Anda di halaman 1dari 94

LAPORAN PRAKTIK

PROFESI MANAJEMEN KEPERAWATAN


RUANG DAHLIA RSUD ARIFIN ACHMAD PROVINSI RIAU

Disusun Oleh:
Dinda Bucira Alma, S.Kep 2211438313
Fikri Erwanto, S.Kep 2211438300
Hajar Adhara, S.Kep 2211438307
Khoiriah NST, S.Kep 2211438274
Safdara Tika, S.Kep 2211438321
Wella Susantri, S.Kep 2211438329

Pembimbing:
Ns. Nurul Huda, M.Kep., Sp.KMB., PhD
Ns. Sri Haryani, S.Kep
Ns. Lesti Apriyanti, S.Kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan “Laporan Praktik Profesi
Manajemen Keperawatan Ruang Dahlia RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau”,
sebagai salah satu syarat menyelesaikan Praktik Profesi Manajemen Keperawatan
di Fakultas Keperawatan Universitas Riau.
Proses penyusunan laporan ini penulis banyak mendapat bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak baik dari pembimbing akademik, pembimbing
lapangan, dan teman-teman seperjuangan Praktik Profesi Manajemen
Keperawatan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan
ucapan terima kasih yang tidak terhingga kepada:
1. Bapak Prof. DR. Ir. H. Usman Muhammad Tang, MS. selaku Dekan Fakultas
Keperawatan Universitas Riau
2. Ibu Dr. Reni Zulfitri, M.Kep., Sp.Kom selaku Ketua Program Studi Profesi
Keperawatan Universitas Riau.
3. Ibu Ns. Nurul Huda, M.Kep, Sp.KMB., PhD Pembimbing Akademik Praktik
Profesi Manajemen Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Riau
yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan saran,
masukan, dan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan laporan ini.
4. Ibu Ns. Sri Haryani, S.Kep selaku Pembimbing Lapangan dan Ibu Ns. Lesti
Apriyanti, S.Kep selaku Fasilitator Lapangan Praktik Profesi Manajemen
Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Riau yang telah bersedia
meluangkan waktunya untuk memberikan saran, masukan, dan bimbingan
kepada penulis dalam menyelesaikan laporan ini.
5. Seluruh teman-teman Ners Muda Praktik Profesi Manajemen Keperawatan
yang selalu memberikan semangat, saran, dan motivasi kepada penulis.

ii
Penulis sadar laporan ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan
selanjutnya. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi peningkatan kualitas
pelayanan keperawatan nantinya.

Pekanbaru, 23 November 2023

Penulis

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Tujuan...........................................................................................................4
C. Metode Penulisan..........................................................................................4
BAB II TINJAUAN TEORI....................................................................................5
A. Konsep Manajemen Keperawatan................................................................5
B. Tujuan Manajemen Keperawatan.................................................................8
C. Ruang Lingkup Manajemen..........................................................................9
D. Tinjauan Umum Keselamatan Pasien.........................................................10
BAB III PENGKAJIAN DAN ANALISA PENGELOLAAN RUANG RAWAT
................................................................................................................................22
A. Kajian Situasional.......................................................................................22
B. Hasil Observasi...........................................................................................27
C. Hasil Wawancara........................................................................................29
D. Hasil Kuesioner...........................................................................................32
BAB IV ANALISA DATA DAN PERENCANAAN...........................................58
A. Analisa SWOT............................................................................................58
B. Analisa Data................................................................................................64
C. Skoring Prioritas Masalah...........................................................................68
D. Planning Of Action.....................................................................................70
BAB V PEMBAHASAN.......................................................................................74
A. Tahap Persiapan..........................................................................................74
B. Tahap Pengkajian........................................................................................75
C. Prioritas Masalah.........................................................................................76
D. Tahap Intervensi..........................................................................................76
E. Implementasi Kegiatan yang telah dilakukan.............................................78
F. Tahap Evaluasi............................................................................................87
BAB VI PENUTUP...............................................................................................89
A. Kesimpulan.................................................................................................89
B. Saran............................................................................................................89

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rumah sakit merupakan sarana kesehatan yang memberikan jasa
kesehatan dalam upaya meningkatan derajat kesehatan. Rumah Sakit
merupakan institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat
inap, rawat jalan, dan gawat darurat (PERMENKES, 2019). Rumah Sakit
Arifin Achmad merupakan Rumah Sakit umum Provinsi Riau yang
mempunyai visi menjadi Rumah Sakit Pendidikan Mandiri dengan Pelayanan
Paripurna, sehingga dalam mewujudkan visi tersebut sangat dibutuhkan
manajemen dengan sistem yang profesional termasuk manajemen
keperawatan yang terdapat pada tiap-tiap ruangan di rumah sakit.
Manajemen keperawatan adalah proses bekerja melalui anggota staf
keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara professional
(Nursalam, 2016). Proses manajemen keperawatan akan berjalan sesuai
dengan proses keperawatan, sebagai suatu metode pelaksanaan asuhan
keperawatan secara profesional, sehingga diharapkan keduanya akan saling
mendukung. Manajemen keperawatan merupakan suatu bentuk koordinasi
dan integrasi sumber-sumber keperawatan dengan menerapkan proses
manajemen untuk mencapai tujuan dan objektivitas asuhan keperawatan
(Hasan et al, 2023). Manajer keperawatan diharapkan mampu untuk
menjalankan fungsi manajemen meliputi: merencanakan mengorganisasi,
memimpin dan mengevaluasi suatu ruangan yang dipimpinnya untuk dapat
memberikan asuhan keperawatan yang seefektif dan seefesien mungkin bagi
individu, keluarga dan masyarakat (Gillies, 2017)
Proses manajemen keperawatan sejalan dengan proses keperawatan
sebagai satu metode pelaksanaan asuhan keperawatan secara profesional,
sehingga diharapkan keduanya dapat saling menopang. Kegiatan manajemen
keperawatan mengacu kepada konsep manajemen secara umum, dengan
menggunakan pendekatan fungsi-fungsi manajemen meliputi perencanaan
(planning), pengorganisasian (organizing), pengelolaan, pengkoordinasian

1
2

(coordinating), dan pengendalian (controlling) sumber-sumber yang ada baik


dari sumber manusia, alat maupun dana agar dapat memberikan asuhan
keperawatan dilaksanakan melalui tahap-tahap yaitu pengkajian (kajian
situasional), perencanaan (strategi dan operasional), implementasi, dan
evaluasi yang efektif pada pasien (Nursalam, 2013).
Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral atau bagian utama
dari pelayanan kesehatan yang merupakan parameter dari keberhasilan tujuan
rumah sakit. Pelayanan keperawatan merupakan sistem pelayanan kesehatan
yang penting untuk menjaga mutu pelayanan di rumah sakit dan menjadi
tolakukur citra rumah sakit di mata masyarakat, sehingga perawat dituntut
untuk bekerja secara professional (Hasibuan, 2019). Salah satu bentuk
pelayanan keperawatan dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan
adalah memberikan rasa tanggung jawab perawat yang lebih tinggi sehingga
terjadi peningkatan kinerja kerja dan kepuasan pasien. Pelayanan
keperawatan ini akan lebih memuaskan tentunya dengan penerapan model
asuhan keperawatan profesional karena kepuasan pasien ditentukan salah
satunya dengan pelayanan keperawatan yang optimal (Fisbch, 2021).
Praktek profesi manajemen keperawatan merupakan bagian dari praktek
profesi mahasiswa S1 Keperawatan yang berperan penting dalam perwujudan
penilaian kompetensi mahasiswa S1 Keperawatan untuk mengaplikasikan
seluruh teori yang didapat selama proses pembelajaran dipendidikan tinggi
Sarjana Keperawatan yang bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada
mahasiswa untuk menggunakan ilmu dan seni tentang bagaimana
menggunakan sumber daya secara efisien, efektif, dan rasional untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Praktik Manajemen Keperawatan
Profesi Ners Universitas Riau Pekanbaru dimulai dari tanggal 30 september
sampai dengan 25 November 2023 di ruangan Dahlia. Pengkajian dilakukan
mulai dari tanggal 30 september 2023, sehingga didapatkan beberapa masalah
manajemen keperawatan.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan di
Ruang Dahlia RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau. Ruang Dahlia merupakan
ruang rawat untuk pasien bedah vaskuler, bedah onkologi, bedah thorak,
3

bedah mata, bedah plastik, bedah gigi dan mulut, serta bedah THT. Ruang
Dahlia merupakan ruang rawat inap kelas III yang memiliki 10 kamar inap
dan 1 kamar tindakan yang terdiri dari kamar (Dahlia 1, Dahlia 2, Dahlia 3,
Dahlia 4, Dahlia 5, Ruang Isolasi, Ruang Observasi, Ruang Combustio Pria,
Ruang Combustio Wanita, dan Ruang Kemoterapi, ruang tindakan) masing-
masing kamar terdapat 5-6 tempat tidur, ruang tindakan terdapat 1 westafel, 3
troli tempat alat tindakan, 4 lemari tempat meletakkan alat-alat logistik (set
GV, set APD, kassa, squit, dll), 4 tempat sampah ( sampah infeksi, sampah
non infeksi, sampah botol cairan plastik, sampah botol kaca), dan satu kotak
safety box benda tajam.
Masalah kesehatan yang terdapat di ruang Dahlia akan membutuhkan
multidisiplin ilmu. Masalah kesehatan yang ada membutuhkan multidisiplin
ilmu dan disiplin waktu. Ruangan ini memerlukan penerapan fungsi
manajemen dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien. Fungsi
manajemen tersebut diantaranya adalah perencanaan yang terdiri dari
perencanaan ketenagaan dan perencanaan asuhan keperawatan.
Pengorganisasian yang meliputi metode pengorganisasian keperawatan atau
pembagian tugas. Pendokumentasian asuhan keperawatan merupakan alat
komunikasi yang penting bagi perawat untuk mengetahui kondisi dan
perkembangan klien. Pengarahan meliputi pemberian motivasi serta
melakukan pengarahan/supervisi. Pengendalian seperti mengukur mutu
asuhan keperawatan yang diberikan, mengukur kinerja perawat dan
melakukan perbaikan jika terdapat penyimpangan dari standar yang
ditetapkan. Sistem manajemen yang tepat harus dilengkapi dengan jumlah
tenaga perawat yang ideal dan pengadaan sarana dan prasarana yang sesuai
yang akan menunjang dalam memberikan asuhan keperawatan yang optimal
di Ruangan Dahlia RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau.
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, mahasiswa
praktik profesi keperawatan yang merupakan change agent tertarik untuk
melakukan praktik profesi manajemen keperawatan di Ruang Dahlia, dimana
praktik profesi keperawatan manajemen merupakan salah satu proses
pembelajaran klinik yang diharapkan mampu mengubah tatanan manajemen
4

pelayanan kepaerawatan kearah yang lebih baik khususnya di Ruang Dahlia


RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah melaksanakan praktik profesi keperawatan manajemen
selama 4 minggu di Ruang Dahlia RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau,
kelompok mampu melakukan pengelolaan unit pelayanan keperawatan
pada pasien sesuai dengan konsep dan langkah-langkah manajemen
keperawatan serta mencari pemecahan masalah tersebut.
2. Tujuan Khusus
Setelah melakukan praktik keperawatan manajemen selama 4
minggu di ruang Dahlia diharapkan kelompok mampu:
a. Melakukan pengkajian fungsi manajemen di Ruang Dahlia
b. Menganalisa data hasil pengkajian di Ruang Dahlia
c. Memprioritaskan masalah di Ruang Dahlia berdasarkan hasil analisa
data yang diperoleh
d. Menyusun rencana strategis dan operasional unit pelayanan
keperawatan sesuai dengan kondisi unit keperawatan pasien dengan
tepat dan benar
e. Mengimplementasikan model pengorganisasian pelayanan
keperawatan sesuai dengan kondisi unit keperawatan pasien bedah
secara tepat dan benar
f. Melakukan evaluasi program dengan tepat dan benar

C. Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penyusunan makalah ini adalah
pendekatan observasi, penyebaran kuesioner pada perawat ruangan,
wawancara dengan kepala ruangan, ketua tim, perawat ruangan, pasien dan
keluarga pasien di Ruang Dahlia RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau, dan
studi dokumentasi, serta studi literatur.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Manajemen Keperawatan


1. Definisi manajemen keperawatan
Manajemen merupakan pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam
menjalankan suatu kegiatan diorganisasi. Manajemen tersebut mencakup
kegiatan Planing, Organizing, Actualing, Controlling (POAC) terhadap
staf, sarana dan prasarana dalam mencapai tujuan organisasi (Nursalam
dalam bakri, 2017)
Pekerjaan keperawatan harus diatur sedemikian rupa sehingga tujuan
pelayanan dan asuhan keperawatan dapat tercapai. Manajemen
keperawatan merupakan suatu proses bekerja melalui anggot staff
keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan profesional
(Nursalam dalam Bakri, 2017).
Pelaku manajemen keperawatan atau manajer keperawatan
diharapkan mampu menjalankan fungsi manajemen meliputi :
Merencanakan, mengorganisir, memimpin dan mengevaluasi sarana dan
prasarana yang tersedia untuk dapat memberikan pelayanan asuhan
keperawatan yang efektif dan efesien bagi individu, keluarga dan
masyarakat (Bakri, 2017).
2. Fungsi manajemen keperawatan
Manajemen diperlukan untuk mencapai tujuan organisasi secara
efektif dan efisien. Manajemen diperlukan untuk menjalankan organisasi
kegiatan secara efektif dan efisien. Agar manajemen yang dilakukan
mengarah pada kegiatan secara efektif dan efisien, diperlukan fungsi
manajemen (managerial functions). Fungsi manajemen yaitu berbagi
tugas atau kegiatan manajemen yang mempunyai peranan khas dan
bersifat saling menunjang untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya. Manajemen adalah elemen-elemen dasar yang akan selalu

5
6

ada dan melekat dii dalam proses manajemen yang dijadikan acuan oleh
manajer dalam melaksanakan kegiatan untuk mencapai tujuan.
Menurut Simamora dalam bakhri (2017)
a. Perencanaan (planning)
Fungsi perencanaan merupakan fungsi pertama dan utama dalam
kegiatan manajemen. Fungsi perencanaan merupakan landasan
fungsi manajemen secara keseluruhan. Tanpa fungsi perencanaan,
tidak mungkin fungsi manajemen lainnya dapat dilaksanakan dengan
baik. Perencanaan sebagai proses yang dimulai dari penetapan tujuan
organisasi, menentukan startegi untuk pencapaian tujuan organisasi
secara menyeluruh untuk mengintegrasikan dan mengorganisasi
pekerjaan organisasi hingga tujuan organisasi tercapai
b. Pengorganisasian
Pengorganisasian adalah suatu langkah untuk menetapkan,
mengelompokkan dan mengatur berbagai macam kegiatan,
penetapan tugas-tugas dan wewenang seseorang, pendelegasian
wewenang dalam rangka mencapai tujuan. Fungsi pengorganisasian
merupakan alat untuk memadukan semua kegiatan yang beraspek
personil, finansial, material dan tata cara dalam rangka mencapai
tujuan yang telah ditetapkan
c. Kepegawaian (staffing)
Komponen yang termasuk dalam fungsi staffing adalah : prinsip
rekruitment, seleksi, orientasi pegawai baru, penjadwalan tugas, dan
klasifikasi pasien. Komponen tersebut merupakan suatu proses yang
mana nantinya berhubungan dengan penjadwalan siklus waktu kerja
bagi semua personel yang ada. Terdapat beberapa langkah yang
diambil untuk memerlukan waktu kerja dan istrahat pegawai, yaitu :
menganalisa jadwal kerja dan rutinitas unit, memberrikan waktu
masuk dan libur pekerjaan, memeriksa jadwal yang telah selesai,
menjamin persetujuan jadwal yang dianjurkan dari manajemen
7

keperawatan, memasang jadwal untuk memberitahukan anggota staf


dan memperbaiki serta memperbaharui jadwal tiap hari.
d. Pengarahan (Directing)
Pengarahan merupakan hubungan manusia dalam kepemimpinan
yang mengikat para bawahan agar bersedia mengerti dan
menyumbangkan tenaganya secara efektif dan efisien dalam
pencapaian suatu organisasi. Di dalam kepemimpinan selalu
melibatkan semua elemen dalam sistem pelayanan kesehatan dan
yang mempengaruhi elemen tersebut adalah seorang pemimpin.
Fungsi pengarahan selalu berkaitan erat dengan perencanaan
kegiatan keperawatan di ruang rawat inap dalam rangka menugaskan
perawat untuk melaksanakan mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Funsi pengarahan adalah agar membuat perawat atau staf melakukan
apa yang diinginkan dan harus mereka lakukan.
Menurut Muninjaya terdapat lima tujuan dan fungsi pengarahan,
antara lain :
1) Pengarahan bertujuan menciptakan kerja sama yang lebih
efisien. Pengarahan memungkinkan terjadinya komunikasi
antara atasan dan bawahan.
2) Pengarahan bertujuan mengembangkan kemampuan dan
keterampilan staf.
3) Pengarahan bertujuan menumbuhkan rasa memiliki dan
menyukai pekerjaan. Perawat yang diarahkan jika salah, diberi
motivasi jika kinerja menuru, dan diberi apresiasi atas hasil
kerja akan memberikan penguatan rasa memiliki dan menyukai
pekerjaan.
4) Pengarahan bertujuan mengusahakan suasana lingkungan kerja
yang dapat meningkatkan motivasi dan prestasi kerja staf.
5) Pengarahan bertujuan membuat organisasi berkembang lebih
dinamis.
8

e. Pengawasan
Fungsi pengawasan dan pengendalian (controlling) merupakan
fungsi terakhir dari proses manajemen. Fungsi ini mempunyai kaitan
erat dengan ketiga fungsi manajemen lainnya, terutama dengan
fungsi perencanaan. Melalui fungsi pengawasan dan pengendalian,
standar keberhasilan program yang dituangkan dalam bentuk target,
prosedur kerja dan sebagainya harus selalu dibandingkan dengan
hasil yang telah dicapai atau yang mampu dikerjakan oleh staf. Jika
ada kesenjangan atau penyimpangan yang terjadi harus segera
diatasi. Penyimpangan harus dapat dideteksi secara dini, dicegah,
dikendalikan atau dikurangi oleh pimpinan. Fungsi pengawasan dan
pengendalian bertujun agar penggunaan sumber daya dapat lebih
diefisienkan, dan tugas-tugas staf untuk mencapai tujuan program
dapat lebih diefektifkan.Adapun tugas seorang kepala ruangan dalam
fungsi pengawasan adalah : (1) Melalui komunikasi : mengawasi dan
berkomunikasi langsung dengan ketua tim maupun pelaksana
mengenai asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien, (2)
Melalui supervisi, (3) Evaluasi, (4) Mengevaluasi upaya pelaksanaan
dan membandingkan dengan rencana keperawatan yang sudah
disusun bersama ketua tim.

B. Tujuan Manajemen Keperawatan


1. Melaksanakan dan mengevaluasi strategi yang akan dipilih secara efektif
dan efisien agar mencapai pada satu tujuan
2. Mengevaluasi kinerja, meninjau dan mengkaji situasi kemudian
melakukan penyesuaian dan koreksi jika ada sesuatu penyimpangan pada
suatu pelaksanaan strategi
3. Dapat memperbaharui strategi yang dirumuskan untuk sesuai
perkembangan lingkungan eksternal
4. Dapat meninjau kembali kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman
pada peluang yang ada
9

5. Dapat melakukan inovasi atas kegiatan sehingga dapat lebih teratur

C. Ruang Lingkup Manajemen


Mempertahankan kesehatan telah menjadi sebuah industri besar yang
melibatkan berbagai aspek upaya kesehatan. Pelayanan kesehatan sudah
menjadi hak yang paling mendasar bagi semua orang dan memberikan
pelayanan kesehatan yang memadai akan membutuhkan upaya perbaikan
menyeluruh dari system yang ada. Pelayanan kesehatan yang memadai sangat
dipengaruhi oleh pelayanan keperawatan yang ada didalamnya. Keperawatan
merupakan disiplin praktik klinis. Manajer keperawatan yang efektif
memahami hal ini dan mampu memfasilitasi pekerjaan perawat pelaksana
meliputi menggunakan proses keperawatan dalam setiap aktifitas asuhan
keperawatan, melaksanakan intervensi keperawatan berdasarkan diagnose
keperawatan yang ditetapkan, menerima akuntabilitas kegiatan keperawatan
dan hasil-hasil keperawatan yang dilaksanakan oleh perawat, serta mampu
mengendalikan lingkungan praktik keperawatan. Seluruh pelaksanaan
kegiatan ini senantiasa di inisiasi oleh para manajer keperawatan melalui
partisipasi dalam proses manajemen keperawatan dengan melibatkan para
perawat pelaksana.
Berdasarkan gambaran tersebut maka lingkup manajemen keperawatan
terdiri dari : Manajemen Operasional/manajemen layanan dan manajemen
asuhan keperawatan (Mugianti, 2016).
1. Manajemen layanan operasional
Pelayanan keperawatan dirumah sakit dikelola oleh bidang perawatan
yang terdiri dari tiga tingkatan manajerial dan setiap tingkatan dipimpin
oleh seseorang yang mempunyai kompetensi yang relavan. Tingkat
manajerial tersebut yaitu agar mencapai hasil yang baik, ada beberapa
faktor yang perlu dimiliki oleh orang-orang yang memimpin dalam tiap
level manajerial tersebut. Faktor-faktor tersebut adalah kemampuan
menerapkan pengetahuan, keterampilan, kepemimpinan, kemampuan
10

menjalankan peran sebagai pemimpin dan kemampuan melaksanakan


fungsi manajemen
2. Manajemen asuhan keperawatan
Manajemen asuhan keperawatan adalah suatu proses keperawatan yang
menggunakan konsep-konsep manajemen didalamnya seperti perencaan,
pengorganisasian, implementasi, pengendalian dan evaluasi. Manajemen
asuhan keperawatan ini menekankan pada penggunaan proses
keperawatan dan hal ini melekat pada diri seorang perawat. Setiap
perawat dalam melaksanakan tugasnya harus menggunakan proses
keperawatan untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan pasien. Proses
keperawatan merupakan proses pemecahan masalah yang menekankan
pada pengambilan keputusan tentang keterlibatan perawat sesuai yang
dibutuhkan pasien. Proses keperawatan terdiri dari 5 tahapan yaitu
pengkajian, penentuan diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan,
implementasi keperawatan dan evaluasi keperawatan

D. Tinjauan Umum Keselamatan Pasien


1. Definisi keselamatan pasien
Menurut World Health Organization (WHO), keselamatan pasienadalah
tidak adanya bahaya yang mengancam kepada pasien selama
prosesperawatan kesehatan. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 11Tahun 2017, keselamatan pasien merupakan suatu sistem yang
membuatasuhan pasien menjadi lebih aman, meliputi asesmen risiko,
identifikasi danpengelolaan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden,
kemampuanbelajar dari insiden dan tindak lanjutnya, serta implementasi
solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah terjadinya
cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu
tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.
Keselamatan pasien dapat diartikan sebagai suatu upaya yang ditujukan
untuk melindungi pasien dari sesuatu yang tidak diinginkan selama
proses perawatan (Permenkes RI, 2017).
11

2. Tujuan keselamatan pasien


Penerapan keselamatan pasien memiliki tujuan yang disebutkan Depkes
RI (2008) dalam panduan nasional keselamatan pasien di rumah sakit,
yaitu:
a. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit.
b. Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan
masyarakat.
c. Menurunnya Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) di rumah sakit.
d. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan kejadian tidak diharapkan
3. Standar keselamatan pasien
Menurut Depkes RI (2008), standar keselamatan pasien tersebut terdiri
dari tujuh standar, diantaranya yaitu:
a. Standar I : Hak PasienPasien dan keluarganya memiliki hak untuk
memperoleh informasimengenai rencana dan hasil pelayanan
termasuk kemungkinanterjadinya kejadian tidak diharapkan.
b. Standar II : Mendidik Pasien dan KeluargaRumah sakit harus
mendidik pasien dan keluarganya mengenaikewajiban dan tanggung
jawab pasien dalam asuhan pasien.
c. Standar III : Keselamatan Pasien dan Kesinambungan
PelayananRumah sakit perlu menjamin kesinambungan pelayanan
dan menjaminkoordinasi antar tenaga dan antar unit pelayanan.
d. Standar IV : Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk
melakukan evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien
e. Standar V : Peran Kepemimpinan dalam Peningkatan Keselamatan
Pasien yang terdiri dari :
1) Pimpinan mendorong dan menjamin implementasi
programkeselamatan pasien secara terintegrasi dalam organisasi
melaluipenerapan tujuh langka menuju keselamatan pasien
rumah sakit.Pemimpin menjamin berlangsungnya program
12

proaktif untukidentifikasi risiko keselamatan pasien dan


program menekan ataumengurangi KTD.
2) Pimpinan mendorong dan menumbuhkan komunikasi
sertakoordinasi antar unit dan individu berkaitan dengan
pengambilankeputusan tentang keselamtan pasien.
3) Pimpinan mengalokasikan sumber daya yang adekuat
untukmengukur, mengkaji dan meningkatkan kinerja rumah
sakit sertameningkatkan keselamatan pasien
f. Standar VI : Mendidik Staf Tentang Keselamatan Pasien
1) Rumah sakit memiliki proses pendidikan, pelatihan dan orientasi
untuk setiap jabatan mencakup keterkaitan jabatan dengan
keselamatan pasien secara jelas.
2) Rumah sakit menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan yang
berkelanjutan untuk meningkatkan dan memelihara kompetensi
staf serta mendukung pendekatan interdisiplin dalam pelayanan
pasien
g. Standar VII : Komunikasi Merupakan Kunci Bagi Staf Untuk
Mencapai Keselamatan Pasien
1) Rumah sakit merencanakan dan mendesain proses manajemen
informasi keselamatan pasien untuk emmenuhi kebutuhan
informasi internal dan eksternal.
2) Transmisi data dan informasi harus tepat waktu dan akurat
4. Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit
Terdapat 7 langkah menuju keselamatan pasien rumah sakit yang
disebutkan dalam Peraturan Menteri Kesehatan No 11 Tahun 2017
tentang keselamatan pasien RS (Permenkes RI, 2017b), diantaranya
adalah :
a. Membangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien
b. Memimpin dan mendukung staf
c. Mengintegrasikan aktivitas pengelolaan risiko
d. Mengembangkan sistem pelaporan
13

e. Melibatkan dan berkomunikasi dengan pasien


f. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien
g. Mencegah cedera melalui implementasi sistem keselamatan pasien
5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keselamatan Pasien
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keselamatan Pasien Menurut
WHO (2009):
a. Faktor organisasi dan manajerial:
1) Budaya keselamatan
Budaya keselamatan merupakan cerminan dari manajemen dan
sikappekerja dalam menjalankan nilai-nilai yang berhubungan
denganmanajemen risiko dan keselamatan. Dimensi dari budaya
keselamatanadalah komitmen manajemen, prosedur kerja,
prioritas utama, patuhterhadap peraturan, manajemen risiko dan
sistem pelaporan kesalahandan insiden keselamatan. Budaya
keselamatan mempengaruhi perilakukerja individu pada unit
tertentu yang berhubungan dengan penagmbilankeputusan,
pelaksanaan prosedur dan pengetahuan tentang keselamatan
2) Kepemimpinan
Kepemimpinan merupakan hal pertama yang harus diperhatikan
dalam pengembangan dan penerapan budaya keselamatan
pasien. Kepemimpinan merupakan kemampuan seorang
pemimpin dalam memberikan keseimbangan antara pemberian
tugas dan mengelolah ketenagaan dan memfasilitasi pemecahan
masalah dalam kesenjangan antara kemampuan, prosedur,
struktur organisasi dan motivasi
3) Komunikasi
Komunikasi sangat penting untuk efesiensi, menjaga kualitas
keamanan di tempat kerja. Komunikasi memberikan hubungan
institusi, pengetahuan dan membangun pola perilaku yang dapat
diprediksikan, hal itu sangat vital bagi kepemimpinan dan
14

koordinasi tim. Kegagalan transmisi, dimana 13 saluran ada,


tetapi informasi yang diperlukan tidak tersampaikan
4) Kerjasama tim
Tim adalah unsur kehidupan organisasi karena suatu pekerjaan
melibatkan orang-orang dengan berbagai macam keahlian untuk
kerjasama untuk satu tujuan. Kerja tim adalah proses melibatkan
dua atau lebih orang dalam suatu aktivitas untuk menyelesaikan
suatu tujuan. Hampir semua pekerjaan di rumah sakit dilakukan
oleh berbagai disiplin ilmu.
5) Supervisi
Supervisi adalah proses pemberian bimbingan, pengarahan,
dorongan, melakukan observasi, dan evaluasi terhadap tindakan
keperawatan yang berhubungan dengan keselamatan pasien.
Tujuan dari supervisi adalah meningkatkan kualitas dari
pelayanan. Supervisi memegang peran utama dalam mendukung
pelayanan yang bermutu melalui jaminan kualitas, manajemen
risiko dan manajemen kinerja.
b. Faktor individu
1) Kewaspadaan situasi
Kewaspadaan terhadap situasi merupakan suatu keharusan,
kewaspadaan sebagai persepsi dari elemen-elemen di suatu
lingkungan yang dibatasi oleh ruang dan waktu, dan digunakan
untuk menghadapi tantangan maupun musibah agar terhindar
dari kecelakaan atau kerusakan
2) Pengambilan keputusan
Pengambilan keputusan adalah melakukan penilaian dan
manjatuhkan pilihan. Keputusan ini diambil melalui beberapa
pertimbangan. Sebelum pilihan dijatuhkan, ada beberapa tahap
yang mungkin akan dilalui oleh pembuat keputusan
15

3) Stres kerja
Pada titik tertentu dalam dunia pekerjaan banyak orang akan
mengalami stres terkait pekerjaan, stres dipengaruhi oleh
keseimbangan antara persepsi terhadap tuntutan seseorang.
Ketika tuntutan dirasa lebih utama dari kemampuan, seseorang
akan mengalami efek tidak menyenangkan, seperti kelelahan
atau perasaan lelah, konsentrasi kurang dan mudah tersinggung.
4) Kelelahan
Kelelahan bisa berdampak pada keselamatan dan produktivitas
pegawai. Kelelahan berefek merugikan fungsi kognitif yang
dapat jatuh hingga hampir 40% dari batas setelah kerja dua
malam tanpa tidur. Manager dan pegawai dapat mendidik
tentang efek kelelahan, hal ini dapat diatasi dengan jam istrahat,
tidur siang, makanan yang memadai serta pencahayaan yang
kuat agar dapat membantu beradaptasi terhadap shift malam
c. Faktor Lingkungan
Lingkungan pekerjaan yakni lingkungan organisasi rumah sakit
dapat menentukan kualitas dan keamanan pelayanan perawat kepada
pasien. Sebagai jumlah tenaga terbesar dalam ketenagaan kesehatan,
perawat mengaplikasikan pengetahuan, keterampilan dan
pengalaman untuk memberikan variasi dan perubahan kebutuhan
pasien.Kelelahan bisa berdampak pada keselamatan dan
produktivitas pegawai. Kelelahan berefek merugikan fungsi kognitif
yang dapat jatuh hingga hampir 40% dari batas setelah kerja dua
malam tanpa tidur. Manager dan pegawai dapat mendidik tentang
efek kelelahan, hal ini dapat diatasi dengan jam istrahat, tidur siang,
makanan yang memadai serta pencahayaan yang kuat agar dapat
membantu beradaptasi terhadap shift malam.
6. Insiden keselamatan pasien
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 11
Tahun 2017 menyebutkan bahwa Insiden Keselamatan Pasien (IKP)
16

merupakan setiap kejadian yang tidak disengaja dan kondisi yang


mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera yang dapat
dicegah pada pasien. Adapun Insiden di fasilitas pelayanan kesehatan
diantaranya adalah :
a. Kondisi Potensial Cedera (KPC), KPC merupakan kondisi yang
sangat berpotensi untuk menimbulkan cedera, tetapi belum terjadi
insiden.
b. Kejadian Nyaris Cedera (KNC), KNC merupakan terjadinya insiden
yang belum sampai terpapar ke pasien.
c. Kejadian Tidak Cedera (KTC), KTC merupakan insiden yang sudah
terpapar ke pasien, tetapi tidak timbul cedera.
d. Kejadian Tidak Diharapkan (KTD), KTD merupakan Insiden yang
mengakibatkan cedera pada pasien.
e. Kejadian Sentinel, merupakan suatu Kejadian Tidak Diharapkan
(KTD) yang mengakibatkan kematian, cedera permanen, atau cedera
berat yang temporer dan membutuhkan intervensi untuk
mempetahankan kehidupan, baik fisik maupun psikis, yang tidak
terkait dengan perjalanan penyakit atau keadaan pasien
7. Sasaran keselamatan pasien
Bagian ini membahas sasaran keselamatan pasien yang wajib
diterapkan di semua rumah sakit yang diakreditasi oleh KARS (KARS,
2019), yaitu:
a. Sasaran 1 : Mengidentifikasi Pasien Dengan Benar
1) Standar SKP 1
Rumah sakit menetapkan regulasi untuk menjamin
ketepatan(akurasi) identifikasi pasien.
2) Maksud dan Tujuan SKP 1
Kesalahan identifikasi pasien dapat terjadi di semua
aspekdiagnosis dan tindakan. Keadaan yang dapat membuat
identifikasitidak benar adalah jika pasien dalam keadaan terbius,
mengalamidisorientasi, tidak sepenuhnya sadar, dalam keadaan
17

koma, saatpasien berpindah tempat tidur, berpindah kamar tidur,


berpindahlokasi didalam lingkungan rumah sakit, terjadi
disfungsi sensoris,lupa identitas diri, atau mengalami situasi
lainnya. Ada 2 (dua) maksud dan tujuan standar ini :pertama,
memastikan ketepatan pasien yang akan menerima layanan atau
tindakan dan kedua untuk menyelaraskan layanan atau tindakan
yang dibutuhkan oleh pasien.
b. Sasaran 2 : Meningkatkan Komunikasi yang Efektif
1) Standar SKP 2
Rumah sakit menetapkan regulasi untuk melaksanakan proses
meningkatkan efektivitas komunikasi verbal dan atau
komunikasi melalui telpon antar profesional pemberi asuhan
(PPA).
2) Standar SKP 2.1
Rumah sakit menetapkan regulasi untuk proses pelaporan hasil
pemeriksaaan diagnostik kritis.
3) Standar SKP 2.2
Rumah sakit menetapkan dan melaksanakan proses komunikasi
“Serah Terima” (Hand Over)
4) Komunikasi dianggap efektif bila tepat waktu, akurat, lengkap,
tidak mendua (ambiguous), dan diterimah oleh penerima
informasi yang bertujuan mengurangi kesalahan-kesalahan dan
meningkatkan keselamatan pasien. Pemeriksaan diagnostik
kritis termasuk, tetapi tidak terbatas
c. Sasaran 3: Meningkatnya Keamanan Obat yang Perlu Diwaspadai
(High Alert Medication)
1) Standar SKP 3
Rumah sakit menetapkan regulasi untuk melaksanakan proses
meningkatkan keamanan terhadap obat-obat yang perlu
diwaspadai.
18

2) Standar SKP 3.1


Rumah sakit menetapkan regulasi untuk melaksanakan proses
mengelola penggunaan elektrolit konsentrat dan elektrolit
dengan konsetrasi tertentu.
3) Maksud dan Tujuan
Setiap obat jika salah penggunaannya dapat membahayakan
pasien, bahkan bahayanya dapat menyebabkan kematian atau
kecacatan pasien, terutama obat-obat yang perlu diwaspadai.
Obat yang perlu diwaspadai adalah obat yang mengandung
risiko yang meningkat bila kita salah menggunakan dan dapat
menimbulkan kerugian besar pada pasien
4) Obat yang perlu diwaspadai terdiri atas
a) Obat risiko tinggi, yaitu obat yang bila terjadi kesalahan
(error) dapat menimbulkan kematian atau kecacatan seperti,
insulin, heparin atau kemoterapeutik.
b) Obat yang nama, kemasan, label, penggunaan klinik
tampak/kelihatan sama (look alike), bunyi ucapan sama
(sound alike), seperti Xanax dan Zantac atau hydralazine
dan hydroxyzine atau disebut juga nama obat rupa ucapan
mirip (NORUM).
c) Elektrolit konsentrat: potasium fosfat dengan konsentrasi
sama atau lebih besar dari 3 mmol/ml dan natrium klorida
dengan konsentrasi lebih dari 0,9% dan magnesium sulfat
dengan konsentrasi 50% atau lebih.
d) Elektrolit dengan konsentrasi tertentu: potasium klorida
dengan konsentrasi 1 mEq/ml atau lebih dan magnesium
sulfat dengan konsentrasi 20%, 40%, atau lebih
e) Daftar obat yang perlu diwaspadai (high alert medication)
tersedia di berbagai organisasi kesehatan seperti World
Health Organization (WHO) dan Institute for Safe
Medication Practices (ISMP), di berbagai kepustakaan,
19

serta pengalaman rumah sakit dalam hal KTD atau kejadian


sentinel. Kesalahan dapat terjadi jika petugas tidak
memperoleh orientasi cukup baik di unit perawatan pasien
dan apabila perawat tidak memperoleh orientasi cukup atau
saat keadaan darurat. Rumah sakit membuat daftar semua
obat high alert dengan menggunakan informasi atau data
yang terkait penggunaan obat di dalam rumah sakit, data
tentang KTD (adverse event) atau KNC (near miss)
termasuk risiko terjadi salah pengertian tentang NORUM.
Informasi dari kepustakaan seperti dari ISMP, Kementrian
Kesehatan dan lainnya.
d. Sasaran 4: Terlaksananya proses Tepat-Lokasi, Tepat-Prosedur,
Tepat- Pasien yang Menjalani Tindakan dan Prosedur
1) Standar SKP 4
Rumah sakit menetapkan regulasi untuk melaksanakan
prosesmemastikan Tepat Lokasi, Tepat-Prosedur dan Tepat-
Pasien yangmenjalani tindakan dan prosedur.
2) Standar SKP 4.1
Rumah sakit melaksanakan prosedur bedah yang aman
denganmenggunakan “surgical safety check list” (WHO Safety
Checklistterkini) serta memastikan terlaksananya proses Time-
out di kamaroperasi sebelum operasi dimulai, untuk memastikan
Tepat-Lokasi,Tepat-Prosedur, Tepat-Pasien yang menjalani
tindakan danprosedur.
3) Maksud dan Tujuan
Salah-Lokasi, Salah-Prosedur, dan Salah-Pasien yang menjalani
tindakan serta prosedur merupakan kejadian sangat
mengkhawatirkan dan dapat terjadi. Kesalahan ini terjadi antara
lain akibat:
a) Komunikasi yang tidak efektif dan tidak adekuat antara
anggota tim.
20

b) Tidak ada keterlibatan pasien yang memastikan ketepatan


lokasi operasi dan tidak ada prosedur untuk verivikasi.
c) Asesmen pasien tidak lengkap.
d) Catatan rekam medik tidak lengkap.
e) Budaya yang tidak mendukung komunikasi terbuka antar
anggota tim.
f) Masalah yang terkait dengan tulisan yang tidak terbaca,
tidak jelas dan tidak lengkap
e. Sasaran 5: Dikuranginya Resiko Infeksi Terkait Pelayanan
Kesehatan
1) Standar SKP 5
Rumah sakit menetapkan regulasi untuk menggunakan dan
melaksanakan evidence based hand hygiene guidelines untuk
menurunkan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan.
2) Maksud dan Tujuan
Secara umum, infeksi terkait pelayanan kesehatan terjadi di
semua unit layanan kesehatan, termasuk infeksi saluran kencing
disebabkan oleh kateter, infeksi pembuluh/aliran darah terkait
pemasangan infus baik perifer maupun sentral, dan infeksi paru-
paru terkait penggunaan ventilator.
f. Sasaran 6: Mengurangi Risiko Cedera Pasien Akibat Jatuh
1) Standar SKP 6
Rumah sakit menetapkan regulasi untuk melaksanakan
prosesmengurangi risiko cedera akibat pasien jatuh.
2) Maksud dan Tujuan
Banyak cedera yang terjadi di unit rawat inap dan rawat jalan
akibat pasien jatuh. Berbagai faktor yang meningkatkan risiko
pasien jatuh antara lain:
a) Kondisi pasien
21

b) Gangguan fungsional pasien (contoh gangguan


keseimbangan, gangguan penglihatan atau perubahan status
kognitif)
c) Lokasi atau situasi lingkungan rumah sakit
d) Riwayat jatuh pasien
e) Konsumsi obat tertentu
f) Konsumsi alcohol
3) Pasien yang pada asesmen awal dinyatakan berisiko rendah untuk
jatuh dapat mendadak berubah menjadi berisiko tinggi. Hal ini
disebabkan oleh operasi dan/atau anestesi, perubahan mendadak
kondisi pasien, serta penyesuaian pengobatan. Banyak pasien
memerlukan assessment selama dirawat inap di rumah sakit.
Rumah sakit harus menetapkan kriteria untuk identifikasi pasien
yang dianggap berisiko tinggi untuk jatuh. Contoh situasional
risiko adalah jika pasien yang datang ke unit rawat jalan dengan
ambulans dari fasilitas rawat inap lainnya untuk pemeriksaan
radiologi. Pasien ini berisiko jatuh waktu dipindah dari brankar
kemeja periksa radiologi, atau waktu berubah posisi sewaktu
berada di meja sempit tempat periksa radiologi.
4) Lokasi spesifik dapat menyebabkan risiko jatuh bertambah karena
layanan yang diberikan. Misalnya, terapi fisik (rawat jalan dan
rawat inap) memiliki banyak peralatan spesifik digunakanpasien
yang dapat menambah risiko pasien jatuh. Rumah sakit
melakukan evaluasi tentang pasien jatuh dan melakukan upaya
mengurangi risiko pasien jatuh.
5) Rumah sakit membuat program untuk mengurangi pasien jatuh
yang meliputi manajemen risiko dan assessment ulang secara
berkala di populasi pasien dan atau lingkungan tempat pelayanan
dan asuhan itu diberikan.
BAB III
PENGKAJIAN DAN ANALISA
PENGELOLAAN RUANG RAWAT

A. Kajian Situasional
1. Kajian Situasi Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Arifin Achmad
Provinsi Riau
a. Visi Rumah Sakit
Visi RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau yaitu menjadi rumah sakit
pendidikan mandiri dengan pelayanan paripurna yang memenuhi
standar internasional.
b. Misi Rumah Sakit
Misi RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau:
1) Menyelenggarakan fungsi pelayanan kesehatan sesuai dengan
standar internasional dan menjadi pusat rujukan bagi rumah
sakit lainnya di Provinsi Riau.
2) Melaksanakan fungsi sebagai rumah sakit pendidikan
kedokteran dan pendidikan kesehatan lainnya.
3) Melaksanakan fungsi administrasi secara professional
c. Moto Rumah Sakit
“Kepuasan anda adalah kebahagiaan kami”
d. Janji Layanan
“MENAWAN” dengan deskripsi sebagai berikut:
Tabel 1
Janji Layanan
M memberikan pelayanan yang bermutu
E empati terhadap kebutuhan kesehatan
N nyaman dengan lingkungan bersih dan indah
A amanah menjaga keselamatan pasien
W waktu yang cepat dan tepat dalam tindakan
A adil dan tidak memihak
N niat yang tulus dan ikhlas

22
23

2. Profil Ruang Dahlia


a. Ruang Lingkup
Ruangan Dahlia RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau
merupakan ruang rawat inap kelas III untuk pasien bedah onkologi,
bedah plastik, bedah thorak, bedah vaskuler, bedah mata, bedah gigi
dan mulut, serta bedah THT.
1) Alamat
Ruang Dahlia terletak di lantai dasar atau gedung G. Gedung
ruangan ini beralamat di Jl. Mustika.
2) Nomor Telepon
Ruang Dahlia memiliki nomor sambungan telpon 1114.
3) Struktur Organisasi
BAGAN ORGANISASI RUANGAN DAHLIA
RSUD ARIFIN ACHMAD PROVINSI RIAU
24

4) Jumlah Tempat Tidur


Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan kelompok pada
tanggal 30-31 Oktober 2023, tercatat sebagai berikut:
RUANGAN JUMLAH TEMPAT TIDUR
Ruang Dahlia 1 4 tempat tidur
Ruang Dahlia 2 5 tempat tidur
Ruang Dahlia 3 4 tempat tidur
Ruang Dahlia 4 5 tempat tidur
Ruang Dahlia 5 5 tempat tidur
Ruang Isolasi/ Dahlia 6 1 tempat tidur
Ruangan Combustio Wanita 2 tempat tidur
Ruangan Combustio Pria 2 tempat tidur
Ruang Kemoterapi 6 tempat tidur
Ruang Observasi 3 tempat tidur
Jumlah 35 tempat tidur

5) Visi, Misi, dan Tujuan Ruangan


a) Visi Instalasi Rawat Inap Bedah
Menjadikan Pelayanan Rawat Inap Bedah Yang Berkualitas
Sesuai Standar Dan Profesional
b) Misi Instalasi Rawat Inap Bedah
(1) Menjadikan Rawat Inap Bedah sebagai Pelayanan
Perawatan Luka terpadu
(2) Meningkatkan kemampuan kompetensi SDM sesuai
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
(3) Meningkatkan layanan sarana dan prasarana
(4) Mewujudkan pengelolaan administrasi yang benar dan
bertanggung jawab
6) Ketenagaan di Ruang Dahlia
a) Tenaga Medis
(1) Dokter Umum :1
25

(2) Dokter Gigi :-


(3) Dokter Spesialis :-
(4) Jumlah Dokter seluruhnya :1
b) Tenaga Keperawatan
(1) SPK/SPR :-
(2) DIII Keperawatan : 6 orang
(3) S1 Keperawatan : 13 orang
(4) S2 Keperawatan :-
(5) Jumlah Perawat seluruhnya : 19 orang
c) Tenaga Kesehatan lainnya
(1) Sarjana Kesehatan Masyarakat :-
(2) DIII Kebidanan : 3 orang
(3) Gizi :-
(4) Fisioterapi :-
d) Tenaga lainnya
(1) Pekarya : 1 orang
(2) Administrasi : 1 orang
7) Data Pemanfaatan Tempat Tidur (BOR)
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan kelompok
pada tanggal 30 Oktober s/d 1 November 2023, didapatkan data-
data sebagai berikut:
BOR (Bed Occupying Rate) rata-rata tempat tidur yang
terpakai adalah:
BOR = Jumlah tempat tidur yang terisi x 100%

Jumlah kapasitas tempat tidur


Tanggal 30 Oktober 2023 (35 TT)
BOR = 35/31 x 100% = 112,9%
Tanggal 31 Oktober 2023 (34 TT)
BOR = 34/31 x 100% = 109,6%
Tanggal 1 November 2023 ( TT)
BOR = 34/31 x 100% = 109,6%
26

Tanggal 2 November 2023 ( TT)


BOR = 35/31 x 100% = 112,9%
Rata-rata BOR selama pengkajian pada 30 Oktober s/d 2
November 2023, didapatkan hasil:
112,9% + 109,6% + 109,6% + 112,9% / 4 = 111,25%
Hasil BOR diatas menunjukkan bahwa kapasitas maksimal
keterisian tempat tidur ruangan Dahlia diatas normal.
Berdasarkan Depkes 2005, nilai BOR ideal untuk ruangan rawat
adalah 60-85%. Kelebihan kapasitas ini disebabkan permintaan
kebutuhan perawatan pasien yang meningkat, hal ini dapat
menjadi faktor tidak optimalnya proses perawatan pasien di
ruangan Dahlia.
8) Lamanya Hari Rawat
Length of Stay (LOS) atau lama hari rawat
merupakan jumlah hari pasien dirawat di rumah sakit, mulai hari
masuk sampai dengan hari keluar atau pulang dan LOS di
gunakan rumah sakit sebagai indikator pelayanan (Hosizah &
Maryati, 2018). Keluarnya pasien bisa dalam keadaan hidup
atau mati. Lama hari rawat pasien di Ruang Dahlia yang tercatat
dalam 3 bulan terakhir, menunjukkan data sebagai berikut:
BULAN LAMA HARI RAWAT
JULI 1113 hari
AGUSTUS 1111 hari
SEPTEMBER 940 hari
9) Angka Kematian Kasar
Angka kematian di Ruang Dahlia yang tercatat dalam 3
bulan terakhir, menunjukkan data sebagai berikut:
BULAN ANGKA KEMATIAN
JULI 3 orang
AGUSTUS 12 orang
SEPTEMBER 7 orang
27

B. Hasil Observasi
Hasil observasi pelayanan kesehatan di ruang Dahlia RSUD Arifin
Achmad Provinsi Riau
Hasil
No Objek Observasi Ad Tidak
a
1. Filosofi, visi, misi, dan tujuan organisasi
2. Bagan struktur organisasi atau unit kerja.
3. Uraian tugas yang jelas.
4. Standar asuhan keperawatan
5. Juknis standar asuhan keperawatan
6. Standar logisik keperawatan
7. Standar kebijakan, hak, dan kewajiban tugas atau klien
8. Standar kebutuhan tenaga keperawatan atau pola
ketenagaan
9. Pedoman asuhan keperawatan atau SOP
10. Pedoman penilaian staff
11. Pedoman komunikasi antar tenaga keperawatan
12. Program pengembangan staff
13. Program jenjang karir
14. Program mutasi atau rotasi
15. Program orientasi untuk pasien dan keluarga
16. Program oreientasi untuk tenaga kesehatan
17. Metode penugasan yang jelas
18. Klasifikasi pasien
18. Pre dan post conference serta overan
20. Jadwal kegiatan untuk dinas pagi siang dan malam
21. Jadwal supervisi
22. Jadwal pertemuan rutin
28

Hasil observasi yang didapatkan berdasarkan proses keperawatan


didapatkan bahwa:
1. Proses overran tugas diruangan telah dilaksanakan dengan baik. Overran
dipimpin oleh ketua tim, dilanjutkan dengan pembacaan doa,
penyampaian kondisi pasien, penyampaian inventaris logistik dan
masalah lain yang perlu disampaikan, pengingat pentingnya cuci tangan,
dan dilanjutkan dengan overran melihat kondisi pasien di ruangan
masing-masing. Overran dari dinas malam ke dinas pagi didampingi
pelaksanaannya langsung oleh kepala ruangan.
2. Pre dan post conferance sudah terlaksana dengan baik.
3. Pelaksanaan intervensi dan implementasi sudah dilaksanakan dengan
baik oleh perawat sesuai dengan SOP yang telah ada di ruangan.
4. Proses pendokumentasian sudah menggunakan MRI dengan pedoman
SDKI, SLKI dan SIKI.
5. Ronde keperawatan dilaksanakan setiap hari Rabu, dengan jadwal giliran
petugas yang sudah ditentukan. Pasien yang dikelola saat ronde adalah
pasien yang disetujui bersama untuk kasusnya diangkat saat kegiatan
ronde.
6. Perawat ruangan telah menerapkan prinsip steril dalam memberikan
tindakan invasif (seperti: pemasangan infus, pengambilan darah,
pemberian obat, dan perawatan luka)
7. Tempat sampah sudah tersedia dan sudah dimanfaatkan secara maksimal.
Seperti penggolongan tempat sampah infeksius, non infeksisus, sampah
botol infuse, sampah spuit tanpa jarum, sampah botol kaca dan sampah
benda tajam.
8. Belum tersedianya label infus dengan tanggal, kolf ke-, jenis cairan,
jumlah tetesan, dan tanda tangan perawat, sehingga berisiko
menimbulkan kebingungan dalam memantau cairan tubuh pasien.
29

C. Hasil Wawancara
1. Data Kepala Ruangan Dahlia RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau
Nama : Ns. Sri Haryani, S.Kep.
Pangkat/ Golongan : IV B/ Pembina Tingkat I
Pendidikan formal keperawatan : S1 keperawatan + Ners
Pengalaman kerja di RSUD : 22 tahun
Pengalaman sebagai karu : ±4 tahun
Pelatihan yang pernah diikuti :
a. Keterampilan dasar kamar operasi
b. Manajemen kamar operasi
c. TOT kamar operasi
d. Perawatan dasar urologi
e. BTCLS
f. Pasien Safety
g. Universal precaution
2. Perencanaan
Pelayanan yang diberikan pada pasien di Ruang Dahlia dilaksanakan
sesuai dengan visi, misi, dan tujuan yang telah ditetapkan oleh RSUD
Arifin Achmad. Model asuhan keperawatan yang digunakan di ruang
Dahlia adalah model Tim, dengan pembagian 2 tim, yaitu Tim A dan
Tim B. Proses pendokumentasian menggunakan MRI dengan pedoman
SDKI, SLKI dan SIKI. Menurut kepala ruangan, rencana pengembangan
staf seperti pelatihan staf, jenjang karir, dan kesempatan staf untuk
memperoleh jenjang pendidikan dan pengembangan karir yang lebih
tinggi sudah direncanakan dan disusun oleh kepala ruangan bersama Staf
RSUD bagian pengembangan karir, yang biasa dilakukan pada awal
tahun dan selanjutnya dijalankan oleh ruangan. Dalam rencana
pengembangan staf ini, kepala ruangan terlibat untuk memantau kinerja
dari perawat ruangan dengan melakukan pengawasan terhadap staf
ruangan serta melakukan evaluasi penilaian kinerja setiap bulannya. Hal
30

ini yang menjadi bahan pertimbangan untuk peningkatan jenjang karir


dan peningkatan lainnya.
Kepala ruangan Dahlia juga bertugas melakukan orientasi pada
perawat baru di ruang Dahlia. Hal ini bertujuan agar kinerja perawat baru
lebih efektif dan efisien. Perencanaan kalibrasi alat medis keperawatan di
ruangan dahlia dilakukan oleh IP3MRS dengan perencanaan logistik
dibuat pertahun. Pemenuhan kebutuhan logistic dalam hal mobilisasi
logistic dikelola oleh PJ inventaris bekerja sama dengan pekarya dalam
mengelola sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh ruangan dan
diawasi langsung oleh kepala ruangan.
3. Pengorganisasian
Ruang Dahlia diketuai oleh kepala ruangan, yang bertanggungjawab
mengawasi kinerja admnistrasi, CCM, ketua TIM, perawat pelaksana dan
pekarya ruangan. Dalam menjalankan tugas, kepala ruangan membagi
tugas perawat kedalam dua tim, setiap tim memiliki seorang ketua yang
bertugas mengawasi secara langsung perawat pelaksana yang berada
dibawah tanggungjawabnya.
Menurut kepala ruangan, pelaksanaan proses keperawatan di
ruangan Dahlia sudah berjalan dengan baik. Perawat menjalankan proses
asuhan keperawatan berpedoman pada NANDA, SDKI dan ilmu
pengetahuan terkini. Perawat di Ruang Dahlia memiliki kesadaran dan
tanggungjawab yang baik dalam melakukan proses asuhan keperawatan,
dari pengkajian pasien hingga proses pendokumentasian.
Kepala ruangan mengatakan bahwa terdapat supervisi setiap
bulannya untuk meningkatkan mutu pelayanan di ruang Dahlia. Supervisi
ini dilakukan oleh kepala ruangan dan berkoordinasi dengan bagian
keperawatan rumah sakit. Selain melakukan supervisi, ruang Dahlia juga
mendukung untuk melakukan pelatihan pada stafnya. Pelatihan ini
biasanya dilakukan di luar rumah sakit setiap 1 sampai 2 bulan sekali.
Pelatihan yang diikuti seperti pelatihan IMR, safety, inhouse training dan
lain sebagainya.
31

Kepala ruangan dalam tugasnya mengatur dan menentukan jumlah


tenaga perawat yang diperlukan dalam satu hari berdasarkan jumlah jam
kerja, beban kerja, beserta nilai BOR. Pengaturan perawat setiap shift
juga ditentukan langsung oleh kepala ruangan Shift pagi di ruang Dahlia
terdiri 7-9 perawat, shift siang 3-4 perawat, shift malam 3 perawat.
Kepala ruangan mengatakan untuk kebutuhan logistik keperawatan
di ruang Dahlia, sudah diatur secara tahunan dan diamprahkan setiap
bulannya.
4. Pengarahan
Proses pengarahan staf dalam menjalankan asuhan keperawatan yang
sesuai dengan SOP dan SAK dilakukan oleh kepala ruangan dengan
mengingatkan dan memotivasi staf untuk menjalankan tugas sesuai SOP
dan SAK. Menurut kepala ruangan, proses ini biasanya dilakukan saat
operan shift.
Menurut kepala ruangan, jumlah tenaga kerja yang ada di ruang
Dahlia sudah cukup untuk melakukan asuhan keperawatan pada setiap
pasien di ruang Dahlia. Walaupun dengan tingkat BOR yang sering
melebihi 100%, perawat di ruang Dahlia memaksimalkan
kemampuannya untuk memberikan pelayanan terbaik. Hal ini juga
didukung dengan penerapan pemberian insentif pada setiap pekerja
dengan pelayanan terbaik. Selain itu, kepala ruangan juga mengatakan
bahwa sebagai seorang kepala ruangan, beliau memberikan reward
berupa reinforcement positif kepada staf, yang diharapkan mampu
meningkatkan semangat dari staf di ruang Dahlia.
Pemenuhan kebutuhan logistic di ruang Dahlia sudah dilakukan
secara efektif dengan melakukan penilaian penggunaan alat dan
dibandingkan dengan penggunaan alat bulanan yang di rancang dalam
amprah alat bulanan ruangan. Kegiatan ini diawasi langsung oleh kepala
ruangan dengan bantuan pekarya ruangan.
32

5. Pengendalian
Kepala ruangan mengatakan dalam proses pengendalian diruang
Dahlia, kepala ruangan akan secara langsung melakukan kegiatan
supervisi setiap bulannya dan memantau pengisian laporan pada MRI.
Hal ini diharapkan membantu proses pengawasan kinerja staf. Sistem
penilaian staf diruang Dahlia berpedoman pada IKI. Dalam proses
supervisi, dilakukan juga proses penilaian mutu asuhan keperawatan,
dengan penilaian kerjasama, pelaksanaan SOP dan proses
pendokumentasian.
Kepala ruangan juga mengatakan selain melakukan supervisi pada
staf ruangan, kepala ruangan juga melakukan audit keperawatan yang
bekerjasama dengan bidang komite RSUD Arifin Achmad.
Ruangan Dahlia memiliki kartu pemeliharaan alat sehingga sesuai
dengan standar mutu yang ada. Pemeliharaan alat dilakukan melalui
proses kalibrasi alat yang nantinya akan dicatat dalam kartu pemeliharaan
alat. Kegiatan ini dilakukan oleh IP3MRS dan diawasi oleh kepala
ruangan.

D. Hasil Kuesioner
1. Manajemen asuhan keperawatan di ruangan Dahlia
Diagram 1. Distribusi frekuensi bekerja berdasarkan visi dan misi
ruangan
33

Keterangan :
Tidak Pernah (0)
Jarang (1-2 kali dalam seminggu)
Sering (3-5 kali dalam seminggu)
Selalu (6-7 kali dalam seminggu)
Berdasarkan diagram diatas, didapatkan data bahwa mayoritas
66,7% perawat selalu bekerja berdasarkan visi dan misi keperawatan dan
33,3% perawat sering bekerja berdasarkan visi dan misi keperawatan.
Diagram 2. Distribusi frekuensi membuat rencana kegiatan harian setiap
dinas diruangan

Keterangan :
Tidak Pernah (0)
Jarang (1-2 kali dalam seminggu)
Sering (3-5 kali dalam seminggu)
Selalu (6-7 kali dalam seminggu)
Berdasarkan diagram diatas, didapatkan data bahwa mayoritas
66,7% perawat selalu membuat rencana kegiatan harian setiap dinas
diruangan dan 33,3% perawat sering membuat rencana kegiatan harian
setiap dinas diruangan
Diagram 3. Distribusi frekuensi menjalani program orientasi pada saat
masuk ruangan yang baru
34

Keterangan :
Tidak Pernah (0)
Jarang (1-2 kali dalam seminggu)
Sering (3-5 kali dalam seminggu)
Selalu (6-7 kali dalam seminggu)
Berdasarkan diagram diatas, didapatkan data bahwa mayoritas
77,8% perawat selalu menjalani program orientasi pada saat masuk
ruangan yang baru, 16,7% perawat sering menjalani program orientasi
pada saat masuk ruangan yang baru dan 5,5% perawat jarang menjalani
program orientasi pada saat masuk ruangan yang baru.
Diagram 4. Distribusi frekuensi melaksanakan tugas sesuai dengan
uraian tugas

Keterangan :
Tidak Pernah (0)
35

Jarang (1-2 kali dalam seminggu)


Sering (3-5 kali dalam seminggu)
Selalu (6-7 kali dalam seminggu)
Berdasarkan diagram diatas, didapatkan data bahwa mayoritas
61,1% perawat selalu melaksanakan tugas sesuai dengan uraian tugas dan
38,9% sering melaksanakan tugas sesuai dengan uraian tugas.
Diagram 5. Distribusi frekuensi mengikuti konferansi awal (pre
conference) dengan anggota tim

Keterangan :
Tidak Pernah (0)
Jarang (1-2 kali dalam seminggu)
Sering (3-5 kali dalam seminggu)
Selalu (6-7 kali dalam seminggu)
Berdasarkan diagram diatas, didapatkan data bahwa mayoritas
77,8% perawat selalu mengikuti konferansi awal (pre conference)
dengan anggota tim, 16,7% perawat sering mengikuti konferansi awal
(pre conference) dengan anggota tim dan 5,5% perawat jarang mengikuti
konferansi awal (pre conference) dengan anggota tim.
Diagram 6. Distribusi frekuensi mengikuti konferansi akhir (post
conference) dengan anggota tim
36

Keterangan :
Tidak Pernah (0)
Jarang (1-2 kali dalam seminggu)
Sering (3-5 kali dalam seminggu)
Selalu (6-7 kali dalam seminggu)
Berdasarkan diagram diatas, didapatkan data bahwa mayoritas
72,2% perawat selalu mengikuti konferansi akhir (post conference)
dengan anggota tim, 22,2% perawat sering mengikuti konferansi akhir
(post conference) dengan anggota tim dan 5,6% perawat jarang
mengikuti konferansi akhir (post conference) dengan anggota tim.
Diagram 7. Distribusi frekuensi mengikuti serah terima tugas/operan
setiap pergantian tugas/shift
37

Keterangan :
Tidak Pernah (0)
Jarang (1-2 kali dalam seminggu)
Sering (3-5 kali dalam seminggu)
Selalu (6-7 kali dalam seminggu)
Berdasarkan diagram diatas, didapatkan data bahwa mayoritas
88,9% perawat selalu mengikuti serah terima tugas/operan setiap
pergantian tugas/shift dan 11,1% sering mengikuti serah terima
tugas/operan setiap pergantian tugas/shift.
Diagram 8. Distribusi frekuensi didampingi kepala ruangan saat serah
terima tugas/operan

Keterangan :
Tidak Pernah (0)
Jarang (1-2 kali dalam seminggu)
Sering (3-5 kali dalam seminggu)
Selalu (6-7 kali dalam seminggu)
Berdasarkan diagram diatas, didapatkan data bahwa 44,4% perawat
selalu didampingi kepala ruangan saat serah terima tugas/operan, 41,7%
perawat sering didampingi kepala ruangan saat serah terima tugas/operan
dan 5,8% perawat jarang didampingi kepala ruangan saat serah terima
tugas/operan
38

Diagram 9. Distribusi frekuensi melakukan pengkajian pada pasien

Keterangan :
Tidak Pernah (0)
Jarang (1-2 kali dalam seminggu)
Sering (3-5 kali dalam seminggu)
Selalu (6-7 kali dalam seminggu)
Berdasarkan diagram diatas, didapatkan data bahwa mayoritas
77,8% perawat selalu melakukan pengkajian pada pasien dan 22,2%
sering melakukan pengkajian pada pasien.
Diagram 10. Distribusi frekuensi merumuskan diagnosa keperawatan
setelah pengkajian pasien

Keterangan :
Tidak Pernah (0)
Jarang (1-2 kali dalam seminggu)
39

Sering (3-5 kali dalam seminggu)


Selalu (6-7 kali dalam seminggu)
Berdasarkan diagram diatas, didapatkan data bahwa mayoritas
72,2% perawat selalu merumuskan diagnosa keperawatan setelah
pengkajian pasien dan 27,8% sering merumuskan diagnosa keperawatan
setelah pengkajian pasien.
Diagram 11. Distribusi frekuensi menyusun rencana tindakan
keperawatan

Keterangan :
Tidak Pernah (0)
Jarang (1-2 kali dalam seminggu)
Sering (3-5 kali dalam seminggu)
Selalu (6-7 kali dalam seminggu)
Berdasarkan diagram diatas, didapatkan data bahwa mayoritas
77,8% perawat selalu menyusun rencana tindakan keperawatan dan
sebesar 22,2% perawat sering menyusun rencana tindakan keperawatan.
Diagram 12. Distribusi frekuensi melakukan implementasi keperawatan
40

Keterangan :
Tidak Pernah (0)
Jarang (1-2 kali dalam seminggu)
Sering (3-5 kali dalam seminggu)
Selalu (6-7 kali dalam seminggu)
Berdasarkan diagram diatas, didapatkan data bahwa mayoritas
77,8% perawat selalu melakukan implementasi keperawatan dan 22,2%
sering melakukan implementasi keperawatan.
Diagram 13. Distribusi frekuensi mengevaluasi tindakan keperawatan
yang telah dilakukan

Keterangan :
Tidak Pernah (0)
Jarang (1-2 kali dalam seminggu)
Sering (3-5 kali dalam seminggu)
41

Selalu (6-7 kali dalam seminggu)


Berdasarkan diagram diatas, didapatkan data bahwa mayoritas
72,2% perawat selalu mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah
dilakukan dan 27,8% sering mengevaluasi tindakan keperawatan yang
telah dilakukan.
Diagram 14. Distribusi frekuensi pendokumentasian proses keperawatan
yang telah dilakukan

Keterangan :
Tidak Pernah (0)
Jarang (1-2 kali dalam seminggu)
Sering (3-5 kali dalam seminggu)
Selalu (6-7 kali dalam seminggu)
Berdasarkan diagram diatas, didapatkan data bahwa mayoritas
76,5% perawat selalu melakukan pendokumentasian proses keperawatan
yang telah dilakukan dan 23,5% sering melakukan pendokumentasian
proses keperawatan yang telah dilakukan.
Diagram 15. Distribusi frekuensi merasa pendokumentasian
keperawatan sangat menyita waktu
42

Keterangan :
Tidak Pernah (0)
Jarang (1-2 kali dalam seminggu)
Sering (3-5 kali dalam seminggu)
Selalu (6-7 kali dalam seminggu)
Berdasarkan diagram diatas, didapatkan data bahwa 66,7% perawat
tidak pernah merasa pendokumentasian keperawatan sangat menyita
waktu, 16,7% jarang merasa pendokumentasian keperawatan sangat
menyita waktu, 11,1% sering merasa pendokumentasian keperawatan
sangat menyita waktu dan 5,5% selalu merasa pendokumentasian
keperawatan sangat menyita waktu.
Diagram 16. Distribusi frekuensi bertanggung jawab dalam memberikan
asuhan keperawatan yang utuh kepda beberapa pasien, sejak pasien
masuk hingga pulang
43

Keterangan :
Tidak Pernah (0)
Jarang (1-2 kali dalam seminggu)
Sering (3-5 kali dalam seminggu)
Selalu (6-7 kali dalam seminggu)
Berdasarkan diagram diatas, didapatkan data bahwa mayoritas
55,6% perawat menjawab selalu bertanggung jawab dalam memberikan
asuhan keperawatan yang utuh kepada beberapa pasien sejak pasien
masuk hingga pulang 16,7% menjawab sering, 16,7% menjawab jarang
dan 11,1% menjawab tidak pernah bertanggung jawab dalam
memberikan asuhan keperawatan yang utuh kepada beberapa pasien
sejak pasien masuk hingga pulang.
Diagram 17. Distribusi frekuensi merasa metode tim tidak efektif
dilaksanakan
44

Keterangan :
Tidak Pernah (0)
Jarang (1-2 kali dalam seminggu)
Sering (3-5 kali dalam seminggu)
Selalu (6-7 kali dalam seminggu)
Berdasarkan diagram diatas, didapatkan data bahwa mayoritas
72,2% perawat menjawab tidak pernah merasa metode tim tidak efektif
dilaksanakan, 22,2% menjawab sering merasa metode tim tidak efektif
dilaksanakan dan 5,6% menjawab selalu merasa metode tim tidak efektif
dilaksanakan.
Diagram 18. Distribusi frekuensi melaksanakan asuhan keperawatan
berdasarkan standar asuhan keperawatan (SAK) yang tersedia di
ruangan

Keterangan :
Tidak Pernah (0)
Jarang (1-2 kali dalam seminggu)
Sering (3-5 kali dalam seminggu)
Selalu (6-7 kali dalam seminggu)
Berdasarkan diagram diatas, didapatkan data bahwa mayoritas
77,8% perawat selalu melaksanakan asuhan keperawatan berdasarkan
standar asuhan keperawatan (SAK) yang tersedia di ruangan dan 22,2%
45

sering melaksanakan asuhan keperawatan berdasarkan standar asuhan


keperawatan (SAK) yang tersedia di ruangan.
Diagram 19. Distribusi frekuensi melaksanakan asuhan keperawatan
karena ingin meningkatkan kemampuan professional

Keterangan :
Tidak Pernah (0)
Jarang (1-2 kali dalam seminggu)
Sering (3-5 kali dalam seminggu)
Selalu (6-7 kali dalam seminggu)

Berdasarkan diagram diatas, didapatkan data bahwa mayoritas


72,2% perawat selalu melaksanakan asuhan keperawatan karena ingin
meningkatkan kemampuan professional, 22,2% perawat sering
melaksanakan asuhan keperawatan karena ingin meningkatkan
kemampuan professional dan 5,6% perawat jarang melaksanakan asuhan
keperawatan karena ingin meningkatkan kemampuan professional.
Diagram 20. Distribusi frekuensi melaksanakan asuhan keperawatan
berdasarkan standar operasional prosedur (SOP) yang tersedia di
ruangan
46

Keterangan :
Tidak Pernah (0)
Jarang (1-2 kali dalam seminggu)
Sering (3-5 kali dalam seminggu)
Selalu (6-7 kali dalam seminggu)
Berdasarkan diagram diatas, didapatkan data bahwa mayoritas
83,3% perawat selalu melaksanakan asuhan keperawatan berdasarkan
standar operasional prosedur (SOP) yang tersedia di ruangan, 5,6%
menjawab sering, 5,6% menjawab jarang dan 5,6% menjawab tidak
pernah melaksanakan asuhan keperawatan berdasarkan standar
operasional prosedur (SOP) yang tersedia di ruangan.
Diagram 21. Distribusi frekuensi melaksanakan asuhan keperawatan
karena takut dihukum oleh atasan saya bila tidak melaksanakannya
47

Keterangan :
Tidak Pernah (0)
Jarang (1-2 kali dalam seminggu)
Sering (3-5 kali dalam seminggu)
Selalu (6-7 kali dalam seminggu)
Berdasarkan diagram diatas, didapatkan data bahwa mayoritas
83,3% perawat tidak pernah melaksanakan asuhan keperawatan karena
takut dihukum oleh atasan apabila tidak melaksanakannya, 11,1%
perawat jarang melaksanakan asuhan keperawatan karena takut dihukum
oleh atasan apabila tidak melaksanakannya dan 5,6% perawat sering
melaksanakan asuhan keperawatan karena takut dihukum oleh atasan
apabila tidak melaksanakannya.
Diagram 22. Distribusi frekuensi memberikan masukan atau ide kepada
atasan saya dalam upaya peningkatan pelayanan kepada pasien

Keterangan :
Tidak Pernah (0)
Jarang (1-2 kali dalam seminggu)
Sering (3-5 kali dalam seminggu)
Selalu (6-7 kali dalam seminggu)
Berdasarkan diagram diatas, didapatkan data bahwa 50% perawat
sering memberikan masukan atau ide kepada atasan dalam upaya
48

peningkatan pelayanan kepada pasien, 22,2% selalu memberikan


masukan atau ide kepada atasan dalam upaya peningkatan pelayanan
kepada pasien, 22,2% yang menjawab jarang memberikan masukan atau
ide kepada atasan dalam upaya peningkatan pelayanan kepada pasien dan
5,6% perawat menjawab tidak pernah memberikan masukan atau ide
kepada atasan dalam upaya peningkatan pelayanan kepada pasien.
Diagram 23. Distribusi frekuensi menghargai sesama rekan sejawat
perawat

Keterangan :
Tidak Pernah (0)
Jarang (1-2 kali dalam seminggu)
Sering (3-5 kali dalam seminggu)
Selalu (6-7 kali dalam seminggu)
Berdasarkan diagram diatas, didapatkan data bahwa mayoritas
55,6% perawat selalu menghargai sesama rekan sejawat perawat dan
44,4% perawat menjawab sering menghargai sesama rekan sejawat
perawat.
Diagram 24. Distribusi frekuensi menerima umpan balik/ masukan atas
penampilan kerja perawat
49

Keterangan :
Tidak Pernah (0)
Jarang (1-2 kali dalam seminggu)
Sering (3-5 kali dalam seminggu)
Selalu (6-7 kali dalam seminggu)
Berdasarkan diagram diatas, didapatkan data bahwa mayoritas
55,6% perawat sering menerima umpan balik/masukan atas penampilan
kerja perawat, 33,3% perawat selalu menerima umpan balik/masukan
atas penampilan kerja perawat, 5,6% perawat jarang menerima umpan
balik/masukan atas penampilan kerja perawat dan 5,6% perawat tidak
pernah menerima umpan balik/masukan atas penampilan kerja perawat.
Diagram 25. Distribusi frekuensi mengikuti rapat/pertemuan rutin di
ruangan
50

Keterangan :
Tidak Pernah (0)
Jarang (1-2 kali dalam seminggu)
Sering (3-5 kali dalam seminggu)
Selalu (6-7 kali dalam seminggu)
Berdasarkan diagram diatas, didapatkan data bahwa mayoritas
66,7% perawat selalu mengikuti rapat/pertemuan rutin di ruangan, 27,8%
perawat sering mengikuti rapat/pertemuan rutin di ruangan dan 5,6%
perawat jarang mengikuti rapat/pertemuan rutin di ruangan.
Diagram 26. Distribusi frekuensi merasa ada kesempatan
pengembangan karir di rumah sakit ini

Keterangan :
Tidak Pernah (0)
Jarang (1-2 kali dalam seminggu)
Sering (3-5 kali dalam seminggu)
Selalu (6-7 kali dalam seminggu)
Berdasarkan diagram diatas, didapatkan data bahwa mayoritas
55,6% perawat sering merasa ada kesempatan pengembangan karir di
rumah sakit ini, 38,9% perawat jarang merasa ada kesempatan
pengembangan karir di rumah sakit ini, dan 5,6% perawat selalu merasa
ada kesempatan pengembangan karir di rumah sakit ini.
51

Diagram 27. Distribusi frekuensi menyelesaikan masalah yang dihadapi


dengan bantuan atasan

Keterangan :
Tidak Pernah (0)
Jarang (1-2 kali dalam seminggu)
Sering (3-5 kali dalam seminggu)
Selalu (6-7 kali dalam seminggu)
Berdasarkan diagram diatas, didapatkan data bahwa mayoritas
44,4% perawat selalu menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan
bantuan atasannya, 38,9% perawat sering menyelesaikan masalah yang
dihadapi dengan bantuan atasannya, dan 16,7% perawat jarang
menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan bantuan atasannya.
Diagram 28. Distribusi frekuensi bekerja berdasarkan klasifikasi/berat
ringannya kondisi pasien
52

Keterangan :
Tidak Pernah (0)
Jarang (1-2 kali dalam seminggu)
Sering (3-5 kali dalam seminggu)
Selalu (6-7 kali dalam seminggu)
Berdasarkan diagram diatas, didapatkan data bahwa mayoriyas
44,4% perawat tidak pernah bekerja berdasarkan klasifikasi/berat
ringannya kondisi pasien, 22,2% perawat selalu bekerja berdasarkan
klasifikasi/berat ringannya kondisi pasien, 16,7% perawat jarang bekerja
berdasarkan klasifikasi/berat ringannya kondisi pasien dan 16,7%
perawat sering bekerja berdasarkan klasifikasi/berat ringannya kondisi
pasien.
Diagram 29. Distribusi frekuensi melakukan pekerjaan karena
mengharapkan jasa perawatan (insentif)

Keterangan :
Tidak Pernah (0)
Jarang (1-2 kali dalam seminggu)
Sering (3-5 kali dalam seminggu)
Selalu (6-7 kali dalam seminggu)
Berdasarkan diagram diatas, didapatkan data bahwa 50% perawat
tidak pernah melakukan pekerjaan karena mengharapkan jasa perawatan
53

(insentif), 33,3% perawat jarang melakukan pekerjaan karena


mengharapkan jasa perawatan (insentif), 11,1% perawat sering
melakukan pekerjaan karena mengharapkan jasa perawatan (insentif),
5,6% perawat selalu melakukan pekerjaan karena mengharapkan jasa
perawatan (insentif),
Diagram 30. Distribusi frekuensi mengikuti diskusi kasus di ruangan

Keterangan :
Tidak Pernah (0)
Jarang (1-2 kali dalam seminggu)
Sering (3-5 kali dalam seminggu)
Selalu (6-7 kali dalam seminggu)
Berdasarkan diagram diatas, didapatkan data bahwa mayoritas
77,8% perawat sering mengikuti diskusi kasus di ruangan, 16,7 perawat
selalu mengikuti diskusi kasus di ruangan dan 5,6% perawat jarang
mengikuti diskusi kasus di ruangan.
Diagram 31. Distribusi frekuensi bekerja sesuai dengan kompetensi yang
dimiliki
54

Keterangan :
Tidak Pernah (0)
Jarang (1-2 kali dalam seminggu)
Sering (3-5 kali dalam seminggu)
Selalu (6-7 kali dalam seminggu)
Berdasarkan diagram diatas, didapatkan data bahwa 50% atau
setengah perawat di ruang Dahlia selalu bekerja sesuai dengan
kompetensi yang dimiliki dan setengah lainnya sering bekerja sesuai
dengan kompetensi yang dimiliki.
Diagram 32. Distribusi frekuensi memberikan pendidikan kesehatan
kepada pasien

Keterangan :
Tidak Pernah (0)
Jarang (1-2 kali dalam seminggu)
55

Sering (3-5 kali dalam seminggu)


Selalu (6-7 kali dalam seminggu)
Berdasarkan diagram diatas, didapatkan data bahwa mayoritas
61,1% perawat sering memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien
baru, 33,3% perawat selalu memberikan pendidikan kesehatan kepada
pasien baru, dan 5,6% perawat jarang memberikan pendidikan kesehatan
kepada pasien baru.
Diagram 33. Distribusi frekuensi merasa perlu pengembangan karir bagi
perawat agar dapat meningkatkan motivasi

Keterangan :
Tidak Pernah (0)
Jarang (1-2 kali dalam seminggu)
Sering (3-5 kali dalam seminggu)
Selalu (6-7 kali dalam seminggu)
Berdasarkan diagram diatas, didapatkan data bahwa 50% atau
setengah perawat sering merasa perlu pengembangan karir bagi perawat
agar dapat meningkatkan motivasi, 44,4% perawat selalu merasa perlu
pengembangan karir bagi perawat agar dapat meningkatkan motivasi dan
5,6% perawat jarang merasa perlu pengembangan karir bagi perawat agar
dapat meningkatkan motivasi.
Diagram 34. Distribusi frekuensi diberi penghargaan sesuai kompetensi
yang di miliki
56

Keterangan :
Tidak Pernah (0)
Jarang (1-2 kali dalam seminggu)
Sering (3-5 kali dalam seminggu)
Selalu (6-7 kali dalam seminggu)
Berdasarkan diagram diatas, didapatkan data bahwa mayoritas
55,6% perawat menjawab sering diberi penghargaan sesuai kompetensi
yang dimiliki, 16,7% perawat menjawab selalu diberi penghargaan sesuai
kompetensi yang dimiliki, 16,7% perawat menjawab jarang diberi
penghargaan sesuai kompetensi yang dimiliki dan 11,1% perawat
menjawab tidak pernah diberi penghargaan sesuai kompetensi yang
dimiliki.
Diagram 35. Distribusi frekuensi merasa penilaian penampilan kerja
tidak mempengaruhi motivasi dalam bekerja
57

Keterangan :
Tidak Pernah (0)
Jarang (1-2 kali dalam seminggu)
Sering (3-5 kali dalam seminggu)
Selalu (6-7 kali dalam seminggu)
Berdasarkan diagram diatas, didapatkan data bahwa mayoritas
55,6% perawat tidak pernah merasa penilaian penampilan kerja tidak
mempengaruhi motivasi dalam bekerja, 27,8% perawat sering merasa
penilaian penampilan kerja tidak mempengaruhi motivasi dalam bekerja
dan 16,7 perawat jarang merasa penilaian penampilan kerja tidak
mempengaruhi motivasi dalam bekerja.
BAB IV
ANALISA DATA DAN PERENCANAAN

A. Analisa SWOT
Strength Weakness Opportunities Threat
KET
(Kekuatan) (Kelemahan) (Peluang) (Ancaman)
M 1. Kepala 1. Masih 1. Adanya 1. Adanya
A ruangan Dahlia terdapat standar tanggung
N memiliki latar beberapa operasional jawab dan
A belakang S1 perawat di prosedur tanggung
G Kep + Ners ruang (SOP) yang gugat terhadap
E dan sudah Dahlia telah kinerja
M berpengalaman yang ditetapkan perawat.
N kerja di RSUD berjenjang oleh rumah
T Arifin Achmad D3 sakit
selama 22 keperawat 2. Adanya
tahun dan an standar
sebagai kepala 2. Belum Asuhan
ruang operasi optimalny Keperawata
sudah a n (SAK)
berpengalaman terhadap yang telah
selama 4 pelaksana ditetapkan
tahun, sebagai an 6 SKP oleh rumah
kepala ruangan terkhusus sakit
Dahlia selama SKP 1, 4 3. Kewenanga
5 bulan. dan 5 n kepala
2. Pelatihan yang 3. Belum ruangan
telah diikuti optimalny untuk
oleh kepala a membuat
ruangan Dahlia pengguna perencanaan
adalah an APD tenaga
Keterampilan pemberian keperawatan

58
dasar kamar obat dan
operasi, kemoterap perencanaan
Manajemen i pengemban
kamar operasi, gan staf
TOT kamar 4. Adanya
operasi, pengemban
Perawatan gan
dasar urologi, keahlian/pel
BTCLS, atihan
Pasien Safety, anggota
Universal perawat di
precaution ruangan
3. Terlaksananya Dahlia
komunikasi dengan
yang baik pertimbanga
antar profesi di n kepala
ruang Dahlia ruangan.
4. Perawat di
ruangan Dahlia
berlatar
belakang
pendidikan S1
Ners sebanyak
13 orang
DIII
keperawatan
sebanyak 6
orang
DIII kebidanan
sebanyak 3
orang

59
5. Sudah menjadi
rumah sakit
terakreditasi
dan paripurna.
6. Beberapa
perawat di
ruangan Dahlia
mengikuti
pelatihan yang
bersertifikasi
seperti
BTCLS,
Pencegahan
dasar, dsb.
M 1. Pembiayaan 1. Sarana 1. Adanya 1. Biaya
O yang dilakukan dan alokasi dana pemeliharaan
N oleh pasien prasarana untuk dan pengadaan
E sebagian besar RS sudah pengembang sarana dan
Y menggunakan ada tapi an staff prasarana yang
asuransi jumlahnya melalui terus
kesehatan masih pelatihan meningkat.
seperti BPJS, kurang. 2. Adanya 2. Adanya
dsb. 2. Pembagia kebijakan tuntutan dari
2. Gaji karyawan n insentif pihak RSUD masyarakat
didapatkan staf hanya Arifin untuk
dari RS setiap diberikan Achmad mendapatkan
bulan. pada staf tentang pelayanan yang
3. Adanya dengan standar lebih
insentif kepada kinerja perlengkapa profesional.
staf sebagai terbaik n ruang 3. Adanya rumah
benuk pasien. sakit lain yang

60
penghargaan 3. Adanya berada di kota
fasilitas pekanbaru
ruangan yang memiliki
yang pelayanan yang
menyesuaika sama serta
n kondisi sistem
kesehatan pelayanan
pasien. asuransi
4. Kepala kesehatan yang
ruangan berjenjang.
dilibatkan 4. Banyaknya
dalam rumah sakit
membuat lainnya yang
perencanaan menerima
kebutuhan pelayanan
alat ruangan menggunakan
5. Adanya tarif asuransi
pembayaran kesehatan
sesuai (BPJS, dll).
standar.
M 1. Tersedia 1. Belum 1. Adanya 1. Meningkatnya
E pedoman resmi optimalny kebijakan kesadaran
T asuhan a RS untuk masyarakat
H keperawatan pelaksana memperbaik akan
O dan SOP an i system pelayanan
D tindakan. pemantaua kerja yang
2. Tersedia n infus menjadi berkualitas
pedoman pasien lebih 2. Adanya UU
penilaian staff. 2. Belum profesional perlindungan
3. Tersedia optimalny 2. Adanya konsumen
program a kebijakan 3. Meningkatnya

61
pengembangan pengatura setiap untuk kesadaran
staff. n menyusun masyarakat
4. Tersedia penempata perencanaan akan aspek
standar n obat kebutuhan hukum
kebijakan hak ruangan
dan kewajiban masing-
petugas dan masing
klien. 3. Adanya
5. Tersedia E- mahasiswa
MR dan buku profesi Ners
komunikasi manajemen
antar tenaga keperawatan
keperawatan 4. Adanya
diruangan. akreditasi
6. Adanya pelayanan.
struktur
organisasi
dengan model
tim sesuai
dengan peran
masing
masing.
7. Sudah ada
program
jenjang karir
yang dapat
diikuti seluruh
perawat
8. Adanya
program
orientasi

62
tenaga
kesehatan
untuk staf
baru.
9. Dilakukannya
kegiatan
Ronde
keperawatan
satu kali dalam
seminggu
M 1. Sudah ada 1. Tingginya 1. Kepala 1. Terdapat
A pemisah kebutuhan ruangan rumah sakit
T tempat sampah pelayanan terlibat lain yang
E yang sesuai sehingga dalam mempunyai
R dengan jenis rata-rata perencanaan sarana dan
I sampah tempat logistic prasarana yang
A 2. Sudah tidur yang untuk lebih lengkap
L optimalnya terpakai ruangan
klasifikasi selalu
pasien melebihi
berdasarkan batas atau
tingkat lebih dari
ketergantunga 100%
n 2. Belum
3. Adanya lemari optimalny
penyimpanan a
obat untuk penggunaa
semua pasien n lemari
obat

M 1. Status rumah - 1. Mempunyai 1. Persaingan

63
A sakit di visi misi antar RS
R Pekanbaru menjadi RS lainnya dalam
K sebagai rumah pusat memberikan
E sakit rujukan rujukan dan pelayanan
T yang berdaya kesehatan.
menampung saing 2. Persaingan
pasien dari internasional dengan
berbagai . masuknya
daerah dengan perawat
menggunakan dengan latar
jasa asuransi belakang
yang pendidikan
menerima yang lebih
pasien (BPJS, tinggi.
dll). 3. Tuntutan yang
lebih tinggi
dari
masyarakat
untuk
mendapatkan
pelayanan
kesehatan yang
profesional

B. Analisa Data
No Data Masalah
1 Hasil wawancara: Kepatuhan dalam
1. Berdasarkan hasil wawancara, 10/10 pasien dan penerapan SKP
keluarga di ruang Dahlia mengatakan bahwa Ke-5 (pencegahan
mereka mengetahui kebijakan cuci tangan di rumah infeksi nasokomial)
sakit, namun 9/10 mengatakan tidak melakukan belum optimal

64
cuci tangan sesuai dengan yang dianjurkan dan
belum mengetahui 6 langkah cuci tangan yang baik
dan benar.
2. Berdasarkan hasil wawancara, 10/10 pasien dan
keluarga di ruang Dahlia tidak mengetahui tentang
etika batuk dan bersin serta tidak menerapkan etika
batuk dan bersin yang baik dan benar.
3. Berdasarkan hasil wawancara dengan perawat
ruang Dahlia, setiap keluarga pasien sudah
menandatangani form KIE (komunikasi informasi
edukasi) yang menjelaskan bahwa keluarga sudah
menerima informasi mengenai pencegahan infeksi
dirumah sakit, seperti tindakan cuci tangan dan
etika batuk.

Hasil observasi:
1. Tampak keluarga tidak mencuci tangan 5 momen
dan tidak melakukan 6 langkah mencuci tangan
2. Terlihat pasien dengan keluhan batuk tidak
melakukan etika batuk
3. Terlihat sudah terpasang handsanitizer disetiap
pintu masuk ruangan

2 Hasil wawancara : Kepatuhan dalam


1. Berdasarkan hasil wawancara dengan pasien dan penerapan SKP
keluarga, 2/10 pasien dan keluarga mengetahui Ke-1 (identifikasi

65
bahwa yang digunakan pasien adalah gelang pasien secara
identitas, namun 10/10 pasien kurang mengetahui benar) belum
kegunaan gelang identitas optimal

Hasil observasi:
1. Terlihat perawat sudah menjelaskan dengan baik
terkait penggunaan gelang identitas
2. Terlihat perawat menggunakan komunikasi aktif
dengan menanyakan minimal 2 identitas pasien

3 Hasil wawancara: Belum optimalnya


1. Berdasarkan hasil wawancara, perawat mengatakan pengorganisasian
kesulitan dalam mencari obat serta penempatan logistic farmasi
obat tidak efektif dan efisien
2. Berdasarkan hasil wawancara, perawat
mengeluhkan alat kesehatan, terutama yang
berhubungan dengan logistic farmasi sulit dicari di
ruang tindakan
Hasil observasi:
1. Terlihat belum optimalnya penggunaan lemari obat
2. Terlihat lemari dengan penamaan barang namun
belum tersusun dengan baik sesuai namanya
3. Terlihat perawat, tenaga medis dan mahasiswa
prakik lainnya beberapa kali kesulitan mencari
peralatan di ruang tindakan

66
67
C. Skoring Prioritas Masalah
PETUNJUK SKORING
Kepatuhan dalam penerapan Kepatuhan dalam penerapan Belum optimalnya
Keterangan SKP Ke-5 (pencegahan infeksi SKP Ke-1 (identifikasi pasien pengorganisasian logistic
nasokomial) belum optimal secara benar) belum optimal farmasi
Kesadaran tenaga medis 9
7 9
terhadap masalah
Motivasi tenaga medis dalam 9
menyelesaikan masalah 8 8

Kemampuan tenaga medis 8


untuk mempengaruhi atau 9 8
memberikan solusi
Tersedianya keahlian untuk 8
menyelesaikan masalah 8 7
kesehatan
Keparahan atau keseriusan 7
masalah jika tidak 7 7
diselesaikan
Kecepatan masalah dapat 7
8 7
diatasi
TOTAL 47 46 48
Kriteria Nilai : 1-3 = Rendah, 4-6 = Sedang, 7-10 Tinggi

68
Berdasarkan hasil skoring yang telah dilakukan, maka didapatkan prioritas masalah yang akan diselesaikan adalah sebagai
berikut:
1. Belum optimalnya pengorganisasian logistic farmasi
2. Kepatuhan pasien dan keluarga dalam penerapan SKP Ke-5 (pencegahan infeksi nasokomial) belum optimal
3. Kurang optimalnya pengetahuan pasien dan keluarga terhadap kegunaan gelang identitas pasien

69
D. Planning Of Action

PLANNING OF ACTION
Kegiatan Manajemen Keperawatan
Di Ruang Dahlia RSUD Arifin Achmad Pekanbaru
Periode 31 Oktober – 25 November 2023

Intervensi
No. Diagnosa Tujuan PJ
Rencana Sasaran
1 Belum optimalnya Setelah dilakukan intervensi a. Perbaharui dan atur kembali Perawat, PJ Perawat
pengorganisasian logistic selama 2 minggu diharapkan: lemari obat sesuai mahasiswa
farmasi perawat pelaksana dan pembagiannya PJ
mahasiswa yang sedang praktek b. Sediakan prasarana untuk Mahasiswa
di Ruang Dahlia dapat mengatasi keluhan peralatan 1. Dinda
mengorganisasikan obat, alat yang hilang atau tercecer Bucira
kesehatan dan logistic farmasi c. Perbaharui dan tata kembali Alma
lainnya sesuai pada tempat yang label dan tata letak instrument 2. Khoiriah
telah disediakan. d. Habituasi pengorganisasian Nst
logistic farmasi sesuai tempat
yang sudah ditentukan
2 Kepatuhan pasien dan Setelah dilakukan intervensi a. Evaluasi dan rencanakan Pasien, PJ Perawat
keluarga dalam selama 2 minggu diharapkan: kembali bersama staf ruang keluarga
penerapan SKP Ke-5 1. Pasien dan keluarga 100 % Dahlia terkait kegiatan pasien, PJ
(pencegahan infeksi mengetahui pencegahan edukasi cuci tangan 6 langkah Mahasiswa
nasokomial) belum infeksi nasokomial dengan untuk pasien dan keluarga 1. Fikri
optimal cara cuci tangan 6 langkah b. Edukasi terkait 6 langkah cuci Erwanto
2. Pasien dan keluarga 90% dapat tangan kepada pasien dan 2. Wella

70
memahami terkait cuci tangan keluarga Susantri
6 langkah c. Observasi cuci tangan 6
langkah keluarga sebelum dan
sesudah mengunjungi pasien
3 Kurang optimalnya Setelah dilakukan intervensi a. Edukasi terkait pentingnya Pasien, PJ Perawat
pengetahuan pasien dan selama 2 minggu diharapkan: gelang identitas klien dan keluarga,
keluarga terhadap 1. Pasien dan keluarga 100% maksimalkan pemanfaatan PJ
kegunaan gelang mengetahui terkait fungsi media edukasi dari rumah Mahasiswa
identitas pasien gelang identitas sakit terkait pentingnya 1. Safdara
2. Pasien selalu menggunakan pengidentifikasian pasien. Tika
atau dapat terbiasa b. Habituasi pasien dan keluarga 2. Hajar
menunjukkan gelang identitas untuk berpartisipasi dalam Adhara
sebelum menerima tindakan komunikasi aktif
(menanyakan minimal 2
identitas pasien sebelum
tindakan) yang dilakukan oleh
perawat atau tenaga medis
lainnya

71
PLANNING OF ACTION (POA)
KEGIATAN PRAKTEK PROFESI MANAJEMEN KEPERAWATAN
DIRUANG DAHLIA RSUD ARIFIN ACHMAD

Minggu ke 1 Minggu ke 2 Minggu ke 3 Minggu ke 4


30 okt- 4 nov 6-11 nov 2023 13-18 nov 2023 19-25 nov 2023
No Tahapan 2023

1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6

1. Bimbingan dan persamaan persepsi


2. Orientasi ruangan
3. Pengkajian dan pengumpulan data
4. Menganaslisis data dengan pendekatan SWOT

5. Menyusun rencana strategis

6. Persentasi hasil pengumpulan data dalam POA


7. Implementasi pengorganisasian logistic farmasi
8. Implementasi pencegahan infeksi nasokomial

Implementasi tentang pengetahuan pasien dan


9.
keluarga terkait fungsi gelang identitas

10. Melakukan ROLE PLAY

72
11. Evaluasi
12. Ronde Keperawatan
13 Seminar Presentasi Akhir
14. Penutupan

73
BAB V
PEMBAHASAN

Bab ini akan dibahas mengenai analisa dari masing-masing tahapan yang
telah dilakukan pada Praktik Profesi Manajemen Keperawatan di Ruangan Dahlia
RSUD Arifin Achmad. Analisa ini ditampilkan berdasarkan Analisa SWOT yang
meliputi kekuatan, kelemahan, kesempatan, dan ancaman terhadap masing-
masing kegiatan.
A. Tahap Persiapan
Pelaksanakan kegiatan Praktik Profesi Manajemen Keperawatan
merupakan kegiatan yang berorientasi pada manajemen pelayanan kesehatan
di rumah sakit. Tahap persiapan yang dilalui oleh mahasiswa meliputi
orientasi ruangan, pembuatan kuesioner untuk pengumpulan data serta
persentasi awal. Setelah lahan praktik ditinjau, mahasiswa mulai
pengumpulan data untuk meninjau permasalahan yang ada di ruangan Dahlia
dengan cara menyebarkan kuesioner dan wawancara kepada Kepala Ruangan,
ketua tim, perawat ruangan dan keluarga pasien.
Analisa SWOT
1. Kekuatan
a. Adanya kerjasama yang baik antara mahasiswa untuk mempersiapkan
kegiatan secara bersama-sama.
b. Adanya bimbingan yang diberikan oleh preseptor praktik profesi
manajemen keperawatan.
c. Adanya dukungan dan kerjasama yang baik dari pegawai di ruangan
Dahlia RSUD Arifin Achmad.
2. Kelemahan
a. Kesulitan merumuskan masalah yang ada dikarenakan pengkajian
dengan aspek yang menyeluruh
3. Kesempatan
a. Adanya dukungan dari preseptor akademik dan preseptor klinik serta
staf ruangan dahlia.

74
75

b. Adanya dukungan dari pihak rumah sakit.


c. Adanya dukungan dari pasien dan keluarga pasien.
4. Ancaman
Tidak dirasakan adanya ancaman pada tahap persiapan

B. Tahap Pengkajian
Tahap pengkajian dilakukan dengan beberapa metode diantaranya adalah
penyebaran kuesioner pada perawat secara online, wawancara kepada Kepala
Ruangan, serta melakukan observasi terhadap lingkungan wilayah kerja
ruangan Dahlia kemudian melakukan perumusan masalah dan
memprioritaskan masalah bersama perawat ruangan pada saat presentasi
awal. Teknik pengkajian yang dilakukan oleh mahasiswa adalah
menyebarkan kuesioner pada seluruh perawat pelaksana dan mewawancarai
beberapa keluarga pasien.
Analisis SWOT
1. Kekuatan
a. Mayoritas perawat ruangan berpartisipasi aktif dalam memberikan
informasi selama pengumpulan data.
b. Adanya dukungan positif dari kepala ruangan serta perawat ruangan di
Dahlia.
c. Adanya dukungan dari pasien dan keluarga pasien dalam proses
pengumpulan data.
d. Tersedianya alat pengumpulan data berupa kuesioner baku.
2. Kelemahan
Keterbatasan waktu untuk menyebar kuesioner kepada perawat diruangan
Dahlia
3. Kesempatan
Dukungan dan kerja sama akademik dan klinik.
4. Ancaman
Tidak ditemukan adanya ancaman.
76

Berdasarkan hasil pengumpulan (penyebaran kuesioner secara online dan


wawancara) didapatkan tiga masalah di Ruangan Dahlia yaitu belum
optimalnya pengorganisasian logistic farmasi, kepatuhan pasien dan keluarga
dalam penerapan SKP Ke-5 (pencegahan infeksi nasokomial) belum optimal,
kurang optimalnya pengetahuan pasien dan keluarga terhadap kegunaan
gelang identitas pasien. Langkah selanjutnya, menetapkan prioritas masalah
yang akan diintervensi dan menyusun rencana kegiatan untuk mengatasi
masalah-masalah tersebut.

C. Prioritas Masalah
Masalah manajemen keperawatan yang ditemukan di Ruangan Dahlia
adalah sebagai berikut:
1. Belum optimalnya pengorganisasian logistic farmasi
2. Kepatuhan pasien dan keluarga dalam penerapan SKP Ke-5 (pencegahan
infeksi nasokomial) belum optimal
3. Kurang optimalnya pengetahuan pasien dan keluarga terhadap kegunaan
gelang identitas pasien

D. Tahap Intervensi
Setelah didapatkan masalah manajemen keperawatan di Ruangan Dahlia
RSUD Arifin Achmad maka langkah selanjutnya adalah merumuskan
perencanaan Planning Of Action (POA) untuk mengatasi masalah tersebut,
POA dipaparkan melalui persentasi awal.
Adapun rencana intervensi dari kegiatan yang akan dilakukan adalah :
NO MASALAH INTERVENSI
1. Belum optimalnya a. Perbaharui dan atur kembali lemari obat
pengorganisasian logistic sesuai pembagiannya
farmasi b. Sediakan prasarana untuk mengatasi
keluhan peralatan yang hilang atau
tercecer
c. Perbaharui dan tata kembali label dan tata
letak instrument
d. Habituasi pengorganisasian logistic
farmasi sesuai tempat yang sudah
77

ditentukan
e. Habituasi penggunaan bed manajement
setiap harinya
2. Kepatuhan pasien dan a. Evaluasi dan rencanakan kembali bersama
keluarga dalam penerapan staf ruang Dahlia terkait kegiatan edukasi
SKP Ke-5 (pencegahan cuci tangan 6 langkah untuk pasien dan
infeksi nasokomial) belum keluarga
optimal b. Edukasi terkait 6 langkah cuci tangan
kepada pasien dan keluarga
c. Observasi cuci tangan 6 langkah keluarga
sebelum dan sesudah mengunjungi pasien
3. Kurang optimalnya a. Edukasi terkait pentingnya gelang
pengetahuan pasien dan identitas klien dan maksimalkan
keluarga terhadap kegunaan pemanfaatan media edukasi dari rumah
sakit terkait pentingnya pengidentifikasian
gelang identitas pasien
pasien.
b. Habituasi pasien dan keluarga untuk
berpartisipasi dalam komunikasi aktif
(menanyakan minimal 2 identitas pasien
sebelum tindakan) yang dilakukan oleh
perawat atau tenaga medis lainnya

Analisis SWOT
1. Kekuatan
a. Pengetahuan mahasiswa dan perawat ruangan dalam menyusun
rencana keperawatan dan POA
b. Telah dilakukannya persentasi awal dari hasil pengkajian yang
didapatkan
c. Telah terbina kerjasama yang baik antara mahasiswa dengan pihak
ruangan Dahlia RSUD Arifin Achmad
d. Penyusunan rencana kegiatan berdasarkan kesepakatan antara
mahasiswa dan perawat ruangan
e. Adanya mahasiswa–mahasiswa lain yang berpraktik di ruangan
Dahlia sehingga dapat membantu dalam melaksanakan kegiatan yang
dilakukan
2. Kelemahan
Banyaknya tindakan keperawatan dan medis yang dilakukan kepada
pasien menyebabkan ners muda kurang maksimal dalam menerapkan
78

intervensi yang telah disusun karena waktu untuk melakukan intervensi


singkat.
3. Kesempatan
Dukungan dari pihak ruangan dalam merencanakan kegiatan yang
telah disusun, misalnya memberikan izin untuk mengubah dan mengatur
lemari obat, alat kesehatan di ruang alat, maupun bed management di
Ruang Dahlia.
4. Ancaman
Banyaknya jumlah pasien yang melebihi kapasistas ruangan
sehingga kurang optimalnya dalam pemberian asuhan keperawatan
kepada pasien.

E. Implementasi Kegiatan yang telah dilakukan


Setelah disusun perencanaan yang telah disepakati oleh kepala ruangan
dan mahasiswa, maka dilakukan tahapan implementasi dari rencana tersebut.
Pelaksanaan kegiatan pada tahap ini dilakukan selama 15 hari dengan
partisipasi pihak ruangan.
Strategi yang digunakan yaitu manajemen keperawatan, implementasi
kegiatannya, yaitu:
Masalah 1: Belum optimalnya pengorganisasian logistic farmasi
Kegiatan Hasil Kegiatan
a. Memperbarui dan Evaluasi:
mengatur kembali a. Sudah diperbarui dan diatur kembali lemari obat
lemari obat sesuai sesuai pembagiannya.
pembagiannya, Kegiatan ini dilakukan dengan menyusun kembali
dilaksanakan dari letak obat-obat sesuai dengan nama dan ruangan
tanggal 6-11 pasien, serta menyusun obat sisa sesuai dengan jenis
November 2023 obat yang sama agar mudah untuk ditemukan.
b. Menyediakan Sebelum
prasarana untuk
mengatasi keluhan
peralatan yang
hilang atau
tercecer,
dilaksanakan pada
9 November 2023
79

c. Perbarui dan tata


kembali label dan
tata letak
instrument,
dilaksanakan dari
tanggal 10-11
November 2023
d. Habituasi staf
ruangan dalam
pengorganisasian
logistic farmasi
sesuai tempat yang
sudah ditentukan,
dilaksanakan dari
tanggal 13- 22
November 2023
e. Habituasi
penggunaan bed
management denah
penempatan pasien
setiap harinya,
dilaksanakan dari
tanggal 14-22
November 2023

Sesudah
80

b. Sudah disediakan prasarana untuk mengatasi keluhan


peralatan yang hilang atau tercecer.
Kegiatan ini dilakukan dengan menyediakan kotak
dan keranjang peralatan serta menyusunnya sesuai
kebutuhan
Sebelum

Sesudah
81

c. Sudah diperbaharui dan ditata kembali label dan tata


letak instrument obat.
Kegiatan ini dilakukan dengan mendesain label dan
menempelkannya sesuai tempat yang dibutuhkan
serta menyusun tata letak agar memudahkan tindakan
Sebelum

Sesudah

d. Habituasi pengorganisasian logistic farmasi sesuai


tempat yang sudah ditentukan
82

Kegiatan ini dilakukan dengan mengingatkan


perawat dan mahasiswa yang berdinas untuk selalu
memperhatikan kebersihan dan kerapian ruang
tindakan termasuk pengorganisasian logistic farmasi.
Kegiatan ini juga diisi dengan pendelegasian
penanggungjawab logistic farmasi pada salah satu
staf, yaitu kak Nurhidayati, Amk
Hasil
Perawat pelaksana dan mahasiswa yang sedang
praktek di Ruang Dahlia dapat mengorganisasikan obat,
alat kesehatan dan logistic farmasi lainnya sesuai pada
tempat yang telah disediakan, serta menjaga kebersihan
dan kerapian ruang tindakan.
Faktor Penghambat
Masih kurang kesadaran staf ruangan Dahlia dan
mahasiswa praktik akan pentingnya kebersihan dan
kerapian ruangan sehingga masih diperlukan monitoring
rutin setiap harinya.
Faktor Pendukung
Adanya dukungan dan kerjasama yang baik dari
perawat dan pekarya di ruang dahlia dalam
mempersiapkan logistik farmasi yang diperlukan.
Rencana Tindak Lanjut
Diharapkan kepada perawat pelaksana dan seluruh
tenaga kesehatan serta mahasiswa yang praktik di
Ruang Dahlia dapat memanfaaatkan lebih lanjut
peralatan yang sudah disediakan dan melakukan
penyusunan peralatan logistik farmasi di Ruang Dahlia
sesuai pada tempatnya, serta dapat mempertahankan
kebersihan dan kerapian ruang tindakan.
Masalah 2: Kepatuhan pasien dan keluarga dalam penerapan SKP Ke-5
(pencegahan infeksi nasokomial) belum optimal
Kegiatan Hasil Kegiatan
a. Mengevaluasi dan Evaluasi:
merencanakan a. Sudah dievaluasi dan direncanakan kembali bersama
kembali bersama staf ruang dahlia terkait kegiatan edukasi cuci tangan
staf ruang Dahlia 6 langkah untuk pasien dan keluarga.
terkait kegiatan Kegiatan ini menghasilkan rencana untuk
edukasi cuci tangan meningkatkan kualitas kegiatan edukasi cuci tangan
6 langkah untuk dengan melakukan edukasi ketika pasien baru masuk
pasien dan dan tetap memberikan edukasi walaupun dengan
keluarga, pasien rawat ulang.
dilaksanakan 9
November 2023
b. Mengedukasi
terkait 6 langkah
83

cuci tangan kepada


pasien dan
keluarga secara
berulang,
dilaksanakan dari
9-22 November
2023
c. Mengobservasi
cuci tangan 6
langkah keluarga
sebelum dan b. Sudah diberikan edukasi terkait 6 langkah cuci tangan
sesudah kepada pasien dan keluarga secara berulang.
mengunjungi Kegiatan ini dilakukan setiap harinya dan difokuskan
pasien, pada pasien baru masuk.
dilaksanakan dari
9-22 November
2023
84

c. Sudah melakukan observasi cuci tangan 6 langkah


benar sebelum dan sesudah mengunjungi pasien
Kegiatan ini menunjukkan bahwa kegiatan cuci tangan
6 langkah sudah mulai diterapkan oleh pasien dan
keluarga pasien namun belum optimal.
Hasil
1. Dalam 2 minggu pelaksanakan kegiatan, pasien dan
keluarga mengetahui pencegahan infeksi nasokomial
dengan cara cuci tangan 6 langkah dengan persentase
keberhasilan sebagai berikut:
a. Minggu I sebesar 100%, dengan rincian 41 dari 41
pasien dan keluarga mengetahui pencegahan
infeksi nasokomial dengan cara cuci tangan 6
langkah
b. Minggu II sebesar 100%, dengan rincian 46 dari 46
pasien dan keluarga mengetahui pencegahan
infeksi nasokomial dengan cara cuci tangan 6
langkah
c. Minggu III sebesar 100%, dengan rincian 25 dari
25 pasien dan keluarga mengetahui pencegahan
infeksi nasokomial dengan cara cuci tangan 6
langkah
2. Dalam 2 minggu pelaksanakan kegiatan, pasien dan
keluarga memahami terkait cuci tangan 6 langkah
dengan persentase keberhasilan sebagai berikut:
a. Minggu I sebesar 56% dengan rincian 23/41 pasien
dan keluarga memahami cuci tangan 6 langkah
b. Minggu II sebesar 74% dengan rincian 34/46
pasien dan keluarga memahami cuci tangan 6
langkah
c. Minggu III sebesar 75% dengan rincian 19/21
pasien dan keluarga memahami cuci tangan 6
langkah
Faktor Penghambat
Belum melekatnya kebiasaan mencuci tangan
sehingga masih jarang terlihat pasien dan keluarga
melakukan kegiatan cuci tangan, baik menggunakan air
dan sabun maupun menggunakan handrub
85

Faktor Pendukung
Tersedianya handrub dibeberapa tempat tidur dan
didepan ruangan pasien.
Pasien di ruang Dahlia secara umum merupakan
pasien rawat ulang dan pasien dengan lama rawat ≥5
hari yang sudah mendapatkan edukasi yang cukup
tentang cuci tangan, sehingga mendukung proses
habituasi cuci tangan dirumah sakit.
Rencana Tindak Lanjut
Diharapkan proses edukasi cuci tangan pada pasien
baru dan keluarganya dapat terus digalakkan dan
diharapkan selanjutnya perawat pelaksana di Ruang
Dahlia dapat meluangkan waktu untuk melakukan
pengingat cuci tangan selama waktu operan diruangan
pasien.
Masalah 3: Kurang optimalnya pengetahuan pasien dan keluarga terhadap
kegunaan gelang identitas pasien
Kegiatan Hasil Kegiatan
a. Melakukan edukasi Evaluasi:
terkait pentingnya a. Sudah dilakukan edukasi terkait pentingnya gelang
gelang identitas identitas klien dan memaksimalkan pemanfaatan
klien dan media edukasi dari rumah sakit terkait pentingnya
memaksimalkan pengidentifikasian pasien.
pemanfaatan media Kegiatan ini dilakukan setiap harinya yang
edukasi dari rumah difokuskan pada pasien baru masuk.
sakit terkait
pentingnya
pengidentifikasian
pasien,
dilaksanakan dari
tanggal 6-22
November 2023.
b. Habituasi pasien
dan keluarga untuk
berpartisipasi b. Tampak sudah lebih terbiasa pasien dan keluarga
dalam komunikasi untuk berpartisipasi dalam komunikasi aktif yang
aktif (menanyakan dilakukan oleh perawat atau tenaga medis lainnya.
minimal 2 identitas Kegiatan ini dilakukan dengan peran aktif perawat
pasien sebelum dan tenaga medis lainnya dalam mengonfirmasi
tindakan) yang minimal 2 identitas pasien sebelum melakukan
dilakukan oleh tindakan.
perawat atau
tenaga medis
lainnya,
dilaksanakan dari
86

tanggal 6-22
November 2023.

Hasil
1. Dalam 2 minggu dilakukannya tindakan, pasien dan
keluarga mengetahui fungsi dan pentingnya gelang
identitas dengan persentase keberhasilan sebagai
berikut:
a. Minggu I sebesar 100% dengan rincian 26 dari 26
pasien baru dan keluarga mengetahui dan
memahami fungsi dan pentingnya gelang identitas
b. Minggu II sebesar 100%, dengan rincian 46 dari 46
pasien baru dan keluarga mengetahui dan
memahami fungsi dan pentingnya gelang identitas
c. Minggu III sebesar 100%, dengan rincian 25 dari
25 pasien baru dan keluarga mengetahui dan
memahami fungsi dan pentingnya gelang identitas
2. Dalam 2 minggu dilakukannya tindakan, pasien selalu
menggunakan gelang identitas, dengan persentase
keberhasilan sebagai berikut:
a. Minggu I sebesar 100% dengan rincian 212 dari
212 pasien selalu menggunakan gelang identitas
b. Minggu II sebesar 100%, dengan rincian 210 dari
210 pasien selalu menggunakan gelang identitas
c. Minggu III sebesar 100%, dengan rincian 102 dari
102 pasien selalu menggunakan gelang identitas
3. Dalam 2 minggu dilakukannya tindakan, pasien
terbiasa menunjukkan gelang identitas sebelum
menerima tindakan.
Faktor Penghambat
Standar materi edukasi yang diberikan pada setiap
pasien berbeda-beda, sehingga ditemukan perbedaan
pengetahuan yang diterima pasien.
Faktor Pendukung
Adanya dukungan dan kerjasama yang baik dengan
perawat ruangan serta mahasiswa praktik di Ruang
Dahlia
Rencana Tindak Lanjut
Diharapkan kepada perawat yang bertugas untuk
87

dapat melanjutkan edukasi terkait pentingnya gelang


identitas pasien. Diharapkan juga, perawat, tenaga medis
dan mahasiswa praktik di Ruang Dahlia dapat terus
melanjutkan penggunaan komunikasi efektif dengan
menanyakan minimal 2 identitas pasien sebelum
melakukan tindakan dengan lebih baik.
Masalah lainnya
Kegiatan Hasil Kegiatan
Pembaharuan papan Sudah ditambahkan dan diperbaharui label bed
bed manajement, management serta memulai habituasi penggunaan
dilaksankan pada 13 papan bed management
November 2023 Kegiatan ini dilakukan dengan mempersiapkan kembali
label yang sudah tidak sesuai dan menyusun denah
penempatan pasien setiap harinya.

Penambahan label Sudah ditambahkan label pasien operasi dan pasien


pasien operasi dan puasa
pasien puasa, Kegiatan ini dilakukan dengan menambahkan jumlah
dilaksankan pada 9 label pasien operasi dan pasien puasa agar
November 2023 meningkatkan efektifitas pemakaian label pasien
operasi dan pasien puasa di Ruang Dahlia.

F. Tahap Evaluasi
Implementasi keperawatan dapat dilakukan dengan baik oleh mahasiswa
karena adanya kerjasama dengan pihak ruangan.
Analisa SWOT
88

1. Kekuatan
a. Kemampuan mahasiswa dalam mengevaluasi masalah yang ditemukan
dan menyusun tindak lanjut yang dapat dilakukan.
b. Motivasi yang kuat dari pihak ruangan, pembimbing akademik dan
pembimbing klinik dan staf keperawatan di Ruangan Dahlia dalam
menyusun rencana tindak lanjut.
2. Kelemahan
a. Masih kurangnya motivasi perawat dan mahasiswa praktik dalam
melanjutkan implementasi yang telah dibuat.
b. Kurangnya waktu untuk melakukan implementasi sehingga kurangnya
pengoptimalan intervensi yang sudah disusun oleh mahasiswa.
c. Pergantian mahasiswa yang sedang melakukan praktik klinik di Ruangan
Dahlia secara cepat sehingga perlunya sosialisasi berulang.
3. Kesempatan
a. Adanya mahasiswa praktik baru yang melakukan praktik di ruangan
Dahlia sehingga dapat membantu dalam melaksanakan kegiatan
manajemen keperawatan yang telah disusun.
4. Ancaman
a. Bertambahnya pasien yang membutuhkan proses asuhan keperawatan
yang lebih komperhensif.
BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pengkajian (pengumpulan data melalui kuesioner, observasi dan metode
wawancara) dilakukan oleh ners muda dimulai dari tanggal 30 Oktober 2023
sampai 2 November 2023 terhadap kepala ruangan, perawat dan pasien serta
keluarga pasien yang ada di ruangan Dahlia RSUD Arifin Achmad.
Berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan tersebut, dapat ditarik beberapa
permasalahan manajamen keperawatan di Ruang Dahlia RSUD Arifin
Achmad yang telah disepakati bersama dengan perawat diruangan dahlia
pada saat presentasi awal tanggal 3 November 2023 yaitu:
1. Belum optimalnya pengorganisasian logistic farmasi
2. Kepatuhan pasien dan keluarga dalam penerapan SKP Ke-5 (pencegahan
infeksi nasokomial) belum optimal
3. Kurang optimalnya pengetahuan pasien dan keluarga terhadap kegunaan
gelang identitas pasien
Setelah ditemui masalah manajemen keperawatan, maka disusunlah suatu
rencana keperawatan untuk membantu mengatasi masalah-masalah yang ada.
Setelah dilakukan implementasi selama 2 minggu dari masalah yang telah
diprioritaskan, kemudian kelompok kemudian mengevaluasi kegiatan yang
telah dilakukan diruangan.

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas dapat diajukan beberapa saran yang dapat
menunjang perbaikan-perbaikan positif dikemudian hari, yaitu:
1. Perawat Ruangan
Kepada pihak ruangan diharapkan untuk tetap mempertahankan
kegiatan-kegitan yang positif yang telah terbentuk dalam membantu
meningkatkan pelayanan asuhan keperawatan yang lebih baik, serta
memberikan motivasi pada seluruh perawat diruangan Dahlia.

89
90

2. Mahasiswa Praktik Profesi Manajemen Keperawatan Universitas Riau


Diharapkan kepada mahasiswa yang akan menjalani praktik profesi
manajemen keperawatan berikutnya agar lebih meningkatkan kerjasama
mahasiswa dan pihak ruangan, serta lebih memperhatikan kondisi
ruangan dan kondisi pasien di ruang Dahlia.
3. Institusi Pendidikan
Diharapakan dapat meningkatkan fasilitas-fasilitas yang dapat
menunjang kegiatan mahasiswa Praktik Profesi Manajemen Keperawatan
Universitas Riau.

Anda mungkin juga menyukai