Anda di halaman 1dari 27

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA LANJUT USIA

Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Keperawatan Keluarga

Dosen Pengampu : Miftahul Falah.,MSN

Disusun Oleh :

Agum Dwi Gumelar C2114201037


Yanti Herawati C2114201045
Reval Gunawan F C2114201096
Shalza Aulia Yustiandari C2114201093

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TASIKMALAYA

2024
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. Kami panjatkan puji dan syukur atas kehadirat-Nya yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang asuhan keperawatan keluarga lanjut usia.

Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Miftahul Falah
MSN, selaku dosen pengampu mata kuliah Keperawatan Keluarga yang telah
membimbing kami dalam pengerjaan tugas makalah ini. Kami juga mengucapkan
terimakasih kepada teman-teman yang selalu setia membantu dalam hal
mengumpulkan data-data dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari dengan sepenuhnya bahwa masih
ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh
karena itu dengan tangan terbuka kami menerima saran dan kritik yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang asuhan keperawatan


keluarga lanjut usia ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman serta
memberikan manfaat bagi para pembaca.

Tasikmalaya, 23 April 2024

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................4
1.1 Latar Belakang..........................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................5
1.3 Tujuan Masalah.........................................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................7
2.1 Definisi Keluarga Lansia.......................................................................7
2.2 Tugas Perkembangan Keluarga Lanjut Usia.........................................8
2.3 Masalah Utama Yang Sering Terjadi Pada Lansia................................8
2.4 Perubahan Fisik Pada Lansia...............................................................10
2.5 Peran Dan Fungsi Perawat Pada Keluarga Lanjut Usia.......................12
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA LANSIA DENGAN
HIPERTENSI.........................................................................................................14
BAB IV PENUTUP..............................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................23
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 67 Tahun 2015 Tentang


Penyelenggaaraan Pelayanan Lanjut Usia di Puskesmas dijelaskan bahwa
lanjut usia (Lansia) merupakan seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun
ke atas. Menurut World Health Organization (WHO) populasi orang berusia
diatas 60 tahun berjumlah 900 juta pada tahun 2015 dan akan bertambah lebih
dari 2 kali lipat dari 12% menjadi 22% atau sekitar 2miliar pada tahun 2050.
Berdasarkan hasil riset kesehatan dasar (RISKESDAS) pada tahun 2017
jumlah penduduk usia lanjut ≥ 60 tahun lebih dari 23 juta jiwa, sedangkan
penduduk usia lanjut yang beresiko kurang lebih sebanyak 8 juta jiwa
(Kemenkes RI, 2017).
Lanjut usia atau sering disebut juga lansia adalah seseorang mencapai
usia 60 tahun keatas, berdasarkan Undang-Undang No. 13 tahun 1998
tentang Kesejahteraan Lanjut Usia. Proses penuaan merupakan proses
alami yang akan dilalui oleh setiap manusia sebagai bagian dari
tahapan tumbuh kembangnya. Menurut Sitanggang, dalam Wulandhani,
Nurchayati, Lestari, (2014), proses penuaan tersebut meliputi beragam
perubahan pada individu termasuk perubahan secara fisik, psikologis, kognitif
dan intelektual. Pudjiastuti dan Utomo (2003) menjelaskan bahwa proses
penuaan pada manusia dapat diikuti dengan berbagai gangguan pada
kesehatannya. Salah satu masalah kesehatan yang sering dialami oleh
lansia adalah hipertensi.
Penyakit hipertensi memiliki hubungan erat dengan bertambahannya usia
seseorang dan merupakan penyakit degeneratif, bersifat menahun yang dapat
mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit
Hipertensi selain membutuhkan penatalaksanaan dan pengobatan jangka
panjang juga melakukan perubahan gaya hidup yang meliputi; menurunkan
berat badan, diet sehat, menurunkan konsumsi sodium, mengurangi lemak,
melakukan aktivitas fisik, dan mengendalikan stress dengan baik (PK et al.,
2018). Hipertensi dapat mengancam kesehatan masyarakat khususnya lanjut
usia karena mempunyai potensi yang dapat menyebabkan komplikasi seperti
stroke, jantung koroner dan gagal ginjal sehingga memerlukan pengobatan
secara rutin. Beberapa penelitian sebelumnya juga menyampaikan bahwa
pengobatan hipertensi dipengaruhi oleh ketaatan mengkonsumsi obat
hipertensi(Saepudin, 2011).
Hipertensi merupakan suatu penyakit yang tidak bisa disembuhkan namun
harus selalu dikontrol ataupun dikendalikan supaya tidak mengalami
komplikasi yang bisa berakhir dengan kematian(Mangendai, Rompas and
Hamel, 2017). Selain itu menurut peneliti lainnya dikatakan bahwa ketidak
teraturan dalam melakukan perawatan dan pengobatan secara rutin
dikarenakan mayoritas penderitanya merasakan bosan untuk melakukan
pengobatan karena membutuhkan waktu yang lama dan dapat membebani
keluarga(Ihwatun et al., 2020).
Salah satu penyakit yang menjadi masalah kesehatan di seluruh dunia
adalah hipertensi. Berdasarkan prediksi WHO angka kejadian hipertensi di
dunia akan meningkat setiap tahunnya dan mencapai 29,2% pada tahun
2025(Soesanto and Marzeli, 2020). Hasil Riskesdas 2018 menunjukkan angka
prevalensi hipertensi pada penduduk > 18 tahun secara nasional berdasarkan
pengukuran sebesar 34,11% dan 41 % diantaranya tidak rutin melakukan
pengukuran dan kontrol kesehatannya(Kemenkes, 2018). Di Jawa Tengah
prevalensi penyakit hipertensi sebanyak 8.070.378 penderita atau sebesar 37,5
%(Dinas Kesehatan Jawa Tengah, 2020). Penderita Hipertensi di Kabupaten
Demak sebanyak 309.697 orang dan 19 % diantaranya lanjut usia yang berada
di Wilayah kerja Puskesmas Mranggen I(Dinkes Kab. Demak, 2019; Seksi
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular dan Kesehatan Jiwa,
2020).

1.2 Rumusan Masalah

1) Apa Definisi Usia Lanjut?


2) Apa Tugas Perkembangan keluarga lanjut usia?
3) Apa Masalah Utama Yang Sering Terjadi Pada Keluarga Lanjut Usia?
4) Bagaimana Perubahan Fisik Pada Keluarga Lanjut Usia?
5) Bagaimana Peran dan Fungsi Perawat Pada Keluarga Lansia?

1.3 Tujuan Masalah

1) Untuk Mengetahui Apa Definisi Usia Lanjut?


2) Untuk Mengetahui Apa Tugas Perkembangan keluarga lanjut usia?
3) Untuk Mengetahui Apa Masalah Utama Yang Sering Terjadi Pada
Keluarga Lanjut Usia?
4) Untuk Mengetahui Perubahan Fisik Pada Keluarga Lanjut Usia?
5) Untuk Mengetahui Bagaimana Peran dan Fungsi Perawat Pada Keluarga
Lansia?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Keluarga Lansia

Lanjut usia atau sering disebutjuga lansia adalah seseorang mencapai


usia 60 tahun keatas, berdasarkan Undang-Undang No.13 tahun 1998
tentang Kesejahteraan Lanjut Usia. Proses penuaan merupakan proses
alami yang akan dilalui oleh setiap manusia sebagai bagian dari tahapan
tumbuh kembangnya. WHO sebagai badan kesehatan dunia PBB memberikan
pengertian lansia dalam empat kriteria, yaitu rentang 45-59 tahun merupakan
usia pertengahan (middle age), rentang 60-74 tahun merupakan lanjut usia
(elderly), rentang 75-90 tahun merupakan lanjut usia tua (old), sedangkan di
atas 90 tahun merupakan usia sangat tua (very old). Usia lanjut merupakan
usia yang mendekati akhir siklus kehidupan manusia didunia. Usia tahap ini
dimulai dari 60 tahunan sampai akhir kehidupan. Usia lanjut merupakan
istilah tahap akhir dari proses penuaan. Semua orang akan mengalami proses
menjadi tua, dan masa tua merupakan masa hidup manusia yang terakhir.
Menjadi tua merupakan suatu fase kehidupan yang dialami oleh manusia.
Makin panjang usia seseorang, sejalan dengan pertambahan usia tubuh akan
mengalami kemunduran secara fisik maupun psikologis. Secara fisik orang
lanjut usia yang selanjutnya disebut lansia, mengalami kemunduran fungsi alat
tubuh, atau disebut juga dengan proses degeneratif. Orang lansia akan terlihat
dari kulit yang mulai keriput, berkurangnya fungsi telinga dan mata, tidak
dapat bergerak cepat lagi, cepat merasa lelah, rambut menipis dan memutih,
mudah terserang penyakit karena daya tahan tubuh berkurang. Secara
psikologis orang lansia menjadi mudah lupa, serta berkurangnya kegiatan dan
interaksi (baik dengan anak-anak, saudara atau teman), mengalami rasa
kesepian, kebosanan dan sebagainya. Apalagi jika kehilangan pekerjaan,
menderita post power syndrome, berkurangnya peranan dalam keluarga atau
masyarakat atau kondisi ekonominya buruk.
2.2 Tugas Perkembangan Keluarga Lanjut Usia

Tugas perkembangan keluarga dengan lansia merupakan dari


teoriperkembangan keluarga. Menurut Kaakien, Duff, Cehlo, dan Hanson
(2010), Duvallmendeskripsikan teori perkembangan keluarga dari
waktu ke waktu untukmenggambarkan tahapan keluarga kemudian
menekankan pada tugas perkembangananggota keluarga secara keseluruhan.
Dalam teori perkembangan keluarga, Duvallmembaginya menjadi 8 tahap
mulai dari tahap pasangan yang baru menikah hingga tahap penuaan anggota
keluarga. Setiap tahap perkembangan keluarga memiliki tugasperkembangan
keluarga yang berbeda-beda. Pada perkembangan keluarga denganorang
lanjut usia memiliki tugas utama ialah menjaga hubungan dekat
diantarakerabat (Kaakinen, Duff, Cehlo, dan Hanson, 2010)

Pada setiap tahap kehidupan manusia memiliki tugas perkembangan


tertentu, demikian juga halnya pada usia lanjut. Sebagian tugas perkembangan
usia lanjut banyak berkaitan dengan kehidupan pribadi seseorang dari pada
kehidupan orang lain. Adapun tugas perkembangan usia lanjut yaitu :

1. Menyesuaikan diri dengan menurunnya kekuatan fisik dan kesehatan.


2. Menyesuaikan diri dengan masa pensiun dan berkurangnyaincome
(penghasilan) keluarga.
3. Menyesuaikan diri dengan kematian pasangan hidup.
4. Membentuk hubungan dengan orang-orang yang seusianya.
5. Membentuk kehidupan pengaturan fisik yang memuaskan.
6. Menyesuaikan diri dengan peran sosial secara luas
2.3 Masalah Utama Yang Sering Terjadi Pada Lansia

Masalah kesehatan yang sering terjadi pada lansia menurut Hamoko


(2012)sering disebut dengan istilah 14I, yaitu immobility (kurang
bergerak), instability(berdiri dan berjalan tidak stabil atau mudah jatuh),
incontinence (beser buang airkecil dan atau buang air besar),
intellectual impairment (gangguanintelektual/dementia), infection
(infeksi), impairment of vision and hearing, taste,smell,
communication, convalescence, skin integrity (gangguan
pancaindera,komunikasi, penyembuhan, dan kulit), impaction (sulit buang
air besar), isolation(depresi), inanition (kurang gizi), impecunity (tidak
punya uang), iatrogenesis(menderita penyakit akibat obat-obatan),
insomnia (gangguan tidur), immunedeficiency (daya tahan tubuh yang
menurun),impotence(impotens).

Adapun masalah yang pada umumnya dihadapi oleh usia lanjut dapat
dikelompokan kedalam beberapa bagian, yaitu:

a) Masalah Ekonomi
Usia lanjut dengan ditandai menurunnya produktivitas kerja,
memasuki masa pensiun atau berhentinya pekerjaan utama. Hal ini
berakibat pada menurunnya pendapatan yang kemudian terkait dengan
pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari, seperti sandang, pangan, papan,
kesehatan, rekreasi dan kebutuhan sosial. Pada sebagian usia lanjut, karena
kondisinya yang tidak memungkinkan, berarti masa tua tidak produktif
lagi dan berkurang atau bahkan tidak adanya penghasilan.
b) Masalah Sosial
Memasuki usia lanjut ditandai dengan berkurangnya kontak sosial,
baik dengan anggota keluarga, anggota masyarakat, maupun teman kerja
sebagai akibat terputusnya hubungan kerja karena pensiun. Di samping itu
kecenderungan meluasnya keluarga inti atau keluarga batih dari pada
keluarga luas juga akan mengurangi kontak sosial usia lanjut
c) Masalah Kesehatan
Salah satu indikator keberhasilan pembanguan kesehatan di
Indonesia adalah meningkatnya usia harapan hidup manusia Indonesia.
Peningkatan jumlah penduduk usia lanjut akan diikuti dengan
meningkatnya permasalahan kesehatan, seperti masalah kesehatan indera
pendengaran dan penglihatan
d) Masalah Psikologis
Maslah psikologis yang dihadapi usia lanjut pada umumnya
meliputi kesepian, keterasingan dari lingkungan, ketidakberdayaan,
perasaan tidak berguna, kurang percaya diri. ketergantungan, ketelantaran
terutama bagi usia lanjut yang miskin, post power syndrome dan
sebagainya
Adapun dalam Hurlock menjelaskan beberapa masalah umum yang
unik dihadapi oleh usia lanjut, yaitu:
1) Keadaan fisik lemah dan tidak berdaya sehingga harus bergantung
dengan orang lain.
2) Siklus ekonominya sangat terancam, sehingga cukup beralasan
untuk melakukan berbagai perubahan besar dalam pola hidupnya.
3) Menentukan kondisi hidup yang sesuai dengan perubahan status
ekonomi dan kondisi fisik.
4) Mencari teman baru untuk menggantikan suami atau istri yang
telah meninggal ataupun cacat.
5) Mengembangkan kegiatan baru untuk mengisi waktu luang yang
semakin bertambah.
6) Belajar untuk memperlakukan anak yang sudah besar sebagai
orang dewasa.
7) Mulai merasakan kebahagian dari kegiatan yang sesuai untuk
orang berusia lanjut dan memiliki kemauan untuk mengganti
kegiatan lama yang berat dengan kegiatan yang lebih cocok.
8) Menjadi korban atau dimanfaatkan oleh para penjual obat, buaya
darat dan kriminalitas karena tidak sanggup lagi untuk
mempertahankan diri.

2.4 Perubahan Fisik Pada Lansia

a. Perubahan Fisik
Usia lanjut adalah suatu proses alami yang ditandai dengan
penurunan fisik. Semua makhluk hidup di dunia memilki siklus kehidupan
yang diawali dari proses kelahiran, kemudian tumbuh menjadi dewasa dan
berkembang biak, selanjutnya menjadi semakin tua, menderita berbagai
penyakit dan ketidakmampuan. dan akhirnya meninggal dunia. Proses
menjadi usia lanjut disebabkan oelh faktor biologis yang terjadi atas 3 fase
yaitu,fase progresif, fase stabil, dan fase regresif. Dalam fase regresif,
mekanisme lebih kearah kemunduran yang dialami oleh sel, komponen
kecil dari tubuh manusia. Usia biologis ini sering juga dibedakan atas fase
pertumbuhan, fase pematangan, dan fase penurunan
b. Penurunan Berbagai Fungsi Indrawi
Penurunan fungsi indrawi pada usia lanjut meliputi, penglihatan,
pendengaran, pengecapan, pembauan dan rasa (sakit). Penurunan
berlangsung secara berangsur-angsur, dan dimulai sejak usia pertengahan.
1) Penglihatan
Berk menyatakan bahwa penurunan penglihatan dimulai saat
memasuki masa dewasa awal atau masa dewasa akhir. Penurunan
fungsi penglihatan, terutama pada objek dengan tingkat penerangan
yang rendah, juga menurunnya sesitivitas terhadap warna.
2) Pendengaran
Kemampuan pendengaran yang berkurang sebagai akibat dari
berhentinya pertumbuhan saraf, antara usia 45 sampai 65 tahun.
Manusia mulai mengalami penurunan pendengaran secara berangsur-
angsur. Meskipun sementara orang kehilangan pendengaran terkait
dengan keturunan atau genetika namun menurunnya pendengaran yang
berhubungan dengan umur seseorang sering disebut dengan
presbycusi.
3) Kulit
Kulit terdiri atas tiga bagian, yaitu: epidemis atau lapisan
paling luar yang melindungi, dimana dihasilkan secara ajeg sel- sel
kulit baru
4) Perasa
Fungsi alat perasa juga menurun sebagai akibat dari
berhentinya pertumbuhan tunas perasa yang terletak di lidah dan di
permukaan bagian dalam pipi. Berhentinya saraf perasa ini terus
menerus sejalan dengan bertambahnya usia. Kemampuan penciuman
juga peraba menurun. Indera mengalami penurunan kepekaan karena
kulit semakin kering dan keras. Ketahan terhadap rasa sakit juga
menurun terutama dibagian dahi dan tangan, sedangkan pada kaki
tidak seburuk dari kedua organ tersebut.
5) Keropos Tulang
Ketika terjadi akumulasi sel-sel baru pada jaringan luar, tulang
membesar, kandungan tetapi mineralnya menurun sehingga menjadi
keropos
6) Membau dan Mencecap
Kepekaan atas rasa asam lebih besar dibandingkan dengan rasa
manis dan asin. Makan buah yang agak asam sudah tidak tertarik lagi
meski ketika muda dulu penggemar rujak yang terdiri dari buah-buah
yang asam.
7) Aktivitas Seksual dan Fungsi Reproduksi
Produksi hormon seks pada pria dan wanita menurun dengan
bertambahnya usia, selain itu produksi hormon pada pria dan wanita
yang menurun juga dipengaruhi oleh monopause pada wanita dan
andropause pada pria

2.5 Peran Dan Fungsi Perawat Pada Keluarga Lanjut Usia

1. Pelaksana Klinis
Peran dan fungsi sebagai pemberi asuhan keperawatan,
melaksanakan intervensi keperawatan. Memberikan asuhan keperawatan
serta bantuan tidak hanya kepada klien, melainkan kepada keluarga klien.
2. Advokat
Sebagai pemberi informasi kepada klies dan sebagai penghubung antara
klien dengan tenaga medis lainnya.
3. Kolaborator
Perawat melaksanakan kolaborasi dengan tim Kesehatan lainnya
seperti dokter, ahli gizi, farmasi, fisioterapis dan lainnya untuk berbagi
pendapat dan menentukan bentuk pelayanan yang akan diberikan kepada
klien.
4. Konselor
Perawat mendampingi dan memberikan solusi kepada pasien untuk
menghadapi masalah mengenai penyakitnya serta memberikan
informasimmengenai penyakitnya.
5. Edukator
Perawat mengedukasi pasien melalui Pendidikan Kesehatan kepada
pasien mengenai masalah penyakit, maupun lingkungan
6. Peneliti

Perawat melaksanakan penelitian terhadap fenomena yang terjadi


yang berpengaruh terhadap Kesehatan bahkan mengancam Kesehatan.

7. Manajer Kasus
Perawat mengkoordinasi kerja tim dalam memberikan
asihan kepada pasien
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA LANSIA DENGAN
HIPERTENSI
3.1 Pengkajian

1. Data Umum
a. Identitas Keluarga
Nama kepala keluarga dan anggota keluarga, alamat, jenis kelamin,
umur, pekerjaan, pendidikan dan genogram/silsilah keluarga. Pada
pengkajian usia, pekerjaan dan jenis kelamin untuk mengetahui
resiko terjadinya hipertensi pada anggota keluarga yang lain.
b. Tipe Keluarga
Menjelaskan mengenai jenis/tipe keluarga beserta kendala atau
masalah-masalah yang terjadi dengan jenis/tipe keluarga yang
mengalami hipertensi (Padila, 2012).
c. Suku Bangsa
Identifikasi budaya suku bangsa tersebut terkait dengan kesehatan
(Sutanto, 2012). Terkait Bahasa yang digunakan dalam keluarga,
agama yang di anut dan kebiasaan keluarga yang mempengaruhi
kesehatan.
d. Status sosial ekonomi keluarga
Status sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh pendapatan baik
dari kepala keluarga maupun dari anggota keluarga lainnya. Pada
pengkajian status sosial ekonomi diketahui bahwa tingkat status
sosial ekonomi berpengaruh pada tingkat kesehatan seseorang.
Dampak dari ketidakmampuan keluarga membuat seseorang tidak
bisa mencukupi kebutuhan keluarga (Padila, 2012). Selain itu kaji
karakterisktik lingkungan sekitar, letak geosrafisnya, organisasi
atau perkumpulan yang keluarga ikuti di masyarakat dan adanya
sistem penukung keluarga.
2. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
a. Tahap perkembangan keluarga saat ini : Tahap perkembangan
keluarga ditentukan dengan anak tertua dari keluarga inti (Gusti,
2013). Biasanya keluarga dengan hipertensi terdapat pada tahap
keluarga dengan anak dewasa (launcing canter families), tahap
keluarga usia pertengahan (middle age families), dan tahap leuarga
usia lanjut.
b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi :
Menjelaskan mengenai tugas perkembangan keluarga yang belum
terpenuhi oleh keluarga serta kendala kendala yang dialami
(PadilA, 2012). Biasanya keluarga belum mampu memenuhi
kebutuhan dan membantu pasien hipertensi dalam mengatasi nyeri.
c. Riwayat keluarga inti : Menjelaskan riwayat kesehatan masing-
masing anggota keluarga inti, upaya pencegahan dan pengobatan
pada anggota keluarga yang sakit, serta pemanfaatan fasilitas
kesehatan yang ada (Gusti, 2013). Biasanya keluarga dengan
hipertensi tidak mengatur pola kesehatan dengan baik.
3. Pengkajian Lingkungan
Dalam mengkaji karakteristik rumah, anda bisa lakukan dengan
observasi atau wawancara lansung. Hal-hal yang harus anda tuliskan
dalam mengkaji karakteristik rumah seperti : Ukuran rumah (luas
rumah), Kondisi dalam dan luar rumah, Kebersihan rumah, Ventilasi
rumah, Saluran pembuangan air limbah (SPAL), Ketersedian air
bersih, Pengelolaan sampah, Kepemilikan rumah, Kamar mandi/WC,
Denah rumah.
4. Fungsi Keluarga
a. Fungsi afektif: kaji kerukunan keluarga dan perhatian dalam
membina hubungan
b. Fungsi sosial: Kaji keluarga selalu mengajarkan dan menanamkan
perilaku sosial yang baik. Kaji tingkat keaktifan keluarga dalam
bermasyarakat dengan mengikuti kegiatan yang ada dalam
masyarakat.
c. Fungsi perawatan kesehatan: Keluarga kurang mampu mengenal
masalah kesehatan tentang penyakit hipertensi hal ini ditunjukan
dengan keluarga kurang menyadari dampak masalah kesehatan
akibat penyakit hipertensi.
d. Fungsi Reproduksi: kaji tingkat produktifitas seluruh anggota
keluarga sesuai usia yang ada dalam keluarga.
e. Fungsi Ekonomi: Kaji tingkat ekonomi keluarga dalam sehari-
sehari
5. Pemeriksaan Fisik
a. Status Kesehatan Umum: Meliputi keadaan pasien, kesadaran,
tinggi badan, berat badan dan tanda-tanda vital.
b. Pemeriksaan fisik dilakukan kepada semua anggota keluarga yang
tedapat di rumah. Metode pemeriksaan head to toe meliputi sistem
pernafasan, sistem kardiovaskuler, sistem gangrointestinal, sistem
urinaria, sistem musculoskeletal, sistem neurologis dan sistem
reproduksi.

3.2 Diagnosa Keperawatan Keluarga

Tahap kedua dalam asuhan keperawatan keluarga adalah menentukan


diagnosa dan prioritas masalah keluarga. Perumusan diagnosis keperawatan
keluarga dapat sebagai berikut: diarahkan pada sasaran individu atau keluarga.
Komponen diagnosis keperawatan keluarga di rumuskan berdasarkan data
yang didapat pada pengkajian. Tipe dan komponen diagnosa keperawatan
antara lain: Aktual, resiko, kemungkinan, kesejahteraan dan sindrom.
Sedangkan etiologi mengacu pada 5 tugas keluarga sebagai berikut:

1. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah


2. Ketidakmampuan keluarga mengambil Keputusan
3. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit
4. Ketidakmampuan keluarga memelihara lingkungan
5. Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas Kesehatan

3.3 Prioritas Diagnosis Keluarga

Penentuan prioritas menggunakan seckoring


NO Kriteria Skor Bobot Skoring
1 Sifat masalah
-Tidak/kurang sehat 3
-Ancaman kesehatan 2 1
-Krisis atau keadaan 1
Sejahtera
2 Kemungkinan masalah dapat
diubah 2 2
-Dengan Mudah 1
-Hanya ebagian 0 Skor x bobot
-Tidak dapat diubah Angka tertinggi
3 Potensial masalah dapat
dicegah 3
-Tinggi 2 1
- Cukup 1
- Rendah
4 Menonjolnya masalah
-Masalah berat, harus segara 2 1
di tangani
-Ada masalah, tetapi tidak 1
perlu segera di tangani
- Masalah tidak dirasakan 0

3.4 Perencanaan Keperawatan Keluarga

Perencanaan keperawatan keluarga merupakan kumpulan tindakan di


tentukan oleh perawat bersama-sama sasaran, yaitu keluarga untuk
dilaksanakan sehingga masalah kesehatan dan masalah keperawatan yang
telah diidentifikasi dapat diselesaikan. Setelah menentukan prioritas diagnosa
keperawatan keluarga maka perlu dibuat perencanaan intervensi keperawatan.
Tujuan intervensi keperawatan adalah untuk menghilangkan, mengurangi dan
mencegah masalah keperawatan klien.
Analisa Data

Data Etiologi Masalah


Keperawatan
DS Ketidakmampuan Kurangnya
-klien pengatakan keluarga dalam merawat pengetahuan (00126)
tidak mengetahui anggota keluarga yang
tentang penyakit sakit dengan hipertensi
hipertensi lebih jauh
DO
-Klien terlihat
bingung -klien selalu
bertanya kepada
perawat tentang
penyakitnya
DS : Ketidakmampuan Gangguan rasa
-klien mengatakan keluarga mengambil nyaman (00214)
nyeri di tengkuk keputusan
nyerinya hilang
timbul -klien
mengatakan tidurnya
terganggu karena
nyeri
DO : -Klien terlihat
meringis kesakitan -
klien terlihat
memegangi daerah
tengkuk
DS : Ketidakmampuan Nyeri akut (00132)
-klien mengatakan keluarga dalam merawat
nyeri di daerah anggota keluarga yang
tengkuk dengan skala
nyeri 6 dan nyeri sakit dengan hipertensi
seperti ditusuk-tusuk
DO :
-Klien tampak gelisah
-Penilaian GCS
Compos mentis -
Membran mukosa
pucat. -Paien tampak
paralisis pada
sebagian ekstermitas

3.5 Implementasi

Implementasi atau tindakan keperawatan merupakan inisiatif dari rencana


tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai
setelah rencana keperawatan disusun dan ditunjukkan pada nursing orders
untuk membantu pasien mencapai tujuan yang diharapkan. Tujuan dari
pelaksanaan adalah membantu pasien mencapai tujuan yang telah ditetapkan,
mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan
dan memfasilitasi koping. Fase yang dilakukan dalam implementasi, yaitu :

1. Fase perkenalan/orientasi
Tahap perkenalan dilaksanakan setiap kali pertemuan dengan klien
dilakukan. Tujuan dalam tahap ini adalah memvalidasi keakuratan data
dan rencana yang telah telah lalu.
2. Fase Kerja
Tahap kerja merupakan inti dari keseluruhan proses komunikasi
terapeutik. Tahap kerja merupakan tahap yang terpanjang dalam
komunikasi terapeutik karea didalamnya perawat dituntut untuk
membantu dan mendukung klien untuk menyampaikan perasaan dan
pikirannya dan kemudian menganalisa respons ataupun pesan
komunikasi verbal dan non verbal yang disampaikan oleh klien.
3. Fase Terminasi
Terminasi merupakan akhir dari pertemuan perawat dan klien. Tahap
terminasi dibagi menjadi dua yaitu terminasi sementara dan terminasi
akhir. Terminasi sementara adalah akhir dari tiap pertemuan perawat
dan klien, setelah hal ini dilakukan perawat dan klien masih akan
bertemu kembali pada waktu yang berbeda sesuai dengan kontrak
waktu yang telah disepakati bersama. Sedangkan terminasi akhir
dilakukan oleh perawat setelah menyelesaikan seluruh proses
keperawatan.

3.6 Evaluasi

Evaluasi adalah suatu penilaian asuhan keperawatan yang telah


diberikan atau dilaksanakan dengan berpedoman pada tujuan yang ingin
dicapai. Pada bagian ini akan di ketahui apakah perencanaan sudah mencapai
sebagai atau akan timbul masalah lain yang baru (Wilkinson, M Judith dkk,
2012).

Terdapat dua jenis evaluasi yaitu evaluasi formatif dan evaluasi


sumatif. Evaluasi formatif merupakan evaluasi yang dilakukan pada saat
memberikan intervensi dengan respon segera. Sedangkan evaluasi sumatif
merupakan rekapitulasi dari hasil observasi dan analisis status pasien pada
waktu tertentu berdasarkan tujuan yang direncanakan pada tahap perencanaan.

3.7 Analisis Jurnal

Judul PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL DENGAN KUALITAS


HIDUP LANJUT USIA PADA PENDERITA HIPERTENSI
Nama Jurnal Jurnal Penelitian Perawat Profesional
Peneliti Aliffatunisa, F., Rochmah, N., Ayu, I., & Dewi, F. K.
Volume Volume 6 Nomor 3

ANALISA JURNAL
P Hipertensi adalah sejenis penyakit tidak menular yang tidak
(Problem) ada hentinya dan pada dasarnya berdampak pada status
kesejahteraan. Jika tidak ditangani sebagaimana mestinya, hal
ini akan menimbulkan resiko yang tidak aman bagi orang yang
bersangkutan. Sebagai salah satu faktor utama penyebab
keburukan dan kematian. Hipertensi digambarkan sebagai
seseorang yang memiliki detak jantung sistolik ≥ 140 mmHg
atau tekanan darah diastolik mungkin ≥ 90 mmHg,
berdasarkan penilaian berulang.
I Penelitian ini menggunakan metode korelasi dengan desain
(Intervensi) cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
responden yang mengalami hipertensi dan melakukan
perawatan di RSU UNPRI Tebing Tinggi sebanyak 45 orang.
Teknik pengambilan sampel dengan cara sampling jenuh yaitu
semua populasi dijadikan sampel. Maka sampel dalam
penelitian ini adalah 45 orang. Untuk variabel dukungan sosial
menggunakan kuisioner SSQ-6 oleh Sarason, untuk kualitas
hidup diukur menggunakan kuisioner WHO-QoL BREF oleh
WHO kemudian dianalisis menggunakan koefisien Spearman’s
rho.
C Tidak ada pembanding dalam jurnal ini
(Comparison)
O Diketahui Bahwa hasil yang diperoleh dari tabel 3, secara
(Outcome) umum akan terlihat bahwa pemenuhan individu dari 45
responden menunjukkan bahwa sebagian besar memiliki
pemenuhan individu sedang sebanyak 22 orang (48,9%), dan
kualitas hidup buruk sebanyak 11 orang (24,4%). Cenderung
terlihat bahwa dari 45 responden yang mengalami hipertensi,
faktor bantuan sosial dan kepuasan pribadi memperoleh
konsekuensi spearman's rho sebesar 0,004. Oleh karena itu,
dapat disimpulkan bahwa kualitas hidup dan dukungan sosial
mempunyai hubungan yang kuat.
T Penelitian dilaksanakan di RSU UNPRI Tebing Tinggi pada
(Time) tanggal 15 September - 10 Oktober 2023.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan

Lanjut usia atau sering disebutjuga lansia adalah seseorang mencapai


usia 60 tahun keatas, berdasarkan Undang-Undang No.13 tahun 1998
tentang Kesejahteraan Lanjut Usia. WHO sebagai badan kesehatan dunia
PBB memberikan pengertian lansia dalam empat kriteria, yaitu rentang 45-59
tahun merupakan usia pertengahan (middle age), rentang 60-74 tahun
merupakan lanjut usia (elderly), rentang 75-90 tahun merupakan lanjut usia
tua (old), sedangkan di atas 90 tahun merupakan usia sangat tua (very old).

Hipertensi merupakan suatu penyakit yang tidak bisa disembuhkan namun


harus selalu dikontrol ataupun dikendalikan supaya tidak mengalami
komplikasi yang bisa berakhir dengan kematian(Mangendai, Rompas and
Hamel, 2017). Hasil Riskesdas 2018 menunjukkan angka prevalensi hipertensi
pada penduduk > 18 tahun secara nasional berdasarkan pengukuran sebesar
34,11% dan 41 % diantaranya tidak rutin melakukan pengukuran dan kontrol
kesehatannya(Kemenkes, 2018).

4.2 Saran

Demikian makalah yang telah kami susun, semoga dengan makalah ini
dapat menambah pengetahuan serta lebih bisa memahami tentang pokok
bahasan makalah ini bagi para pembacanya dan khususnya bagi mahasiswa
yang telah menyusun makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
semua.
DAFTAR PUSTAKA
Soesanto, E. (2021). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Upaya Perawatan Kesehatan
Lanjut Usia Hipertensi Dimasa Pandemi Covid-19. Jurnal Keperawatan Dan
Kesehatan Masyarakat Cendekia Utama, 10(2), 170-179

Risfi, S., & Hasneli, H. (2019). Kemandirian Pada Usia Lanjut. Al-Qalb: Jurnal Psikologi
Islam, 10(2), 152-165

Akbar, M. (2019). Kajian Terhadap Revisi Undang- Undang No. 13 Tahun 1998 Tentang
Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia. Jurnal Mimbar Kesejahteraan Sosial, 2(2).

Aliffatunisa, F., Rochmah, N., Ayu, I., & Dewi, F. K. (2021). Hubungan Aspek
Dukungan Sosial Keluarga terhadap Tekanan Darah Terkontrol pada Lansia
dengan Hipertensi. Jurnal Keperawatan Raflesia, 3(2), 1–10.

Nade, M. S., & Rantung, J. (2020). Dukungan keluarga dan kepatuhan minum
obat terhadap lansia dengan hipertensi di wilayah kerja puskesmas
parongpong kabupaten bandung barat. Chmk Nursing Scientific
Journal, 4(1), 192-198.

6) WHO sebagai
badan kesehatan
dunia PBB
memberikan pengertian
lansia
7) dalam empat kriteria,
yaitu rentang 45-59
tahun merupakan usia
pertengahan (middle
8) age), rentang 60-74
tahun merupakan
lanjut usia (elderly),
rentang 75-90 tahun
9) merupakan lanjut usia
tua (old), sedangkan di
atas 90 tahun merupakan
usia sangat tua
10) (very old). Usia
lanjut merupakan usia
yang mendekati akhir
siklus kehidupan
11) manusia didunia. Usia
tahap ini dimulai dari 60
tahunan sampai akhir
kehidupan. Usia
12) lanjut merupakan
istilah tahap akhir
dari proses penuaan.
Semua orang akan
13) mengalami proses
menjadi tua, dan masa
tua merupakan masa
hidup manusia yang
14) terakhir
15) WHO sebagai
badan kesehatan
dunia PBB
memberikan pengertian
lansia
16) dalam empat kriteria,
yaitu rentang 45-59
tahun merupakan usia
pertengahan (middle
17) age), rentang 60-74
tahun merupakan
lanjut usia (elderly),
rentang 75-90 tahun
18) merupakan lanjut usia
tua (old), sedangkan di
atas 90 tahun merupakan
usia sangat tua
19) (very old). Usia
lanjut merupakan usia
yang mendekati akhir
siklus kehidupan
20) manusia didunia. Usia
tahap ini dimulai dari 60
tahunan sampai akhir
kehidupan. Usia
21) lanjut merupakan
istilah tahap akhir
dari proses penuaan.
Semua orang akan
22) mengalami proses
menjadi tua, dan masa
tua merupakan masa
hidup manusia yang
23) terakhir
24)

Anda mungkin juga menyukai