Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PEMBAHASAN
II.1 Anamnesis
Dari hasil anamnesa keluhan utama pasien adalah sakit tenggorokan. Sakit
tenggorokan merupakan salah satu keluhan yang ditemukan pada organ faring.
Secara anatomis, faring terbagi menjadi tiga bagian penting, yaitu : nasofaring,
orofaring dan laringofaring. Dasar pengetahuan anatomis faring sangat penting,
karena hal ini akan berkaitan dengan adanya kelainan pada bangunan didalamnya
yang akan menimbulkan gejala dan tanda dari suatu penyakit. Dari keterangan
anamnesa selanjutnya yang didapatkan pada pasien ini adalah terdapat nyeri
menelan, tenggorokan terasa mengganjal, tenggorokan terasa kering, tidak
merasakan ada dahak di tenggorokan, bau mulut, nafsu makan mengalami
penurunan, demam muncul dirasakan oleh pasien sejak timbulnya keluhan nyeri
tenggorokan tersebut.
II.2 Pemeriksaan Fisik
Dari hasil pemeriksaan pada pasien didapatkan pembesaran tonsil T3-T3,
permukaan tidak rata, mukosa hiperemis, kripte melebar, detritus (+).
Faring: Mukosa hiperemis (+), dinding tidak rata, granular (+).
II.3 Patofisiologi
streptokokus beta
hemolitikus grup A,yaitu
sekitar 50% dari kasus,
Haemophilus influenza
dan bakteri dari golongan
pnemokokus dan
stafilokokus
Radang berulang yang dipicu oleh faktor predisposisi (rangsangan kronis rokok,
makanan tertentu, higiene mulut yang buruk, pasien yang biasa bernapas melalui
mulut
karena
hidungnya
tersumbat,
pengaruh
cuaca
dan pengobatan
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
ADENOTONSILITIS KRONIK
ANATOMI
TONSIL
Tonsilla palatina adalah dua massa jaringan limfoid berbentuk ovoid yang
terletak pada dinding lateral orofaring dalam fossa tonsillaris. Tiap tonsilla
ditutupi membran mukosa dan permukaan medialnya yang bebas menonjol
kedalam faring. Permukaannya tampak berlubang-lubang kecil yang berjalan ke
dalam Cryptae Tonsillares yang berjumlah 6-20 kripte. Pada bagian atas
permukaan medial tonsilla terdapat sebuah celah intratonsil dalam. Permukaan
lateral tonsilla ditutupi selapis jaringan fibrosa yang disebut Capsula tonsilla
palatina, terletak berdekatan dengan tonsilla lingualis.
Adapun struktur yang terdapat disekitar tonsilla palatina adalah :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
jaringan areolar longgar. A. carotis interna terletan 2,5 cm dibelakang dan lateral
tonsila.
Vaskularisasi tonsil diperoleh Arteri terutama masuk melalui polus
caudalis, tapi juga bisa melalui polus cranialis. Melalui polus caudalis : rr.
tonsillaris a. dorsalis linguae, a. palatina ascendens dan a. facialis. Melalui polus
cranialis : rr. tonsillaris a. pharyngica ascendens dan a. palatina minor. Semua
cabang-cabang tersebut merupakan cabang dari a. carotis eksterna.
Darah venous dari tonsil terutama dibawa oleh r. tonsillaris v. lingualis dan
di sekitar kapsula tonsillaris membentuk pleksus venosus yang mempunyai
hubungan dengan pleksus pharyngealis. Vena paratonsillaris dari palatum mole
menuju ke bawah lewat pada bagian atas tonsillar bed untuk menuangkan isinya
ke dalam pleksus pharyngealis.
Cairan limfe dituangkan ke lnn. submaxillaris, lnn. cervicalis superficialis
dan sebagian besar ke lnn. cervicalis profundus superior terutama pada limfonodi
yang terdapat di dorsal angulus mandibular (lnn. tonsillaris). Nodus paling penting
pada kelompok ini adalah nodus jugulodigastricus yang terletak di bawah dan
belakang angulus mandibulae.
Adenoid
Adenoid / tonsila faringea adalah jaringan limfoepitelial berbentuk
triangular yang terletak pada aspek posterior nasofaring. Adenoid terletak pada
dinding posterior nasofaring, berbatasan dengan kavum nasi dan sinus paranasalis
pada bagian anterior, kompleks tuba eustachius-telinga tengah-kavum mastoid
pada bagain lateral.
Vaskularisasi adenoid diperoleh melalui cabang faringeal a.carotis
eksternal, beberapa cabang minor berasal dari a.maxilaris interna dan a.fasialis.
Inervasi sensible merupakan cabang dari n.glosofaringeus dan n.vagus. Anatomi
mikro
dan
makroskopik
dari
adenoid
menggambarkan
fungsinya
dan
FISIOLOGI
Tonsil
Tonsil membentuk cincin jaringan limfe pada pintu masuk saluran napas
dan saluran pencernaan yang dikenal sebagai cincin Waldeyer. Pada cincin
Waldeyer, tonsil terdiri dari tiga jenis yaitu tonsil lingualis berjumlah satu pasang
yang terletak dibawah lidah, satu buah tonsil adenoid yang terletak di belakang
hidung, dan tonsil palatina yang terletak disebelah kanan-kiri rongga mulut.
Cincin Waldeyer ini mampu mengeluarkan imunoglobulin jenis G, A, M , D , dan
E.
Adenoid
Fungsi adenoid adalah bagian imunitas tubuh. Adenoid merupakan
jaringan limfoid bersama dengan struktur lain dalam cincin Waldeyer. Adenoid
memproduksi IgA sebagai bagian penting sistem pertahanan tubuh garis depan
dalam memproteksi tubuh dari invasi kuman mikroorganisme dan molekul asing.
Proses imunologi pada adenoid dimulai ketika bakteri, virus atau antigen
makanan memasuki nasofaring mengenai epitel kripte yang merupakan
kompartemen adenoid pertama sebagai barier imunologis. Kemudian akan
diabsorbsi secara selektif oleh makrofag, sel HLA dan sel M dari tepi adenoid.
Antigen selanjutnya diangkut dan dipresentasikan ke sel T pada area ekstra
folikuler dan ke sel B pada sentrum germinativum oleh follicular dendritic cells
(FDC).
HISTOLOGI
Tonsil
Permukaan tonsila palatina yang dilapisi mukosa terdiri dari epitel berlapis
pipih yang mempunyai daya tahan yang lebih baik daripada jenis epitel yang lain
dimana mukosa tonsila palatina ini selalu mendapat gesekan dalam tubuh
sehingga memerlukan perlindungan yang lebih baik agar lebih tahan terhadap
trauma.
Kripte pada tonsila palatina dalam dan bercabang-cabang dan terdapat
kripte dalam jumlah yang banyak. Pada kripte ini bermuara kelenjar-kelenjar
submukosa yang terdapat di sekitar tonsil.
Adenoid
Secara histologis, adenoid tersusun atas 3 jenis epitel pada permukaannya:
epitel kolumnar bertingkat dengan silia, epitel berlapis skuamous dan epitel
transisional. Infeksi
kronik
atau
pembesaran
adenoid
cenderung
akibat
peningkatan proporsi epitel berlapis skuamous (aktif untuk proses antigen) dan
berkurangnya epitel respirasi (aktif untuk klirens mukosilier).
HIPERTROFI ADENOID
Definisi
Adenoid merupakan jaringan limfoid yang terletak pada dinding posterior
nasofaring, termasuk dalam rangkaian cincin waldeyer. Pembesaran adenoid
adalah membesarnya ukuran adenoid pada nasofaring yang dapat diketahui
dengan melakukan anamnesis, pemeriksaan klinik THT dan pemeriksaan foto
polos lateral.
Epidemiologi
Di Indonesia, data nasional mengenai jumlah operasi tonsilektomi atau
tonsiloadenoidektomi belum ada. Namun, data yang didapatkan dari RSUPNCM
selama 5 tahun terakhir (1999-2003) menunjukkan kecenderungan penurunan
jumlah operasi tonsilektomi. Fenomena ini juga terlihat pada jumlah operasi
tonsiloadenoidektomi dengan puncak kenaikan pada tahun kedua (275 kasus) dan
terus menurun sampai tahun 2003 (152 kasus). Sedangkan data dari rumah sakit
Fatmawati dalam 3 tahun terakhir (2002-2004) menunjukkan kecenderungan
kenaikan
jumlah
operasi
tonsilektomi
dan
penurunan
jumlah
operasi
tonsiloadenoidektomi.
Etiologi
Etiologi pembesaran adenoid dapat di ringkas menjadi dua yaitu secara
fisiologis dan faktor infeksi. Secara fisiologis adenoid akan mengalami hipertrofi
pada masa puncaknya yaitu 3-7 tahun. Biasanya asimptomatik, namun jika cukup
membesar akan menimbulkan gejala. Hipertrofi adenoid juga didapatkan pada
anak yang mengalami infeksi kronik atau rekuren pada saluran pernapasan atas
atau ISPA. Hipertrofi adenoid terjadi akibat adenoiditis yag berulang kali antara
usia 4-14 tahun.
Pathogenesis
Pada balita jaringan limfoid dalam cincin waldeyer sangat kecil. Pada anak
berumur 4 tahun bertambah besar karena aktivitas imun, karena tonsil dan adenoid
(pharyngeal tonsil) merupakan organ limfoid pertama di dalam tubuh yang
menfagosit kuman-kuman patogen. Jaringan tonsil dan adenoid mempunyai
peranan penting sebagai organ yang khusus dalam respon imun humoral maupun
selular, seperti pada bagian epithelium kripte, folikel limfoid dan bagian
ekstrafolikuler. Oleh karena itu, hipertrofi dari jaringan merupakan respons
terhadap kolonisasi dari flora normal itu sendiri dan mikroorganisme pathogen.
Adenoid dapat membesar seukuran bola ping-pong, yang mengakibatkan
tersumbatnya jalan udara yang melalui hidung sehingga dibutuhkan adanya usaha
yang keras untuk bernafas sebagai akibatnya terjadi ventilasi melalui mulut yang
terbuka. Adenoid dapat menyebabkan obstruksi pada jalan udara pada nasal
sehingga mempengaruhi suara.
10
Gejala Klinis
Pembesaran adenoid menimbulkan beberapa gangguan :
Obstruksi nasi
Pembesaran adenoid dapat menyumbat parsial atau total respirasi hidung
sehingga terjadi ngorok, percakapan hiponasal, dan membuat anak akan terus
bernapas melalui mulut. Beberapa peneliti menunjukkan korelasi statistic antara
pembesaran adenoid dan kongesti hidung dengan rinoskopi anterior.
Facies Adenoid
Secara umum telah diketahui bahwa anak dengan pembesaran adenoid
mempunyai tampak muka yang karakteristik.
Tampakan klasik tersebut meliputi :
Mulut yang terbuka, gigi atas yang prominen dan bibir atas yang
pendek. Namun sering juga muncul pada anak-anak yang minum susu dengan
menghisap dari botol dalam jangka panjang. Hidung yang kecil, maksila tidak
berkembang/ hipoplastik, sedut alveolar atas lebih sempit, arkus palatum lebih
tinggi.
Efek pembesaran adenoid pada telinga
11
12
obstruksi
hidung,
obstruksi
tuba
Eustachius,
atau
yang
13
microdebrider : Ahli
bedah
lain
sudah
menggunakan
metode
14
15
TONSILITIS KRONIS
TONSILITIS
Definisi
Tonsilitis adalah peradangan pada tonsila palatine yang merupakan bagian
dari cincin waldeyer. Penyebarannya dapat melalui udara (air borne droplet),
tangan dan ciuman. Dapat terjadi pada semua umur terutama pada anak. Tonsilitis
dibagi menjadi 3 kategori :
Tonsilitis akut :
1. Tonsilitis viral
Gejala tonsillitis viral lebih mnyerupai common cold yang disertai rasa
nyeri tenggorok. Penyebab paling sering adalah virus Epstein barr. Hemofilus
influenza merupakan penyebab tonsillitis akut supuratif. Jika terjadi infeksi virus
coxschakie, maka pada pemeriksaan rongga mulut akan tampak luka-luka kecil
pada palatum yang dirasakan sangat nyeri oleh pasien. Terapi tonsillitis viral
adalah dengan istirahat, minum cukup, analgetika dan antivirus diberikan jika
gejala berat.
2. Tonsilitis bakterial
Radang akut tonsil yang disebabkan kuman grup A streptococcus
hemolitikus (strep throat, streptococcus viridian, pneumococcus, streptococcus
piogens). Infiltrasi bakteri pada epitel jaringan tonsil akan menyebabkan reaksi
radang berupa leukosit polimorfonuklear sehingga terbentuk detritus. Bentuk
tonsillitis akut dengan detritus yang jelas disebut tonsillitis folikularis, bila bercak
16
17
detritus. Proses ini berjalan hingga tembus kapsul tonsil dan terjadi perlekatan
dengan jaringan di sekitar fosa tonsilaris. Pada anak biasanya disertai pembesaran
kelenjar limfe mandibula.
Tandanya : tonsil membesar, permukaan tidak rata, kripte melebar dan terisi
detritus
Gejalanya : rasa mengganjal dan kering di tenggorokan, napas bau
Terapi local ditujukan untuk higien mulut dengan kumur atau obat hisap.
Komplikasi berupa rhinitis kronik, sinusitis atau otitis media.
Besar tonsil ditentukan sebagai berikut:
T0
T1
T2
T3
T4
Indikasi Tonsilektomi
Serangan tonsilitis >3x/tahun walau terapinya adekuat
Tonsil hipertrofi, maloklusi gigi, ggn pertumb.orofasial
Sumbatan jalan napas (hipertropi tonsil), sleep apnea, ggn menelan, ggn bicara.
Rinitis dan sinusitis kronis, peritonsilitis dan abses peritonsil yang tidak hilang
dalam pengobatan.
Napas bau yang tidak bisa diobati
Tonsilitis berulang yang disebabkan bakteri grup A Streptokokus hemoliticus
Hipertrofi tonsil yang dicurigai ganas.
Otitis media efusa/otitis media supuratif.
18
DAFTAR PUSTAKA
19
2014).
Adams, GL. . Embriologi, Anatomi dan Fisiologi Rongga Mulut, Faring,
Esofagus, dan Leher. Dalam Adams LG, Boies RL, Higler AP, BOIES Buku Ajar
Penyakit THT Edisi Keenam. Ed 6. Jakarta. EGC, 1997: p. 263-271
Seeley, Stephen, Tate. Respiratory System. Anatomy and Physiology.Chapter
23.The McGraw-Hill Companies, 2004: p. 816
Probst, R, Grever, G, Iro, H. Diseases of the Nasopharynx. Basic
Otorhinolaryngology. New York. Thieme, 2006: p. 119
20