Anda di halaman 1dari 43

MAKALAH SEMINAR PROFESI KEPERAWATAN

KEPERAWATAN MATERNITAS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN


KANKER OVARIUM

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 8

KAROLIN PANINZELA DWI PUTRI


MEISYA AMANDA FAZIRA

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS RIAU

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti ucapkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah seminar dengan judul “Asuhan
Keperawatan pada pasien dengan Kanker Ovarium”. Makalah seminar ini sebagai
salah satu syarat praktik profesi keperawatan di Fakultas Keperawatan Universitas
Riau.
Penulis banyak mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak
dalam penyusunan makalah seminar ini. Pada kesempatan ini penulis
menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada yang terhormat:

1. Prof. Dr. Ir. Usman Muhammad Tang, MS selaku Dekan Fakultas


Keperawatan Universitas Riau.
2. Dr. Reni Zulfitri, M. Kep, Sp. Kom selaku Koordinator Praktik Klinik Profesi
Keperawatan Universitas Riau.
3. Ns. Sri Utami, M.Biomed selaku Koordinator dan Pembimbing Akademik
Ruang Seruni Keperawatan Maternitas Fakultas Keperawatan Universitas
Riau.
4. Ns. Fitria Ulfa, S. Kep selaku Pembimbing Klinik Ruang Seruni RSUD
Arifin Achmad Pekanbaru yang telah bersedia memberikan masukan,
bimbingan, serta dukungan bagi penulis.

Penulis sadar bahwa makalah seminar ini masih terdapat kekurangan.


Maka dari itu, kritik dan saran pembaca sangat diharapkan penulis demi kebaikan
makalah seminar ini. Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat
bagi dunia keperawatan.

Pekanbaru, 01 Oktober 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang.......................................................................... 1
B. Tujuan Penulisan ...................................................................... 2
C. Manfaat Penulisan .................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................... 4
A. Konsep Dasar Kanker Ovarium................................................ 4
B. Asuhan Keperawatan Teoritis .................................................. 11
BAB III PEMBAHASAN KASUS ............................................................... 23
A. Gambaran Kasus ....................................................................... 23
B. Pengkajian ................................................................................ 23
C. Analisa Data ............................................................................. 27
D. Diagnosa Keperawatan ............................................................. 28
E. Intervensi Keperawatan ............................................................ 28
F. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan ................................. 30
BAB IV PEMBAHASAN.............................................................................. 31
A. Pembahasan Kasus ................................................................... 31
B. Pembahasan Asuhan Keperawatan ........................................... 31
BAB V PENUTUP ......................................................................................... 38
A. Kesimpulan ............................................................................... 38
B. Saran ......................................................................................... 38
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 39

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu masalah kesehatan reproduksi yang menjadi perhatian adalah kanker.
Kanker adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel jaringan tubuh
yang tidak normal yang terus berkembang dengan cepat, tidak terkendali, dan terus
membela diri (Istighosah & Yunita, 2019). Menurut International Agency for Research
on Cancer (2018) ditemukan sebanyak 18,6 juta kasus baru dengan kanker dan 9,6 juta
orang meninggal. Insiden kanker di Indonesia terus meningkat setiap tahun. Pada tahun
2013 tercatat sebanyak 1,4% kasus kanker yang terjadi dan meningkat menjadi 1,8%
pada tahun 2018 (Departemen Kesehatan RI, 2018).
Kanker ovarium merupakan salah satu jenis kanker yang terjadi pada ovarium,
dengan angka mortalitas tertinggi dan prognosis yang buruk (Winarto & Wijaya, 2020).
Data Word Cancer Research Found International (2018) insiden baru kanker ovarium
mengalami peningkatan mencapai 300.000. Indonesia merupakan negara dengan jumlah
penderita kanker ovarium yang tertinggi, ditemukan sebanyak 13.310 (7,1%) kasus baru
dan angka kematian akibat penyakit ini mencapai 7.842 (4,4%). Kanker ovarium dikenal
sebagai penyakit mematikan yang tumbuh diam-diam atau biasa disebut dengan silent
killer, dikarenakan pada stadium awal penyakit ini tidak menunjukkan gejala klinis yang
spesifik (International Agency for Research on Cancer, 2018).
Kanker ovarium pada stadium dini tidak memberikan keluhan, sedangkan
keluhan yang timbul pada kanker stadium lanjut karena adanya penyebaran kanker,
penyebaran kanker pada permukaan serosa dari kolon dan asites adalah rasa nyeri di area
abdomen, tidak nyaman dan cepat merasa kenyang. Gejala lain yang sering timbul adalah
mudah lelah, perut membuncit, sering kencing dan nafas pendek, sehingga pasien dengan
kanker ovarium akan mengalami penurunan nafsu makan, penurunan aktifitas akibat
mudah lelah (Nisa, 2021).
Pasien kanker ovarium merupakan pasien dengan kondisi kualitas hidup yang
menurun. Keadaan ini dapat berakibat juga pada penurunan status kualitas tidurnya,
aktivitas keseharian dan tujuan dalam hidupnya. Dampak yang akan dirasakan oleh
pasien kanker ovarium ini juga telihat secara psikologis yang tergambar dalam keadaan
stress nya, kondisi stress ini disebabkan oleh berbagai ketakutan yang mungkin dapat

1
terjadi pada pasien kanker ovarium tersebut seperti takut akan nyeri, operasi, kematian,
perubahan pada reproduksi dan seksual, perubahan body image serta hubungan dengan
keluarga (Adhisty et al., 2019). Perawat berperan penting dalam melakukan pemantauan
fisiologis dan memberikan dukungan serta kenyamanan pada pasien kanker ovarium
dengan menerapkan asuhan keperawatan (Nisa, 2021).
Asuhan keperawatan merupakan suatu tindakan atau proses dalam praktik
keperawatan yang diberikan secara langsung kepada pasien untuk memenuhi kebutuhan
pasien, sehingga dapat mengatasi masalah yang sedang dihadapinya dan asuhan
keperawatan dilaksanakan berdasarakan kaidah-kaidah ilmu keperawatan (Brunner &
Suddarth, 2016). Peran perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan meliputi tindakan
pendampingan serta membantu klien dalam meningkatkan dan memperbaiki mutu
kesehatan diri melalui proses keperawatan serta memberian asuhan keperawatan yang
mencakup aspek biopsikososial hingga spiritual pasien (Ningsih, 2021).
Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan diatas, maka peneliti ingin
menerapkan asuhan keperawatan pada pasien Kanker Ovarium di Ruang Seruni RSUD
Arifin Achmad.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk menerapkan asuhan keperawatan yang holistik pada Ny. A dengan
kanker ovarium di Ruang Seruni RSUD Arifin Achmad.

2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian secara holistik
b. Melakukan analisa masalah keperawatan yang dialami oleh klien
c. Menentukan diagnosa keperawatan yang sesuai dengan masalah yang ditemukan
d. Menentukan intervensi sesuai dengan diagnosa keperawatan yang diangkat
e. Melakukan implementasi keperawatan sesuai dengan intervensi yang telah
disusun
f. Melakukan evaluasi terhadap tindakan keperawatan yang telah dilakukan

C. Manfaat Penulisan
1. Manfaat bagi Ilmu Keperawatan
Makalah ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam Ilmu Keperawatan dalam
penyusunan asuhan keperawatan yang holistik dan berkesinambungan.

2
2. Manfaat bagi institusi
Makalah ini dapat menjadi masukan bagi institusi yang menjadi tempat praktik
dalam pemberian asuhan keperawatan bagi klien dengan kanker ovarium di Ruang
Seruni RSUD Arifin Achmad.

3. Manfaat bagi pasien


Asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien diharapkan dapat
memenuhi kebutuhan keperawatan bagi pasien sesuai dengan kondisi dan masalah
keperawatan yang pasien alami.

4. Manfaat bagi mahasiswa profesi


Asuhan keperawatan yang telah dirumuskan diharapkan dapat menambah ilmu
dan pengalaman mahasiswa dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien
terutama pada pasien dengan kanker ovarium.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Kanker Ovarium


1. Definisi
Kanker ovarium adalah tumor ganas pada ovarium (indung telur) yang paling
sering ditemukan pada wanita berusia 50-70 tahun. Kanker ovarium bisa menyebar
ke bagian lain seperti, panggul dan perut melalui sistem getah bening dan melalui
sistem pembuluh darah menyebar ke hati dan paru-paru (Padila, 2015).
Kanker ovarium adalah kanker ginekologi yang paling mematikan sebab
pada umumnya baru bisa dideteksi ketika sudah parah, tidak ada tes skrining awal
yang terbukti untuk kanker ovarium, tidak ada tanda-tanda awal yang pasti.
Beberapa wanita mengalami ketidaknyamanan pada abdomen dan bengkak
(Digiulio, 2014).

2. Etiologi
Hipotesis incessant ovulation yang diperkenalkan oleh Fathalla yang
menjelaskan hubungan antara ovulasi terus menerus terhadap terjadinya peradangan
dan karsinogenesis ovarium epitel. Hal ini disebabkan karena folikel yang matang
tidak pecah menyebabkan oocyte tidak dilepaskan sehingga dapat mengakibatkan
terjadinya lonjakan luteinizing hormon (LH) yang dapat menginduksi ekspresi gen
prostaglandin sintase 2 (PGS-2), kemudian akan mengkodekan enzim yang
aktivitasnya sangat penting untuk ruptur folikel. Hal ini dapat mempengaruhi
kerusakan DNA melalui tekanan oksidatif pada cortical inclusion cysts (CIC) di
ovarium, adanya kerusakan berulang pada lapisan permukaan ovarium saat ovulasi
menyebabkan perubahan pada gen yang mengatur proses pembelahan sel ovarium
sehingga terjadi pembelahan sel yang berlebihan dan menimbulkan sel kanker
(Fathalla, 2013).
Penyebab kanker ovarium belum diketahui secara pasti. Menurut Manuaba
(2013) faktor resiko terjadinya kanker ovarium sebagai berikut:
a. Menstruasi dini
Jika seorang wanita mengalami haid sejak usia dini maka akan memiliki resiko
tinggi terkena kanker ovarium.

4
b. Faktor usia
Wanita usia lebih dari 45 tahun lebih rentan terkena kanker ovarium.
c. Faktor reproduksi
1) Meningkatnya siklus ovulatori berhubungan dengan tingginya risiko
menderita kanker ovarium karena tidak sempurnanya perbaikan epitel
ovarium.
2) Induksi ovulasi dengan menggunakan chomiphene sitrat meningkatkan
resiko dua sampai tiga kali.
3) Kondisi yang dapat menurunkan frekuensi ovulasi dapat mengurangi risiko
terjadinya kanker.
4) Pemakaian pil kb menurunkan resiko hingga 50% jika dikonsumsi selama 5
tahun lebih.
d. Wanita mandul atau tidak bisa hamil
Wanita yang belum pernah hamil akan memiliki resiko tinggi terkena kanker
ovarium.
e. Faktor genetik
1) Sebesar 5% sampai dengan 10% adalah herediter.
2) Angka resiko terbesar 5% pada penderita satu saudara dan meningkat
menjadi 7% bila memiliki dua saudara yang menderita kanker ovarium.
f. Makanan
Terlalu banyak mengkonsumsi makanan berlemak hewani yang dapat
meningkatkan risiko terkena kanker ovarium.
g. Obesitas
Wanita yang mengalami obesitas (kegemukan) memiliki resiko tinggi terkena
kanker ovarium.

3. Manifestasi klinis
Menurut Brunner (2015), tanda dan gejala kanker ovarium adalah sebagai berikut:
a. Peningkatan lingkar abdomen
b. Tekanan pada panggul
c. Kembung
d. Mual
e. Nyeri punggung
f. Konstipasi

5
g. Nyeri abdomen
h. Sering berkemih
i. Dispnea
j. Perdarahan abnormal
k. Flatulens
l. Peningkatan ukuran pinggang
m. Nyeri tungkai
n. Rasa begah setelah makan makanan kecil

4. Patofisiologi
Teori menurut hipotesis incessant ovulation, teori ini menyatakan bahwa
terjadi kerusakan pada sel-sel epitel ovarium untuk penyembuhan luka pada saat
terjadi ovulasi proses penyembuhan sel- sel epitel yang terganggu bisa menimbulkan
proses transformasi menjadi sel-sel tumor. Terdapat di ovulasi menyebabkan
kerusakan pada sel-sel ovarium menyebabkan proses penyembuhan luka sangat lama
sehingga terjadi ovulasi lagi atau trauma baru dan proses penyembuhan luka
terganggu lalu sel-sel ovarium menjadi abnormal.
Teori hipotesis gonadtropin, teori ini berdasarkan adanya aktivitas ovarium
dikontrol oleh gonadotropin. Pada menopause, gonadotropin yang meningkat akan
menyebabkan keganasan ovarium, hipotesis gonadotropin adalah hipotesis hormonal
yang dikembangkan untuk menjelaskan pathogenesis kanker ovarium yang
mengendalikan bahwa kanker ovarium berkembang sebagai konsekuensi dari
stimulasi yang berlebihan jaringan ovarium gonadotropin hipofisis (LH dan FSH).
Terdapat hormon estrogen menurun sehingga menyebabkan hormone gonadotropin
meningkat (meningkatkan kesuburan) sehingga proses ovulasi cepat. Adanya
Kelainan kromosom sehingga Gen BRCA1 bermutasi abnormal, sehingga adanya
akumulasi sel-sel abnormal.
Teori androgen, androgen memiliki peran yang sangat penting dalam
terbentuknya kanker ovarium, hal ini didasarkan pada hasil percobaan bahwa epitel
ovarium mengandung reseptor androgen dalam percobaan in vitro, androgen bisa
menstimulasi pertumbuhan epitel ovarium normal dan sel kanker ovarium. Terdapat
androgen menstimulus tumbuhnya sel epitel ovarium. Faktor makanan sehingga
adanya zat-zat karsinogen dan sel sel ovarium terakumulasi oleh zat-zat karsinogen.

6
Virus yang menginvasi sel-sel ovarium sehingga sel-sel ovarium terinvasi oleh virus
terjadi adanya akumulasi sel-sel abnormal (Nisa, 2021).

5. Klasifikasi
Menurut klasifikasi WHO, berdasarkan asal jaringanya kanker ovarium
dibagi menjadi tumor epithelial (65%), germ sel (15%), sex cord stromal (10%),
metastasis (5%) dan miscelaaneous. Berdasarkan tipe-tipe sel kanker ovarium tipe
epithelial dibagi menjadi (serous, mucinous, endometroid, clear cell, transitional
cell, undifferentiated, dan mixed carcinoma) dan atipia (benign, borderline dan
malignant (invasive atau non-invasive), tumor yang paling banyak adalah tumor
malignant (Prawirohardjo, 2013).
Kanker ovarium dibagi dalam tiga kelompok besar sesuai dengan jaringan
asal tumor yaitu sebagai berikut:
a. Tumor-tumor epiteliel
Tumor-tumor epitelial menyebabkan 60% dari semua neoplasma
ovarium yang diklasifikasikan sebagai neoplasma jinak, perbatasan ganas.
Keganasan epitel yang paling sering adalah adenoma karsinoma serosa.
Gambaran tumor epitelial secara mikroskopis tidak jelas teridentifikasi sebagai
kanker, dinamakan sebagai tumor borderline atau tumor yang berpotensi ganas.
b. Tumor struma gonad
Tumor ovarium stroma berasal dari jaringan penyokong ovarium yang
memproduksi hormon estrogen dan progesteron, jenis tumor ini jarang
ditemukan. 5% dari semua kanker ovarium terdiri atas sel granulosa.
c. Tumor-tumor sel germinal
Tumor sel germinal berasal dari sel yang menghasilkan ovum, umumnya
tumor germinal adalah jinak meskipun beberapa menjadi ganas, bentuk
keganasan sel germinal adalah teratoma, disgermioma dan tumor sinus
endoderma (Rahayu, 2020).

7
6. Klasifikasi stadium kanker ovarium
Stadium kanker ovarium menurut FIGO (federation of ginecologis and
obstetricians) tahun 2014:
Tabel 2.1 Klasifikasi stadium kanker ovarium (FIGO, 2014)
Stadium FIGO Kategori
Stadium I Pertumbuhan terbatas pada ovarium
Ia Tumor terbatas pada satu ovarium, kapsul utuh, tidak
ada tumor pada permukaan luar, tidak Iterdapat sel
kanker pada cairan asites atau pada bilasan
peritoneum
Ib Tumor terbatas pada kedua ovarium, kapsul utuh,
tidak terdapat tumor pada permukaan luar, tidak
terdapat sel kanker pada cairan asites atau bilasan
peritoneum
Ic Tumor terbatas pada satu atau dua ovarium dengan
satu dari tanda-tanda sebagai berikut: kapsul pecah,
tumor pada permukaan luar kapsul. Sel kanker
postitif pada cairan asites atau bilasan peritoneum
Stadium II Tumor mengenai satu atau dua ovarium dengan
perluasan ke pelvis
II Perluasan dan implan ke uterus atau tuba fallopi.
Tidak ada sel kanker di cairan asites atau bilasan
peritoneum
II Perluasan ke organ pelvis lainnya. Tidak ada sel
kanker di cairan asites atau bilasan peritoneum
II Tumor pada stadium IIa/IIb dengan sel kanker positif
pada cairan asites atau bilasan peritoneum
Stadium III Tumor mengenai satu atau dua ovarium dengan
metastasis ke peritoneum yang dipastikan secara
mikroskopik diluar pelvis atau metastasis ke kelenjar
getah bening regional
IIIa Metastasis peritoneum mikroskopik di luar pelvis
IIIb Metastasis peritoneum mikroskopik diluar pelvis

8
dengan diameter terbesar 2 cm atau kurang

IIIc Metastasis peritoneum diluar pelvis dengan diameter


terbesar lebih dari 2 cm atau metastasis kelenjar
getah bening regional
IV Metastasis jauh diluar rongga peritoneum. Bila
terdapat efusi pleura, maka cairan pleura
mengandung sel kanker positif. Termasuk metastasis
pada parenkim hati.

7. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang diperlukan untuk membantu menegakkan
diagnosis adalah pemeriksaan radiografi dan penanda tumor. Pemeriksaan
histopatologi umumnya dilakukan bersamaan dengan operasi laparoskopi untuk
menentukan ada tidaknya keganasan dan tipenya. Lesi ovarium umumnya ditemukan
secara insidental pada pemeriksaan radiografi abdomen atau pelvis untuk indikasi
lainnya.
a. Pemeriksaan Radiografi
Ultrasonografi merupakan pemeriksaan yang paling bermanfaat karena
dapat menentukan morfologi tumor pelvis, serta menilai ada tidaknya massa
pada bagian lain abdomen. Ultrasonografi transvaginal bermanfaat untuk
menilai struktur dan pendarahan ovarium, membedakan massa kistik dan solid,
serta mendeteksi adanya asites. Tingkat akurasi pemeriksaan ini untuk
membedakan massa jinak dan ganas adalah sensitivitas 86-94%, spesifisitas 94-
96%.
X-ray thorax atau CT scan rutin dilakukan untuk membantu eksklusi
efusi pleura dan metastasis pulmonar. CT scan lebih disarankan karena
sekaligus digunakan untuk staging kanker. MRI lebih superior karena dapat
menentukan jenis jaringan tumor, termasuk adanya lemak, darah, musin, cairan,
atau jaringan pada massa ovarium. Hal ini bermanfaat untuk menentukan
apakah massa tersebut jinak atau ganas.

9
b. Pemeriksaan Penanda Tumor
Pemeriksaan penanda tumor yang dilakukan adalah CA 125 pada darah.
Pemeriksaan ini sebaiknya dikombinasikan dengan pemeriksaan radiologis
untuk mendeteksi kanker ovarium. Selain CA 125, assay yang dapat digunakan
untuk pemeriksaan di antaranya adalah apolipoprotein A1, follicle stimulating
hormone (FSH) dan human epididymis protein 4. Walau demikian, pemeriksaan
ini memiliki tingkat akurasi yang rendah.
c. Kombinasi Pemeriksaan Ultrasonografi dan Penanda Tumor
Keterbatasan pemeriksaan ultrasonografi dan penanda tumor menjadi
dasar penelitian untuk kombinasi kedua pemeriksaan ini. Studi menunjukkan
tingkat akurasi yang lebih tinggi sehingga kombinasi kedua pemeriksaan ini saat
ini menjadi standar diagnosis kanker ovarium.
d. Pemeriksaan Histopatologi
Biopsi dengan aspirasi jarum halus (fine needle aspiration biopsy) tidak
rutin dilakukan. Pemeriksaan histopatologi dapat dilakukan dengan operasi
laparoskopi untuk mereseksi tumor. Dari pemeriksaan histopatologi dapat
diketahui secara pasti apakah tumor tersebut ganas atau jinak dan tipe dari
keganasan tersebut (Nisa, 2021).

8. Penatalaksanaan
a. Pembedahan
Tindakan pembedahan dapat dilakukan pada kanker ovarium sampai
stadium IIA dan dengan hasil pengobatan seefektif radiasi, akan tetapi
mempunyai keunggulan dapat meninggalkan ovarium pada pasien usia
pramenopouse. Kanker ovarium dengan diameter lebih dari 4 cm menurut
beberapa peneliti lebih baik diobati dengan kemoradiasi dari pada operasi.
Histerektomi radikal mempunyai mortalitas kurang dari 1%. Morbiditas
termasuk kejadian fistel (1% sampai 2%), kehilangan darah, atonia kandung
kemih yang membutuhkan katerisasi intermiten, antikolinergik, atau alfa
antagonis.
b. Radioterapi
Terapi radiasi dapat diberikan pada semua stadium, terutama mulai
stadium II B sampai IV atau bagi pasien pada stadium yang lebih kecil tetapi

10
bukan kandidat untuk pembedahan. Penambahan cisplatin selama radio terapi
whole pelvic dapat memperbaiki kesintasan hidup 30% sampai 50%.
c. Kemoterapi
Terutama diberikan sebagai gabungan radio-kemoterapi lanjutan atau
untuk terapi paliatif pada kasus residif. Kemoterapi yang paling aktif adalah
ciplastin. Carboplatin juga mempunyai aktivitas yang sama dengan cisplatin.

B. Asuhan Keperawatan Teoritis


1. Pengkajian Keperawatan
a. Anamnesis
1) Identitas Pasien
Meliputi nama lengkap, tempat tinggal, jenis kelamin, tanggal lahir,
umur, tempat lahir, asal suku bangsa, nama orang tua, dan pekerjaan orang
tua. Keganasan kanker ovarium sering dijumpai pada usia sebelum
menarche atau di atas 45 tahun (Manuaba, 2010).
2) Riwayat Kesehatan
a) Keluhan Utama biasanya mengalami perdarahan abnormal atau
menorhagia pada wanita usia subur atau wanita diatas usia 50 tahun
menopause untuk stadium awal. Pada stadium lanjut akan mengalami
pembesaran massa yang disertai asites.
b) Riwayat kesehatan sekarang, yaitu:
- Gejala kembung, nyeri pada abdomen atau pelvis, kesulitan makan
atau merasa cepat kenyang dan gejala perkemihan kemungkinan
menetap
- Pada stadium lanjut sering berkemih, konstipasi, ketidaknyamanan
pelvis, distensi abdomen, penurunan berat badan dan nyeri pada
abdomen.
c) Riwayat kesehatan dahulu biasanya pernah memiliki kanker kolon,
kanker payudara dan kanker endometrium
d) Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat kesehatan keluarga yang pernah mengalami kanker payudara
dan kanker ovarium yang beresiko 50%.
e) Riwayat haid/status ginekologi

11
Pasien akan mengalami nyeri hebat pada saat menstruasi dan terjadi
gangguan siklus menstruasi.
f) Riwayat obstetri
Wanita yang tidak memiliki anak karena ketidakseimbangan sistem
hormonal dan wanita yang melahirkan anak pertama di usia >35 tahun
(Padila, 2015).
g) Data keluarga berencana
Biasanya wanita tersebut tidak menggunakan kontrasepsi oral
sementara karena kontrasepsi oral bisa menurunkan risiko ke kanker
ovarium yang ganas.
h) Data psikologis
Biasanya wanita setelah mengetahui penyakitnya akan merasa cemas,
putus asa, menarik diri dan gangguan seksualitas.
i) Data aktivitas/istirahat
Pasien biasanya mengalami gejala kelelahan dan terganggu aktivitas
dan istirahat karena mengalami nyeri dan ansietas.
j) Data sirkulasi
Pasien biasanya akan mengalami tekanan darah tinggi karena cemas.
k) Data eliminasi
Pasien biasanya akan terganggu BAK akibat perbesaran massa yang
menekan pelvis.
l) Data makanan/cairan
Biasanya pasien tidak mengalami gangguan dalam nutrisi tetapi kalau
dibiarkan maka akan mengalami pembesaran lingkar abdomen
sehingga akan mengalami gangguan gastrointestinal.
m) Data nyeri kenyamanan
Pasien biasanya mengalami nyeri karena penekanan pada pelvis.
n) Pemeriksaan fisik
- Kesadaran
Kesadaran pasien tergantung kepada keadaan pasien, biasanya
pasien sadar, tekanan darah meningkat dan nadi meningkat dan
pernafasan dyspnea.
- Kepala dan rambut, tidak ada gangguan yaitu simetris, tidak ada
benjolan, tidak ada hematom dan rambut tidak rontok.

12
- Telinga Simetris kiri dan kanan, tidak ada gangguan pendengaran
dan tidak ada lesi.
- Wajah
Pada mata konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, reflek
pupil +/+, pada hidung tidak ada pernapasan cuping hidung, pada
mulut dan gigi mukosa tidak pucat dan tidak ada sariawan.
- Leher, tidak ada pembendungan vena jugularis dan pembesaran
kelenjer tiroid.
- Thoraks, tidak ada pergerakan otot diafragma, gerakan dada
simetris.
- Paru-paru
 Inspeksi: Pernapasan dyspnea, tidak ada tarikan dinding dada.
 Palpasi: Fremitus kiri dan kanan sama.
 Perkusi: Suara ketok sonor, suara tambahan tidak ada.
 Auskultasi: Vesikuler.
- Jantung pada pasien kanker ovarium biasanya tidak mengalami
masalah pada saat pemeriksaan di jantung
 Inspeksi: Umumnya pada saat inspeksi, Ictus cordis tidak terlihat.
 Palpasi: Pada pemeriksaan palpasi Ictus cordis teraba.
 Perkusi: Pekak.
 Auskultasi: Bunyi jantung S1 dan S2 normal.
- Payudara/mamae
Simetris kiri dan kanan, aerola mamae hiperpigmentasi, papila
mamae menonjol, dan tidak ada pembengkakan.
- Perut
 Inspeksi: Pada stadium awal kanker ovarium, belum adanya
perbesaran massa, sedangkan pada stadium lanjut kanker
ovarium, akan terlihat adanya asites dan perbesaran massa di
abdomen.
 Palpasi: Pada stadium awal kanker ovarium, belum adanya
perbesaran massa, sedangkan pada stadium lanjut kanker
ovarium, di raba akan terasa seperti karet atau batu massa di
abdomen.

13
 Perkusi: Hasilnya suara hipertympani karena adanya massa atau
asites yang telah bermetastase ke organ lain
 Auskultasi: Bising usus normal yaitu 5- 30 kali/menit
- Genitalia, pada beberapa kasus akan mengalami perdarahan
abnormal akibat hiperplasia dan hormon siklus menstruasi yang
terganggu. Pada stasium lanjut akan dijumpai tidak ada haid lagi.
- Ekstremitas, tidak ada oedem, tidak ada luka dan CRT kembali <2
detik. Pada stadium lanjut akan ditandai dengan kaki oedem (Nisa,
2021).

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respon
klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang
berlangsung actual maupun potensial. Diagnosis keperawatan bertujuan untuk
mengidentifikasi respon klien individu, keluarga dan komunitas terhadap situasi
yang berkaitan dengan kesehatan (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017).
a. Defisit nutrsi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan
(D.0019).
1) Gejala dan tanda mayor
a) Subjektif: -
b) Objektif : berat badan menurun minimal 10% di bawah rentang ideal.
2) Gejala dan tanda minor :
a) Subjektif : cepat kenyang setelah makan, kram atau nyeri abdomen,
nafsu makan menurun.
b) Objektif : bising usus hiperaktif, otot pengunyah lemah, otot menelan
lemah, membrane mukosa pucat, sariawan, serum albumin turun,
rambut rontok berlebihan, diare.
b. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan kelemahan otot pelvis (D.0040).
1) Definisi: disfungsi eliminasi urin
2) Gejala dan tanda mayor:
a) Subjektif: desakan berkemih (urgensi), urin menetes (dribbling), sering
buang air kecil, nokturia, mengompol, enuresis.
b) Objektif: distensi kandung kemih, berkemih tidak tuntas (hesitancy),
volume residu urin.

14
3) Gejala dan tanda minor:
a) Subjektif: (tidak tersedia)
b) Objektif: (tidak tersedia)
c. Hipovolemia berhubungan dengan kekurangan intake cairan (D.0023).
1) Definisi: penurunan volume cairan intravskular, intertisial, dan intraselular.
2) Gejala dan tanda mayor
a) Subjektif: (tidak tersedia).
b) Objektif: frekuensi nadi meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah
menurun, tekanan nadi menyempit, turgor kulit menurun,membrane
mukosa kering, volume urin menurun, hematocrit meningkat.
3) Gejala dan tanda minor
a) Subjektif: merasa lemah, mengeluh haus.
b) Objektif: pengisian vena menurun, status vena menurun, status mental
berubah, suhu tubuh meningkat, konsentrasi urin meningkat, berat
badan turun tiba-tiba.
d. Nausea berhubungan dengan distensi lambung (D.0076).
1) Definisi: perasaan tidak nyaman pada bagian belakang tenggorokan atau
lambung yang dapat mengakibatkan muntah.
2) Gejala dan tanda mayor
a) Subjektif: mengeluh mual, merasa ingin muntah, tidak berminat makan.
b) Objektif: (tidak tersedia)
3) Gejala dan tanda minor
a) Subjektif: merasa asam dimulut, sensasi panas atau dingin, sering
menelan.
b) Objektif: saliva meningkat, pucat, diaphoresis, takikardia, pupil dilatasi
e. Risiko infeksi berhubungan dengan kerusakan integritas kulit (D.0142).
1) Definisi: berisiko mengalami peningkatan terserang organisme patogenik.
2) Factor risiko : ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer (kerusakan
integritas kulit).
f. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (D.0077)
1) Definisi : pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan actual atau fungsional, dengan onset mendadak
ataulambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang
dari 3 bulan.

15
2) Gejala dan tanda mayor
a) Subjektif : mengeluh nyeri
b) Objektif : tampak meringis, bersikap protektif(Mis, waspada posisi
menghindari nyeri), gelisah, frekuensi nadi meningkat, sulit tidur.
3) Gejala dan tanda minor:
a) Subjektif : (tidak tersedia)
b) Objektif : tekanan darah meningkat, pola napas berubah, nafsu makan
berubah, proses berpikir terganggu , menarik diri, berfokus pada diri
sendiri, diaphoresis.

3. Perencanaan keperawatan
a. Defisit nutrsi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan
(D.0019).
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan kepada pasien diharapkan
membaik.
Kriteria hasil : (L.03030).
1) Porsi makan yang dihabiskan meningkat
2) Kekuatan otot pengunyah meningkat
3) Perasaan cepat kenyang menurun
4) Nyeri abdomen menurun
5) Berat badan membaik
Intervensi : manajemen nutrisi (I.03119).
Observasi :
1) Identifikasi status nutrisi
2) Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
3) Identifikasi makanan yang disukai
4) Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient
5) Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastric
6) Monitor berat badan
7) Monitor asupan makanan
8) Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
Terapeutik :
1) Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu.
2) Fasilitas pedomat diet (mis. Piramida makanan).

16
3) Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai.
4) Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
5) Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
Edukasi :
1) Anjurkan posisi duduk , jika mampu.
2) Ajarkan diet yang diprogramkan Kolaborasi :
Kolaborasi
1) Pemberian medikasi sebelum makan (Pereda nyeri,antiemetic).
2) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrient yang dibutuhkan, jika perlu.
b. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan kelemahan otot pelvis (D.0040).
Tujuan: setalah melakukan tindakankeperawatan kepada pasien diharapkan
eliminasi urine membaik.
Kriteria hasil : (L.04034)
1) Sensasi berkemih meningkat
2) Distensi kandung kemih menurun
3) Berkemih tidak tuntas menurun
4) Volume residu urine menurun
Intervensi : manajemen eliminasi urine (I.04152).
Observasi :
1) Identifikasi tanda dan gejala retensi atau inkontinensia urine
2) Identifikasi factor yang menyebabkan retensi atau inkontinensia urine
3) Monitor eliminasi urine (mis frekuensi, konsistensi, aroma, volume dan
warna.
Terapeutik :
1) Catat waktu-waktu dan haluaran berkemih
2) Batasi asupan cairan, jika perlu
3) Ambil sampel urine tengah (midstream) atau kultur
Edukasi:
1) Ajarkan tanda gejala saluram kemih
2) Ajarkan mengukur asupan cairan dan haluaran urine
3) Ajarkan mengambil specimen urine midstream ajarkan mengenali tanda dan
berkemih dan waktu yang tepat untuk berkemih.
4) Ajarkan terapi modalitas penguatan otot-otot panggul/berkemihan.

17
5) Anjurkan minum yang cukup, jika tidak ada kontraindikasi
6) Anjurkan mengurangi minum menjelang tidur.
Kolaborasi :
1) Kolaborasi pemberian obat supositoria uretra, jika perlu.
c. hipovolemia berhubungan dengan kekurangan intake cairan (D.0023)
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan kepada pasien diharapkan
status cairan membaik .
Kriteria hasil : (L.03028).
1) Kekuatan nadi meningkat
2) Turgor kulit meningkat
3) Berat badan menurun
4) Perasaan lemah menurun Intervensi :
Observasi :
1) Periksa tanda dan gejala hypovolemia(mis frekuensi nadi meningkat,nadi
teraba lemah, tekanan darah menurun, tekanan nadi menyempit, turgor kulit
menurun, membrane mukosa kering, volume urin menurun, hematocrit
meningkat, haus, lemah).
2) Monitor intake dan output cairan.
Terapeutik :
1) Hitung kebutuhan cairan
2) Berikan posisi modified Trendelenburg
3) Berikan asupan cairan oral
Edukasi:
1) Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral.
2) Anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak.
Kolaborasi :
1) Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis (mis. NaCl , RL)
2) Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis (mis. Glukosa 2,5%, NaCl 0,4%)
3) Kolaborasi pemberian cairan koloid (mis. Albumin, plasmanate)
4) Kolaborasi pemberian produk darah
d. Nausea berhubungan dengan distensi lambung (D.0076).
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan kepada pasien diharapkan
tingkat nausea menurun.
Kriteria hasil : (L.12111)

18
1) Nafsu makan meningkat
2) Keluhan mual menurun
3) Perasaaan ingin muntah menurun
Intervensi : manajemen mual (I.03117).
Observasi :
1) Identifikasi pengalaman mual
2) Identifikasi isyarat nonverbal ketidaknyamanan(mis.bayi, anak-anak,dan
mereka yang tidak dapat berkomunikasi secara efektif)
3) Identifikasi dampak mual terhadap kulitas hidup (mis. Nafsu makan,
aktivitas, kinerja, tanggung jawab peran, dan tidur)
4) Identifikasi factor penyebab mual (mis. Pengobatan dan prosedur
5) Identifikasi antiemetic untuk mencegah mual (kecuali mual pada
kehamilan)
6) Monitor mual (mis. Frekuensi, durasi, dan tingkat keparahan)
7) Monitor asupan nutrisi dan kalori
Terapeutik :
1) Kendalikan faktor lingkungan penyebab mual (mis. Bau tak sedap, suara,
dan rangsangan visual yang tidak menyenangkan)
2) Kurangi atau hilangkan keadaan penyebab mual (mis. Kecemasan,
ketakutan, kelelahan)
3) Berikan makanan dalam jumlah kecil dan menarik
4) Berikan makanan dingin, cairan bening, tidak berbau dan tidak berwarna,
jika perlu.
Edukasi:
1) Anjurkan istirahat dan tidur yang cukup
2) Anjurkan sering membersihkan mulut, kecuali jika merangsang mual
3) Anjurkan makanan tinggi karbohidrat dan rendah lemak
4) Anjurkan penggunaan teknik nonfarmakologis untuk mengatasi mual(mis.
Biofeedback, hypnosis, relaksasi, terapi music, akupresur)
Kolaborasi :
1) Kolaborasi pemberian antiemetic, jika perlu.
e. Risiko infeksi berhubungan dengan kerusakan integritas kulit (D.0142).
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan kepada pasien diharapkan
tingkat infeksi menurun

19
Kriteria hasil : (L.14137)
1) Demam menurun
2) Kemerahan menurun
3) Nyeri menurun
4) Bengkak menurun
Intervensi : pencegahan infeksi (I.14539)
Observasi:
1) Monitor tanda dan gejala infeksi local dan sisemik Terapeutik
2) Batasi jumlah pengunjung
3) Berikan perawatan kulit pada area edema
4) Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan lingkungan
pasien
5) Pertahankan teknik aseptic pada pasien berisiko tinggi
Edukasi :
1) Jelaskan tanda dan gejala infeksi
2) Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
3) Ajarkan etika batuk
4) Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka operasi
5) Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
6) Anjurkan meningkatkan asupan cairan
Kolaborasi
1) pemberian imuniasasi, jika perlu.
f. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (D.0077).
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan kepada pasien diharapkan
tingkat nyeri menurun.
Kriteria hasil : (L.08066)
1) Keluhan nyeri menurun
2) Meringis menurun
3) Sikap protektif menurun
4) Gelisah menurun
5) Kesulitan tidur menurun
Intervensi : manajemen nyeri (I.08238)
Observasi :
1) Identifikasi local, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri

20
2) Identifikasi skala nyeri
3) Identifikasi respons nyeri non verbal
4) Identifikasi factor yang memperberat dan memperingan nyeri.
5) Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
6) Identifikasi pengaruh budaya terhaadap respon nyeri
7) Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
8) Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan.
9) Monitor efek samping penggunaan analgetik.
Terapeutik :
1) Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis.TENS,
hypnosis, akupresur, terapi music, biofeedback, terapi pijat, aromaterapi,
teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain).
2) Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
3) Fasilitas istirahat dan tidur
4) Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan
nyeri
Edukasi:
1) Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
2) Jelaskan strategi meredakan nyeri
3) Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
4) Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
5) Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi :
1) Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

4. Implementasi keperawatan
Implementasi keperawatan merupakan salah satu tahap pelaksanaan dalam
proses keperawatan. Dalam implementasi terdapat susunan dan tatanan pelaksanaan
yang akan mengatur kegiatan pelaksanaan sesuai dengan diagnosa keperawatan dan
intervensi keperawatan yang sudah ditetapkan. Implementasi keperawatan ini juga
mengacu pada kemampuan perawat baik secara praktik maupun intelektual (Lingga,
2019).

21
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan merupakan suatu tahap yang terdapat dalam proses
keperawatan evaluasi dilakukan pada banyak hal yang dapat dinilai keberhasilan dan
ketepatannya agar kebutuhan klien dapat terpenuhi, perawat sendiri perlu melakukan
evaluasi untuk mendapat kesadaran diri dan membuat peningkatan dari hasil yang
sudah didapatkan (Lingga, 2019).

22
BAB III
PEMBAHASAN KASUS

A. Gambaran Kasus
Ny. K (30 th) datang ke poli onkologi ginekologi seruni dengan keluhan perut
membesar, merasa mual dan muntah. Ny.K mengeluh nafsu makan menurun dan tidur
tidak nyenyak. Ny. K mengatakan merasa cemas dan takut dengan prosedur pungsi asites
yang akan dijalani. TD : 130/95 mmhg S : 36,5ºc N: 112 x/menitP : 25 x/ menit

B. Pengkajian
1. Identitas Klien
a. Inisial klien : Ny. K
b. Usia : 30 tahun
c. Pekerjaan : Honorer
d. Agama : Islam
e. Pendidikan : S1
f. Suku : Melayu
g. Status perkawinan : Belum menikah
h. Alamat : Kerinci
2. Status Kesehatan
a. Umur Perkawinan Pertama : tidak ada
b. Lama Kawin : tidak ada
c. Dengan Suami Sekarang : tidak ada
3. Keluhan Utama / Saat Ini
a. Riwayat Kehamilan dan Persalinan
Yang Lalu : tidak ada
Saat Ini : tidak ada

b. Riwayat Kesehatan Keluarga (Buat Genogram)


Tidak ada anggota keluarga yang memiliki riwayat penyakit yang sama.

23
c. Riwayat Ginekologi
Masalah Ginekologi : Ny. K mengatakan haid tidak teratur (3-6 bulan tidak
haid), namun tahun lalu haid tidak berhenti berbulan-
bulan dan hanya berhenti 2-7 hari sehingga mendapat
terapi hormon.
Riwayat KB : tidak ada
d. Riwayat Kesehatan Saat Ini
Kanker Ovarium stadium III post kemoterapi tahap 8
e. Pemeriksaan Fisik
Tanda-tanda vital
TD : 130/95 mmhg S : 36,5ºc N: 112 x/menit P : 25 x/ menit
Kepala dan Leher
Kepala : normosefali, benjolan (-), nyeri tekan (-), mengalami
kebotakan, kulit kepala bersih
Mata : simetris (+), gangguan penglihatan (-), konjungtiva ananemis,
sclera tidak ikterik
Hidung : sinusitis (-), gangguan penciuman (-)
Mulut : gigi lengkap, gigi palsu (-)
Telinga : simetris (+), serumen (-), gangguan pendengaran (-)
Leher : benjolan (-), nyeri tekan (-)
Dada
Jantung : bunyi jantung normal
Paru-paru : vesikuler, retraksi dinding dada (-),
Payudara : simetris (+), benjolan (-),
ASI : tidak ada
Abdomen : bekas luka operasi (+), LP : 87 cm, nyeri tekan (+), bising
usus 9x/menit
Rahim : Bagian rahim telah dilakukan pengangkatan

24
Masalah keperawatan : Gangguan citra tubuh
Genitalia
Vagina : tidak ada kelainan
Kebersihan : bersih
Varises : tidak ada
Keputihan : tidak ada
 Jenis / Warna : tidak ada
 Konsistensi : tidak ada
 Bau : tidak ada
Hemorhoid
 Derajat : tidak ada
 Lokasi : tidak ada
 Berapa Lama : tidak ada
Masalah Keperawatan : tidak ada

Ekstremitas
- Atas
Edema : ya / tidak

Varises : ya / tidak
- Bawah
Edema : ya / tidak
Varises : ya / tidak
Reflek Patela :+/-

Eliminasi
Urine : Kebiasaan BAK lancar (3-4 x sehari)
BAB : Kebiasaan BAB lancar (1-2 x hari sekali)
Masalah Keperawatan : tidak ada

Istirahat dan Kenyamanan


Keluhan Istirahat & tidur : klien mengatakan sulit tidur karena rasa cemas yang
ia rasakan
Keluhan ketidaknyamanan : ya / tidak,
Lokasi : perut

25
Sifat : seperti menekan dan terasa mual
Intensitas :5

Mobilisasi dan Latihan


Tingkat Mobilisasi : mandiri
Latihan / Senam : tidak ada
Masalah Keperawatan : tidak ada

Nutrisi dan Cairan Asupan Nutrisi


Asupan Cairan : Cukup (1,5 liter – 2 liter /hari)
Asupan Nutrisi : Klien mengatakan tidak makan dalam 1 hari karena
tidak nafsu makan
f. Data Psikologis
Konsep Diri : Ny. K mengatakan menerima kondisinya saat ini yang sudah
diangkat rahim nya sebagian, dan Ny. K akan tetap semangat
menjalani proses pengobatan.
Koping : Berzikir dan keluarga yang selalu memberi semangat
Kecemasan : Ny. K merasa cemas dan takut terhadap kondisi dirinya saat
ini dan prosedur pungsi asites yang akan dijalaninya
Penerimaan terhadap kondisi saat ini :
Pasien mengatakan sudah menerima kondisinya saat ini dan akan terus
semangat untuk berobat
Masalah Keperawatan : Ansietas

g. Kepercayaan dan Kebudayaan khusus yang terkait dengan masalah


kesehatan
Pasien mengatakan selalu beribadah dan berdoa untuk kesembuhannya.
h. Obat-obatan yang digunakan saat ini
Tidak ada
i. Hasil Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan laboratorium (30 September 2023)
a) Hemoglobin : 11,9 g/dl
b) Leukosit : 4,68 (103/µL)
c) Trombosit : 172 (103/µL)

26
d) Eritrosit : 4,09 (106/µL)
e) Hematokrit : 35,5%
f) Ureum : 21,0 mg/dl
g) Kreatinin : 0,80 mg/dl
2) Pemeriksaan patologi anatomi (20 Juni 2023)
Ovarium kiri : High Grade Serous Adenocarsinoma Mixed Mucinous
Adenocarsinoma Ovarii Sinistra

C. Analisa Data
No Data Penunjang Etiologi Masalah Keperawatan
1. DS: Pengangkatan rahim, Ansietas
Prosedur pembedahan
Klien mengatakan cemas terhadap (pungsi asites) (D.0080)
kondisinya yang telah diangkat bagian
rahimnya dan takut terhadap prosedur
pungsi asites yang akan dijalaninya
Merasa cemas
DO:
- Klien tampak gelisah dan tegang
- Muka klien terlihat pucat Kekhawatiran mengalami
- Tidak menatap mata lawan bicara saat kegagalan
berkomunikasi
- TD: 130/95 mmhg
- N : 112 x/menit Ansietas
- P : 25 x/menit
2. DS: Kecemasan Nausea
Klien mengatakan merasa mual sejak 2 (D.0076)
minggu yang lalu
Produksi hormon serotonin
DO: meningkat
- Klien terlihat sering menelan
- Saliva meningkat
- Klien tampak pucat Asam lambung meningkat

Sinyal mual di batang otak


diaktifkan

Nausea

27
3. DS: Kanker Ovarium Gangguan Citra Tubuh
- Klien mengatakan bagian rahim nya (D.0083)
sudah diangkat sebagian
- Klien mengatakan setelah dilakukan Penatalaksanaan
pengangkatan artinya ia sulit
mendapat pasangan dan tidak
memiliki keturunan Kebotakan akibat
- Klien mengatakan saat ini membatasi kemoterapi, pengangkatan
pertemuan dengan teman teman rahim
lamanya
DO:
Gangguan citra tubuh
- Pasien terlihat mengalami kebotakan
- Saat dilakukan pemeriksaan dibagian
abdomen pasien menutupi bekas luka
operasi dengan tangan
- Pasien terlihat murung

D. Diagnosa Keperawatan
1. Ansietas berhubungan dengan kekhawatiran mengalami kegagalan
2. Nausea berhubungan dengan kecemasan
3. Gangguan Citra Tubuh berhubungan dengan efek tindakan/pengobatan

E. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa keperawatan Tujuan/Sasaran Intervensi


1. Ansietas b.d Setelah dilakukan tindakan Teknik Relaksasi
kekhawatiran keperawatan 1x8 jam
mengalami kegagalan diharapkan tingkat ansietas Observasi:
menurun, dengan kriteria - Periksa tekanan darah, frekuensi
hasil : nadi, frekuensi pernafasan dan
- Klien tidak gelisah suhu
- Tekanan darah normal Terapeutik
(sistolik: 100-120, diastolik: - Bina hubungan saling percaya
80-100), frekuensi nadi - Bimbing klien dalam melakukan
normal (60-100x/menit) dan teknik relaksasi
frekuensi pernafasan normal
(16-20x/menit) Edukasi
- Jelaskan informasi tentang tujuan,
manfaat dan prosedur teknik
relaksasi
- Demonstrasikan dan latih teknik
relaksasi nafas dalam
- Anjurkan sering mengulang teknik
relaksasi nafas dalam
- Menganjurkan keluarga untuk
selalu menemani klien

28
2. Nausea b.d kecemasan Setelah dilakukan tindakan Manajemen Mual
keperawatan 1-8 jam
diharapkan tingkat nausea Observasi
menurun, dengan kriteria hasil: - Identifikasi pengalaman mual
- Mual tidak ada - Identifikasi dampak mual terhadap
- Muntah tidak ada kualitas hidup
- Nafsu makan meningkat - Identifikasi faktor penyebab mual
- Monitor mual (frekuensi, durasi,
dan tingkat keparahan)
- Monitor asupan nutrisi
Terapeutik
- Kendalikan faktor penyebab mual
(bau tak sedap, suara, rangsangan
visual tidak menyenangkan)
- Kurangi keadaan penyebab mual
Edukasi
- Anjurkan memberikan makanan
jumlah sedikit namun sering
- Anjurkan istirahat dan tidur yang
cukup
- Anjurkan sering membersihkan
mulut
- Edukasi cara mengurangi mual
dengan cara nonfarmakologis
(teknik distraksi, teknik relaksasi,
aromaterapi, permen jahe)
3. Gangguan Citra Tubuh Setelah dilakukan tindakan Promosi Citra Tubuh
b.d efek tindakan keperawatan 1x8 jam
diharapkan citra tubuh Observasi :
/pengobatan
meningkat: - Identifikasi harapan citra tubuh
- Verbaliasi perasaan negatif berdasarkan tahap perkembangan
tentang perubahan tubuh Edukasi:
menurun - Jelaskan pada keluarga tentang
perawatan perubahan citra tubuh
- Anjurkan mengikuti kelompok atau
komunitas pendukung
Terapeutik
- Diskusikan perubahan tubuh dan
fungsinya
- Dsikusikan cara mengembangkan
harapan citra tubuh secara realistis

29
F. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan
Tanggal/ Diagnosa Implementasi Evaluasi (SOAP)
Jam Keperawatan
5 Oktober Ansietas b.d - Memeriksa tekanan darah, S:
2023 kekhawatiran frekuensi nadi, frekuensi - Klien mengatakan telah memahami
(12.00 mengalami pernafasan dan suhu cara melakukan teknik relaksasi.
WIB) kegagalan - Membina hubungan saling - Klien mengatakan rasa cemas
percaya berkurang
- Membimbing klien dalam
melakukan teknik relaksasi O:
- Menjelaskan informasi - TD: 128/80 mmhg
tentang tujuan, manfaat - N: 95 x/menit
dan prosedur teknik - RR: 21 x/menit
relaksasi - S: 36,7ºc
- Mendemonstrasikan dan - Klien dapat mendemonstrasikan
latih teknik relaksasi kembali teknik relaksasi
- Menganjurkan sering - Klien tampak lebih rileks
mengulang teknik relaksasi
A: Ansietas

P: Ansietas menurun, klien dirawat

5 Oktober Nausea b.d - Mengidentifikasi faktor S:


2023 kecemasan penyebab mual Klien mengatakan setelah melakukan
(13.00 - Mengidentifikasi dampak teknik relaksasi nafas dalam dan
WIB) mual terhadap kualitas pemberian aromaterapi rasa mual
hidup sedikit berkurang
- Monitor mual (frekuensi,
durasi, dan tingkat O:
keparahan) - Gerakan sering menelan berkurang
- Memonitor asupan nutrisi - Frekuensi mual berkurang
- Anjurkan mengkonsumsi A: Nausea
makanan dalam jumlah
sedikit namun sering P: Keluhan mual berkurang, klien
- Edukasi cara mengurangi dirawat
mual dengan cara
nonfarmakologis (teknik
distraksi, teknik relaksasi,
aromaterapi, permen jahe)
5 Oktober Gangguan citra - Membina hubungan saling S:
2023 tubuh b.d efek percaya dan terapeutik Klien mengatakan dia menjadi lebih
(14.00 tindakan / - Mengidentifikasi harapan percaya diri dengan kondisi nya saat ini
WIB) pengobatan citra tubuh
- Memberikan motivasi dan O:
kata kata positif kepada - Klien terlihat lebih ceria
klien - Klien terlihat lebih percaya diri
- Menganjurkan mengikuti A: Gangguan citra tubuh
kelompok atau komunitas
pendukung P: Verbaliasi perasaan negatif tentang
perubahan tubuh menurun, klien
dirawat

30
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Pembahasan Kasus
Pada pembahasan kasus ini penulis akan membahas kesinambungan
antara teori dengan laporan kasus asuhan keperawatan pada klien Ny. K
dengan Ca Ovarium yang telah dilakukan pada tanggal 06 Oktober 2023 di
ruang Seruni. Pembahasan ini sesuai dengan tahapan asuhan keperawatan
yaitu dimulai dari tahap pengkajian, merumuskan diagnosa keperawatan,
menyusun intervensi keperawatan, mendeskripsikan implementasi dan
evaluasi keperawatan.

B. Pembahasan Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian keperawatan
Pengkajian keperawatan adalah tahap dasar dari seluruh proses
keperawatan dengan tujuan mengumpulkan informasi dan data-data
pasien. Supaya dapat mengidentifikasi masalah-masalah, kebutuhan
kesehatan dan keperawatan klien, baik fisik, mental, sosial dan
lingkungan (Hadinata & Abdillah, 2022). Penulis melakukan pengkajian
pada Ny. K dengan melakukan anamnesa pada pasien dan keluarga dan
melakukan pemeriksaan fisik.
Pengkajian yang dilakukan pada tanggal 5 Oktober 2023 diperoleh
data bahwa Ny. K berusia 30 tahun dan belum menikah. Menurut Fauzia
(2020) pada wanita dengan paritas rendah memiliki siklus ovulasi yang
tinggi sehingga meningkatkan resiko timbulnya kanker ovarium. Hal ini
sejalan dengan penelitian oleh Berek, dkk (2020) yang mengatakan
bahwa memiliki setidaknya satu anak bersifat protektif dengan
pengurangan risiko 0,3 hingga 0,4%. Faktor risiko kanker ovarium
meliputi ovulasi yang tidak terputus atau disebut dengan infertilitas atau
tidak pernah hamil ataupun nulipara (Fauzia, 2020).
Data yang didapatkan Ny. K menarche pada usia 11 tahun. Usia 5-
12 tahun termasuk pada menarche dini dimana kondisi ini termasuk pada
pubertas prekok dimana seorang wanita sudah mengalami menarche

31
kurang dari usia 12 tahun. Semakin banyak siklus menstruasi yang
dilewati maka semakin tinggi pula resiko terkena kanker ovarium. Hasil
penelitian Agusweni, Dewi dan Erwin (2020) menggambarkan sebagian
besar pasien kanker ovarium di RSUD Arifin Achmad mengalami
menarche pada usia 5-12 tahun yang berjumlah 70 orang (79,5%).
Data yang didapatkan Ny.K haid tidar teratur (3-6 bulan tidak haid)
dan pada tahun lalu Ny. K haid tidak berhenti. Siklus menstruasi yang
normal terjadi berkisar dari 21-35 hari. Siklus ini diatur oleh hormon
reproduksi yang dimiliki wanita, yaitu hormon estrogen dan progesteron.
Saat siklus haid tidak teratur, bisa jadi ada gangguan dengan jumlah
hormon di tubuh (Lestari, 2019). Siklus menstruasi yang lebih panjang
dan tidak teratur dikaitkan dengan peningkatan androgen dan penurunan
kadar globulin pengikat hormon seks (SHBG), dan perubahan hormonal
ini dapat meningkatkan risiko subtipe histologis kanker ovarium tertentu.
Cirillo, dkk (2016) menyatakan bahwa di antara wanita yang belum
melahirkan dan memiliki siklus menstruasi tidak teratur memiliki
peningkatan risiko kanker ovarium dua kali lipat.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan pasien mengalami asites.
Menurut teori, kanker ovarium stadium lanjut sering dikaitkan dengan
penimbunan cairan di perut yang disebuvt asites, yang terdiri dari seluler
dan komponen aseluler. Kanker ovarium dapat bermetastasis dengan
invasi langsung ke struktur-struktur yang berdekatan pada abdomen dan
panggul melalui penyebaran benih kanker melalui cairan peritoneal ke
rongga abdomen dan rongga panggul.
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinik tentang respon
individu, keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan aktual atau
potensial, sebagai dasar seleksi intervensi keperawatan untuk mencapai
tujuan asuhan keperawatan sesuai dengan kewenangan perawat (Hadinata
& Abdillah, 2022). Diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus
disesuaikan dengan kondisi pasien saat pengkajian berlangsung. Terdapat
3 diagnosa sebagai berikut:

32
a. Ansietas berhubungan dengan kekhawatiran mengalami kegagalan
Saat dilakukan pengkajian pada klien didapatkan keluhan
subjektif yaitu klien merasa cemas terhadap kondisinya saat ini dan
takut terhadap prosedur pungsi asites yang akan dijalaninya. Keluhan
objektif yaitu klien tampak gelisah dan tegang, muka terlihat pucat,
kontak mata buruk, TD: 130/95 mmHg, N: 112x/menit, P:
25x/menit. Berdasarkan data yang telah dijelaskan penulis
mengangkat diagnosa keperawatan yaitu ansietas. Ansietas
merupakan kondisi emosi dan pengalaman subjektif individu
terhadap objek yang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya
yang memungkinkan individu melakukan tindakan untuk
menghadapi ancaman (SDKI, 2017).
b. Nausea berhubungan dengan kecemasan
Hasil pengkajian didapatkan keluhan subjektif yaitu pasien
mengatakan merasa mual sejak 2 minggu lalu. Keluhan objektif
yaitu pasien terlihat sering menelan dan klien tampak pucat.
Berdasarkan data tersebut penulis mengangkat diagnosa keperawatan
yaitu nausea. Nausea adalah perasaan tidak nyaman pada bagian
belakang tenggorokan atau lambung yang dapat mengakibatkan
muntah (SDKI, 2017).
c. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan efek tindakan/
pengobatan
Saat dilakukan pengkajian pada klien didapatkan keluhan
subjektif yaitu klien mengatakan bagian rahim sudah diangkat
sebagian, klien mengatakan setelah rahim diangkat maka akan sulit
mendapatkan pasangan dan tidak memiliki keturunan, dan klien
mengatakan saat ini membatasi pertemuan dengan teman-teman
lamanya. Keluhan objektif antara lain pasien terlihat mengalami
kebotakan, saat dilakukan pemeriksaan pada bagian operasi klien
menutup bekas luka operasi dengan tangannya, dan pasien tampak
murung. Berdasarkan data pengkajian tersebut diangkat diagnosa

33
gangguan citra tubuh. Gangguan citra tubuh adalah perubahan
persepsi tentang penampilan, struktur dan fungsi fisik individu
(SDK, 2017).
3. Intervensi keperawatan
Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan oleh
perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk
mencapai luaran (outcome) yang diharapkan (Hadinata & Abdillah,
2022). Penulis menetapkan intervensi keperawatan berdasarkan Standar
Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI, 2017).
a. Ansietas berhubungan dengan kekhawatiran mengalami kegagalan
Intervensi yang dapat diberikan dengan diagnosa ansietas
adalah teknik relaksasi berupa: Observasi: periksa tekanan darah,
frekuensi nadi, frekuensi pernafasan dan suhu. Terapeutik: bina
hubungan saling percaya, bimbing klien dalam melakukan teknik
relaksasi. Edukasi: jelaskan informasi tentang tujuan, manfaat dan
prosedur teknik relaksasi, demonstrasikan dan latih teknik relaksasi
nafas dalam, anjurkan sering mengulang teknik relaksasi nafas
dalam, menganjurkan keluarga untuk selalu menemani klien.
b. Nausea berhubungan dengan kecemasan
Intervensi yang dapat diberikan dengan diagnosa nausea
adalah manajemen mual berupa: Observasi: identifikasi pengalaman
mual, identifikasi dampak mual terhadap kualitas hidup, identifikasi
faktor penyebab mual, monitor mual (frekuensi, durasi, dan tingkat
keparahan), monitor asupan nutrisi. Terapeutik: kendalikan faktor
penyebab mual (bau tak sedap, suara, rangsangan visual tidak
menyenangkan), kurangi keadaan penyebab mual. Edukasi:
anjurkan memberikan makanan jumlah sedikit namun sering,
anjurkan istirahat dan tidur yang cukup, anjurkan sering
membersihkan mulut, edukasi cara mengurangi mual dengan cara
nonfarmakologis (teknik distraksi, teknik relaksasi, aromaterapi,
permen jahe).

34
c. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan efek tindakan/
pengobatan
Intervensi yang dapat diberikan dengan diagnosa gangguan
citra tubuh adalah promosi citra tubuh berupa: Observasi:
identifikasi harapan citra tubuh berdasarkan tahap perkembangan.
Edukasi: jelaskan pada keluarga tentang perawatan perubahan citra
tubuh, anjurkan mengikuti kelompok atau komunitas pendukung.
Terapeutik: diskusikan perubahan tubuh dan fungsinya, diskusikan
cara mengembangkan harapan citra tubuh secara realistis.
4. Implementasi
Implementasi merupakan pelaksanaan rencana intervensi untuk
mencapai tujuan yang spesifik. Tahap tahap implementasi dimulai setelah
rencana intervensi disusun dan ditujukan pada nursing order untuk
membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan (Hadinata & Abdillah,
2022).
a. Ansietas berhubungan dengan kekhawatiran mengalami kegagalan
Tindakan keperawatan untuk mengatasi ansietas adalah terapi
relaksasi, yang dilakukan pada tanggal 5/10/2023 pukul 12.00 WIB
yaitu: Observasi: memeriksa tekanan darah, frekuensi nadi,
frekuensi pernafasan dan suhu. Terapeutik: membina hubungan
saling percaya, membimbing klien dalam melakukan teknik
relaksasi. Edukasi: menjelaskan informasi tentang tujuan, manfaat
dan prosedur teknik relaksasi, mendemonstrasikan dan latih teknik
relaksasi nafas dalam, menganjurkan mengulang teknik relaksasi
nafas dalam, menganjurkan keluarga untuk selalu menemani klien.
b. Nausea berhubungan dengan kecemasan
Tindakan keperawatan untuk mengatasi nausea adalah
manajemen mual, yang dilakukan pada tanggal 5/10/2023 pukul
13.00 WIB yaitu: Observasi: mengidentifikasi pengalaman mual,
mengidentifikasi dampak mual terhadap kualitas hidup,
mengidentifikasi faktor penyebab mual, memonitor mual (frekuensi,

35
durasi, dan tingkat keparahan), memonitor asupan nutrisi.
Terapeutik: mengendalikan faktor penyebab mual (bau tak sedap,
suara, rangsangan visual tidak menyenangkan), mengurangi keadaan
penyebab mual. Edukasi: menganjurkan mengkonsumsi makanan
dalam jumlah sedikit namun sering, mengedukasi cara mengurangi
mual dengan cara nonfarmakologis (teknik distraksi, teknik
relaksasi, aromaterapi, permen jahe).
c. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan efek tindakan/
pengobatan
Tindakan keperawatan untuk mengatasi gangguan citra tubuh
adalah promosi citra tubuh, yang dilakukan pada tanggal 5/10/2023
pukul 14.00 WIB yaitu: Observasi : mengidentifikasi harapan citra
tubuh berdasarkan tahap perkembangan. Terapeutik: membina
hubungan saling percaya dan terapeutik, memberikan motivasi dan
kata positif kepada klien Edukasi: menganjurkan mengikuti
kelompok atau komunitas pendukung.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan
untuk mengetahui sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai.
Evaluasi ini dilakukan dengan cara membandingkan hasil akhir yang
teramati dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat dalam rencana
keperawatan (Hadinata & Abdillah, 2022). Dari 3 diagnosa keperawatan
yang penulis tegakkan sesuai dengan apa yang penulis temukan dalam
melakukan studi kasus dan melakukan asuhan keperawatan, kurang lebih
sudah mencapai perkembangan yang lebih baik.
a. Ansietas berhubungan dengan kekhawatiran mengalami kegagalan
Ansietas pada klien menurun, dikarenakan kondisi cemas sudah
berkurang dari sebelum diberikan terapi relaksasi tarik nafas dalam,
klien sudah tampak lebih tenang, TD: 128/80 mmHg, N: 95 x/menit,
RR: 21 x/menit, S: 36,7ºC. Kecemasan klien menurun, klien dirawat,
intervensi dihentikan.

36
b. Nausea berhubungan dengan kecemasan
Nausea pada klien menurun, dikarenakan setelah melakukan
teknik relaksasi nafas dalam dan inhalasi aromaterapi rasa mual
berkurang, gerakan sering menelan klien berkurang. Keluhan mual
berkurang, klien dirawat, intervensi dihentikan.
c. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan efek tindakan/
pengobatan
Gangguan citra tubuh pada klien teratasi, dikarenakan setelah
dilakukan implementasi, klien mengatakan ia akan lebih
bersemangat dengan bergabung komunitas pendukung dan
verbalisasi perasaan negatif berkurang. Gangguan citra tubuh
teratasi, klien dirawat, intervensi dihentikan.

37
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pelaksanaaan asuahan keperawatan yang telah dilakukan pada
Ny. K dengan Ca ovarium di ruang Seruni RSUD Arifin Achmad Pekanbaru
dapat disimpulkan:

1. Pengkajian asuhan keperawatan pada klien dilakukan dengan baik dan


tidak mengalami kesulitan dalam pengumpulan data
2. Pada diagnosa asuhan keperawatan pada klien Ny. K dengan Ca ovarium
di ruang Seruni RSUD Arifin Achmad Pekanbaru dapat dirumuskan 3
(tiga) buah diagnosa pada tinjauan kasus.
3. Pada perencanaan asuhan keperawatan pada klien Ny. K dengan Ca
ovarium di ruang Seruni RSUD Arifin Achmad Pekanbaru semua
perencanaan dapat diterapkan pada tinjauan kasus.
4. Pada implementasi asuhan keperawatan pada klien Ny. K dengan Ca
ovarium di ruang Seruni RSUD Arifin Achmad Pekanbaru semua dapat
dilakukan oleh kelompok.
5. Evaluasi pada klien Ny. K dengan Ca ovarium di ruang Seruni RSUD
Arifin Achmad Pekanbaru dapat dilakukan dan pasien dirawat.

B. Saran
1. Bagi Mahasiswa
Diharapkan bagi mahasiswa agar dapat memperluas wawasan serta
mencari informasi tambahan mengenai pasien dengan Ca Ovarium untuk
mengembangkan diri dalam masyarakat dan memberikan pendidikan
kesehatan bagi masyarakat mengenai Ca Ovarium, dan faktor
pencetusnya serta bagaimana pencegahannya.
2. Bagi institusi
Bagi institusi pelayanan kesehatan, agar memberikan pelayanan
serta mempertahankan hubungan kerja yang baik antar tenaga kesehatan
dan pasien yang ditujukan untuk meningkatkan mutu asuhan
keperawatan.

38
DAFTAR PUSTAKA

Adhisty, K., Rica, D., Zaleha, Marista, D., Ardhia, W., Agustin, I., & Dwi, S.
(2019). Terapi Ovarium, Komplementer: Terapi SEFT pada Stres dan
Adaptasi Pasien Kanker. Seminar Nasional Keperawatan.

Agusweni, Dewi dan Erwin (2020). Gambaran Faktor Risiko Insiden Kanker
Ovarium Di Rsud Arifin Achmad Provinsi Riau. Jurnal Ners Indonesia,
Vol.11 No.1, 36-50.

Berek JS, English DP, Longacre TA, Friedlander M. Ovarian, Fallopian Tube, and
Peritoneal Cancer. In: Berek JS, editor. Berek and Novak’s Gynecology. 16
ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2020. p. 2541-693
Brunner, & Suddarth. (2016). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.

Cirillo PM, Wang ET, Cedars MI, Chen Lm, Cohn BA. Irregular menses predicts
ovarian cancer: Prospective evidence from the Child Health and
Development Studies. Int J Cancer. 2016;139:1009–17.

Departemen Kesehatan RI. (2018). Potret Sehat Indonesia dari Riskesdas 2018.
Jakarta: Depkes RI.

Digiulio, M, dkk. (2014). Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Rapha


Publishing.

Fadillah, A & Andi, F. (2019). Tumor Ganas Ovarium Residif Metastasis


Karsinoma Musin Ke Umbilikus, Peritoneum dan Cairan Asites Tanpa
Ditemukan Tanda Keganasan Pada Pemeriksaan Histopatologi Pasca
Operatif Sebelumnya. Andalas Obstetrics and Gynecology Journal. 3 (2):
82-89.

Hadinata, D & Abdillah, A. J. (2022). Metodologi Keperawatan. Widina:


Bandung.

International Agency for Research on Cancer. (2018). Latest Global Cancer Data:
Cancer Burden Rises to 18,1 Million New Cases and 9,6 Million Cancer
Deaths in 2018. https://www.iarc.fr

Istighosah, N., & Yunita, N. (2019). Perbedaan Pengetahuan Wanita Usia Subur
(Wus) Tentang Kanker Ovarium Sebelum dan Sesudah Diberi Penyuluhan
(Di RT 03 RT 04 Desa Sumengko Kecamatan Sukomoro Kabupaten
Nganjuk). Jurnal Kebidanan, 7(1), 54–62.
https://doi.org/10.35890/jkdh.v7i1.25
Manuaba. (2013). llmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB. Jakarta: EGC.
Nisa, F. S. (2021). Asuhan Keperawatan Klien Dengan Ca Ovarium Post

39
Kemotherapy Diruang Matahari Di Rsud Dr. Kanujoso Djatiwibowo Kota
Balikpapan Tahun 2021. Politeknik Kesehatan Kalimantan Timur.
Padila. (2015). Asuhan Keperawatan Maternitas II. Yogyakarta: Nuha Medika.
Prawirohardjo, Sarwono dkk. (2013). Ilmu Kebidanan. Jakarta: YBP- SP

Purwoko, M. (2018). Hubungan Tingkat Pendidikan dan Pekerjaan dengan


Tingkat Pengetahuan Mengenai Kanker Ovarium pada Wanita. Mutiara
Medika: Jurnal Kedokteran Dan Kesehatan.

Rahayu, E.H. (2020). Studi Dokumentasi Nausea pada Pasien dengan Kanker
Ovarium. Yogyakarta: Akademi Keperawatan YKY.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). standar diagnosis keperawatan indonesia.
Dewan pengurus pusat persatuan perawat nasional indonesia.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2017). standar luaran keperawatan indonesia. Dewan
pengurus pusat persatuan perawat nasional indonesia.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2017). standar luaran keperawatan indonesia.
Dewan pengurus pusat persatuan perawat nasional indonesia.

Winarto, H., & Wijaya, A. (2020). Gambaran Myelosupresi pada pasien Kanker
Ovarium yang Menerima Kemoterapi Carboplatin-Paclitaxel di RSUPN
Cipto Mangunkusumo Tahun 2018. Journal Of The Indonesian Medical
Association, 70(4), 59–64. https://doi.org/10.47830/jinma-vol.70.4-2020-
160

40

Anda mungkin juga menyukai