GERONTIK
GERONTIK
Kes
Mata Kuliah : Keperawatan Gerontik
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1
ASTARI NASAR ADILAH NISSYAH. S
ANJELI SULISTIANI
HARUN
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................1
A. LATAR BELAKANG...........................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH.......................................................................3
C. TUJUAN.................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN............................................................................4
A. Pengertian lansia...................................................................................4
B. Batasan lansia.........................................................................................4
A. Kesimpulan..........................................................................................15
B. Saran.....................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
4
yang harus dihindari dan faktor-faktor protektif yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan kesehatan (DKK Surakarta, 2015).
Untuk meningkatkan derajat kesehatan lansia pemerintah membuat
beberapa kebjakan-kebijakan pelayanan kesehatan lansia. Tujuan umum
kebijakan pelayanan kesehatan lansia adalah meningkatkan derajat kesehatan
lansia untuk mencapai lansia sehat, mandiri, aktif, produktif dan berdaya guna
bagi keluarga dan masyarakat. Sementara tujuan khususnya adalah
meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan kesehatan santun lansia,
meningkatkan koordinasi dengan lintas program, lintas sektor, organisasi
profesi dan pihak terkait lainnya, meningkatnya ketersediaan data dan
informasi di bidang kesehatan lansia, meningkatnya peran serta dan
pemberdayaan keluarga, masyarakat dan lansia dalam upaya serta peningkatan
kesehatan lansia, meningkatnya peran serta lansia dalam upaya peningkatan
kesehatan keluarga dan masyarakat (KEMENKES, 2016).
5
memberikan pelayanan sosial, agama, pendidikan, keterampilan, olah raga,
seni budaya, dan pelayanan lain yang dibutuhkan para lansia dengan tujuan
untuk meningkatkan kualitas hidup melalui peningkatan kesehatan dan
kesejahteraan. Selain itu Posyandu Lansia membantu memacu lansia agar
dapat beraktifitas dan mengembangkan potensi diri. Sampai dengan tahun
2015, jumlah kelompok lansia (Posyandu Lansia) yg memberikan
pelayanan promotif dan preventif tersebar di 23 provinsi di Indonesia
adalah 7215 posyandu lansia (KEMENKES, 2016).
Program pengembangan kesehatan lansia tidak akan berjalan dengan
baik tanpa adanya dukungan dan partisipasi yang baik dari lansia itu sendiri.
Dewi Marliyana Sari, 2013 dalam penelitiannya mengatakan bahwa ada
hubungan yang bermakna antara dukungan keluarga dengan tingkat
kehadiran lansia ke posyandu lansia. Keluarga adalah kumpulan dua individu
atau lebih yang terikat oleh darah, perkawinan, atau adopsi yang tinggal
dalam satu rumah atau jika terpisah tetap memperhatikan satu sama lain
(Muhlisin, 2012). Dalam kamus besar bahasa Indonesia dukungan yang
berarti sokongan dan bantuan. Dukungan dalam penentuan sikap seseorang
berarti bantuan atau sokongan dari orang terdekat untuk melakukan
kunjungan ulang. Keluarga yang sehat akan mencari jalan untuk membantu
mencapai potensi kesehatan yang lebih tinggi. Dorongan dan anjuran dari
orang dekat dan anggota keluarga untuk mencari pengobatan akan
berpengaruh besar terhadap keinginan dan motivasi untuk mendapatkan jasa
pelayanan kesehatan (Notoatmodjo, 2005).
B. Rumusan Masalah
Apakah program nasional untuk kesehatan lansia?
C. Tujuan
Untuk mengetahui program nasional bagi kesehatan lansia
6
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Lansia
Di Indonesia, batasan mengenai lanjut usia adalah 60 tahun ke atas.
Lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas,
namun terdapat beberapa batasan-batasan umur yang mencakup batasan
umur orang yang masuk di dalam kategori lansia diantaranya adalah 60
tahun dan 60-74 tahun baik pria maupun wanita. Lansia sendiri bukan
merupakan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses
kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk
beradaptasi dengan stres lingkungan. Proses tua tersebut terjadi secara alami
dan ditentukan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Setiap orang akan mengalami
proses menjadi tua dan pada masa tersebut terjadi kemunduran pada fungsi
fisik, mental, dan sosial secara bertahap (Azizah, 2011).
B. Batasan Lansia
Berikut ini batasan-batasan usia yang mencakup batasan usia lansia
menurut Azizah (2011; WHO, 2013) antara lain:
1. Usia pertengahan (middle age) usia 45-59 tahun
2. Lanjut usia (elderly) usia 60-74 tahun.
3. Lanjut usia tua (old) usia 75-90 tahun.
4. Usia sangat tua (very old) usia > 90 tahun.
7
sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain.
C. Perubahan Fisiologi Lansia
Terdapat banyak perubahan fisiologi yang terjadi pada lansia.
Perubahan tersebut tidak bersifat patologis, tetapi dapat membuat lansia
lebih rentan terhadap beberapa penyakit. Perubahan fisiologis lansia
menurut Effendi & Makhfudli (2009) antara lain:
1) Sistem Integumen
8
yang fibrotik.
3) Sistem Neurologis
Penurunan jumlah sel-sel otak sekitar 1% per tahun setelah usia 50
tahun. Hilangnya neuron dalam korteks serebral sebanyak 20%. Akibat
penurunan jumlah neuron ini, fungsi neurotrasmiter juga berkurang.
Transmisi saraf lebih lambat, perubahan degeneratif pada saraf-saraf
pusat dan sistem saraf perifer, hipotalamus kurang efektif dalam
mengatur suhu tubuh, peningkatan ambang batas nyeri, refleks kornea
lebih lambat serta perubahan kualitas dan kuantitas tidur.
4) Sistem Pernafasan
Otot-otot pernapasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku,
menurunnya aktivitas dari silia, paru-paru hilangan elastisitas sehingga
kapasitas residu meningkat, menarik napas lebih berat, kapasitas
pernapasan maksimal menurun dan kedalaman bernapas menurun.
Ukuran alveoli melebar dari normal dan jumlahnya berkurang, oksigen
pada arteri menurun menjadi 75 mmHg, kemampuan untuk batuk
berkurang dan penurunan kekuatan otot pernapasan.
5) Sistem Gastrointestinal
Kehilangan gigi, indra pengecap mengalami penurunan, esofagus
melebar, sensitivitas akan rasa lapar menurun, produksi asam lambung
dan waktu pengosongan lambung menurun, peristalik lemah dan
biasanya timbul konstipasi, fungsi absorbsi menurun, hati semakin
mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan, serta berkurangnya
suplai aliran darah.
6) Sistem Genitourinaria
Ginjal mengecil dan nefron menjadi atrofi, aliran darah ke ginjal
menurun hingga 50%, fungsi tubulus berkurang, otot kandung kemih
melemah, kapasitasnya menurun hingga 200 ml dan menyebabkan
frekuensi buang air kecil meningkat, kandung kemih sulit dikosongkan
sehingga meningkatkan retensi urine. Pria dengan usia 65 tahun ke atas
sebagian besar mengalami pembesaran prostat hingga ± 75% dari besar
normalnya.
9
7) Sistem Kardiovaskuler
Elastisitas dinding aorta menurun, katup jantung menebal dan
menjadi kaku, kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap
tahun sesudah berumur 20 tahun, hal ini menyebabkan menurunnya
kontraksi dan volumenya. Kehilangan elastisitas pembuluh darah,
kurangnya efektivitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi, sering
terjadi postural hipotensi, tekanan darah meningkat diakibatkan oleh
meningkatnya resistensi dari pembuluh darah perifer.
8) Sistem Sensori
Penurunan daya akomodasi mata, penurunan adaptasi terang-
gelap, lensa mata menguning, perubahan persepsi warna, pupil lebih
kecil, kehilangan pendengaran untuk frekuensi nada tinggi, penebalan
membran timpani, kemampuan mengecap biasanya menurun, penurunan
jumlah reseptor kulit dan penurunan fungsi sensasi akan posisi tubuh.
10
masyarakat usia lanjut di suatu wilayah tertentu yang sudah disepakati,
yang digerakkan oleh masyarakat di mana mereka bisa mendapatkan
pelayanan kesehatan. Posyandu lansia merupakan pengembangan dan
kebijakan pemerintah melalui pelayanan kesehatan bagi lansia yang
penyelenggaraannya melalui program puskesmas dengan melibatkan
peran serta para lansia, keluarga, tokoh masyarakat, dan organisasi
sosial dalam penyelenggaraannya (Sunaryo, 2015).
11
percaya diri dihari tuanya.
4) Sasaran Posyandu Lansia
Sasaran posyandu lansia meliputi sasaran langsung dan sasaran
tidak Iangsung. Sasaran langsung adalah prausia lanjut (45-59 tahun),
usia lanjut (60-69 tahun), dan usia lanjut risiko tinggi, yaitu usia lebih
dan 70 tahun atau usia lanjut berumur 60 tahun atau lebih dengan
masalah kesehatan. Sasaran tidak langsung adalah keluarga di mana usia
lanjut berada, masyarakat tempat lansia berada, organisasi sosial,
petugas kesehatan, dan masyarakat luas (Sunaryo, 2015)
Sasaran posyandu lansia menurut Depkes RI (2006), dapat
dibagi menjadi dua kelompok, yaitu :
12
denyut nadi selama satu menit.
f. Pemeriksaan kadar gula darah dalam air seni sebagai deteksi awal
adanya penyakit diabetes.
g. Penyuluhan bisa dilakukan di dalam maupun diluar kelompok
dalam rangka kunjungan rumah atau konseling kesehatan dan gizi
sesuai dengan masalah kesehatan yang dihadapi oleh individu dan
atau kelompok lansia.
4) Mekanisme Pelayanan Posyandu Lansia
Mekanisme pelayanan posyandu lansia terdiri atas 5 meja, yaitu :
a) Meja 1 : Tempat pendaftaran. Lansia mendaftar, kemudian kader
mencatat lansia tersebut. Lansia yang sudah terdaftar dibuku register
kemudian menuju meja selanjutnya.
13
sebagainya. Kedua, pemeriksaan status mental. Pemeriksaan ini
berhubungan dengan mental emosional dengan menggunakan pedoman
metode 2 (dua) menit. Ketiga, pemeriksaan status gizi melalui
penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan dan dicatat pada
grafik Indeks Masa Tubuh (IMT). Keempat, pengukuran tekanan darah
menggunakan tensimeter dan stetoskop serta penghitungan denyut nadi
selama satu menit. Kelima, pemeriksaan Hemoglobin menggunakan
taiquist, sahli, atau cuprisulfat. Keenam, pemeriksaan adanya gula dalam
air seni sebagai deteksi awal adanya penyakit gula (Diabetes Mellitus).
Ketujuh, pemeriksaan adanya zat putih telur (protein) dal am air seni
sebagai deteksi awal adanya penyakit ginjal. Kedelapan, pelaksanaan
rujukan ke Puskesmas bilamana ada keluhan dan atau ditemukan
kelainan pada pemeriksaan butir 1 hingga7. Kesembilan, penyuluhan
kesehatan. (Sulistyorini, 2010).
14
Ada beberapa faktor yang harus tersedia pada pemanfaatan
pelayanan kesehatan untuk menunjang pelaksanaan yaitu faktor
kemampuan baik dari keluarga misalnya (penghasilan, simpanan asuransi
atau sumber-sumber lainnya) dan dari komunitas misalnya tersedianya
fasilitas dan tenaga pelayanan kesehatan. Salah satu kendalanya dapat
berupa lamanya menunggu pelayanan serta lamanya waktu yang
digunakan untuk mencapai fasilitas pelayanan tersebut (Muzaham, 2007).
b. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan seseorang berpengaruh dalam memberikan respon
terhadap sesuatu yang datang dari luar. Seseorang yang mempunyai
tingkat pendidikan tinggi akan memberikan respon yang lebih
15
rasional dan juga dalam motivasi kerjanya akan berpotensi dari pada
mereka yang berpendidikan lebih rendah atau sedang. Maka visi
pendidikan adalah mencerdaskan manusia. Tingkat pendidikan turut
menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami
tentang posyandu lansia.
c. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang terjadi setelah melakukan
penginderaan terhadap suatu objek. Pengetahuan merupakan suatu
domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang,
pengetahuan tersebut bisa didapat dari pengalaman sendiri ataupun
dari pengalaman orang lain (Notoadmdjo, 2012).
d. Jarak rumah
Konsep jarak tempat tinggal merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi perilaku seseorang dalam melakukan suatu kegiatan.
Semakin jauh jarak antara tempat tinggal dengan tempat kegiatan
semakin menurunkan motivasi seseorang dalam melakukan aktivitas.
Sebaliknya semakin dekat jarak tempat tinggal dengan tempat
kegiatan dapat meningkatkan usaha. Pengaruh jarak tempat tinggal
dengan tempat kegiatan tidak terlepas dari adanya besarnya biaya yang
digunakan dan waktu yang lama. Kaitannya dengan kesadaran
masyarakat akan pentingnya kesehatan masih rendah, sehingga jarak
antara rumah tinggal dan tempat pelayanan kesehatan mempengaruhi
perilaku mereka (Azwar, 2010).
e. Dukungan keluarga
Sebuah proses yang terjadi sepanjang masa kehidupan. Sifat dan jenis
dukungan sosial berbeda-beda dalam berbagai tahapan siklus
kehidupan. Dukungan keluarga membuat keluarga mampu berfungsi
dengan berbagai kepandaian dan akal sebagai akibatnya. Hal ini
meningkatkan kesehatan dan adaptasi keluarga (Friedman, 2010).
f. Peran kader posyandu
Seorang tenaga sukarela yang direkrut dari, oleh dan untuk masyarakat
yang bertugas membantu kelancaran pelayanan rutin di posyandu.
16
Sehingga seorang kader posyandu harus mau bekerja secara sukarela
dan ikhlas, mau dan sanggup melaksanakan kegiatan posyandu, serta
mau dan sanggup menggerakkan masyarakat untuk melaksanakan dan
mengikuti kegiatan posyandu (Ismawati,.et al, 2010).
17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Di Indonesia, batasan mengenai lanjut usia adalah 60 tahun ke atas. Lanjut
usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas, namun
terdapat beberapa batasan-batasan umur yang mencakup batasan umur orang
yang masuk di dalam kategori lansia diantaranya adalah 60 tahun dan 60-74
tahun baik pria maupun wanita.
18
DAFTAR PUSTAKA
19