Anda di halaman 1dari 128

ASUHAN KEPERAWATAN KELOMPOK LANSIA DI WISMA CEMPAKA

DAN TERATAI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA KHUSNUL


KHOTIMAH KECAMATAN MARPOYAN DAMAI
KOTA PEKANBARU

Disusun Oleh:
Kelompok 2
Anro Sayidi 2311437568
Firdiana Suryani Siahaan 2311437700
Thasya Nur Oktaviona 2311437607
Denny Kosika 2311437737
Suri Yusufi Pratiwi 2311437605
Masita Aqla Dzakia 2311437592
Novia Yuliana Anita 2311437744

DOSEN PEMBIMBING:
Prof. Ns. Agrina, M.Kep., Sp.Kom., PhD

Ns. Jhodi Ibrahim, S.Kep

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS
RIAU 2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat beserta karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan Praktik
Profesi Keperawatan Gerontik ini. Laporan ini dibuat sebagai salah satu tugas untuk
bisa memperoleh gelar Ners di Fakultas Keperawatan Universitas Riau.

Dalam pembuatan laporan ini kami banyak mendapatkan bantuan dan


bimbingan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini izinkan kami menyampaikan
ucapan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat:

1. Prof. Dr. Ir. Usman Muhammad Tang, MS selaku Dekan Fakultas Keperawatan
Universitas Riau.

2. Dr. Reni Zulfitri, M.Kep, Sp.Kom selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Profesi Ners Fakultas Keperawatan Universitas Riau.
3. Ns. Stephanie Dwi Guna, M.Nurse selaku koordinator mata ajar Praktik Profesi
Keperawatan Gerontik Fakultas Keperawatan Universitas Riau.
4. Prof. Ns. Agrina, M.Kep., Sp.Kom., PhD dan Ns. Jordhi Ibrahim, S.Kep selaku
pembimbing yang telah bersedia memberikan saran, masukan, bimbingan serta
dukungan bagi kami.
5. Ngadiono, S.Sos selaku Kepala PSTW Khusnul Khotimah Pekanbaru yang telah
bersedia membantu, memberikan masukan, bimbingan, saran, dan dukungan
bagi kelompok.
6. Staf berserta jajarannya di PSTW Khusnul Khotimah Pekanbaru yang telah
membantu dan bekerjasama dalam pelaksanaan kegiatan.
7. Lansia di PSTW Khusnul Khotimah yang telah berpartisipasi dalam semua
kegiatan sehingga kelompok menyelesaikan praktik profesi keperawatan
gerontik ini.
Selain itu kelompok juga menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini
masih banyak terdapat kekurangan dan kesalahan karena kelompok menyadari
bahwa manusia biasa tidak pernah luput dari kesalahan. Maka dari itu, kelompok
sangat mengharapkan kritik dan saran dari rekan-rekan pembaca yang sifatnya
membangun guna menunjang kesempurnaan penulisan makalah ini.

Pekanbaru, Januari 2024

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................i

DAFTAR ISI..................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................1

A. Latar Belakang..................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................................4

C. Tujuan Penulisan...............................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................5

A. Konsep Lansia...................................................................................................5
B. Konsep Hipertensi.............................................................................................8

C. Konsep Asuhan Keperawatan Hipertensi........................................................15


BAB III ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK.................................................24
A. Tahap Persiapan..............................................................................................24

B. Pengkajian.......................................................................................................24
C. Analisis Data...................................................................................................48

D. Intervensi Keperawatan..................................................................................51
E. Implementasi Keperawatan.............................................................................53
F. Evaluasi Sumatif..............................................................................................58
BAB IV PENUTUP.....................................................................................................63

A. Kesimpulan.....................................................................................................63
B. Saran................................................................................................................64

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................65

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Memasuki periode aging populasi, dimana terjadinya peningkatan usia
harapan hidup yang diikuti dengan peningkatan jumlah lansia. Berdasarkan
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, persentase penduduk lanjut usia
(lansia) di Indonesia sebebsar 11,75% pada tahun 2023. Angka tersebut naik
1,27% poin dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang sebesar 10,48%.
Lebih lanjut, 63,59% lansia merupakan lansia muda atau berada di rentang usia
60-69 tahun. Sebanyak 26,76% lansia berusia 70-79 tahun atau madya.
Sementara, 8,65% sisanya merupakan lansia tua atau berusia 80 tahun ke atas
(BPS, 2023).
Permasalahan kesehatan akan meningkat seiring bertambahnya usia.
Dalam perawatan kesahatan beberapa kelompok individu sering disebut sebagai
kelompok rentan, salah satunya adalah kelompok lansia ini dikarenakan lansia
mudah sekali terkena penyakit menular maupun tidak menular, hal ini terait oleh
proses menua pada Lansia dengan bertambahnya usia seseorang akan
mengalami penurunan atau perubahan fungsi seperti fisik, psikis, biologis,
spiritual, dan hubungan sosialnya, serta hal ini memberikan dampak pada
berbagai aspek kehidupa Lansia salah satunya yaitu kondisi kesehatan (Fitrianti
& Putri, 2018).
Proses menua pada lansia dapat memperlambat keseimbangan proses
fisiologis, psikologis, sosial lansia sehingga meningkatkan kerentanan terhadap
kondisi kesakitan dan faktor risiko lainya, dan masalah yang berhubungan
dengan Lansia mempengaruhi kualitas hidup atau aktivitas sehari-harinya
(Miller, 2012). Seiring dengan proses penuaan fungsi organ tubuh juga
mengalami penurunan, sistem kardiovaskuler Lansia pun rentan mengalami
gangguan. Gangguan sistem kardiovaskuler pada Lansia dapat terjadi pada
jantung, pembuluh darah dan darah, salah satu gangguan yang sering dialami
Lansia pada sistem organ ini adalah hipertensi (Dewi 2014; Pratiwi & Mumpuni
2017). Brunner & Suddart (2015), dalam Sumaryati, (2018) mendefinisikan
hipertensi sebagai sebuah kondisi medis dimana sesorang mengalami
peningkatan tekanan darah sistol diatas normal normal yaitu 140 mmHg dan
tekanan diastol diatas 90 mmHg, selain itu penyakit ini sering dikatakan sebagai

1
the silent killer karena orang yang menderita hipertensi sering tidak
menunjukkan gejala.

2
Pada Lansia hipertensi disebabkan oleh perubahan pada penurunan
elastisitas dinding aorta, katup jantung menebal serta menjadi kaku, kemampuan
jantung memompa untuk darah, hilangnya elastisitas pembuluh darah dan
meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer (Fitrianti & Putri, 2018). Gejala
yang dirasakan oleh penderita hipertensi antara lain: sakit kepala, pandangan
mata kabur, marah-marah, suit tidur, nyeri dada, pusing, tengkuk terasa pegal,
denyut jantung kuat dan cepat. Tanda dan gejala yang muncul ini dapat
mengakibatkan perubahan secara fisik, psikologis, mental, sosial maupun
spiritual yang terjadi pada lansia dan mempengaruhi kualitas hidup Lansia
(Pratiwi & Mumpuni, 2017). Hipertensi yang tidak terkontrol dapat
menimbulkan gangguan target organ, dan dapat menyebabkan serangan jantung,
stroke, gangguan ginjal, serta kebutaan (Widiana & Ani, 2017).
Hipertensi atau dikenal sebagai tekanan darah tinggi menjadi masalah
kesehatan yang mendunia (Suprayitno & Huzaimah, 2020). Pada usia lanjut
tekanan darah cenderung tinggi sehingga lansia beresiko mengalami hipertensi.
Hipertensi juga merupakan salah satu penyakit degeneratif yang perlu
diwaspadai bagi kesehatan, karena tidak secara langsung membunuh
penderitanya. Apabila tidak ditangani dengan baik, dapat memicu penyakit
tergolong berat seperti stroke, 2 infark miokard, gagal jantung, demensia, gagal
ginjal, dan gangguan penglihatan (Arifin & Weta, 2016).
Prevalensi hipertensi yang tinggi merupakan tantangan kesehatan global
yang dapat menyebabkan kematian dini diseluruh dunia. Berdasarkan data
WHO (2021) prevalensi hipertensi seluruh dunia sekitar 972 orang atau 26,4 %
masyarakat yang mengalami hipertensi. Dan akan mengalami peningkatan
menjadi 29,2 % di tahun 2030. Dari 972 juta penderita hipertensi.333 juta
berada di negara maju 639 juga berada di negara berkembang. Prevalensi
hipertensi tertinggi berada di Afrika yaitu 46% dewasa berusia di atas 25 tahun
terdiagnosis hipertensi (WHO, 2021). Prevalensi hipertensi di Indonesia Sekitar
34,1% (Riskesdas, 2021).
Pada lansia hipertensi merupakan salah satu jenis penyakit tidak menular
dengan prevalensi yang sangat tinggi. Pada usia di atas 65 tahun didapatkan
anatara 60-80%. Sekitar 60% hipertensi pada lansia adalah hipertensi sistolik
(Isolated Systolic Hypertension) dimana dapat terjadi kenaikan tekanan darah
sistolik disebabkan karena kekakuan arteri atau berkurangnya elasitisitas aorta

3
dan dapat beresiko buruk jika tidak ditangani (Manurung, 2018). Seseorang
yang mempunyai usia > 35 tahun mempunyai peluang 3 kali untuk terkena
hipertensi dibandingkan dengan seorang yang berumur < 35 tahun (Azhari,
2017).
Hipertensi merupakan sebuah penyakit kronik yang dipengaruhi oleh
berbagai faktor. Faktor resiko terjadinya hipertensi terbagi dalam faktor resiko
yang dapat dimodifikasi seperti merokok, aktivitas, olahraga, obesitas,
kelebihan garam, alkohol, stres dan kualitas tidur dan faktor resiko yang tidak
dapat dimodifikasi yaitu genetik, usia, jenis kelamin (Kemenkes, 2018).
Menurut penelitian Devi, Adiratna, & Amin (2020) dari faktor resiko yang
dapat di modifikasi dikatakan bahwa merokok dan kurang olahraga serta
aktivitas merupakan faktor tertinggi kejadian hipertensi dengan presentasi
obesitas 49%, kurang olahraga atau aktivitas 57,6%, merokok 59,1%, alkohol
12%, dan stress 42%.
Saat hipertensi pada lansia kambuh dapat mengakibatkan beberapa
masalah yang akan timbul seperti kelelahan berlebih, pusing, jantung berdebar
dan gangguan pola istirahat tidur yang dapat mengakibatkan kualitas tidur lansia
menjadi tergganggu (Sari, 2019). Untuk mengatasi masalah tanda dan gejala
hipertensi di atas, diperlukan penanganan atau terapi. Secara umum penanganan
hipertensi dapat dikelompokkan menjadi terapi farmakologis dan
nonfarmakologis. Terapi farmakologis menggunakan obat atau senyawa yang
dalam kerjanya dapat mempengaruhi tekanan darah pasien, sedangkan terapi
nonfarmakologis merupakan tanpa menggunakan obat dalam proses terapinya
(Triyanto,2014).
Terapi non farmakologis menjadikan perawat sebagai bagian dari tim
pelaksanaan terapi tersebut. Secara umum tindakan keperawatan yang
dilakukan adalah pengaturan kerja sama dengan ahli diet dengan pemberian
diet Hipertensi, pengendalian nyeri dengan teknik relaksasi dan distraksi yang
dilakukan secara mandiri atau dibantu oleh medis, dan tindakan pemberian
obat rutin, perencanaan aktivitas; olahraga untuk mencegah penyakit
hipertensi dan penanganan masalah psikologis yang dilakukan antara lain
melalui tindakan konseling. Akan tetapi perawat sering menemukan kesulitan
dalam melakukan tindakan yang berasal dari kondisi internal pasien seperti
kepatuhan diet, pola hidup dan kepatuhan minum obat maupun eksternal yaitu
adanya dukungan dari lingkungan.
4
Studi kasus yang dilakukan di PSTW Khusnul Khotimah didapatkan 75
lansia yang ada di PSTW Khusnul Khotimah, dengan 31 orang perempuan dan
44 orang laki-laki. Dari data didapatkan bahwa 44 lansia mengalami hipertensi.
Dari hasil wawancara didapatkan bahwa upaya pencegahan yang telah
dilakukan pada lansia yang berada PSTW Khusnul Khotimah terhadap
pencegahan hipertensi adalah pemberian obat hipertensi, penyuluhan kesehatan
tentang hipertensi. Untuk 7 lansia yang berada di wisma Cempaka dan Teratai,
6 diantaranya memiliki riwayat hipertensi dan sudah pernah mendapatkan
penanganan untuk pencegahan hipertensi. Akan tetapi, pencegahan dengan non
farmakologi ini tidak rutin dilakukan oleh lansia.
Terdapatnya peran perawat untuk mengoptimalkan kondisi internal dan
eksternal lansia dalam mengatasi hipertensi agar pasien dapat meningkatkan
derajat kesehatannya. Maka Ners Muda dan lansia akan melakukan perawatan
untuk mengatasi masalah pemeliharaan kesehatan pada kelompok lansia dengan
hipertensi
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka diambil rumusan masalah

1. Bagaimanakah konsep asuhan keperawatan lansia dengan hipertensi?


2. Bagaimanakah gambaran asuhan keperawatan lansia dengan hipertensi di
PSTW Khusnul Khotimah Wisma Cempaka dan Teratai ?
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Laporan ini disusun bertujuan untuk mengetahui asuhan keperawatan lansia
dengan hipertensi di PSTW Khusnul Khotimah Wisma Teratai dan Cempaka
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian secara langsung pada lansia di PSTW Khusnul
Khotimah
b. Merumuskan masalah dan menegakkan diagnosa keperawatan pada lansia
c. Menyusun rencana keperawatan sesuai dengan diagnosa
d. Melaksanakan implementasi/tindakan keperawatan pada lansia yang
mengalami hipertensi
e. Mengevaluasi asuhan keperawatan pada lansia yang mengalami hipertensi

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Lansia
1. Definisi Lansia
Lanjut usia merupakan seseorang yang memasuki usia diatas 60
tahun lebih, pada masa ini seorang individu mengalami banyak perubahan
diantaranya perubahan fisik maupun psikisnya. Perubahan Kesehatan
fisiknya semakin terlihat akibat dari proses menua. Lanjut usia dapat
ditandai dengan perubahan fisiknya antara lain rambut yang tipis dan
memutih, gigi yang ompong, pendengaran menurun, penglihatan menurun
dan kulit yang keriput dan kendor. Kekuatan fisik semakin berkurang,
tulang-tulang menjadi rapuh, mudah patah, lambat untuk diperbaiki kembali
dan kekebalan tubuh melemah sehingga lansia rentan terkena penyakit
(Listyorini, dkk., 2023).
Lansia merupakan kelompok usia yang berada pada tahap akhir dari
fase kehidupan yang akan mengalamiproses menua (aging process). Lansia
akan mengalami perubahan fisik dari kondisi tubuh yang semula kuat
menjadi lemah, perubahan kondisi yang dialami lansia ini cenderung
berpotensi menimbulkan masalah Kesehatan fisik dan psikis (Minarti,
2022).
2. Batasan Usia Lansia
Umur yang diadikan patokan sebagai lanjut usia berbeda-beda
(Minarti, 2022). Pada umumnya umur lansia berkisar antara 60-65 tahun.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggolongkan lanjut usia menjadi 4
sebagai berikut:
a. Usia pertengahan (middle age) 45-59 tahun
b. Lanjut usia (elderly) 60-74 tahun
c. Lanjut usia tua (old) 75-90 tahun
d. Usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun

Menurut Listyorini (2023) pembagian kelompok umur atau kategori


umur pada lansia meliputi:

a. Masa lansia awal 46-55 tahun


b. Masa lansia akhir 56-65 tahun

6
c. Masa manula = 65 tahun ke atas
3. Karakteristik Lansia
Karakteristik lansia menurut Ratnawati (2017); Darmojo &
Martono (2006) yaitu:
a. Usia : Menurut UU No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut
usia, lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia diatas 60
tahun.
b. Jenis kelamin : Data Kemenkes RI (2015), lansia didominasi oleh
jenis kelamin perempuan. Artinya, ini menunjukkan bahwa harapan
hidup yang paling tinggi adalah perempuan.
c. Status pernikahan : Berdasarkan Badan Pusat Statistik RI SUPAS
2015, penduduk lansia ditilik dari status perkawinannya sebagian
besar berstatus kawin (60 %) dan cerai mati (37 %). Adapun
perinciannya yaitu lansia perempuan yang berstatus cerai mati sekitar
56,04 % dari keseluruhan yang cerai mati, dan lansia laki-laki yang
berstatus kawin ada 82,84 %. Hal ini disebabkan usia harapan hidup
perempuan lebih tinggi dibandingkan dengan usia harapan hidup laki-
laki, sehingga presentase lansia perempuan yang berstatus cerai mati
lebih banyak dan lansia laki-laki yang bercerai umumnya kawin lagi.
d. Pekerjaan : Mengacu pada konsep active ageing WHO, lanjut usia
sehat berkualitas adalah proses penuaan yang tetap sehat secara fisik,
sosial dan mental sehingga dapat tetap sejahtera sepanjang hidup dan
tetap berpartisipasi dalam rangka meningkatkan kualitas hidup
sebagai anggota masyarakat. Berdasarkan data Pusat Data dan
Informasi Kemenkes RI 2016 sumber dana lansia sebagian besar
pekerjaan/usaha (46,7%), pensiun (8,5%), dan (3,8%) adalah
tabungan, saudara atau jaminan sosial.
e. Pendidikan terakhir : Menurut penelitian yang dilakukan oleh
Darmojo menunjukkan bahwa pekerjaan lansia terbanyak sebagai
tenaga terlatih dan sangat sedikit yang bekerja sebagai tenaga
professional. Dengan kemajuan pendidikan diharapkan akan menjadi
lebih baik.
f. Kondisi kesehatan : Angka kesakitan, menurut Pusat Data dan
Informasi Kemenkes RI (2016) merupakan salah satu indikator yang
digunakan untuk mengukur derajat kesehatan penduduk. Semakin
7
rendah angka kesakitan menunjukkan derajat kesehatan penduduk

8
yang semakin baik. Angka kesehatan penduduk lansia tahun 2014
sebesar 25,05%, artinya bahwa dari setiap 100 orang lansia terdapat
25 orang di antaranya mengalami sakit. Penyakit terbanyak adalah
penyakit tidak menular (PTM) antar lain hipertensi, artritis, strok,
diabetes mellitus.
4. Perubahan pada Lansia
Banyak perubahan yang berhubungan dengan proses menua yang
merupakan akibat dari kehilangan yang bersifat bertahap (gradual loss).
Lansia mengalami perubahan-perubahan fisik diantaranya perubahan sel,
sistem persarafan, sistem pendengaran, sistem penglihatan, sistem
kardiovaskuler, sistem pengaturan suhu tubuh, sistem respirasi, sistem
gastrointestinal, sistem genitourinari, sistem endokrin, sistem
muskuloskeletal, disertai juga dengan perubahan-perubahan mental
menyangkut perubahan ingatan atau memori.
a. Sel
Jumlah sel pada lansia lebih sedikit, ukurannya lebih besar, jumlah
cairan tubuh dan cairan intraseluler berkurang, proporsi protein di otak,
otot, ginjal, darah, dan hati menurun.
b. Perubahan pada sistem sensoris
Lansia mengalami keengganan untuk bersosialisasi karena kemunduran
dari fungsi-fungsi sensoris yang dimiliki. Indra yang dimiliki seperti
penglihatan, pendengaran, pengecapan, penciuman dan perabaan
merupakan kesatuan integrasi dari persepsi sensori.
c. Perubahan pada Sistem Integumen
Epidermis tipis dan rata, terutama yang paling jelas diatas tonjolan-
tonjolan tulang, telapak tangan, kaki bawah dan permukaan dorsalis
tangan dan kaki. Penipisan ini menyebabkan vena-vena tampak lebih
menonjol. Poliferasi abnormal pada sisa melanosit, lentigo, senil, bintik
pigmentasi pada area tubuh yang terpajan sinar matahari, biasanya
permukaan dorsal dari tangan dan lengan bawah.
d. Perubahan pada Sistem Muskuloskeletal
Otot mengalami atrofi sebagai akibat dari berkurangnya aktivitas,
gangguan metabolik, atau denervasi saraf. Dengan bertambahnya usia,
perusakan dan pembentukan tulang melambat. Hal ini terjadi karena

9
penurunan hormon esterogen pada wanita, vitamin D dan beberapa
hormon lainnya. Tulang- tulang trabekulae menjadi lebih berongga,
mikroarsitektur berubah dan sering patah baik akibat benturan ringan
maupun spontan.
e. Perubahan pada Sistem Neurologis
Perubahan yang terjadi pada sistem neurologis akibat proses menua
antara lain, kondisi saraf perifer yang lebih lambat, peningkatan
lipofusin sepanjang neuron-neuron.
f. Perubahan Ingatan (Memory)
g. Pada seorang lansia, cenderung terjadi penurunan kemampuan
mengingat. Pengkajian memori jangka pendek dapat dilakukan dengan
menyebutkan kembali nama beberapa benda setelah beberapa detik,
meminta lansia menyebutkan istilah abstrak atau menyebutkan beberapa
obyek, lalu mengulang istilah tersebut setelah mengajak lansia berbicara
topik lainnya.
h. Perubahan Psikososial
Pensiun adalah nilai seseorang sering diukur oleh produktivitasnya dan
identitas dikaitkan dengan peranan dalam pekerjaan. Lansia akan
mengalami perubahan dan kehilangan status, pekerjaan, relasi teman
kerja atau kenalan dan perubahan finansial.
i. Perubahan mental
Banyaknya faktor yang mempengaruhi kondisi mental seperti perubahan
fisik, khususnya organ perasa, kesehatan umum, tingkat pendidikan,
keturunan (hereditas), dan lingkungan.
j. Perubahan spriritual
Pada lansia agama dan kepercayaan makin terintegrasi dalam
kehidupannya. Maka kehidupan lansia akan semakin matang.
B. Konsep Hipertensi
1. Definisi
Menurut American Heart Association atau AHA dalam Kemenkes
(2018), hipertensi merupakan silent killer dimana gejalanya sangat
bermacam-macam pada setiap individu dan hampir sama dengan penyakit
lain. Gejala-gejala tersebut adalah sakit kepala atau rasa berat ditengkuk,

1
vertigo, jantung berdebar-debar, mudah lelah, penglihatan kabur, telinga
berdenging atau tinnitus dan mimisan.
Hipertensi secara umum dapat didefinisikan sebagai tekanan sistolik
lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg. Tekanan
darah manusia secara alami berfluktuasi sepanjang hari. Tekanan darah
tinggi menjadi masalah hanya bila tekanan darah tersebut persisten.
Tekanan darah tersebut membuat sistem sirkulasi dan organ yang mendapat
suplai darah (termasuk jantung dan otak) menjadi tegang (Palmer, 2005).
Menurut WHO batas normal tekanan darah adalah 120-140 mmHg tekanan
sistolik dan 80- 90 mmHg tekanan diastolik. Seseorang dinyatakan
mengidap hipertensi bila tekanan darahnya>140/90 mmHg.
2. Klasifikasi Hipertensi
Menurut European Society of Cardiology European Society of Hypertension
(ESC-ESH) Guidelines for Management of Arterial Hypertension 2018,
klasifikasi hipertensi dibagi menjadi berikut

Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)


Optimal <120 <80
Normal 120-129 80-84
Normal tinggi 130-139 85-89
Hipertensi derajat 1 140-159 90-99
Hipertensi derajat 2 160-179 100-109
Hipertensi derajat 3 >180 >110
Hipertensi sistolik >140 <90
Terisolasi

Klasifikasi hipertensi atau tekanan darah tinggi terbagi menjadi dua


jenis, yaitu:
a. Hipertensi primer
Tipe ini terjadi pada sebagian besar kasus tekanan darah tinggi, sekitar
95%. Penyebabnya tidak diketahui dengan jelas, walaupun dikaitkan
dengan kombinasi faktor pola hidup seperti kurang bergerak dan pola
makan.

1
b. Hipertensi sekunder
Tipe ini lebih jarang terjadi, hanya sekitar 5% dari seluruh kasus tekanan
darah tinggi. Tekanan darah tinggi tipe ini disebabkan oleh kondisi medis
lain (misalnya penyakit ginjal) atau reaksi terhadap obat- obatan tertentu
(misalnya pil KB).
3. Etiologi
Penyebab hipertensi di bagi menjadi 2 golongan, yaitu:
a. Hipertensi Primer
Hipertensi primer adalah hipertensi esensial atau hiperetnsi yang 90%
tidak diketahui penyebabnya. Beberapa faktor yang diduga berkaitan
dengan berkembangnya hipertensi primer diantaranya:
1) Genetik
Individu dengan keluarga hipertensi memiliki potensi lebih tinggi
mendapatkan penyakit hipertensi.
2) Jenis kelamin dan usia
Lelaki berusia 35-50 tahun dan wanita yang telah menopause
berisiko tinggi mengalami penyakit hipertensi.
3) Diit konsumsi tinggi garam dan lemak
Konsumsi garam yang tinggi atau konsumsi makanan dengan
kandungan lemak yang tinggi secara langsung berkaitan dengan
berkembangnya penyakit hipertensi.
4) Obesitas atau kelebihan BB
Berat badan yang 25% melebihi berat badan ideal sering dikaitkan
dengan berkembangnya hipertensi.
5) Merokok dan konsumsi alkohol
Merokok dan konsumsi alkohol sering dikaitkan dengan
berkembangnya hipertensi karena reaksi bahan atau zat yang
terkandung dalam keduanya.
b. Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder merupakan jenis hipertensi yang diketahui
penyebabnya. Hipertensi sekunder disebabkan oleh beberapa penyakit,
yaitu:
1) Penyempitan aorta kongenital

1
Penyempitan pada aorta tersebut dapat menghambat aliran darah
sehingga terjadi peningkatan tekanan darah diatas area kontriksi.
2) Penyakit vaskuler ginjal
Penyakit ini adalah penyakit utama penyebab hipertensi sekunder.
Hipertensi renovaskuler berhubungan dengan penyempitan satu atau
lebih arteri besar, yang secara langsung membawa darah ke ginjal.
Penyakit parenkim ginjal terkait dengan infeksi, inflamasi, serta
perubahan struktur serta fungsi ginjal.
3) Penggunaan kontrasepsi hormonal (esterogen)
Kontrasepsi secara oral yang memiliki kandungan esterogen dapat
menyebabkan terjadinya hipertensi.
4) Gangguan endokrin
Disfungsi korteks adrenal dapat menyebabkan hipertensi sekunder.
Adrenal mediate hypertension disebabkan kelebihan primer
aldosterone, kortisol dan katekolamin.
5) Obesitas dan malas olahraga
6) Stres yang cenderung menyebabkan peningkatan tekanan darah
untuk sementara waktu.
7) Kehamilan
8) Merokok
Nikotin dalam rokok merangsang pelepasan katekolamin.
Peningkatan katekolamin mengakibatkan iritabilitas miokardial,
peningkatan denyut jantung serta menyebabkan vasokortison yang
kemudian menyebabkan kenaikan tekanan darah.

Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya


perubahan-perubahan pada (Nurarif A.H., & Kusuma H., 2016):

1) Elastisitas dinding aorta menurun.


2) Katub jantung menebal dan menjadi kaku.
3) Kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan
menurunnya kontraksi dan volumenya.
4) Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karena kurangnya
efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi.
5) Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.

1
4. Patofisiologi
Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya
angiotensin I dari angiotensin I oleh angiotensin I converting enzim (ACE).
AE memegang peran fisiologis penting dalam mengatur tekanan darah.
Darah mengandung angiotensinogen yang diproduksi di hati. Selanjutnya
oleh hormon, renin (diproduksi oleh ginjal) akan diubah menjadi
angiotensin I. Oleh ACE yang terdapat di paru-paru, angiotensin I diubah
menjadi angiotensin II. Angiotensin Il inilah yang memiliki peranan kunci
dalam menaikkan tekanan darah melalui dua aksi utama.
Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi hormon antidiuretic
(ADH) dan rasa haus. ADH di produksi di hipotalamus (kelenjar pituitari)
dan bekerja pada ginjal untuk mengatur osmolalitas danvolume urin.
Dengan meningkatnya ADH, sangat sedikit urin yangdiekskresikan ke luar
tubuh (anti diuresis), sehingga menjadi pekat dantinggi osmolalitasnya.
Untuk mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkan
dengan cara menarik cairan dari bagian intra seluler. Akibatnya, volume
darah meningkat yang pada akhirnya akan meningkatkan tekanan darah.
Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari
korteksadrenal. Aldosteron merupakan hormon steroid yang memiliki
perananpenting pada ginjal. Untuk mengatur volume cairan
ekstraseluler,aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCI (garam) dengan
cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan
diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume cairan ekstraseluler
yang pada gilirannya akan meningkatkan volume dan tekanan darah.

1
5. Pathway

Sumber : (Suputra, 2020 ).

6. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala pada hipertensi menurut Manuntung (2018)
dibedakan menjadi 2 yaitu:

a. Tidak ada gejala


Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan
peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter

1
yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah
terdiagnosa jika tekanan darah tidak teratur.
b. Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi
meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataanya ini merupakan
gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari
pertolongan medis.
Beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu:
1) Mengeluh sakit kepala, pusing, lemas.
2) Kelelahan.
3) Sesak nafas.
4) Gelisah.
5) Mual.
6) Muntah.
7) Epistaksis.
8) Kesadaran menurun.
Pada pemeriksaan fisik kemungkinan tidak akan dijumpai adanya
suatu kelainan yang nyata selain tekanan darah yang tinggi akan tetapi dapat
pula ditemukan perubahan pada retina seperti perdarahan, eksudat
(kumpulan cairan), penyempitan pembuluh darah dan pada kasus berat
edema pupil (edema pada diskus optikus). Seseorang yang mengalami
hipertensi kadang tidak menampakakan gejala sampai bertahun-tahun.
Gejala muncul biasanya dengan timbul adanya kerusakan vasekuler dengan
menifestasi yang khas sesuai sistem organ yang divaskularisasi oleh
pembuluh darah bersangkutan. Penyakit arteri koroner dengan angina adalah
gejala yang paling sering menyertai hipertensi.
7. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Manuntung (2018), pemeriksaan penunjang pada penderita
hipertensi yaitu:
a. Hitung darah lengkap seperti hemoglobin/hematokrit: mengkaji
hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat
mengindikasikan faktor-faktor risiko seperti hipokoagulabilitas atau
anemia.

1
b. Kimia darah
1) BUN/kreatinin: memberikan informasi tentang perfusi/fungsi ginjal.
2) Glukosa: hiperglikemia (Diabetes Melitus adalah pencetus hipertensi)
dapat diakibatkan oleh peningkatan kadar katekolamin (meningkatkan
hipertensi).
3) Kolesterol dan trigeliserida serum: peningkatan kadar dapat
mengindikasikan pencetus untuk/adanya pembentukan plak
ateromatosa (efek kardiofaskuler).
4) Pemeriksaan tiroid: hipertiroidisme dapat mengakibatkan
vasokonstriksi dan hipertensi.
5) Asam urat: hiperurisemia merupakan implikasi faktor hipertensi.
c. Elektrolit
1) Kalium serum: hipokalemia dapat mengindikasikan adanya aldosteron
utama (penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretik.
2) Kalsium serum: peningkatan kadar kalsium serum juga dapat
meningkatkan hipertensi.
d. Urin: Analisa urin berupa adanya protein urin, glukosa dalam urin
mengindikasikan adanya disfungsi renal atau diabetes.
e. Radiologi
1) Intra Venous Pyelografi (IVP) : untuk mengidentifikasi penyebab
hipertensi seperti renal parenchhymal disease, urolithiasis, benigna
prostate hyperplasia (BPH).
2) Rontgen toraks : untuk menilai adanya kalsifikasi obstruktif katup
jantung, deposit kalsium pada aorta, dan pembesaran jantung.

f. EKG: Menilai adanya hipertrofi miokard, pola strain, gangguan konduksi


atau disritmia.
8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan hipertensi dengan melakukan modifikasi gaya hidup antara
lain:
a) Penurunan Berat Badan
Dalam melakukan penurunan berat badan dapat dilakukan dengan cara
modifikasi diet dan melakukan olahraga. Dengan menurunkan berat
badan dapat menurunkan tekanan darah.

1
b) Modifikasi Diet
Modifikasi diet dilakukan dengan mengatur pola makan. Konsumsi buah-
buahan, sayuran, produk susu rendah lemak serta mengurangi lemak dan
kolesterol, mengurangi konsumsi jumlah natrium dapat menurunkan
tekanan darah pada penderita hipertensi.
c) Aktivitas Fisik/Olahraga
Berdasarkan beberapa penelitian menunjukkan bahwa perilaku individu
yang kurang melakukan aktivitas fisik akan lebih mudah terkena
hipertensi. Aktivitas fisik yang dianjurkan adalah minimal dilakukan 30
menit dalam sehari.
d) Berhenti Merokok dan Mengurangi Konsumsi Alkohol
Merokok merupakan faktor risiko utama penyakit kardiovaskuler.
Dengan merokok satu batang rokok menyebabkan peningkatan akut pada
tekanan darah dan denyut jantung selama 15 menit, sebagai konsekuensi
dari stimulasi sistem syaraf simpatik. Dengan berhenti merokok dapat
mencegah penyakit kardiovaskuler termasuk strok, infark miokard,
pembuluh darah perifer. Mengurangi konsumsi alkohol dapat mencegah
kejadian hipertensi dan menurunkan tekanan darah sistolik 2-4 mmHg.
e) Manajemen Stres
Strategi yang direkomendasikan dalam manajemen stres adalah dengan
melakukan olahraga, membicarakan masalah. dengan orang lain yang
dipercaya, tertawa, istirahat yang cukup, memakan makanan yang sehat,
menurunkan konsumsi alkohol. Teknik relaksasi yang direkomendasikan
dalam penatalaksanaan hipertensi adalah yoga, relaksasi, biofeedback
dan fisioterafi.
C. Konsep Asuhan Keperawatan Kelompok
1. Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dari proses keperawatan, kemudian
dalam mengkaji harus memperhatikan data dasar dari klien, untuk informasi
yang diharapakan dari klien.
a. Data dasar kelompok meliputi nama, jenis kelamin, tanggal lahir,
pendidikan, pekerjaan, agama, suku.
b. Status kesehatan anggota kelompok meliputi keadaan umum, tanda-tanda
vital, status gizi, riwayat penyakit, alat bantu/protesa, pola olahraga, pola

1
tidur, keterangan lain dan analisis masalah kesehatan.
c. Upaya peningkatan Kesehatan
1) Fasilitas pelayanan kesehatan yang tersedia untuk kelompok
2) Pelayanan kesehatan yang dimanfaatkan oleh kelompok
3) Fasilitas Pendidikan
4) Lingkungan sekitar tempat tinggal anggota kelompok
5) Status ekonomi
6) Status sosial budaya spiritual
7) Komunikasi
8) Fasilitas rekreasi yang tersedia untuk kelompok
9) Kebiasaan/perilaku dalam kelompok
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang jelas, padat dan
pasti tenang status dan masalah kesehatan klien yang dapat diatasi dengan
tindakan keperawatan. Dengan demikian, diagnosis keperawatan ditetapkan
berdasarkan masalah yang ditemukan. Diagnosis keperawatan akan
memberikan gambaran tentang masalah dan status kesehatan, baik yang
nyata (aktual) maupun yang mungkin terjadi (potensial) (Iqbal dkk, 2011).
Diagnosa yang dapat muncul pada lansia hipertensi yang telah disesuaikan
dengan SDKI (2017) adalah:
a. Manajemen kesehatan tidak efektif
b. Perilaku Kesehatan Cenderung Berisiko
3. Intervensi
Perencanaan keperawatan adalah penyusunan rencana tindakan
keperawatan yang akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah sesuai
dengan diagnosis keperawatan yang telah ditentukan dengan tujuan
terpenuhinya kebutuhan klien.

1
INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnosa
No. NOC NIC
Keperawatan
1 Manajemen kesehatan tidak Tujuan Umum : 1. Promosi Kesehatan:
efektif (D.0116) Diharapakan masalah persepsi Penyuluhan Kesehatan mengenai
mengenai informasi dapat hipertensi
teratasi. Tujuan Khusus : 2. Pemberdayaan :
Setelah dilakukan tindakan 1x60 menit Menciptakan lingkungan yang
diharapkan masalah dapat teratasi nyaman dengan gotong royong
dengan Kriteria hasil: 3. Keperawatan profesional dan proses
 Melakukan tindakan untuk kelompok:
mengurangi faktor risiko Mengadakan rendam air hangat
meningkat sebagai menurunkan tekanan darah
 Menerapkan program pada lansia yang mengalami
perawatan meningkat hipertensi
 Aktivitas hidup sehari- hari 4. Partnership :
efektif memenuhi tujuan Melakukan cek kesahatan tekanan
kesehatan meningkat darah, berat badan, tinggi badan, dan
 Verbalisasi kesulitan dalam cek kolesterol
menjalani program
perawatan/pengobatan menurun
2 Perilaku Kesehatan cenderung Tujuan Umum : 1. Promosi Kesehatan:
berisiko Diharapakan masalah dapat teratasi. Penyuluhan Kesehatan mengenai
Tujuan Khusus : hipertensi
Setelah dilakukan tindakan 1x15 menit 2. Pemberdayaan :
diharapkan masalah dapat teratasi Menciptakan lingkungan yang
dengan kriteria hasil : nyaman dengan gotong royong
 Penerimaan terhadap 3. Keperawatan profesional dan proses
perubahan status Kesehatan kelompok:
meningkat Mengadakan rendam air hangat
sebagai menurunkan tekanan darah

2
Diagnosa
No. NOC NIC
Keperawatan
 Kemampuan melakukan pada lansia yang mengalami
Tindakan pencegahan masalah hipertensi
Kesehatan meningkat 4. Partnership :
 3. Kemampuan Melakukan cek kesahatan tekanan
peningkatan kesehatan darah, berat badan, tinggi badan, dan
meningkat cek kolesterol

2
4. Implementasi
Tindakan keperawatan adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Pada tahap ini, perawat
yang mengasuh keluarga sebaiknya tidak bekerja sendiri tetapi juga melibatkan
anggota keluarga. Faktor penghambat adalah kondisi pasien yang sulit untuk
dikaji dikarenakan usia klien sudah tua sehingga penulis dalam melakukan
pemeriksaan fisik tidak secara optimal (Ramadhan, 2021).
5. Evaluasi
Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan
terencana tentang kesehatan keluarga dengan tujuan/kriteria hasil yang telah
ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan melibatkan keluarga
agar mencapai tujuan/kriteria hasil yang telah ditetapkan. Tujuan evaluasi ini yaitu
untuk melihat kemampuan keluarga dalam mencapai tujuan (Ramadhan, 2021).

2
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

A. Tahap persiapan
Tahap persiapan yang dilakukan sebelum pelaksaan Praktik Keperawatan
Gerontik adalah penetapan lahan praktik yang diketahui oleh koordinasi Profesi
keperawatan UNRI dan PSTW Khusnul Khotimah. Instrument pengumpulan
data yang digunakan yaitu format pengkajian kelompok yang telah disetujui
oleh pembimbing. Berdasarkan hasil bimbingan, jumlah sampel pada praktek
keperawatan gerontik Ners Muda ini sebanyak 7 orang lansia yang mewakili
dari total populasi dan wisma yang ditetapkan adalah wisma Cempaka dan
Teratai.
B. Pengkajian (Tabulasi Data dan Interpretasi Data/Narasi)
1. Windshield Survey
2
a. Luas wilayah: ± 9.000 m
b. Batas wilayah
Timur : Jl. Kaharudin Nasution
Selatan : Jl. Pinang
Barat : Jl. Pahlawan Kerja
Utara : Gg. Mina
c. Jumlah lansia di PSTW Khusnul Khotimah: 75 orang
d. Lingkungan

2
Jenis bangunan wisma lansia yaitu bangunan permanen yang terdiri dari
13 wisma yang ditempati oleh lansia. Jarak masing-masing wisma berdekatan.
Terdapat 13 wisma dimana diantaranya 7 wisma laki-laki dan 6 wisma
perempuan. Kondisi selokan air tampak bersih dari sampah dan tidak dijumpai
adanya genangan air. Lingkungan disekitar wisma tampak terawat dengan baik.
e. Fasilitas umum
Terdapat beberapa fasilitas yang ada di PSTW Khusnul Khotimah
yaitu aula, poliklinik, dapur, musholla, laundry, dan tempat olahraga.
Lansia memiliki beberapa kegiatan yang dilakukan di PSTW Khusnul
Khotimah. Hari senin lansia melakukan kegiatan kerohanian di mushola.
Hari selasa lansia memiliki kegiatan keterampilan, hari rabu lansia memiliki
kegiatan bimbingan sosial, setiap hari kamis dilakukan pemeriksaan
kesehatan secara rutin yang dilakukan oleh dokter dan perawat, hari jumat
memiliki kegiatan pengajian dan ceramah rutin di musholla, dan setiap hari
sabtu memiliki kegiatan senam bersama dengan lansia yang dibimbing oleh
instruktur. Biasanya lansia di PSTW Khusnul Khotimah sering berkumpul
di mushola dan lorong ruangan jika tidak ada kegiatan.

2
2
2. Metode survey (pengkajian)
Hasil pengkajian dan observasi dijabarkan sebagai berikut:
a. Data dasar anggota kelompok
1) Jenis kelamin lansia
Diagram 1
Distribusi frekuensi lansia berdasakan jenis kelamin di PSTW
Khusnul Khotimah (n=7)

Berdasarkan diagram 1 diatas didapatkan hasil bahwa


sebanyak 5 orang (71%) berjenis kelamin Laki-laki dan sebanyak
2 orang (29%) berjenis kelamin perempuan.

2) Usia
Diagram 2
Distribusi frekuensi lansia berdasakan usia di PSTW Khusnul
Khotimah (n=7)

2
Berdasarkan diagram 2 diatas didapatkan hasil bahwa
sebanyak 5 orang (29%) masuk kategori elderly, sebanyak 2 orang
(71%) masuk kategori old. Bedasarkan data Riskesdas 2018
didapatkan kelompok rentan terjadinya hipertensi menurut usia yaitu
umur 31-44 tahun dengan prevalensi (31,6%), usia 45-54 tahun
dengan prevalensi (45,3%) dan umur 55 keatas dengan prevalensi
(55,26%).

3) Pendidikan
Diagram 3

Distribusi frekuensi lansia berdasakan pendidikan di PSTW


Khusnul Khotimah (n=7)

Berdasarkan diagram 3 diatas didapatkan hasil sebanyak 1


orang (14%) memiliki pendidikan terakhir Tidak sekolah, sebanyak 2
orang (29%) memiliki pendidikan SD, sebanyak 1 orang (14%)
memiliki pendidikan terakhir SMP, dan 3 orang (43%) memiliki
pendidikan terakhir SMA.

4) Riwayat pekerjaan
Diagram 4
Distribusi frekuensi lansia berdasakan riwayat pekerjaan di PSTW
Khusnul Khotimah (n=7)

2
Berdasarkan diagram 4 diatas didapatkan hasil bahwa
sebanyak 3 orang (44%) mempunyai riwayat pekerjaan sebagai
wiraswasta, sebanyak 1 orang (14%%) mempunyai riwayat pelayaran,
sebanyak 1 orang (14%) mempunyai riwayat pekerjaan sebagai
Pegawai Swasta dan 1 orang (14%) mempunyai riwayat pekerjaan
sebagai Satpam.

5) Agama
Diagram 5
Distribusi frekuensi lansia berdasakan agama di PSTW Khusnul
Khotimah (n=7)

Berdasarkan diagram 5 diatas didapatkan hasil bahwa


seluruh pasien binaan yaitu sebanyak 7 (100%) beragama islam.
6) Suku
Diagram 6
Distribusi frekuensi lansia berdasakan suku di PSTW Khusnul
Khotimah (n=7)

2
Berdasarkan diagram 6 diatas didapatkan hasil bahwa
sebanyak 3 orang (44%) memiliki suku jawa, sebanyak 1 orang
(14%) memiliki suku banten, sebanyak 1 orang (14%) memiliki
suku Bugis, sebanyak 1 orang (14%) memiliki suku melayu dan 1
orang (14%) memiliki suku sunda.

7) Keadaan umum
Diagram 7
Distribusi frekuensi lansia berdasakan keadaan umum di PSTW
Khusnul Khotimah (n=7)

Berdasarkan diagram 7 diatas didapatkan hasil bahwa semua


pasien binaan yaitu sebanyak 7 (100%) memiliki keaadan baik.
8) Tekanan darah
Diagram 8

Distribusi frekuensi lansia berdasakan tekanan darah di PSTW


Khusnul Khotimah (n=7)

2
Berdasarkan diagram 8 diatas didapatkan hasil klasifikasi
tekanan darah menurut Nurarif & Kusuma (2016) yaitu sebanyak 4
orang (58%) mengalami Hipertensi tingkat 1, sebanyak 1 orang
(14%) mengalami normal-tinggi dan sebanyak 1 orang (14%)
memiliki tekanan darah normal dan optimal. Mayoritas lansia yang
sudah lama di PSTW memiliki tekanan darah yang terkontrol.
9) Status gizi
Diagram 9
Distribusi frekuensi lansia berdasakan status gizi di PSTW Khusnul
Khotimah (n=7)

Berdasarkan diagram 9 diatas didapatkan hasil status gizi


yang dinilai dengan perhitungan rumus Indeks Massa Tubuh (IMT)
yaitu sebanyak 6 orang (86%) dalam batas normal, sebanyak 1
orang

3
(14%) berada pada kategori Kurus. Berdasarkan hasil pengkajian
didapatkan lansia memiliki pola makan yang teratur karena sudah
diatur oleh pihak dapur tetapi makanan yang diberikan tidak sesuai
dengan masalah yang dimiliki oleh lansia di PSTW
10) Konjungtiva
Diagram 10
Distribusi frekuensi lansia berdasakan konjungtiva di PSTW
Khusnul Khotimah (n=7)

Berdasarkan diagram 10 diatas didapatkan hasil bahwa


seluruh pasien binaan yaitu sebanyak 7 (100%) memiliki
konjungtiva tidak anemis.
11) Riwayat penyakit
Diagram 11
Distribusi frekuensi lansia berdasakan riwayat penyakit di PSTW
Khusnul Khotimah (n=7)

3
Berdasarkan diagram 11 diatas merupakan komplikasi
riwayat penyakit yang dimiliki oleh lansia di PSTW Khusnul
Khotimah didapatkan hasil yaitu sebanyak 6 orang (30%) mempunyai
riwayat hipertensi, sebanyak 2 orang (10%) mempunyai riwayat
SNH, sebanyak 2 orang (10%) mempunyai riwayat Malaise,
sebanyak 2
orang (10%) mempunyai Riwayat Myalgia, sebanyak 1 orang (5%)
mempunyai riwayat cephalgia, sebanyak 1 orang (5%) mempunyai
Riwayat Skizofrenia, sebanyak 1 orang (5%) mempunyai Riwayat
LBP, sebanyak 1 orang (5%) mempunyai Riwayat Osteoarthritis,
sebanyak 1 orang (5%) mempunyai Riwayat DM, dan sebanyak 1
orang (5%) mempunyai Riwayat Vertigo.

12) Alat bantu/protesa


Diagram 12
Distribusi frekuensi lansia berdasakan alat bantu di PSTW Khusnul
Khotimah (n=7)

Berdasarkan diagram 12 diatas didapatkan hasil bahwa


mayoritas pasien binaan tidak menggunakan alat bantu yaitu
sebanyak 4 orang (57%) dan 3 orang (43%) menggunakan kursi
roda.
13) Pola olahraga
Diagram 13

Distribusi frekuensi lansia berdasakan pola olahraga di PSTW


Khusnul Khotimah (n=7)

3
Berdasarkan diagram 13 diatas didapatkan hasil bahwa
mayoritas pasien binaan tidak berolahraga yaitu sebanyak 5 orang
(63%), pasien yang melakukan senam yaitu sebanyak 2 orang (25%)
dan hanya 1 orang (12%) mengikuti jalan pagi.
14) Pola tidur
Diagram 14
Distribusi frekuensi lansia berdasakan pola tidur di PSTW Khusnul
Khotimah (n=7)

Berdasarkan diagram 14 diatas didapatkan hasil bahwa


mayoritas pasien binaan memiliki pola tidur yang teratur yaitu
sebanyak 5 orang (71%) dan 2 orang (29%) memiliki pola tidur
tidak teratur.
15) Analisis masalah
Distribusi frekuensi lansia berdasarkan analisis masalah
kesehatan di PSTW Khusnul Khotimah Pekanbaru (n=7)

3
Berdasarkan diagram diatas bahwa ada beberapa pasien yang
memiliki lebih dari 1 masalah dan didapatkan hasil mayoritas pasien
memiliki masalah penyakit hipertensi yaitu sebanyak 6 orang (30%),
sebanyak 3 orang (15%) memiliki masalah Goat Arthritis, sebanyak
2 orang (10%) memiliki masalah SNH, sebanyak 2 orang (10%)
memiliki masalah Malaise, sebanyak 1 orang (5%) memiliki
masalah (Cephalgia), sebanyak 1 orang (5%) memiliki masalah
Skizofrenia, sebanyak 1 orang (5%) memiliki masalah LBP,
sebanyak 1 orang (5%) memiliki masalah Osteoarthiritis, sebanyak 1
orang (5%) memiliki masalah DM, sebanyak 1 orang (5%) memiliki
masalah Vertigo, dan sebanyak 1 orang (5%) memiliki masalah
Myalgia. Dari keseluruhan masalah pasien di Wisma Cempaka dan
Teratai didapatkan mayoritas pasien memiliki masalah penyakit
hipertensi. Maka dari itu kelompok akan mengangkat masalah
mayoritas yaitu lansia dengan hipertensi.

b. Upaya Peningkatan Kesehatan


1) Fasilitas pelayanan kesehatan yang tersedia
 Tenaga kesehatan
(dokter/perawat) Diagram 15
Distribusi frekuensi lansia berdasarkan ketersediaan tenaga
kesehatan di PSTW Khusnul Khotimah Pekanbaru (n=7)

3
Berdasarkan diagram 15 didapatkan hasil bahwa terdapat tenaga
kesehatan di lingkungan tempat tinggal lansia.
 Puskesmas
Diagram 16
Distribusi frekuensi lansia berdasarkan ketersediaan puskesmas
di PSTW Khusnul Khotimah Pekanbaru (n=7)

Berdasarkan diagram 16 didapatkan hasil bahwa tidak


terdapat puskesmas di lingkungan tempat tinggal lansia.
 Klinik PSTW
Diagram 17
Distribusi frekuensi lansia berdasarkan ketersediaan klinik di
PSTW Khusnul Khotimah Pekanbaru (n=7)

3
Berdasarkan diagram 17 didapatkan hasil bahwa terdapat
klinik di lingkungan tempat tinggal lansia.

2) Pelayanan kesehatan yang dimanfaatkan oleh kelompok


 Pelayanan kesehatan
Diagram 18
Distribusi frekuensi lansia berdasarkan pelayanan kesehatan di
PSTW Khusnul Khotimah Pekanbaru (n=7)

Berdasarkan diagram 18 didapatkan hasil bahwa terdapat


pelayanan kesehatan di lingkungan tempat tinggal lansia.
 Makanan tambahan
Diagram 19
Distribusi frekuensi lansia berdasarkan ketersediaan makanan
tambahan di PSTW Khusnul Khotimah Pekanbaru (n=7)

3
Berdasarkan diagram 19 didapatkan hasil bahwa lansia
mendapatkan makanan tambahan di lingkungan tempat tinggal
lansia.
 Vitamin tambahan
Diagram 20
Distribusi frekuensi lansia berdasarkan ketersediaan vitamin
tambahan di PSTW Khusnul Khotimah Pekanbaru (n=7)

Berdasarkan diagram 20 didapatkan hasil bahwa terdapat


vitamin tambahan untuk para lansia.
3) Fasilitas Pendidikan
Diagram 21
Distribusi frekuensi lansia berdasarkan ketersediaan fasilitas
pendidikan di PSTW Khusnul Khotimah Pekanbaru (n=7)

3
Berdasarkan diagram 21 didapatkan hasil bahwa terdapat
fasilitas pendidikan untuk para lansia yang biasanya dilakukan di
aula.
4) Lingkungan sekitar tempat tinggal
 Sumber air
bersih Diagram
22
Distribusi frekuensi lansia berdasarkan ketersediaan sumber air
bersih di PSTW Khusnul Khotimah Pekanbaru (n=7)

Berdasarkan diagram 22 didapatkan hasil bahwa terdapat


sumber air bersih disekitar lingkungan tempat tinggal lansia.
 Dapur umum
Diagram 23
Distribusi frekuensi lansia berdasarkan ketersediaan dapur
umum bersih di PSTW Khusnul Khotimah Pekanbaru (n=7)

3
Berdasarkan diagram 23 didapatkan hasil bahwa terdapat
dapur umum di lingkungan PSTW tempat tinggal lansia.
 Tempat pembuangan
sampah Diagram 24
Distribusi frekuensi lansia berdasarkan ketersediaan tempat
pembuangan sampah di PSTW Khusnul Khotimah Pekanbaru
(n=7)

Berdasarkan diagram 24 didapatkan hasil bahwa terdapat


tempat pembuangan sampah disekitar lingkungan tempat tinggal
lansia.

3
 Sarana MCK
Diagram 25
Distribusi frekuensi lansia berdasarkan ketersediaan saranan
MCK di PSTW Khusnul Khotimah Pekanbaru (n=7)

Berdasarkan diagram 25 didapatkan hasil bahwa


terdapat sarana MCK sebanyak 2 buah disetiap wisma tempat
tinggal lansia.
 Saluran pembuangan
limbah Diagram 26
Distribusi frekuensi lansia berdasarkan ketersediaan saluran
pembuangan limbah di PSTW Khusnul Khotimah Pekanbaru
(n=7)

Berdasarkan diagram 26 didapatkan hasil bahwa terdapat


saluran pembuangan limbah berupa selokan di sekitar wisma
tempat tinggal lansia.

4
5) Status
ekonomi
 Sumbangan
Diagram 27
Distribusi frekuensi lansia berdasarkan sumber perdanaan di
PSTW Khusnul Khotimah Pekanbaru (n=7)

Berdasarkan diagram 27 didapatkan hasil bahwa seluruh


lansia (100%) memiliki sumber pedanaan, yaitu sumbangan dari
orang/donatur yang datang berkunjung ke PSTW.
 Rata-rata pendapatan
perbulan Diagram 28
Distribusi frekuensi lansia berdasarkan pendapatan perbulan di
PSTW Khusnul Khotimah Pekanbaru (n=7)

Berdasarkan diagram 28 didapatkan hasil bahwa seluruh


lansia (100%) memiliki rata-rata pendapatan perbulan yang sama

4
karena dari donator yang sama yaitu (100%) sekitar 100.000-
300.000 per bulannya.
6) Status sosial budaya spiritual
 Sarana ibadah
Diagram 29
Distribusi frekuensi lansia berdasarkan sarana ibadah di PSTW
Khusnul Khotimah Pekanbaru (n=7)

Berdasarkan diagram 29 didapatkan hasil bahwa seluruh


lansia (100%) memiliki sarana ibadah disekitar tempat
tinggalnya, yaitu satu musholla.
 Kegiatan keagamaan
Diagram 30
Distribusi frekuensi lansia berdasarkan kegiatan keagamaan di
PSTW Khusnul Khotimah Pekanbaru (n=7)

Berdasarkan diagram 30 didapatkan hasil bahwa seluruh


lansia (100%) melakukan kegiatan agama disekitar tempat

4
tinggalnya, yaitu satu musholla atau di kamar mereka masing-
masing.
 Kepercayaan yang bertentangan dengan penanggulan masalah
kesehatan
Diagram 31
Distribusi frekuensi lansia berdasarkan kepercayaan yang
bertentangan dengan penanggulangan masalah kesehatan di
PSTW Khusnul Khotimah Pekanbaru (n=7)

Berdasarkan diagram 31 didapatkan hasil bahwa seluruh


lansia (100%) tidak ada kepercayaan yang bertentangan dengan
penanggulan masalah kesehatan.
 Kegiatan sosial
Diagram 32
Distribusi frekuensi lansia berdasarkan kegiatan sosial di
PSTW Khusnul Khotimah Pekanbaru (n=7)

4
Berdasarkan diagram 32 didapatkan hasil bahwa
sebanyak 4 orang (57%) mengikuti kegiatan sosial seperti
bimbingan sosial, senam dan wirid, dan sebanyak 3 orang
(43%) tidak mengikuti kegiatan sosial karena keterbatasan
aktivitas.
7) Komunikasi
 Alat komunikasi
Diagram 33
Distribusi frekuensi lansia berdasarkan alat komunikasi di PSTW
Khusnul Khotimah Pekanbaru (n=7)

Berdasarkan diagram 33 didapatkan hasil bahwa


mayoritas lansia (86%) yang memiliki alat komunikasi seperti
HP dan lansia yang memiliki HP sebanyak 1 orang (14%).
 Evektifitas proses komunikasi antar anggota
kelompok Diagram 34
Distribusi frekuensi lansia berdasarkan evektifitas proses
komunikasi antar anggota kelompok di PSTW Khusnul Khotimah
Pekanbaru (n=7)

4
Berdasarkan diagram 34 didapatkan hasil bahwa seluruh
lansia (100%) melakukan proses komunikasi antar kelompok.
8) Fasilitas rekreasi yang tersedia (taman, sarana olahraga, nonton
TV) Diagram 35
Distribusi frekuensi lansia berdasarkan fasilitas rekreasi yang
tersedia di PSTW Khusnul Khotimah Pekanbaru (n=7)

Berdasarkan diagram 35 didapatkan hasil bahwa sebanyak 7


orang (59%) memilih Nonton TV, sebanyak 3 orang (25%) memilih
olahraga, sebanyak 1 orang (14%) memilih mewarnai dan
keterampilan.
9) Kebiasaan/perilaku dalam kelompok
 Pemeliharaan kebersihan diri
Diagram 36
Distribusi frekuensi lansia berdasarkan pemeliharaan kebersihan
diri di PSTW Khusnul Khotimah Pekanbaru (n=7)

4
Berdasarkan diagram 30 didapatkan hasil bahwa seluruh
lansia (100%) melakukan pemeliharaan kebersihan diri secara
mandiri.
 Pengelolaan makanan bersih dan
sehat Diagram 37
Distribusi frekuensi lansia berdasarkan pengelolaan makanan
bersih dan sehat di PSTW Khusnul Khotimah Pekanbaru (n=7)

Berdasarkan diagram 37 didapatkan hasil bahwa seluruh


lansia (100%) melakukan pengelolaan makanan yang bersih dan
sehat sendirian karena makanan sudah diatur oleh pihak dapur
umum PSTW.

4
PENGKAJIAN KEPERAWATAN KELOMPOK
Fasilitas Yankes UPT PSTW Khusnul No. Register
Khotimah
Nama perawat Kelompok 2 Tanggal 29 Januari-1
yang pengkajian Februari 2024
mengkaji
Nama kelompok Kelompok 2 Alamat

TTV Status Gizi Pola


No Nama JK Usia Pendidikan Agama Suku KU Riwayat Penyakit Alat bantu
TD N RR S TB BB IMT Tidur Olahraga
1 Kakek R laki-laki 76 SMA Islam Sunda Baik 128/70 83 21 36,6 158 64 25,6 HT, SNH, Vertigo, GA, Myalgia tidak ada ±7 jam Tidak
2 Kakek S laki-laki 68 SMP Islam Jawa Baik 145/69 63 20 36,6 155 40 16,6 HT, DM, GA Kursi Roda <6 jam Tidak
3 Nenek F perempuan 71 SD Islam Melayu Baik 156/69 98 21 36,5 149 43 19,4 Skizofrenia, HT, LBP, OA Tidak ada ±7 jam Tidak
4 Kakek T laki-laki 63 SD Islam Jawa Baik 133/100 109 22 36,7 150 50 22,2 HT, Malaise, Cephalgia Tidak ada <6 jam 2x seminggu
5 Kakek AJ laki-laki 87 TS Islam Jawa Baik 87/54 73 20 36,5 155 40 16,6 Malaise Tidak ada ±7 jam Tidak
6 Kakek AF laki-laki 67 SMA Islam Bugis Baik 125/85 79 21 36,5 158 48 19,2 SNH, HT Kursi Roda ±7 jam Tidak
7 Nenek I perempuan 61 SMA Islam Banten Baik 141/101 91 20 36,5 158 61 24,4 HT, GA, Myalgia Kursi Roda ±7 jam 1x seminggu

C. Analisis Data

No. Data Penunjang Masalah Keperawatan


1 Observasi: Manajemen kesehatan tidak
efektif, Hipertensi pada kelompok
 Dari hasil pemeriksaan tekanan darah lansia di wisma cempaka dan
didapatkan bahwa terdapat 6 dari 7 lansia teratai di PSTW Khusnul
dengan hipertensi Khotimah (D. 0116)
 5 dari 7 lansia tampak tidak melakukan
aktivitas fisik sama sekali setiap harinya
(contohnya olahraga, kegiatan sosial lainnya)

Hasil Pemeriksaan Tekanan

Darah: Kakek R TD: 128/70

mmHg Kakek S TD: 145/69

mmHg Kakek T TD: 133/100

mmHg Kakek AJ TD: 87/54

mmHg Kakek AF TD: 125/85

mmHg Nenek I TD: 141/101

mmHg

Nenek F TD: 156/69 mmHg

4
No. Data Penunjang Masalah Keperawatan

Wawancara:

 Hasil wawancara dengan pramulanisa


didapatkan bahwa 6 dari 7 lansia dengan
hipertensi. Penyebab dari hipertensi ini
disebabkan oleh keturunan, aktivitas fisik
yang jarang dilakukan, berdasarkan info dari
pramu lansia, para lansia lebih banyak duduk
di dalam kamar dari pada beraktivitas diluar
rumah.
 Hasil wawancara bersama pramulansia
bahwa 4 dari 7 lansia lebih memilih untuk di
dalam kamar daripada melakukan aktivitas
fisik di luar
 Sebagian lansia 3/8 mengeluh sering nyeri
kepala dan vertigo sehingga mengganggu
aktivitas sehari-hari

2. Observasi: Perilaku kesehatan cenderung


berisiko
 5 dari 7 lansia memiliki perilaku hidup tidak
sehat (merokok)
 Sebagian kamar lansia tampak kotor, baju
bergantungan, sampah sisa makanan, banyak
nyamuk
 Sebagian lansia juga sering minum kopi
 1 lansia menyimpan banyak kucing dikamar
hingga mati

Wawancara:

 Hasil wawancara bersama pramulansia


mengatakan bahwa R, I, AF, T, dan S
mengkonsumsi rokok
 Lansia F mengatakan bahwa kucing merupakan
anak-anaknya
 Lansia mengatakan minum kopi sudah menjadi
kebiasaan
 2 dari 5 lansia mengalami gangguan pola tidur

Windshield survey:

 3 dari 7 lansia tidak mengikuti kegiatan sosial


 4 dari 7 lansia memiliki kamar yang tidak rapi
dan tidak bersih

4
PRIORITAS MASALAH KEPERAWATAN

No Masalah A B C D E F G H I J K Total Prioritas


. Kesehatan
1 Manajemen 4 5 3 5 4 4 4 3 4 4 4 44 1
kesehatan tidak
efektif, Hipertensi
pada kelompok
lansia di wisma
kenanga dan
cempaka di PSTW
Khusnul Khotimah
2 Perilaku Kesehatan 5 5 3 3 4 3 4 3 4 4 3 41 2
cenderung berisiko

Keterangan :

1. Sangat Mudah A. Risiko terjadinya masalah

2. Rendah B. Risiko terjadinya keparahan

3. Cukup C. Potensial untuk pendidikan kesehatan

4. Tinggi D. Minat masyarakat

5. Sangat Tinggi E. Sesuai dengan program pemerintah

F. Ketersediaan tempat

G. Ketersediaan dana

H. Adanya fasilitas kesehatan

4
D. Intervensi Keperawatan

No. Diagnosa Keperawatan NOC NIC

Manajemen kesehatan tidak efektif; Tujuan Umum : 1. Promosi Kesehatan:


1 Hipertensi pada kelompok lansia di wisma Penyuluhan Kesehatan mengenai
Diharapakan masalah persepsi hipertensi
cempaka dan teratai PSTW Khusnul
mengenai informasi dapat teratasi.
Khatimah (D.0116)
2. Pemberdayaan :
Tujuan Khusus : Menciptakan lingkungan yang
Setelah dilakukan tindakan 1x60 menit nyaman dengan gotong royong dan
diharapkan masalah dapat teratasi menanam tanaman TOGA
dengan Kriteria hasil: 3. Proses kelompok:
 Melakukan tindakan untuk Mengadakan senam anti hipertensi
mengurangi faktor risiko meningkat
 Menerapkan program perawatan 4. Keperawatan profesional:
meningkat Mengadakan terapi rendam air hangat
 Aktivitas hidup sehari- hari efektif serta terapi musik sebagai
memenuhi tujuan kesehatan menurunkan tekanan darah pada
meningkat lansia yang mengalami hipertensi
 Verbalisasi kesulitan dalam 5. Partnership :
menjalani program
Melakukan cek kesahatan tekanan
perawatan/pengobatan menurun
darah, berat badan, gula darah dan
asam urat
Perilaku Kesehatan cenderung berisiko Tujuan Umum : 1. Promosi Kesehatan:
Penyuluhan Kesehatan mengenai
Diharapkan masalah dapat teratasi. hipertensi
Tujuan Khusus :

5
No. Diagnosa Keperawatan NOC NIC

Setelah dilakukan tindakan 1x15 menit


diharapkan masalah dapat teratasi
2. Pemberdayaan :
dengan kriteria hasil :
Menciptakan lingkungan yang
 Penerimaan terhadap perubahan nyaman dengan gotong royong dan
status Kesehatan meningkat menanam TOGA
 Kemampuan melakukan Tindakan
3. Proses kelompok:
pencegahan masalah Kesehatan
Mengadakan senam anti hipertensi
meningkat
 Kemampuan peningkatan kesehatan
4. Keperawatan profesional:
meningkat
Mengadakan terapi rendam air hangat
serta terapi musik sebagai
menurunkan tekanan darah pada
lansia yang mengalami hipertensi
5. Partnership :
Melakukan cek kesahatan tekanan
darah, berat badan, gula darah dan
asam urat

5
E. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
NO Diagnosa Hari / Implementasi Evaluasi
Keperawatan Tanggal
1. Manajemen
5 Februari Promosi Kesehatan: S:
kesehatan tidak
2024 Penyuluhan
efektif;
Hipertensi pada kesehatan mengenai Lansia mengatakan
Pukul bahwa mengerti dengan
kelompok lansia Hipertensi
di wisma Teratai materi yang
10.00 -11.00
dan Cempaka disampaikan terkait
PSTW Khusnul pengertian, penyebab,
Khatimah tanda dan gejala, dan
(D.0116) penatalaksanaan.
O:

 5 orang lansia dapat


berkumpul megikuti
acara, 2 orang lansia
tidak bisa hadir
 Lansia yang hadir
antusias mengikuti
kegiatan.
 Lansia mampu
mengulangi terkait
pengertian hipertensi,
penyebab hipertensi,
tanda dan gejala
hipertensi.
 Beberapa lansia
bertanya terkait
materi yang kurang
jelas.
 -Beberapa lansia
berhasil menjawab
pertanyaan yang
diberikan

A: Intervensi
terlaksana.

P: Intervensi
dilanjutkan dengan
melakukan rendam air
hangat dan terapi
murotal untuk
menurunkan hipertensi
pada lansia.

5
2.
Selasa, 5 Partnership: S: Lansia mengatakan
februari mengerti untuk selalu
2024 Melakukan cek rutin melakukan
kesehatan tekanan darah, pemeriksaan tekanan
Pukul : 13.00 berat badan, tinggi darah
- 13.30 WIB badan, cek gula darah
serta cek asam urat O:

 7 dari 7 lansia dapat


mengikuti acara
pemeriksaan
kesehatan
 Lansia R :
● TD : 128/70
● Gula darah: 146
● Asam Urat: 7,9

 Lansia S :
● TD : 145/69
● Gula darah: 103
● Asam Urat: 6,7

 Lansia AR:
● TD : 125/85
● Gula darah: 128
● Asam Urat: 4,4

 Lansia T :
● TD : 133/100
● Gula darah: 237
● Asam Urat: 6,7

 Lansia I :
● TD : 141/101
● Gula darah: 140
● Asam Urat: 7,5

 Lansia AJ :
● TD : 87/54
● Gula darah: 107
● Asam Urat: 6,7

 Lansia F :
● TD : 156/69
● Gula darah: 170
● Asam Urat: 4,6

5
A: Intervensi

terlaksana P:


Menganjurkan lansia
untuk tetap menjaga
kesehatannya dan
memeriksakan
tekanan darah, gula
darah dan asam urat
secara rutin ke
poliklinik
Menganjurkan lansia untuk
mengkonsumsi obat
hipertensi, gula darah dan
asam urat sesuai anjuran
dokter
3. S:
Sabtu 3 Pemberdayaan:
Februari  Lansia mengatakan
2024 bersedia mengikuti
Melakukan kegiatan:
kegiatan dalam
10.00 – 1. Memodifikasi membantu
11.000 lingkungan memodifikasi
2. Membersihkan lingkungan, gotong-
lingkungan sekitar royong dan menanam
wisma cempaka TOGA
3. Menanam tanaman  Lansia mengatakan
obat keluarga senang mengikuti
(TOGA) kegiatan gotong-
royong di sekitar
wisma cempaka
bersama- sama .
O:
 lansia yang ikut
gotong-royong
membantu
membersihkan
lingkungan sebanyak
5 orang, sedangkan,
2 orang tidak dapat
mengikuti kegiatan
dikarenakan ada
kegiatan lainnya.
 Semua lansia
yang hadir
aktif mengikuti
kegiatan

5
 Lansia yang ikut
tampak bersemangat
dan antusias dalam
kegiatan gotong
royong dan menanam
TOGA bersama-sama
 Lansia mengikuti
kegiatan sampai
selesai
 Lansia ikut serta
dalam proses gotong
royong dan menanam
TOGA bersama-sama

A: Intervensi terlaksana
P: diharapkan lansia dapat
bekerja sama dalam
membersihkan lingkungan
sekitar wisma.
4. S:
Senin, 5 Proses kelompok dan
Februari  Sebagian besar lansia
praktik keperawatan mengatakan nyeri
2024 profesional: kaki sudah berkurang
 Lansia mengatakan
Melakukan rendaman
mengerti untuk selalu
kaki dengan air hangat
rutin melakukan
yang dikombinasikan
pemeriksaan tekanan
dengan terapi murrotal al-
darah
quran
O:
Pre:
 4 orang lansia berada
pada kategori HT
deraja 1, 2 orang
lansia pada kategori
normal, 1 orang
lansia pada kategori
HT derajat II, dan 1
orang lansia lainnya
pada kategori HT
derajat III
Post:
 3 lansia (37%)
berada pada kategori
hipertensi ringan, 1
lansia (13%) berada
pada kategori

5
hipertensi sedang ,
dan 4 lansia (50%)
berada pada kategori
normal.
 Sebagian besar lansia
tampak lebih nyaman
dan lebih rileks.
S:
Senin, 5 Proses kelompok
Februari  1 lansia mengatakan
2024 kepala pusing
Melakukan senam anti
 Lansia mengatakan
hipertensi
gembira dan rileks
ketika melakukan
senam bersama-
sama
O:
Pre:
 4 orang lansia berada
pada kategori HT
deraja 1, 2 orang
lansia pada kategori
normal, 1 orang
lansia pada kategori
HT derajat II, dan 1
orang lansia lainnya
pada kategori HT
derajat III
Post:
 3 lansia (37%)
berada pada kategori
hipertensi ringan, 1
lansia (13%) berada
pada kategori
hipertensi sedang ,
dan 4 lansia (50%)
berada pada kategori
normal.
 Sebagian besar lansia
tampak lebih nyaman
dan lebih rileks.

5
F. Evaluasi Sumatif
Diagnosa Respon Lansia Evaluasi Rencana Tidak Lanjut
Ya Tidak
Manajemen Ya - lansia patuh minum obat setiap hari sesuai anjuran dokter dan
kesehatan tidak Pendidikan Kesehatan : tenaga kesehatan
efektif; - lansia rutin memeriksakan kesehatan ke poliklinik minima 1 kali
Hipertensi - Lansia mengerti dan semingu
pada kelompok dapat memahami informasi - lansia melakukan terapi rendam kaki menggunakan air hangat
lansia di yang diberikan tentang sebaiknya dilakukan pendidikan kesehatan setiap 3 bulan sekali
wisma hipertensi terdiri atas dan pengecekan kesehatan pada lansia dilakukan setiap 2 kali
Cempaka dan pengertian, penyebab, tanda seminggu.
teratai PSTW gejala, penatalaksanaan
Khusnul hipertensi
Khotimah - lansia mampu
(D.0116) mengulang kembali
informasi yang diberikan
tentang hipertensi yang
terdiri dari pengertian,
penyebab, tanda gejala,
penatalaksanaan hipertensi
yang dapat dilakukan secara
mandiri oleh lansia untuk
mengatasi hipertensi.
Ya - Lansia melakukan terapi rendam kaki dengan air hangat
Partnership:
- Diharapkan pramulansia dapat menerapkan pemriksaan rutin lansia
ke poliklinik untuk skrinning kesehatan

5
- Lansia mengerti
tentang pentingnya
pemeriksaan tekanan
darah dan minum
obat secara teratur

- Lansia akan rutin


melakukan
pemeriksaan
kesehatan
dipoliklinik
Ya - Lansia melakukan kegiatan gotong-royong bersama sekali
Pemberdayaan : seminggu

- lansia mengetahui - Diharapkan pramulansia dapat mengajak lansia yang mandiri


manfaat tanaman terakit manajemen kegiatan gotong royong seminggu sekali
TOGA
- lansia mengetahui
menjalin kerjasama
untuk bergotong-
royong

Ya
Praktik keperawatan Rencana tindak lanjut terapi kombinasi rendam kaki dengan air hangat
profesional: dan murottal Al-Qur’an ini bisa dilakukan oleh lansia secara individu
atau kelompok sesuai kebutuhan.

5
- Lansia mengikuti - Pramulansia manajemen menyetel murottal al-qur’an di pagi hari
kegiatan dengan
antusias,
berpartisipasi aktif
dan memberi umpan
balik positif
terhadap kegiatan
yang
dilaksanakan
- lansia akan
melakukan kegiatan
rendam kaki air
hangat dengan
diiringi murottal al-
qur’an secara
mandiri maupun di
bantu oleh peramu
lansia.

5. Ya
Proses Kelompok: Rencana tindak lanjut melakukan senam anti hipertensi setiap pagi hari
secara individu atau kelompok sesuai kebutuhan.
- Lansia mengikuti
kegiatan dengan Pramulansi manajemen menyetel dari youtube terkait senam anti
antusias, hpertensi
berpartisipasi aktif
dalam mengikuti
senam anti
hipertensi

5
Setelah dilakukan implementasi keperawatan selama 2 minggu oleh Ners
muda UNRI pada lansia di wisma teratai dan cempaka dapat disimpulkan bahwa
mayoritas lanisa mengalami penurunan tekanan darah. Hal ini dibuktikan saat
pengkajian awal di tanggal 29-31 Januari 2024 , didapatkan hasil 43% lansia
berada pada kategori HT derajat 1, 29% lansia pada kategori normal, 14% lansia
pada kategori HT derajat II, dan 0% lansia lainnya pada kategori HT derajat III..
Sedangkan saat dilakukan pengukuruan tekanan darah terakhir pada tanggal 06
Februari 2024didapatkan hasil sebagai berikut :

Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa persentase hipertensi


pada lansia mengalami penurunan, yaitu sebanyak 43% berada pada kategori
hipertensi optimal, 14% berada pada kategori hipertensi normal , dan 43%
berada pada kategori normal-tinggi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
mayoritas lansia mengalami penurunan tekanan darah, dapat dilihat dari TD
lansia yang berada pada kategori normal dan ringan, dan tidak ada lagi lansia
yang TD nya berada pada kategori berat. Hal ini membuktikan bahwa
implementasi yang dilakukan pada lansia berhasil dalam menurunkan tekanan
darahnya.

6
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan

Pengkajian data kelompok gerontik dilakukan dengan 7 lansia


menggunakan metode wawancara, pemeriksaan fisik, observasi dan
windshield survey yang berada di PSTW Khusnul Khotimah Pekanbaru
oleh Ners Muda Fakultas Keperawatan Universitas Riau, dengan masalah
keperawatan yang ditemukan yaitu manajemen kesehatan tidak efektif;
dan perilaku Kesehatan cenderung berisiko
Berdasarkan hasil musyawarah telah disepakati sesuai dari 2
masalah prioritas ditetapkan 1 masalah keperawatannya yaitu
“Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan pada kelompok lansia dengan
hipertensi”. Rencana kegiatan yang dilakukan oleh Ners Muda bersama
dengan lansia adalah sebagai berikut:

1. Promosi kesehatan : Penyuluhan tentang penyakit hipertensi


2. Proses kelompok : mengadakan senam anti hipertensi
3. Pemberdayaan : Menciptakan lingkungan yang nyaman dengan
gotong royong dan menanam tanaman obat keluarga
4. Patnership : Melakukan pemeriksaan tekanan darah, gula dan asam
urat bersama tenaga kesehatan poliklinik dan pramulansia
5. Praktik keperawatan profesional : Melakukan rendaman kaki dengan
air hangat yang di kombinasikan dengan terapi murrotal alquran.

B. Saran
Setelah dilakukan asuhan keperawatan terhadap kelompok gerontik,
diharapkan:

1. PSTW Khusnul Khotimah


Agar dapat menggerakan kelompok lansia suapaya aktif dan ikut
serta dalam mengikuti kegiatan yang telah dilaksanakan
2. Kelompok Lansia
Dengan adanya intervensi yang telah dilaksanakan diharapkan
kelompok lansia mampu untuk lebih menjaga kesehatan, menjaga pola

6
hidup sehat dan menerapkan implementasi yang telah dianjurkan oleh
Ners Muda.
3. Institusi Pendidikan
Diharapkan adanya intervensi yang telah dilaksanakan
kelompok lansia mampu untuk lebih menjaga kesehatan, menjaga
pola hidup sehat dan menerapkan implementasi yang telah dianjurkan
oleh Ners Muda.

6
DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. (2021). Statistik Penduduk Lanjut Usia 2021.


https://www.bps.go.id/publication/2021/12/21/c3fd9f27372f6ddcf7462006/st
atistik-penduduk-lanjut-usia-2021.html
Dewi, S. R. (2014). Buku Ajar Keperawatan Gerontik (1st ed.). Yogyakarta: Deepublish.
Fitrianti, S., & Putri, M. E. (2018). Pemberian Relaksasi Otot Progresif pada Lansia
Dengan Hipertensi Essensial di Kota Jambi. Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari
Jambi, 18(2), 368. https://doi.org/10.33087/jiubj.v18i2.481
Kurnia, A. (2020). Self-Management Hipertensi.Surabaya: Jakad Media Publishing.

Listyorini, M. W., dkk. (2023). Konsep Depresi Lansia dan Asuhan Keperawatan. Jawa
Tengah: Lakeisha.
Manuntung, A. (2018). Terapi Perilaku Kognitif pada Pasien Hipertensi. Malang:
Wineka Media.
Miller, C. A. (2012). Nursing For Wellnes In Older Adults (6th ed.). Philadelphia:
Lippincott Williams & Wilkins.
Minarti, S. K. (2022). Asuhan Keperawatan Lansia Dengan Spiritual Well Being
Berbasis Islami. Yogyakarta: Rizmedia Pustaka Indonesia.
Ramadhan, M. (2021). Asuhan Keperawatan Pada Ny. N yang Mengalami Hipertensi
dengan Masalah Keperawatan Nyeri Akut di RS Kartika Husada (Bachelor's
Thesis, Stik Muhammadiyah Pontianak).
Suputra, P. S. (2020). Asuhan Keperawatan Gerontik pada Klien Ny. A dengan
Hipertensi di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas 1 Denpasar Selatan. Institut
Teknologi dan Kesehatan Bali.
Trijayanti, T. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Lansia Penderita Hipertensi Dengan
Masalah Keperawatan Gangguan Pola Tidur Di Pelayanan Sosial Tresna
Werdha (Pstw) Magetan. http://eprints.umpo.ac.id/5387/
World Health Organization. (2021). Hypertension. https://www.who.int/newsroom/fact-
sheets/detail/hypertension

6
PRE PLANNING SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) PENYULUHAN
KESEHATAN HIPERTENSI PADA KELOMPOK LANSIA DI WISMA
KENANGA DAN MAWAR PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA
KHUSNUL KHOTIMAH KECAMATAN MARPOYAN DAMAI KOTA
PEKAN BARU

Acara : Penyuluhan kesehatan mengenai hipertensi di PSTW Khusnul


Khotimah

Hari//Tanggal : Senin, 5 Februari 2024

Waktu : Pukul 10.00 wib

Tempat : Wisma Teratai

1. Latar Belakang Masalah


Menurut Undang-undang Nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lansia
pasal 1 ayat 2 mengatakan lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60
(enam puluh) tahun keatas. Lansia memiliki penurunan sistem tubuh baik secara
fisiologis maupun psikologis. (Kemenkes RI, 2016).
Pada lanjut usia seluruh fungsi tubuh akan mengalami kemunduran, begitu juga
dengan fungsi kerja pembuluh darah. Penyakit yang disebabkan karena kemunduran
fungsi kerja pembuluh darah yaitu tekanan darah tinggi atau hipertensi. Lebih dari 10
kematian di atas usia 60 tahun di sebabkan oleh penyakit jantung dan
serebrovaskuler (Fitrina & Wiryanti, 2018). Masalah kesehatan khususnya penyakit
degeneratif pada lansia yang paling sering kali terjadi adalah hipertensi 63,5 %%
dari total penyakit degenerative lansia lainnya (Riset Kesehatan Dasar, 2018).
Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular yang paling tinggi
terjadi pada lansia. Pada hipertensi sistolik terisolasi, tekanan sistolik mencapai 140
mmHg atau lebih, tetapi tekanan diastolik kurang dari 90 mmHg. Hipertensi ini
sering ditemukan pada usia lanjut. Tekanan sistolik terus meningkat sampai usia 55-
60 tahun,

6
kemudian berkurang secara perlahan atau bahkan menurun drastis. Gejala yang
sering kali dikeluhkan penderita hipertensi sakit kepala, mudah marah, telinga
berdengung, sukar tidur sesak nafas, rasa berat ditengkuk, mudah lelah, mual,
gelisah (Triyanto, 2017).
World Health Organization (WHO, 2019) dalam (Kemenkes RI, 2019)
menunjukan data prevalensi hipertensi di seluruh dunia sebesar 22% dari total
penduduk dunia. Sedangkan Asia Tenggara menempati posisi ke-3 tertinggi jumlah
prevalensi hipertensi sebesar 25% dari total penduduk. Hasil dari Riset Kesehatan
Dasar Indonesia (Riskesdas, 2018) dalam (Kemenkes RI, 2019) jumlah penderita
hipertensi di Indonesia sebesar 34,11% pada usia penduduk berusia >18 tahun.
Angka prevalensi tersebut lebih tinggi dari prevalensi tahun 2013 sebesar 25,8%.
Sementara itu jumlah penderita hipertensi di Riau dengan prevalensi hipertensi
sebesar 29,14%. Dari data Dinas Kesehatan Kota Pekan Baru sendiri pada tahun
2020 Hipertensi memiliki kedudukan penyakit terbanyak nomor dua dengan jumlah
penderita 19.503 (Dinas Kesehatan Kota Pekan Baru, 2020).
Hasil dari observasi yang dilakukan oleh Ners Muda di OSTW Khusnul
Khotimah, didapatkan pada kelompok lansia yang mengidap hipertensi sebanyak 44
jiwa. Sementara lansia dengan hipertensi di wisma Teratai didapatkan mayoritas ada
2 jiwa dan cempaka juga terdapat 6 jiwa lansia. Sehubung dengan masalah
lingkungan yang tidak sehat, yaitu risiko dan masalah aktual terjadinya penyakit
hipertensi di kawasan PSTW Khusnul Khotimah. Maka dipandang perlu bagi lansia
untuk mengetahui tentang penyakit hipertensi penyebab dan faktor yang
mempengaruhi terjadinya hipertensi.
2. Tujuan penyuluhan
1. Tujuan umum :
Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan tentang Hipertensi selama 30 menit
diharapkan pada kelompok lansia di Wisma Teratai dan Cempaka Panti Sosial
Tresna Werdha Khusnul Khotimah Kecamatan Marpoyan Damai Kota Pekan
dapat memahami tentang Hipertensi.

6
2. Tujuan khusus :
Setelah mengikuti penyuluhan selama 30 menit, diharapkan pada kelompok
lansia di Wisma Teratai dan Cemapaka Panti Sosial Tresna Werdha Khusnul
Khotimah Kecamatan Marpoyan Damai Kota Pekan mampu :
a. Lansia mampu menjelaskan dan memahami pengertian hipertensi
b. Lansia mampu menjelaskan dan memahani penyebab hipertensi
c. Lansia mampu menjelaskan dan memahami tanda dan gejala Hipertensi
d. Lansia mampu menjelaskan dan memahami penatalaksanaan Hipertensi
3. Penatalaksanaan
1) Judul Kegiatan
Penyuluhan penyakit hipertensi
2) Peserta
Seluruh lansia di wisma Teratai dan Cempaka PSTW Khusnul Khotimah dengan
target yang hadir berjumlah 7 peserta.
3) Metode
a. Ceramah
b. Diskusi
c. Tanya Jawab
4) Media dan alat
a. Leaflet
b. TV
c. PPT
5) Hari / tanggal
Penyuluhan akan dilaksanakan pada Senin, 5 Februari 2024
6) Waktu
Waktu pelaksanaan penyuluhan adalah pukul 10.00-10.30 WIB

6
7) Tempat
Tempat dilaksanakan penyuluhan ini adalah di Wisma Kenanga Panti Sosial
Tresna Werdha Khusnul Khotimah Kecamatan Marpoyan Damai Kota
Pekanbaru.
8) Pengorganisasian
a. Moderator : Thasya Nur Oktaviona, S.Kep
b. Pemateri : Novia Yuliana Anita, S.Kep, Suri Yusufi Pratiwi, S. Kep
c. Fasilitator : Anro Sayidi, S.Kep, Firdiana Suryani, S.Kep
d. Dokumentasi : Masita Aqla Dzakia, S.Kep
e. Observer : Denny Kosika, S.Kep
9) Uraian tugas
a. Leader
Mengkordinir kegiatan dan bertanggung jawab terhadap kelangsungan acara
sejak perencanaan, persiapan, pelaksanaan, evaluasi dan pelaporan dan
memimpin jalannya acara
b. Pemateri
Menyajikan materi tentang Hipertensi
c. Observer
Mengamati proses pelaksanaan kegiatan dari awal sampai akhir dan
membuat hasil pelaksanaan penyuluhan
d. Fasilitator
Memotivasi peserta penyuluhan untuk bertanya dan menyebarkan leaflet.
e. Dokumentasi
Mendokumentasikan hasil penyuluhan, bertanggung jawab dalam
mendokumentasikan kegiatan yang dilaksanakan dari sejak perencanaa,
persiapan, pelaksanaan evaluasi dari pelaporan

6
f. Setting Tempat

6
10) Rencana Kegiatan Penyuluhan
No Tahap Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta
1. Pendahuluan menit 1. Membuka pertemuan
a. Memberi salam pembuka  Menjawab salam
b. Memperkenalkan diri  Memperhatikan
2. Menjelaskan cakupan materi  Memperhatikan
3. Menjelaskan manfaat pembelajaran  Memperhatikan dan menyetujui
materi kontrakwaktu
4. Melakukan kontrak waktu dengan  Memperhatikan dan menjawab
peserta pertanyaan
Melakukan apreseasi peserta tentang Hipertensi

2. Penyajian 15 menit 1. Menjelaskan pengertian Hipertensi - Memperhatikan


2. Menjelaskan penyebab Hipertensi - Memperhatikan
3. Menjelaskan tanda dan gejala Hipertensi - Memperhatikan
4. Menjelaskan penatalaksanaan Hipertensi - Memperhatikan

6
3. Penutup 10 Menit Melakukan evaluasi dan menutup pertemuan:
1. Melakukan evaluasi dengan mengajukan - Menjawab pertanyaan
beberapa pertanyaan pada peserta - Memberikan komentar atau
2. Memberikan penilaian terhadap komentar pertanyaan
atau jawaban terhadap pertanyaan - Memperhatikan
3. Melakukan kontrak waktu dengan - Memperhatikan
kelompok kecil lansia - Memperhatikan
4. Memberikan kesimpulan umum tentang
Hipertensi
5. Memberi salam penutup

7
11) Rencana Evaluasi Kegiatan

a. Evaluasi Struktur : rencana kegiatan di persiapkan 1 hari sebelum kegiatan


dan informasi ke Perseptor Akademik sebelum kegiatan

b. Evaluasi Proses :

1) Peserta yang hadir 80%

2) Tempat : wisma kenanga PSTW Khusnul Khotimah

3) 80% peserta aktif bertanya

c. Evaluasi Hasil

1) Lansia dapat menyebutkan pengertian Hipertensi


2) Lansia dapat menyebutkan penyebab Hipertensi
3) Lansia dapat menyebutkan tanda dan gejala Hipertensi
4) Lansia dapat mengetahui penatalaksanaan Hipertensi

71
MATERI PENYULUHAN

A. Pengertian Hipertensi
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami
peningkatan tekanan darah di atas normal yanag mengakibatkan peningkatan
angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian/mortalitas. Tekanan darah
140/90 mmHg didasarkan pada dua fase dalam setiap denyut jantung yaitu fase
sistolik 140 menunjukkan fase darah yang sedang dipompa oleh jantung dan
fase diastolic 90 menunjukkan fase darah yang kembali kejantung (Triyanto,
2017).
Hipertensi pada lansia adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih
dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolic lebih dari 90 mmHg pada dua kali
pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup
istirahat/tenang (Kemenkes RI, 2014).
B. Penyebab Hipertensi
1) Hipertensi Primer
Hipertensi primer adalah hipertensi esensial atau hiperetnsi yang
90% tidak diketahui penyebabnya. Beberapa faktor yang diduga berkaitan
dengan berkembangnya hipertensi primer diantaranya:
a. Genetik
Individu dengan keluarga hipertensi memiliki potensi lebih tinggi
mendapatkan penyakit hipertensi.
b. Jenis kelamin dan usia
Lelaki berusia 35-50 tahun dan wanita yang telah menopause berisiko
tinggi mengalami penyakit hipertensi.
c. Diit konsumsi tinggi garam dan lemak
Konsumsi garam yang tinggi atau konsumsi makanan dengan kandungan
lemak yang tinggi secara langsung berkaitan dengan berkembangnya
penyakit hipertensi.
d. Obesitas atau kelebihan BB
Berat badan yang 25% melebihi berat badan ideal sering dikaitkan
dengan berkembangnya hipertensi.

72
e. Merokok dan konsumsi alkohol
Merokok dan konsumsi alkohol sering dikaitkan dengan berkembangnya
hipertensi karena reaksi bahan atau zat yang terkandung dalam keduanya.
2) Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder merupakan jenis hipertensi yang diketahui
penyebabnya. Hipertensi sekunder disebabkan oleh beberapa penyakit,
yaitu:
a. Penyempitan aorta kongenital
Penyempitan pada aorta tersebut dapat menghambat aliran darah
sehingga terjadi peningkatan tekanan darah diatas area kontriksi.
b. Penyakit vaskuler ginjal
Penyakit ini adalah penyakit utama penyebab hipertensi sekunder.
Hipertensi renovaskuler berhubungan dengan penyempitan satu atau
lebih arteri besar, yang secara langsung membawa darah ke ginjal.
Penyakit parenkim ginjal terkait dengan infeksi, inflamasi, serta
perubahan struktur serta fungsi ginjal.

c. Penggunaan kontrasepsi hormonal (esterogen)


Kontrasepsi secara oral yang memiliki kandungan esterogen dapat
menyebabkan terjadinya hipertensi.
d. Gangguan endokrin
Disfungsi korteks adrenal dapat menyebabkan hipertensi sekunder.
Adrenal mediate hypertension disebabkan kelebihan primer aldosterone,
kortisol dan katekolamin.
e. Obesitas dan malas olahraga
C. Tanda dan Gejala Hipertensi
1) Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan
peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter
yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah
terdiagnosa jika tekanan darah tidak teratur.
2) Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi
nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataanya ini merupakan gejala

73
terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan
medis.
Beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu:

1) Mengeluh sakit kepala, pusing, lemas.


2) Kelelahan.
3) Sesak nafas.
4) Gelisah.
5) Mual.
6) Muntah.
7) Epistaksis.
8) Kesadaran menurun.
D. Penatalaksanaan Hipertensi
1) Penurunan Berat Badan
Dalam melakukan penurunan berat badan dapat dilakukan dengan
cara modifikasi diet dan melakukan olahraga. Dengan menurunkan berat
badan dapat menurunkan tekanan darah.
2) Modifikasi Diet
Modifikasi diet dilakukan dengan mengatur pola makan. Konsumsi
buah-buahan, sayuran, produk susu rendah lemak serta mengurangi lemak
dan kolesterol, mengurangi konsumsi jumlah natrium dapat menurunkan
tekanan darah pada penderita hipertensi.
3) Aktivitas Fisik/Olahraga
Berdasarkan beberapa penelitian menunjukkan bahwa perilaku
individu yang kurang melakukan aktivitas fisik akan lebih mudah terkena
hipertensi. Aktivitas fisik yang dianjurkan adalah minimal dilakukan 30
menit dalam sehari.
4) Berhenti Merokok dan Mengurangi Konsumsi Alkohol
Merokok merupakan faktor risiko utama penyakit kardiovaskuler.
Dengan merokok satu batang rokok menyebabkan peningkatan akut pada
tekanan darah dan denyut jantung selama 15 menit, sebagai konsekuensi
dari stimulasi sistem syaraf simpatik.

74
Dengan berhenti merokok dapat mencegah penyakit kardiovaskuler
termasuk strok, infark miokard, pembuluh darah perifer. Mengurangi
konsumsi alkohol dapat mencegah kejadian hipertensi dan menurunkan
tekanan darah sistolik 2-4 mmHg.
5) Manajemen Stres
Strategi yang direkomendasikan dalam manajemen stres adalah
dengan melakukan olahraga, membicarakan masalah. dengan orang lain
yang dipercaya, tertawa, istirahat yang cukup, memakan makanan yang
sehat, menurunkan konsumsi alkohol. Teknik relaksasi yang
direkomendasikan dalam penatalaksanaan hipertensi adalah yoga, relaksasi,
biofeedback dan fisioterafi.

75
LAPORAN HASIL KEGIATAN PENDIDIKAN KESEHATAN
TENTANG HIPERTENSI PADA LANSIA BERSAMA POLIKLINIK
PSTW KHUSNUL KHOTIMAH PEKANBARU

A. Tahap Persiapan
Tahap persiapan diawali dengan pembuatan pre planning oleh
penanggung jawab acara pendidikan kesehatan. Hasil konsul diperbaiki sesuai
dengan saran dari pembimbing dan selanjutnya ners muda melakukan kontrak
dengan lansia. Ners muda mempersiapkan susunan acara untuk pemberian
Penyuluhan Kesehatan tentang Hipertensi. Ners muda menentukan lokasi dan
waktu pelaksanaan acara. Kegiatan akan dilaksanakan di Wisma Teratai PSTW
Khusnul Khotimah pada hari Senin, 5 Februani 2024 pada jam 10.00 WIB.
Tema yang diangkat adalah penyuluhan kesehatan tentang Hipertensi.
B. Tahap Pelaksanaan
Acara di mulai pada hari Senin, 05 Februari 2024 dengan estimasi waktu
30 menit. Acara dimulai tepat pada waktunya sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan. Jumlah peserta yang hadir 8 lansia. Susunan acara pendidikan
kesehatan tentang Hipertensi yang di laksanakan di Wisma Teratai PSTW
Khusnul Khotimah:

NO Waktu Kegiatan

1. 10.00 WIB Acara dimulai

2. 10.00-10.05 Pembukaan yang dipimpin oleh Moderator

3. 10.05-10.25 Penyampaian materi oleh Leader mengenai hipertensi

4. 10.25-10.30 Sesi tanya jawab dan evaluasi

5. 10.30 WIB Acara selanjutnya

76
C. Kendala dan Solusi
Adapun kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pendidikan kesehatan
tentang Hipertensi yaitu menunggu lansia hadir di tempat. Sokusi yang
dilakukan yaitu menjemput lansia satu per satu dan membawanya ke tempat
kegiatan dilaksanakan. Pendidikan kesehatan dimulai tepat waktu yaitu pukul
10.00 WIB.
D. Tahap Evaluasi
1. Struktur
a) Pre planning telah diselesaikan satu hari sebelum kegiatan dan telah
mendapatkan persetujuan dari pembimbing. Tempat dilaksanakan acara
telah sesuai dengan rencana yaitu di Wisma Teratai PSTW dengan
lokasi yang mudah dijangkau oleh lansia di wisma Teratai dan
Cempaka.
b) Peran ners muda sebagai pelaksana acara telah sesuai dengan peran dan
tugas masing-masing
2. Proses
a) Pelaksanaan kegiatan berlangsung pada hari Senin acara dimulai pada
pukul 10.00 WIB, acara berlangsung selama 30 menit dan berakhir pada
pukul 10.30 WIB yang kemudian dilanjutkan acara lain.
b) Lansia mengikuti kegiatan dengan antusias dan semangat, hal ini
terlihat dari semangatnya mengikuti pendidikan kesehatan dan sasaran
yang ditargetkan sesuai.
3. Hasil
a) Ners muda mampu mengikuti kegiatan pendidikan kesehatan tentang
Hipertensi di Wisma Teratai PSTW Khusnul khotimah.
b) Lansia mengikuti kegiatan dengan antusias dan semangat, beberapa
lansia dapat mengulang kembali penjelasan ners muda.
E. Faktor Pendukung
Sebagian besar lansia tampak aktif dan kompak dalam mengikuti
pelaksanaan pendidikan kesehatan, terlihat dari beberapa lansia yang memberi
pertanyaan yang diajukan oleh ners muda. Faktor Pendukung lainnya lansia
bersedia mengikuti kegiatan pendidikan kesehatan dari awal sampai akhir.
Lansia cepat mengerti dan memahami penjelasan ners muda.

77
F. Faktor Penghambat
Selama kegiatan berlangsung, tidak ada faktor yang menghambat
kegiatan pendidikan kesehatan. Hal ini dikarenakan peserta aktif dalam kegiatan,
sehingga kegiatan dapat berjalan baik.

G. Tindak Lanjut
Rencana tindak lanjut pendidikan kesehatan sebaiknya dilakukan setiap 3
bulan sekali dan pengecekan kesehatan pada lansia dilakukan setiap 2 kali
seminggu .

H. Dokumentasi

78
79
PRE PLANNING EMPOWERMENT AKTIVITAS FISIK KEGIATAN
MENANAM TANAMAN OBAT KELUARGA (TOGA) PADA LANSIA
DENGAN HIPERTENSI DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA
(PSTW) KHUSNUL KHOTIMAH
KOTA PEKANBARU
A. Latar Belakang

Keperawatan gerontik adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang


didasarkan pada ilmu dan kiat/teknik keperawatan yang bersifat komprehensif
terdiri dari bio-psiko- sosio-spritual dan kultural yang holistik, ditujukan pada
klien lanjut usia, baik sehat maupun sakit pada tingkat individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat (UU RI No.38 tahun 2014). Dalam melaksanakan
intervensi keperawatan gerontik dilakukan beberapa strategi salah satunya
ialah empowerment.

Empowerment atau pemberdayaan adalah cara kerja untuk


memungkinkan seseorang dalam mendapatkan kontrol lebih besar atas
keputusan dan tindakan yang mempengaruhi kesehatan mereka. Tujuan utama
dari pemberdayaan ini untuk mewujudkan kemampuan masyarakat dalam
memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri dalam berbagai
kegiatan. (Wardani, Muyassaroh, Ani, 2020).

Pada Panti Sosial Tresna Werdha Khusnul Khotimah di ruang Cempaka


dan Teratai, didapatkan banyaknya lansia yang mengalami hipertensi. Saat
dilakukan wawancara, didapatkan beberapa lansia jarang mengikuti kegiatan
senam maupun aktivitas fisik sehari-hari. Kurangnya aktivitas fisik ini
meningkatkan risiko menderita hipertensi. Orang yang tidak aktif cenderung
mempunyai frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi sehingga otot
jantungnya harus bekerja lebih keras pada setiap kontraksi, makin besar dan
sering otot jantung memompa, maka makin besar tekanan yang dibebankan
pada arteri sehingga tekanan darah akan meningkat (Anggara & Prayitno,
2013).

Salah satu upaya aktivitas fisik yang dapat dilakukan lansia untuk
mencegah maupun menurunkan hipertensi adalah kegiatan menanam TOGA.

80
Kegiatan menanam TOGA yang dapat dilakukan yaitu dengan bergotong-
royong sambil menanam TOGA. Maka dari itu diharapkan setelah melakukan
kegiatan menanam TOGA bersama-sama dengan lansia diharapkan adanya
penurunan tekanan darah pada kelompok.

Berdasarkan hal diatas maka kami merasa perlunya melaksanakan


kegiatan pemberdayaan pada lansia dalam mengatasi hipertensi dengan
melakukan aktivitas fisik menanam TOGA di PSTW Khusnul Khotimah.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum

Diharapkan dalam waktu 60 menit setelah dilakukan tindakan


pemberdayaan dapat mengatasi hipertensi pada lansia

2. Tujuan Khusus

a) Untuk meningkatkan pengetahuan lansia tentang aktivitas fisik yang


dapat dilakukan untuk menurunkan hipertensi.

b) Untuk meningkatkan kemandirian lansia dalam upaya meningkatkan


kesehatannya.

c) Untuk meningkatkan kenyamanan lansia

C. Rancangan Kegiatan
1. Topik: Pemberdayaan lansia dalam menanam TOGA
2. Sasaran/Target:
a) Lansia wisma cempaka dan teratai di Panti Sosial Tresna
Werda Khusnul Khotimah
b) Lansia bersedia dan Kooperatif
3. Metode: Demonstrasi
4. Media dan Alat: Sapu, cangkul, tanaman TOGA
5. Waktu dan tempat
a) Hari/Tanggal: Sabtu, 3 Februari 2024
b) Waktu: 09.00 s.d 10.00 WIB
c) Tempat: Dalam dan perkarangan wisma cempaka

81
D. Pengorganisasian
1. Leader : Anro Sayidi, S.Kep.
2. Co Leader : Denny Kosika, S.Kep.
3. Fasilitator : Suri Yusufi, S.Kep.
- Thasya Nur Oktaviona, S.Kep.
- Novia Yuliana, S.Kep.
- Firdiana Suryani, S.Kep.

4. Dokumentasi : Masita Aqla, S.Kep.

E. Setting Tempat

: Leader

: Co Leader

: Lansia

: Fasilitator

82
F. Susunan Acara

Tgl/ Waktu Durasi Kegiatan Mahasiswa Kegiatan peserta


Waktu
Sabtu, 3 Pembukaa
feb 2024 09.00- n (05 Pembukaan dari a. Menjawab salam
09.05 menit) moderator b. Memperhatikan
09.00- WIB c. Menjawab
a. Mengucapkan pertanyaan
10.00 salam d. Memperhatikan
b. Perkenalan e. Memperhatikan
WIB mahasiswa f. Memperhatikan
c. Evaluasi
pengetahuan
lansia
mengenai
kegiatan aktivitas
menanam TOGA
d. Reinforcement
positif
e. Menjelaskan
tujuan
f. Menjelaskan
kontrak waktu

09:06- Kegiatan Kegiatan gotong- Memperhatikan dan


10:00 gotong- royong dan mengikuti
WIB royong (55 menanam TOGA
bersama dengan
menit)
lansia

83
Penutup (5 a. Mengungkapkan
10:00- menit) Penutup perasaan setelah
10:05 dilakukan gotong
WIB a. Mengevaluasi royong dan
perasaan lansia menanam TOGA.
setelah b. Mengikuti kegiatan
dilakukan pemeriksaan
gotong-royong tekanan darah.
dan menanam c. Menjawab salam.
TOGA.
b. Mengukur dan
mengevaluasi
tekanan darah
setelah
melakukan
gotong- royong
dan menanam
TOGA.
c. Memberi salam
penutup.

G. Uraian Tugas
1. Leader
Tugas :

1) Membuka acara.
2) Memperkenalkan mahasiswa.
3) Membuat kontrak waktu.
4) Menetapkan tata tertib kegiatan gotong-royong dan menanam
TOGA.
5) Kontrak waktu yang akan digunakan selama kegiatan.
6) Menjaga kelancaran acara.
7) Bersama fasilitator menjalin kerja sama dalam kegiatan gotong-
royong.

2. Co Leader

Tugas:

Menyampaikan pelaksanaan kegiatan empowerment (gotong-royong dan


menanam TOGA) yang akan dilakukan.

84
3. Fasilitato

r Tugas:

a) Bersama leader menjalin kerja sama dalam pelaksanaan kegiatan.

b) Memotivasi peserta kegiatan.

c) Menjadi contoh dalam kegiatan.

4. Dokumentasi

Tugas: Mendokumentasikan pelaksanaan kegiatan.

H. Evaluasi
Proses
1. Evaluasi struktur
a) 100% mahasiswa menghadiri kegiatan gotong-royong dan menanam
TOGA.
b) 60% lansia menghadiri kegiatan gotong-royong dan menanam TOGA.
c) 80% Tempat dan media serta alat kegiatan tersedia sesuai rencana.
2. Evaluasi proses
a) 100% Peran dan tugas mahasiswa sesuai rencana.
b) 80% Lansia hadir mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir.
c) 60% Lansia yang hadir berperan aktif selama kegiatan berlangsung.
3. Evaluasi hasil
a) 60% lansia tahu cara menurunkan hipertensi dengan rutin
beraktivitas fisik (gotong-royong).
b) 70% lansia meningkat kemandirian dalam upaya meningkatkan
kesehatannya.
c) 70% lansia meningkat ketertiban lansia mengenai aktivitas fisik
dengan bergotong-royong untuk menurunkan hipertensi
I. Efek jahe merah terhadap tekanan darah pada pasien hipertensi
Hipertensi merupakan penyakit yang sering kita temui di pelayanan
primer. ada dua penatalaksanaan untuk mengurangi dampak dari hipertensi
yaitu dengan terapi farmakologis dan terapi non farmakologis. Pemberian
jahe pada pasien dengan hipertensi merupakan salah satu terapi non
farmakologis.
a. Pengertian

85
Jahe berasal dari asia Pasifik yang tersebar dari India sampai
Cina. Jahe telah digunakan untuk mengobati berbagai macam
penyakit seperti Hipoglikemia, Ostheoartritis, Gout, Rhematoid
Artritis, Migran, penyakit pada sistem gastroentestinal,
Kardiovaskuler, dan hepatoprotektif. Tanaman jahe merupakan
tanaman tahunan, memiliki batang semu, bewarna hijau, pangkal
batang bewarna putih hingga kemerahan yang berbentuk silindris dan
berdiri tegak dengan tinggi sekitar 30-75 cm. Berdaun sempit
memanjang menyerupai pita, dengan panjang 15 cm – 23 cm, lebar
lebih kurang 2,5 cm, tersusun teratur berbaris berseling. Akar jaher
berbentuk bulat, ramping, bewarna putih sampai coklat terang,
berserat agak kasar mencapai 5,36-5,46 cm.
b. Manfaat jahe untuk menurunkan tekanan darah
Jahe memiliki manfaat dalam sistem kardiovaskuler yaitu
dapat menurunkan tekanan darah melalui blokade saluran kalsium
voltage dependen. Jahe juga dapat menurunkan tekanan darah dengan
menghambat aktivasi ACE. Jahe memiliki potensi sebagai obat
pencegah faktor risiko hipertensi dan hiperlipidaemia. Jahe juga dapat
mengahalangi kalsium yang menyebabkan kontraksi jaringan otot
polos pada organ dan dinding arteri. Hal tersebut mengurangi
kontraksi sehingga menghasilkan relaksasi otot maupun dinding arteri
maka aliran darah menjadi lancar dan terjadilah penurunan tekanan
darah.
c. Kandungan jahe
Kandungan yang terdapat dalam jahe yaitu senyawa
Flavonoid, Saponin, dan Fenol non Flanovoid memiliki efek inhibisi
terhadap aktivitas angiostensin-converting enzyme (ACE) yang
menyebabkan pembentukan angiostensin II dari angiostensin I
berkurang sehingga terjadi vasodilatasi, kemudian penurunan curah
jantung dan akhirnya tekanan darah menurun. Inhibisi ACE juga
dapat meningkatkan nitric oxide dan menurunkan anion suproksida
yang juga dapat menyebabkan vasodiltasi.
Jahe juga mengandung senyawa fenol seperti (6)-shogol dan
(6)-gingerol, (10) – gingerol yang memiliki efek antioksidan.

86
Antioksidan mampu mengurangi radikal bebas seperti tromboxame
A2, endotheline, dan endopperoxides yang merupakan fajtor
vasokontriksi endotel. Antioksidan juga mampu mengurangi nitric
oxide yang memiliki peranan dalam mengatur tahanan vaskular yaotu
vasodilator. Selain senyawa Flavonoid dan fenil, jahe juga
megandung saponin, saponin berperan dalam menghibisi renin
(RAA sistem) di ginjal sehingga mengurangi pembentukan
angiotensin II yang merupakan vasokontriktor. Angiotensin II juga
dapat merangsang sekresi aldosteron yang menyebabkan penurunan
eksresi garam dan air oleh ginjal sehingga terjadi peningkatan curah
jantung. Hal tersebut dapat menyebabkan
peningkatan tekanan darah. Penurunan
pembentukan angiotensin II dapat menurunkan tekanan darah.
Jahe mengandung mineral salah satunya kalium (potasium)
1,4% dalam 100 gr jahe segar, megandung potasium sebanyak 415
mg. Potasium merupakan nutrisi yang diperlukan untuk memelihara
volume total tubuh, asid dan keseimbangan elektrolit serta fungsi sel.
Meningkatkan konsumsi potasium dapat menurunkan tekanan darah
pada orang dewasa.

87
LAPORAN HASIL PRE PLANNING EMPOWERMENT AKTIVITAS FISIK
KEGIATAN MENANAM TANAMAN OBAT KELUARGA (TOGA) PADA
LANSIA DENGAN HIPERTENSI DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA
(PSTW) KHUSNUL KHOTIMAH
KOTA PEKANBARU

A. Tahap Persiapan

Tahap persiapan diawali dengan pembuatan pre-planning oleh


penanggung jawab acara pemberdayaan, selanjutnya dikonsulkan kepada
pembimbing. Hasil konsul diperbaiki sesuai dengan saran dari pembimbing
dan selanjutnya diadakan pertemuan dengan seluruh ners muda praktek
profesi gerontik untuk membentuk panitia persiapan pemberdayaan. Ners
muda mempersiapkan susunan acara kegiatan pemberdayaan aktivitas fisik.
Ners muda menentukan lokasi dan waktu pelaksanaan acara. Kegiatan
dilaksanakan di halaman wisma cempaka PSTW Husnul Khotimah pada hari
Sabtu, 3 Februari 2024. Tema yang diangkat adalah aktivitas fisik: aktivitas
gotong royong dan menanam TOGA.

a. Seksi acara

· Mempersiapkan susunan acara dan panitia pelaksana


· Menentukan lokasi penanaman dan waktu pelaksanaan acara: Lokasi
di halaman depan wisma Cempaka PSTW Khusnul Khotimah pada
hari Sabtu, 3 Februari 2024 Pukul 09.00 WIB.
· Melaksanakan kegiatan pemberdayaan aktivitas fisik dengan gotong
royong dan aktivitas penanaman TOGA.

b. Seksi Dokumentasi

Seksi Dokumentasi yang bertugas untuk mendokumentasikan kegiatan

88
B. Tahap Pelaksanaan

Acara dimulai pada hari Sabtu, 3 Februari 2024 dengan estimasi


waktu 105 menit. Acara dimulai sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Jumlah peserta yang hadir 4 lansia. Susunan acara pemberdayaan aktivitas
fisik lansia di PSTW Khusnul Khotimah yang dilaksanakan di wisma dahlia
PSTW adalah:

No Waktu Kegiatan
1 08:00 WIB Acara dimulai
2 08:00 – 08:05 WIB Pembukaan oleh Pembawa Acara Leader (An
Sayidi, S.Kep.)
3 08:06 – 09:45 WIB Kegiatan Gotong Royong dan penenaman TOG
bersama
4 09:46 – 09:50 WIB Penutup

C. Kendala dan Solusi

Adapun kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pemberdayaan adalah


sebagai berikut:

1. Kedatangan peserta mengikuti pemberdayaan kegiatan aktivitas fisik


sebanyak 4 orang saja hal ini terjadi karena terdapat 3 orang lansia yang
berhalangan hadir.
2. Waktu yang digunakan pada saat kegiatan tidak sesuai dengan yang
direncanakan karena waktu yang telah direncanakan ternyata kurang.

D. Tahap Evaluasi

1. Evaluasi struktur

a. Pre planning diselesaikan 1 hari sebelum kegiatan dan telah


mendapatkan persetujuan dari pembimbing.
b. Tempat dilaksanakan sesuai dengan rencana yaitu di wisma cempaka
PSTW Khusnul Khotimah
c. Alat-alat sudah dipersiapkan dan berada di wisma

89
d. Kontrak dengan lansia sesuai dengan rencana
e. Peran ners muda sebagai pelaksana acara telah sesuai dengan peran
dan tugas masing-masing

2. Evaluasi proses

a. Pelaksanaan kegiatan berlangsung pada hari Sabtu, 3 Februari 2024.


Acara dimulai pukul 08:00 WIB, dan berakhir pada pukul 09:50 WIB.
b. Empat orang lansia binaan mengikuti kegiatan
c. Alat-alat tersedia di wisma
d. Lansia berpatisipasi aktif dari awal kegiatan hingga selesai kegiatan.
e. Tekanan darah lansia sebelum dan sesudah kegiatan

NO Nama TD Sebelum TD Sesudah


1 Kakek S 125/69 mmHg 123/65 mmHg
2 Kakek A 118/83 mmHg 123/77 mmHg
3 Kakek Aj 102/67 mmHg 117/65 mmHg
4 Nenek I 140/76 mmHg 132/73 mmHg

3. Evaluasi hasil

a. Lansia mengetahui jenis aktivitas fisik yang dapat dilakukan


b. Lansia dapat melakukan aktivitas fisik, namun sedikit kesulitan saat
melakukan pengaturan barang-barang yang terletak jauh.

E. Faktor Pendukung

Seluruh lansia yang berpartisipasi dalam kegiatan tampak aktif dalam


melakukan kegiatan aktivitas fisik, hal ini terlihat dari lansia yang
menyelesaikan proses penanaman jahe merah sebagai TOGA dan
menyelesaikan pembersihan halaman secara tuntas. Faktor pendukung
lainnya adalah lansia mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir.

90
F. Faktor Penghambat

Selama kegiatan berlangsung, faktor yang menghambat kegiatan


adalah cuaca yang cukup panas dan keadaan lansia yang memakai alat bantu
jalan sehingga mempersulit proses penanaman TOGA berlangsung.

G. Tindak Lanjut

Rencana tindak lanjut peningkatan aktivitas fisik yang dapat


dilakukan sesuai kemampuan lansia.

D. Dokumentasi

Sebelum kegiatan

Proses

91
Sesudah Kegiatan

92
PRE PLANNING
PARTNERSHIP PADA LANSIA DENGAN HIPERTENSI
BERSAMA POLI KLINIK DI PANTI SOSIAL
TRESNA WERDHA (PSTW) KHUSNUL KHOTIMAH
KOTA PEKANBARU

A. Latar Belakang
Keperawatan gerontik adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang
didasarkan pada ilmu dan kiat /teknik keperawatan yang kompherensif yang
terdiri dari bio-psiko-sosial-spritual dan kultural yang holistik, ditujukan pada
klien lanjut usia, baik sehat maupun sakit pada tingkat individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat (UU RI No.38 tahun 2014). Sedangkan menurut
Adriani (2021) keperawatan gerontik adalah suatu bentuk praktek keperawatan
profesional yang ditujukan pada lansia baik sehat maupun sakit yang bersifat
kompherensif terdiri dari bio-psiko-sosial-spritual dengan pendekatan proses
keperawatan yang terdiri dari pengkajian, diagnosis keperawatan, perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi.
Dalam melaksanakan intervensi keperawatan komunitas gerontik
dilakukan beberapa strategi yakni salah satunya adalah partnership (kemitraan).
Kemitraan adalah kerjasama dalam keterkaitan usaha baik langsung maupun tidak
langsung atas dasar prinsip saling memerlukan, mempercayai, memperkuat dan
menguntungkan yang melibatkan beberapa pihak, adapun dalam bidang kesehatan
kemitraan yang dikembangkan yakni dalam rangka pemeliharaan serta
peningkatan kesehatan.
Dalam memberikan asuhan keperawatan secara menyeluruh tentunya
perawat harus melibatkan beberapa pihak lain. Dimana dalam hal ini,
implementasi yang dilakukan ners muda untuk mengatasi masalah kesehatan
adalah melakukan kemitraan dengan perawat klinik PSTW untuk pemeriksaan
kesehatan lansia.
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Dalam waktu 40 menit dilakukan tindakan kemitraan lansia dengan perawat
klinis

93
2. Tujuan khusus
a. Terlaksananya program yang telah direncanakan
b. Meningkatkan kesadaran serta pengetahuan lansia mengenai pemeriksaan
kesehatan

C. Rancangan Kegiatan
1. Topik: Program kemitraan (Cek Kesehatan)
2. Sasaran/Target: Perawat klinik dan lansia di ruang Cempaka dan Teratai
3. Metode: Pemeriksaan Kesehatan
4. Media dan Alat: Tensimeter, stetoskop, alat ukur gula, alat ukur asam urat,
alcohol swab, lancet, timbangan, handscoon.
5. Waktu dan Tempat
a. Hari/Tanggal : Senin, 5 Januari 2024
b. Waktu : 13.00 - 13.30 WIB
c. Tempat : PSTW Khusnul Khotimah
D. Pengorganisasian
1. Ketua Pelaksana : Anro Sayidi, S.Kep
2. Leader : Masita Aqla Dzakia, S.Kep
3. Fasilitator : Firdiana Suryani Siahaan, S.Kep
4. Fasilitator : Denny Kosika, S.Kep
5. Fasilitator : Thasya Nur Oktaviona, S. Kep
6. Dokumentasi : Suri Yusufi Pratiwi, S.Kep

94
E. Susunan Acara

Hari/Tanggal Waktu Durasi Kegiatan Kegiatan Peserta


Mahasiswa

Senin, 5 13.00 - Pembukaan 1. Pembukaan dari 1. Mendengarkan


Januari 2024 13.05 (5 menit) moderator pembukaan dari
WIB 2. Mengucapkan moderator
salam
3. Perkenalan 2. Menjawab
mahasiswa salam
4. Menjelaskan
3. Memperhatikan
Tujuan
perkenalan
5. Menjelaskan
mahasiswa
kontrak waktu
4. Memperhatikan
tujuan yang
disampaikan

5. Memperhatikan
penjelasan
kontrak waktu

Senin, 5 13.06- Pelaksanaan 1. Melakukan 1. Datang ke meja


Januari 2024 13.36 (30 menit) pendaftaran tempat
WIB untuk pemeriksaan
pemeriksaan kesehatan
kesehatan pada
lansia 2. Memperhatikan
2. Mengkaji penjelasan
mengenai faktor mahasiswa
resiko PTM pda
3. Meyampaikan
lansia
pertanyaan
3. Melakukan
pada
pemeriksaan
mahasiswa
kesehatan pada
lansia
4. Memberikan
penjelasan
menganai hasil

95
pemeriksaan
kesehatan
5. Memberikan
kesempatan
pada lansia
untuk bertanya
6. Memberikan
informasi dan
motivasi agar
lansia selalu
rutin
memeriksakan
kondisi
kesehatan

13.37 – Penutupan 1. Menyimpulkan 1. Mendengarkan


13.42 (5 menit) hasil dan
WIB pemeriksaan memberikan
umpan balik
2. Menjawab serta menjawab
salam salam

Uraian Tugas :

1. Leader

a) Membuka acara

b) Memperkenalkan mahasiswa

c) Membuat kontrak waktu

d) Menjaga kelancaran acara

96
2. Fasilitator
a. Menerima pendaftaran lansia dan wawancara faktor resiko PTM
b. Pemeriksaan Tekanan darah dan BB
c. Pemeriksaan kadar asam urat dan gula darah
d. Menyampaikan penjelasan mengenai hasil pemeriksaan
3. Dokumentasi
Mendokumentasikan momen pada kegiatan

F. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Perawat klinis hadir saat kegiatan
b. Tempat dan media serta alat kesehatan tersedia sesuai rencana
2. Evaluasi Proses
a. Peran dan tugas mahasiswa tercapai sesuai rencana
b. Perawat dan lansia hadir mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir serta
berperan aktif dalam kegiatan
3. Evaluasi Hasil
a. Program yang telah direncanakan terealisasikan
b. Kesadaran lansia meningkat mengenai hipertensi

97
LAPORAN HASIL PRE PLANNING PARTNERSHIP PADA LANSIA
DENGAN HIPERTENSI BERSAMA POLI KLINIK DI PANTI SOSIAL
TRESNA WERDHA (PSTW) KHUSNUL KHOTIMAH
KOTA PEKANBARU

A. Tahap Persiapan

Tahap persiapan diawali dengan pembuatan pre planning oleh


penanggung jawab acara pemeriksaan kesehatan. Hasil konsul diperbaiki
sesuai dengan saran dari pembimbing dan selanjutnya ners muda melakukan
kontrak dengan pihak lansia. Ners muda mempersiapkan susunan acara untuk
pemeriksaan kesehatan lansia. Ners muda menentukan lokasi dan waktu
pelaksanaan acara. kegiatan akan dilaksanakan di Wisma Teratai PSTW
Khusnul Khotimah pada hari senin, 5 Februari 2024 pada jam 13.00 WIB.

B. Tahap Pelaksanaan

Acara dimulai pada hari Selasa, 01 Agustus 2023. Acara dimulai


terlambat 30 menit dari waktu yang telah ditentukan karena menunggu
peralatan yang dibutuhkan dan menunggu lansia yang terlambat datang untuk
berkumpul. Jumlah peserta yang hadir 6 lansia. Susunan acara pemeriksaan
kesehatan lansia yang di laksanakan di Wisma Kenanga PSTW Khusnul
Khotimah:

No Waktu Kegiatan

1. 13.30 WIB Acara dimulai

2. 13.30 - 13.35 WIB Pembukaan yang dipimpin oleh MC

3. 13.35 - 14.05 WIB Pemeriksaan kesehatan


lansia, pemeriksaan gula
darah, serta pemeriksaan
asam urat
4. 14.05-14.15 WIB Penutupan dan sesi foto bersama

98
C. Kendala dan Solusi

Adapun kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan Pemeriksaan Kesehatan


Lansia yaitu adanya keterlambatan dalam memulai acara. Pemeriksaan Kesehatan
Lansia dimulai setelah mundur 30 menit dari waktu yang telah ditentukan, hal ini
karena menunggu lansia hadir ditempat.

D. Tahap Evaluasi

a. Strukur
1) Pre planning telah diselesaikan dua hari sebelum kegiatan dan telah
mendapat persetujuan dari pembimbing. Tempat dilaksanakan acara
telah sesuai dengan rencana yaitu di Wisma Kenanga PSTW dengan
lokasi yang mudah dijangkau oleh lansia.
2) Peran Ners muda sebagai pelaksana acara telah sesuai dengan peran
dan tugas masing-masing

b. Proses

1) Pelaksana kegiatan berlanngsung pada hari Selasa acara dimulai pada


pukul 11.00 WIB lebih lambat 30 menit dari waktu yang telah
ditentukan, acara berlangsung selama 1 jam dan berakhir pada pukul
12.00 WIB yang kemudian dilanjutkan dengan sesi foto bersama.
2) Lansia mengikuti kegiatan dengan antusias dan semangat, hal ini
terlihat dari semangatnya mengikuti pemeriksaan kesehatan dan sasaran
yang ditargetkan sesuai.

c. Hasil

1) Ners muda mampu mengikuti kegiatan pemeriksaan kesehatan di


wisma Kenanga PSTW Khusnul Khotimah
2) Lansia mengikuti kegiatan dengan antusias dan semangat,
beberapa lansia dapat mengulang kembali penjelasan ners muda.

99
E. Faktor Pendukung

Seluruh sebagian besar lansia tampak aktif dan kompak dalam


mengikuti pelaksanaan pemeriksaan kesehatan, terlihat dari banyaknya lansia
yang memberi pertanyaan pertanyaan yang diajukan oleh Ners muda. Faktor
pendukung lainnya lansia bersedia mengikuti kegiatan pemeriksaan kesehatan
dari awal sampai akhir. Lansia cepat mengerti dan memahami penjelasan
Ners muda.

F. Faktor Penghambat

Selama kegiatan berlangsung, kegiatan berlangsung tidak ada faktor


yang menghambat kegiatan pemeriksaan kesehatan. Hal ini dikarenakan
peserta aktif dalam kegiatan, sehingga kegiatan dapat berjalan baik.

G. Tindak Lanjut

Rencana tindak lanjut pemeriksaan kesehatan lansi sebaiknya dilakukan


setiap 6 bulan sekali dan pengecekan asam urat pada lansia dilakukan setiap 3
bulan sekali.

H. Dokumentasi

10
PRE PLANNING TERAPI KOMBINASI RENDAM KAKI DENGAN AIR
HANGAT DIIRINGI TERAPI MUROTAL
PADA KELOMPOK LANSIA DI WISMA CEMPAKA
DAN
TERATAI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA KHUSNUL KHOTIMAH
KOTA PEKANBARU

Acara : Kombinasi terapi rendam kaki dengan air hangat


diiringi murottal Al-Qur’an

Hari/Tanggal : Senin, 5 Februari 2024

Waktu : Pukul 10.00 WIB

Tempat : Wisma Teratai PSTW Khusnul Khotimah

A. Latar Belakang

Menurut Undang-undang Nomor 13 tahun 1998 tentang


Kesejahteraan Lansia pasal 1 ayat 2 mengatakan lanjut usia adalah
seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun keatas. Lansia
memiliki penurunan sistem tubuh baik secara fisiologis maupun psikologis.
(Kemenkes RI, 2016).

World Health Organization menyatakan pada kawasan Asia Tenggara


populasi lansia sebesar 8% atau sekitar 142 juta jiwa. Pada tahun 2050
diperkirakan populasi lansia meningkat 3 kali lipat. Pada tahun 2000 jumlah
lansia sekitar 5,30 juta (7,4%) dari total populasi, sedangkan pada tahun
2010 jumlah lansia 24,0 juta (9,77%) dari total populasi, dan tahun 2020
diperkirakan jumlah lansia mencapai 28,8 juta (11,34%) dari total populasi.
Sedangkan jumlah usia lanjut (lansia) di Indonesia pada tahun 2018 jumlah
lansia sebanyak 24,49 juta atau 9,27%, jumlah ini mengalami peningkatan
dari tahun 2017 dengan jumlah 23,4 juta lansia atau 8,97% (Badan Pusat
Statistik, 2018). Angka prevalensi pada penduduk Riau dengan usia >54
tahun atau lanjut usia berjumlah 436.865 jiwa (Hasil Sensus Penduduk,
2020). Sementara didapat data di Kota Pekan Baru Jumlah lansia mencapai
73.106 jiwa pada tahun 2021 dengan jumlah terbanyak di Puskemas

10
Payung sekaki

10
dan terbanyak ke 6 Puskesmas Simpang Tiga Kota Pekan baru (Dinas
Kesehatan Kota Pekan Baru, 2021). Jumlah lansia di Panti Sosial Tresna
Werdha Khusnul Khotimah mencapai 75 jiwa dan yang mengidap hipertensi
sebanyak 44 jiwa, sementara lansia dengan hipertensi di wisma Teratai
terdapat 2 jiwa dan Cempaka juga terdapat 6 jiwa lansia.

Pada lanjut usia seluruh fungsi tubuh akan mengalami kemunduran,


begitu juga dengan fungsi kerja pembuluh darah. Penyakit yang disebabkan
karena kemunduran fungsi kerja pembuluh darah yaitu tekanan darah tinggi
atau hipertensi. Lebih dari 10 kematian di atas usia 60 tahun di sebabkan
oleh penyakit jantung dan serebrovaskuler (Fitrina & Wiryanti, 2018).
Masalah kesehatan khususnya penyakit degeneratif pada lansia yang paling
sering kali terjadi adalah hipertensi 63,5 %% dari total penyakit
degenerative lansia lainnya (Riset Kesehatan Dasar, 2018). Dari data Dinas
Kesehatan Kota Pekan Baru sendiri pada tahun 2020 Hipertensi memiliki
kedudukan penyakit terbanyak nomor dua dengan jumlah penderita 19.503
(Dinas Kesehatan Kota Pekan Baru, 2020).

Adapun keperawatan gerontik adalah suatu bentuk pelayanan


profesional yang didasarkan pada ilmu dan kiat/teknik keperawatan yang
kompherensif, terdiri dari bio-psiko-sosialspritual dan kultural yang holistik,
ditujukan pada klien lanjut usia, baik sehat maupun sakit pada tingkat
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat (UU RI No.38 tahun 2014).

Salah satu strategi intervensi keperawatan kelompok gerontik yaitu


dengan Keperawatan Profesional, misalnya penerapan Kombinasi Rendam
Kaki dengan Air Hangat dan Murottal Al-Qur’an. Penelitian terkait yang
dilakukan oleh Oktalina dkk (2020) menunjukkan adanya pengaruh terapi
murottal Al-Qur’an dan rendam kaki air hangat pada tekanan darah lansia.
Penelitian serupa dilakukan oleh Chrisnanda (2020) yang menunjukkan
terdapat pengaruh kombinasi terapi rendam kaki air hangat dan murottal Al-
Qur’an: Ar-Rahman terhadap perubahan tekanan darah. Ada juga tinjauan
sistematis yang dilakukan oleh Yuningsih dkk (2022) menyimpulkan bahwa

10
Kombinasi rendam kaki air hangat dan Terapi Murottal Al-Qur'an berhasil
menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi.

Berdasarkan uraian di atas, maka kelompok ingin menerapkan


kombinasi terapi rendam kaki dengan air hangat dan murottal Al-Qur’an
sebagai intervensi Keperawatan Profesional pada kelompok lansia di PSTW
Khusnul Khotimah Kota Pekanbaru.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum
Diharapkan setelah dilakukan kombinasi terapi rendam kaki dengan air
hangat dan murottal Al-Qur’an, tekanan darah lansia yang menderita
hipertensi menurun.

2. Tujuan Khusus
a. Tekanan darah lansia dengan hipertensi menurun atau dalam
rentang normal
b. Lansia mengetahui cara kombinasi terapi rendam kaki dengan air
hangat dan murottal Al-Qur’an
c. Lansia mampu mengikuti kegiatan terapi kombinasi terapi rendam
kaki dengan air hangat dan murottal Al-Qur’an
C. Rancangan Kegiatan

1. Topik : Keperawatan Profesional (Kombinasi rendam


kaki dengan air hangat dan murottal Al-Qur’an)
2. Sasaran/Target : Lansia
3. Metode : Terapi komplementer
4. Media dan Alat : Spigmanometer, termometer, ember/baskom,
air hangat, handuk, TV
5. Waktu dan Tempat
Hari/Tanggal : Senin, 5 Februari 2024

Waktu : Pukul 10.00 WIB

Tempat : Wisma Teratai PSTW Khusnul Khotimah

10
D. Setting Tempat

: Moderator

: Leader

: Lansia

: Fasilitator

: Observer
E. Pengorgarnisasian
1. Ketua Pelaksana : Novia Yuliana Anita, S.Kep
2. Seksi Keuangan : Thasya Nur Oktaviona, S.Kep
3. Seksi Perlengkapan : Suri Yusufi Pratiwi, S.Kep; Denny Kosika,
S.Kep
4. Seksi Pemeriksaan TD : Masita Aqla Dzakia, S.Kep; Firdiana Suryani.
S, S.Kep
5. Koordinator Lapangan : Anro Sayidi, S.Kep

10
E. Susunan Acara

No Kegiatan Mahasiswa Kegiatan Klien Waktu

1 Pembukaan:

a. Mengucapkan salam a. Menjawab salam 5 menit


b. Memvalidasi keadaan kakek b. Mengungkapkan
- nenek masalah
c. Mengingatkan kontrak dan tujuan c. Mendengarkan
dan
memperhatikan

2 Pelaksanaan:

a. Menjelaskan manfaat dari a. Menjelaskan 15 menit


terapi musik dan rendam kaki b. Melakukan terapi
pada lansia music dan
b. Mendemontrasikan prosedur rendam kaki
terapi musik dan rendam c. Memperhatikan
kaki pada lansia d. Mendengarkan
c. Memberikan kesempatan
kepada lansia untuk
mempraktekkan terapi
d. Menanyakan perasaan lansia
e. Mengevaluasi kembali
tindakan terapi
3 Penutup:

a. Menyimpulkan materi a. Mendengarkan 5 menit


atau demonstrasi yang dan berpartisipasi
telah disampaikan b. Mendengarkan
b. Membuat kontrak selanjutnya dan menyetujui
c. Mengucapkan salam rencana
selanjutnya

10
c. Menjawab salam

F. Evaluasi

1. Evaluasi Struktur
a. Lansia, dan panitia hadir dalam kegiatan
b. Tempat, media, serta peralatan tersedia sesuai rencana
2. Evaluasi Proses
a. Peran dan tugas panitia/mahasiswa tercapai sesuai rencana
b. Perawat hadir mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir serta
berperan aktif dalam kegiatan
3. Evaluasi Hasil
a. Program yang direncanakan terealisasikan
b. Tekanan darah lansia menurun setelah kegiatan

10
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
KOMBINASI TERAPI RENDAM KAKI DENGAN AIR
HANGAT DIIRINGI MUROTTAL AL-QUR’AN PADA LANSIA
DENGAN HIPERTENSI

A. Pengertian

Rendam kaki pada air hangat adalah salah satu terapi yang
bermanfaat untuk mendilatasi pembuluh darah, melancarkan peredaran
darah dan memicu saraf yang ada pada telapak kaki untuk bekerja.
(Yuningsih dkk, 2022)

Murottal adalah rekaman suara Al Quran yang dilagukan oleh


seorang qari atau pembaca Al-Quran. Murottal juga dapat diartikan
sebagai lantunan ayat suci Al Quran yang direkam dan diperdengarkan
dengan tempo yang lambat dan harmonis. (Ardiansyah, 2022)

B. Tujuan

Untuk menurunkan tekanan darah.

C. Persiapan Alat
1. Spigmanometer (digital dan manual menggunakan stetoskop)

2. Termometer

3. Ember/baskom

4. Air hangat

5. Handtowel

6. Speaker/pemutar audio lainnya

7. Buku catatan dan pulpen

D. Pelaksanaan

1. Siapkan air hangat kira-kira 5 liter dengan suhu 39°C


2. Anjurkan peserta untuk duduk di kursi dengan rileks dan bersandar

10
3. Ukur tekanan darah peserta sebelum dilakukan terapi, catat hasil
pemeriksaan
4. Tuangkan air hangat ke dalam ember/baskom
5. Rendam kaki peserta ke dalam ember/baskom sampai pergelangan
kaki selama 15 menit
6. Putarkan murottal Al-Qur’an selama proses perendaman kaki
7. Keluarkan kaki peserta dari ember/baskom kemudian keringkan
dengan handuk
8. Ukur kembali tekanan darah peserta setelah dilakukan terapi, catat
hasil pemeriksaan

10
LAPORAN HASIL KEGIATAN KOMBINASI TERAPI RENDAM KAKI
DENGAN AIR HANGAT DIIRINGI MUROTTAL AL-QUR’AN PADA
LANSIA DI PSTW KHUSNUL KHOTIMAH KOTA PEKANBARU

A. Tahap Persiapan

Tahap persiapan diawali dengan pembuatan pre-planning oleh


penanggungjawab kegiatan. Pembuatan pre-planning melalui proses diskusi
dan konsultasi dengan pembimbing hingga disetujui. Ners Muda kemudian
melakukan kontrak waktu, tempat dan kegiatan dengan kelompok lansia
sebagai peserta kegiatan. Kegiatan akan dilaksanakan di Wisma Kenanga
PSTW Khusnul Khotimah pada Senin, 5 Februari 2024 pukul 11.00 WIB.

B. Tahap Pelaksanaan

Kegiatan dimulai pada Senin, 5 Februari 2024 pukul 11.00 WIB di Wisma
Teratai PSTW Khusnul Khotimah. Waktu kegiatan dimulai secara tepat waktu.
Jumlah lansia yang hadir yaitu 8 orang lansia. Susunan acara Kombinasi
Terapi Rendam Kaki dengan Air Hangat dan Murottal Al-Qur’an ialah sebagai
berikut:

Kegiatan
NO Waktu

1. 11.00 WIB Acara dimulai

2. 11.00 – 11.05 WIB Pembukaan yang dipimpin oleh moderator

Pengukuran TD sebelum terapi, pelaksanaan Kombinasi


3. 11.05 – 11.35 WIB Terapi Rendam Kaki dengan Air Hangat dan Murottal
Al- Qur’an, Pengukuran TD setelah terapi

Penutupan dan sesi foto bersama


4. 11.35 - 11.40 WIB

C. Kendala dan Solusi

11
Adapun kendala yang dihadapi ialah sebagai berikut:

- Kendala : terdapat 2 lansia yang dikelola tidak mengikuti kegiatan terapi


kelompok
- Solusi : Mengajak lansia lainnya atau yang bukan dikelola untuk
mengikuti kegiatan terapi

D. Tahap Evaluasi

1. Evaluasi Struktur

a. Lansia yang hadir sejumlah 8 orang lansia hadir dalam kegiatan


b. Tempat, media, serta peralatan tersedia sesuai rencana

2. Evaluasi Proses

a. Peran Ners Muda sebagai panitia pelaksana kegiatan terpenuhi sesuai


rencana kegiatan. Ners Muda aktif dalam mempersiapkan keperluan
kegiatan, pelaksanaan kegiatan, menjadi fasilitator selama kegiatan
berlangsung.

b. Lansia mengikuti kegiatan dengan antusias, berpartisipasi aktif dan


memberi umpan balik positif terhadap kegiatan yang dilaksanakan

3. Evaluasi hasil

a. Program yang direncanakan terealisasikan

b. Tekanan darah lansia sebelum dan sesudah kegiatan ialah sebagai


berikut.

11
Inisial Lansia TD Sebelum Terapi TD Setelah Terapi

Kakek R 135/74 mmHg 121/72 mmHg

Kakek S 126/72 mmHg 121/64 mmHg

Kakek AR 138/99 mmHg 133/103 mmHg

Kakek Y 153/90 mmHg 149/57 mmHg

Nenek YU 128/84 mmHg 120/94 mmHg

Nenek F 118/72 mmHg 103/79 mmHg

Nenek I 149/92 mmHg 133/81 mmHg

Nenek SM 131/74 mmHg 119/68 mmHg

E. Tindak Lanjut

Rencana tindak lanjut terapi kombinasi rendam kaki dengan air hangat dan
murottal Al-Qur’an ini bisa dilakukan oleh lansia secara individu atau
kelompok sesuai kebutuhan.

11
F. Dokumentasi

11
PRE PLANNING
KEGIATAN SENAM HIPERTENSI PADA KELOMPOK LANSIA DI WISMA
CEMPAKA DAN TERATAI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA KHUSNUL
KHOTIMAH KOTA PEKANBARU

Acara : Senam Hipertensi Lansia

Hari/Tanggal : Senin, 5 Februari 2024

Waktu : Pukul 11.00 WIB

Tempat : Wisma Teratai PSTW Khusnul Khotimah

A. Latar Belakang

Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana


tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolic di atas 90 mmHg. Pada
populasi lansia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg
dan tekanan diastolic 90 mmHg (Suiraoka, 2012). Hipertensi merupakan faktor
risiko dari penyakit jantung yang menyebabkan 9,4 juta jiwa kematian
pertahun (WHO, 2013). Hipertensi sering sekali ditemukan pada lansia. Pada
lanjut usia seluruh fungsi tubuh akan mengalami kemunduran, begitu juga
dengan fungsi kerja pembuluh darah. Penyakit yang disebabkan karena
kemunduran fungsi kerja pembuluh darah yaitu tekanan darah tinggi atau
hipertensi. Lebih dari 10 kematian di atas usia 60 tahun di sebabkan oleh
penyakit jantung dan serebrovaskuler (Fitrina & Wiryanti, 2018). Masalah
kesehatan khususnya penyakit degeneratif pada lansia yang paling sering kali
terjadi adalah hipertensi 63,5 %% dari total penyakit degenerative lansia
lainnya (Riset Kesehatan Dasar, 2018). Dari data Dinas Kesehatan Kota Pekan
Baru sendiri pada tahun 2020 Hipertensi memiliki kedudukan penyakit
terbanyak nomor dua dengan jumlah penderita 19.503 (Dinas Kesehatan Kota
Pekan Baru, 2020).

Berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan oleh kelompok di wisma


cempaka serta Teratai, didapatkan jumlah lansia di Panti Sosial Tresna Werdha
Khusnul Khotimah mencapai 75 jiwa dan yang mengidap hipertensi sebanyak
44 jiwa, sementara lansia dengan hipertensi di wisma Teratai terdapat 2 jiwa
dan Cempaka juga terdapat 6 jiwa lansia. Dari data lansia yang mengalami
hipertensi
11
tersebut, diketahui bahwa beberapa lansia banyak yang kurang mengetahui
mengenai kegiatan yang dapat bermanfaat untuk penurunan tekanan darah pada
lansia, kemudian lansia yang menderita hipertensi sering sekali tidak meminum
obat secara teratur dan tidak rutin melakukan olahraga sehingga sebagai
seorang perawat yang memiliki peran yang cukup penting sudah seharusnya
kita dapat mengajak lansia tersebut melakukan kegiatan yang bermanfaat untuk
mengatasi hipertensi pada lansia di wisma cempaka dan Teratai.

Salah satu kegiatan proses kelompok yang akan direncanakan yaitu


melakukan kegiatan senam hipertensi lansia. Senam merupakan salah satu
aktivitas fisik yang dapat meningkatkan fungsi endotel vaskular melalui
peningkatan vasodilatasi yang dimediasi aliran, mengurangi denyut jantung
istirahat dengan meningkatkan tonus parasimpatis, meningkatkan
vaskulogenesis melalui sel progenitor endotel, dan memperkuat toleransi
terhadap iskemia sehingga dapat menurunkan tekanan darah (Wen et.al, 2017).
Pada penelitian Arisandi (2022), tentang pengaruh senam hipertensi terhadap
penurunan tekanan darah pada lansia, didapatkan hasil pengaruh yang
signifikan setelah dilakukan senam hipertensi terhadap penurunan tekanan
darah pada lansia di wilayah kerja puskesmas X Palembang. Dengan
melakukan aktivitas senam pada lansia dapat menurunkan tekanan darah pada
penderita hipertensi. Senam yang dilakukan oleh lansia mendorong jantung
bekerja secara optimal, sehingga meningkatkan aliran darah dan pasokan
oksigen ke dalam otot- otot terutama otot jantung.

B. Tujuan
1. Tujuan umum
Diharapkan setelah dilakukan kegiatan senam hipertensi, tekanan
darah lansia yang menderita hipertensi dapat menurun.

2. Tujuan khusus
a. Tekanan darah lansia dengan hipertensi menurun atau dalam
rentang normal
b. Lansia mampu mengikuti kegiatan senam hipertensi

11
c. Lansia mengetahui bagaimana cara melakukan senam hipertensi
sehingga lansia dapat melakukan ulang untuk mengontrol tekanan
darah pada lansia

C. Rancangan Kegiatan
1. Topik : Proses kelompok (Senam Hipertensi)
2. Sasaran/target : Lansia
3. Metode : Kegiatan aktivitas fisik senam hipertensi lansia
4. Media dan alat : Video Youtube dan TV
5. Waktu dan tempat
a. Hari/Tanggal : Senin, 5 Februari 2024
b. Waktu : Pukul 11.00 WIB
c. Tempat : Wisma Teratai PSTW Khusnul Khotimah

D. Setting Tempat

: Pemandu senam

: Lansia

: Fasilitator

: Observer

11
E. Pengorganisasian
1. Ketua pelaksana : Suri Yusufi Pratiwi, S. Kep
2. Instruktur senam : Denny Kosika, S. Kep & Masita Aqla Dzakia,
S. Kep
3. Seksi perlengkapan : Thasya Nur Oktaviona, S. Kep
4. Seksi pemeriksaan TD : Firdiana Suryani Siahaan, S. Kep & Novia
Yuliana Anita, S. Kep
5. Dokumentator : Anro Sayidi, S. Kep

F. Susunan Acara

Hari/ Waktu Durasi Kegiatan Mahasiswa Kegiatan Peserta

Tanggal

1. Pembukaan oleh 1. Mendengarkan


Senin, 5 11.00- Pembukaan moderator/ketua
Februari 11.05 WIB (5 menit) pelaksana
2024
2. Mengucapkan
salam 2. Menjawab
salam
3. Perkenalan
mahasiswa 3. Memperhatikan
perkenalan
4. Menjelaskan
tujuan kegiatan 4. Menyimak
tujuan kegiatan
5. Kontrak waktu
5. Menyetujui
kontrak waktu

11
1. Melakukan 1. Bersedia
11.05 - Pelaksanaan pemeriksaan tekanan diperiksakan tekanan
11.15 WIB ( 10 menit) darah sebelum darah
melakukan senam
2. Kooperatif dan
2. Melakukan semangat saat
kegiatan senam dilakukan kegiatan
hipertensi pada lansia senam hipertensi
3. Melakukan 3. Bersedia
pemeriksaan tekanan diperiksakan tekanan
darah sesudah darah
kegiatan senam

1. Menyimpulkan 1. Mendengarkan
11.15- Penutup (5 hasil kegiatan kesimpulan
11.20 WIB menit)
2. Mengucapkan 2. Menjawab
salam salam
3. Dokumentasi 3. Mengikuti foto
(foto bersama) bersama

1. Evaluasi struktur
a. Lansia, dan panitia hadir dalam kegiatan
b. Tempat, media, serta peralatan tersedia sesuai rencana
2. Evaluasi proses
a. Peran dan tugas panitia/mahasiswa tercapai sesuai rencana
b. Perawat hadir mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir serta berperan aktif
dalam kegiatan
3. Evaluasi hasil
a. Program yang direncanakan terealisasikan
b. Tekanan darah lansia menurun setelah kegiatan

11
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
KEGIATAN SENAM HIPERTENSI PADA KELOMPOK LANSIA DI
WISMA CEMPAKA DAN TERATAI PANTI SOSIAL TRESNA
WERDHA KHUSNUL KHOTIMAH KOTA PEKANBARU

A. Pengertian

Senam hipertensi lansia adalah olahraga yang disusun dengan selalu


mengutamakan kemampuan jantung, gerakan otot besar, dan kelenturan sendi,
serta memasukkan oksigen sebanyak mungkin. Selain meningkatnya perasaan
sehat dan kemampuan untuk mengatasi stress keuntungan lain dari senam
jantung yang teratur adalah menurunnya tekanan darah, berkurangnya obesitas,
berkurangnya frekuensi saat istirahat dan menurunnya resistensi insulin
(Sumartini, 2019).

B. Tujuan
Untuk menurunkan tekanan darah.

C. Persiapan Alat
1. Video Senam Hipertensi
https://youtu.be/SRuJkqwmwSM?si=Z3P5P1xdaMgmvtG6
2. TV untuk audio serta video senam

D. Pelaksanaan

1 Persiapan
a. Persiapan lansia
1. Lansia diberi tahu tindakan yang akan dilakukan
2. Lansia dalam posisi berdiri
b. Persiapan lingkungan
1. Ruangan yang tenang dan kondusif
2 Pelaksanaan

11
a. Gerakan jalan di tempat (2x8)
b. Gerakan tepuk tangan (2x8)
c. Gerakan tepuk jari (2x8)

d. Gerakan menjalin tangan (2x8)


e. Gerakan menyilang ibu jari (2x8)
f. Gerakan mengadu sisi kelingking (2x8)
g. Gerakan mengadu sisi telunjuk (2x8)
h. Gerakan mengetuk pergelangan tangan (2x8)
i. Gerakan menekan jari-jari (2x8)
j. Gerakan membuka dan mengepal (2x8)
k. Gerakan menepuk punggung tangan dan bahu (2x8)
l. Gerakan menepuk punggung (2x8)
m. Gerakan menepuk paha (2x8)
n. Gerakan menepuk samping betis (2x8)
o. Gerakan jongkok dan berdiri (2x8)
p. Gerakan menepuk perut (2x8)
q. Gerakan Jinjit (2x8)
3 Terminasi
a. Evaluasi:
1. Menanyakan perasaan lansia setelah melakukan senam
hipertensi
2. Memberikan pujian atas keberhasilan lansia

12
LAPORAN HASIL KEGIATAN PROSES KELOMPOK KEGIATAN SENAM
HIPERTENSI PADA KELOMPOK LANSIA DI WISMA CEMPAKA DAN
TERATAI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA KHUSNUL KHOTIMAH
KOTA PEKANBARU

A. Tahap Persiapan

Tahap persiapan diawali dengan pembuatan pre-planning oleh


penanggungjawab kegiatan. Pembuatan pre-planning melalui proses diskusi
dan konsultasi dengan pembimbing hingga disetujui. Ners Muda kemudian
melakukan kontrak waktu, tempat dan kegiatan dengan kelompok lansia
sebagai peserta kegiatan. Kegiatan senam hipertensi akan dilaksanakan di
Wisma Teratai PSTW Khusnul Khotimah pada Senin, 5 Februari 2024 pukul
11.00 WIB.

B. Tahap Pelaksanaan

Kegiatan dimulai pada Senin, 5 Februari 2024 pukul 11.00 WIB di Wisma
Teratai PSTW Khusnul Khotimah. Waktu kegiatan dimulai secara tepat waktu.
Jumlah lansia yang hadir yaitu 8 orang lansia. Susunan kegiatan senam
hipertensi lansia ialah sebagai berikut:

No. Waktu Kegiatan

1. 11.00 WIB Acara dimulai

2. 11.00 – 11.05 WIB Pembukaan yang dipimpin oleh moderator

Pengukuran TD sebelum kegiatan,


3. 11.05 – 11.15 WIB Pelaksanaan kegiatan senam Hipertensi ,
Pengukuran TD setelah kegiatan

Penutupan dan sesi foto bersama


4. 11.15 - 11.20 WIB

12
C. Kendala dan Solusi

Adapun kendala yang dihadapi ialah sebagai berikut:

- Kendala : terdapat 2 lansia yang dikelola tidak mengikuti kegiatan senam


hipertensi
- Solusi : Mengajak lansia lainnya atau yang bukan dikelola untuk
mengikuti kegiatan senam

D. Tahap Evaluasi

1. Evaluasi Struktur

c. Lansia yang hadir sejumlah 8 orang lansia hadir dalam kegiatan


d. Tempat, media, serta peralatan tersedia sesuai rencana

2. Evaluasi Proses

a. Peran Ners Muda sebagai panitia pelaksana kegiatan terpenuhi sesuai


rencana kegiatan. Ners Muda aktif dalam mempersiapkan keperluan
kegiatan, pelaksanaan kegiatan, menjadi fasilitator selama kegiatan
berlangsung.

b. Lansia mengikuti kegiatan dengan antusias, berpartisipasi aktif dan


memberi umpan balik positif terhadap kegiatan yang dilaksanakan

3. Evaluasi hasil

a. Program yang direncanakan terealisasikan

b. Tekanan darah lansia sebelum dan sesudah kegiatan ialah sebagai


berikut.

12
Inisial Lansia TD Sebelum Terapi TD Setelah Terapi

Kakek R 135/74 mmHg 121/72 mmHg

Kakek S 126/72 mmHg 121/64 mmHg

Kakek AR 138/99 mmHg 133/103 mmHg

Kakek Y 153/90 mmHg 149/57 mmHg

Nenek YU 128/84 mmHg 120/94 mmHg

Nenek F 118/72 mmHg 103/79 mmHg

Nenek I 149/92 mmHg 133/81 mmHg

Nenek SM 131/74 mmHg 119/68 mmHg

E. Tindak Lanjut

Rencana tindak lanjut kegiatan senam hipertensi lansia ini bisa dilakukan
oleh lansia secara individu atau kelompok sesuai kebutuhan dengan
melibatkan pramulansia untuk dapat memotivasi lansia untuk tetap dapat
melakukan senam

12
F. Dokumentasi

12
DAFTAR PUSTAKA

Fitrina, Y., dan Wiryanti, N. 2018. Pengaruh Pemberian Relaksasi Imajinasi


Terbimbing Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia Penderita
Hipertensi. Jurnal Kesehatan Medika Saintika, 9(2), 125-145.

I-An Wang, Bi-Wen Lee. (2017). Shou-Tsung Wu, The Relationships Among Work-
Family
Conflict, Turnover Intention And Organizational Citizenship Behavior In The
Hospitality
Industry Of Taiwan. International Journal Of Manpower.

Sumartini, Ni Putu., Zulkifli., & Adhitya, M. A. P., (2019). Pengaruh Senam


Hipertensi Lansia Terhadap Tekanan Darah Lansia Dengan Hipertensi Di
Wilayah Kerja Puskesmas Cakranegara Kelurahan Turida Tahun 2019.
Integrated Nursing Journal. Vol. 1 No 2. (47-55).
Suiraoka, I. (2012). Penyakit Degeneratif: Mengenal, Mencegah dan Mengurangi
Faktor Risiko 9 Penyakit Degeneratif (Pertama). Yogyakarta: Nuha Medika.

12

Anda mungkin juga menyukai