau
teman yang seringkali menggunakan critical (P) nya, dapat menjengkelkan orang
lain dan cenderung ditinggalkan orang.

Parent Ego State yang tidak lengkap


Bila seorang anak kehilangan salah satu dari orang tuanya karena kematian atau
karena ditinggalkan, dan tidak ada substitut orang tua dari jenis kelamin yang
sama, ia akan memiliki kekosongan dalam ego state Parent. Dalam hal itu (P)
tidak lengkap. Suatu (P) yang tidak lengkap dapat pula disebabkan karena terlalu
banyaknya ketidak hadiran orang tua itu, baik secara fisik maupun secara
psikologik.

20
Bila orang tua terlalu lama tidak hadir dalam kehidupan anak, anak akan
berpaling ke fantasi dan membentuk suatu figur ibu atau ayah ideal dalam
imajinasinya.
Suatu (P) yang tidak lengkap seringkali mengarah pada terbentuknya suatu pola
perilaku yang khas. Misalnya, orang itu dari (C) terus menerus mencari orang
tuanya yang hilang itu dan mengharapkan parenting dari orang-orang dewasa
lain seperti pasangan hidupnya, atasan, pemimpin rohani, teman, atau malah dari
anak-anaknya sendiri.
Seorang lainnya mungkin malah menolak setiap orang yang bersikap parenting
terhadapnya dan tidak mencari mencari pengganti.
Seorang lainnya lagi mungkin tidak mau menghargai, merendahkan, atau malah
membenci dan bermusuhan dengan orang lain dari jenis kelamin yang sama
dengan orang tuanya itu.
Orang-orang dengan (P) yang tidak lengkap tidak hanya akan mengalami
kesulitan dalam fungsinya sebagai orang tua terhadap anak-anaknya, tetapi juga
kesulitan dalam bersimpati dengan orang-orang dewasa lain.

Re-Parenting
Ada beberapa orang yang mengalami ketidaklengkapan (P) dengan cukup berat
sehingga hanya sedikit yang tersisa dalam (P) yang bermanfaat baginya dan
lebih banyak merusak dan merugikan.
Pada keadaan seperti itu ego state Adult (A) dapat diprogram untuk mengambil
alih fungsi parenting. Metode terapi untuk re-parenting sedang banyak
dikembangkan, dimana (P) yang lama dihapuskan dan suatu bentuk (P) yang
baru diinkorporasi.
Diagram of re-parenting:

21
Ego State Child
Setiap orang membawa dalam dirinya rekaman-rekaman yang permanen
mengenai bagaimana ia mengalami dorongan impulsnya dimasa anak, bagaimana ia
mengalami dunia sekitarnya, persepsinya mengenai dunianya itu, dan bagaimana ia
telah beradaptasi terhadapnya. Ego state Child adalah dunia internal dimana terdapat
semua perasaan dan pengalaman dan adaptasi yang dialami dimasa anak.

Ego state Child berkembang dalam tiga bagian yang berbeda:


The Natural Child: adalah bagian dari (C) yang sangat muda, impulsif, tidak
terlatih, ekspresif, yang tetap ada dalam setiap orang. Seringkali bersifat
egosentrik, menyenangkan bila keinginan-keinginannya terpenuhi, atau pemarah
dan berontak bila keinginan-keinginannya tidak terpenuhi. Bila seseorang
berespons sebagaimana ia lakukan dimasa anak ingin tau terus, mesra penuh
kasih sayang, egois, pemarah, suka main, merengek, manipulatif ia merespons
dari ego state Natural Child.
The Little Professor: adalah kearifan, kebijakan, kepandaian anak yang tidak
diperoleh dari pembelajaran luar. Adalah bagian dari (C) yang intuitif, berespon
terhadap pesan-pesan nonverbal, berfirasat, prasangka, menduga-duga.
Dengannya, anak dapat membayangkan berbagai hal, seperti misalnya kapan
menangis, kapan diam, bagaimana memanipulasi ibu agar mau senyum dan
senang kepadanya, dan sebagainya. Little Professor juga sangat kreatif.
Adalah si anak kecil yang pintar dalam setiap orang. Bila pada saat-saat
tertentu orang merasa intuisinya berbicara, saat dimana ia merasa pintar

22
karena berhasil mencari solusi dari mengira-ngira, memanipulasi orang untuk
menuruti apa yang ia inginkan, maka Little Professor orang itu terlibat.
The Adapted Child : adalah bagian dari (C) yang merupakan modifikasi dari
kecenderungan Natural Child. Adaptasi dari impuls-impuls alami dalam Natural
Child terjadi sebagai akibat/respons terhadap trauma, pengalaman,
pembelajaran/training, dan yang terpenting, tuntutan-tuntutan dari figur otoritas
yang bermakna. Adapted Child adalah anak yang terlatih yang mengembangkan
kesadaran sosialnya walaupun seringkali merasa tidak OK. Bila seorang bersikap
terlalu sopan, penurut, mengelak konfrontasi, mengulur-ulur waktu
(procrastinating), merasa tidak OK, maka orang itu mungkin mengekspresikan
Adapted Child-nya.

Diagram Child Ego State :

Shifts Antara Natural dan Adapted Child


Di dalam ego state Child sebagian orang, terjadi pertentangan berkelanjutan
antara Natural dan Adapted Child mereka. Pada kasus-kasus seperti itu,
perasaan dan perilaku mereka tak henti-hentinya berfluktuasi antara compliance
pada dan pemberontakan terhadap interferensi parental.
Konflik seperti ini seringkali terlihat pada seseorang yang orang tuanya tidak
mengizinkannya untuk menikmati kesenangan dan kebahagiaan kecuali ia telah
memenuhi persyaratan tertentu yang kaku.

23
Sebagai seorang dewasa, inner Child-nya yang bingung akan terus menerus
menuntut pemuasan dari kebutuhan yang tidak terpuaskan itu.

Aktivasi Ego State Child


Ego state Child menjadi aktif bila orang lain bersikap parental terhadapnya. Ia
juga dapat diaktivasi pada waktu-waktu dimana seseorang membutuhkan dependensi
seperti misalnya pada keadaan sakit, ketakutan/cemas, distres, terluka parah, kecapaian;
atau pada waktu dimana dibutuhkan untuk bersenang-senang seperti pada pesta,
bergurau dengan teman-teman, dan sebagainya. Pada saat seseorang merasa tidak
berdaya, seseorang dapat berrespons dengan cara-cara uniknya dimasa anak dulu:
Menarik diri dari sekitar.
Berusaha lebih keras lagi.
Mengeluh terus menerus mengenai rasa nyeri.
Menuntut untuk dilayani.
Menutupi stres dengan pura-pura gembira.
Walaupun ada situasi dan transaksi yang cenderung mengaktivasi (C), namun
(C) tidak harus diekspresikan keluar. Banyak orang dapat berfungsi dengan baik melalui
ego state Adultnya walaupun terjadi replay internal dari memori (C) di dalam dirinya.

Stamp Collecting
Dalam TA, perasaan-perasaan tertentu yang disimpan/dikoleksi oleh Child ego
state disebut trading stamps. Istilah stamps ini dianalogkan dengan praktek-praktek jual
beli di mana nasabah mengumpulkan kupon belanja, untuk nantinya dapat ditukar
dengan hadiah bila jumlahnya telah mencukupi. Fenomena yang mirip itu dapat dilihat
pada perilaku manusia. Orang menyimpan/mengumpulkan perasaan-perasaan archaic,
untuk kemudian menukarkannya dengan suatu harga psikologis tertentu.
Perasaan-perasaan inadekuat disebut brown stamps (kupon coklat) atau grey stamps
(kupon abu-abu); perasaan sakit hati dan depresi sebagai blue stamps (kupon biru);
perasaan-perasaan dihargai/dipuji sebagai gold stamps (kupon emas).

24
Waktu Penebusan (The Time of Redemption)
Trading stamps secara psikologis sebenarnya bertujuan untuk menukarkan
kumpulan perasaannya itu dengan suatu harga tertentu. Istilah waktu penebusan ini,
dimaksudkan bahwa suatu waktu tertentu dimana seseorang sesudah merasa cukup
banyak mengumpulkan kupon-kuponnya, merasa mempunyai hak untuk mengeluarkan
dan menukarkannya dengan harga tertentu. Misalnya ia merasa berhak dan wajar kalau
ia menuntut imbalan, meledak marah, menjadi depresi, dan sebagainya.
Prosesnya adalah sebagai berikut:
Collecting stamps growing resentment justification of behavior

Games Played from the Child Ego State


Bila games dimainkan dari ego state Child, maka orang memainkannya untuk
menguatkan (reinforce) posisi psikologik dan mengembangkan script kehidupannya.
Games biasanya dimainkan dari peran Persecutor atau Rescuer untuk menguatkan
posisi negatif orang lain youre not-OK (anda perlu dihukum). Games dimainkan dari
peran Victim untuk menguatkan posisi negatif diri sendiri Im not-OK (saya ingin
engkau menghukum saya atau menolong/menyelamatkan saya).

Beberapa contoh Games :

Tema Nama Games Tujuan pembuktian


Blaming others If It Werent for You Youre not-OK
See What You Made Me Do
Saving others Im Only Trying to Help You Youre not-OK
What Would You Do Without Me
Finding faults Blemish Youre not-OK
Corner
Getting even Rapo Youre not-OK
Now Ive Got You,
You S.O.B.
Provoking put downs Kick Me Im not-OK
Stupid
Enjoying Misery Poor Me Im not-OK

25
Wooden Leg
Copping out Harried Im not-OK

Aksi dramatis suatu game dimulai dengan adanya undangan/provokasi kepada


satu atau lebih pemain potensial. Bila seorang calon pemain itu tertarik untuk
memainkannya, ia terperangkap/terpancing, dan drama akan dimulai.
Setiap game mempunyai peran-peran yang akan dimainkan, fokus discounting/
mendiskreditkan seseorang, jumlah pemain, derajat intensitas, waktu berlangsung, dan
pesan-pesan ulteriornya. Masing-masing game mempunyai dramatic style-nya sendiri
dan dapat dimainkan pada lokasi yang berbeda-beda.

Ego State Adult


Setiap orang memiliki Ego state Adult, dan bila otaknya tidak defektif tiap orang
dapat menggunakan kemampuannya untuk memproses data.
Ego state Adult dapat digunakan untuk reasoning, mengevaluasi stimulus,
mengumpulkan informasi dan menyimpan informasi, menggunakannya untuk
referensi dikemudian hari dan menilai realitas yang memungkinkannya untuk
mencari penyelesaian-penyelesaian alternatif bagi permasalahan yang ia hadapi.
Kriteria untuk menilai fungsi (A) tidak didasarkan pada benar tidaknya
keputusan yang dibuat, tetapi pada proses penilaian realitas dan estimasi
kemungkinan-kemungkinan yang dipakai untuk membuat keputusan itu.
Kualitas dari keputusan yang dibuat akan tergantung pada informasi yang
diperoleh (A) dan kemampun (A) untuk dapat menseleksi dan menggunakan
informasi dari (P) dan (C). Sebagai manusia kadang-kadang kita harus membuat
keputusan atas dasar informasi/data yang tidak lengkap dan dapat membuat
keputusan yang salah.

Batas-batas Ego State (Ego State Bounderies)


Rasa real self seseorang dapat dialami melalui ego state, tergantung di mana
energi psikis bebas dikateksis pada saat tertentu. Bila rasa real self dialami
melalui satu ego state tertentu, maka ego state yang lain inaktif. Namun

26
demikian, ego state yang lain itu tetap ada dan secara potensial dapat menjadi
aktif.
Tiap ego state dapat dibayangkan mempunyai batas (boundery). Berne
mendefinisikan ego boundery sebagai suatu membran semipermiabel melalui
mana energi psikis dapat mengalir dari satu ego state ke ego state yang lain. Ego
boundery itu harus semipermiabel, karena kalau tidak, energi psikis akan
terbendung di satu ego state saja dan tidak dapat bergerak bebas spontan bila
situasi berubah.
Fisiologi dari ego bounderies belum diketahui dengan jelas, tetapi asumsi
adanya ego bounderies itu dibuat dari observasi defek-defek perilaku spesifik
tertentu.
Pada beberapa orang yang highly effective, arus energi dapat berlangsung cepat,
dan pada orang lain lamban. Orang dengan arus energi yang cepat dapat menarik
dan stimulatif bagi sebagian orang, tetapi bisa juga sulit untuk diikuti bagi
sebagian yang lain. Orang dengan arus energi yang lamban adalah orang yang
lamban memulai dan mengakhiri aktivitas, termasuk pemikirannya. Sebagian
orang dapat menjadi kurang sabar dengan kelambannya itu walaupun respons
yang dihasilkan mungkin bermutu tinggi.
Sebagian orang lain bertindak dengan cara-cara yang tidak dapat diprediksi, dan
sebagian lain sedemikian prediktifnya sehingga dirasakan monoton; sebagian
orang meledak2--ledak dan berantakan hanya karena provokasi kecil; ada lagi
yang pemikirannya terdistorsi karena prasangka dan delusi.
Perilaku-perilaku seperti itu disebabkan karena ego state bounderies yang terganggu
seperti dibawah ini :
Lax Ego Bounderies
Orang dengan lax ego boundery tidak menutup pintus batas diantara ego state-
nya. Ia tampak sebagai seseorang yang tidak punya identitas, yang perilakunya
mudah berubah-ubah.
Energi mengalir dengan mudahnya dari satu ego state ke ego state lainnya
sebagai respons terhadap stimulus yang kecil sekalipun. Orang seperti ini tidak
mempunyai kontrol (A) yang kuat. Perilakunya seringkali irasional dan tidak
dapat diprediksi.

27
Rigid Ego Bounderies
Rigid ego bounderies tidak mengizinkan arus bebas energi psikis. Seolah ada
dinding tebal yang menahan energi psikis terbendung didalam satu ego state, dan
mengeksklusi dua lainnya. Fenomena ini disebut sebagai eksklusi.
Perilaku orang dengan masalah ini tampak kaku karena mereka cenderung
berespon terhadap stimulus hanya dari satu ego state. Orang ini
mengekspresikan diri selalu dengan (P), atau (A) atau (C)..

Diagram Rigid Ego bounderies

The Constant Parent The Constant Adult The constant Child

Kontaminasi Ego State Adult


Pemikiran jernih dari (A) seringkali dikaburkan/dirusak karena kontaminasi.
Kontaminasi dapat diartikan sebagai intrusi dari ego state Parent dan atau ego
state Child melewati batas/boundery ego state Adult.
Kontaminasi terjadi bila (A) menerima sebagai benar beberapa beliefs dari (P)
yang tidak berdasar, dan atau dari distorsi (C), kemudian merasionalisasinya dan
menilainya sebagai kebenaran untuk bersikap.

28
Masalah intrusi ini merupakan masalah ego bounderies, yang dapat digambarkan
sebagai berikut:

Diagram kontaminasi

Contamination from the Parent Ego State


Kontaminasi Parental merupakan prasangka-prasangka - pendapat yang
dipegang teguh tanpa diverifikasi sebelumnya berdasarkan data objektif. Figur-
figur orang tua seringkali mengekspresikan prasangka itu kepada anak-anak
mereka dengan begitu meyakinkan sehingga seolah-olah tampak sebagai
kenyataan. Seseorang yang percaya pada pendapat atau opini Parental seperti
itu tanpa mengevaluasinya terlebih dahulu, memiliki Adult yang terkontaminasi.
Pada kasus-kasus yang ekstrem, kontaminasi Parental dialami sebagai
halusinasi, persepsi sensorik yang tidak nyata.

Contamination from the Child Ego State


Pada keadaan yang lebih ringan, seseorang yang Adultnya terkontaminasi oleh
Child, mengalami distorsi dalam persepsi realitas. Pikiran delusional merupakan
manifestasi yang paling sering terlihat. Seorang anak belajar distorsi itu dari apa
yang diajarkan padanya, atau dari hasil pemikirannya sendiri.

Contamination from the Child and Parent Ego States (Double


Contamination)

29
Kontaminasi ganda terjadi bila prasangka Parental dan delusi Child
menyelubungi ego state Adult. Seharusnya ia menilai secara objektif, ia
sebaliknya malahan berusaha untuk merasionalisasi kontaminasi itu.

Boundary Lesion
Seseorang dengan boundery lesion memperlihatkan perilaku lepas kontrol bila
titik lemah nya terkena/disinggung. Dimasa anak ia mungkin mengalami
trauma psikis yang serius atau sederetan pengalaman yang tidak menyenangkan.
Bila ada suatu kejadian yang mencetuskan, luka terbuka kembali disertai dengan
ledakan emosi yang kuat yang tampak tidak rasional.
Suatu lesi termanifestasi bila terjadi suatu over reaction/reaksi berlebihan
terhadap suatu stimulus aktual yang tidak seimbang.

Strategi Terapi dalam TA


1) Adult sebagai Eksekutif dari Kepribadian
Setiap orang memiliki potensi untuk menempatkan Adult (A) sebagai pengendali
eksekutif dari ego state-ego statenya. Bila terbebas dari pengaruh negatif dan
irelevan (P) dan (C), ia bebas dan merdeka untuk membuat keputusan secara
otonom.
Jika seseorang tidak memiliki kesadaran akan (A) nya, sebagian besar stimulus
yang diterimanya dari luar akan dirasakan dan direspon melalui (P) atau (C),
atau keduanya.
Bila (A) menjadi eksekutif, seseorang akan belajar untuk semakin banyak
menerima stimulus melalui (A). Ia akan berhenti sejenak, mengobservasi,
melihat dan mendengar, dan berfikir sebelum membuat keputusan dan bertindak.
Ia akan menentukan apa-apa dari (P) dan dari (C) yang tepat, pantas dan OK
untuk digunakan.

30
Pada saat-saat tertentu, sesudah mengamati situasi seseorang dapat memutuskan
bahwa apa-apa yang dilakukan orang tuanya dahulu memang cocok untuk
diikuti. Di saat-saat lain ia mungkin menolak respons (P)nya dahulu dan
mempertahankan serta memutuskan berdasarkan penilaiannya sendiri.

Di saat lain, ia mengamati situasi dan memutuskan untuk berespons seperti yang
ia lakukan dimasa anak untuk main-main dan bersenang-senang; mengijinkan
impuls-impuls (C) melalui keputusan dan dengan pengendalian sadar
(conscious control).
Menurut Berne, seseorang yang memiliki kontrol (A) akan belajar untuk
memperoleh tilikan dan kendali agar sifat-sifat kekanak-kanakan hanya muncul
pada saat-saat dan lingkungan yang cocok. Bersamaan dengan pengalaman
kesadaran dan hubungan personal yang terdisiplin, seseorang akan belajar untuk

31
menjadi kreatif yang terdisiplin.

Untuk membuat suatu pilihan secara sadar, diperlukan pengendalian energi


psikik agar seseorang dapat berpindah dari satu ego state ke ego state lainnya
pada saat-saat yang sesuai. Misalnya, dengan keinginan bebasnya, seorang dapat
pindah dari kepentingan (P) ke (A), atau dari emosi-emosi negatif (C) ke
tindakan (A) yang lebih konstruktif.
Ego state Adult sebagai eksekutif kepribadian berfungsi sebagai wasit (referee)
antara (P) dan (C), terutama pada keadaan dimana dialog internal dalam diri
seseorang itu menyakitkan dan destruktif. Pada keadaan-keadaan seperti itu, (A)
dapat menjadi (P) yang lebih rasional terhadap (C) dibanding orang tua
aktualnya dahulu membuat batasan/aturan-aturan yang lebih rasional, memberi
izin yang layak dan sesuai dengan situasi.
o Placating your Parent
o Pleasing your Child
Adult ego state sebagai eksekutif tidak berarti bahwa seseorang itu terus
menerus beroperasi dari (A). Itu berarti bahwa (A) mengizinkan ekspresi
yang sesuai (appropriate) dari semua ego state, karena masing-masing ego
state itu mempunyai kontribusi dalam membentuk suatu kepribadian yang
menyeluruh.

Giving up Games and The Days of Despair

32
Pada waktu seseorang mencapai kesadaran Adultnya, menjadikan Adult sebagai
eksekutif kepribadiannya, ia akan mulai memandang hidupnya secara lebih realistik. Ia
menyadari banyak hal dalam pikiran, perasaan dan perilakunya yang tidak dapat ia
terima lagi dengan rasio adult, termasuk games dengan rangkaian posisi psikologik dan
script yang selama ini ia mainkan. Kemudian merencanakan untuk melepaskan diri dari
belenggu itu. Dihadapkan pada kesadaran seperti itu, banyak orang akan jatuh ke dalam
suatu fase krisis dengan kecemasan, kebingungan dan ketidakpastian. Ia menyadari
tidak akan ada orang yang dapat menolongnya kecuali dirinya sendiri. Dalam TA ini
disebut sebagai the days of despair. Walaupun perasaan desparate itu tidak
menyenangkan, menyakitkan, namun ia merupakan tantangan untuk memulai
melaksanakan hal-hal yang baru dan berbeda bagi diri individu.
Pada keadaan krisis ini seseorang dapat memilih beberapa cara :
Menarik diri dari masyarakat, mengisolasi diri di suatu tempat yang terisolasi, atau di
rawat di rumah sakit.
Mencoba melepaskan diri dari masalahnya dengan alkohol, narkotika, atau bunuh
diri.
Tidak melakukan apa-apa dan menunggu saja.
Menjadi lebih baik dan memulai hidup di dunia yang realistik.

2) Mengaktifkan dan Menguatkan Adult Ego State


Edukasi : Pendidikan/pembelajaran akan menguatkan kemampuan seseorang untuk
mengumpulkan, mengorganisir dan mengevaluasi informasi agar (A) dapat menilai
secara lebih akurat. (A) setiap orang dipengaruhi oleh jenis pembelajaran yang telah
ia alami. Beberapa jenis pembelajaran dapat menghambat fungsi (A), dan beberapa
jenis lainnya dapat meningkatkannya. Dapat bersifat formal akademik maupun
nonformal. Seseorang dengan (A) executive control perlu belajar secara terus
menerus agar ia menjadi lebih bijaksana untuk dapat menggunakan apa-apa yang OK
dari (P) dan (C) nya.
Kontrak : membuat kontrak Adult, merupakan alat TA yang paling penting. Kontrak
adalah suatu komitmen Adult terhadap diri sendiri dan atau orang lain untuk
membuat suatu perubahan. Kontrak dapat dibuat untuk merubah perasaan, perilaku,
pikiran. Kontrak harus jelas, singkat, dan langsung. Ia meliputi: 1) Suatu keputusan

33
untuk melakukan sesuatu terhadap masalah tertentu, 2) Suatu statement dengan
tujuan/goal yang akan dicapai, dalam bahasa yang mudah dimengerti oleh (C), 3)
Derajat kemungkinan bahwa tujuan itu bisa tercapai.
Kontrak harus dibuat oleh ego state Adult, dengan segala pertimbangan data-data
objektif yang ada, kesadaran akan kepentingannya. (P) dan (C) bisa ingkar janji,
tetapi (A) bersifat lurus dan konsekuen.
Agar seseorang dapat membuat kontrak, ia harus mempunyai
kesadaran/pengertian yang cukup mengenai pandangan hidupnya untuk mengetahui
apa yang membuat ketidakpuasan dan ketidaknyamanan dalam dirinya dan orang
lain. Ketidakpuasan biasanya merupakan motivasi untuk membuat perubahan.
Belajar membuat kontrak, mengevaluasinya, merubahnya bila perlu, dan lanjut ke
masalah berikut dan membuat kontrak berikutnya, merupakan tanda-tanda dari
otonomi dan Adult yang terintegrasi.

Mengajukan pertanyaan yang benar :


Sesudah seseorang telah mendeskripsikan problematiknya dan membuat
kontrak, ia akan dapat memprogram (A) nya dengan pertanyaan-pertanyaan yang
sesuai dengan masalah terkait. Lalu pada saat kritis di mana ia terdorong untuk
menggunakan pola perilaku yang sudah ia putuskan untuk merubahnya, ia
mengajukan pertanyaan-pertanyaan itu pada dirinya. Pertanyaan-pertanyaan itu akan
mengaktivasi (A) nya. Bila teknik kontrak-pertanyaan digunakan untuk
mengaktifkan (A), maka yang bersangkutan harus membuat kerangka pertanyaan
yang terkait dengan kontraknya. Di sini dibutuhkan keterlibatan intelektualnya agar
ia dapat mengevaluasi masalah dan situasi secara lebih rasional.

Belajar dari Proyeksi :


Dengan menggunakan (A), seseorang dapat belajar mengenali fragmen-fragmen
yang teralienasi dalam kepribadiannya melalui proyeksi-proyeksi yang digunakan.
Proyeksi merupakan salah satu mekanisme defens yang biasa digunakan dan
merupakan salah satu fenomena perilaku manusia. Seseorang dapat memproyeksi
beberapa sifat positif maupun negatif dalam dirinya kepada orang lain. Secara bawah
sadar ia dapat menuduh orang lain marah padanya, pada hal sebenarnya dialah yang

34
marah pada orang lain itu ia dapat mempersepsi orang lain sebagai orang baik dan
lembut hati, pada hal sebenarnya dibalik ekspresi eksternalnya yang dingin dan
seolah tidak berperasaan itu ia memiliki kemampuan untuk lemah lembut dan halus
perasaan. Dengan mempertanyakan proyeksi-proyeksi, orang dapat memperoleh
pengertian diri yang lebih realistik mengenai dirinya itu, dan ia dapat membuat
kontrak untuk merubahnya sesuai dengan keinginannya.

II. REFERENSI

1. Eric Berne, MD., Transactional Analysis in Psychotherapy, Grove Press, Inc,


New York, Evergreen Books Ltd, London, 1971.
2. James & Jongeward, Born To Win, Transactional Analysis with Gestalt
Experiments, Addison-Wesley Publishing Company, Massachussetts, 1973
3. Eric Berne, Games People Play, New York, Grove Press, 1964
4. Thomas a. Harris, Im OK Youre OK, new York, Harper & Row, 1969
5. Eric Berne, Transactional Analysis in Psychotherapy: A Systematic Individual
and Social Psychiatry, grove Press, Inc. New York, 961
6. James & Jongeward, Born To Win: Transactional Analysis with Gestalt
Experiments, Addison-Wesley Publishing Company, 1973

35

Anda mungkin juga menyukai