Anda di halaman 1dari 19

DosenPengampu : Cici Yusdayanti,S.Kep.,Ns.,M.

Kes
Mata Kuliah : Keperawatan Gerontik

PROGRAM NASIONAL KESEHATAN LANSIA

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1
ASTARI NASAR ADILAH NISSYAH. S

WULANDARI NASRUDIN FITRAWATI

RETNO NINGSIH ANGGI INTAN LESTARI

NOFIATRI ILYAS AYU DEVAYANTI

ORPA PUSPITASARI RIRIN ARIANTI

ANJELI SULISTIANI

MARZUL ARZAK FINA ANWAR

NURASFA WA ODE YUNI

NURAISYAH IRTA SISLIAWATI

AYU ANDRANI SRI ANJANI

RISKA AWALIA RIAN NOPRIANTO

HARUN

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MANDALA WALUYA
KENDARI
2022
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wa barakatuh

Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT. Yang telah


memberikan kita nikmat kesehatan dan umur panjang, sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas ini dengan tepat waktu. Sholawat serta salam tak lupa pula
kita curahkan kepada Nabi Muhammad SAW.Yang telah membimbing kita
sampai saat ini dengan indahnya agama islam.

Kami juga brterimakasih keada pihak yang terlibat dalam penyusunan


makalah ini dengan judul “Makalah Program Nasional Kesehatan Lansia”
dalam hal ini, ibu Cici Yusdayanti,S.Kep.,Ns.,M.Kes sebagai dosen pengampu
dan teman-teman kelompok yang telah berkontribusi dalam penyusunan makalah
ini.Kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.

Wassalmualaikum warahmatullahi wa barakatuh

Kendari,13 juli 2022

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................i

DAFTAR ISI...............................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...........................................................................1

A. LATAR BELAKANG...........................................................................1

B. RUMUSAN MASALAH.......................................................................3

C. TUJUAN.................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN............................................................................4

A. Pengertian lansia...................................................................................4

B. Batasan lansia.........................................................................................4

C. Perubahan fisiologi lansia.....................................................................5

D. Konsep Dasar Posyandu Lansia...........................................................7

BAB III PENUTUP..................................................................................15

A. Kesimpulan..........................................................................................15

B. Saran.....................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lansia merupakan seseorang yang telah memasuki usia 60 tahun


keatas. Lansia merupakan kelompok umur pada manusia yang telah
memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya. Kelompok yang
dikategorikan lansia ini akan terjadi suatu proses yang disebut Aging
Process atau proses penuaan. Usia lanjut sebagai tahap akhir siklus
kehidupan merupakan tahap perkembangan normal yang akan dialami oleh
setiap individu yang mencapai usia lanjut. Hal tersebut merupakan suatu
kenyataan yang tidak dapat dihindari oleh setiap manusia (Notoatmodjo,
2014 ).

Proporsi penduduk di atas 60 tahun di dunia diperkirakan akan terus


meningkat. Perkiraan peningkatan dari tahun 2000 sampai 2050 akan berlipat
ganda dari sekitar 11% menjadi 22%, atau secara absolut meningkat dari 605
juta menjadi 2 milyar lansia( WHO,2014). Dari tahun 2010-2014
pertumbuhan penduduk Indonesia setiap tahun terus meningkat, dari 3,54 juta
per tahun menjadi 3,70 juta per tahun. Saat ini Jumlah penduduk usia lanjut
Berkisar antara 27 juta (angka nasional), dan diprediksi pada tahun 2020 akan
menjadi sekitar 38 juta atau 11,8% dari seluruh jumlah penduduk usia lanjut
yang ada pada saat ini di kota Surakarta sebesar 11,3% (DKK Surakarta,
2016).

Dengan bertambahnya umur, fungsi fisiologis mengalami penurunan


akibat proses penuaan sehingga penyakit tidak menular banyak muncul pada
lanjut usia. Hasil Riskesdas 2013, penyakit terbanyak pada lanjut usia adalah
Penyakit Tidak Menular (PTM) antara lain hipertensi, artritis, stroke,
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) dan Diabetes Mellitus (DM). Untuk
mewujudkan lansia sehat, mandiri, berkualitas dan produktif harus dilakukan
pembinaan kesehatan sedini mungkin selama siklus kehidupan manusia
sampai memasuki fase lanjut usia dengan memperhatikan faktor-faktor resiko

4
yang harus dihindari dan faktor-faktor protektif yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan kesehatan (DKK Surakarta, 2015).
Untuk meningkatkan derajat kesehatan lansia pemerintah membuat
beberapa kebjakan-kebijakan pelayanan kesehatan lansia. Tujuan umum
kebijakan pelayanan kesehatan lansia adalah meningkatkan derajat kesehatan
lansia untuk mencapai lansia sehat, mandiri, aktif, produktif dan berdaya guna
bagi keluarga dan masyarakat. Sementara tujuan khususnya adalah
meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan kesehatan santun lansia,
meningkatkan koordinasi dengan lintas program, lintas sektor, organisasi
profesi dan pihak terkait lainnya, meningkatnya ketersediaan data dan
informasi di bidang kesehatan lansia, meningkatnya peran serta dan
pemberdayaan keluarga, masyarakat dan lansia dalam upaya serta peningkatan
kesehatan lansia, meningkatnya peran serta lansia dalam upaya peningkatan
kesehatan keluarga dan masyarakat (KEMENKES, 2016).

Dalam pelaksanaan kebijakan tersebut, maka dikembangkan program


kesehatan lansia sebagai berikut: bentuk pelayanan kesehatan santun lanjut
usia yang diberikan di Puskesmas yaitu memberikan pelayanan yang baik dan
berkualitas, memberikan prioritas pelayanan kepada lanjut usia dan
penyediaan sarana yang aman dan mudah diakses, memberikan dukungan
atau bimbingan pada lanjut usia dan keluarga secara berkesinambungan,
melakukan pelayanan secara proaktif untuk dapat menjangkau sebanyak
mungkin sasaran lansia yang ada di wilayah kerja Puskesmas, melakukan
koordinasi dengan lintas program dengan pendekatan siklus hidup dan
melakukan kerjasama dengan lintas sektor, termasuk organisasi (DKK
Surakarta, 2016).

Pembinaan Terpadu (Posbindu) adalah suatu wadah pelayanan


kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM) untuk melayani penduduk
lansia, yang proses pembentukan dan pelaksanaannya dilakukan oleh
masyarakat bersama lembaga swadaya masyarakat (LSM), lintas sektor
pemerintah dan non-pemerintah, swasta, organisasi sosial dan lain-lain,
dengan menitik beratkan pelayanan kesehatan pada upaya promotif dan
preventif. Di samping pelayanan kesehatan, Posyandu Lanjut Usia juga

5
memberikan pelayanan sosial, agama, pendidikan, keterampilan, olah raga,
seni budaya, dan pelayanan lain yang dibutuhkan para lansia dengan tujuan
untuk meningkatkan kualitas hidup melalui peningkatan kesehatan dan
kesejahteraan. Selain itu Posyandu Lansia membantu memacu lansia agar
dapat beraktifitas dan mengembangkan potensi diri. Sampai dengan tahun
2015, jumlah kelompok lansia (Posyandu Lansia) yg memberikan
pelayanan promotif dan preventif tersebar di 23 provinsi di Indonesia
adalah 7215 posyandu lansia (KEMENKES, 2016).
Program pengembangan kesehatan lansia tidak akan berjalan dengan
baik tanpa adanya dukungan dan partisipasi yang baik dari lansia itu sendiri.
Dewi Marliyana Sari, 2013 dalam penelitiannya mengatakan bahwa ada
hubungan yang bermakna antara dukungan keluarga dengan tingkat
kehadiran lansia ke posyandu lansia. Keluarga adalah kumpulan dua individu
atau lebih yang terikat oleh darah, perkawinan, atau adopsi yang tinggal
dalam satu rumah atau jika terpisah tetap memperhatikan satu sama lain
(Muhlisin, 2012). Dalam kamus besar bahasa Indonesia dukungan yang
berarti sokongan dan bantuan. Dukungan dalam penentuan sikap seseorang
berarti bantuan atau sokongan dari orang terdekat untuk melakukan
kunjungan ulang. Keluarga yang sehat akan mencari jalan untuk membantu
mencapai potensi kesehatan yang lebih tinggi. Dorongan dan anjuran dari
orang dekat dan anggota keluarga untuk mencari pengobatan akan
berpengaruh besar terhadap keinginan dan motivasi untuk mendapatkan jasa
pelayanan kesehatan (Notoatmodjo, 2005).

B. Rumusan Masalah
Apakah program nasional untuk kesehatan lansia?
C. Tujuan
Untuk mengetahui program nasional bagi kesehatan lansia

6
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Lansia
Di Indonesia, batasan mengenai lanjut usia adalah 60 tahun ke atas.
Lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas,
namun terdapat beberapa batasan-batasan umur yang mencakup batasan
umur orang yang masuk di dalam kategori lansia diantaranya adalah 60
tahun dan 60-74 tahun baik pria maupun wanita. Lansia sendiri bukan
merupakan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses
kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk
beradaptasi dengan stres lingkungan. Proses tua tersebut terjadi secara alami
dan ditentukan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Setiap orang akan mengalami
proses menjadi tua dan pada masa tersebut terjadi kemunduran pada fungsi
fisik, mental, dan sosial secara bertahap (Azizah, 2011).
B. Batasan Lansia
Berikut ini batasan-batasan usia yang mencakup batasan usia lansia
menurut Azizah (2011; WHO, 2013) antara lain:
1. Usia pertengahan (middle age) usia 45-59 tahun
2. Lanjut usia (elderly) usia 60-74 tahun.
3. Lanjut usia tua (old) usia 75-90 tahun.
4. Usia sangat tua (very old) usia > 90 tahun.

Depkes RI (2013) mengklasifikasikan lansia dalam kategori sebagai


berikut:
1. Pralansia, seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.
2. Lansia, seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.
3. Lansia resiko tinggi, seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih dengan
masalah kesehatan.
4. Lansia potensial, lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan atau
kegiatan yang dapat menghasilkan barang/jasa.
5. Lansia tidak potensial, lansia yang tidak berdaya mencari nafkah

7
sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain.
C. Perubahan Fisiologi Lansia
Terdapat banyak perubahan fisiologi yang terjadi pada lansia.
Perubahan tersebut tidak bersifat patologis, tetapi dapat membuat lansia
lebih rentan terhadap beberapa penyakit. Perubahan fisiologis lansia
menurut Effendi & Makhfudli (2009) antara lain:
1) Sistem Integumen

Seiring dengan proses penuaan, kulit akan kehilangan elastisitas


dan kelembabannya. Lapisan epitel menipis, serat kolagen elastis juga
mengecil dan menjadi kaku. Kulit menjadi keriput akibat kehilangan
jaringan lemak, permukaan kulit kasar dan bersisik, menurunnya respons
terhadap trauma, mekanisme proteksi kulit menurun, kulit kepala dan
rambut menipis serta berwarna kelabu, rambut dalam hidung dan
telinga menebal, berkurangnya elastisitas akibat menurunnya cairan dan
vaskularisasi, pertumbuhan kuku lebih lambat, kuku jari menjadi keras
dan rapuh, kuku kaki tumbuh secara berlebihan dan seperti tanduk,
kelenjar keringat berkurang jumlah dan fungsinya, kuku menjadi pudar
dan kurang bercahaya. Kesulitan mengatur suhu tubuh karena penurunan
ukuran, jumlah dan fungsi kelenjar kerigat serta kehilangan lemak
subkutan. Suhu tubuh menurun (hipotermia) secara fisiologis ±
35OC, hal ini diakibatkan oleh metabolisme yang menurun,
keterbatasan refleks menggigil, dan tidak dapat memproduksi panas
yang banyak sehingga terjadi rendahnya aktivitas otot.
2) Sistem Muskuloskeletal
Sebagian besar lansia mengalami perubahan postur, penurunan
rentang gerak dan gerakan yang melambat. Perubahan ini merupakan
contoh dari banyaknya karakteristik normal lansia yang berhubungan
dengan proses menua. Penurunan massa tulang menyebabkan tulang
menjadi rapuh dan lemah. Columavertebralis mengalami kompresi
sehingga menyebabkan penurunan tinggi badan. Peningkatan jaringan
adiposa, penurunan pembentukan kolagen dan massa otot serta
penurunan viskositas cairan sinovial, lebih banyak di membran sinovial

8
yang fibrotik.
3) Sistem Neurologis
Penurunan jumlah sel-sel otak sekitar 1% per tahun setelah usia 50
tahun. Hilangnya neuron dalam korteks serebral sebanyak 20%. Akibat
penurunan jumlah neuron ini, fungsi neurotrasmiter juga berkurang.
Transmisi saraf lebih lambat, perubahan degeneratif pada saraf-saraf
pusat dan sistem saraf perifer, hipotalamus kurang efektif dalam
mengatur suhu tubuh, peningkatan ambang batas nyeri, refleks kornea
lebih lambat serta perubahan kualitas dan kuantitas tidur.
4) Sistem Pernafasan
Otot-otot pernapasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku,
menurunnya aktivitas dari silia, paru-paru hilangan elastisitas sehingga
kapasitas residu meningkat, menarik napas lebih berat, kapasitas
pernapasan maksimal menurun dan kedalaman bernapas menurun.
Ukuran alveoli melebar dari normal dan jumlahnya berkurang, oksigen
pada arteri menurun menjadi 75 mmHg, kemampuan untuk batuk
berkurang dan penurunan kekuatan otot pernapasan.

5) Sistem Gastrointestinal
Kehilangan gigi, indra pengecap mengalami penurunan, esofagus
melebar, sensitivitas akan rasa lapar menurun, produksi asam lambung
dan waktu pengosongan lambung menurun, peristalik lemah dan
biasanya timbul konstipasi, fungsi absorbsi menurun, hati semakin
mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan, serta berkurangnya
suplai aliran darah.
6) Sistem Genitourinaria
Ginjal mengecil dan nefron menjadi atrofi, aliran darah ke ginjal
menurun hingga 50%, fungsi tubulus berkurang, otot kandung kemih
melemah, kapasitasnya menurun hingga 200 ml dan menyebabkan
frekuensi buang air kecil meningkat, kandung kemih sulit dikosongkan
sehingga meningkatkan retensi urine. Pria dengan usia 65 tahun ke atas
sebagian besar mengalami pembesaran prostat hingga ± 75% dari besar
normalnya.

9
7) Sistem Kardiovaskuler
Elastisitas dinding aorta menurun, katup jantung menebal dan
menjadi kaku, kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap
tahun sesudah berumur 20 tahun, hal ini menyebabkan menurunnya
kontraksi dan volumenya. Kehilangan elastisitas pembuluh darah,
kurangnya efektivitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi, sering
terjadi postural hipotensi, tekanan darah meningkat diakibatkan oleh
meningkatnya resistensi dari pembuluh darah perifer.
8) Sistem Sensori
Penurunan daya akomodasi mata, penurunan adaptasi terang-
gelap, lensa mata menguning, perubahan persepsi warna, pupil lebih
kecil, kehilangan pendengaran untuk frekuensi nada tinggi, penebalan
membran timpani, kemampuan mengecap biasanya menurun, penurunan
jumlah reseptor kulit dan penurunan fungsi sensasi akan posisi tubuh.

D. Konsep Dasar Posyandu Lansia


1) Pengertian Posyandu Lansia
Menurut Kemenkes (2011), posyandu Lansia adalah pos
pelayanan terpadu untuk masyarakat lanjut usia di suatu wilayah tertentu
yang sudah disepakati, dan di gerakkan oleh masyarakat agar lanjut usia
mendapatkan pelayanan kesehatan yang memadai dan merupakan
kebijakan pemerintah untuk pengembangan pelayanan kesehatan bagi
lansia yang penyelenggaraannya melalui program puskesmas dengan
melibatkan peran serta lansia, keluarga, tokoh masyarakat dan organisasi
social.
Posyandu lansia adalah suatu wadah pelayanan kepada usia
lanjut di masyarakat dimana proses pembentukan dan pelaksanaannya
dilakukan oleh masyarakat bersama Lembaga Swadaya Masyarakat
(LSM), lintas sektor pemerintahan, non pemerintahan, swasta, organisasi
sosial dan lain-lain, dengan menitik beratkan pelayanan pada upaya
promotif dan preventif (KomNas, 2010).
Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk

10
masyarakat usia lanjut di suatu wilayah tertentu yang sudah disepakati,
yang digerakkan oleh masyarakat di mana mereka bisa mendapatkan
pelayanan kesehatan. Posyandu lansia merupakan pengembangan dan
kebijakan pemerintah melalui pelayanan kesehatan bagi lansia yang
penyelenggaraannya melalui program puskesmas dengan melibatkan
peran serta para lansia, keluarga, tokoh masyarakat, dan organisasi
sosial dalam penyelenggaraannya (Sunaryo, 2015).

2) Tujuan Posyandu Lansia

Tujuan pembentukan posyandu lansia secara garis besar adalah:


Pertama, meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan lansia di
masyarakat, sehingga terbentuk pelayanan kesehatan yang sesuai dengan
kebutuhan lansia. Kedua, mendekatkan pelayanan dan meningkatkan peran
serta masyarakat dan swasta dalam pelayanan kesehatan di samping
meningkatkan komunikasi antara masyarakat usia lanjut (Sunaryo, 2015).

Tujuan pelayanan posyandu lansia, antara lain :


a. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan lansia.
b. Meningkatkan pelayanan kesehatan lansia.
c. Membina kesehatan dirinya sendiri.
d. Meningkatkan kesadaran pada lansia.
e. Meningkatkan derajat kesehatan dan mutu pelayanan kesehatan usia
lanjut dimasyarakat, untuk mencapai masa tua yang bahagia dan
berdaya guna bagi keluarga (Sulistyorini, 2010).

3) Manfaat Posyandu Lansia


Menurut Depkes RI (2006), manfaat dari posyandu lansia adalah :
a. Kesehatan fisik lanjut usia dapat dipertahankan tetap bugar.
b. Kesehatan rekreasi tetap terpelihara.
c. Dapat menyalurkan minat dan bakat untuk mengisi waktu luang.

d. Pengetahuan lansia menjadi meningkat, yang menjadi dasar


pembentukan sikap dan dapat mendorong minat lansia sehingga lebih

11
percaya diri dihari tuanya.
4) Sasaran Posyandu Lansia
Sasaran posyandu lansia meliputi sasaran langsung dan sasaran
tidak Iangsung. Sasaran langsung adalah prausia lanjut (45-59 tahun),
usia lanjut (60-69 tahun), dan usia lanjut risiko tinggi, yaitu usia lebih
dan 70 tahun atau usia lanjut berumur 60 tahun atau lebih dengan
masalah kesehatan. Sasaran tidak langsung adalah keluarga di mana usia
lanjut berada, masyarakat tempat lansia berada, organisasi sosial,
petugas kesehatan, dan masyarakat luas (Sunaryo, 2015)
Sasaran posyandu lansia menurut Depkes RI (2006), dapat
dibagi menjadi dua kelompok, yaitu :

a. Sasaran langsung meliputi kelompok pra usia lanjut usia 45 s.d 59


tahun, kelompok lansia 60 tahun keatas, dan kelompok lansia risiko
tinggi yaitu usia lebih dari 70 tahun.
b. Sasaran tidak langsung adalah keluarga yang mempunyai lansia,
masyarakat di lingkungan lansia berada, organisasi sosial yang
bergerak dalam pembinaan lansia, masyarakat luas.
3) Kegiatan Posyandu Lansia
Menurut Komnas (2010), Kegiatan posyandu lansia ini
mecakup upaya-upaya perbaikan dan peningkatan kesehatan
masyarakat, seperti:
a. Promotif yaitu upaya peningkatan kesehatan, misalnya penyuluhan
perilaku hidup sehat, gizi usia lanjut dalam upaya meningkatkan
kesegaran jasmani.
b. Preventif yaitu upaya pencegahan penyakit, mendeteksi dini
adanya penyakit dengan menggunakan KMS lansia.
c. Kuratif yaitu upaya mengobati penyakit yang sedang diderita
lansia.
d. Rehabilitatif yaitu upaya untuk mengembalikan kepercayaan diri pada
lansia.
e. Pengukuran tekanan darah menggunakan
tensimeter/spigmomanometer dan stetoskop serta penghitungan

12
denyut nadi selama satu menit.
f. Pemeriksaan kadar gula darah dalam air seni sebagai deteksi awal
adanya penyakit diabetes.
g. Penyuluhan bisa dilakukan di dalam maupun diluar kelompok
dalam rangka kunjungan rumah atau konseling kesehatan dan gizi
sesuai dengan masalah kesehatan yang dihadapi oleh individu dan
atau kelompok lansia.
4) Mekanisme Pelayanan Posyandu Lansia
Mekanisme pelayanan posyandu lansia terdiri atas 5 meja, yaitu :
a) Meja 1 : Tempat pendaftaran. Lansia mendaftar, kemudian kader
mencatat lansia tersebut. Lansia yang sudah terdaftar dibuku register
kemudian menuju meja selanjutnya.

b) Meja 2 : Tempat pengukuran dan penimbangan berat badan.


c) Meja 3 : Pencatatan tentang pengukuran tinggi badan dan berat badan,
Indeks Masa Tubuh (IMT), dan mengisi KMS.
d) Meja 4 : Tempat melakukan kegiatan konseling dan pelayanan
pojok gizi, Penyuluhan kesehatan individu berdasarkan KMS, serta
pemberian PMT.
e) Meja 5 : Pemeriksaan kesehatan dan pengobatan, mengisi data-data
hasil pemeriksaan kesehatan pada KMS. Dan diharapkan setiap
kunjungan para lansia dianjurkan untuk selalu membawa KMS lansia
guna memantau status kesehatan (Sulistyorini, 2010).
5) Bentuk Pelayanan Posyandu Lansia
Pelayanan kesehatan di posyandu lanjut usia meliputi pemeriksaan
kesehatan fisik dan mental emosional yang dicatat dan dipantau dengan
Kartu Menuju Sehat (KMS) untuk mengetahui lebih awal penyakit yang
diderita (deteksi dini) atau ancaman masalah kesehatan yang dihadapi.
Jenis pelayanan kesehatan yang diberikan kepada lanjut usia di posyandu
lansia berupa pemeriksaan aktivitas kegiatan sehari-hari meliputi kegiatan
dasar (Activity Dayli Living) (Sulistyorini, 2010).
Pertama, kehidupan, seperti makan/minum, berjalan, mandi,
berpakaian, naik turun tempat tidur, buang air besar/kecil dan

13
sebagainya. Kedua, pemeriksaan status mental. Pemeriksaan ini
berhubungan dengan mental emosional dengan menggunakan pedoman
metode 2 (dua) menit. Ketiga, pemeriksaan status gizi melalui
penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan dan dicatat pada
grafik Indeks Masa Tubuh (IMT). Keempat, pengukuran tekanan darah
menggunakan tensimeter dan stetoskop serta penghitungan denyut nadi
selama satu menit. Kelima, pemeriksaan Hemoglobin menggunakan
taiquist, sahli, atau cuprisulfat. Keenam, pemeriksaan adanya gula dalam
air seni sebagai deteksi awal adanya penyakit gula (Diabetes Mellitus).
Ketujuh, pemeriksaan adanya zat putih telur (protein) dal am air seni
sebagai deteksi awal adanya penyakit ginjal. Kedelapan, pelaksanaan
rujukan ke Puskesmas bilamana ada keluhan dan atau ditemukan
kelainan pada pemeriksaan butir 1 hingga7. Kesembilan, penyuluhan
kesehatan. (Sulistyorini, 2010).

Kegiatan lain yang dapat dilakukan sesuai kebutuhan dan kondisi


setempat seperti Pemberian Makanan Tambahan (PMT) dengan
memperhatikan aspek kesehatan dan gizi lansia dan kegiatan olahraga,
seperti senam lansia dan gerak jalan santai untuk meningkatkan
kebugaran (Sulistyorini, 2010).
6) Pemanfaatan Posyandu
Pemanfaatan posyandu merupakan suatu proses pengambilan
keputusan yang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti
pengetahuan, kesadaran akan kesehatan, dan nilai-nilai sosial budaya,
pola relasi gender yang ada di masyarakat akan mempengaruhi pola hidup
dalam masyarakat itu sediri (Kemenkes, 2010).
Pelayanan kesehatan adalah sebuah sistem palayanan kesehatan
yang tujuan utamanya adalah untuk memberikan pelayanan preventif
(pencegahan), dan promotif (peningkatan kesehatan) dengan sasaran
utamanya adalah masyarakat (Notoatmodjo, 2012).

7) Faktor yang harus Tersedia pada Pemanfaatan Pelayanan


Kesehatan dan Kendalanya.

14
Ada beberapa faktor yang harus tersedia pada pemanfaatan
pelayanan kesehatan untuk menunjang pelaksanaan yaitu faktor
kemampuan baik dari keluarga misalnya (penghasilan, simpanan asuransi
atau sumber-sumber lainnya) dan dari komunitas misalnya tersedianya
fasilitas dan tenaga pelayanan kesehatan. Salah satu kendalanya dapat
berupa lamanya menunggu pelayanan serta lamanya waktu yang
digunakan untuk mencapai fasilitas pelayanan tersebut (Muzaham, 2007).

8) Fungsi Pelayanan Kesehatan dan Pemeliharaan Kesehatan


Fungsi pelayanan kesehatan dan pemeliharaan kesehatan tidak
dapat lagi seluruhnya ditangani oleh para dokter saja. Apalagi kegiatan itu
mencakup kelompok masyarakat luas. Para dokter sangat memerlukan
bantuan tenaga paramedik lainnya seperti perawat, ahli gizi, ahli ilmu
sosial, dan juga anggota masyarakat (tokoh masyarakat, kader) untuk
melaksanakan program kesehatan. Tugas tim kesehatan ini dapat
dibedakan menurut tahap atau jenis program kesehatan yang dijalankan,
yaitu promosi kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan dan
rehabilitas (DepKes, 2006).
9) Faktor yang Mempengaruhi Kunjungan Posyandu Lansia
Menurut Kusuma Ningrum (2014) mengemukakan dalam
penelitianya yang berjudul Faktor internal yang mempengaruhi
kunjungan lansia ke posyandu adalah sebagai berikut :
a. Umur
Dikatakan faktor usia mempengaruhi lansia karena semua fungsi ingatan,
penglihatan, pendengaran, daya konsentrasi dan kemampuan fisik
secara umum mulai menurun sehingga memerlukan orang lain untuk
memenuhi keperluanya dalam mempertahankan kunjungan ke
posyandu lansia.

b. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan seseorang berpengaruh dalam memberikan respon
terhadap sesuatu yang datang dari luar. Seseorang yang mempunyai
tingkat pendidikan tinggi akan memberikan respon yang lebih

15
rasional dan juga dalam motivasi kerjanya akan berpotensi dari pada
mereka yang berpendidikan lebih rendah atau sedang. Maka visi
pendidikan adalah mencerdaskan manusia. Tingkat pendidikan turut
menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami
tentang posyandu lansia.
c. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang terjadi setelah melakukan
penginderaan terhadap suatu objek. Pengetahuan merupakan suatu
domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang,
pengetahuan tersebut bisa didapat dari pengalaman sendiri ataupun
dari pengalaman orang lain (Notoadmdjo, 2012).
d. Jarak rumah
Konsep jarak tempat tinggal merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi perilaku seseorang dalam melakukan suatu kegiatan.
Semakin jauh jarak antara tempat tinggal dengan tempat kegiatan
semakin menurunkan motivasi seseorang dalam melakukan aktivitas.
Sebaliknya semakin dekat jarak tempat tinggal dengan tempat
kegiatan dapat meningkatkan usaha. Pengaruh jarak tempat tinggal
dengan tempat kegiatan tidak terlepas dari adanya besarnya biaya yang
digunakan dan waktu yang lama. Kaitannya dengan kesadaran
masyarakat akan pentingnya kesehatan masih rendah, sehingga jarak
antara rumah tinggal dan tempat pelayanan kesehatan mempengaruhi
perilaku mereka (Azwar, 2010).
e. Dukungan keluarga
Sebuah proses yang terjadi sepanjang masa kehidupan. Sifat dan jenis
dukungan sosial berbeda-beda dalam berbagai tahapan siklus
kehidupan. Dukungan keluarga membuat keluarga mampu berfungsi
dengan berbagai kepandaian dan akal sebagai akibatnya. Hal ini
meningkatkan kesehatan dan adaptasi keluarga (Friedman, 2010).
f. Peran kader posyandu
Seorang tenaga sukarela yang direkrut dari, oleh dan untuk masyarakat
yang bertugas membantu kelancaran pelayanan rutin di posyandu.

16
Sehingga seorang kader posyandu harus mau bekerja secara sukarela
dan ikhlas, mau dan sanggup melaksanakan kegiatan posyandu, serta
mau dan sanggup menggerakkan masyarakat untuk melaksanakan dan
mengikuti kegiatan posyandu (Ismawati,.et al, 2010).

17
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Di Indonesia, batasan mengenai lanjut usia adalah 60 tahun ke atas. Lanjut
usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas, namun
terdapat beberapa batasan-batasan umur yang mencakup batasan umur orang
yang masuk di dalam kategori lansia diantaranya adalah 60 tahun dan 60-74
tahun baik pria maupun wanita.

Depkes RI (2013) mengklasifikasikan lansia dalam kategori sebagai


berikut:
1. Pralansia, seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.
2. Lansia, seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.
3. Lansia resiko tinggi, seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih dengan
masalah kesehatan.
4. Lansia potensial, lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan atau
kegiatan yang dapat menghasilkan barang/jasa.
5. Lansia tidak potensial, lansia yang tidak berdaya mencari nafkah
sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain.
B. Saran
Diharapkan agar manusia dapat meningkatkan pemahamannya terhadap
materi mengenai Program Kesehatan Nasional Indonesia.

18
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2013. Buletin Jendela Data dan


Informasi Kesehatan. Diakses pada tanggal 6 juli 2022 dari
http://www.depkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/buletin/
buletin-lansia.pdf.

Notoatmodjo,s.2014.Ilmu Perilaku Kesehatan.Jakarta:Rineka Cipta.

DKK.Surakarta.2016.Profil Kesehatan Surakarta.Surakarta

Erpandi.(2015).Posyandu Lansia Mewujudkan Lansia Sehat Mandiri dan


Produktif.Jakarta.EGC

19

Anda mungkin juga menyukai