Kelompok 4 - Makalah Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Jiwa Waham - 2023
Kelompok 4 - Makalah Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Jiwa Waham - 2023
Disusun oleh:
Adit Rijki Maulana C2114201018
Ananta Putra C2114201046
Egi Asidiqi C2114201016
Faizal Yanuar C2114201014
Fifi Fitriyah Afifah C2114201094
Muhammad Iqbal Assabiq C2114201032
Rifan Ardiansah Abdillah C2114201111
Reval Gunawan Fikriansyah C2114201096
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. Kami panjatkan puji dan syukur atas kehadirat-Nya yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan
jiwa: waham.
Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Ibu Rosy Rosnawanty, M.Kep
selaku dosen pengampu mata kuliah Keperawatan Psikiatri yang telah membimbing
kami dalam pengerjaan tugas makalah ini. Kami juga mengucapkan terimakasih
kepada teman-teman yang selalu setia membantu dalam hal mengumpulkan data-
data dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari dengan sepenuhnya bahwa masih
ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima saran dan kritik yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................2
1.3 Tujuan Penelitian..............................................................................................2
1.3.1 Tujuan Umum............................................................................................2
1.3.2 Tujuan Khusus..........................................................................................2
1.4 Tujuan................................................................................................................3
BAB II TINJAUAN TEORITIS................................................................................4
2.1 Pengertian.........................................................................................................4
2.2 Klasifikasi..........................................................................................................4
2.3 Etiologi..............................................................................................................8
2.4 Patofisiologi......................................................................................................9
2.5 Penatalaksanaan.............................................................................................11
BAB III KASUS......................................................................................................13
3.1 Pengkajian.......................................................................................................13
3.2 Diagnosa Keperawatan...................................................................................17
3.3 Analisis Data....................................................................................................17
3.4 Pohon Masalah................................................................................................18
3.5 Rencana Keperawatan Jiwa............................................................................19
3.6 Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan Pada Klien Waham..........................22
BAB IV PEMBAHASAN KASUS...........................................................................24
4.1 Pembahasan Kasus.........................................................................................24
4.2 Diagnosa Keperawatan...................................................................................25
4.3 Tahap Perencanaan........................................................................................26
4.4 Tahap Implementasi.......................................................................................27
4.5 Tahap Evaluasi................................................................................................28
BAB V PENUTUP..................................................................................................29
ii
5.1 Kesimpulan.....................................................................................................29
5.2 Saran................................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................31
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1
2
intervensi keperawatan jiwa pada pasien dengan waham berfokus pada orientasi
realita, menstabilkan proses pikir, dan keamanan (Townsend, 2015).
1.4 Tujuan
2.2 Klasifikasi
A. Waham Kejar
Waham kejar adalah gejala klasik gangguan waham; waham kejar dan
waham cemburu mungkin adalah dua bentuk yang paling sering dijumpai ahli
psikiatri. Kebalikan dengan waham kejar pada skizofrenia, kejernihan, logika,
dan elaborasi sistematik terhadap masalah penganiayaan pada gangguan
waham meninggalkan cap yang nyata pada keadaan ini. Tidak adanya
4
5
dengan waham infestasi memiliki usia awitan yang lebih dini (rata-
rata 25 tahun), sebagian besar laki-laki, status bujangan, dan tidak
ada riwayat pengobatan psikiatri. Sebaliknya. meskipun secara
individual prevalensi rendah, ketiga keadaan tersebut tampaknya
tumpang tindih.
Frekuensi keadaan ini rendah, tetapi dapat tidak terdiagnosis karena pasien
lebih sering datang ke ahli dermatologi, bedah plastik, dan spesialis penyakit
infeksi daripada ke ahli psikiatri ketika mencari pengobatan kuratif untuk kasus
yang tidak mengalami remisi.
Pasien dengan keadaan tersebut mempunyai prognosis buruk tanpa
pengobatan. Perhitungan kasar keadaan tersebut menyerang kedua jenis
kelamin sama banyaknya. Jarang ditemukan riwayat penyakit terdahulu atau
riwayat keluarga yang menderita gangguan psikotik. Pada pasien yang lebih
muda, sering terjadi riwayat kecanduan zat atau cedera kepala. Meskipun
kemarahan dan kekerasan biasa terjadi, rasa malu, depresi, dan perilaku
menghindar lebih khas. Bunuh diri, yang dimotivasi oleh penderitaan berat,
tidak jarang terjadi,
E. Waham Kebesaran
Waham kebesaran (Megalomania) telah menarik perhatian selama
bertahun-tahun. Waham tersebut dijelaskan pada paranoia Kraepelin dan
merupakan keadaan yang cocok dengan deskripsi gangguan waham. Apakah
subtipe ini terjadi dalam praktik klinis dan perlu klasifikasi,
masih diperdebatkan.
F. Waham Campuran
Kategori waham campuran diterapkan pada pasien dengan dua atau lebih
tema waham. Namun, diagnosis tersebut harus dipersiapkan untuk kasus-kasus
tanpa satu tipe diri se waham apa pun yang menonjol.
G. Waham yang Tak Terinci
Kategori tipe ini digunakan untuk kasus dengan waham yang menonjol tidak
dapat disub-golongkan dalam kategori sebelumnya. Contoh yang mungkin
adalah suatu waham yang salah mengidentifikasi, misalnya, sindrom Capgras,
diberi nama sesuai ahli psikiatri Prancis yang menjelaskan illusion des sosies
atau ilusi ganda. Waham pada sindrom Capgras adalah keyakinan bahwa orang
8
yang dikenal telah digantikan oleh penipu yang lihai. Pendapat lain
menerangkan varian sindrom Capgras, yaitu waham bahwa penyiksa atau
orang yang dikenal dapat berkedok sebagai orang asing (fenomena Frégoli) dan
waham yang sangat langka bahwa orang-orang yang dikenal dapat mengubah
diri mereka menjadi orang lain sewaktu-waktu (intermetamorfosis). Setiap
gangguan tidak hanya jarang terjadi tetapi dapat disebabkan oleh skizofrenia,
demensia, epilepsi, dan gangguan organik lain. Kasus yang dilaporkan lebih
menonjol pada perempuan, mempunyai gambaran paranoid, dan termasuk rasa
depersonalisasi atau derealisasi. Waham dapat berlangsung singkat, rekuren,
atau persisten. Tidak jelas apakah gangguan waham dapat tampak dengan
waham seperti ini. Yang pasti, waham Frégoli dan intermetamorfosis
mempunyai isi yang aneh dan tidak sama, tetapi waham pada sindrom Capgras
sangat mungkin merupakan gangguan waham. Peran halusinasi atau gangguan
persepsi pada keadaan tersebut perlu ditegaskan. Kasus muncul setelah
kerusakan otak mendadak.
Pada abad ke-19, ahli psikiatri Prancis Jules Cotard menguraikan beberapa
pasien yang menderita sindrom yang disebut délire de négation, kadang-kadang
disebut gangguan waham nihilistik atau sindrom Cotard. Pasien dengan sindrom
ini mengeluh meng alami kehilangan tidak hanya hak milik, status, dan
kekuatan tetapi juga jantung, darah, dan ususnya. Dunia di luar mereka
mengalami reduksi hingga tidak tersisa apa pun. Sindrom yang relatif jarang
tersebut biasanya dianggap sebagai prekursor terhadap episode skizofrenik
atau depresif. Dengan pemakaian obat-obatan antipsikotik saat ini, sindrom
lebih jarang daripada di masa lalu.
9
2.3 Etiologi
Data yang paling meyakinkan berasal dari studi keluarga yang melaporkan
peningkatan prevalensi gangguan waham dan ciri kepribadian (misalnya, curiga,
cemburu, dan suka berahasia) pada keluarga proban skizofrenik, Studi keluarga
melaporkan tidak terjadi peningkatan insiden skizofrenia dan gangguan mood pada
keluarga proban gangguan waham, demikian juga tidak terjadi peningkatan insiden
gangguan waham dalam keluarga proban skizofrenik. Pemantauan lanjutan jangka
panjang pasien dengan gangguan waham menunjukkan bahwa diagnosis gang- guan
waham relatif menetap, kurang dari seperempat pasien akhirnya direklasifikasi
sebagai penderita skizofrenia dan kurang dari 10 persen pasien akhirnya
direklasifikasi mengalami gang- guan mood. Data tersebut menunjukkan bahwa
gangguan waham bukan suatu stadium awal perkembangan salah satu atau kedua
gangguan yang lebih sering tersebut (Benjamin & Virginia A. Sadock, 2010).
2.4 Patofisiologi
Waham terjadi karena sangat pentingnya pengakuan bahwa ia eksis di dunia ini.
Dapat dipengaruhi juga oleh rendahnya saat tumbuh kembang (life span history).
Klien mencoba berpikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau apa apa yang
ia katakan adalah kebohongan, menutupi kekurangan dan tidak sesuai dengan
kenyataan.tetapi menghadapi kenyataan bagi klien adalah sesuatu yang sangat
berat, karena kebutuhanya untuk di akui, kebutuhan untuk di anggap penting dan
diterima lingkungan menjadi prioritas dalam kehidupanya, karena kebutuhan
tersebut belum terpenuhi sejak kecil secara optimal. Lingkungan sekitar klien
mencoba memberikan koreksi bahwa sesuatu yang dikatakan klien itu tidak benar,
tetapi hal ini tidak dilakukan seacara adequate karena besarnya toleransi dan
keinginan menjaga perasaan. Lingkungan hanya menjadi pendengar pasif tetapi
tidak mau konfrontatif berkepanjangan dengan alsan pengakuan klien tidak
merugikan orang lain. d. Fase enviroment support.
Ada beberapa orang yang mempercayai klien dalam lingkunganya
menyebabkan klien merasa didukung, lama kedalaman klien menganggap sesuatu
yan dikatakan tersebut sebagai suatu kebenaran karena seringnya diulang-ulang.
Dari sinilah mulai terjadinya kerusakan kontrol diri dan tidak berfungsinya norma
(Super ego) yang ditandai dengan tidak ada lagiperasaan dosa saat berbohong.
e. Fase comforting
11
f. Fase improving
Apabila tidak adanya konfrantasi dan upaya upaya koreksi, setiap waktu
keyakinan yang salah pada klien akan meningkat. Tema waham yang muncul sering
berkaitan dengan traumatik masa lalu atau kebutuhan-kebutuhan yang tidak
terpenuhi (rantai yang hilang)Waham bersifat menetap dan sulit untuk dikoreksiIsi
waham dapat menimbulkan ancaman diri dan orang lain. Penting sekali untuk
menggung keyakinan klien dengan cara konfrontatif serta memperkaya keyakinan
religiusnya bahwa apa-apa yang dilakukan menimbulkan dosa besar serta
konsekuensi social.
2.5 Penatalaksanaan
3.1 Pengkajian
1) Identitas Pasien
Tn.C lahir di Surabaya, pada tanggal 22 Januari 1987, beragama islam,
Jawa/Indonesia, belum pernah menikah, tidak pernah bekerja, dan tidak pernah
sekolah. Pengkajian dilakukan pada tanggal 06 Oktober 2023, pukul 09.00 WIB
2) Keluhan Utama
14
15
Keterangan:
: Laki-Laki
: Tinggal Dalam Satu Rumah
: Perempuan
: Meniniggal
: Klien
Penjelasan:
Klien merupakan anak pertama dari 3 bersaudara dan ayahnya sudah
meninggal. Dalam keluarga klien, ibu merupakan orang yang berperan
penting dalam pengambilan keputusan dalam keluarga.
b. Konsep Diri
1) Gambaran diri : Klien menyukai seluruh tubuhnya dan tidak ada yang
cacat
2) Identitas : Klien merupakan seorang laki laki berusia 33 tahun dan
belum menikah, belum bekerja, dan tidak pernah sekolah.
16
8) Proses Pikir
Penjelasan : Klien berfikir seperti Flight of idea. Klien pada saat di ajak
berbicara tidak nyambung, menjawabnya tidak tepat pada fokus
pertanyaan daripembicaraan.
9) Isi piker
Penjelasan : Klien mengatakan terobsesi menjadi seorang perwira TNI
10) Tingkat kesadaran
Penjelasan :Klien tampak bingung dengan sekelilingnya karena tidak
ada yang memperhatikan ucapannya
11) Memori
Penjelasan : Klien tidak ada gangguan daya ingat. Klien mampu
mengingat suatu hal
12) Tingkat konsentrasi berhitung
Penjelasan : Klien tidak mampu berkonsentrasi cukup baikdan klien
tidak mampu berhitung sederhana karena tidak pernah sekolah.
13) Kemampuan penilaian
Penjelasan : Klien tidak mampu menilai mana yang lebih diutamakan
dalam mengambil keputusan.
14) Daya tilikdiri
Penjelasan : Klien tidak menyadari gejala penyakit pada dirinyadan
merasa tidak butuh pertolongan
6) Kebutuhan Persiapan Pulang
1) Makan, Minum,BAB/BAK
Pasien dapat mengambil makan dan minum dan dapat kekamar mandi
untuk BAB/BAK.
2) Mandi, berpakaian/berhias
Pasien mengatakan dapat mandi dan berpakaian secara mandiri
3) Istirahat dan tidur
Tidur siang lama : 13.00 WIB s/d 16.30 WIB, tidur malam lama : 22.00
WIB s/d 05.00 WIB
7) Mekanisme Koping
Klien mampu berbicara dengan orang lain dengan baik. Pada saat diajak
berbicara sedikit melantur
18
DO:
klien tidak mampu
menilai mana yang
lebih diutamakan
dalam mengambil
keputusan
4 DS : Waham (SDKI D.0105)
pasien mengatakan Kategori : Psikologis
bahwa dirinya adalah Faktor Biologis Subkategori :
seorang perwiraTNI (Keturunan)
DO:
Pasien selalu berangan-
angan yang tidak logis
5 DS : Harga Diri Rendah
Pasien mengatakan Kronik (SDKI D.0105)
bahwa diperlakukan Kategori : Psikologis
tidak baik oleh adiknya Gangguan Psikiatri Subkategori : Integritas
DO : Ego
1.Perilaku tidak aserif
2.Kontak mata kurang
3.Merasa tidak
berarti/tidak berharga
3.4Pohon Masalah
Hambatan
Komunikasi Verbal
Defisit Perawatan
Diri
Gangguan proses
pikir Waham
(Kebesaran)
Afektif:
1. Klien mampu
meras amanfaat
dari latihan yang
dilakukan
2. Klien mampu
merasa nyaman
dan tenang
3 Gangguan Kognitif: Klien mampu 1. Beri pujian pada
proses pikir: 1. Klien mampu mengidentif ikasi penampilan dan
waham menyebutkan perasaan isi pikiran kemampuan klien
kebesaran orientasi secara terbuka yang realita
terhadap realitas 2. Diskusik an dengan
(orang, tempat, klien kemampu an
dan waktu) yang dimiliki yang
2. Klien mampu realita
menyebutkan 3. Tanyakan apa yang
kebutuhan yang bisa dilakukan.
belum terpenuhi Anjurkan untuk
3. Klien mampu melakukan sendiri
aspek positif 4. Jika klien bicara
yang dimiliki tentang wahamnya ,
Psikomotor: dengarkan sampai
1. Klien mampu kebutuhan wahamnya
berorientasi selesai
terhadap realitas 5. Tunjukkan bahwa
(orang, tempat, klien penting
dan waktu)
2. Klien mampu
memenuhi
23
kebutuhan
3. Klien mampu
melatih ospek
positif yang
dimiliki
4. Klien mampu
minum obat
dengan prinsip 8
benar ( benar
obat, benar klien,
benar waktu,
benar cara, benar
dosis, benar
manfaat, benar
kadaluwarsa, dan
benar
dokumentasi)
Afektif :
1. Klien mampu
meras amanfaat
dari latihan yang
dilakukan
2. Klien mampu
merasa nyaman
dan tenang
b. Faktor psikologis
Hubungan yang tidak harmonis, peran ganda / bertentangan, dapat
menimbulkan ansietas dan berakhir dengan pengingkaran terhadap kenyataan.
Dalam tinjauan kasus saat pengkajian klien merasa sedih karena tidak pernah
dihargai oleh adik perempuannya
c. Faktor biologis
Waham diyakini terjadi karena adanya atrifik otak, pembesaran ventrikel
di otak, atau perubahan pada sel kortikal limbik. Dari beberapa kesenjangan
antara tinjauan teori dan tinjauan kasus, maka dapat disimpulkan bahwa
hampir semua yang terdapat dalam tinjauan teori ada beberapa yang muncul
pada tinjauan kasus dengan sedikit dinamika yang lebih kompleks.
4.2 Diagnosa Keperawatan
Setelah pengkajian dilakukan, data subyektif dan obyektif sudah ditemukan
pada pasien, sesuai dengan tinjauan teori diagnosa keperawatan yang muncul yaitu:
1. Hambatan komunikasi verbal
2. Defisit perawatan diri
3. Koping tidak efektif
4. Gangguan proses pikir : waham kebesaran
5. Harga diri rendah kronik.
Sedangkan pada tinjauan kasus didapatkan satu diagnosa keperawatan yaitu
gangguan proses pikir: waham kebesaran. Sedangkan pada masalah keperawatan
secara teori ada 3 yaitu:
1. Kerusakaan komunikasi kronik
2. Gangguan proses pikir: waham
3. Harga diri rendah kronik.
Sedangkan pada tinjauan kasus didapatkan 7 masalah keperawatan yaitu:
1. Koping tidak efektif
2. Gangguan konsep diri : Harga Diri Rendah
3. Defisit Perawatan Diri
4. Gangguan Komunikasi Verbal
5. Waham (Waham Kebesaran)
6. Kerusakan Komunikasi
27
Tujuan yang terakhir adalah tujuan afektif seperti lien mampu merasa
manfaat dari latihan yang dilakukan dan klien mampu merasa nyaman dan tenang
Pada tinjauan kasus SP keluarga direncanakan karena dengan adanya kehadiran
keluarga dapat membantu kesembuhan pasien.
Sedangkan pada rencana keperawatan sesuai tinjauan kasus penyusun
memakai rencana keperawatan sebagai berikut:
SP 1:
1. Membina hubungan saling percaya
2. Membantu orientasi realita
3. Mendiskusikan kebutuhan yang tidak terpenuhi
4. Membantu klien memenuhi kebutuhannya
5. Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.
SP 2:
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien
2. Berdiskusi tentang kemampuan yang dimiliki
3. Melatih kemampuan yang dimiliki
4.4 Tahap Implementasi
Pelaksanaan rencana keperawatan dilakukan secara terkoordinasi dan
terintegrasi. Karena disesuaikan dengan keadaan pasien yang sebenarnya. Pada
tinjauan pustaka, perencanaan pelaksanaan tindakan keperawatan pasien tersebut
terdapat SP yang akan dilaksanakan menurut (Keliat, B.A., & Pawirowiyono, 2015)
diantaranya yaitu:
1. Membina hubungan saling percaya dengan pasien.
2. SP 1 Pasien: Latihan Orientasi Realita : Orientasi orang, tempat, dan waktu serta
lingkungan sekitar, Jangan membantah dan mendukung waham klien, Yakinkan
klien dalam keadaan aman dan terlindungi, Observasi waham klien dalam
pemenuhan kebutuhan
3. SP 2 Pasien: Beri pujian pada penampilan dan kemampuan klien yang realita,
Diskusikan dengan klien kemampuan yang dimiliki yang realita, Tanyakan apa
yang bisa dilakukan. Anjurkan untuk melakukan sendiri, Jika klien bicara
tentang wahamnya, dengarkan sampai kebutuhan wahamnya selesai,
Tunjukkan bahwa klien penting
29
5.2 Saran
30
d. Pola Hidup Sehat: Makan sehat, tidur cukup, berolahraga secara teratur,
dan menghindari narkoba dan alkohol dapat membantu menjaga
kesejahteraan fisik dan mental
e. Edukasi tentang Gangguan Waham: Pelajari lebih lanjut tentang
gangguan waham dan apa yang bisa diharapkan selama perawatan.
f. Dukungan Sosial: Temukan dukungan dari teman-teman dan keluarga
yang dapat memahami dan mendukung penderita. Terlibat dalam
kelompok dukungan atau forum online yang fokus pada kesehatan mental
juga bisa membantu.
31
DAFTAR PUSTAKA
Benjamin, J. S., & Virginia A. Sadock. (2010). Buku Ajar Psikiatri Klinis (Edisi 2).
Kedokteran EGC.
Kellogg, N. D. (2009). Sexual Abuse. Pediatric, Adolescent, & Young Adult
Gynecology, 111–123. https://doi.org/10.1002/9781444311662.ch11
Tutu April, A. (2012). Sistem Neurobehaviour. Salemba Medika.
PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator
Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
Suda, I.K, (2006). Topik Interaktif: “Membedah Penyebab Kekerasan Seksual
terhadap Anak” dan “Penyebab Kekerasan Seksual terhadap Anak”.
http://www.dradio1034fm.or.id/detail.php?id=4269. Diakses pada 14
Damaiyanti, Mukhripah dan Iskandar. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung :
Refika Aditama
Keliat, B. A., Dwi Windarwati, H., Pawirowiyono, A., & Subu, A. (2015). Nanda
International Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2015-2017
Edisi 10. (T. H. Herdman & S. Kamitsuru, Eds.) (edisi 10). Jakarta: EGC.
Keliat, Budi Anna, Dkk. (2019). Asuhan Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Rosanti Erina. Tanda Gejala, Patofiologi WAHAM. Diakses pada tanggal 7
Oktober 2023.
Risky Waruwu (2021). Manajemen Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Tn.S Dengan
Masalah Waham: Studi Kasus.
32