Anda di halaman 1dari 15

ANALISIS

KASUS ABORSI DI KABUPATEN SELAYAR


SULAWESI SELATAN

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Kesehatan Reproduksi (KIA)


Dosen : Hj. Mamlukah, AMK, SKM, M.Kes

Disusun Oleh :

Ana Nur Faidah CMR0160064

KELAS REGULER C
PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT

STIKES KUNINGAN
Jl. Lingkar Kadugede No. 2 Kuningan Jawa Barat
Telp. (0232) 875847 Fax. 875123
Website : www.stikku.ac.id
E-mail : stikku_kuningan@yahoo.co.id
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, segala puji
hanya bagi-Nya. Semoga sholawat beserta salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan
kita, nabi besar Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya, dan juga kepada
para pengikutnya yang setia hingga akhir zaman.
Puji syukur Alhamdulilah kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan segala rahmat, hidayah, dan inayah-Nya sehingga penulisan makalah ini dapat
diselesaikan dengan baik dan lancar.
Makalah dengan judul “KASUS ABORSI DI KAB SELAYAR SULAWESI
SELATAN” sebagai tugas mata kuliah Kesehatan Reproduksi (KIA).
Dalam penulisan makalah ini, kami banyak menerima bantuan bimbingan dan
dorongan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, kami tidak lupa mengucapkan terima
kasih yang sedalam-dalamnya kepada :
1. Ibu Hj. Mamlukah, AMK, SKM, M.Kes selaku dosen mata kuliah Kesehatan Reproduksi
(KIA)
2. Teman-teman kami di STIKes Kuningan umumnya dan kelas Reguler C Prodi S1
Kesehatan Masyarakat khususnya atas segala bantuannya.
Kami berharap makalah ini dapat memberikan manfaat bagi mahasiswa STIKes
Kuningan. Kami menyadari bahwa penulisan makalah masih banyak kekurangan dan
kesalahan. Oleh karena itu, kami menerima kritik dan saran yang bersifat membangun.
Kami mengharapkan semoga makalah ini dapat bermanfaat dan berguna bagi penulis
serta pembaca pada umumnya.

Kuningan, November 2017

Penulis
DAFTAR ISI
i
Kata Pengantar.........................................................................................................i
Daftar Isi...................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................4
1.3 Tujuan Penulisan.................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................5
2.1 Pengertian Aborsi ...............................................................................................5
2.2 Penyebab Abortus ...............................................................................................5
2.3 Macam-Macam Aborsi ........................................................................................6
2.4 Efek-Efek Aborsi.................................................................................................7
2.4.2 Efek Jangka Pendek .....................................................................................7
2.4.3 Efek Jangka Panjang.....................................................................................7
2.5 Resiko Aborsi .....................................................................................................7
2.6 Hasil Studi Kasus Aborsi Yang Terjadi Di Kab Selayar, Sulawesi Selatan........9
2.7 Upaya Kesehatan Masyarakat ............................................................................10
2.7.1 Upaya Preventif ............................................................................................10
2.7.1.1 Pencegahan Primer ..............................................................................10
2.7.1.2 Pencegahan Sekunder ..........................................................................10
2.7.1.3 Pencegahan Tersier ..............................................................................10
BAB III PENUTUP..................................................................................................11
3.1 Kesimpulan ........................................................................................................11
3.2 Saran ...................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Kesehatan reproduksi remaja adalah suatu kondisi sehat yang menyangkut system, fungsi
dan proses reproduksi yang dimiliki oleh remaja. Pengertian sehat disini tidak semata-mata
berarti bebas penyakit atau bebas dari kecacatan namun juga sehat secara mentalserta social
kultural (Fauzi, 2008).
Lebih dari separuh (104,6 juta orang) dari total penduduk Indonesia (208,2 juta orang)
adalah perempuan. Namun, kualitas hidup perempuan jauh tertinggal dibandingkan laki-laki.
Masih sedikit sekali perempuan yang mendapat akses dan peluang untuk berpartisipasi
optimal dalam proses pembangunan. Tidak heran bila jumlah perempuan yang menikmati
hasil pembangunan lebih terbatas dibandingkan laki-laki. Hal itu terlihat dari semakin
turunnya nilai Gender-related Development Index (GDI) Indonesia dari 0,651 atau peringkat
ke 88 (HDR 1998) menjadi 0,664 atau peringkat ke 90 (HDR 2000) (GOI & UNICEF, 2000).
GDI mengukur angka harapan hidup, angka melek huruf, angka partisipasi murid sekolah,
dan pendapatan kotor per kapita (Gross Domestic Product/GDP) riil per kapita antara laki-
laki dan perempuan. Di bidang pendidikan, terdapat perbedaan akses dan peluang antara laki-
laki dan perempuan terhadap kesempatan memperoleh pendidikan. Menurut Susenas 1999,
jumlah perempuan yang berusia 10 tahun ke atas yang buta huruf (14,1%) lebih besar
daripada laki-laki pada usia yang sama (6,3%) (GOI & UNICEF, 2000).Angka Kematian Ibu
(AKI) menurut survei demografi kesehatan Indonesia (SDKI) 1994 masih cukup tinggi, yaitu
390 per 100.000 kelahiran (GOI & UNICEF, 2000). Penyebab kematian ibu terbesar (58,1%)
adalah perdarahan dan eklampsia. Kedua sebab itu sebenarnya dapat dicegah dengan
pemeriksaan kehamilan (antenatal care/ANC) yang memadai. Walaupun proporsi perempuan
usia 15-49 tahun yang melakukan ANC minimal 1 kali telah mencapai lebih dari 80%, tetapi
menurut SDKI 1994, hanya 43,2% yang persalinannya ditolong oleh tenaga kesehatan.
Persalinan oleh tenaga kesehatan menurut SDKI 1997, masih sangat rendah, di mana sebesar
54% persalinan masih ditolong oleh dukun bayi (GOI & UNICEF, 2000).

1
Namun tidak semua kehamilan diharapkan kehadirannya. Setiap tahunnya, dari 175
juta kehamilan yang terjadi di dunia terdapat sekitar 75 juta perempuan yang mengalami
kehamilan tak diinginkan (Sadik 1997). Banyak hal yang menyebabkan seorang perempuan
tidak menginginkan kehamilannya, antara lain karena perkosaan, kehamilan yang terlanjur
datang pada saat yang belum diharapkan, janin dalam kandungan menderita cacat berat,
kehamilan di luar nikah, gagal KB, dan sebagainya. Ketika seorang perempuan mengalami
kehamilan tak diinginkan (KTD), diantara jalan keluar yang ditempuh adalah melakukan
upaya aborsi, baik yang dilakukan sendiri maupun dengan bantuan orang lain. Banyak
diantaranya yang memutuskan untuk mengakhiri kehamilannya dengan mencari pertolongan
yang tidak aman sehingga mereka mengalami komplikasi serius atau kematian karena
ditangani oleh orang yang tidak kompeten atau dengan peralatan yang tidak memenuhi
standarKeputusan untuk melakukan aborsi bukan merupakan pilihan yang mudah. Banyak
perempuan harus berperang melawan perasaan dan kepercayaannya mengenai nilai hidup
seorang calon manusia yang dikandungnya, sebelum akhirnya mengambil keputusan. Belum
lagi penilaian moral dari orang-orang sekitarnya bila sampai tindakannya ini diketahui.
Hanya orang-orang yang mampu berempati yang bisa merasakan betapa perempuan berada
dalam posisi yang sulit dan menderita ketika harus memutuskan untuk mengakhiri
kehamilannya.
Aborsi sering kali ditafsirkan sebagai pembunuhan bayi, walaupun secara jelas Badan
Kesehatan Dunia (WHO) mendefinisikan aborsi sebagai penghentian kehamilan sebelum
janin dapat hidup di luar kandungan atau kurang dari 22 minggu (WHO 2000). Dengan
perkembangan tehnologi kedokteran yang sedemikian pesatnya, sesungguhnya perempuan
tidak harus mengalami kesakitan apalagi kematian karena aborsi sudah dapat
diselenggarakan secara sangat aman dengan menggunakan tehnologi yang sangat sederhana.
Bahkan dikatakan bahwa aborsi oleh tenaga profesional di tempat yang memenuhi standar,
tingkat keamanannya 10 kali lebih besar dibandingkan dengan bila melanjutkan kehamilan
hingga persalinan.Sayangnya, masih banyak perempuan di Indonesia tidak dapat menikmati
kemajuan tehnologi kedokteran tersebut. Mereka yang tidak punya pilihan lain, terpaksa
beralih ke tenaga yang tidak aman yang menyebabkan mereka beresiko terhadap kesakitan
dan kematian. Terciptanya kondisi ini terutama disebabkan karena hukum di Indonesia masih
belum berpihak kepada perempuan dengan melarang tindakan ini untuk dilakukan kecuali

2
untuk menyelamatkan ibu dan bayinya. Akibatnya, banyak tenaga profesional yang tidak
bersedia memberikan pelayanan ini; walaupun ada, seringkali diberikan dengan biaya yang
sangat tinggi karena besarnya konsekuensi yang harus ditanggung bila diketahui oleh pihak
yang berwajib. Perkiraan jumlah aborsi di Indonesia setiap tahunnya cukup beragam. Hull,
Sarwono dan Widyantoro (1993) memperkirakan antara 750.000 hingga 1.000.000 atau 18
aborsi per 100 kehamilan. Saifuddin (1979 di dalam Pradono dkk 2001) memperkirakan
sekitar 2,3 juta. Sedangkan sebuah studi terbaru yang diselenggarakan oleh Pusat Penelitian
Kesehatan Universitas Indonesia memperkirakan angka kejadian aborsi di Indonesia per
tahunnya sebesar 2 juta (Utomo dkk 2001).
Menjadi remaja berarti menjalani proses berat yang membutuhkan banyak
penyesuaian dan menimbulkan kecemasan. Lonjakan pertumbuhan badani dan pematangan
organ-organ reproduksi adalah salah satu masalah besar yang mereka hadapi. Perasaan
seksual yang menguat tak bisa tidak dialami oleh setiap remaja meskipun kadarnya berbeda
satu dengan yang lain. Begitu juga kemampuan untuk mengendalikannya.
Di Indonesia saat ini 62 juta remaja sedang bertumbuh di Tanah Air. Artinya, satu dari
lima orang Indonesia berada dalam rentang usia remaja. Mereka adalah calon generasi
penerus bangsa dan akan menjadi orangtua bagi generasi berikutnya. Tentunya, dapat
dibayangkan, betapa besar pengaruh segala tindakan yang mereka lakukan saat ini kelak di
kemudian hari tatkala menjadi dewasa dan lebih jauh lagi bagi bangsa di masa depan.
Hasil penelitian di beberapa daerah menunjukkan bahwa seks pra-nikah belum
terlampau banyak dilakukan. Di Jatim, Jateng, Jabar dan Lampung: 0,4 – 5% Di Surabaya:
2,3% Di Jawa Barat: perkotaan 1,3% dan pedesaan 1,4%. Di Bali: perkotaan 4,4.% dan
pedesaan 0%. Tetapi beberapa penelitian lain menemukan jumlah yang jauh lebih fantastis,
21-30% remaja Indonesia di kota besar seperti Bandung, Jakarta, Yogyakarta telah
melakukan hubungan seks pra-nikah.

3
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang di maksud dengan aborsi ?
2. Apa saja penyebab aborsi ?
3. Sebutkan macam-macann aborsi ?
4. Apa saja efek dari aborsi ?
5. Apa saja resiko yg terjadi pada aborsi ?
6. Apa yang terjadi pada kasus aborsi di Kab Selayar, Sulawesi Selatan ?
7. Upaya apa yang dilakukan oleh ahli Kesehatan Masyarakat ?
1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui dan memahami tentang aborsi yang terjadi pada remaja
2. Untuk mengetahui gambaran kasus aborsi pada remaja di Kab Selayar, Sulawesi Selatan

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Aborsi


Aborsi adalah tindakan penghentian kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar
kandungan (sebelum usia 20 minggu kehamilan), bukan semata untuk menyelamatkan jiwa ibu
hamil dalam keadaan darurat tapi juga bisa karena sang ibu tidak menghendaki kehamilan itu.
Di kalangan ahli kedokteran dikenal dua macam abortus (keguguran kandungan) yakni
abortus spontan dan abortus buatan. Abortus spontan adalah merupakan mekanisme alamiah
yang menyebabkan terhentinya proses kehamilan sebelum berumur 28 minggu. Penyebabnya
dapat oleh karena penyakit yang diderita si ibu ataupun sebab-sebab lain yang pada umumnya
gerhubungan dengan kelainan pada sistem reproduksi.
Lain halnya dengan abortus buatan, abortus dengan jenis ini merupakan suatu upaya yang
disengaja untuk menghentikan proses kehamilan sebelum berumur 28 minggu, dimana janin
(hasil konsepsi) yang dikeluarkan tidak bisa bertahan hidup di dunia luar.

2.2 Penyebab Abortus


Secara garis besar ada 2 hal penyebab Abortus, yaitu :
Maternal.Penyebab secara umum
1. Infeksi akut
a. virus, misalnya cacar, rubella, hepatitis
b. Infeksi bakteri, misalnya streptokokus
c. Parasit, misalnya malaria
2. Infeksi kronis
a. Sifilis, biasanya menyebabkan abortus pada trimester kedua.
b. Tuberkulosis paru aktif.
c. Keracunan, misalnya keracunan tembaga, timah, air raksa, dll
d. Janin
Penyebab paling sering terjadinya abortus dini adalah kelainan pertumbuhan hasil
konsepsi (pembuahan), baik dalam bentuk Zygote, embrio, janin maupun placenta.

Alasan Abortus Provokatus

5
Abortus Provokatus ialah tindakan memperbolehkan pengaborsian dengan syarat-syarat
sebagai berrikut:
1. Abortus yang mengancam (threatened abortion) disertai dengan perdarahan yang terus
menerus, atau jika janin telah meninggal (missed abortion).
2. Mola Hidatidosa atau hidramnion akut.
3. Infeksi uterus akibat tindakan abortus kriminalis.
4. Penyakit keganasan pada saluran jalan lahir, misalnya kanker serviks atau jika dengan
adanya kehamilan akan menghalangi pengobatan untuk penyakit keganasan lainnya pada
tubuh seperti kanker payudara.
5. Prolaps uterus gravid yang tidak bisa diatasi.
6. Telah berulang kali mengalami operasi caesar.
7. Penyakit-penyakit dari ibu yang sedang mengandung, misalnya penyakit jantung organik
dengan kegagalan jantung, hipertensi, nephritis, tuberkulosis paru aktif, toksemia
gravidarum yang berat.
8. Penyakit-penyakit metabolik, misalnya diabetes yang tidak terkontrol yang disertai
komplikasi vaskuler, hipertiroid, dll.
9. Epilepsi, sklerosis yang luas dan berat.
10. Hiperemesis gravidarum yang berat, dan chorea gravidarum.
11. Gangguan jiwa, disertai dengan kecenderungan untuk bunuh diri. Pada kasus seperti ini
sebelum melakukan tindakan abortus harus berkonsultasi dengan psikiater.

2.3 Macam –macam aborsi


1. Aborsi spontanà berlangsung tanpa tindakan apapunà kebanyakan karena kurang baiknya
kondisi sel telur dan sel sperma
2. Aborsi buatanà pengakhiran usia kandungan sebelum 28 minggu sebagai suatu tindakan
yang disengaja dan disadari oleh calon ibu maupun sipelaksana aborsi.
3. Aborsi terapeutikà pengguguran kandungan yang dilakukan atas indikasi medik.

2.4 Efek Aborsi


2.4.1 Efek Jangka Pendek
1. Rasa sakit yang intens
2. Terjadi kebocoran uterus
3. Pendarahan yang banyak
4. Infeksi
5. Bagian bayi yang tertinggal di dalam
6. Shock/Koma
7. Merusak organ tubuh lain
8. Kematian

6
2.4.2 Efek Jangka Panjang
a. Tidak dapat hamil kembali
b. Keguguran Kandungan
c. Kehamilan Tubal
d. Kelahiran Prematur
e. Gejala peradangan di bagian pelvis
f. Hysterectom

2.5 Resiko Aborsi


Aborsi memiliki risiko penderitaan yang berkepanjangan terhadap kesehatan maupun
keselamatan hidup seorang wanita. Tidak benar jika dikatakan bahwa seseorang yang melakukan
aborsi ia ” tidak merasakan apa-apa dan langsung boleh pulang “.
Resiko kesehatan terhadap wanita yang melakukan aborsi berisiko kesehatan dan
keselamatan secara fisik dan gangguan psikologis. Risiko kesehatan dan keselamatan fisik yang
akan dihadapi seorang wanita pada saat melakukan aborsi dan setelah melakukan aborsi, Resiko
Gangguan kesehatan dan keselamatan fisik :
1. Kematian mendadak karena pendarahan hebat.
2. Kematian mendadak karena pembiusan yang gagal.
3. Kematian secara lambat akibat infeksi serius disekitar kandungan.
4. Rahim yang sobek (Uterine Perforation).
5. Kerusakan leher rahim (Cervical Lacerations) yang akan menyebabkan cacat pada anak
berikutnya.
6. Kanker payudara (karena ketidakseimbangan hormon estrogen pada wanita).
7. Kanker indung telur (Ovarian Cancer).
8. Kanker leher rahim (Cervical Cancer).
9. Kanker hati (Liver Cancer).
10. Kelainan pada ari-ari (Placenta Previa) yang akan menyebabkan cacat pada anak
berikutnya dan pendarahan hebat pada kehamilan berikutnya.
11. Menjadi mandul/tidak mampu memiliki keturunan lagi ( Ectopic Pregnancy).
12. Infeksi rongga panggul (Pelvic Inflammatory Disease).
13. Infeksi pada lapisan rahim (Endometriosis)
Proses aborsi bukan saja suatu proses yang memiliki resiko tinggi dari segi kesehatan dan
keselamatan seorang wanita secara fisik, tetapi juga memiliki dampak yang sangat hebat
terhadap keadaan mental seorang wanita. Gejala ini dikenal dalam dunia psikologi sebagai “Post-
Abortion Syndrome” (Sindrom Paska-Aborsi) atau PAS. Gejala-gejala ini dicatat dalam ”
Psychological Reactions Reported After Abortion ” di dalam penerbitan The Post-Abortion
Review.

7
Oleh sebab itu yang sangat penting untuk diperhatikan dalam hal ini adanya perhatian
khusus dari orang tua remaja tersebut untuk dapat memberikan pendidikan seks yang baik dan
benar.
1. Resiko gangguan psikologis
2. Dalam dunia psikologi dikenal sebagai “Post-Abortion Syndrome” (Sindrom Paska-
Aborsi) atau PAS.
3. Kehilangan harga diri (82%)
4. Berteriak-teriak histeris (51%)
5. Mimpi buruk berkali-kali mengenai bayi (63%)
6. Ingin melakukan bunuh diri (28%)
7. Mulai mencoba menggunakan obat-obat terlarang (41%)
8. Tidak bisa menikmati lagi hubungan seksual (59%)
9. Upaya Kesehatan Masyarakat
10. Terjadinya kasus aborsi yang sangat tinggi di Indonesia ini menunjukan bahwa:
11. Pelayanan kesehatan yang belum berhasil terutama KB
12. Menjadi salah satu faktor yang dapat menentukan tingginya KIA (kematian ibu dan
anak/bayi)à AKI Indonesia (390 per 100.000 kelahiran. tahun 2000)à kematian tidak
aman
13. Menjadi masalah kesehatan reproduksi.
14. Dalam masyarakat sangat bertentangan dengan norma.
15. Tingginya kejadian aborsi ini menunjukan bahwa sosek masyarakat masih rendah
16. Aborsi sangat berisiko pada kesehatan baik kesehatan fisik maupun psikologis.

2.5 Hasil Studi Kasus Aborsi Yang Terjadi Di Kab Selayar, Sulawesi Selatan
Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian warga sekitar mempunyai pengetahuan
yang kurang yang mengakibatkan terjadinya aborsi pada perempuan yang berumur 16 tahun dan
di ketahui menggugurkan kandungan nya oleh seorang dukun beranak yang berumur 47 tahun.
Ukuran janin yang di kandung perempuan tersebut sebesar telapak tangan orang dewasa.
Kasus ini di temukan oleh seorang warga dan langsung melaporkan ke polres Selayar, Sulawesi
Selatan. Seorang pacar nya mengaku hanya menemani kekasihnya untuk menggugurkan
kandungan nya di rumah dukun beranak di kampung tanabau, kelurahan Bontobangun.
Disaat anggota polres selayar datang ke kamar kost nya, di dapati tersangka mengalami
pendarahan pascaaborsi. Sehingga dia langsung dilarikan ke RSUD KH Hayyung Selayar.
Oleh karena itu Pandangan bahwa seks adalah tabu, yang telah sekian lama tertanam,
membuat remaja enggan berdiskusi tentang kesehatan reproduksi dengan orang lain. Yang lebih
memprihatinkan, mereka justru merasa paling tak nyaman bila harus membahas seksualitas
dengan anggota keluarganya sendiri! Tak tersedianya informasi yang akurat dan “benar” tentang
8
kesehatan reproduksi memaksa remaja bergerilya mencari akses dan melakukan eksplorasi
sendiri. Arus komunikasi dan informasi mengalir deras menawarkan petualangan yang
menantang. Majalah, buku, dan film pornografi yang memaparkan kenikmatan hubungan seks
tanpa mengajarkan tanggung jawab yang harus disandang dan risiko yang harus dihadapi,
menjadi acuan utama mereka. Mereka juga melalap “pelajaran” seks dari internet, meski saat ini
aktivitas situs pornografi baru sekitar 2-3%, dan sudah muncul situs-situs pelindung dari
pornografi . Hasilnya, remaja yang beberapa
generasi lalu masih malu-malu kini sudah mulai melakukan hubungan seks di usia dini, 13-15
tahun.
Ketika mereka harus berjuang mengenali sisi-sisi diri yang mengalami perubahan fisik-
psikis-sosial akibat pubertas, masyarakat justru berupaya keras menyembunyikan segala hal
tentang seks, meninggalkan remaja dengan berjuta tanda tanya yang lalu lalang di kepala
mereka.
Ketakutan akan hukuman dari masyarakat dan terlebih lagi tidak diperbolehkannya remaja
putri belum menikah menerima layanan keluarga berencana memaksa mereka untuk melakukan
aborsi, yang sebagian besar dilakukan secara sembunyi-sembunyi tanpa mempedulikan standar
medis. Data WHO menyebutkan bahwa 15-50 persen kematian ibu disebabkan karena
pengguguran kandungan yang tidak aman. Bahkan Departemen Kesehatan RI mencatat bahwa
setiap tahunnya terjadi 700 ribu kasus aborsi pada remaja atau 30 persen dari total 2 juta kasus di
mana sebgaian besar dilakukan oleh dukun.

2.7 Upaya Kesehatan Masyarakat


2.7.1 Upaya Preventif
2.7.1.1 Pencegahan Primer :
a. Health Promotionà penyuluhan kesehatan reproduksià KB dan Aborsi, dengan bekerja
sama dengan lintas sektoral dan program kesehatan masyarakat.
b. Spesific protectionà semua wanita,remaja, wus yang mempunyai akses pelayanan
kesehatanà KIA (kesehatan Ibu dan Anak)
2.7.1.2 Pencegahan Sekunder :
a. Early diagnostikà pengenalan /deteksi dini tanda bahaya (hamil gizi kurang, anemi,
perdarahan) abortus
b. Promptreatmentà rujukan ke RS

9
c. Disability Limitation apabila kondisi memburuk maka melakukan rujukan ke RS dengan
fasilitias yang lengkap dan lebih baik dan mengikuti program penanganan cepat tanggap
dan akurat
2.7.1.3 Pencegahan Tertier :
Rehabilitation pasca aborsi menjaga kesehatan reproduksi dengan gizi baik agar tidak
anemia, dan melakukan program pemulihan dengan kunjungan rutin ke pelayanan kesehatan

10
BAB III
PENUTUP

1.1 Kesimpulan
Proses pembuktian atas kasus Abortus Buatan Ilegal sangat sulit dan rumit, mengingat para
pihak dalam melakukan perbuatan tersebut selalu didahului pemukatan (jahat) untuk saling
merahasiakan. Bagaimana pun juga tindakan abortus adalah merupakan tindakan yang tidak
dapat ditolerir baik dari segi hukum maupun agama. Bagi tenaga kesehatan, khususnya Dokter,
Bidan dan Juru Obat, ancaman pidana melakukan perbuatan Abortus Buatan Ilegal dapat
ditambah sepertiga dari ancaman hukumannya. Ketakutan akan hukuman dari masyarakat dan
terlebih lagi tidak diperbolehkannya remaja putri belum menikah menerima layanan keluarga
berencana memaksa mereka untuk melakukan aborsi, yang sebagian besar dilakukan secara
sembunyi-sembunyi tanpa mempedulikan standar medis. Data WHO menyebutkan bahwa 15-50
persen kematian ibu disebabkan karena pengguguran kandungan yang tidak aman. Bahkan
Departemen Kesehatan RI mencatat bahwa setiap tahunnya terjadi 700 ribu kasus aborsi pada
remaja atau 30 persen dari total 2 juta kasus di mana sebgaian besar dilakukan oleh dukun.

3.2 Saran

Diharapkan kepada orang tua agar lebih memperhatikan kondisi/ keadaaan anak khususnya
perempuan, seperti membatasi pergaulan, dan memberikan informasi lebih awal tentang aborsi,
serta ilmu agama yang lebih mendalam dengan harapan agar si anak tidak terjebak dalam kondisi
yang kemungkinan dapat terjadi seperti itu. Untuk itu baik pemerintah, masyarakat, sekolah dan
orangtua agar dapat memberikan masukan (suplemen) khusus kepada remaja wanita, agar pola
pikir tentang arah-arah negatif dapat dihindari sejak dini. Hendaknya para tenaga kesehatan agar
selalu menjaga sumpah profesi dan kode etiknya dalam melakukan pekerjaan, sehingga
pengurangan kejadian Abortus Buatan Ilegal dapat dikurangi.

DAFTAR PUSTAKA
11
GOI & UNICEF. Laporan Nasional Tindak Lanjut Konferensi Tingkat Tinggi Anak (Draft).
Desember 2000.
Mochtar, Rustam, 1987, Sinopsis Obstetri, Edisi 2, Valentino Group, Medan
WHO-SEARO. Regional Health Report 1998: Focus on Women. New Delhi: WHO-SEARO,
1998
WHO. Safe Abortion: Technical and Policy Guidance for Health System. A Draft 4 September
2002.
Zumrotin K. Susilo and Herna Lestari. Disampaikan pada acara Temu Ilmiah Fertilitas
Endokrinologi Reproduksi, Hotel Savoy Homann Bidakara Bandung, 6 Oktober 2002. Artikel.
Syafruddin. Abortus Provocatus dan Hukum. USU-Library. 2003.

12

Anda mungkin juga menyukai