Disusun Oleh:
Kelompok 2
Anro Sayidi 2311437568
Firdiana Suryani Siahaan 2311437700
Thasya Nur Oktaviona 2311437607
Denny Kosika 2311437737
Suri Yusufi Pratiwi 2311437605
Masita Aqla Dzakia 2311437592
Novia Yuliana Anita 2311437744
DOSEN PEMBIMBING:
Prof. Ns. Agrina, M.Kep., Sp.Kom., PhD
1. Prof. Dr. Ir. Usman Muhammad Tang, MS selaku Dekan Fakultas Keperawatan
Universitas Riau.
2. Dr. Reni Zulfitri, M.Kep, Sp.Kom selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Profesi Ners Fakultas Keperawatan Universitas Riau.
3. Ns. Stephanie Dwi Guna, M.Nurse selaku koordinator mata ajar Praktik Profesi
Keperawatan Gerontik Fakultas Keperawatan Universitas Riau.
4. Prof. Ns. Agrina, M.Kep., Sp.Kom., PhD dan Ns. Jordhi Ibrahim, S.Kep selaku
pembimbing yang telah bersedia memberikan saran, masukan, bimbingan serta
dukungan bagi kami.
5. Ngadiono, S.Sos selaku Kepala PSTW Khusnul Khotimah Pekanbaru yang telah
bersedia membantu, memberikan masukan, bimbingan, saran, dan dukungan
bagi kelompok.
6. Staf berserta jajarannya di PSTW Khusnul Khotimah Pekanbaru yang telah
membantu dan bekerjasama dalam pelaksanaan kegiatan.
7. Lansia di PSTW Khusnul Khotimah yang telah berpartisipasi dalam semua
kegiatan sehingga kelompok menyelesaikan praktik profesi keperawatan
gerontik ini.
Selain itu kelompok juga menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini
masih banyak terdapat kekurangan dan kesalahan karena kelompok menyadari
bahwa manusia biasa tidak pernah luput dari kesalahan. Maka dari itu, kelompok
sangat mengharapkan kritik dan saran dari rekan-rekan pembaca yang sifatnya
membangun guna menunjang kesempurnaan penulisan makalah ini.
Kelompok 2
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................1
A. Latar Belakang..................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................................4
C. Tujuan Penulisan...............................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................5
A. Konsep Lansia...................................................................................................5
B. Konsep Hipertensi.............................................................................................8
B. Pengkajian.......................................................................................................24
C. Analisis Data...................................................................................................48
D. Intervensi Keperawatan..................................................................................51
E. Implementasi Keperawatan.............................................................................53
F. Evaluasi Sumatif..............................................................................................58
BAB IV PENUTUP.....................................................................................................63
A. Kesimpulan.....................................................................................................63
B. Saran................................................................................................................64
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................65
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Memasuki periode aging populasi, dimana terjadinya peningkatan usia
harapan hidup yang diikuti dengan peningkatan jumlah lansia. Berdasarkan
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, persentase penduduk lanjut usia
(lansia) di Indonesia sebebsar 11,75% pada tahun 2023. Angka tersebut naik
1,27% poin dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang sebesar 10,48%.
Lebih lanjut, 63,59% lansia merupakan lansia muda atau berada di rentang usia
60-69 tahun. Sebanyak 26,76% lansia berusia 70-79 tahun atau madya.
Sementara, 8,65% sisanya merupakan lansia tua atau berusia 80 tahun ke atas
(BPS, 2023).
Permasalahan kesehatan akan meningkat seiring bertambahnya usia.
Dalam perawatan kesahatan beberapa kelompok individu sering disebut sebagai
kelompok rentan, salah satunya adalah kelompok lansia ini dikarenakan lansia
mudah sekali terkena penyakit menular maupun tidak menular, hal ini terait oleh
proses menua pada Lansia dengan bertambahnya usia seseorang akan
mengalami penurunan atau perubahan fungsi seperti fisik, psikis, biologis,
spiritual, dan hubungan sosialnya, serta hal ini memberikan dampak pada
berbagai aspek kehidupa Lansia salah satunya yaitu kondisi kesehatan (Fitrianti
& Putri, 2018).
Proses menua pada lansia dapat memperlambat keseimbangan proses
fisiologis, psikologis, sosial lansia sehingga meningkatkan kerentanan terhadap
kondisi kesakitan dan faktor risiko lainya, dan masalah yang berhubungan
dengan Lansia mempengaruhi kualitas hidup atau aktivitas sehari-harinya
(Miller, 2012). Seiring dengan proses penuaan fungsi organ tubuh juga
mengalami penurunan, sistem kardiovaskuler Lansia pun rentan mengalami
gangguan. Gangguan sistem kardiovaskuler pada Lansia dapat terjadi pada
jantung, pembuluh darah dan darah, salah satu gangguan yang sering dialami
Lansia pada sistem organ ini adalah hipertensi (Dewi 2014; Pratiwi & Mumpuni
2017). Brunner & Suddart (2015), dalam Sumaryati, (2018) mendefinisikan
hipertensi sebagai sebuah kondisi medis dimana sesorang mengalami
peningkatan tekanan darah sistol diatas normal normal yaitu 140 mmHg dan
tekanan diastol diatas 90 mmHg, selain itu penyakit ini sering dikatakan sebagai
1
the silent killer karena orang yang menderita hipertensi sering tidak
menunjukkan gejala.
2
Pada Lansia hipertensi disebabkan oleh perubahan pada penurunan
elastisitas dinding aorta, katup jantung menebal serta menjadi kaku, kemampuan
jantung memompa untuk darah, hilangnya elastisitas pembuluh darah dan
meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer (Fitrianti & Putri, 2018). Gejala
yang dirasakan oleh penderita hipertensi antara lain: sakit kepala, pandangan
mata kabur, marah-marah, suit tidur, nyeri dada, pusing, tengkuk terasa pegal,
denyut jantung kuat dan cepat. Tanda dan gejala yang muncul ini dapat
mengakibatkan perubahan secara fisik, psikologis, mental, sosial maupun
spiritual yang terjadi pada lansia dan mempengaruhi kualitas hidup Lansia
(Pratiwi & Mumpuni, 2017). Hipertensi yang tidak terkontrol dapat
menimbulkan gangguan target organ, dan dapat menyebabkan serangan jantung,
stroke, gangguan ginjal, serta kebutaan (Widiana & Ani, 2017).
Hipertensi atau dikenal sebagai tekanan darah tinggi menjadi masalah
kesehatan yang mendunia (Suprayitno & Huzaimah, 2020). Pada usia lanjut
tekanan darah cenderung tinggi sehingga lansia beresiko mengalami hipertensi.
Hipertensi juga merupakan salah satu penyakit degeneratif yang perlu
diwaspadai bagi kesehatan, karena tidak secara langsung membunuh
penderitanya. Apabila tidak ditangani dengan baik, dapat memicu penyakit
tergolong berat seperti stroke, 2 infark miokard, gagal jantung, demensia, gagal
ginjal, dan gangguan penglihatan (Arifin & Weta, 2016).
Prevalensi hipertensi yang tinggi merupakan tantangan kesehatan global
yang dapat menyebabkan kematian dini diseluruh dunia. Berdasarkan data
WHO (2021) prevalensi hipertensi seluruh dunia sekitar 972 orang atau 26,4 %
masyarakat yang mengalami hipertensi. Dan akan mengalami peningkatan
menjadi 29,2 % di tahun 2030. Dari 972 juta penderita hipertensi.333 juta
berada di negara maju 639 juga berada di negara berkembang. Prevalensi
hipertensi tertinggi berada di Afrika yaitu 46% dewasa berusia di atas 25 tahun
terdiagnosis hipertensi (WHO, 2021). Prevalensi hipertensi di Indonesia Sekitar
34,1% (Riskesdas, 2021).
Pada lansia hipertensi merupakan salah satu jenis penyakit tidak menular
dengan prevalensi yang sangat tinggi. Pada usia di atas 65 tahun didapatkan
anatara 60-80%. Sekitar 60% hipertensi pada lansia adalah hipertensi sistolik
(Isolated Systolic Hypertension) dimana dapat terjadi kenaikan tekanan darah
sistolik disebabkan karena kekakuan arteri atau berkurangnya elasitisitas aorta
3
dan dapat beresiko buruk jika tidak ditangani (Manurung, 2018). Seseorang
yang mempunyai usia > 35 tahun mempunyai peluang 3 kali untuk terkena
hipertensi dibandingkan dengan seorang yang berumur < 35 tahun (Azhari,
2017).
Hipertensi merupakan sebuah penyakit kronik yang dipengaruhi oleh
berbagai faktor. Faktor resiko terjadinya hipertensi terbagi dalam faktor resiko
yang dapat dimodifikasi seperti merokok, aktivitas, olahraga, obesitas,
kelebihan garam, alkohol, stres dan kualitas tidur dan faktor resiko yang tidak
dapat dimodifikasi yaitu genetik, usia, jenis kelamin (Kemenkes, 2018).
Menurut penelitian Devi, Adiratna, & Amin (2020) dari faktor resiko yang
dapat di modifikasi dikatakan bahwa merokok dan kurang olahraga serta
aktivitas merupakan faktor tertinggi kejadian hipertensi dengan presentasi
obesitas 49%, kurang olahraga atau aktivitas 57,6%, merokok 59,1%, alkohol
12%, dan stress 42%.
Saat hipertensi pada lansia kambuh dapat mengakibatkan beberapa
masalah yang akan timbul seperti kelelahan berlebih, pusing, jantung berdebar
dan gangguan pola istirahat tidur yang dapat mengakibatkan kualitas tidur lansia
menjadi tergganggu (Sari, 2019). Untuk mengatasi masalah tanda dan gejala
hipertensi di atas, diperlukan penanganan atau terapi. Secara umum penanganan
hipertensi dapat dikelompokkan menjadi terapi farmakologis dan
nonfarmakologis. Terapi farmakologis menggunakan obat atau senyawa yang
dalam kerjanya dapat mempengaruhi tekanan darah pasien, sedangkan terapi
nonfarmakologis merupakan tanpa menggunakan obat dalam proses terapinya
(Triyanto,2014).
Terapi non farmakologis menjadikan perawat sebagai bagian dari tim
pelaksanaan terapi tersebut. Secara umum tindakan keperawatan yang
dilakukan adalah pengaturan kerja sama dengan ahli diet dengan pemberian
diet Hipertensi, pengendalian nyeri dengan teknik relaksasi dan distraksi yang
dilakukan secara mandiri atau dibantu oleh medis, dan tindakan pemberian
obat rutin, perencanaan aktivitas; olahraga untuk mencegah penyakit
hipertensi dan penanganan masalah psikologis yang dilakukan antara lain
melalui tindakan konseling. Akan tetapi perawat sering menemukan kesulitan
dalam melakukan tindakan yang berasal dari kondisi internal pasien seperti
kepatuhan diet, pola hidup dan kepatuhan minum obat maupun eksternal yaitu
adanya dukungan dari lingkungan.
4
Studi kasus yang dilakukan di PSTW Khusnul Khotimah didapatkan 75
lansia yang ada di PSTW Khusnul Khotimah, dengan 31 orang perempuan dan
44 orang laki-laki. Dari data didapatkan bahwa 44 lansia mengalami hipertensi.
Dari hasil wawancara didapatkan bahwa upaya pencegahan yang telah
dilakukan pada lansia yang berada PSTW Khusnul Khotimah terhadap
pencegahan hipertensi adalah pemberian obat hipertensi, penyuluhan kesehatan
tentang hipertensi. Untuk 7 lansia yang berada di wisma Cempaka dan Teratai,
6 diantaranya memiliki riwayat hipertensi dan sudah pernah mendapatkan
penanganan untuk pencegahan hipertensi. Akan tetapi, pencegahan dengan non
farmakologi ini tidak rutin dilakukan oleh lansia.
Terdapatnya peran perawat untuk mengoptimalkan kondisi internal dan
eksternal lansia dalam mengatasi hipertensi agar pasien dapat meningkatkan
derajat kesehatannya. Maka Ners Muda dan lansia akan melakukan perawatan
untuk mengatasi masalah pemeliharaan kesehatan pada kelompok lansia dengan
hipertensi
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka diambil rumusan masalah
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Lansia
1. Definisi Lansia
Lanjut usia merupakan seseorang yang memasuki usia diatas 60
tahun lebih, pada masa ini seorang individu mengalami banyak perubahan
diantaranya perubahan fisik maupun psikisnya. Perubahan Kesehatan
fisiknya semakin terlihat akibat dari proses menua. Lanjut usia dapat
ditandai dengan perubahan fisiknya antara lain rambut yang tipis dan
memutih, gigi yang ompong, pendengaran menurun, penglihatan menurun
dan kulit yang keriput dan kendor. Kekuatan fisik semakin berkurang,
tulang-tulang menjadi rapuh, mudah patah, lambat untuk diperbaiki kembali
dan kekebalan tubuh melemah sehingga lansia rentan terkena penyakit
(Listyorini, dkk., 2023).
Lansia merupakan kelompok usia yang berada pada tahap akhir dari
fase kehidupan yang akan mengalamiproses menua (aging process). Lansia
akan mengalami perubahan fisik dari kondisi tubuh yang semula kuat
menjadi lemah, perubahan kondisi yang dialami lansia ini cenderung
berpotensi menimbulkan masalah Kesehatan fisik dan psikis (Minarti,
2022).
2. Batasan Usia Lansia
Umur yang diadikan patokan sebagai lanjut usia berbeda-beda
(Minarti, 2022). Pada umumnya umur lansia berkisar antara 60-65 tahun.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggolongkan lanjut usia menjadi 4
sebagai berikut:
a. Usia pertengahan (middle age) 45-59 tahun
b. Lanjut usia (elderly) 60-74 tahun
c. Lanjut usia tua (old) 75-90 tahun
d. Usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun
6
c. Masa manula = 65 tahun ke atas
3. Karakteristik Lansia
Karakteristik lansia menurut Ratnawati (2017); Darmojo &
Martono (2006) yaitu:
a. Usia : Menurut UU No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut
usia, lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia diatas 60
tahun.
b. Jenis kelamin : Data Kemenkes RI (2015), lansia didominasi oleh
jenis kelamin perempuan. Artinya, ini menunjukkan bahwa harapan
hidup yang paling tinggi adalah perempuan.
c. Status pernikahan : Berdasarkan Badan Pusat Statistik RI SUPAS
2015, penduduk lansia ditilik dari status perkawinannya sebagian
besar berstatus kawin (60 %) dan cerai mati (37 %). Adapun
perinciannya yaitu lansia perempuan yang berstatus cerai mati sekitar
56,04 % dari keseluruhan yang cerai mati, dan lansia laki-laki yang
berstatus kawin ada 82,84 %. Hal ini disebabkan usia harapan hidup
perempuan lebih tinggi dibandingkan dengan usia harapan hidup laki-
laki, sehingga presentase lansia perempuan yang berstatus cerai mati
lebih banyak dan lansia laki-laki yang bercerai umumnya kawin lagi.
d. Pekerjaan : Mengacu pada konsep active ageing WHO, lanjut usia
sehat berkualitas adalah proses penuaan yang tetap sehat secara fisik,
sosial dan mental sehingga dapat tetap sejahtera sepanjang hidup dan
tetap berpartisipasi dalam rangka meningkatkan kualitas hidup
sebagai anggota masyarakat. Berdasarkan data Pusat Data dan
Informasi Kemenkes RI 2016 sumber dana lansia sebagian besar
pekerjaan/usaha (46,7%), pensiun (8,5%), dan (3,8%) adalah
tabungan, saudara atau jaminan sosial.
e. Pendidikan terakhir : Menurut penelitian yang dilakukan oleh
Darmojo menunjukkan bahwa pekerjaan lansia terbanyak sebagai
tenaga terlatih dan sangat sedikit yang bekerja sebagai tenaga
professional. Dengan kemajuan pendidikan diharapkan akan menjadi
lebih baik.
f. Kondisi kesehatan : Angka kesakitan, menurut Pusat Data dan
Informasi Kemenkes RI (2016) merupakan salah satu indikator yang
digunakan untuk mengukur derajat kesehatan penduduk. Semakin
7
rendah angka kesakitan menunjukkan derajat kesehatan penduduk
8
yang semakin baik. Angka kesehatan penduduk lansia tahun 2014
sebesar 25,05%, artinya bahwa dari setiap 100 orang lansia terdapat
25 orang di antaranya mengalami sakit. Penyakit terbanyak adalah
penyakit tidak menular (PTM) antar lain hipertensi, artritis, strok,
diabetes mellitus.
4. Perubahan pada Lansia
Banyak perubahan yang berhubungan dengan proses menua yang
merupakan akibat dari kehilangan yang bersifat bertahap (gradual loss).
Lansia mengalami perubahan-perubahan fisik diantaranya perubahan sel,
sistem persarafan, sistem pendengaran, sistem penglihatan, sistem
kardiovaskuler, sistem pengaturan suhu tubuh, sistem respirasi, sistem
gastrointestinal, sistem genitourinari, sistem endokrin, sistem
muskuloskeletal, disertai juga dengan perubahan-perubahan mental
menyangkut perubahan ingatan atau memori.
a. Sel
Jumlah sel pada lansia lebih sedikit, ukurannya lebih besar, jumlah
cairan tubuh dan cairan intraseluler berkurang, proporsi protein di otak,
otot, ginjal, darah, dan hati menurun.
b. Perubahan pada sistem sensoris
Lansia mengalami keengganan untuk bersosialisasi karena kemunduran
dari fungsi-fungsi sensoris yang dimiliki. Indra yang dimiliki seperti
penglihatan, pendengaran, pengecapan, penciuman dan perabaan
merupakan kesatuan integrasi dari persepsi sensori.
c. Perubahan pada Sistem Integumen
Epidermis tipis dan rata, terutama yang paling jelas diatas tonjolan-
tonjolan tulang, telapak tangan, kaki bawah dan permukaan dorsalis
tangan dan kaki. Penipisan ini menyebabkan vena-vena tampak lebih
menonjol. Poliferasi abnormal pada sisa melanosit, lentigo, senil, bintik
pigmentasi pada area tubuh yang terpajan sinar matahari, biasanya
permukaan dorsal dari tangan dan lengan bawah.
d. Perubahan pada Sistem Muskuloskeletal
Otot mengalami atrofi sebagai akibat dari berkurangnya aktivitas,
gangguan metabolik, atau denervasi saraf. Dengan bertambahnya usia,
perusakan dan pembentukan tulang melambat. Hal ini terjadi karena
9
penurunan hormon esterogen pada wanita, vitamin D dan beberapa
hormon lainnya. Tulang- tulang trabekulae menjadi lebih berongga,
mikroarsitektur berubah dan sering patah baik akibat benturan ringan
maupun spontan.
e. Perubahan pada Sistem Neurologis
Perubahan yang terjadi pada sistem neurologis akibat proses menua
antara lain, kondisi saraf perifer yang lebih lambat, peningkatan
lipofusin sepanjang neuron-neuron.
f. Perubahan Ingatan (Memory)
g. Pada seorang lansia, cenderung terjadi penurunan kemampuan
mengingat. Pengkajian memori jangka pendek dapat dilakukan dengan
menyebutkan kembali nama beberapa benda setelah beberapa detik,
meminta lansia menyebutkan istilah abstrak atau menyebutkan beberapa
obyek, lalu mengulang istilah tersebut setelah mengajak lansia berbicara
topik lainnya.
h. Perubahan Psikososial
Pensiun adalah nilai seseorang sering diukur oleh produktivitasnya dan
identitas dikaitkan dengan peranan dalam pekerjaan. Lansia akan
mengalami perubahan dan kehilangan status, pekerjaan, relasi teman
kerja atau kenalan dan perubahan finansial.
i. Perubahan mental
Banyaknya faktor yang mempengaruhi kondisi mental seperti perubahan
fisik, khususnya organ perasa, kesehatan umum, tingkat pendidikan,
keturunan (hereditas), dan lingkungan.
j. Perubahan spriritual
Pada lansia agama dan kepercayaan makin terintegrasi dalam
kehidupannya. Maka kehidupan lansia akan semakin matang.
B. Konsep Hipertensi
1. Definisi
Menurut American Heart Association atau AHA dalam Kemenkes
(2018), hipertensi merupakan silent killer dimana gejalanya sangat
bermacam-macam pada setiap individu dan hampir sama dengan penyakit
lain. Gejala-gejala tersebut adalah sakit kepala atau rasa berat ditengkuk,
1
vertigo, jantung berdebar-debar, mudah lelah, penglihatan kabur, telinga
berdenging atau tinnitus dan mimisan.
Hipertensi secara umum dapat didefinisikan sebagai tekanan sistolik
lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg. Tekanan
darah manusia secara alami berfluktuasi sepanjang hari. Tekanan darah
tinggi menjadi masalah hanya bila tekanan darah tersebut persisten.
Tekanan darah tersebut membuat sistem sirkulasi dan organ yang mendapat
suplai darah (termasuk jantung dan otak) menjadi tegang (Palmer, 2005).
Menurut WHO batas normal tekanan darah adalah 120-140 mmHg tekanan
sistolik dan 80- 90 mmHg tekanan diastolik. Seseorang dinyatakan
mengidap hipertensi bila tekanan darahnya>140/90 mmHg.
2. Klasifikasi Hipertensi
Menurut European Society of Cardiology European Society of Hypertension
(ESC-ESH) Guidelines for Management of Arterial Hypertension 2018,
klasifikasi hipertensi dibagi menjadi berikut
1
b. Hipertensi sekunder
Tipe ini lebih jarang terjadi, hanya sekitar 5% dari seluruh kasus tekanan
darah tinggi. Tekanan darah tinggi tipe ini disebabkan oleh kondisi medis
lain (misalnya penyakit ginjal) atau reaksi terhadap obat- obatan tertentu
(misalnya pil KB).
3. Etiologi
Penyebab hipertensi di bagi menjadi 2 golongan, yaitu:
a. Hipertensi Primer
Hipertensi primer adalah hipertensi esensial atau hiperetnsi yang 90%
tidak diketahui penyebabnya. Beberapa faktor yang diduga berkaitan
dengan berkembangnya hipertensi primer diantaranya:
1) Genetik
Individu dengan keluarga hipertensi memiliki potensi lebih tinggi
mendapatkan penyakit hipertensi.
2) Jenis kelamin dan usia
Lelaki berusia 35-50 tahun dan wanita yang telah menopause
berisiko tinggi mengalami penyakit hipertensi.
3) Diit konsumsi tinggi garam dan lemak
Konsumsi garam yang tinggi atau konsumsi makanan dengan
kandungan lemak yang tinggi secara langsung berkaitan dengan
berkembangnya penyakit hipertensi.
4) Obesitas atau kelebihan BB
Berat badan yang 25% melebihi berat badan ideal sering dikaitkan
dengan berkembangnya hipertensi.
5) Merokok dan konsumsi alkohol
Merokok dan konsumsi alkohol sering dikaitkan dengan
berkembangnya hipertensi karena reaksi bahan atau zat yang
terkandung dalam keduanya.
b. Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder merupakan jenis hipertensi yang diketahui
penyebabnya. Hipertensi sekunder disebabkan oleh beberapa penyakit,
yaitu:
1) Penyempitan aorta kongenital
1
Penyempitan pada aorta tersebut dapat menghambat aliran darah
sehingga terjadi peningkatan tekanan darah diatas area kontriksi.
2) Penyakit vaskuler ginjal
Penyakit ini adalah penyakit utama penyebab hipertensi sekunder.
Hipertensi renovaskuler berhubungan dengan penyempitan satu atau
lebih arteri besar, yang secara langsung membawa darah ke ginjal.
Penyakit parenkim ginjal terkait dengan infeksi, inflamasi, serta
perubahan struktur serta fungsi ginjal.
3) Penggunaan kontrasepsi hormonal (esterogen)
Kontrasepsi secara oral yang memiliki kandungan esterogen dapat
menyebabkan terjadinya hipertensi.
4) Gangguan endokrin
Disfungsi korteks adrenal dapat menyebabkan hipertensi sekunder.
Adrenal mediate hypertension disebabkan kelebihan primer
aldosterone, kortisol dan katekolamin.
5) Obesitas dan malas olahraga
6) Stres yang cenderung menyebabkan peningkatan tekanan darah
untuk sementara waktu.
7) Kehamilan
8) Merokok
Nikotin dalam rokok merangsang pelepasan katekolamin.
Peningkatan katekolamin mengakibatkan iritabilitas miokardial,
peningkatan denyut jantung serta menyebabkan vasokortison yang
kemudian menyebabkan kenaikan tekanan darah.
1
4. Patofisiologi
Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya
angiotensin I dari angiotensin I oleh angiotensin I converting enzim (ACE).
AE memegang peran fisiologis penting dalam mengatur tekanan darah.
Darah mengandung angiotensinogen yang diproduksi di hati. Selanjutnya
oleh hormon, renin (diproduksi oleh ginjal) akan diubah menjadi
angiotensin I. Oleh ACE yang terdapat di paru-paru, angiotensin I diubah
menjadi angiotensin II. Angiotensin Il inilah yang memiliki peranan kunci
dalam menaikkan tekanan darah melalui dua aksi utama.
Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi hormon antidiuretic
(ADH) dan rasa haus. ADH di produksi di hipotalamus (kelenjar pituitari)
dan bekerja pada ginjal untuk mengatur osmolalitas danvolume urin.
Dengan meningkatnya ADH, sangat sedikit urin yangdiekskresikan ke luar
tubuh (anti diuresis), sehingga menjadi pekat dantinggi osmolalitasnya.
Untuk mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkan
dengan cara menarik cairan dari bagian intra seluler. Akibatnya, volume
darah meningkat yang pada akhirnya akan meningkatkan tekanan darah.
Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari
korteksadrenal. Aldosteron merupakan hormon steroid yang memiliki
perananpenting pada ginjal. Untuk mengatur volume cairan
ekstraseluler,aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCI (garam) dengan
cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan
diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume cairan ekstraseluler
yang pada gilirannya akan meningkatkan volume dan tekanan darah.
1
5. Pathway
6. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala pada hipertensi menurut Manuntung (2018)
dibedakan menjadi 2 yaitu:
1
yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah
terdiagnosa jika tekanan darah tidak teratur.
b. Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi
meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataanya ini merupakan
gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari
pertolongan medis.
Beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu:
1) Mengeluh sakit kepala, pusing, lemas.
2) Kelelahan.
3) Sesak nafas.
4) Gelisah.
5) Mual.
6) Muntah.
7) Epistaksis.
8) Kesadaran menurun.
Pada pemeriksaan fisik kemungkinan tidak akan dijumpai adanya
suatu kelainan yang nyata selain tekanan darah yang tinggi akan tetapi dapat
pula ditemukan perubahan pada retina seperti perdarahan, eksudat
(kumpulan cairan), penyempitan pembuluh darah dan pada kasus berat
edema pupil (edema pada diskus optikus). Seseorang yang mengalami
hipertensi kadang tidak menampakakan gejala sampai bertahun-tahun.
Gejala muncul biasanya dengan timbul adanya kerusakan vasekuler dengan
menifestasi yang khas sesuai sistem organ yang divaskularisasi oleh
pembuluh darah bersangkutan. Penyakit arteri koroner dengan angina adalah
gejala yang paling sering menyertai hipertensi.
7. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Manuntung (2018), pemeriksaan penunjang pada penderita
hipertensi yaitu:
a. Hitung darah lengkap seperti hemoglobin/hematokrit: mengkaji
hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat
mengindikasikan faktor-faktor risiko seperti hipokoagulabilitas atau
anemia.
1
b. Kimia darah
1) BUN/kreatinin: memberikan informasi tentang perfusi/fungsi ginjal.
2) Glukosa: hiperglikemia (Diabetes Melitus adalah pencetus hipertensi)
dapat diakibatkan oleh peningkatan kadar katekolamin (meningkatkan
hipertensi).
3) Kolesterol dan trigeliserida serum: peningkatan kadar dapat
mengindikasikan pencetus untuk/adanya pembentukan plak
ateromatosa (efek kardiofaskuler).
4) Pemeriksaan tiroid: hipertiroidisme dapat mengakibatkan
vasokonstriksi dan hipertensi.
5) Asam urat: hiperurisemia merupakan implikasi faktor hipertensi.
c. Elektrolit
1) Kalium serum: hipokalemia dapat mengindikasikan adanya aldosteron
utama (penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretik.
2) Kalsium serum: peningkatan kadar kalsium serum juga dapat
meningkatkan hipertensi.
d. Urin: Analisa urin berupa adanya protein urin, glukosa dalam urin
mengindikasikan adanya disfungsi renal atau diabetes.
e. Radiologi
1) Intra Venous Pyelografi (IVP) : untuk mengidentifikasi penyebab
hipertensi seperti renal parenchhymal disease, urolithiasis, benigna
prostate hyperplasia (BPH).
2) Rontgen toraks : untuk menilai adanya kalsifikasi obstruktif katup
jantung, deposit kalsium pada aorta, dan pembesaran jantung.
1
b) Modifikasi Diet
Modifikasi diet dilakukan dengan mengatur pola makan. Konsumsi buah-
buahan, sayuran, produk susu rendah lemak serta mengurangi lemak dan
kolesterol, mengurangi konsumsi jumlah natrium dapat menurunkan
tekanan darah pada penderita hipertensi.
c) Aktivitas Fisik/Olahraga
Berdasarkan beberapa penelitian menunjukkan bahwa perilaku individu
yang kurang melakukan aktivitas fisik akan lebih mudah terkena
hipertensi. Aktivitas fisik yang dianjurkan adalah minimal dilakukan 30
menit dalam sehari.
d) Berhenti Merokok dan Mengurangi Konsumsi Alkohol
Merokok merupakan faktor risiko utama penyakit kardiovaskuler.
Dengan merokok satu batang rokok menyebabkan peningkatan akut pada
tekanan darah dan denyut jantung selama 15 menit, sebagai konsekuensi
dari stimulasi sistem syaraf simpatik. Dengan berhenti merokok dapat
mencegah penyakit kardiovaskuler termasuk strok, infark miokard,
pembuluh darah perifer. Mengurangi konsumsi alkohol dapat mencegah
kejadian hipertensi dan menurunkan tekanan darah sistolik 2-4 mmHg.
e) Manajemen Stres
Strategi yang direkomendasikan dalam manajemen stres adalah dengan
melakukan olahraga, membicarakan masalah. dengan orang lain yang
dipercaya, tertawa, istirahat yang cukup, memakan makanan yang sehat,
menurunkan konsumsi alkohol. Teknik relaksasi yang direkomendasikan
dalam penatalaksanaan hipertensi adalah yoga, relaksasi, biofeedback
dan fisioterafi.
C. Konsep Asuhan Keperawatan Kelompok
1. Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dari proses keperawatan, kemudian
dalam mengkaji harus memperhatikan data dasar dari klien, untuk informasi
yang diharapakan dari klien.
a. Data dasar kelompok meliputi nama, jenis kelamin, tanggal lahir,
pendidikan, pekerjaan, agama, suku.
b. Status kesehatan anggota kelompok meliputi keadaan umum, tanda-tanda
vital, status gizi, riwayat penyakit, alat bantu/protesa, pola olahraga, pola
1
tidur, keterangan lain dan analisis masalah kesehatan.
c. Upaya peningkatan Kesehatan
1) Fasilitas pelayanan kesehatan yang tersedia untuk kelompok
2) Pelayanan kesehatan yang dimanfaatkan oleh kelompok
3) Fasilitas Pendidikan
4) Lingkungan sekitar tempat tinggal anggota kelompok
5) Status ekonomi
6) Status sosial budaya spiritual
7) Komunikasi
8) Fasilitas rekreasi yang tersedia untuk kelompok
9) Kebiasaan/perilaku dalam kelompok
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang jelas, padat dan
pasti tenang status dan masalah kesehatan klien yang dapat diatasi dengan
tindakan keperawatan. Dengan demikian, diagnosis keperawatan ditetapkan
berdasarkan masalah yang ditemukan. Diagnosis keperawatan akan
memberikan gambaran tentang masalah dan status kesehatan, baik yang
nyata (aktual) maupun yang mungkin terjadi (potensial) (Iqbal dkk, 2011).
Diagnosa yang dapat muncul pada lansia hipertensi yang telah disesuaikan
dengan SDKI (2017) adalah:
a. Manajemen kesehatan tidak efektif
b. Perilaku Kesehatan Cenderung Berisiko
3. Intervensi
Perencanaan keperawatan adalah penyusunan rencana tindakan
keperawatan yang akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah sesuai
dengan diagnosis keperawatan yang telah ditentukan dengan tujuan
terpenuhinya kebutuhan klien.
1
INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa
No. NOC NIC
Keperawatan
1 Manajemen kesehatan tidak Tujuan Umum : 1. Promosi Kesehatan:
efektif (D.0116) Diharapakan masalah persepsi Penyuluhan Kesehatan mengenai
mengenai informasi dapat hipertensi
teratasi. Tujuan Khusus : 2. Pemberdayaan :
Setelah dilakukan tindakan 1x60 menit Menciptakan lingkungan yang
diharapkan masalah dapat teratasi nyaman dengan gotong royong
dengan Kriteria hasil: 3. Keperawatan profesional dan proses
Melakukan tindakan untuk kelompok:
mengurangi faktor risiko Mengadakan rendam air hangat
meningkat sebagai menurunkan tekanan darah
Menerapkan program pada lansia yang mengalami
perawatan meningkat hipertensi
Aktivitas hidup sehari- hari 4. Partnership :
efektif memenuhi tujuan Melakukan cek kesahatan tekanan
kesehatan meningkat darah, berat badan, tinggi badan, dan
Verbalisasi kesulitan dalam cek kolesterol
menjalani program
perawatan/pengobatan menurun
2 Perilaku Kesehatan cenderung Tujuan Umum : 1. Promosi Kesehatan:
berisiko Diharapakan masalah dapat teratasi. Penyuluhan Kesehatan mengenai
Tujuan Khusus : hipertensi
Setelah dilakukan tindakan 1x15 menit 2. Pemberdayaan :
diharapkan masalah dapat teratasi Menciptakan lingkungan yang
dengan kriteria hasil : nyaman dengan gotong royong
Penerimaan terhadap 3. Keperawatan profesional dan proses
perubahan status Kesehatan kelompok:
meningkat Mengadakan rendam air hangat
sebagai menurunkan tekanan darah
2
Diagnosa
No. NOC NIC
Keperawatan
Kemampuan melakukan pada lansia yang mengalami
Tindakan pencegahan masalah hipertensi
Kesehatan meningkat 4. Partnership :
3. Kemampuan Melakukan cek kesahatan tekanan
peningkatan kesehatan darah, berat badan, tinggi badan, dan
meningkat cek kolesterol
2
4. Implementasi
Tindakan keperawatan adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Pada tahap ini, perawat
yang mengasuh keluarga sebaiknya tidak bekerja sendiri tetapi juga melibatkan
anggota keluarga. Faktor penghambat adalah kondisi pasien yang sulit untuk
dikaji dikarenakan usia klien sudah tua sehingga penulis dalam melakukan
pemeriksaan fisik tidak secara optimal (Ramadhan, 2021).
5. Evaluasi
Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan
terencana tentang kesehatan keluarga dengan tujuan/kriteria hasil yang telah
ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan melibatkan keluarga
agar mencapai tujuan/kriteria hasil yang telah ditetapkan. Tujuan evaluasi ini yaitu
untuk melihat kemampuan keluarga dalam mencapai tujuan (Ramadhan, 2021).
2
BAB III
A. Tahap persiapan
Tahap persiapan yang dilakukan sebelum pelaksaan Praktik Keperawatan
Gerontik adalah penetapan lahan praktik yang diketahui oleh koordinasi Profesi
keperawatan UNRI dan PSTW Khusnul Khotimah. Instrument pengumpulan
data yang digunakan yaitu format pengkajian kelompok yang telah disetujui
oleh pembimbing. Berdasarkan hasil bimbingan, jumlah sampel pada praktek
keperawatan gerontik Ners Muda ini sebanyak 7 orang lansia yang mewakili
dari total populasi dan wisma yang ditetapkan adalah wisma Cempaka dan
Teratai.
B. Pengkajian (Tabulasi Data dan Interpretasi Data/Narasi)
1. Windshield Survey
2
a. Luas wilayah: ± 9.000 m
b. Batas wilayah
Timur : Jl. Kaharudin Nasution
Selatan : Jl. Pinang
Barat : Jl. Pahlawan Kerja
Utara : Gg. Mina
c. Jumlah lansia di PSTW Khusnul Khotimah: 75 orang
d. Lingkungan
2
Jenis bangunan wisma lansia yaitu bangunan permanen yang terdiri dari
13 wisma yang ditempati oleh lansia. Jarak masing-masing wisma berdekatan.
Terdapat 13 wisma dimana diantaranya 7 wisma laki-laki dan 6 wisma
perempuan. Kondisi selokan air tampak bersih dari sampah dan tidak dijumpai
adanya genangan air. Lingkungan disekitar wisma tampak terawat dengan baik.
e. Fasilitas umum
Terdapat beberapa fasilitas yang ada di PSTW Khusnul Khotimah
yaitu aula, poliklinik, dapur, musholla, laundry, dan tempat olahraga.
Lansia memiliki beberapa kegiatan yang dilakukan di PSTW Khusnul
Khotimah. Hari senin lansia melakukan kegiatan kerohanian di mushola.
Hari selasa lansia memiliki kegiatan keterampilan, hari rabu lansia memiliki
kegiatan bimbingan sosial, setiap hari kamis dilakukan pemeriksaan
kesehatan secara rutin yang dilakukan oleh dokter dan perawat, hari jumat
memiliki kegiatan pengajian dan ceramah rutin di musholla, dan setiap hari
sabtu memiliki kegiatan senam bersama dengan lansia yang dibimbing oleh
instruktur. Biasanya lansia di PSTW Khusnul Khotimah sering berkumpul
di mushola dan lorong ruangan jika tidak ada kegiatan.
2
2
2. Metode survey (pengkajian)
Hasil pengkajian dan observasi dijabarkan sebagai berikut:
a. Data dasar anggota kelompok
1) Jenis kelamin lansia
Diagram 1
Distribusi frekuensi lansia berdasakan jenis kelamin di PSTW
Khusnul Khotimah (n=7)
2) Usia
Diagram 2
Distribusi frekuensi lansia berdasakan usia di PSTW Khusnul
Khotimah (n=7)
2
Berdasarkan diagram 2 diatas didapatkan hasil bahwa
sebanyak 5 orang (29%) masuk kategori elderly, sebanyak 2 orang
(71%) masuk kategori old. Bedasarkan data Riskesdas 2018
didapatkan kelompok rentan terjadinya hipertensi menurut usia yaitu
umur 31-44 tahun dengan prevalensi (31,6%), usia 45-54 tahun
dengan prevalensi (45,3%) dan umur 55 keatas dengan prevalensi
(55,26%).
3) Pendidikan
Diagram 3
4) Riwayat pekerjaan
Diagram 4
Distribusi frekuensi lansia berdasakan riwayat pekerjaan di PSTW
Khusnul Khotimah (n=7)
2
Berdasarkan diagram 4 diatas didapatkan hasil bahwa
sebanyak 3 orang (44%) mempunyai riwayat pekerjaan sebagai
wiraswasta, sebanyak 1 orang (14%%) mempunyai riwayat pelayaran,
sebanyak 1 orang (14%) mempunyai riwayat pekerjaan sebagai
Pegawai Swasta dan 1 orang (14%) mempunyai riwayat pekerjaan
sebagai Satpam.
5) Agama
Diagram 5
Distribusi frekuensi lansia berdasakan agama di PSTW Khusnul
Khotimah (n=7)
2
Berdasarkan diagram 6 diatas didapatkan hasil bahwa
sebanyak 3 orang (44%) memiliki suku jawa, sebanyak 1 orang
(14%) memiliki suku banten, sebanyak 1 orang (14%) memiliki
suku Bugis, sebanyak 1 orang (14%) memiliki suku melayu dan 1
orang (14%) memiliki suku sunda.
7) Keadaan umum
Diagram 7
Distribusi frekuensi lansia berdasakan keadaan umum di PSTW
Khusnul Khotimah (n=7)
2
Berdasarkan diagram 8 diatas didapatkan hasil klasifikasi
tekanan darah menurut Nurarif & Kusuma (2016) yaitu sebanyak 4
orang (58%) mengalami Hipertensi tingkat 1, sebanyak 1 orang
(14%) mengalami normal-tinggi dan sebanyak 1 orang (14%)
memiliki tekanan darah normal dan optimal. Mayoritas lansia yang
sudah lama di PSTW memiliki tekanan darah yang terkontrol.
9) Status gizi
Diagram 9
Distribusi frekuensi lansia berdasakan status gizi di PSTW Khusnul
Khotimah (n=7)
3
(14%) berada pada kategori Kurus. Berdasarkan hasil pengkajian
didapatkan lansia memiliki pola makan yang teratur karena sudah
diatur oleh pihak dapur tetapi makanan yang diberikan tidak sesuai
dengan masalah yang dimiliki oleh lansia di PSTW
10) Konjungtiva
Diagram 10
Distribusi frekuensi lansia berdasakan konjungtiva di PSTW
Khusnul Khotimah (n=7)
3
Berdasarkan diagram 11 diatas merupakan komplikasi
riwayat penyakit yang dimiliki oleh lansia di PSTW Khusnul
Khotimah didapatkan hasil yaitu sebanyak 6 orang (30%) mempunyai
riwayat hipertensi, sebanyak 2 orang (10%) mempunyai riwayat
SNH, sebanyak 2 orang (10%) mempunyai riwayat Malaise,
sebanyak 2
orang (10%) mempunyai Riwayat Myalgia, sebanyak 1 orang (5%)
mempunyai riwayat cephalgia, sebanyak 1 orang (5%) mempunyai
Riwayat Skizofrenia, sebanyak 1 orang (5%) mempunyai Riwayat
LBP, sebanyak 1 orang (5%) mempunyai Riwayat Osteoarthritis,
sebanyak 1 orang (5%) mempunyai Riwayat DM, dan sebanyak 1
orang (5%) mempunyai Riwayat Vertigo.
3
Berdasarkan diagram 13 diatas didapatkan hasil bahwa
mayoritas pasien binaan tidak berolahraga yaitu sebanyak 5 orang
(63%), pasien yang melakukan senam yaitu sebanyak 2 orang (25%)
dan hanya 1 orang (12%) mengikuti jalan pagi.
14) Pola tidur
Diagram 14
Distribusi frekuensi lansia berdasakan pola tidur di PSTW Khusnul
Khotimah (n=7)
3
Berdasarkan diagram diatas bahwa ada beberapa pasien yang
memiliki lebih dari 1 masalah dan didapatkan hasil mayoritas pasien
memiliki masalah penyakit hipertensi yaitu sebanyak 6 orang (30%),
sebanyak 3 orang (15%) memiliki masalah Goat Arthritis, sebanyak
2 orang (10%) memiliki masalah SNH, sebanyak 2 orang (10%)
memiliki masalah Malaise, sebanyak 1 orang (5%) memiliki
masalah (Cephalgia), sebanyak 1 orang (5%) memiliki masalah
Skizofrenia, sebanyak 1 orang (5%) memiliki masalah LBP,
sebanyak 1 orang (5%) memiliki masalah Osteoarthiritis, sebanyak 1
orang (5%) memiliki masalah DM, sebanyak 1 orang (5%) memiliki
masalah Vertigo, dan sebanyak 1 orang (5%) memiliki masalah
Myalgia. Dari keseluruhan masalah pasien di Wisma Cempaka dan
Teratai didapatkan mayoritas pasien memiliki masalah penyakit
hipertensi. Maka dari itu kelompok akan mengangkat masalah
mayoritas yaitu lansia dengan hipertensi.
3
Berdasarkan diagram 15 didapatkan hasil bahwa terdapat tenaga
kesehatan di lingkungan tempat tinggal lansia.
Puskesmas
Diagram 16
Distribusi frekuensi lansia berdasarkan ketersediaan puskesmas
di PSTW Khusnul Khotimah Pekanbaru (n=7)
3
Berdasarkan diagram 17 didapatkan hasil bahwa terdapat
klinik di lingkungan tempat tinggal lansia.
3
Berdasarkan diagram 19 didapatkan hasil bahwa lansia
mendapatkan makanan tambahan di lingkungan tempat tinggal
lansia.
Vitamin tambahan
Diagram 20
Distribusi frekuensi lansia berdasarkan ketersediaan vitamin
tambahan di PSTW Khusnul Khotimah Pekanbaru (n=7)
3
Berdasarkan diagram 21 didapatkan hasil bahwa terdapat
fasilitas pendidikan untuk para lansia yang biasanya dilakukan di
aula.
4) Lingkungan sekitar tempat tinggal
Sumber air
bersih Diagram
22
Distribusi frekuensi lansia berdasarkan ketersediaan sumber air
bersih di PSTW Khusnul Khotimah Pekanbaru (n=7)
3
Berdasarkan diagram 23 didapatkan hasil bahwa terdapat
dapur umum di lingkungan PSTW tempat tinggal lansia.
Tempat pembuangan
sampah Diagram 24
Distribusi frekuensi lansia berdasarkan ketersediaan tempat
pembuangan sampah di PSTW Khusnul Khotimah Pekanbaru
(n=7)
3
Sarana MCK
Diagram 25
Distribusi frekuensi lansia berdasarkan ketersediaan saranan
MCK di PSTW Khusnul Khotimah Pekanbaru (n=7)
4
5) Status
ekonomi
Sumbangan
Diagram 27
Distribusi frekuensi lansia berdasarkan sumber perdanaan di
PSTW Khusnul Khotimah Pekanbaru (n=7)
4
karena dari donator yang sama yaitu (100%) sekitar 100.000-
300.000 per bulannya.
6) Status sosial budaya spiritual
Sarana ibadah
Diagram 29
Distribusi frekuensi lansia berdasarkan sarana ibadah di PSTW
Khusnul Khotimah Pekanbaru (n=7)
4
tinggalnya, yaitu satu musholla atau di kamar mereka masing-
masing.
Kepercayaan yang bertentangan dengan penanggulan masalah
kesehatan
Diagram 31
Distribusi frekuensi lansia berdasarkan kepercayaan yang
bertentangan dengan penanggulangan masalah kesehatan di
PSTW Khusnul Khotimah Pekanbaru (n=7)
4
Berdasarkan diagram 32 didapatkan hasil bahwa
sebanyak 4 orang (57%) mengikuti kegiatan sosial seperti
bimbingan sosial, senam dan wirid, dan sebanyak 3 orang
(43%) tidak mengikuti kegiatan sosial karena keterbatasan
aktivitas.
7) Komunikasi
Alat komunikasi
Diagram 33
Distribusi frekuensi lansia berdasarkan alat komunikasi di PSTW
Khusnul Khotimah Pekanbaru (n=7)
4
Berdasarkan diagram 34 didapatkan hasil bahwa seluruh
lansia (100%) melakukan proses komunikasi antar kelompok.
8) Fasilitas rekreasi yang tersedia (taman, sarana olahraga, nonton
TV) Diagram 35
Distribusi frekuensi lansia berdasarkan fasilitas rekreasi yang
tersedia di PSTW Khusnul Khotimah Pekanbaru (n=7)
4
Berdasarkan diagram 30 didapatkan hasil bahwa seluruh
lansia (100%) melakukan pemeliharaan kebersihan diri secara
mandiri.
Pengelolaan makanan bersih dan
sehat Diagram 37
Distribusi frekuensi lansia berdasarkan pengelolaan makanan
bersih dan sehat di PSTW Khusnul Khotimah Pekanbaru (n=7)
4
PENGKAJIAN KEPERAWATAN KELOMPOK
Fasilitas Yankes UPT PSTW Khusnul No. Register
Khotimah
Nama perawat Kelompok 2 Tanggal 29 Januari-1
yang pengkajian Februari 2024
mengkaji
Nama kelompok Kelompok 2 Alamat
C. Analisis Data
mmHg
4
No. Data Penunjang Masalah Keperawatan
Wawancara:
Wawancara:
Windshield survey:
4
PRIORITAS MASALAH KEPERAWATAN
Keterangan :
F. Ketersediaan tempat
G. Ketersediaan dana
4
D. Intervensi Keperawatan
5
No. Diagnosa Keperawatan NOC NIC
5
E. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
NO Diagnosa Hari / Implementasi Evaluasi
Keperawatan Tanggal
1. Manajemen
5 Februari Promosi Kesehatan: S:
kesehatan tidak
2024 Penyuluhan
efektif;
Hipertensi pada kesehatan mengenai Lansia mengatakan
Pukul bahwa mengerti dengan
kelompok lansia Hipertensi
di wisma Teratai materi yang
10.00 -11.00
dan Cempaka disampaikan terkait
PSTW Khusnul pengertian, penyebab,
Khatimah tanda dan gejala, dan
(D.0116) penatalaksanaan.
O:
A: Intervensi
terlaksana.
P: Intervensi
dilanjutkan dengan
melakukan rendam air
hangat dan terapi
murotal untuk
menurunkan hipertensi
pada lansia.
5
2.
Selasa, 5 Partnership: S: Lansia mengatakan
februari mengerti untuk selalu
2024 Melakukan cek rutin melakukan
kesehatan tekanan darah, pemeriksaan tekanan
Pukul : 13.00 berat badan, tinggi darah
- 13.30 WIB badan, cek gula darah
serta cek asam urat O:
Lansia S :
● TD : 145/69
● Gula darah: 103
● Asam Urat: 6,7
Lansia AR:
● TD : 125/85
● Gula darah: 128
● Asam Urat: 4,4
Lansia T :
● TD : 133/100
● Gula darah: 237
● Asam Urat: 6,7
Lansia I :
● TD : 141/101
● Gula darah: 140
● Asam Urat: 7,5
Lansia AJ :
● TD : 87/54
● Gula darah: 107
● Asam Urat: 6,7
Lansia F :
● TD : 156/69
● Gula darah: 170
● Asam Urat: 4,6
5
A: Intervensi
terlaksana P:
Menganjurkan lansia
untuk tetap menjaga
kesehatannya dan
memeriksakan
tekanan darah, gula
darah dan asam urat
secara rutin ke
poliklinik
Menganjurkan lansia untuk
mengkonsumsi obat
hipertensi, gula darah dan
asam urat sesuai anjuran
dokter
3. S:
Sabtu 3 Pemberdayaan:
Februari Lansia mengatakan
2024 bersedia mengikuti
Melakukan kegiatan:
kegiatan dalam
10.00 – 1. Memodifikasi membantu
11.000 lingkungan memodifikasi
2. Membersihkan lingkungan, gotong-
lingkungan sekitar royong dan menanam
wisma cempaka TOGA
3. Menanam tanaman Lansia mengatakan
obat keluarga senang mengikuti
(TOGA) kegiatan gotong-
royong di sekitar
wisma cempaka
bersama- sama .
O:
lansia yang ikut
gotong-royong
membantu
membersihkan
lingkungan sebanyak
5 orang, sedangkan,
2 orang tidak dapat
mengikuti kegiatan
dikarenakan ada
kegiatan lainnya.
Semua lansia
yang hadir
aktif mengikuti
kegiatan
5
Lansia yang ikut
tampak bersemangat
dan antusias dalam
kegiatan gotong
royong dan menanam
TOGA bersama-sama
Lansia mengikuti
kegiatan sampai
selesai
Lansia ikut serta
dalam proses gotong
royong dan menanam
TOGA bersama-sama
A: Intervensi terlaksana
P: diharapkan lansia dapat
bekerja sama dalam
membersihkan lingkungan
sekitar wisma.
4. S:
Senin, 5 Proses kelompok dan
Februari Sebagian besar lansia
praktik keperawatan mengatakan nyeri
2024 profesional: kaki sudah berkurang
Lansia mengatakan
Melakukan rendaman
mengerti untuk selalu
kaki dengan air hangat
rutin melakukan
yang dikombinasikan
pemeriksaan tekanan
dengan terapi murrotal al-
darah
quran
O:
Pre:
4 orang lansia berada
pada kategori HT
deraja 1, 2 orang
lansia pada kategori
normal, 1 orang
lansia pada kategori
HT derajat II, dan 1
orang lansia lainnya
pada kategori HT
derajat III
Post:
3 lansia (37%)
berada pada kategori
hipertensi ringan, 1
lansia (13%) berada
pada kategori
5
hipertensi sedang ,
dan 4 lansia (50%)
berada pada kategori
normal.
Sebagian besar lansia
tampak lebih nyaman
dan lebih rileks.
S:
Senin, 5 Proses kelompok
Februari 1 lansia mengatakan
2024 kepala pusing
Melakukan senam anti
Lansia mengatakan
hipertensi
gembira dan rileks
ketika melakukan
senam bersama-
sama
O:
Pre:
4 orang lansia berada
pada kategori HT
deraja 1, 2 orang
lansia pada kategori
normal, 1 orang
lansia pada kategori
HT derajat II, dan 1
orang lansia lainnya
pada kategori HT
derajat III
Post:
3 lansia (37%)
berada pada kategori
hipertensi ringan, 1
lansia (13%) berada
pada kategori
hipertensi sedang ,
dan 4 lansia (50%)
berada pada kategori
normal.
Sebagian besar lansia
tampak lebih nyaman
dan lebih rileks.
5
F. Evaluasi Sumatif
Diagnosa Respon Lansia Evaluasi Rencana Tidak Lanjut
Ya Tidak
Manajemen Ya - lansia patuh minum obat setiap hari sesuai anjuran dokter dan
kesehatan tidak Pendidikan Kesehatan : tenaga kesehatan
efektif; - lansia rutin memeriksakan kesehatan ke poliklinik minima 1 kali
Hipertensi - Lansia mengerti dan semingu
pada kelompok dapat memahami informasi - lansia melakukan terapi rendam kaki menggunakan air hangat
lansia di yang diberikan tentang sebaiknya dilakukan pendidikan kesehatan setiap 3 bulan sekali
wisma hipertensi terdiri atas dan pengecekan kesehatan pada lansia dilakukan setiap 2 kali
Cempaka dan pengertian, penyebab, tanda seminggu.
teratai PSTW gejala, penatalaksanaan
Khusnul hipertensi
Khotimah - lansia mampu
(D.0116) mengulang kembali
informasi yang diberikan
tentang hipertensi yang
terdiri dari pengertian,
penyebab, tanda gejala,
penatalaksanaan hipertensi
yang dapat dilakukan secara
mandiri oleh lansia untuk
mengatasi hipertensi.
Ya - Lansia melakukan terapi rendam kaki dengan air hangat
Partnership:
- Diharapkan pramulansia dapat menerapkan pemriksaan rutin lansia
ke poliklinik untuk skrinning kesehatan
5
- Lansia mengerti
tentang pentingnya
pemeriksaan tekanan
darah dan minum
obat secara teratur
Ya
Praktik keperawatan Rencana tindak lanjut terapi kombinasi rendam kaki dengan air hangat
profesional: dan murottal Al-Qur’an ini bisa dilakukan oleh lansia secara individu
atau kelompok sesuai kebutuhan.
5
- Lansia mengikuti - Pramulansia manajemen menyetel murottal al-qur’an di pagi hari
kegiatan dengan
antusias,
berpartisipasi aktif
dan memberi umpan
balik positif
terhadap kegiatan
yang
dilaksanakan
- lansia akan
melakukan kegiatan
rendam kaki air
hangat dengan
diiringi murottal al-
qur’an secara
mandiri maupun di
bantu oleh peramu
lansia.
5. Ya
Proses Kelompok: Rencana tindak lanjut melakukan senam anti hipertensi setiap pagi hari
secara individu atau kelompok sesuai kebutuhan.
- Lansia mengikuti
kegiatan dengan Pramulansi manajemen menyetel dari youtube terkait senam anti
antusias, hpertensi
berpartisipasi aktif
dalam mengikuti
senam anti
hipertensi
5
Setelah dilakukan implementasi keperawatan selama 2 minggu oleh Ners
muda UNRI pada lansia di wisma teratai dan cempaka dapat disimpulkan bahwa
mayoritas lanisa mengalami penurunan tekanan darah. Hal ini dibuktikan saat
pengkajian awal di tanggal 29-31 Januari 2024 , didapatkan hasil 43% lansia
berada pada kategori HT derajat 1, 29% lansia pada kategori normal, 14% lansia
pada kategori HT derajat II, dan 0% lansia lainnya pada kategori HT derajat III..
Sedangkan saat dilakukan pengukuruan tekanan darah terakhir pada tanggal 06
Februari 2024didapatkan hasil sebagai berikut :
6
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Setelah dilakukan asuhan keperawatan terhadap kelompok gerontik,
diharapkan:
6
hidup sehat dan menerapkan implementasi yang telah dianjurkan oleh
Ners Muda.
3. Institusi Pendidikan
Diharapkan adanya intervensi yang telah dilaksanakan
kelompok lansia mampu untuk lebih menjaga kesehatan, menjaga
pola hidup sehat dan menerapkan implementasi yang telah dianjurkan
oleh Ners Muda.
6
DAFTAR PUSTAKA
Listyorini, M. W., dkk. (2023). Konsep Depresi Lansia dan Asuhan Keperawatan. Jawa
Tengah: Lakeisha.
Manuntung, A. (2018). Terapi Perilaku Kognitif pada Pasien Hipertensi. Malang:
Wineka Media.
Miller, C. A. (2012). Nursing For Wellnes In Older Adults (6th ed.). Philadelphia:
Lippincott Williams & Wilkins.
Minarti, S. K. (2022). Asuhan Keperawatan Lansia Dengan Spiritual Well Being
Berbasis Islami. Yogyakarta: Rizmedia Pustaka Indonesia.
Ramadhan, M. (2021). Asuhan Keperawatan Pada Ny. N yang Mengalami Hipertensi
dengan Masalah Keperawatan Nyeri Akut di RS Kartika Husada (Bachelor's
Thesis, Stik Muhammadiyah Pontianak).
Suputra, P. S. (2020). Asuhan Keperawatan Gerontik pada Klien Ny. A dengan
Hipertensi di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas 1 Denpasar Selatan. Institut
Teknologi dan Kesehatan Bali.
Trijayanti, T. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Lansia Penderita Hipertensi Dengan
Masalah Keperawatan Gangguan Pola Tidur Di Pelayanan Sosial Tresna
Werdha (Pstw) Magetan. http://eprints.umpo.ac.id/5387/
World Health Organization. (2021). Hypertension. https://www.who.int/newsroom/fact-
sheets/detail/hypertension
6
PRE PLANNING SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) PENYULUHAN
KESEHATAN HIPERTENSI PADA KELOMPOK LANSIA DI WISMA
KENANGA DAN MAWAR PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA
KHUSNUL KHOTIMAH KECAMATAN MARPOYAN DAMAI KOTA
PEKAN BARU
6
kemudian berkurang secara perlahan atau bahkan menurun drastis. Gejala yang
sering kali dikeluhkan penderita hipertensi sakit kepala, mudah marah, telinga
berdengung, sukar tidur sesak nafas, rasa berat ditengkuk, mudah lelah, mual,
gelisah (Triyanto, 2017).
World Health Organization (WHO, 2019) dalam (Kemenkes RI, 2019)
menunjukan data prevalensi hipertensi di seluruh dunia sebesar 22% dari total
penduduk dunia. Sedangkan Asia Tenggara menempati posisi ke-3 tertinggi jumlah
prevalensi hipertensi sebesar 25% dari total penduduk. Hasil dari Riset Kesehatan
Dasar Indonesia (Riskesdas, 2018) dalam (Kemenkes RI, 2019) jumlah penderita
hipertensi di Indonesia sebesar 34,11% pada usia penduduk berusia >18 tahun.
Angka prevalensi tersebut lebih tinggi dari prevalensi tahun 2013 sebesar 25,8%.
Sementara itu jumlah penderita hipertensi di Riau dengan prevalensi hipertensi
sebesar 29,14%. Dari data Dinas Kesehatan Kota Pekan Baru sendiri pada tahun
2020 Hipertensi memiliki kedudukan penyakit terbanyak nomor dua dengan jumlah
penderita 19.503 (Dinas Kesehatan Kota Pekan Baru, 2020).
Hasil dari observasi yang dilakukan oleh Ners Muda di OSTW Khusnul
Khotimah, didapatkan pada kelompok lansia yang mengidap hipertensi sebanyak 44
jiwa. Sementara lansia dengan hipertensi di wisma Teratai didapatkan mayoritas ada
2 jiwa dan cempaka juga terdapat 6 jiwa lansia. Sehubung dengan masalah
lingkungan yang tidak sehat, yaitu risiko dan masalah aktual terjadinya penyakit
hipertensi di kawasan PSTW Khusnul Khotimah. Maka dipandang perlu bagi lansia
untuk mengetahui tentang penyakit hipertensi penyebab dan faktor yang
mempengaruhi terjadinya hipertensi.
2. Tujuan penyuluhan
1. Tujuan umum :
Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan tentang Hipertensi selama 30 menit
diharapkan pada kelompok lansia di Wisma Teratai dan Cempaka Panti Sosial
Tresna Werdha Khusnul Khotimah Kecamatan Marpoyan Damai Kota Pekan
dapat memahami tentang Hipertensi.
6
2. Tujuan khusus :
Setelah mengikuti penyuluhan selama 30 menit, diharapkan pada kelompok
lansia di Wisma Teratai dan Cemapaka Panti Sosial Tresna Werdha Khusnul
Khotimah Kecamatan Marpoyan Damai Kota Pekan mampu :
a. Lansia mampu menjelaskan dan memahami pengertian hipertensi
b. Lansia mampu menjelaskan dan memahani penyebab hipertensi
c. Lansia mampu menjelaskan dan memahami tanda dan gejala Hipertensi
d. Lansia mampu menjelaskan dan memahami penatalaksanaan Hipertensi
3. Penatalaksanaan
1) Judul Kegiatan
Penyuluhan penyakit hipertensi
2) Peserta
Seluruh lansia di wisma Teratai dan Cempaka PSTW Khusnul Khotimah dengan
target yang hadir berjumlah 7 peserta.
3) Metode
a. Ceramah
b. Diskusi
c. Tanya Jawab
4) Media dan alat
a. Leaflet
b. TV
c. PPT
5) Hari / tanggal
Penyuluhan akan dilaksanakan pada Senin, 5 Februari 2024
6) Waktu
Waktu pelaksanaan penyuluhan adalah pukul 10.00-10.30 WIB
6
7) Tempat
Tempat dilaksanakan penyuluhan ini adalah di Wisma Kenanga Panti Sosial
Tresna Werdha Khusnul Khotimah Kecamatan Marpoyan Damai Kota
Pekanbaru.
8) Pengorganisasian
a. Moderator : Thasya Nur Oktaviona, S.Kep
b. Pemateri : Novia Yuliana Anita, S.Kep, Suri Yusufi Pratiwi, S. Kep
c. Fasilitator : Anro Sayidi, S.Kep, Firdiana Suryani, S.Kep
d. Dokumentasi : Masita Aqla Dzakia, S.Kep
e. Observer : Denny Kosika, S.Kep
9) Uraian tugas
a. Leader
Mengkordinir kegiatan dan bertanggung jawab terhadap kelangsungan acara
sejak perencanaan, persiapan, pelaksanaan, evaluasi dan pelaporan dan
memimpin jalannya acara
b. Pemateri
Menyajikan materi tentang Hipertensi
c. Observer
Mengamati proses pelaksanaan kegiatan dari awal sampai akhir dan
membuat hasil pelaksanaan penyuluhan
d. Fasilitator
Memotivasi peserta penyuluhan untuk bertanya dan menyebarkan leaflet.
e. Dokumentasi
Mendokumentasikan hasil penyuluhan, bertanggung jawab dalam
mendokumentasikan kegiatan yang dilaksanakan dari sejak perencanaa,
persiapan, pelaksanaan evaluasi dari pelaporan
6
f. Setting Tempat
6
10) Rencana Kegiatan Penyuluhan
No Tahap Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta
1. Pendahuluan menit 1. Membuka pertemuan
a. Memberi salam pembuka Menjawab salam
b. Memperkenalkan diri Memperhatikan
2. Menjelaskan cakupan materi Memperhatikan
3. Menjelaskan manfaat pembelajaran Memperhatikan dan menyetujui
materi kontrakwaktu
4. Melakukan kontrak waktu dengan Memperhatikan dan menjawab
peserta pertanyaan
Melakukan apreseasi peserta tentang Hipertensi
6
3. Penutup 10 Menit Melakukan evaluasi dan menutup pertemuan:
1. Melakukan evaluasi dengan mengajukan - Menjawab pertanyaan
beberapa pertanyaan pada peserta - Memberikan komentar atau
2. Memberikan penilaian terhadap komentar pertanyaan
atau jawaban terhadap pertanyaan - Memperhatikan
3. Melakukan kontrak waktu dengan - Memperhatikan
kelompok kecil lansia - Memperhatikan
4. Memberikan kesimpulan umum tentang
Hipertensi
5. Memberi salam penutup
7
11) Rencana Evaluasi Kegiatan
b. Evaluasi Proses :
c. Evaluasi Hasil
71
MATERI PENYULUHAN
A. Pengertian Hipertensi
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami
peningkatan tekanan darah di atas normal yanag mengakibatkan peningkatan
angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian/mortalitas. Tekanan darah
140/90 mmHg didasarkan pada dua fase dalam setiap denyut jantung yaitu fase
sistolik 140 menunjukkan fase darah yang sedang dipompa oleh jantung dan
fase diastolic 90 menunjukkan fase darah yang kembali kejantung (Triyanto,
2017).
Hipertensi pada lansia adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih
dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolic lebih dari 90 mmHg pada dua kali
pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup
istirahat/tenang (Kemenkes RI, 2014).
B. Penyebab Hipertensi
1) Hipertensi Primer
Hipertensi primer adalah hipertensi esensial atau hiperetnsi yang
90% tidak diketahui penyebabnya. Beberapa faktor yang diduga berkaitan
dengan berkembangnya hipertensi primer diantaranya:
a. Genetik
Individu dengan keluarga hipertensi memiliki potensi lebih tinggi
mendapatkan penyakit hipertensi.
b. Jenis kelamin dan usia
Lelaki berusia 35-50 tahun dan wanita yang telah menopause berisiko
tinggi mengalami penyakit hipertensi.
c. Diit konsumsi tinggi garam dan lemak
Konsumsi garam yang tinggi atau konsumsi makanan dengan kandungan
lemak yang tinggi secara langsung berkaitan dengan berkembangnya
penyakit hipertensi.
d. Obesitas atau kelebihan BB
Berat badan yang 25% melebihi berat badan ideal sering dikaitkan
dengan berkembangnya hipertensi.
72
e. Merokok dan konsumsi alkohol
Merokok dan konsumsi alkohol sering dikaitkan dengan berkembangnya
hipertensi karena reaksi bahan atau zat yang terkandung dalam keduanya.
2) Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder merupakan jenis hipertensi yang diketahui
penyebabnya. Hipertensi sekunder disebabkan oleh beberapa penyakit,
yaitu:
a. Penyempitan aorta kongenital
Penyempitan pada aorta tersebut dapat menghambat aliran darah
sehingga terjadi peningkatan tekanan darah diatas area kontriksi.
b. Penyakit vaskuler ginjal
Penyakit ini adalah penyakit utama penyebab hipertensi sekunder.
Hipertensi renovaskuler berhubungan dengan penyempitan satu atau
lebih arteri besar, yang secara langsung membawa darah ke ginjal.
Penyakit parenkim ginjal terkait dengan infeksi, inflamasi, serta
perubahan struktur serta fungsi ginjal.
73
terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan
medis.
Beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu:
74
Dengan berhenti merokok dapat mencegah penyakit kardiovaskuler
termasuk strok, infark miokard, pembuluh darah perifer. Mengurangi
konsumsi alkohol dapat mencegah kejadian hipertensi dan menurunkan
tekanan darah sistolik 2-4 mmHg.
5) Manajemen Stres
Strategi yang direkomendasikan dalam manajemen stres adalah
dengan melakukan olahraga, membicarakan masalah. dengan orang lain
yang dipercaya, tertawa, istirahat yang cukup, memakan makanan yang
sehat, menurunkan konsumsi alkohol. Teknik relaksasi yang
direkomendasikan dalam penatalaksanaan hipertensi adalah yoga, relaksasi,
biofeedback dan fisioterafi.
75
LAPORAN HASIL KEGIATAN PENDIDIKAN KESEHATAN
TENTANG HIPERTENSI PADA LANSIA BERSAMA POLIKLINIK
PSTW KHUSNUL KHOTIMAH PEKANBARU
A. Tahap Persiapan
Tahap persiapan diawali dengan pembuatan pre planning oleh
penanggung jawab acara pendidikan kesehatan. Hasil konsul diperbaiki sesuai
dengan saran dari pembimbing dan selanjutnya ners muda melakukan kontrak
dengan lansia. Ners muda mempersiapkan susunan acara untuk pemberian
Penyuluhan Kesehatan tentang Hipertensi. Ners muda menentukan lokasi dan
waktu pelaksanaan acara. Kegiatan akan dilaksanakan di Wisma Teratai PSTW
Khusnul Khotimah pada hari Senin, 5 Februani 2024 pada jam 10.00 WIB.
Tema yang diangkat adalah penyuluhan kesehatan tentang Hipertensi.
B. Tahap Pelaksanaan
Acara di mulai pada hari Senin, 05 Februari 2024 dengan estimasi waktu
30 menit. Acara dimulai tepat pada waktunya sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan. Jumlah peserta yang hadir 8 lansia. Susunan acara pendidikan
kesehatan tentang Hipertensi yang di laksanakan di Wisma Teratai PSTW
Khusnul Khotimah:
NO Waktu Kegiatan
76
C. Kendala dan Solusi
Adapun kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pendidikan kesehatan
tentang Hipertensi yaitu menunggu lansia hadir di tempat. Sokusi yang
dilakukan yaitu menjemput lansia satu per satu dan membawanya ke tempat
kegiatan dilaksanakan. Pendidikan kesehatan dimulai tepat waktu yaitu pukul
10.00 WIB.
D. Tahap Evaluasi
1. Struktur
a) Pre planning telah diselesaikan satu hari sebelum kegiatan dan telah
mendapatkan persetujuan dari pembimbing. Tempat dilaksanakan acara
telah sesuai dengan rencana yaitu di Wisma Teratai PSTW dengan
lokasi yang mudah dijangkau oleh lansia di wisma Teratai dan
Cempaka.
b) Peran ners muda sebagai pelaksana acara telah sesuai dengan peran dan
tugas masing-masing
2. Proses
a) Pelaksanaan kegiatan berlangsung pada hari Senin acara dimulai pada
pukul 10.00 WIB, acara berlangsung selama 30 menit dan berakhir pada
pukul 10.30 WIB yang kemudian dilanjutkan acara lain.
b) Lansia mengikuti kegiatan dengan antusias dan semangat, hal ini
terlihat dari semangatnya mengikuti pendidikan kesehatan dan sasaran
yang ditargetkan sesuai.
3. Hasil
a) Ners muda mampu mengikuti kegiatan pendidikan kesehatan tentang
Hipertensi di Wisma Teratai PSTW Khusnul khotimah.
b) Lansia mengikuti kegiatan dengan antusias dan semangat, beberapa
lansia dapat mengulang kembali penjelasan ners muda.
E. Faktor Pendukung
Sebagian besar lansia tampak aktif dan kompak dalam mengikuti
pelaksanaan pendidikan kesehatan, terlihat dari beberapa lansia yang memberi
pertanyaan yang diajukan oleh ners muda. Faktor Pendukung lainnya lansia
bersedia mengikuti kegiatan pendidikan kesehatan dari awal sampai akhir.
Lansia cepat mengerti dan memahami penjelasan ners muda.
77
F. Faktor Penghambat
Selama kegiatan berlangsung, tidak ada faktor yang menghambat
kegiatan pendidikan kesehatan. Hal ini dikarenakan peserta aktif dalam kegiatan,
sehingga kegiatan dapat berjalan baik.
G. Tindak Lanjut
Rencana tindak lanjut pendidikan kesehatan sebaiknya dilakukan setiap 3
bulan sekali dan pengecekan kesehatan pada lansia dilakukan setiap 2 kali
seminggu .
H. Dokumentasi
78
79
PRE PLANNING EMPOWERMENT AKTIVITAS FISIK KEGIATAN
MENANAM TANAMAN OBAT KELUARGA (TOGA) PADA LANSIA
DENGAN HIPERTENSI DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA
(PSTW) KHUSNUL KHOTIMAH
KOTA PEKANBARU
A. Latar Belakang
Salah satu upaya aktivitas fisik yang dapat dilakukan lansia untuk
mencegah maupun menurunkan hipertensi adalah kegiatan menanam TOGA.
80
Kegiatan menanam TOGA yang dapat dilakukan yaitu dengan bergotong-
royong sambil menanam TOGA. Maka dari itu diharapkan setelah melakukan
kegiatan menanam TOGA bersama-sama dengan lansia diharapkan adanya
penurunan tekanan darah pada kelompok.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
C. Rancangan Kegiatan
1. Topik: Pemberdayaan lansia dalam menanam TOGA
2. Sasaran/Target:
a) Lansia wisma cempaka dan teratai di Panti Sosial Tresna
Werda Khusnul Khotimah
b) Lansia bersedia dan Kooperatif
3. Metode: Demonstrasi
4. Media dan Alat: Sapu, cangkul, tanaman TOGA
5. Waktu dan tempat
a) Hari/Tanggal: Sabtu, 3 Februari 2024
b) Waktu: 09.00 s.d 10.00 WIB
c) Tempat: Dalam dan perkarangan wisma cempaka
81
D. Pengorganisasian
1. Leader : Anro Sayidi, S.Kep.
2. Co Leader : Denny Kosika, S.Kep.
3. Fasilitator : Suri Yusufi, S.Kep.
- Thasya Nur Oktaviona, S.Kep.
- Novia Yuliana, S.Kep.
- Firdiana Suryani, S.Kep.
E. Setting Tempat
: Leader
: Co Leader
: Lansia
: Fasilitator
82
F. Susunan Acara
83
Penutup (5 a. Mengungkapkan
10:00- menit) Penutup perasaan setelah
10:05 dilakukan gotong
WIB a. Mengevaluasi royong dan
perasaan lansia menanam TOGA.
setelah b. Mengikuti kegiatan
dilakukan pemeriksaan
gotong-royong tekanan darah.
dan menanam c. Menjawab salam.
TOGA.
b. Mengukur dan
mengevaluasi
tekanan darah
setelah
melakukan
gotong- royong
dan menanam
TOGA.
c. Memberi salam
penutup.
G. Uraian Tugas
1. Leader
Tugas :
1) Membuka acara.
2) Memperkenalkan mahasiswa.
3) Membuat kontrak waktu.
4) Menetapkan tata tertib kegiatan gotong-royong dan menanam
TOGA.
5) Kontrak waktu yang akan digunakan selama kegiatan.
6) Menjaga kelancaran acara.
7) Bersama fasilitator menjalin kerja sama dalam kegiatan gotong-
royong.
2. Co Leader
Tugas:
84
3. Fasilitato
r Tugas:
4. Dokumentasi
H. Evaluasi
Proses
1. Evaluasi struktur
a) 100% mahasiswa menghadiri kegiatan gotong-royong dan menanam
TOGA.
b) 60% lansia menghadiri kegiatan gotong-royong dan menanam TOGA.
c) 80% Tempat dan media serta alat kegiatan tersedia sesuai rencana.
2. Evaluasi proses
a) 100% Peran dan tugas mahasiswa sesuai rencana.
b) 80% Lansia hadir mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir.
c) 60% Lansia yang hadir berperan aktif selama kegiatan berlangsung.
3. Evaluasi hasil
a) 60% lansia tahu cara menurunkan hipertensi dengan rutin
beraktivitas fisik (gotong-royong).
b) 70% lansia meningkat kemandirian dalam upaya meningkatkan
kesehatannya.
c) 70% lansia meningkat ketertiban lansia mengenai aktivitas fisik
dengan bergotong-royong untuk menurunkan hipertensi
I. Efek jahe merah terhadap tekanan darah pada pasien hipertensi
Hipertensi merupakan penyakit yang sering kita temui di pelayanan
primer. ada dua penatalaksanaan untuk mengurangi dampak dari hipertensi
yaitu dengan terapi farmakologis dan terapi non farmakologis. Pemberian
jahe pada pasien dengan hipertensi merupakan salah satu terapi non
farmakologis.
a. Pengertian
85
Jahe berasal dari asia Pasifik yang tersebar dari India sampai
Cina. Jahe telah digunakan untuk mengobati berbagai macam
penyakit seperti Hipoglikemia, Ostheoartritis, Gout, Rhematoid
Artritis, Migran, penyakit pada sistem gastroentestinal,
Kardiovaskuler, dan hepatoprotektif. Tanaman jahe merupakan
tanaman tahunan, memiliki batang semu, bewarna hijau, pangkal
batang bewarna putih hingga kemerahan yang berbentuk silindris dan
berdiri tegak dengan tinggi sekitar 30-75 cm. Berdaun sempit
memanjang menyerupai pita, dengan panjang 15 cm – 23 cm, lebar
lebih kurang 2,5 cm, tersusun teratur berbaris berseling. Akar jaher
berbentuk bulat, ramping, bewarna putih sampai coklat terang,
berserat agak kasar mencapai 5,36-5,46 cm.
b. Manfaat jahe untuk menurunkan tekanan darah
Jahe memiliki manfaat dalam sistem kardiovaskuler yaitu
dapat menurunkan tekanan darah melalui blokade saluran kalsium
voltage dependen. Jahe juga dapat menurunkan tekanan darah dengan
menghambat aktivasi ACE. Jahe memiliki potensi sebagai obat
pencegah faktor risiko hipertensi dan hiperlipidaemia. Jahe juga dapat
mengahalangi kalsium yang menyebabkan kontraksi jaringan otot
polos pada organ dan dinding arteri. Hal tersebut mengurangi
kontraksi sehingga menghasilkan relaksasi otot maupun dinding arteri
maka aliran darah menjadi lancar dan terjadilah penurunan tekanan
darah.
c. Kandungan jahe
Kandungan yang terdapat dalam jahe yaitu senyawa
Flavonoid, Saponin, dan Fenol non Flanovoid memiliki efek inhibisi
terhadap aktivitas angiostensin-converting enzyme (ACE) yang
menyebabkan pembentukan angiostensin II dari angiostensin I
berkurang sehingga terjadi vasodilatasi, kemudian penurunan curah
jantung dan akhirnya tekanan darah menurun. Inhibisi ACE juga
dapat meningkatkan nitric oxide dan menurunkan anion suproksida
yang juga dapat menyebabkan vasodiltasi.
Jahe juga mengandung senyawa fenol seperti (6)-shogol dan
(6)-gingerol, (10) – gingerol yang memiliki efek antioksidan.
86
Antioksidan mampu mengurangi radikal bebas seperti tromboxame
A2, endotheline, dan endopperoxides yang merupakan fajtor
vasokontriksi endotel. Antioksidan juga mampu mengurangi nitric
oxide yang memiliki peranan dalam mengatur tahanan vaskular yaotu
vasodilator. Selain senyawa Flavonoid dan fenil, jahe juga
megandung saponin, saponin berperan dalam menghibisi renin
(RAA sistem) di ginjal sehingga mengurangi pembentukan
angiotensin II yang merupakan vasokontriktor. Angiotensin II juga
dapat merangsang sekresi aldosteron yang menyebabkan penurunan
eksresi garam dan air oleh ginjal sehingga terjadi peningkatan curah
jantung. Hal tersebut dapat menyebabkan
peningkatan tekanan darah. Penurunan
pembentukan angiotensin II dapat menurunkan tekanan darah.
Jahe mengandung mineral salah satunya kalium (potasium)
1,4% dalam 100 gr jahe segar, megandung potasium sebanyak 415
mg. Potasium merupakan nutrisi yang diperlukan untuk memelihara
volume total tubuh, asid dan keseimbangan elektrolit serta fungsi sel.
Meningkatkan konsumsi potasium dapat menurunkan tekanan darah
pada orang dewasa.
87
LAPORAN HASIL PRE PLANNING EMPOWERMENT AKTIVITAS FISIK
KEGIATAN MENANAM TANAMAN OBAT KELUARGA (TOGA) PADA
LANSIA DENGAN HIPERTENSI DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA
(PSTW) KHUSNUL KHOTIMAH
KOTA PEKANBARU
A. Tahap Persiapan
a. Seksi acara
b. Seksi Dokumentasi
88
B. Tahap Pelaksanaan
No Waktu Kegiatan
1 08:00 WIB Acara dimulai
2 08:00 – 08:05 WIB Pembukaan oleh Pembawa Acara Leader (An
Sayidi, S.Kep.)
3 08:06 – 09:45 WIB Kegiatan Gotong Royong dan penenaman TOG
bersama
4 09:46 – 09:50 WIB Penutup
D. Tahap Evaluasi
1. Evaluasi struktur
89
d. Kontrak dengan lansia sesuai dengan rencana
e. Peran ners muda sebagai pelaksana acara telah sesuai dengan peran
dan tugas masing-masing
2. Evaluasi proses
3. Evaluasi hasil
E. Faktor Pendukung
90
F. Faktor Penghambat
G. Tindak Lanjut
D. Dokumentasi
Sebelum kegiatan
Proses
91
Sesudah Kegiatan
92
PRE PLANNING
PARTNERSHIP PADA LANSIA DENGAN HIPERTENSI
BERSAMA POLI KLINIK DI PANTI SOSIAL
TRESNA WERDHA (PSTW) KHUSNUL KHOTIMAH
KOTA PEKANBARU
A. Latar Belakang
Keperawatan gerontik adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang
didasarkan pada ilmu dan kiat /teknik keperawatan yang kompherensif yang
terdiri dari bio-psiko-sosial-spritual dan kultural yang holistik, ditujukan pada
klien lanjut usia, baik sehat maupun sakit pada tingkat individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat (UU RI No.38 tahun 2014). Sedangkan menurut
Adriani (2021) keperawatan gerontik adalah suatu bentuk praktek keperawatan
profesional yang ditujukan pada lansia baik sehat maupun sakit yang bersifat
kompherensif terdiri dari bio-psiko-sosial-spritual dengan pendekatan proses
keperawatan yang terdiri dari pengkajian, diagnosis keperawatan, perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi.
Dalam melaksanakan intervensi keperawatan komunitas gerontik
dilakukan beberapa strategi yakni salah satunya adalah partnership (kemitraan).
Kemitraan adalah kerjasama dalam keterkaitan usaha baik langsung maupun tidak
langsung atas dasar prinsip saling memerlukan, mempercayai, memperkuat dan
menguntungkan yang melibatkan beberapa pihak, adapun dalam bidang kesehatan
kemitraan yang dikembangkan yakni dalam rangka pemeliharaan serta
peningkatan kesehatan.
Dalam memberikan asuhan keperawatan secara menyeluruh tentunya
perawat harus melibatkan beberapa pihak lain. Dimana dalam hal ini,
implementasi yang dilakukan ners muda untuk mengatasi masalah kesehatan
adalah melakukan kemitraan dengan perawat klinik PSTW untuk pemeriksaan
kesehatan lansia.
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Dalam waktu 40 menit dilakukan tindakan kemitraan lansia dengan perawat
klinis
93
2. Tujuan khusus
a. Terlaksananya program yang telah direncanakan
b. Meningkatkan kesadaran serta pengetahuan lansia mengenai pemeriksaan
kesehatan
C. Rancangan Kegiatan
1. Topik: Program kemitraan (Cek Kesehatan)
2. Sasaran/Target: Perawat klinik dan lansia di ruang Cempaka dan Teratai
3. Metode: Pemeriksaan Kesehatan
4. Media dan Alat: Tensimeter, stetoskop, alat ukur gula, alat ukur asam urat,
alcohol swab, lancet, timbangan, handscoon.
5. Waktu dan Tempat
a. Hari/Tanggal : Senin, 5 Januari 2024
b. Waktu : 13.00 - 13.30 WIB
c. Tempat : PSTW Khusnul Khotimah
D. Pengorganisasian
1. Ketua Pelaksana : Anro Sayidi, S.Kep
2. Leader : Masita Aqla Dzakia, S.Kep
3. Fasilitator : Firdiana Suryani Siahaan, S.Kep
4. Fasilitator : Denny Kosika, S.Kep
5. Fasilitator : Thasya Nur Oktaviona, S. Kep
6. Dokumentasi : Suri Yusufi Pratiwi, S.Kep
94
E. Susunan Acara
5. Memperhatikan
penjelasan
kontrak waktu
95
pemeriksaan
kesehatan
5. Memberikan
kesempatan
pada lansia
untuk bertanya
6. Memberikan
informasi dan
motivasi agar
lansia selalu
rutin
memeriksakan
kondisi
kesehatan
Uraian Tugas :
1. Leader
a) Membuka acara
b) Memperkenalkan mahasiswa
96
2. Fasilitator
a. Menerima pendaftaran lansia dan wawancara faktor resiko PTM
b. Pemeriksaan Tekanan darah dan BB
c. Pemeriksaan kadar asam urat dan gula darah
d. Menyampaikan penjelasan mengenai hasil pemeriksaan
3. Dokumentasi
Mendokumentasikan momen pada kegiatan
F. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Perawat klinis hadir saat kegiatan
b. Tempat dan media serta alat kesehatan tersedia sesuai rencana
2. Evaluasi Proses
a. Peran dan tugas mahasiswa tercapai sesuai rencana
b. Perawat dan lansia hadir mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir serta
berperan aktif dalam kegiatan
3. Evaluasi Hasil
a. Program yang telah direncanakan terealisasikan
b. Kesadaran lansia meningkat mengenai hipertensi
97
LAPORAN HASIL PRE PLANNING PARTNERSHIP PADA LANSIA
DENGAN HIPERTENSI BERSAMA POLI KLINIK DI PANTI SOSIAL
TRESNA WERDHA (PSTW) KHUSNUL KHOTIMAH
KOTA PEKANBARU
A. Tahap Persiapan
B. Tahap Pelaksanaan
No Waktu Kegiatan
98
C. Kendala dan Solusi
D. Tahap Evaluasi
a. Strukur
1) Pre planning telah diselesaikan dua hari sebelum kegiatan dan telah
mendapat persetujuan dari pembimbing. Tempat dilaksanakan acara
telah sesuai dengan rencana yaitu di Wisma Kenanga PSTW dengan
lokasi yang mudah dijangkau oleh lansia.
2) Peran Ners muda sebagai pelaksana acara telah sesuai dengan peran
dan tugas masing-masing
b. Proses
c. Hasil
99
E. Faktor Pendukung
F. Faktor Penghambat
G. Tindak Lanjut
H. Dokumentasi
10
PRE PLANNING TERAPI KOMBINASI RENDAM KAKI DENGAN AIR
HANGAT DIIRINGI TERAPI MUROTAL
PADA KELOMPOK LANSIA DI WISMA CEMPAKA
DAN
TERATAI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA KHUSNUL KHOTIMAH
KOTA PEKANBARU
A. Latar Belakang
10
Payung sekaki
10
dan terbanyak ke 6 Puskesmas Simpang Tiga Kota Pekan baru (Dinas
Kesehatan Kota Pekan Baru, 2021). Jumlah lansia di Panti Sosial Tresna
Werdha Khusnul Khotimah mencapai 75 jiwa dan yang mengidap hipertensi
sebanyak 44 jiwa, sementara lansia dengan hipertensi di wisma Teratai
terdapat 2 jiwa dan Cempaka juga terdapat 6 jiwa lansia.
10
Kombinasi rendam kaki air hangat dan Terapi Murottal Al-Qur'an berhasil
menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Diharapkan setelah dilakukan kombinasi terapi rendam kaki dengan air
hangat dan murottal Al-Qur’an, tekanan darah lansia yang menderita
hipertensi menurun.
2. Tujuan Khusus
a. Tekanan darah lansia dengan hipertensi menurun atau dalam
rentang normal
b. Lansia mengetahui cara kombinasi terapi rendam kaki dengan air
hangat dan murottal Al-Qur’an
c. Lansia mampu mengikuti kegiatan terapi kombinasi terapi rendam
kaki dengan air hangat dan murottal Al-Qur’an
C. Rancangan Kegiatan
10
D. Setting Tempat
: Moderator
: Leader
: Lansia
: Fasilitator
: Observer
E. Pengorgarnisasian
1. Ketua Pelaksana : Novia Yuliana Anita, S.Kep
2. Seksi Keuangan : Thasya Nur Oktaviona, S.Kep
3. Seksi Perlengkapan : Suri Yusufi Pratiwi, S.Kep; Denny Kosika,
S.Kep
4. Seksi Pemeriksaan TD : Masita Aqla Dzakia, S.Kep; Firdiana Suryani.
S, S.Kep
5. Koordinator Lapangan : Anro Sayidi, S.Kep
10
E. Susunan Acara
1 Pembukaan:
2 Pelaksanaan:
10
c. Menjawab salam
F. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Lansia, dan panitia hadir dalam kegiatan
b. Tempat, media, serta peralatan tersedia sesuai rencana
2. Evaluasi Proses
a. Peran dan tugas panitia/mahasiswa tercapai sesuai rencana
b. Perawat hadir mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir serta
berperan aktif dalam kegiatan
3. Evaluasi Hasil
a. Program yang direncanakan terealisasikan
b. Tekanan darah lansia menurun setelah kegiatan
10
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
KOMBINASI TERAPI RENDAM KAKI DENGAN AIR
HANGAT DIIRINGI MUROTTAL AL-QUR’AN PADA LANSIA
DENGAN HIPERTENSI
A. Pengertian
Rendam kaki pada air hangat adalah salah satu terapi yang
bermanfaat untuk mendilatasi pembuluh darah, melancarkan peredaran
darah dan memicu saraf yang ada pada telapak kaki untuk bekerja.
(Yuningsih dkk, 2022)
B. Tujuan
C. Persiapan Alat
1. Spigmanometer (digital dan manual menggunakan stetoskop)
2. Termometer
3. Ember/baskom
4. Air hangat
5. Handtowel
D. Pelaksanaan
10
3. Ukur tekanan darah peserta sebelum dilakukan terapi, catat hasil
pemeriksaan
4. Tuangkan air hangat ke dalam ember/baskom
5. Rendam kaki peserta ke dalam ember/baskom sampai pergelangan
kaki selama 15 menit
6. Putarkan murottal Al-Qur’an selama proses perendaman kaki
7. Keluarkan kaki peserta dari ember/baskom kemudian keringkan
dengan handuk
8. Ukur kembali tekanan darah peserta setelah dilakukan terapi, catat
hasil pemeriksaan
10
LAPORAN HASIL KEGIATAN KOMBINASI TERAPI RENDAM KAKI
DENGAN AIR HANGAT DIIRINGI MUROTTAL AL-QUR’AN PADA
LANSIA DI PSTW KHUSNUL KHOTIMAH KOTA PEKANBARU
A. Tahap Persiapan
B. Tahap Pelaksanaan
Kegiatan dimulai pada Senin, 5 Februari 2024 pukul 11.00 WIB di Wisma
Teratai PSTW Khusnul Khotimah. Waktu kegiatan dimulai secara tepat waktu.
Jumlah lansia yang hadir yaitu 8 orang lansia. Susunan acara Kombinasi
Terapi Rendam Kaki dengan Air Hangat dan Murottal Al-Qur’an ialah sebagai
berikut:
Kegiatan
NO Waktu
11
Adapun kendala yang dihadapi ialah sebagai berikut:
D. Tahap Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
2. Evaluasi Proses
3. Evaluasi hasil
11
Inisial Lansia TD Sebelum Terapi TD Setelah Terapi
E. Tindak Lanjut
Rencana tindak lanjut terapi kombinasi rendam kaki dengan air hangat dan
murottal Al-Qur’an ini bisa dilakukan oleh lansia secara individu atau
kelompok sesuai kebutuhan.
11
F. Dokumentasi
11
PRE PLANNING
KEGIATAN SENAM HIPERTENSI PADA KELOMPOK LANSIA DI WISMA
CEMPAKA DAN TERATAI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA KHUSNUL
KHOTIMAH KOTA PEKANBARU
A. Latar Belakang
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Diharapkan setelah dilakukan kegiatan senam hipertensi, tekanan
darah lansia yang menderita hipertensi dapat menurun.
2. Tujuan khusus
a. Tekanan darah lansia dengan hipertensi menurun atau dalam
rentang normal
b. Lansia mampu mengikuti kegiatan senam hipertensi
11
c. Lansia mengetahui bagaimana cara melakukan senam hipertensi
sehingga lansia dapat melakukan ulang untuk mengontrol tekanan
darah pada lansia
C. Rancangan Kegiatan
1. Topik : Proses kelompok (Senam Hipertensi)
2. Sasaran/target : Lansia
3. Metode : Kegiatan aktivitas fisik senam hipertensi lansia
4. Media dan alat : Video Youtube dan TV
5. Waktu dan tempat
a. Hari/Tanggal : Senin, 5 Februari 2024
b. Waktu : Pukul 11.00 WIB
c. Tempat : Wisma Teratai PSTW Khusnul Khotimah
D. Setting Tempat
: Pemandu senam
: Lansia
: Fasilitator
: Observer
11
E. Pengorganisasian
1. Ketua pelaksana : Suri Yusufi Pratiwi, S. Kep
2. Instruktur senam : Denny Kosika, S. Kep & Masita Aqla Dzakia,
S. Kep
3. Seksi perlengkapan : Thasya Nur Oktaviona, S. Kep
4. Seksi pemeriksaan TD : Firdiana Suryani Siahaan, S. Kep & Novia
Yuliana Anita, S. Kep
5. Dokumentator : Anro Sayidi, S. Kep
F. Susunan Acara
Tanggal
11
1. Melakukan 1. Bersedia
11.05 - Pelaksanaan pemeriksaan tekanan diperiksakan tekanan
11.15 WIB ( 10 menit) darah sebelum darah
melakukan senam
2. Kooperatif dan
2. Melakukan semangat saat
kegiatan senam dilakukan kegiatan
hipertensi pada lansia senam hipertensi
3. Melakukan 3. Bersedia
pemeriksaan tekanan diperiksakan tekanan
darah sesudah darah
kegiatan senam
1. Menyimpulkan 1. Mendengarkan
11.15- Penutup (5 hasil kegiatan kesimpulan
11.20 WIB menit)
2. Mengucapkan 2. Menjawab
salam salam
3. Dokumentasi 3. Mengikuti foto
(foto bersama) bersama
1. Evaluasi struktur
a. Lansia, dan panitia hadir dalam kegiatan
b. Tempat, media, serta peralatan tersedia sesuai rencana
2. Evaluasi proses
a. Peran dan tugas panitia/mahasiswa tercapai sesuai rencana
b. Perawat hadir mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir serta berperan aktif
dalam kegiatan
3. Evaluasi hasil
a. Program yang direncanakan terealisasikan
b. Tekanan darah lansia menurun setelah kegiatan
11
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
KEGIATAN SENAM HIPERTENSI PADA KELOMPOK LANSIA DI
WISMA CEMPAKA DAN TERATAI PANTI SOSIAL TRESNA
WERDHA KHUSNUL KHOTIMAH KOTA PEKANBARU
A. Pengertian
B. Tujuan
Untuk menurunkan tekanan darah.
C. Persiapan Alat
1. Video Senam Hipertensi
https://youtu.be/SRuJkqwmwSM?si=Z3P5P1xdaMgmvtG6
2. TV untuk audio serta video senam
D. Pelaksanaan
1 Persiapan
a. Persiapan lansia
1. Lansia diberi tahu tindakan yang akan dilakukan
2. Lansia dalam posisi berdiri
b. Persiapan lingkungan
1. Ruangan yang tenang dan kondusif
2 Pelaksanaan
11
a. Gerakan jalan di tempat (2x8)
b. Gerakan tepuk tangan (2x8)
c. Gerakan tepuk jari (2x8)
12
LAPORAN HASIL KEGIATAN PROSES KELOMPOK KEGIATAN SENAM
HIPERTENSI PADA KELOMPOK LANSIA DI WISMA CEMPAKA DAN
TERATAI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA KHUSNUL KHOTIMAH
KOTA PEKANBARU
A. Tahap Persiapan
B. Tahap Pelaksanaan
Kegiatan dimulai pada Senin, 5 Februari 2024 pukul 11.00 WIB di Wisma
Teratai PSTW Khusnul Khotimah. Waktu kegiatan dimulai secara tepat waktu.
Jumlah lansia yang hadir yaitu 8 orang lansia. Susunan kegiatan senam
hipertensi lansia ialah sebagai berikut:
12
C. Kendala dan Solusi
D. Tahap Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
2. Evaluasi Proses
3. Evaluasi hasil
12
Inisial Lansia TD Sebelum Terapi TD Setelah Terapi
E. Tindak Lanjut
Rencana tindak lanjut kegiatan senam hipertensi lansia ini bisa dilakukan
oleh lansia secara individu atau kelompok sesuai kebutuhan dengan
melibatkan pramulansia untuk dapat memotivasi lansia untuk tetap dapat
melakukan senam
12
F. Dokumentasi
12
DAFTAR PUSTAKA
I-An Wang, Bi-Wen Lee. (2017). Shou-Tsung Wu, The Relationships Among Work-
Family
Conflict, Turnover Intention And Organizational Citizenship Behavior In The
Hospitality
Industry Of Taiwan. International Journal Of Manpower.
12