ASKEP GERONTIK (Lidia Hayon)
ASKEP GERONTIK (Lidia Hayon)
OLEH
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat
dan kasih karuniaNya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
Makalah berjudul “Asuhan Keperawatan Hipertensi” merupakan salah satu tugas bagi
mahasiswa/mahasiswi jurusan keperawatan Poltekkes Kemenkes Kupang prodi Pendidikan
Profesi Ners untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Keluarga.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, sehingga
membutuhkan kritik dan saran dari berbagai pihak guna untuk kemajuan dan
penyempurnaan makalah ini. Selanjutnya, dalam pembuatan makalah ini penulis banyak
dibantu oleh berbagai pihak.
Dalam kesempatan ini Penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada semua
yang terlibat dalam menyelesaikan makalah ini Akhir kata, semoga makalah ini dapat
bermanfaat, khususnya bagi penulis dan umumnya bagi kita semua dalam rangka
menambah wawasan dan pemikiran kita.
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................................
DAFTAR ISI.......................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................
1.1 Latar Belakang...............................................................................................................
1.2 Tujuan Penulisan...........................................................................................................
1.3 Manfaat Penulian...........................................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................
2.1 Konsep Lansia...............................................................................................................
2.2 Konsep Penyakit Hipertensi..........................................................................................
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN...............................................................................
3.1 Pengkajian.....................................................................................................................
3.2 Diagnosa Keperawatan..................................................................................................
3.3 Intervensi Keperawatan.................................................................................................
3.4 Implementasi Keperawatan...........................................................................................
3.5 Evaluasi Keperawatan...................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
1.1.2 Tujuan Khusus
1. Agar keluarga Ny. T mampu memahami pengertian hipertensi
2. Agar keluarga Ny. T mampu memahami klasifikasi hipertensi
3. Agar keluarga Ny. T mampu memahami faktor risiko hipertensi
4. Agar keluarga Ny. T mampu memahami pemeriksaan dini komplikasi hipertensi
5. Agar keluarga Ny. T mampu memahami tatalaksana hipertensi
5
BAB 2
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN
HIPERTENSI SECARA TEORI
1. Konsep Lansia
A. Definisi Lansia
Menurut World Health Organisation (WHO), lansia adalah seseorang yang telah
memasuki usia 60 tahun keatas. Lansia merupakan kelompok umur pada manusia yang
telah memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya. Kelompok yang dikategorikan
lansia ini akan terjadi suatu proses yang disebut Aging Process atau proses penuaan.
Menurut Pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No.13 Tahun 1998 tentang kesehatan
dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60
tahun.
Keberadaan usia lanjut ditandai dengan umur harapan hidup yang semakin
meningkat dari tahun ke tahun, hal tersebut membutuhkan upaya pemeliharaan serta
peningkatan kesehatan dalam rangka mencapai masa tua yang sehat, bahagia, berdaya
guna, dan produktif berdasarkan UU No. 23 Tahun 1992 Pasal 19 tentang kesehatan.
B. Batasan Lansia
Batasan umur lansia menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) lanjut usia
meliputi :
a. Usia pertengahan (middle age), ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun.
b. Lanjut usia (elderly), ialah kelompok usia antara 60 sampai 74 tahun.
c. Lanjut usia tua (old), ialah kelompok usia antara 75 sampai 90 tahun.
d. Usia sangat tua (very old), ialah kelompok usia diatas 90 tahun.
Batasan umur lansia menerut Depkes RI (2005) dibagi menjadi tiga kategori,
yaitu:
a. Usia lanjut presenilis yaitu antara usia 45-59 tahun.
b. Usia lanjut yaitu usia 60 tahun ke atas.
c. Usia lanjut berisiko yaitu usia 70 tahun ke atas atau usia 60 tahun ke atas dengan
masalah kesehatan.
6
Batasan usia lansia era baru, menurut WHO
a. Setengah baya yaitu 66-79 tahun
b. Orang tua yaitu 80-99 tahun
c. Orang tua berusia panjang yaitu > 100 tahun
C. Proses penuaan
Proses menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-
lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan
fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki
kerusakan yang diderita. Ini merupakan proses yang terus-menerus (berlanjut) secara
alami. Ini dimulai sejak lahir dan umumnya dialami pada semua makhluk hidup
(Bandiyah, 2009).
Beberapa teori tentang penuaan yang dapat diterima saat ini, antara lain:
1. Teori biologis proses penuaan
a. Teori radikal bebas
Teori radikal bebas pertama kali diperkenalkan oleh Denham Harman pada
tahun 1956, yang menyatakan bahwa proses menua adalah proses yang normal,
merupakan akibat kerusakan jaringan oleh radikal bebas.
Radikal bebas adalah senyawa kimia yang berisi elektron tidak berpasangan.
Karena elektronnya tidak berpasangan, secara kimiawi radikal bebas akan mencari
pasangan elektron lain dengan bereaksi dengan substansi lain terutama protein dan
lemak tidak jenuh.
Sebenarnya tubuh diberi kekuatan untuk melawan radikal bebas berupa
antioksidan yang diproduksi oleh tubuh sendiri, namun antioksidan tersebut tidak
dapat melindungi tubuh dari kerusakan akibat radikal bebas tersebut.
b. Teori imunologis
Penurunan atau perubahan dalam keefektifan sistem imun berperan dalam
penuaan. Tubuh kehilangan kemampuan untuk membedakan proteinnya sendiri
dengan protein asing sehingga sistem imun menyerang dan menghancurkan
jaringannya sendiri pada kecepatan yang meningkat secara bertahap. Disfungsi
7
sistem imun ini menjadi faktor dalam perkembangan penyakit kronis seperti
kanker, diabetes, dan penyakit kardiovaskular, serta infeksi.
c. Teori DNA repair
Teori ini dikemukakan oleh Hart dan Setlow. Mereka menunjukkan bahwa
adanya perbedaan pola laju perbaikan (repair) kerusakan DNA yang diinduksi
oleh sinar ultraviolet (UV) pada berbagai fibroblas yang dikultur. Fibroblas pada
spesies yang mempunyai umur maksimum terpanjang menunjukkan laju DNA
repair terbesar dan korelasi ini dapat ditunjukkan pada berbagai mamalia dan
primata (Setiati et al., 2009).
d. Teori genetika
Teori sebab akibat menjelaskan bahwa penuaan terutama di pengaruhi oleh
pembentukan gen dan dampak lingkungan pada pembentukan kode genetik.
Menurut teori genetika adalah suatu proses yang secara tidak sadar diwariskan
yang berjalan dari waktu ke waktu mengubah sel atau struktur jaringan. Dengan
kata lain, perubahan rentang hidup dan panjang usia ditentukan sebelumnya.
e. Teori wear-and-tear
Teori wear-and- tear (dipakai dan rusak) mengusulkan bahwa akumulasi
sampah metabolik atau zat nutrisi dapat merusak sintensis DNA, sehingga
mendorong malfungsi organ tubuh. Pendukung teori ini percaya bahwa tubuh akan
mengalami kerusakan berdasarkan suatu jadwal. Sebagai contoh adalah radikal
bebas, radikal bebas dengan cepat dihancurkan oleh sistem enzim pelindung pada
kondisi normal.
2. Teori psikososial proses penuaan
a. Teori disengagement
Teori disengagment (teori pemutusan hubungan), menggambarkan proses
penarikan diri oleh lansia dari peran masyarakat dan tanggung jawabnya. Proses
penarikan diri ini dapat diprediksi, sistematis, tidak dapat dihindari, dan penting
untuk fungsi yang tepat dari masyarakat yang sedang tumbuh. Lansia dikatakan
bahagia apabila kontak sosial berkurang dan tanggung jawab telah diambil oleh
generasi lebih muda.
8
b. Teori aktivitas
Teori ini menegaskan bahwa kelanjutan aktivitas dewasa tengah penting untuk
keberhasilan penuaan. Orang tua yang aktif secara sosial lebih cendrung
menyesuaikan diri terhadap penuaan dengan baik.
D. Masalah yang terjadi pada lansia
Seiring bertambahnya usia seseorang akan menimbulkan perubahan-perubahan
pada struktur dan fisiologis dari berbagai sel, jaringan, organ, dan sistem yang ada pada
tubuh manusia sehingga menyebabkan sebagian besar lansia mengalami kemunduran
atau perubahan pada fisik, psikologis, dan sosial. Berikut perubahan fisik yang terjadi
pada lansia meliputi:
1. Sel
Sel menjadi lebih sedikit jumlahnya, lebih besar ukurannya, berkurangnya jumlah
cairan tubuh dan berkurangnya cairan intraseluler, menurunnya proporsi protein di
otak, otot, ginjal, darah, dan hati, jumlah sel otak menurun, terganggunya mekanisme
perbaikan sel, serta otak menjadi atrofi, beratnya berkurang 5-10% (Nugroho, 2008).
2. Sistem persarafan
Terjadi penurunan berat otak sebesar 10 hingga 20%, cepatnya menurun hubungan
persarafan, lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi khususnya stres,
mengecilnya saraf panca indra, serta kurang sensitifnya terhadap sentuhan. Pada
sistem pendengaran terjadi presbiakusis (gangguan dalam pendengaran) hilangnya
kemampuan pendengaran pada telinga dalam terutama terhadap bunyi-bunyi atau
nada-nada yang tinggi, suara tidak jelas, sulit mengerti kata-kata, otosklerosis, atrofi
membran timpani, serta biasanya pendengaran bertambah menurun pada lanjut usia
yang mengalami ketegangan jiwa/stres (Nugroho, 2008).
3. Sistem penglihatan
Timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar, kornea lebih terbentuk sferis
(bola), kekeruhan pada lensa menyebabkan katarak, meningkatnya ambang,
pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap kegelapan lebih lambat dan susah melihat
dalam cahaya gelap, hilangnya daya akomodasi, menurunnya lapangan pandang, serta
menurunnya daya membedakan warna biru atau hijau (Nugroho, 2008).
9
4. Sistem kardiovaskular
Terjadi penurunan elastisitas aorta, katup jantung menebal dan menjadi kaku,
kemampuan jantung memompa darah menurun, kurangnya elastisitas pembuluh darah,
kurangnya efektivitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi, perubahan posisi dari
tidur ke duduk atau dari duduk ke berdiri bisa menyebabkan tekanan darah menurun,
mengakibatkan pusing mendadak, serta meningginya tekanan darah akibat
meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer (Nugroho, 2008).
5. Sistem pengaturan
Temperatur tubuh terjadi hipotermi secara fisiologis akibat metabolisme yang
menurun, keterbatasan refleks menggigil dan tidak dapat memproduksi panas
akibatnya aktivitas otot menurun (Nugroho, 2008).
6. Sistem respirasi
Otot-otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku, paru-paru kehilangan
elastisitas, menarik nafas lebih berat, kapasitas pernafasan maksimum menurun, dan
kedalaman bernafas menurun, ukuran alveoli melebar dari biasa dan jumlahnya
berkurang, kemampuan untuk batuk berkurang, serta kemampuan kekuatan otot
pernafasan menurun (Nugroho, 2008).
7. Sistem gastrointestinal
Terjadi kehilangan gigi akibat periodontal disease, kesehatan gigi memburuk dan gizi
yang buruk, indra pengecap menurun, berkurangnya sensitivitas saraf pengecap di
lidah terhadap rasa manis, asin, asam, atau pahit, esofagus melebar, rasa lapar
menurun, asam lambung menurun, peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi,
serta melemahnya daya absorbsi (Nugroho, 2008).
8. Sistem reproduksi
Terjadi penciutan ovari dan uterus, penurunan lendir vagina, serta atrofin payudara,
sedangkan pada laki-laki, testis masih dapat memproduksi spermatozoa meskipun
adanya penurunan secara berangsur-angsur, kehidupan seksual dapat diupayakan
sampai masa lanjut usia asal kondisi kesehatan baik (Nugroho, 2008).
9. Sistem perkemihan
10
Terjadi atrofi nefron dan aliran darah ke ginjal menurun sampai 50%, otot-otot vesika
urinaria menjadi lemah, frekuensi buang air kecil meningkat danterkadang
menyebabkan retensi urin pada pria (Nugroho, 2008).
10. Sistem endokrin
Terjadi penurunan produksi hormon, meliputipenurunan aktivitas tiroid, daya
pertukaran zat, produksi aldosteron, progesteron, estrogen, dan testosteron (Nugroho,
2008).
11. Sistem integumen
Kulit mengerut atau keriput akibat kehilangan jaringan lemak, permukaan kulit kasar
dan bersisik kerana kehilangan proses keratinisasi, serta perubahan ukuran dan bentuk-
bentuk sel epidermis, rambut menipis berwarna kelabu, rambut dalam hidung dan
telinga menebal, berkurangnya elastisitas akibat menurunya cairan dan vaskularisasi,
pertumbuhan kuku lebih lambat, kuku jari menjadi keras dan rapuh, pudar dan kurang
bercahaya, serta kelenjar keringat yang berkurang jumlah dan fungsinya (Nugroho,
2008).
12. Sistem muskuloskeletal
Tulang kehilangan density (cairan) dan makin rapuh, kifosis, pergerakan pinggang,
lutut, dan jari-jari terbatas, persendian membesar dan menjadi kaku, tendon mengerut
dan mengalami sclerosis, serta atrofi serabut otot (Nugroho, 2008).
Dari perubahan fungsi tubuh diatas didapatkan berbagai masalah fisiologis yang
dapat terjadi pada lansia, yaitu:
1. Masalah fisik
Masalah yang dihadapi oleh lansia adalah fisik yang mulai melemah, sering
terjadi radang persendian ketika melakukan aktivitas yang cukup berat, indera
penglihatan yang mulai kabur, indera pendengaran yang mulai berkurang serta daya
tahan tubuh yang menurun, sehingga sering sakit.
2. Masalah kognitif
Masalah yang dihadapi lansia terkait dengan perkembangan kognitif adalah
melemahnya daya ingat terhadap sesuatu hal dan sukit untuk bersosialisasi dengan
masyarakat di sekitar.
11
3. Masalah emosional
Masalah yang dihadapi terkait dengan perkembangan emosional, adalah rasa ingin
berkumpul dengan keluarga sangat kuat, sehingga tingkat perhatian lansia kepada
keluarga menjadi sangat besar.
Selain itu, lansia sering marah apabila ada sesuatu yang kurang sesuai dengan
kehendak pribadi dan sering stres akibat masalah ekonomi yang kurang terpenuhi.
4. Masalah spiritual
Masalah yang dihadapi terkait dengan perkembangan spiritual adalah kesulitan
untuk menghafal kotab suci karena daya ingat yang mulai menurun, merasa kurang
tenang ketika mengetahui anggota keluarganya belum mengerjakan ibadah dan
merasa gelisah ketika menemui permasalahan hidup yang cukup serius.
Menurut Azizah (2011), dikemukakan adanya empat penyakit yang sangat erat
hubungannya dengan proses menua yakni:
a. Gangguan sirkulasi darah, seperti : hipertensi, kelainan pembuluh darah, gangguan
pembuluh darah di otak (koroner) dan ginjal.
b. Gangguan metabolisme hormonal, seperti: diabetes mellitus, dan ketidakseimbangan
tiroid.
c. Gangguan pada persendian, seperti osteoartitis, gout arthritis, artritis reumatoid, atau
penyakit kolagen lainnya.
d. Berbagai macam neoplasma.
2. Konsep Teori Hipertensi Pada Lansia
A. Definisi
Menurut Smelttzer & Bare (2001) mengemukakan bahwa hipertensi merupakan
tekanan darah persisten atau terus-menerus sehingga melebihi batas normal dimana
tekanan sistolik diatas 140 mmHg dan diastole diatas 90 mmHg.
Hipertensi atau darah tinggi adalah penyakit kelainan jantung dan pembuluh darah
ayng ditandai dengan peningkatan tekanan darah. WHO memberikan batasan tekanan
darah normal adalah 140/90 mmHg, dan tekanan darah sama atau diatas 160/95 mmHg
dinyatakan sebagai hipertensi. Pada populasi lansia, hipertensi didefinisikan sebagai
tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg (Rohaendi, 2008).
12
B. Etiologi
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan-
perubahan pada:
1. Elastisitas dinding aorta menurun
2. Katup jantung menebal dan menjadi kaku
3. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20
tahun, kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan menurunnya
kontraksi dan volumenya
4. Kehilangan elastisitas pembuluh darah terjadi karena kurangnya efektifitas pembuluh
darah perifer untuk oksigenasi
5. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer
C. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak
dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula dari saraf
simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla
spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor
dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis
ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan
merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan
dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor
seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap
rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitiv terhadap norepinefrin,
meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah
sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan
tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang
menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya,
yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Renin
merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II,
13
suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh
korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal,
menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung
mencetuskan keadaan hipertensi.
Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan structural dan
fungsional pada sistem pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan
darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya
elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang
pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah.
Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi
volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup) mengakibatkan penurunan
curang jantung dan peningkatan tahanan perifer (Smeltzer, 2001).
Pada usia lanjut perlu diperhatikan kemungkinan adanya “hipertensi palsu”
disebabkan kekakuan arteri brachialis sehingga tidak dikompresi oleh cuff
sphygmomanometer (Darmojo, 1999).
Pathway
14
D. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi:
a. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan
tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini
berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak
terukur.
b. Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri
kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang
mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.
Menurut Rokhaeni (2001), manifestasi klinis pada beberapa pasien yang
menderita hipertensi yaitu: mengeluh sakit kepala, pusing, lemas, kelelahan, sesak
nafas, gelisah, mual, muntah, epistaksis, dan lebih parah dapat mengakibatkan
kesadaran menurun.
E. Klasifikasi
Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas (Darmojo, 1999) :
a. Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg dan/atau
tekanan diastolik sama atau lebih besar dari 90 mmHg.
b. Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar dari 160 mmHg dan
tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg.
Klasifikasi hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2 golongan
besar yaitu :
a. Hipertensi essensial ( hipertensi primer ) yaitu hipertensi yang tidak diketahui
penyebabnya
b. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit lain
Tingkat hipertensi dan anjuran kontrol (Joint National Commitle, U.S 1992)
15
Tekanan Tekanan
(mmHg) (mmHg)
140-159
Tingkat I 90-99
160-179
Tingkat II 100-109 1 bulan sekali
180-209
Tingkat III 110-119 1 minggu sekali
210 atau
Tingkat IV 120 atau lebih Dirawat RS
lebih
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Hemoglobin / hematokrit
Untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan (viskositas) dan
dapat mengindikasikan faktor-faktor resiko seperti hiperkoagulabilitas, anemia.
2. BUN
Memberikan informasi tentang perfusi ginjal Glukosa Hiperglikemi (diabetes
mellitus adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan oleh peningkatan katekolamin
(meningkatkan hipertensi).
3. Kalium serum
Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron utama (penyebab) atau menjadi
efek samping terapi diuretik.
4. Kalsium serum
Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan hipertensi
5. Kolesterol dan trigliserid serum
Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk/adanya pembentukan
plak ateromatosa (efek kardiovaskuler).
6. Pemeriksaan tiroid
Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi
16
7. Kadar aldosteron urin/serum
Untuk mengkaji aldosteronisme primer ( penyebab )
8. Urinalisa
Darah, protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan atau adanya diabetes.
9. Asam urat
Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi
10. Steroid urin
Kenaiakn dapat mengindikasikan hiperadrenalisme
11. IVP
Dapat mengidentifikasi penyebab hieprtensiseperti penyakit parenkim ginjal, batu
ginjal / ureter
12. Foto dada
Menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub, perbesaran jantung
13. CT scan
Untuk mengkaji tumor serebral, ensefalopati
14. EKG
Dapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan, gangguan konduksi,
peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
G. Penatalaksanaan
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas akibat
komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan pemeliharaan
tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.
Terdapat 2 cara penanggulangan hipertensi yaitu dengan nonfarmakologis dan
farmakologis.
a. Penatalaksanaan non farmokologis
1. Pengaturan diet
Beberapa diet yang dianjurkan :
Rendah garam, diet rendah garam dapat menurunkan tekanan darah pada klien
hipertensi. Dengan pengurangan konsumsi garam dapat mengurangi stimulasi
sistem renin-angiontensin sehingga sangat berpotensi sebagai anti hiperetensi.
17
Jumlah intake sodium yang dianjurkan 50-100 mmol atau setara dengan 3-6 gram
per hari.
Diet tinggi potasium, dapat menurunkan tekanan darah tapi mekanismenya belum
jelas.
Diet kaya buah dan sayur
Diet rendah kolesterol sebagai pencegah terjadinya jantung koroner.
2. Penurunan berat badan
Penurunan berat badan mengurangi tekanan darah, kemungkinan dengan
mengurangi beban kerja jantung dan volume sekuncup juga berkurang.
3. Olahraga
Olahraga teratur seperti berjalan, lari, berenang, bersepeda, bermanfaat untuk
menurunkan tekanan darah dan memperbaiki keadaan jantung.
Olahraga teratur selama 30 menit sebanyak 3-4 kali dalam satu minggu sangat
dianjurkan untuk menurunkan tekanan darah. Olahraga meningkatkan kadar HDL,
yang dapat mengurangi terbentuknya arteosklerosis akibat hipertensi.
b. Penatalaksanaan medis
1. Terapi oksigen
2. Pemasangan hemodinamik
3. Pemantauan jantung
4. Obat-obatan:
Diuretik: Chlorthalidon, Hydromox, Lasix, Aldactone, Dyrenium Diuretic bekerja
melalui berbagai mekanisme untuk mengurangi curah jantung dengan mendorong
ginjal meningkatkan eksresi garam dan air.
Penyekat saluran kalsium menurunkan kontraksi otot polos jantung atau arteri.
Sebagian penyekat saluran kalsium bersifat lebih spesifik untuk saluran lambat
kalsium otot polos vaskular.
Penghambat enzim mengubah angintensin 2 atau inhibior ACE Berfungsi untuk
menurunkan angiontension 2 dengan menghambat enzim yang diperlukan untuk
mengubah angiontension 1 menjadi angiontension 2. Kondisi ini menurunkan
darah secara langsung.
18
Antagonis (penyekat) respetor beta, terutama penyekat selektif, bekerja pada
reseptor beta di jantung untuk menurunkan kecepatan denyut dan curah jantung.
Antagonis reseptor alfa menghambat reseptor alfa di otot polos vascular yang
secara normal berespon terhadap rangsangan saraf simpatis dengan vasokontriksi.
Vasodilator arterior langsung dapat digunakan untk menurunkan TPR. Misalnya:
Natrium, Nitroprusida, Nikardipin, Hidralazim, Nitrogliserin, dll.
H. Komplikasi
Adapun komplikasi yang dapat terjadi pada penyakit hipertensi adalah diantaranya:
penyakit pembuluh darah otak seperti stroke, perdarahan otak, transient ischemic attack
(TIA).
Penyakit jantung seperti gagal jantung, angina pectoris, infark miocard acut (IMA).
Penyakit ginjal seperti gagal ginjal. Penyakit mata seperti perdarahan retina, penebalan
retina, dan oedema pupil.
19
KEMENKES REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KUPANG
JURUSAN KEPERAWATAN
21
Pasien mengatakan kepalanya terasa sakit, pusing-pusing, leher terasa tegang. Pasien
mengatakan nyeri yang dirasakan di kepala seperti ditusuk-tusuk dan menyebar dari
kepala hingga ke tengkuk, nyeri timbul dan bertambah aat beraktivitas berat dan lama.
Skala nyeri 5 (1-10), pasien mengatakan nyeri hilang timbul. Pasien tampak menahan
nyeri dan sesekali memegangi kepalanya.
7.5. Pengetahuan/pemahaman dan penatalaksanaan masalah kesehatan (mis. Diet
khusus, mengganti balutan)
Pasien tidak mengetahui mengenai diet maupun penatalakanaan masalah kessehatan
yang dialaminya.
7.6. Penggunaan Obat
7.6.1.Nama obat :-
7.6.2.Dosis obat :-
7.6.3.Bagaimana/kapan menggunakan : -
7.6.4.Dokter yang menginstruksikan : -
7.6.5 Tanggal resep :-
7.7. Riwayat Alergi (catat agen dan reaksi spesifik)
7.7.1.Obat-obatan : Tidak ada
7.7.2.Makanan : Tidak ada
7.7.3.Kontak substansi : Tidak ada
7.7.4.Faktor lingkungan : Tidak ada
7. 8. Nutrisi ( ingat kembali diet 24 jam, termasuk intake cairan )
7.8.1. Kebiasaan makan (tinggi garam, kolesterol, purin)
Kebiasaan pasien makan makanan seperti seperti lawar, dan lombok. Pasien juga
mengatakan selama ini ia mengonsumsi makanan seperti biasa kadang makan hanya
nasi dengan garam saja.
7.8.2.Diet khusus, pembatasan makanan
Pasien mengatakan ia tidak melakukan diet khusus atau pembatasan makanan tertentu
7.9 Riwayat peningkatan/penurunan berat badan
-
7.10 Indeks Massa Tubuh
22
Rumus IMT=BB (kg)
TB2 (m)
IMT= 40 (kg) = 19,36
1492 (m)
7.11.Pola konsumsi makanan (misal frekuensi, sendiri/dengan orang lain)
1 hari biasanya makan 3-4x/hari dan makan sendiri tanpa bantuan orang lain.
7.12. Masalah yang mempengaruhi intake makanan (mis. Pendapatan tidak adekuat,
kurang transportasi, masalah menelan/mengunyah, stres emosional,dll)
-
7.13. Pola istirahat tidur
7.13.1. Lama tidur
Tidur malam : 20.00 WIT – 06.00 WIT Pagi
7.14. Gangguan tidur yang sering dialami
-
VII. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU
7.1. Penyakit masa kanak-kanak
-
7.2. Penyakit serius/kronik
-
7.3. Trauma
Terjatuh dari tangga dan payudara terkena benturan batu
7.4. Perawatan di rumah sakit (catat alasan, tanggal, tempat, alasan)
-
7.5. Pembedahan
-
7.6. Riwayat obsetri
-
VIII, RIWAYAT KELUARGA
8.1.Silsilah keluarga (identifikasi kakek atau nenek, orang tua, paman, bibi, saudara
kandung, pasangan, anak-anak)
23
8.2. Riwayat penyakit yang pernah diderita oleh anggota keluarga
-
IX. TINJAUAN SISTEM
9.1. Tingkat kesadaran:
9.1.1. Mata : (4) Spontan
9.1.2. Verbal : (5) Orientasi baik
9.1.3. Motorik : (6) Sesuai perintah
9.2. Tanda-tanda vital:
9.2.1.Tekanan darah :170/90
9.2.2.Nadi : 84
9.2.3.Suhu : 36°C
9.2.4.RR :20x/mnt
9.3. Penilaian umum
9.3.1.Kelelahan : ( ) ya ( √) tidak
9.3.2.Perubahan BB satu tahun yang lalu: ( ) ya (√ ) tidak
9.3.3.Perubahan nafsu makan : ( ) ya (√ ) tidak
9.3.4.Demam : ( ) ya (√ ) tidak
9.3.5.Keringat malam : ( ) ya (√ ) tidak
9.3.6.Kesulitan tidur : ( ) ya (√ ) tidak
9.3.7.Sering pilek, infeksi : ( ) ya (√ ) tidak
9.3.8.Penialaian diri terhadap seluruh status kesehatan : ( √ ) ya ( ) tidak
9.3.9 Kemampuan melakukan ADL : ( √ ) ya ( ) tidak
9.4. Integumen
9.4.1.Lesi/luka : ( ) ya ( √ ) tidak
9.4.2.Pruritus : ( ) ya ( √ ) tidak
9.4.3.Perubahan pigmentasi : ( √) ya ( ) tidak
9.4.4.Perubahan tekstur : (√ ) ya ( ) tidak
9.4.5.Perubahan rambut : (√ ) ya ( ) tidak
9.4.6.Perubahan kuku : (√ ) ya ( ) tidak
9.4.7.Turgor : > 3 detik
24
9.4.8.Anemia : ( ) ya (√ ) tidak
9.4.9.Riwayat transfusi darah : ( ) ya ( √ ) tidak
9.5. Kepala
9.5.1.Sakit kepala : ( √ ) ya ( ) tidak
9.5.2.Trauma : ( ) ya (√ ) tidak
9.5.3.Pusing : ( ) ya ( √ ) tidak
9.5.4.Gatal pada kulit kepala : (√ ) ya ( ) tidak
9.6. Mata
9.6.1.Perubahan penglihatan : ( √ ) ya ( ) tidak
9.6.2.Kacamata/lensa kontak : ( ) ya ( √ ) tidak
9.6.3.Nyeri : ( ) ya (√ ) tidak
9.6.4.Air mata berlebihan : ( ) ya ( √ ) tidak
9.6.5.Bengkak sekitar mata : ( ) ya ( √ ) tidak
9.6.6.Diplopia : ( ) ya ( √ ) tidak
9.6.7.Pandangan kabur : ( ) ya ( √ ) tidak
9.6.8.Fotofobia : ( ) ya ( √ ) tidak
9.6.9.Tanggal pemeriksaan paling akhir : ...............................................................................
9.6.10.Tanggal pemeriksaan glukoma paling akhir : ...............................................................
9.6.11.Dampak pada penampilan ADL : ..................................................................................
9.7. Telinga
9.7.1.Perubahan pendengaran : ( √) ya ( ) tidak
9.7.2.Tinitus : ( ) ya ( √ ) tidak
9.7.3.Sensitivitas pendengaran : ( √ ) ya ( ) tidak
9.7.4.Riwayat infeksi : ( ) ya (√ ) tidak
9.7.5.Tanggal pemeriksaan paling akhir : -
9.7.6.Kebiasaan perawatan telinga :-
9.7.7.Dampak pada penampilan ADL : -
9.8. Hidung:
9.8.1.Rinorea : ( ) ya (√ ) tidak
9.8.2.Epistaksis : ( ) ya (√ ) tidak
25
9.8.3.Obstruksi : ( ) ya ( ) tidak
9.8.4.Mendengkur : (√ ) ya ( ) tidak
9.8.5.Nyeri pada sinus : ( ) ya (√ ) tidak
9.8.6.Riwayat infeksi : ( ) ya (√ ) tidak
9.9. Mulut dan tenggorokan:
9.9.1.Sakit tenggorokan : ( ) ya (√ ) tidak
9.9.2.Lesi/ulkus : ( ) ya (√ ) tidak
9.9.3.Serak : ( ) ya (√ ) tidak
9.9.4.Perubahan suara : ( ) ya (√ ) tidak
9.9.5.Kesulitan menelan : ( ) ya (√ ) tidak
9.9.6.Perdarahan gusi : ( ) ya (√ ) tidak
9.9.7.Karies : ( ) ya (√ ) tidak
9.9.8.Alat-alat protesa : ( ) ya (√ ) tidak
9.9.9.Riwayat infeksi : ( ) ya (√ ) tidak
9.9.10.Tanggal pemeriksaan gigi paling akhir :Gigi sudah tanggal semua
9.9.11.Pola menggosok gigi :-
9.9.12. Masalah dan kebiasaan membersihkan : ........................................................................
9.9.13. Gigi palsu : ( ) ya (√ ) tidak
9.10. Leher
9.10.1. Kekuan : ( ) ya ( √) tidak
9.10.2. Nyeri/nyeri tekan : ( ) ya (√ ) tidak
9.10.3. Benjolan/ massa : ( ) ya (√ ) tidak
9.10.4. Keterbatasan gerak : ( ) ya (√ ) tidak
9.11. Payudara
9.11.1. Benjolan/ massa : ( ) ya (√ ) tidak
9.11.2. Nyeri/nyeri tekan : ( ) ya (√ ) tidak
9.11.3. Bengkak : ( ) ya (√ ) tidak
9.11.4. Keluar cairan dari puting susu : ( ) ya (√ ) tidak
9.11.5. Perubahan pada puting susu : ( ) ya (√ ) tidak
9.11.6 Pola pemeriksaan payudara sendiri: ( ) ya (√ ) tidak
26
9.11.7. Tanggal dan hasil pemeriksaan mamogram paling akhir : ..................................
9.12. Pernafasan
9.12.1. Batuk : (√ ) ya ( ) tidak
9.12.2. Sesak nafas : ( ) ya ( √ ) tidak
9.12.3. Hemoptisis : ( ) ya ( √ ) tidak
9.12.4. Sputum : ( ) ya ( √) tidak
9.12.5. Asma/alergi pernafasan : ( ) ya ( √ ) tidak
9.12.6. Tanggal dan hasil pemeriksaan foto thorak terakhir : ................................................
9.13. Kardiovaskular
9.13.1. Ditensi vena jugularis : ( ) ya (√ ) tidak
9.13.2. Nyeri/ketidaknyamanan dada : ( ) ya (√ ) tidak
9.13.3. Palpitasi : ( ) ya (√ ) tidak
9.13.4. Sesak nafas : ( ) ya (√ ) tidak
9.13.5. Dispnea nocturnal paroksimal : ( ) ya (√ ) tidak
9.13.6. Ortopnea : ( ) ya (√ ) tidak
9.13.7. Murmur : ( ) ya (√ ) tidak
9.13.8. Edema : ( ) ya (√ ) tidak
9.14. Gastrointestinal
9.14.1. Disfagia : ( ) ya (√ ) tidak
9.14.2. Tidak dapat mencerna : ( ) ya (√ ) tidak
9.14.3. Nyeri ulu hati : ( ) ya (√ ) tidak
9.14.4. Mual/muntah : ( ) ya (√ ) tidak
9.14.5. Hematemesis : ( ) ya (√ ) tidak
9.14.6. Perubahan nafsu makan : ( ) ya (√ ) tidak
9.14.7. Intoleransi makanan : ( ) ya (√ ) tidak
9.14.8. Nyeri : ( ) ya (√ ) tidak
9.14.9. Ikterik : ( ) ya (√ ) tidak
9.14.10. Benjolan/massa : ( ) ya (√ ) tidak
9.14.11. Perubahan kebiasaan defekasi : ( ) ya (√ ) tidak
9.14.12. Diare : ( ) ya (√ ) tidak
27
9.14.13. Konstipasi : ( ) ya (√ ) tidak
9.14.14. Melena : ( ) ya (√ ) tidak
9.14.15. Hemoroid : ( ) ya (√ ) tidak
9.14.16. Perdarahan rektum : ( ) ya (√ ) tidak
9.14.17.Pola defekasi biasanya : ........................................................................................
9.15. Perkemihan
9.15.1. Disuria : ( ) ya (√ ) tidak
9.15.2. Frekuensi BAK : ( ) 1x/sehari (√ ) 3x/hari
9.15.3. Urine menetes : ( ) ya (√ ) tidak
9.15.4. Dorongan miksi : ( ) ya (√ ) tidak
9.15.5. Hematuria : ( ) ya (√ ) tidak
9.15.6. Poliuria : ( ) ya (√ ) tidak
9.15.7. Oliguria : ( ) ya (√ ) tidak
9.15.8. Nokturia : ( ) ya (√ ) tidak
9.15.9. Inkontinensia : ( ) ya (√ ) tidak
9.15.10. Nyeri saat berkemih : ( ) ya (√ ) tidak
9.16. Genitalia pria
9.16.1. Lesi : ( ) ya ( ) tidak
9.16.2. Rabas : ( ) ya ( ) tidak
9.16.3. Nyeri testikular : ( ) ya ( ) tidak
9.16.4. Massa testikular : ( ) ya ( ) tidak
9.16.5. Masalah prostate : ( ) ya ( ) tidak
9.16.6. Penyakit kelaminn : ( ) ya ( ) tidak
9.17. Genitalia wanita
9.17.1. Lesi : ( ) ya (√ ) tidak
9.17.2. Rabas : ( ) ya (√ ) tidak
9.17.3. Dispareuni : ( ) ya (√ ) tidak
9.17.4. Perdarahan pasca senggama : ( ) ya (√ ) tidak
9.17.5. Nyeri pelvis : ( ) ya (√ ) tidak
9.17.6. Sistokel/rektokel/prolpas : ( ) ya (√ ) tidak
28
9.17.8. Penyakit kelamin : ( ) ya (√ ) tidak
9.17.9. Infeksi : ( ) ya (√ ) tidak
9.17.10. Riwayat menstruasi (usia awitan, tanggal periode menstruasi)
- sudah tidak mengingatnya lagi
9.17.11. Riwayat menopouse (usia, gejala, masalah pasca menopouse)
- sudah tidak mengingatnya lagi
9.17.12.Tanggal dan hasil pap smear paling akhir
- sudah tidak mengingatnya lagi.
9.18 Muskuloskeletal
9.18.1. Nyeri persendian : (√ ) ya ( ) tidak
9.18.2. Kekakuan : ( ) ya (√ ) tidak
9.18.3. Pembengkakan sendi : ( ) ya (√ ) tidak
9.18.4. Deformitas : ( ) ya (√ ) tidak
9.18.5. Spasme : (√ ) ya ( ) tidak
9.18.6. Kelemahan otot : ( ) ya ( √) tidak
9.18.7. Masalah cara berjalan : ( ) ya ( √ ) tidak
9.18.8. Nyeri punggung : (√ ) ya ( ) tidak
9.18.9. Prostesa : ( ) ya (√ ) tidak
9.18.10. Kekuatan otot : 5 dapat bergerak normal 5 5
Tes koordinasi/keseimbangan 5 5
No. Aspek penilaian Keterangan Nilai
1 Berdiri dengan postur normal 4 4
2 Berdiri dengan postur normal (dengan mata tertutup) 4
3 Berdiri dengan satu kaki (klien tidak bisa berdiri dengan Kanan :- 1
satu kaki) Kiri :-
4 Berdiri, fleksi trunk, dan berdiri ke posisi netral 3 3
5 Berdiri, lateral dan fleksi trunk 3 3
6 Berjalan, tempatkan salah satu tumit di depan jari kaki - 3
yang lain
7 Berjalan sepanjang garis lurus - 4
29
8 Berjalan mengikuti tanda gambar pada lantai - 3
9 Berjalan mundur 3 3
10 Berjalan mengikuti lingkaran - 3
11 Berjalan dengan tumit - 2
12 Berjalan dengan ujung kaki - 1
JUMLAH 17 29
Kriteria penilaian
4 :melakukan aktifitas dg lengkap
3 :sedikit bantuan (untuk keseimbangan)
2 :dg bantuan sedang – maksimal
1 :tidak mampu melakukan aktivitas
Keterangan
42 – 54 : Melakukan aktifitas dengan lengkap
28 – 41 : Sedikit bantuan (untuk keseimbangan)
14 – 27 : Dengan bantuan sedang sampai maksimal
< 14 : Tidak mampu melakukan aktifitas
30
Dampak pada penampilan ADL : ..............................................................................
9.19. Sistem saraf pusat
9.19.1. Sakit kepala : (√ ) ya ( ) tidak
9.19.2. Kejang : ( ) ya ( √ ) tidak
9.19.3. Sinkope/serangan jatuh : ( ) ya ( √ ) tidak
9.19.4. Paralisis : ( ) ya ( √ ) tidak
9.19.5. Paresis : ( ) ya ( √ ) tidak
9.19.6. Masalah koordinasi : ( ) ya ( √ ) tidak
9.19.7. Tc/tremor/spasme : ( ) ya ( √ ) tidak
9.19.8. Masalah memori : ( ) ya ( √ ) tidak
X. RIWAYAT PSIKOSOSIAL
10.1. Cemas : ( ) ya ( √ ) tidak
10.2. Stabilitas emosi
a. Labil (b). Stabil c. Iritable d. Datar
Jelaskan : Emosi pasien dalam keadaan stabil
10.3. Permasalahan emosional dengan Pertanyaan tahap 1
10.3.1. Apakah klien mengalami susah tidur ( - )
10.3.2. Apakah klien merasa gelisah ( - )
10.3.3 Apakah klien murung menangis sendiri ( - )
10.3.4 Apakah klien sering was-was atau kuatir ( - )
Lanjutkan pertanyaan tahap 2 jika lebih dari satu atau sama dengan jawaban 1 ya
Pertanyaan tahap 2
10.3.5. Keluhan lebih dari 3 bulan atau lebih dari 1 bulan 1 kali dalam satu bulan.
10.3.6. Ada masalah atau banyak pikiran
10.3.7. Ada gangguan atau masalah dengan orang lain
10.3.8. Menggunakan obat tidur atau penenang atas anjuran dokter
10.3.9. Cenderung mengurung diri ?
Lebih dari 1 atau sama dengan 1 jawabannya ya, maka masalah emosional ada
atau
ada gangguan emosional
10.3.10. Insomnia : ( ) ya (√ ) tidak
10.3.11. Gugup : ( ) ya (√ ) tidak
10.3.12. Takut : ( ) ya (√ ) tidak
10.3.13. Stres : ( ) ya (√ ) tidak
10.3.14 Mekanisme koping yang biasa digunakan
............................................................................................................................
............................................................................................................................
10.3.15. Pola respon seksual
.............................................................................................................................
............................................................................................................................
.............................................................................................................................
............................................................................................................................
Keterangan :
Skor 24-30 = normal
Nilai 18-23 = gangguan kognitif sedang
Nilai 0-17 = gangguan kognitif berat
Keterangan
Nilai < 3 : disfungsi keluarga tinggi
Nilai 4 – 6 : disfungsi keluarga sedang
3.2 Diagnosa keperawatan
Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d. agen cedera fisiologi (peningkatan tekanan vakuler serebral)
2. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi
pengetahuan Edukasi
1. Jelaskan penyebab dan
risiko penyakit
L.12110 Luaran tambahan: 2. Jelaskan tanda dan
4. Potter & Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan
Praktik Edisi 4. Jakarta: EGC.
6. Stanley, M., & Beare, P. G. (2006). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Jakarta: EGC.