Asuhan Keperawatan Keluarga Lanjut Usiaaaa
Asuhan Keperawatan Keluarga Lanjut Usiaaaa
Disusun Oleh :
2024
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. Kami panjatkan puji dan syukur atas kehadirat-Nya yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang asuhan keperawatan keluarga lanjut usia.
Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Miftahul Falah
MSN, selaku dosen pengampu mata kuliah Keperawatan Keluarga yang telah
membimbing kami dalam pengerjaan tugas makalah ini. Kami juga mengucapkan
terimakasih kepada teman-teman yang selalu setia membantu dalam hal
mengumpulkan data-data dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari dengan sepenuhnya bahwa masih
ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh
karena itu dengan tangan terbuka kami menerima saran dan kritik yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................4
1.1 Latar Belakang..........................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................5
1.3 Tujuan Masalah.........................................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................7
2.1 Definisi Keluarga Lansia.......................................................................7
2.2 Tugas Perkembangan Keluarga Lanjut Usia.........................................8
2.3 Masalah Utama Yang Sering Terjadi Pada Lansia................................8
2.4 Perubahan Fisik Pada Lansia...............................................................10
2.5 Peran Dan Fungsi Perawat Pada Keluarga Lanjut Usia.......................12
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA LANSIA DENGAN
HIPERTENSI.........................................................................................................14
BAB IV PENUTUP..............................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................23
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Adapun masalah yang pada umumnya dihadapi oleh usia lanjut dapat
dikelompokan kedalam beberapa bagian, yaitu:
a) Masalah Ekonomi
Usia lanjut dengan ditandai menurunnya produktivitas kerja,
memasuki masa pensiun atau berhentinya pekerjaan utama. Hal ini
berakibat pada menurunnya pendapatan yang kemudian terkait dengan
pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari, seperti sandang, pangan, papan,
kesehatan, rekreasi dan kebutuhan sosial. Pada sebagian usia lanjut, karena
kondisinya yang tidak memungkinkan, berarti masa tua tidak produktif
lagi dan berkurang atau bahkan tidak adanya penghasilan.
b) Masalah Sosial
Memasuki usia lanjut ditandai dengan berkurangnya kontak sosial,
baik dengan anggota keluarga, anggota masyarakat, maupun teman kerja
sebagai akibat terputusnya hubungan kerja karena pensiun. Di samping itu
kecenderungan meluasnya keluarga inti atau keluarga batih dari pada
keluarga luas juga akan mengurangi kontak sosial usia lanjut
c) Masalah Kesehatan
Salah satu indikator keberhasilan pembanguan kesehatan di
Indonesia adalah meningkatnya usia harapan hidup manusia Indonesia.
Peningkatan jumlah penduduk usia lanjut akan diikuti dengan
meningkatnya permasalahan kesehatan, seperti masalah kesehatan indera
pendengaran dan penglihatan
d) Masalah Psikologis
Maslah psikologis yang dihadapi usia lanjut pada umumnya
meliputi kesepian, keterasingan dari lingkungan, ketidakberdayaan,
perasaan tidak berguna, kurang percaya diri. ketergantungan, ketelantaran
terutama bagi usia lanjut yang miskin, post power syndrome dan
sebagainya
Adapun dalam Hurlock menjelaskan beberapa masalah umum yang
unik dihadapi oleh usia lanjut, yaitu:
1) Keadaan fisik lemah dan tidak berdaya sehingga harus bergantung
dengan orang lain.
2) Siklus ekonominya sangat terancam, sehingga cukup beralasan
untuk melakukan berbagai perubahan besar dalam pola hidupnya.
3) Menentukan kondisi hidup yang sesuai dengan perubahan status
ekonomi dan kondisi fisik.
4) Mencari teman baru untuk menggantikan suami atau istri yang
telah meninggal ataupun cacat.
5) Mengembangkan kegiatan baru untuk mengisi waktu luang yang
semakin bertambah.
6) Belajar untuk memperlakukan anak yang sudah besar sebagai
orang dewasa.
7) Mulai merasakan kebahagian dari kegiatan yang sesuai untuk
orang berusia lanjut dan memiliki kemauan untuk mengganti
kegiatan lama yang berat dengan kegiatan yang lebih cocok.
8) Menjadi korban atau dimanfaatkan oleh para penjual obat, buaya
darat dan kriminalitas karena tidak sanggup lagi untuk
mempertahankan diri.
a. Perubahan Fisik
Usia lanjut adalah suatu proses alami yang ditandai dengan
penurunan fisik. Semua makhluk hidup di dunia memilki siklus kehidupan
yang diawali dari proses kelahiran, kemudian tumbuh menjadi dewasa dan
berkembang biak, selanjutnya menjadi semakin tua, menderita berbagai
penyakit dan ketidakmampuan. dan akhirnya meninggal dunia. Proses
menjadi usia lanjut disebabkan oelh faktor biologis yang terjadi atas 3 fase
yaitu,fase progresif, fase stabil, dan fase regresif. Dalam fase regresif,
mekanisme lebih kearah kemunduran yang dialami oleh sel, komponen
kecil dari tubuh manusia. Usia biologis ini sering juga dibedakan atas fase
pertumbuhan, fase pematangan, dan fase penurunan
b. Penurunan Berbagai Fungsi Indrawi
Penurunan fungsi indrawi pada usia lanjut meliputi, penglihatan,
pendengaran, pengecapan, pembauan dan rasa (sakit). Penurunan
berlangsung secara berangsur-angsur, dan dimulai sejak usia pertengahan.
1) Penglihatan
Berk menyatakan bahwa penurunan penglihatan dimulai saat
memasuki masa dewasa awal atau masa dewasa akhir. Penurunan
fungsi penglihatan, terutama pada objek dengan tingkat penerangan
yang rendah, juga menurunnya sesitivitas terhadap warna.
2) Pendengaran
Kemampuan pendengaran yang berkurang sebagai akibat dari
berhentinya pertumbuhan saraf, antara usia 45 sampai 65 tahun.
Manusia mulai mengalami penurunan pendengaran secara berangsur-
angsur. Meskipun sementara orang kehilangan pendengaran terkait
dengan keturunan atau genetika namun menurunnya pendengaran yang
berhubungan dengan umur seseorang sering disebut dengan
presbycusi.
3) Kulit
Kulit terdiri atas tiga bagian, yaitu: epidemis atau lapisan
paling luar yang melindungi, dimana dihasilkan secara ajeg sel- sel
kulit baru
4) Perasa
Fungsi alat perasa juga menurun sebagai akibat dari
berhentinya pertumbuhan tunas perasa yang terletak di lidah dan di
permukaan bagian dalam pipi. Berhentinya saraf perasa ini terus
menerus sejalan dengan bertambahnya usia. Kemampuan penciuman
juga peraba menurun. Indera mengalami penurunan kepekaan karena
kulit semakin kering dan keras. Ketahan terhadap rasa sakit juga
menurun terutama dibagian dahi dan tangan, sedangkan pada kaki
tidak seburuk dari kedua organ tersebut.
5) Keropos Tulang
Ketika terjadi akumulasi sel-sel baru pada jaringan luar, tulang
membesar, kandungan tetapi mineralnya menurun sehingga menjadi
keropos
6) Membau dan Mencecap
Kepekaan atas rasa asam lebih besar dibandingkan dengan rasa
manis dan asin. Makan buah yang agak asam sudah tidak tertarik lagi
meski ketika muda dulu penggemar rujak yang terdiri dari buah-buah
yang asam.
7) Aktivitas Seksual dan Fungsi Reproduksi
Produksi hormon seks pada pria dan wanita menurun dengan
bertambahnya usia, selain itu produksi hormon pada pria dan wanita
yang menurun juga dipengaruhi oleh monopause pada wanita dan
andropause pada pria
1. Pelaksana Klinis
Peran dan fungsi sebagai pemberi asuhan keperawatan,
melaksanakan intervensi keperawatan. Memberikan asuhan keperawatan
serta bantuan tidak hanya kepada klien, melainkan kepada keluarga klien.
2. Advokat
Sebagai pemberi informasi kepada klies dan sebagai penghubung antara
klien dengan tenaga medis lainnya.
3. Kolaborator
Perawat melaksanakan kolaborasi dengan tim Kesehatan lainnya
seperti dokter, ahli gizi, farmasi, fisioterapis dan lainnya untuk berbagi
pendapat dan menentukan bentuk pelayanan yang akan diberikan kepada
klien.
4. Konselor
Perawat mendampingi dan memberikan solusi kepada pasien untuk
menghadapi masalah mengenai penyakitnya serta memberikan
informasimmengenai penyakitnya.
5. Edukator
Perawat mengedukasi pasien melalui Pendidikan Kesehatan kepada
pasien mengenai masalah penyakit, maupun lingkungan
6. Peneliti
7. Manajer Kasus
Perawat mengkoordinasi kerja tim dalam memberikan
asihan kepada pasien
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA LANSIA DENGAN
HIPERTENSI
3.1 Pengkajian
1. Data Umum
a. Identitas Keluarga
Nama kepala keluarga dan anggota keluarga, alamat, jenis kelamin,
umur, pekerjaan, pendidikan dan genogram/silsilah keluarga. Pada
pengkajian usia, pekerjaan dan jenis kelamin untuk mengetahui
resiko terjadinya hipertensi pada anggota keluarga yang lain.
b. Tipe Keluarga
Menjelaskan mengenai jenis/tipe keluarga beserta kendala atau
masalah-masalah yang terjadi dengan jenis/tipe keluarga yang
mengalami hipertensi (Padila, 2012).
c. Suku Bangsa
Identifikasi budaya suku bangsa tersebut terkait dengan kesehatan
(Sutanto, 2012). Terkait Bahasa yang digunakan dalam keluarga,
agama yang di anut dan kebiasaan keluarga yang mempengaruhi
kesehatan.
d. Status sosial ekonomi keluarga
Status sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh pendapatan baik
dari kepala keluarga maupun dari anggota keluarga lainnya. Pada
pengkajian status sosial ekonomi diketahui bahwa tingkat status
sosial ekonomi berpengaruh pada tingkat kesehatan seseorang.
Dampak dari ketidakmampuan keluarga membuat seseorang tidak
bisa mencukupi kebutuhan keluarga (Padila, 2012). Selain itu kaji
karakterisktik lingkungan sekitar, letak geosrafisnya, organisasi
atau perkumpulan yang keluarga ikuti di masyarakat dan adanya
sistem penukung keluarga.
2. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
a. Tahap perkembangan keluarga saat ini : Tahap perkembangan
keluarga ditentukan dengan anak tertua dari keluarga inti (Gusti,
2013). Biasanya keluarga dengan hipertensi terdapat pada tahap
keluarga dengan anak dewasa (launcing canter families), tahap
keluarga usia pertengahan (middle age families), dan tahap leuarga
usia lanjut.
b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi :
Menjelaskan mengenai tugas perkembangan keluarga yang belum
terpenuhi oleh keluarga serta kendala kendala yang dialami
(PadilA, 2012). Biasanya keluarga belum mampu memenuhi
kebutuhan dan membantu pasien hipertensi dalam mengatasi nyeri.
c. Riwayat keluarga inti : Menjelaskan riwayat kesehatan masing-
masing anggota keluarga inti, upaya pencegahan dan pengobatan
pada anggota keluarga yang sakit, serta pemanfaatan fasilitas
kesehatan yang ada (Gusti, 2013). Biasanya keluarga dengan
hipertensi tidak mengatur pola kesehatan dengan baik.
3. Pengkajian Lingkungan
Dalam mengkaji karakteristik rumah, anda bisa lakukan dengan
observasi atau wawancara lansung. Hal-hal yang harus anda tuliskan
dalam mengkaji karakteristik rumah seperti : Ukuran rumah (luas
rumah), Kondisi dalam dan luar rumah, Kebersihan rumah, Ventilasi
rumah, Saluran pembuangan air limbah (SPAL), Ketersedian air
bersih, Pengelolaan sampah, Kepemilikan rumah, Kamar mandi/WC,
Denah rumah.
4. Fungsi Keluarga
a. Fungsi afektif: kaji kerukunan keluarga dan perhatian dalam
membina hubungan
b. Fungsi sosial: Kaji keluarga selalu mengajarkan dan menanamkan
perilaku sosial yang baik. Kaji tingkat keaktifan keluarga dalam
bermasyarakat dengan mengikuti kegiatan yang ada dalam
masyarakat.
c. Fungsi perawatan kesehatan: Keluarga kurang mampu mengenal
masalah kesehatan tentang penyakit hipertensi hal ini ditunjukan
dengan keluarga kurang menyadari dampak masalah kesehatan
akibat penyakit hipertensi.
d. Fungsi Reproduksi: kaji tingkat produktifitas seluruh anggota
keluarga sesuai usia yang ada dalam keluarga.
e. Fungsi Ekonomi: Kaji tingkat ekonomi keluarga dalam sehari-
sehari
5. Pemeriksaan Fisik
a. Status Kesehatan Umum: Meliputi keadaan pasien, kesadaran,
tinggi badan, berat badan dan tanda-tanda vital.
b. Pemeriksaan fisik dilakukan kepada semua anggota keluarga yang
tedapat di rumah. Metode pemeriksaan head to toe meliputi sistem
pernafasan, sistem kardiovaskuler, sistem gangrointestinal, sistem
urinaria, sistem musculoskeletal, sistem neurologis dan sistem
reproduksi.
3.5 Implementasi
1. Fase perkenalan/orientasi
Tahap perkenalan dilaksanakan setiap kali pertemuan dengan klien
dilakukan. Tujuan dalam tahap ini adalah memvalidasi keakuratan data
dan rencana yang telah telah lalu.
2. Fase Kerja
Tahap kerja merupakan inti dari keseluruhan proses komunikasi
terapeutik. Tahap kerja merupakan tahap yang terpanjang dalam
komunikasi terapeutik karea didalamnya perawat dituntut untuk
membantu dan mendukung klien untuk menyampaikan perasaan dan
pikirannya dan kemudian menganalisa respons ataupun pesan
komunikasi verbal dan non verbal yang disampaikan oleh klien.
3. Fase Terminasi
Terminasi merupakan akhir dari pertemuan perawat dan klien. Tahap
terminasi dibagi menjadi dua yaitu terminasi sementara dan terminasi
akhir. Terminasi sementara adalah akhir dari tiap pertemuan perawat
dan klien, setelah hal ini dilakukan perawat dan klien masih akan
bertemu kembali pada waktu yang berbeda sesuai dengan kontrak
waktu yang telah disepakati bersama. Sedangkan terminasi akhir
dilakukan oleh perawat setelah menyelesaikan seluruh proses
keperawatan.
3.6 Evaluasi
ANALISA JURNAL
P Hipertensi adalah sejenis penyakit tidak menular yang tidak
(Problem) ada hentinya dan pada dasarnya berdampak pada status
kesejahteraan. Jika tidak ditangani sebagaimana mestinya, hal
ini akan menimbulkan resiko yang tidak aman bagi orang yang
bersangkutan. Sebagai salah satu faktor utama penyebab
keburukan dan kematian. Hipertensi digambarkan sebagai
seseorang yang memiliki detak jantung sistolik ≥ 140 mmHg
atau tekanan darah diastolik mungkin ≥ 90 mmHg,
berdasarkan penilaian berulang.
I Penelitian ini menggunakan metode korelasi dengan desain
(Intervensi) cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
responden yang mengalami hipertensi dan melakukan
perawatan di RSU UNPRI Tebing Tinggi sebanyak 45 orang.
Teknik pengambilan sampel dengan cara sampling jenuh yaitu
semua populasi dijadikan sampel. Maka sampel dalam
penelitian ini adalah 45 orang. Untuk variabel dukungan sosial
menggunakan kuisioner SSQ-6 oleh Sarason, untuk kualitas
hidup diukur menggunakan kuisioner WHO-QoL BREF oleh
WHO kemudian dianalisis menggunakan koefisien Spearman’s
rho.
C Tidak ada pembanding dalam jurnal ini
(Comparison)
O Diketahui Bahwa hasil yang diperoleh dari tabel 3, secara
(Outcome) umum akan terlihat bahwa pemenuhan individu dari 45
responden menunjukkan bahwa sebagian besar memiliki
pemenuhan individu sedang sebanyak 22 orang (48,9%), dan
kualitas hidup buruk sebanyak 11 orang (24,4%). Cenderung
terlihat bahwa dari 45 responden yang mengalami hipertensi,
faktor bantuan sosial dan kepuasan pribadi memperoleh
konsekuensi spearman's rho sebesar 0,004. Oleh karena itu,
dapat disimpulkan bahwa kualitas hidup dan dukungan sosial
mempunyai hubungan yang kuat.
T Penelitian dilaksanakan di RSU UNPRI Tebing Tinggi pada
(Time) tanggal 15 September - 10 Oktober 2023.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
Demikian makalah yang telah kami susun, semoga dengan makalah ini
dapat menambah pengetahuan serta lebih bisa memahami tentang pokok
bahasan makalah ini bagi para pembacanya dan khususnya bagi mahasiswa
yang telah menyusun makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
semua.
DAFTAR PUSTAKA
Soesanto, E. (2021). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Upaya Perawatan Kesehatan
Lanjut Usia Hipertensi Dimasa Pandemi Covid-19. Jurnal Keperawatan Dan
Kesehatan Masyarakat Cendekia Utama, 10(2), 170-179
Risfi, S., & Hasneli, H. (2019). Kemandirian Pada Usia Lanjut. Al-Qalb: Jurnal Psikologi
Islam, 10(2), 152-165
Akbar, M. (2019). Kajian Terhadap Revisi Undang- Undang No. 13 Tahun 1998 Tentang
Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia. Jurnal Mimbar Kesejahteraan Sosial, 2(2).
Aliffatunisa, F., Rochmah, N., Ayu, I., & Dewi, F. K. (2021). Hubungan Aspek
Dukungan Sosial Keluarga terhadap Tekanan Darah Terkontrol pada Lansia
dengan Hipertensi. Jurnal Keperawatan Raflesia, 3(2), 1–10.
Nade, M. S., & Rantung, J. (2020). Dukungan keluarga dan kepatuhan minum
obat terhadap lansia dengan hipertensi di wilayah kerja puskesmas
parongpong kabupaten bandung barat. Chmk Nursing Scientific
Journal, 4(1), 192-198.
6) WHO sebagai
badan kesehatan
dunia PBB
memberikan pengertian
lansia
7) dalam empat kriteria,
yaitu rentang 45-59
tahun merupakan usia
pertengahan (middle
8) age), rentang 60-74
tahun merupakan
lanjut usia (elderly),
rentang 75-90 tahun
9) merupakan lanjut usia
tua (old), sedangkan di
atas 90 tahun merupakan
usia sangat tua
10) (very old). Usia
lanjut merupakan usia
yang mendekati akhir
siklus kehidupan
11) manusia didunia. Usia
tahap ini dimulai dari 60
tahunan sampai akhir
kehidupan. Usia
12) lanjut merupakan
istilah tahap akhir
dari proses penuaan.
Semua orang akan
13) mengalami proses
menjadi tua, dan masa
tua merupakan masa
hidup manusia yang
14) terakhir
15) WHO sebagai
badan kesehatan
dunia PBB
memberikan pengertian
lansia
16) dalam empat kriteria,
yaitu rentang 45-59
tahun merupakan usia
pertengahan (middle
17) age), rentang 60-74
tahun merupakan
lanjut usia (elderly),
rentang 75-90 tahun
18) merupakan lanjut usia
tua (old), sedangkan di
atas 90 tahun merupakan
usia sangat tua
19) (very old). Usia
lanjut merupakan usia
yang mendekati akhir
siklus kehidupan
20) manusia didunia. Usia
tahap ini dimulai dari 60
tahunan sampai akhir
kehidupan. Usia
21) lanjut merupakan
istilah tahap akhir
dari proses penuaan.
Semua orang akan
22) mengalami proses
menjadi tua, dan masa
tua merupakan masa
hidup manusia yang
23) terakhir
24)