Anda di halaman 1dari 128

ASUHAN KEPERAWATAN KELOMPOK PADA LANSIA

DI WISMA NUSA INDAH DAN MAWAR PSTW KHUSNUL


KHOTIMAH DINAS SOSIAL PEKANBARU

DISUSUN OLEH:

1. Melvanriz Pahlevi, S. Kep 2311437741


2. Hapita Nirwani, S. Kep 2311437582
3. Siti Nurdiyanah, S. Kep 2311437603
4. Putri Silvi, S. Kep 2311437746
5. Annaya Qamara Tasman, S. Kep 2311437567
6. Rabiatun, S. Kep 2311437597
7. Anisa Herninandari, S. Kep 2311437565

PEMBIMBING:

Ns. Stephanie Dwi Guna,


M.Nurse Ns. Mira, S.Kep

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-Nya
kami dapat menyelesaikan makalah Praktik Profesi Keperawatan Gerontik ini. Dalam
pembuatan laporan ini kami banyak mendapatkan bantuan dan bimbingan dari berbagai
pihak. Pada kesempatan ini izinkan kami menyampaikan ucapan terima kasih dan
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat:
1. Prof. D. Ir. Usman Muhammad Tang, MS selaku Dekan Fakultas Keperawatan
Universitas Riau
2. Dr. Reni Zulfitri, M.Kep, Sp.Kom selaku Ketua Program Studi Pendidikan Profesi Ners
Fakultas Keperawatan Universitas Riau
3. Ns. Stephanie Dwi Guna, M.Nurse, selaku koordinator mata ajar Praktik Profesi
Keperawatan Gerontik Fakultas Keperawatan Universitas Riau dan selaku dosen
pembimbing yang telah bersedia memberikan saran, masukan, bimbingan serta
dukungan bagi kami
4. Ngadiono, S.Sos sebagai kepala PSTW Khusnul Khotimah Pekanbaru yang telah
bersedia membantu, memberikan masukan, bimbingan, saran, dan dukungan bagi
kelompok
5. Ns. Mira, S.Kep selaku pembimbing lahan yang telah bersedia memberikan saran,
masukan, bimbingan sertadukungan bagi kami
6. Staf berserta jajarannya di PSTW Khusnul Khotimah Pekanbaru yang telah membantu
dan bekerjasama dalam pelaksanaan kegiatan.
7. Lansia di wisma Nusa Indah dan Mawar PSTW Khusnul Khotimah yang telah
berpartisipasi dalam semua kegiatan sehingga kelompok menyelesaikan praktik
keperawatan gerontik ini.
Kelompok menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan. Maka dari itu, kelompok sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca
yang sifatnya membangun guna menunjang kesempurnaan penulisan makalah.

Pekanbaru, Januari 2024


Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................ii
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................2
C. Tujuan...................................................................................................................3
D. Manfaat.................................................................................................................4
BAB II ASUHAN KEPERAWATAN KELOMPOK DIKOMUNITAS....................5
A. Tinjauan.................................................................................................................5
B. Pengkajian.............................................................................................................19
C. Diagnosa Keperawatan Kelompok Lansia............................................................47
D. Intervensi Keperawatan.........................................................................................50
E. Implementasi.........................................................................................................51
F. Evaluasi.................................................................................................................56
BAB III PENUTUP.........................................................................................................58
A. Kesimpulan...........................................................................................................58
B. Saran......................................................................................................................59
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................60

ii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Preplanning..................................................................................................63
Lampiran 2. Laporan Hasil................................................................................................103

iii
A. Latar Belakang BAB I
PENDAHULUAN

Permasalahan kesehatan akan meningkat seiring bertambahnya usia. Dalam


perawatan kesehatan beberapa kelompok individu sering disebut sebagai kelompok
rentan, salah satunya adalah kelompok lansia. Lansia rentan terkena penyakit menular
maupun tidak menular. Hal ini berkaitan dengan proses menua pada lansia yang mana
dengan bertambahnya usia seseorang maka akan mengalami penurunan atau perubahan
fungsi baik dalam segi fisik, psikis, biologis, spiritual, dan sosial. Hal ini memberikan
dampak pada berbagai aspek kehidupan lansia, salah satunya yaitu kondisi kesehatan
(Fitrianti & Putri, 2018).
Kemenkes RI (2019) menyatakan bahwa Indonesia mengalami peningkatan jumlah
penduduk lansia dari 18 juta jiwa (7,56%) pada tahun 2010, menjadi 25,9 juta jiwa
(9,7%) pada tahun 2019. Dengan meningkatnya usia harapan hidup penduduk Indonesia,
maka dapatdiperkirakan bahwa insidensi penyakit degeneratif meningkat. Sementara itu
bertambahnya umur, fungsi fisiologis mengalami penurunan akibat proses degeneratif
(penuaan) sehingga penyakit tidak menular banyak muncul pada usia lanjut (Kemenkes
RI, 2016). Beberapa penyakit tidak menular yang sering terjadi pada lansia ialah penyakit
jantung, diabetes melitus, stroke, osteoporosis dan asam urat atau gout arthritis.
Gout arthritis adalah penyakit sendi yang yang diakibatkan oleh gangguan
metabolisme purin yang ditandai dengan tingginya kadar asam urat dalam darah. Kadar
asam urat yang tinggi dalam darah melebihi batas normal dapat menyebabkan
penumpukan asam urat di dalam persendian dan organ tubuh lainnya. Penumpukan asam
urat ini yang membuat sendi sakit, nyeri, dan meradang. Apabila kadar asam urat dalam
darah terus meningkat menyebabkan penderita penyakit ini tidak bisa berjalan.
Penumpukan kristal asam urat pada sendi dan jaringan sekitarnya menyebabkan
inflamasi yang menyebabkan nyeri sehingga mengganggu aktifitas penderitanya
(Akhriyansyah et al., 2019).
Gout arthritis dapat disebabkan oleh beberapa faktor risiko yang dapat
mempengaruhi terjadinya yaitu konsumsi purin berlebih, konsumsi alkohol, stress,
1
konsumsi obat-obatan, obesitas, hipertensi, dan genetik. Terlalu banyak asupan purin
membuat ginjal sulit mengeluarkan kelebihan asam urat dari tubuh, sehingga
menyebabkan asam urat menumpuk dipersendian. Asupan purin normal rentang 500-
1000 mg/hari, di bawah 500 mg/hari dikategorikan rendah dan berlebih bila diatas 1000
mg/hari (Irmawati, 2023).
World Health Organization (2017) menyatakan bahwa prevalensi gout arthritis di
dunia sebanyak 34,2% dan mengalami kenaikan pada tahun 2018 dengan jumlah
sebanyak 33,3%. Data dari Kemenkes RI (2018) prevalensi penyakit gout arthritis di
Indonesia berdasarkan diagnosis dokter adalah 15.5% ditemukan pada usia 55-64 tahun,
18.6% pada usia 65-74 tahun serta untuk usia ≥75 tahun sebanyak 18.9%. Berdasarkan
data penyakit lansia di PSTW Khusnul Khotimah Pekanbaru tahun 2023-2024,
didapatkan data sebanyak 15 orang lansia (20%) menderita gout arthritis.
Berdasarkan hasil pengkajian yang telah dilakukan, ners muda mendapatkan hasil
bahwa masalah kesehatan tertinggi di wisma Nusa Indah dan Mawar adalah gout arthritis
yaitusebanyak 4 dari 7 lansia. Beberapa penyakit lain yang dijumpai pada lansia yaitu
hipertensi, kadar kolesterol tinggi, dyspepsia dan myalgia. Setelah dilakukan pengkajian,
juga didapatkan bahwa lansia yang mempunyai gout arthritis minum obat secara teratur,
tetapi untuk penanganan secara keseluruhan dalam pencegahan komplikasi akibat gout
arthritis belum terlihat secara signifikan.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk menyusun makalah tentang
asuhan keperawatan pada lansia dengan gout arthritis di wisma Mawar dan Nusa Indah
di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Khusnul Khotimah Provinsi Riau.
B. Rumusan Masalah
Lansia rentan terkena penyakit menular maupun tidak menular. Hal ini berkaitan
dengan proses menua pada lansia yang mana dengan bertambahnya usia seseorang maka
akan mengalami penurunan atau perubahan fungsi tubuh. Beberapa penyakit tidak
menular yang sering terjadi pada lansia ialah penyakit jantung, diabetes melitus, stroke,
osteoporosis dan asam urat atau gout arthritis. Gout arthritis adalah penyakit sendi yang
yang diakibatkan oleh gangguan metabolisme purin yang ditandai dengan tingginya
kadar asam urat dalam darah. Gout arthritis dapat disebabkan oleh beberapa faktor risiko

2
yang dapat mempengaruhi terjadinya yaitu konsumsi purin berlebih, konsumsi alkohol,
stress, konsumsi obat-obatan, obesitas, hipertensi, dan genetik. Berdasarkan data
pengkajian yang sudah dilakukan ners muda mendapatkan hasil bahwa masalah
kesehatan tertinggi di wisma Nusa Indah dan Mawar adalah gout arthritis yaitusebanyak
4 dari 7 lansia. Penyakit lainnya yaitu hipertensi, kolestrol, dyspepsia dan myalgia.
Setelah dilakukan pengkajian didapatkan bahwa lansia yang mempunyai gout arthritis
mendapatkan terapi farmakologi dan kompres air hangat sebagai upaya dalam
mengurangi nyeri akibat gout arthritis. Oleh karena itu, berdasarkan uraian di atas
bagaimana asuhan keperawatan pada lansia dengan gout arthritis di wisma Mawar dan
Nusa Indah di PSTW Khusnul Khotimah Provinsi Riau?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui dan melaksanakan asuhan keperawatan gerontik pada
lansia dengan gout arthritis di wisma Mawar dan Nusa Indah PSTW Khusnul
Khotimah Provinsi Riau
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian secara langsung pada lansia yang memiliki masalah
gout arthritis di wisma Mawar dan Nusa Indah PSTW Khusnul Khotimah
b. Merumuskan masalah dan menegakkan diagnosa keperawatan pada lansia
yang memiliki masalah gout arthritis di wisma Mawar dan Nusa Indah
PSTW Khusnul Khotimah
c. Menyusun rencana keperawatan sesuai dengan diagnosa pada lansia yang
memiliki masalah pada lansia yang memiliki masalah gout arthritis di
wisma Mawar dan Nusa Indah PSTW Khusnul Khotimah
d. Melaksanakan implementasi keperawatan pada lansia yang memiliki
masalah gout arthritis di wisma Mawar dan Nusa Indah PSTW Khusnul
Khotimah
e. Mengevaluasi asuhan keperawatan pada lansia yang memiliki masalah gout
arthritis di wisma Mawar dan Nusa Indah PSTW Khusnul Khotimah.

3
D. Manfaat
1. Bagi Ilmu Keperawatan
Makalah ini diharapkan bermanfaat dalam pengembangan ilmu keperawatan
khususnya asuhan keperawatan pada lansia dengan gout arthritis sehingga
diharapkan lansia mampu mengontrol atau mencegah komplikasi dari gout
arthritis
2. Bagi PSTW Khusnul Khotimah
Makalah ini diharapkan dapat memberikan informasi untuk meningkatkan
mutu pelayanan dan kegiatan yang ada pada laporan ini diharapkan dapat
dijadikan pedoman dalam melaksanakan kegiatan untuk mengatasi masalah
kesehatan pada lansia yang ada di PSTW Husnul Khotimah Provinsi Riau
3. Bagi Lansia
Asuhan keperawatan diharapkan dapat menjadi masukan bagi lansia dalam
penatalaksanaan gout arthritis dan diharapkan lansia mampu mengontrol kadar
asam urat untuk menghindari komplikasi dari gout arthritis.

4
BAB II
TINJAUAN KASUS
A. Tinjauan Pustaka
1. Konsep Lansia
a. Definisi Lansia

Lansia berarti seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun atau lebih. Lansia
adalah kelompok usia yang telah mencapai fase terakhir dalam hidupnya. Kelompok
yang tergolong lanjut usia mengalami proses yang disebut proses menua. Lansia adalah
orang yang berusia lebih dari 60 tahun yang kemampuan tubuhnya untuk beradaptasi
dengan tekanan lingkungan melemah dan yang juga ditandai dengan penurunan fungsi
biologis, psikologis, sosial dan ekonomi (Muhith, 2016).
Lansia merupakan penyakit yang terjadi dalam kehidupan seseorang. Penuaan
adalah proses seumur hidup, tidak hanya dari waktu tertentu, tetapi sejak awal
kehidupan. Penuaan adalah proses alami, artinya seseorang melewati tiga fase dalam
hidupnya yaitu masa kanak-kanak, dewasa, dan usia tua (Mawaddah, 2020).
b. Batasan Umur Lanjut Usia
1) World Health Organization (WHO) dalam (Sunaryo dkk, 2016), lansia
dikelompokkan menjadi 4 kategori, yaitu:
a) Usia pertengahan (middle age) : 45 hingga 59 tahun
b) Usia lanjut (elderly) : 60 hingga 74 tahun
c) Usia tua (old) : 75 hingga 89 tahun
d) Usia sangat tua (very old) : > 90 tahun
2) Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2016), lansia
dikelompokkan menjadi 2 yakni:
a) Usia Lanjut : 60-69 tahun
b) Lansia dengan risiko tinggi : > 70 tahun atau usia > = 60 tahun dengan
masalah kesehatan

5
c. Transformasi yang terjadi pada lansia
Menurut Nasrullah & Dede, (2016) terdapat 4 perubahan dari proses menua antara
lain:
1) Perubahan fisik
a) Sel
Penurunan jumlah sel otak, gangguan mekanisme perbaikan otak, atrofi
otak, penurunan berat badan 5-10%, lekukan yang lebih dangkal dan lebih
luas di otak, sel yang lebih kecil, lebih sedikit cairan tubuh dan cairan
intraseluler, dan kandungan protein yang lebih rendah di hati, darah, dan
ginjal
b) Sistem persyarafan
Reaksi tubuh melambat (terutama sebagai respons terhadap stres),
koneksi antar saraf melemah, saraf sensori menyusut, mengganggu
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan sensitivitas suhu. Masalah
memori juga terjadi.
c) Sistem pendengaran
Penurunan pendengaran pada telinga, atrofi membran timpani yang
menyebabkan otosklerosis, pengendapan serumen, penurunan fungsi
pendengaran pada orang tua di bawah tekanan, dan tinnitus (suara
berdengung, bisa bernada tinggi atau rendah).
d) Sistem penglihatan
Kornea menjadi lebih sferis (berbentuk bola), lensa menjadi gelap (lensa
keruh), berkembang menjadi katarak, lapang pandang menyempit,
kemampuan fokus dalam gelap hilang, adaptasi terhadap kegelapan menjadi
lambat, dan diskriminasi warna berkurang. Sfingter pupil berkembang
menjadi sklerosis dan respons terhadap cahaya menghilang terutama pada
skala biru dan hijau.
e) Sistem kardiovaskuler
Kapasitas jantung untuk memompa mengalami penurunan setelah usia
dua puluh tahun, bersamaan dengan curah jantung, elastisitas pembuluh darah,

6
kemampuan pembuluh darah perifer untuk secara efektif mengantarkan
oksigen ke jaringan tubuh, kerentanan yang lebih besar terhadap dehidrasi dan
perdarahan, meningkatkan efek resistensi pembuluh darah perifer.
f) Sistem pengaturan suhu
Penurunan metabolisme menyebabkan penurunan suhu tubuh yang
menghasilkan sensasi dingin, pucat, gelisah, dan menggigil. Karena tubuh
tidak mampu menghasilkan panas sebanyak itu sehingga aktivitas otot juga
berkurang.
g) Sistem pernapasan
Kapasitas pernapasan maksimum menurun seiring dengan bertambahnya
kedalaman nafas dan ukuran alveolus, penurunan elastisitas bronkus,
gangguan pertukaran gas, penurunan sensitivitas terhadap hipoksia dan
hiperkarbia, dan kepikunan adalah semua gejala kelemahan trofik, kehilangan
kekuatan, kekakuan, kurangnya aktivitas silia, kurangnya elastisitas paru-paru,
lebih banyak residu, dan lebih banyak inhalasi.
h) Sistem integumen/ kulit
Karena hilangnya jaringan lemak, kulit menjadi keriput atau berkerut,
permukaannya kasar dan bersisik, rambutnya beruban dan menipis, dan
rambut dalam hidung dan telinganya menebal.
i) Sistem genitourinaria/ Perkemihan
Nefron, unit terkecil ginjal, menyaring darah saat memasuki ginjal
(terletak di glomerulus). Menyusut, nefron menjadi lemah, dan suplai darah ke
ginjal berkurang hingga 50%, mengakibatkan penurunan fungsi tubulus.
Akibatnya, berat jenis dan kemampuan memekatkan urin menurun. Otot
kandung kemih memburuk, mengakibatkan penurunan kapasitas 200 ml atau
peningkatan urin. Retensi urin pria kadang-kadang dapat terjadi akibat
kesulitan pengosongan kandung kemih. Terjadi pola buang air kecil yang
tidak teratur, merupakan tanda bahwa Anda mengalami inkontinensia urin
yang lebih parah.

7
j) Sistem endokrin / metabolik
Hampir semua produksi hormon, fungsi paratiroid, dan sekresi berubah
ketika orang tua menjadi lebih tua.
k) Sistem muskuloskeletal
Persendian menjadi kaku, tulang kehilangan cairannya dan menjadi
rapuh, tendon menegang dan mengembangkan sklerosis, atrofi otot membuat
gerakan menjadi lebih lambat, otot mudah kram, dan persendian terasa sakit
dan gemetar. Fleksibilitas otot yang lebih tua menurun karena jumlah sel yang
ada berkurang.
2) Perubahan mental
Perubahan fisik, terutama yang mempengaruhi organ indra, kesehatan,
pendidikan, pewarisan, dan keadaan lingkungan sangat erat hubungannya dengan
perubahan mental. Seiring bertambahnya usia, kepribadian mereka berubah
secara drastis, menjadi lebih egois, lebih cepat curiga, dan lebih pelit atau
serakah ketika mereka memiliki sesuatu.
3) Perubahan Psikososial
Produktivitas dan identitas seseorang yang berkaitan dengan tugas mereka
di tempat kerja sering digunakan sebagai ukuran nilai mereka. Seseorang akan
menderita kerugian setelah pensiun, seperti:
a) Kehilangan pekerjaan dan finansial.
b) Status sosial yang berubah
c) Kehilangan teman atau kenalan
d) Sadar akan berakhirnya kehidupan
e) Kemampuan finansial akibat pemutusan hubungan kerja, kenaikan biaya
hidup bagi masyarakat berpenghasilan rendah, dan kenaikan biaya
pengobatan.
f) Munculnya kesepian yang disebabkan oleh pengucilan sosial.
g) Karena perubahan posisi, terjadi gangguan malnutrisi.
h) Rangkaian kehilangan: kehilangan orang yang dicintai dan orang yang
disayangi.

8
i) Kehilangan kekuatan dan kekuatan fisik (perubahan persepsi dan konsep diri).
4) Perubahan Spiritual
Kematangan teologis pada lansia semakin meningkat, terlihat dari cara
mereka bertindak dan berpikir sehari-hari. Kepercayaan atau agama semakin
melekat dalam kehidupan orang tua. Pendewasaan hidup religius lansia
merupakan tanda perubahan spiritual pada diri mereka. Agama dan kepercayaan
merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari, terlihat dari cara manusia
berperilaku dan berpikir. Lansia dapat menghadapi kenyataan, mengambil bagian
dalam kehidupan, dan menentukan arti dan tujuan keberadaan mereka dengan
bantuan perkembangan spiritual yang matang.
Secara spiritual yang terjadi pada lansia yaitu disebabkan karena adanya
masalah yang lansia hadapi. Terkait dengan perubahan spiritual seperti lansia
mengalami kesulitan untuk menghafal kitab suci dikarenakan adanya penurunan
daya ingat, lansia mengalami perasaan tidak tenang apabila terdapat salah satu
anggota keluarga yang belum melaksanakan ibadah serta merasa gelisah apabila
lansia sedang mengalami permasalahan yang cukup serius.
Lanjut usia biasanya bergantung pada cara mereka melihat kematian.
Perubahan umum yang terjadi (Mujahidullah & Khalid, 2012).
a) Agama atau kepercayaan semakin menjadi bagian dari hidupnya.
b) Lansia makin teratur setiap harinya
c) Perkembangan spiritual pada usia tua adalah universalisasi: perkembangan ini
mencakup tindakan dan pemikiran yang menunjukkan bagaimana mencintai
dan menghormati.
2. Konsep Gout Arthritis
a. Definisi Gout Arthritis
Gout merupakan penyakit progresif akibat deposisi kristal monosodium urat
(MSU) di sendi, ginjal, dan jaringan ikat lainnya sebagai akibat dari hiperurisemia
yang berlangsung kronik (Perhimpunan Reumatologi Indonesia, 2018). Sedangkan
menurut Fandinata & Ernawati (2020), artritis gout adalah suatu proses inflamasi
yang terjadi karena deposisi kristal asam urat pada jaringan sekitar sendi. Asam urat

9
yang berlebih akan terkumpul pada persendian sehingga menyebabkan rasa nyeri atau
bengkak.
b. Etiologi Gout Arthritis
Makanan yang tinggi akan zat purin merupakan penyebab terjadinya asam urat,
karena semakin banyak mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung purin
makan akan semakin menumpuk pula didalam tubuh. Menurut Herliana (2013),
proses terjadinya penyakit asam urat adalah:
1) Banyak mengkonsumsi makanan yang tinggi akan zat purin.
2) Terbentuk proses metabolisme pada tubuh, kemudian purin yang masuk kedalam
tubuh menumpuk sehingga terjadi peningkatan asam urat didalam tubuh.
3) Akibat terjadinya peningkatan kadar asam urat, menyebabkan fungsi ginjal gagal
untuk mengekskresikan asam urat.
4) Akhirnya asam urat tidak mampu untuk diekresikan, terjadilah penumpukan dan
pengkristalan didaerah persendian yang pada akhirnya menyababkan
pembengkakan, perdangan dan rasa nyeri pada sendi.
c. Faktor Risiko Gout Arthritis
Beberapa faktor risiko yang dapat mengakibatkan terjadinya gout arthritis
adalah (Florence, 2022):
1) Usia: Gout arthritis mungkin dapat terjadi pada usia muda, namun kejadian
puncaknya setelah usia 40 tahun
2) Jenis kelamin: Pria lebih memiliki resiko lebih besar terkena nyeri sendi
dibandingkan perempuan pada semua kelompok umur.
3) Penyakit kronis: Penyakit-penyakit yang berhubungan dengan tingginya kadar
asam urat adalah obesitas, diabetes mellitus, penyakit ginjal, hipertensi,
dislipidemia.
4) Konsumsi makanan dengan purin tinggi: Makanan yang memiliki kadar purin
tinggi seperti ikan laut, daging merah, jeroan, kacang-kacangan, dan lainnya
dapat mengakibatkan tingginya kadar asam urat.
5) Obat-obatan: Beberapa obat-obatan yang turut mempengaruhi terjadinya
hiperurisemia misalnya diuretik, antihipertensi, aspirin.

1
6) Konsumsi alkohol: Alkohol dapat menyebabkan pembuangan asam urat lewat
urin ikut berkurang, sehingga asam urat tetap bertahan di dalam darah.
d. Patofisiologi Gout Arthritis
Peningkatan kadar asam urat serum dapat disebabkan oleh pembentukan
berlebihan atau penurunan eksresi asam urat, ataupun keduanya. Asam urat adalah
produksi akhir metabolisme purin. Secara normal, metabolisme purin menjadi asam
urat dapat diterangkan sebagai berikut: sintesis purin melibatkan dua jalur, yaitu jalur
de novo dan jalur penghematan (salvage pathway).
Jalur de novo melibatkan sintesis purin dan kemudian asam urat melalui
precursor nonpurin. Substrat awalnya adalah ribose-5-fosfat, yang diubah melalui
serangkaian zat antara menjadi nukleotida purin (asam inosinat, asam guanilat, asam
adenilat). Jalur ini dikendalikan oleh serangkaian mekanisme yang kompleks, dan
terdapat beberapa enzim yang mempercepat reaksi yaitu : 5fosforibosilpirofosfat
(PRPP) sintetase dan amido-fosforibosiltransferase (amidoPRT). Terdapat suatu
mekanisme inhibisi umpan balik oleh nukleotida purin yang terbentuk, yang
fungsinya untuk mencegah pembentukan yang berlebihan.
Jalur penghematan adalah jalur pembentukan nukleotida purin melalui basa
purin bebasnya, pemecahan asam nukleat, atau asupan makanan. Jalur ini tidak
melalui zat-zat perantara seperti pada jalur de novo. Basa purin bebas (adenine,
guanine, hipoxantin) berkondensasi dengan PRPP untuk membentuk precursor
nukleotida purin dari asam urat. Reaksi ini dikatalisis oleh dua enzim : hioxantin
guanin fosforibosiltrasferase (HGPRT) dan adenine fosforibosiltransferase (APRT).
Asam urat yang terbentuk dari hasil metabolisme purin akan difiltrasi secara
bebas oleh glomerulus dan direabsorpsi di tubulus proksimal ginjal. Sebagian kecil
asam urat yang direabsorpsi kemudian diekskresikan di nefron distal dan dikeluarkan
melalui urin.
Pada penyakit gout, terdapat gangguan keseimbangan metabolisme
(pembentukan dan ekskresi) dari asam urat tersebut, meliputi:
1) Penurunan ekskresi asam urat secara idiopatik.
2) Penurunan ekskresi asam urat sekunder, misalnya karena gagal ginjal.

1
3) Peningkatan produksi asam urat, misalnya disebabkan oleh tumor (yang
meningkatkan cellular turnover) atau peningkatan sintesis purin (karena defek
enzim-enzim atau mekanisme umpan balik inhibisi yang berperan).
4) Peningkatan asupan makanan yang mengandung purin.
5) Peningkatan produksi atau hambatan ekskresi akan meningkatkan kadar asam
urat dalam tubuh. Asam urat ini merupakan suatu zat yang kelarutannya sangat
rendah sehingga cenderung membentuk kristal. Penimbunan asam urat paling
banyak terdapat di sendi dalam bentuk kristal monosodium urat. Mekanismenya
hingga saat ini masih belum diketahui.
Asam urat merupakan produk pemecahan meabolisme purin. Normalnya,
keseimbangan terjadi antara produksi dan ekskresi, dengan sekitar dua pertiga jumlah
yang dihasilkan setiap hari dikeluarkan oleh ginjal dan sisanya dalam feses. Kadar
asam urat serum normalnya dipertahankan antara 3,5 dan 7,0 mg/dL pada pria dan 2,8
dan 6,0 mg/dL pada wanita. Pada tingkat yang lebih besar dari 7,0 mg/dL, serum
tersaturasi dengan urat, bentuk asam urat terionisasi. Saat peningkatan konsentrasi,
plasma menjadi supersaturasi, menciptakan risiko pembentukan kristal monosodium
urat. Sebagian besar waktu, hiperurisemia terjadi dari ekskresi asam urat yang kurang
oleh ginjal, produksi berlebihan terjadi pada hiperurisemia pada hanya sekitar 10%
individu. Pada hiperurisemia, peningkatan kadar urat ada dalam cairan ekstraseluler
lain, termasuk cairan sinavial, dan juga pada plasma. Akan tetapi, cairan synovial
merupakan pelarut yang buruk untuk urat daripada plasma, meningkatkan resiko
untuk pembentukan kristal urat. Kristal monosodium urat dapat terbentuk dalam
cairan synovial atau dalam membrane synovial, kartilago, atau jaringan ikat sendi
lainnya. Kristal cenderung terbentuk pada jaringan perifer tubuh, sementara itu suhu
yang lebih rendah mengurangi kelarutan asam urat. Kristal juga terbentuk di jaringan
ikat dan ginjal. Kristal ini menstimulasi dan melanjutkan proses inflamasi, selama
neutrofil berespons dengan ingesti kristal. Neutrofil melepaskan fagolisosom,
menyebabkan kerusakan jaringan, yang menyebabkan terjadinya inflamasi terus
menerus. Pada akhirnya, proses inflamasi merusak kartilago sendi dan tulang yang
menyertai (LeMone, 2015).

1
e. Pathway Gout Arthritis

Genetik Sekresi asam urat yang berkurang Produksi asam urat yang berlebihan

Gangguan metabolisme purin

GOUT

Hiperurisemia dan serangan


sinovitis

Penimbunan kristal
urat monohidrat

Penimbunan asam urat di Penimbunan kristal pada


korteks dan reaksi inflamasi membran sinovia dan tulang

Terjadi hialinisasi dan Erosi tulang rawan, proliferasi sinovia


fibrosis pada glomerulus

Degenerasi tulang rawan


Gangguan sendi
citra tubuh
Pielonefritis, sklerosis arteriolar, atau nefritis kronis
Gambar 1. WOC
Terbentuk tofus serta fibrosis dan ankilosis pada tulang
Terbentuk batu asam urat, gagal ginjal kronis, hipertensi, & sklerosis

Perubahan bentuk tubuh pada tulang & sendi

Nyeri Akut Gangguan mobilitas fisik


Ansietas

1
f. Tanda dan Gejala Gout Arthritis
Tanda dan gejala yang muncul pada penderia gout adalah sebagai berikut
(Hinonaung & Tinungki, 2023):
1) Rasa nyeri hebat dan mendadak pada ibu jari kaki, lutut, pergelangan kaki,
punggung kaki, pergelangan tangan, siku, dan jari tangan.
2) Terganggunya fungsi sendi yang biasanya terjadi di satu tempat
3) Terjadi hiperurisemia dan penimbunan kristal asam urat dalam cairan dan
jaringan sendi, ginjal, tulang rawan, dan lain-lain.
4) Sendi tampak kemerahan
5) Peradangan dapat disertai demam
6) Pembengkakan tidak simetris pada satu sendi dan terasa panas.
g. Pencegahan Gout Arthritis
Tatalaksana dan pencegahan gout arthritis dapat dengan mencegah kenaikan
asam urat, yaitu dengan memodifikasi gaya hidup. Namun, jika pada keadaan gout
akut dan kronis, harus mendapatkan obat-obatan secepatnya (Rahman, 2021).
Pencegahan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
1) Latihan fisik
Latihan fisik sebaiknya dilakukan pada saat tidak terdapat gejala serangan
akut. Latihan yang dilakukan pada umumnya sama dengan anjuran latihan fisik
bagi orang sehat, yaitu latihan rutin 3-5 kali dalam seminggu selama 30-60
menit. Namun, pada penderita gout arthritis perlu dilakukan latihan kekuatan
otot, fleksibilitas otot dan sendi, serta tidak dianjurkan untuk olahraga dengan
intensitas berat yang berlebihan.
2) Diet
Hindari makanan dan minuman yang dapat menyebabkan meningkatnya
kadar asam urat. Selain itu, disarankan untuk minum air sekitar 8-16 gelas per
hari (minimal 2 liter per hari). Berikut rekomendasi diet untuk pasien gout
(Perhimpunan Reumatologi Indonesia, 2018):

1
a) Diet yang dihindari
Makanan tinggi purin (seperti jeroan, hati, daging); sirup jagung, soda,
minuman/makanan yang berpemanis tinggi fruktosa, dan konsumsi alkohol
berlebihan.
b) Diet yang dikurangi/dibatasi
Daging sapi/domba, makanan laut tinggi purin (seperti sarden, lobster, udang,
kepiting, kerang, tiram, dll), jus dari buah yang manis.
c) Diet yang dianjurkan
Produk susu yang rendah atau tanpa lemak, vitamin C, dan sayuran.
3) Kebiasaan merokok
Disarankan untuk menghentikan kebiasaan merokok.
h. Pemeriksaan Penunjang Gout Arthritis
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada pasien yang dicurigai gout
arthritis adalah (Aspiani, 2014):
1) Serum asam urat
Umumnya meningkat, diatas 7,0 mg/dl pada laki-laki dan diatas 6,0 mg/dl
pada perempuan. Pemeriksaan ini mengindikasikan hiperurisemia, akibat
peningkatan produksi asam urat atau gangguan ekskresi.
2) Leukosit
Menunjukkan peningkatan yang signifikan mencapai 20.000/mm3 selama
serangan akut. Selama periode asimtomatik angka leukosit masih dalam batas
normal yaitu 5000-10000/mm3
3) Eusinofil Sedimen Rate (ESR)
Meningkat selama serangan akut. Peningkatan kecepatan sedimen rate
mengindikasikan proses inflamasi akut, sebagai akibat deposit asam urat di
persendian.
4) Urin spesimen 24 jam
Urin dikumpulkan dan diperiksa untuk menentukan prosuksi dan ekskresi.
Jumlah normal seorang mengekskresikan 250-750 mg/24/jam asam urat di dalam
urin. Ketika produksi asam urat meningkat maka level asam urat urin meningkat.

1
Kadar kurang dari 800 mg/24 jam mengindikasikan gangguan ekskresi pada
pasien dengan peningkatan serum asam urat. Intruksikan pasien untuk
menampung semua urin dengan feses atau tisu toilet selama waktu pengumpulan.
Biasanya diet purin normal direkomendasikan selama pengumpulan urin
meskipun diet bebas purin pada waktu itu diindikasikan.
5) Analisis cairan aspirasi sendi
Analisis cairan aspirasi dari sendi yang mengalami inflamasi akut atau
material aspirasi dari sebuah tofi menggunakan jarum kristal urat yang tajam,
memberikan diagnosis definitif gout.
6) Pemeriksaan radiografi
Pada sendi yang terserang, hasil pemeriksaan menunjukkan tidak terdapat
perubahan pada awal penyakit, tetapi setelah penyakit berkembang progresif
maka akan terlihat jelas/area terpukul pada tulang yang berada di bawah sinavial
sendi.
i. Penatalaksanaan Gout Arthritis
Penatalaksanaan asam urat dibagi menjadi dua yaitu penatalaksanaan
farmakologi dan nonfarmakologi. Berdasarkan Perhimpunan Reumatologi Indonesia
(2018), penatalaksanaan farmakologi dan nonfarmakologi adalah:
1) Penatalaksanaan Farmakologi
Alopurinol merupakan obat pilihan awal untuk menurunkan kadar asam urat,
diberikan mulai dosis 100 mg/hari dan dapat dinaikan secara bertahap sampai
dosis maksimal 900 mg/hari (jika fungsi ginjal baik). Jika dosis yang diberikan
lebih dari 300 mg/hari, maka pemberian obat harus terbagi lagi.
Jika mengalami toksisitas karena alopurinol, salah satu pilihan yaitu terapi
urikosurik dengan probenecid 1-2 gr/hari. Probenecid dapat diberikan pada
pasien dengan fungsi ginjal normal, namun dikontraindikasikan pada pasien
dengan urolitiasis atau ekskresi asam urat urin =800 mg/24jam. Pilihan lain
adalah febuxostat, yang merupakan inhibitor xantin oksidase non purin dengan
dosis 80-120 mg/hari. Kombinasi inhibitor xantin oksidase dengan obat
urikosurik atau peglotikase dapat diberikan pada pasien gout kronis yang banyak

1
dan/atau kualitas hidup buruk yang tidak dapat mencapai target kadar asam urat
serum dengan pemberian dosis maksimal obat penurun asam urat tunggal.
2) Penatalaksanaan Non-Farmakologi
Penatalaksanaan non farmakologi meliputi edukasi pasien, perubahan gaya
hidup dan tatalaksana terhadap penyakit komorbid antara lain hipertensi,
dislipidemia, dan diabetes mellitus. Pada penderita asam urat biasanya
mengalami nyeri yang membantu meminimalisir rasa nyeri. Pengobatan asam
urat terapi non farmakologi atau pengobatan komplementer merupakan terapi
alternatif atau pelengkap untuk mempercepat proses penyembuhan pada pasien
penderita asam urat. Salah satu terapi komplementer yang dapat digunakan untuk
mengurangi nyeri penderita asam urat yaitu dengan diet dan latihan fisik.
j. Komplikasi Gout Arthritis
Komplikasi dari gout arthritis meliputi (Florence, 2022):
1) Batu ginjal
2) Fraktur pada sendi
3) Severe degenerative arthritis
4) Infeksi sekunder
3. Konsep Nyeri
a. Definisi Nyeri
Nyeri adalah mekanisme protektif untuk menimbulkan kesadaran terhadap
kenyataan bahwa sedang atau akan terjadi kerusakan jaringan. Karena nilainya bagi
kelangsungan hidup, nosiseptor (reseptor nyeri) tidak beradaptasi terhadap stimulasi
yang berulang atau berkepanjangan. Simpanan pengalaman yang menimbulkan nyeri
dalam ingatan membantu kita menghindari kejadian – kejadian yang berpotensi
membahayakan di masa mendatang. Nyeri adalah bentuk ketidaknyamanan baik
sensori maupun emosional yang berhubungan dengan resiko atau aktualnya
kerusakan jaringan tubuh, timbul ketika jaringan sedang rusak dan menyebabkan
individu tersebut bereaksi untuk menghilangkan rasa nyeri (Kemenkes, 2023).

1
b. Klasifikasi Nyeri
Klasifikasi nyeri secara umum dibagi menjadi dua, yakni nyeri akut dan nyeri
kronis.Nyeri akut merupakan nyeri yang timbul secara mendadak dan cepat
menghilang, yang tidak melebihi 6 bulan dan ditandai adanya peningkatan tegangan
otot. Nyeri kronis merupakan nyeri yang timbul secara perlahan – lahan, biasanya
berlangsung dalam waktu cukup lama, yaitu lebih dari 6 bulan.Yang termasuk dalam
kategori nyeri kronis terminal, sindrom nyeri kronis, dan nyeri psikosomatis.Tinjau
dari sifat terjadinya, nyeri dapat dibagi kedalam beberapa kategori, di antaranya nyeri
tertusuk dan nyeri terbakar (Kemenkes, 2023).
c. Pengukuran Skala Nyeri
Menurut Wiarto (2017) pengukuran nyeri dapat dilakukan dengan alat ukur
yaitu :
1) Numerical Rating Scale (NRS)
Berat ringannya rasa sakit atau nyeri dibuat menjadi terukur dengan
mengobjektifkan pendapat subjektif nyeri. Skala numerik dari 0 hinga 10, nol(0)
merupakan keadaan tanpa nyeri atau bebas nyeri, sedangkan sepuluh (10) suatu
nyeri yang sangat hebat.

Gambar 2. Skala Nyeri NRS

2) Visual Descriptif Scale (VDS)


Skala berupa garis lurus, tanpa angka. Bisa mengekspresikan nyeri, arah kiri
menuju tidak sakit, arah kanan sakit tak tertahankan, dengan tengah kira kira
nyeri yang sedang.
3) Visual Analogue Scale (VAS)
Skala berupa garis lurus yang panjangnya biasanya 10cm dengan
penggambaran verbal pada masing-masing ujungnya seperti angka 0(tanpa nyeri)

1
sampai angka 10 (nyeri terberat). Nilai NRS 0-3 = nyeri ringan, 4-6 = nyeri
sedang, dan 7-10 = nyeri berat.
B. Pengkajian
Tahap pengkajian merupakan teknik pengumpulan data untuk melihat kondisi wilayah,
kesehatan, lingkungan fisik, status sosial ekonomi, fasilitas kesehatan yang ada di PSTW
Husnul Khotimah, Kecamatan Marpoyan Damai. Pengumpulan data menggunakan beberapa
teknik yaitu melakukan observasi langsung ke wisma lansia yang menjadi sampel serta
melakukan windshield survey di wilayah PSTW Husnul Khotimah, Kecamatan Marpoyan
Damai. Tahap pengkajian dilakukan dari tanggal 29 s/d 31 Januari 2024. Jumlah lansia yang
dijadikan sampel yaitu sebanyak 7 lansia. Hasil pengumpulan data dapat dijabarkan sebagai
berikut:
1. Observasi dan Windshield Survey
a. Luas wilayah: ±9.000 m2
b. Batas Wilayah Umum

a) Timur : Jl. Kaharudin Nasution


b) Selatan: Jl. Pinang
c) Barat : Jl. Pahlawan Kerja
d) Utara : Gg. Min
c. Batas Wilayah Mawar dan Nusa Indah
a) Mawar
Timur : Nusa Indah

1
Selatan: Jalan
Barat : Cempaka
Utara : Jalan
b) Nusa Indah
Timur : Jalan
Selatan: Mawar
Barat : Teratai
Utara : Jalan
d. Jumlah lansia di PSTW Khusnul Khotimah: 75 orang lansia
e. Fasilitas Kesehatan: Poli Klinik, Pemeriksaan Kesehatan dilakukan secara rutin setiap hari
Kamis oleh dokter dan perawat. Ambulance biasanya digunakan untuk mengantar lansua
berobat ke Rumah Sakit

f. Fasilitas Ibadah : Tempat ibadah di PSTW Husnul Khotimah adalah di musholla yang
terdapat di depan ruangan aula. Musholla menyediakan oeralatan sholat untuk umum dan
tempat wudhu, serta Al-Quran. Mushollah juga digunakan untuk kegiatan wirid atau
pengajian.

2
g. Fasilitas Olahraga: Fasilitas olahraga terdapat lapangan olahraga di gedung serbaguna
yang biasa digunakan untuk kegiatan senam dan olahraga serta lapangan untuk dijadikan
sebagai tempat untuk senam lansia sehat.
h. Kondisi Lingkungan: Kondisi lingkungan cukup baik, tersedianya tempat sampah disetiap
wisma dan tempat umum. Tidak terdapat sampah diselokan. Tersedia kursi-kursi atau sofa
diantara Lorong wisma yang tersusun rapi untuk bersantai dan saling berinteraksi

i. Dapur Umum: Dapur umum tersedia di PSWT Khusnul Khotimah dengan kondisi dapur
bersih dan rapi. Semua lansia mengambil makanan langsung ke dapur kecuali lansia
dengan tirah baring (klinis) makanannya akan di ambilkan oleh pramu lansia. Makanan
disediakan dengan menggunakan rantang sehingga memudahkan lansia
untuk membawanya.

2
j. Fasilitas MCK: Kondisi WC tampak bersih, terletak dekat dengan mushola dan diantara
wisma-wisma lansia.

k. Ruang Serbaguna: Terdapat aula yang biasa digunakan oleh lansia untuk kegiatan disana
seperti bimbingan sosial, keterampilan tangan, pemeriksaan kesehatan, dan bimbingan
agama.

2
l. Keadaan Wisma: Wisma menjadi tempat tinggal untuk para lansia. Untuk lansia laki-laki
dan perempuan di pisah. Didalam wisma terdapat 5-6 kamar tidur, 2 kamar mandi.
Seluruh lansia berinteraksi satu dengan yang lainnya, lansia diwisma anggrek dan melati
sering duduk di ruang tamu sambil menonton tv jika tidak jam istirahat.

2
m. Fasilitas tempat cuci tangan : kondisi tempat cuci tangan tampak bersih dan terletak
disetiap depan wisma.

Pengkajian Keperawatan Kelompok


1. Data dasar anggota kelompok
a) Jenis kelamin
Distribusi frekuensi berdasarkan jenis kelamin lansia di wisma Nusa Indah dan
Mawar PSTW Husnul Khatimah Kota Pekanbaru (n=7)
JENIS KELAMIN
Laki-lakiPerempuan

43%

57%

Berdasarkan diagram diatas menunjukkan bahwa dari 7 responden, didapatkan


hasil bahwa jenis kelamin laki-laki sebanyak 4 responden (57%), sedangkan untuk jenis

2
kelamin perempuan sebanyak 3 responden (43%), maka dapat disimpulkan bahwa
mayoritas jenis kelamin yaitu Laki-laki sebanyak 4 responden (57%).
b) Usia lansia
Distribusi frekuensi berdasarkan umur lansia di wisma Nusa Indah dan Mawar
PSTW Husnul Khatimah Kota Pekanbaru (n=7)

Usia Lansia
0%

100%

<60 tahun>60 tahun

Berdasarkan diagram di atas di dapatkan hasil bahwa jumlah lansia yang tinggal
di wisma Nusa Indah dan Mawar yaitu 7 orang dengan usia >60 tahun (100%).
c) Pendidikan Lansia
Distribusi frekuensi berdasarkan pendidikan lansia di wisma Nusa Indah dan
Mawar PSTW Husnul Khatimah Kota Pekanbaru (n=7)

PENDIDIKAN TERAKHIR
SDSMPSMA

0%

29%

71%

2
Berdasarkan diagram di atas di dapatkan hasil bahwa mayoritas responden
dengan pendidikan terakhir SD yaitu sebanyak 5 orang (71%) dan 2 orang
berpendidikan SMP (29%).
d) Pekerjaan Lansia
Distribusi frekuensi berdasarkan Pendidikan pekerjaan lansia di wisma Nusa
Indah dan Mawar PSTW Husnul Khatimah Kota Pekanbaru (n=7)
PEKERJAAN LANSIA
BekerjaTidak bekerja

0%

100%

Diagram diatas menunjukkan bahwa respondenr tidak bekerja yaitu sebanyak 7


orang lansia (100%).

2
e) Agama Lansia
Distribusi frekuensi berdasarkan agama lansia di wisma Nusa Indah dan
Mawar PSTW Husnul Khatimah Kota Pekanbaru (n=7)

AGAMA
IslamKristenBuddha

0%

100%

Berdasarkan diagram di atas diperolah data bahwa seluruh responden lansia


beragama islam yaitu 7 orang lansia (100%).
f) Suku lansia
Distribusi frekuensi berdasarkan Suku lansia di wisma Nusa Indah dan Mawar PSTW
Husnul Khatimah Kota Pekanbaru (n=7).

SUKU
JawaMinangMelayuSundaBugis

14%
29%

14%

14%
29%

Berdasarkan diagram di atas diperolah data mayoritas responden lansia bersuku


jawa yaitu sebanyak 2 lansia (29%), bersuku Melayu sebanyak 2 orang lansia (29%),

2
bersuku Minang 1 orang (14%), bersuku Sunda 1 orang (14%) dan bersuku Bugis 1
orang (14%).
2. Status Kesehatan anggota kelompok
a) Tekanan darah
Distribusi frekuensi berdasarkan tekanan darah tinggi lansia di Wisma Nusa
indah dan mawar PSTW Husnul Khatimah Kota Pekanbaru (n=7)
TEKANAN DARAH NORMAL
HipertensiNormal

29%

71%

Berdasarkan diagram di atas, menunjukkan hasil bahwa responden yang


memiliki tekanan darah normal sebanyak 5 lansia (71%) dan tekanan darah tinggi
sebanyak 2 orang (29%) yaitu >140/90 mmHg.
b) Riwayat hipertensi
Distribusi frekuensi berdasarkan Riwayat hipertensi lansia di Wisma Nusa indah dan
mawar PSTW Husnul Khatimah Kota Pekanbaru (n=7)

RIWAYAT HIPERTENSI
Riwayat Hipertensi Tidak memiliki riwayat hipertensi

29%

71%

2
Berdasarkan diagram di atas, menunjukkan hasil bahwa lansia yang memiliki
riwayat hipertensi sebanyak 5 lansia (71%) dan tidak memiliki riwayat darah tinggi
sebanyak 2 orang lansia (29%).
c) Frekuensi Gula Darah Lansia
Distribusi frekuensi berdasarkan Tingkat gula darah lansia di Wisma Nusa indah dan
mawar PSTW Husnul Khatimah Kota Pekanbaru (n=7)

GULA DARAH SEWAKTU


Gula Darah Rendah Gula Darah Normal Gula Darah Tinggi

0%

100%

Berdasarkan diagram di atas, menunjukkan hasil bahwa lansia yang memiliki


Tingkat gula darah normal sebanyak 7 lansia (100%) dengan rentang nilai gula darah
<140 mg/dL.
d) Frekuensi Asam Urat Lansia
Distribusi frekuensi berdasarkan asam urat lansia di Wisma Nusa indah dan
mawar PSTW Husnul Khatimah Kota Pekanbaru (n=7)

2
ASAM URAT
NormalTinggi

43%

57%

Berdasarkan diagram di atas, menunjukkan hasil bahwa lansia yang memiliki


asam urat tinggi sebanyak 4 lansia (57%). Asam urat normal sebanyak 3 lansia (43%)
yaitu pada wanita dalam rentang 2,4-6.0 mg/dL dan laki-laki dalam rentang 3,0-7,0
mg/dL.
e) Frekuensi Kolesterol Lansia
Distribusi frekuensi berdasarkan kolesterol lansia di Wisma Nusa indah dan
mawar PSTW Husnul Khatimah Kota Pekanbaru (n=7).

KOLESTEROL
NormalTinggi

14%

86%

Berdasarkan diagram di atas, menunjukkan hasil bahwa lansia yang memiliki


kolesterol tinggi sebanyak 6 lansia (86%) yaitu dengan nilai >200 mg/dL dan
kolesterol dalam rentang normal sebanyak 1 lansia (14%) yaitu <200 mg/dL.

3
f) Skala Nyeri
Distribusi frekuensi berdasarkan skala nyeri lansia di Wisma Nusa indah dan
mawar PSTW Husnul Khatimah Kota Pekanbaru (n=7).

SKALA NYERI
tidak nyerinyeri ringannyeri sedang

14%

57% 29%

Diagram diatas menunjukkan bahwa dari 8 responden, didapatkan hasil skala


nyeri mayoritas nyeri Sedang (4-6) sebanyak 4 responden (57%) dan nyeri Ringan
(1-3) sebanyak 1 responden (14%), dan tidak nyeri 2 responden (29%).
g) Tingkat Kesadaran
Distribusi frekuensi berdasarkan Tingkat kesadaran lansia di Wisma Nusa
indah dan mawar PSTW Husnul Khatimah Kota Pekanbaru (n=7)

TINGKAT KESADARAN
ComposmentisApatisSamnolenStuporDeliriumKoma

0%

100%

3
Berdasarkan diagram di atas, menunjukkan hasil bahwa responden yang
memiliki kesadaran composmenstis sebanyak 7 lansia (100%).
h) IMT
Distribusi frekuensi berdasarkan indexs massa tubuh lansia di Wisma Nusa
indah dan mawar PSTW Husnul Khatimah Kota Pekanbaru (n=7)
IMT

43%

57%

KurusNormalGemuk

Berdasarkan diagram di atas, menunjukkan hasil bahwa lansia pada wisma


Nusa Indah dan Mawar yang memiliki IMT Normal sebanyak 4 lansia (49%) dan
IMT dengan hasil gemuk sebanyak 3 lansia (43%).
i) Alat bantu lansia
Distribusi frekuensi berdasarkan alat bantu jalan lansia di Wisma Nusa indah
dan mawar PSTW Husnul Khatimah Kota Pekanbaru (n=7)

3
Alat Bantu
0%

100%

Tidak adaTongkatKursi roda

Berdasarkan diagram di atas, menunjukkan hasil bahwa lansia pada wisma


Nusa Indah dan Mawar yang tidak menggunakan alat bantu jalan sebanyak 7 lansia
(100%).
j) Pola olahraga lansia
Distribusi frekuensi berdasarkan pola olahraga lansia di Wisma Nusa indah
dan mawar PSTW Husnul Khatimah Kota Pekanbaru (n=7).
OLAHRAGA
RutinTidak rutin

29%

71%

Berdasarkan diagram di atas, menunjukkan hasil bahwa lansia pada wisma


Nusa Indah dan Mawar mayoritas tidak olahraga secara rutin sebanyak 5 lansia
(71%).

3
k) Pola tidur lansia
Distribusi frekuensi berdasarkan hasil pola tidur pada lansia di wisma Nusa
Indah dab Mawar di PSTW Husnul Khatimah kota Pekanbaru (n=7).
POLA TIDUR
7-8 jam5-6 jam4-5 jam

29%

0%
71%

Berdasarkan diagram diatas menunjukkan bahwa dari 8 responden,didapatkan


hasil bahwa 5 responden dengan pola tidur 4-5 jam (71%) dan 2 responden 7-5 jam
(29%).
l) Geriatric Depression Scale (GDS)
Distribusi frekuensi berdasarkan hasil kuesioner GDS pada lansia di wisma
Nusa Indah dab Mawar di PSTW Husnul Khatimah kota Pekanbaru (n=7)
GERIATRIC DEPRESION SCALE
Tidak DepresiSuspek DepresiUmumnya depresiDepresi BeratDepresi Ringan

0%

29%

43%

28%

3
Berdasarkan diagram di atas diperolah data mayoritas lansia masuk kedalam
tidak depresi yaitu sebanyak 3 orang (43%) dan 2 orang (28%) dengan suspek
depresi dan 2 lansia orang (29%) lansia mengalami umumnya depresi.
m) Short Portables Mental Status Quetionnaire (SPMS)
Distribusi frekuensi berdasarkan hasil kuesioner SPMS pada lansia di wisma
Nusa Indah dab Mawar di PSTW Husnul Khatimah kota Pekanbaru (n=7).
SPMS
Fungsi Mental UtuhKerusakan Intelektual Sedang Kerusakan Intelektual RinganKerusakan intelektual berat

0%

29%

71%

Berdasarkan diagram di atas diperolah data mayoritas lansia mengalami fungsi


mental utuh yaitu sebanyak 5 orang (71%) dan 2 orang (29%)) dengan fungsi
kerusakan intelektual sedang.
n) Barthel Index
Distribusi frekuensi berdasarkan hasil kuesioner Barthel Index pada lansia di wisma
Nusa Indah dab Mawar di PSTW Husnul Khatimah kota Pekanbaru (n=7).

3
BERTHEL INDEX
Ketergantungan PenuhKetergantungan Berat
Mandiri
Ketergantungan Moderat Ketergantungan Ringan

0%

100%

Berdasarkan diagram di atas diperolah data mayoritas lansia memiliki memiliki


hasil Barthel Index Mandiri yaitu sebanyak 7 lansia (100%).
o) Morse Fall Scale
Distribusi frekuensi berdasarkan hasil kuesioner Morse Fall Scale pada lansia
di wisma Nusa Indah dab Mawar di PSTW Husnul Khatimah kota Pekanbaru (n=7).

MORSE FALL SCALE


Berisiko RendahBerisiko sedang
Tidak Berisiko Berisiko Tinggi

0%

25% 25%

50%

Berdasarkan diagram di atas diperolah data mayoritas lansia memiliki risiko


jatuh pada kataagori rendah yaitu sebanyak 3 orang lansia (50%), kemudian 2 orang
lansia (25%) memiliki risiko jatuh pada katagori sedang, serta 2 orang lansia (28%)
lainnya tidak berisiko jatuh.

3
3. Data upaya peningkatan
Kesehatan
a) Tenaga Kesehatan yang praktik
Diagram diatas menunjukkan hasil bahwa lansia binaan kelompok, (100%)
mengetahui tentang adanya tenaga Kesehatan yang praktik di klinik PSTW Husnul

tahutidak tahu
Khotimah.
b) Klinik

Berdasarkan diagram diatas, menunjukkan hasil bahwa dari 7 lansia (100%),

tahutidak tahu
seluruh lansia tau tentang adanya fasilitas pelayanan kesehatan dan dapat
memanfaatkan pelayanan kesehatan tersebut yaitu Klinik di PSTW Husnul
Khotimah.

3
c) Pelayanan Kesehatan yang dimanfaatkan oleh kelompok
Pelayanan kesehatan yang didapatkan oleh lansia berupa adanya makanan
tambahan seperti kue, buah-buahan dan lainya. Selain itu lansia juga mendapatkan vit
seperti B complex, Vit C, Vit D3 dan obat-obatan sesuai kebutuhan pengecekan
kesehatan dan pelayanan kesehatan lainya.
d) Fasilitas pendidikan
Berdasarkan diagram di atas, menunjukkan hasil bahwa pada lansia di PSTW
Husnul Khotimah disediakan fasilitas Pendidikan (Aula) sebesar 100%. Fasilitas

tersediatidak tersedia
pendidikan yang dimanfaatkan untuk kelompok untuk kegiatan penyuluhan
kesehatan, pembelajaran di kelompok lansia di PSTW, dll. Lansia mendapatkan
bimbingan sosial setiap hari rabu, bimbingan pembuatan kerajinan tangan dan
penyuluhan kesehatan yang di laksanakan di Aula.
e) Status ekonomi

Sumbangantidak sumbangan

3
Berdasarkan diagram di atas, menunjukkan hasil bahwa pada 7 lansia di PSTW
Husnul Khotimah yang mendapatkan sumbangan sebesar (100%). Sumber perdanaan
ataupun sumbangan berasal dari berbagai instansi. Sumbangan tersebut berupa
makanan, pakaian, alat sholat dan uang.
f) Dapur umum

tersediatidak tersedia

Berdasarkan diagram di atas menunjukkan hasil bahwa dari 7 lansia didapatkan


seluruh responden sebesar (100%) memiliki dapur umum disekitar lansia. Dapur
umum merupakan suatu tempat yang disediakan sebagai tempat atau wadah proses
penyelenggaraan makanan untuk lansia di PSTW Husnul Khotimah.
g) Tempat pembuangan sampah
Diagram di atas menunjukkan hasil bahwa 7 lansia (100%) yang tinggal di
PSTW Husnul Khotimah memiliki tempat pembuangan sampah disekitar lansia.

tersediatidak tersedia

3
Tempat pembuangan sampah digunakan untuk membuang sampah sisa makanan dan
sampah harian lansia.
h) Sarana MCK

tersediatidak tersedia

Berdasarkan diagram di atas menunjukkan hasil bahwa 7 lansia difasilitasi


tempat untuk Mandi, Cuci, Kakus (MCK) sebesar (100%). MCK merupakan salah
satu sarana yang disediakan dan digunakan bersama oleh lansia untuk keperluan
mandi, mencuci, BAK dan BAB di PSTW Husnul Khotimah.
i) Saluran Pembuangan Limbah
Berdasarkan diagram di atas menunjukkan hasil bahwa dari 7 lansia, data untuk
saluran pembuangan limbah disekitar lansia tersedia yaitu (100%). Saluran

tersediatidak tersedia
pembuangan limbah merupakan suatu saluran untuk mengalirkan limbah ketempat
yang disediakan disekitar tempat tinggal lansia.

4
Pengkajian Keperawatan Kelompok

Fasilitas Yankes Poliklinik PSTW No. Register -


Nama perawat yang mengkaji Kelompok 7 Tanggal pengkajian 29 Januari 2024
Nama Kelompok Kelompok 5 Alamat Wisma Nusa Indah, Mawar

4
Data dasar anggota kelompok Status kesehatan anggota kelompok
Ttv Pola
Pendi Peker Aga K Konjungt Rwy
no Nama Jk Umur Suku Td N P S Alat bantu Olahraga Tidur Ket lain
dikan jaan ma u iva penyakit
1 Tn. C L 72 SMP Tida Islam jawa B 119/ 87 21 36,8 Tidak Dermatitis Tidak ada Seminggu 4-5 jam BB 49,
k ai 72 anemis kontak sekali perhari TB 155
beker k alergi, IMT 20
ja hipertensi
2 Tn. Z L 66 Sd Tida Islam bugis B 142/ 87 20 36,8 Tidak Hipertensi Tidak ada Seminggu 7-8 jam Bb 60, tb
k ai 95 anemis sekali perhari 155
beker k Imt 25,8
ja
3 Tn. M L 72 SD Tida Islam Jawa B 118/ 86 22 36,7 Tidak ISPA, Tidak ada Seminggu 6-7 jam BB 50,
k ai 80 anemis DKA, sekali perhari TB 148,
beker k hipertensi IMT 22,8
ja
4 Tn. T L 62 SMP Tida Islam Melay B 150/ 73 22 36,5 Tidak Gastritis Tidak ada Setiap hari 7-8 jam BB 53,
k u ai 80 anemis perhari TB 165
beker k IMT 19,4
ja
5 Ny. P 74 SD Tida Islam minan B 118/ 10 24 36,5 Tidak Gout Tidak ada Seminggu 6-7 jam BB 55
Nm k g ai 63 3 anemis arthritis sekali perhari TB 147
beker k IMT 25,4
ja
6 Ny. P 61 SD Tida Islam Melay B 140/ 67 22 36,5 Tidak CHF, Tidak ada Tidak ada 4-5 jam BB 69,
Nh k u ai 73 anemis hipertensi, per hari TB 144
beker k gout IMT 33,2
ja arthritis
7 Ny. R P 78 SD Tida Islam Sunda B 108/ 87 20 36,4 Tidak Gastritis, Tidak ada Seminggu 5-6 jam BB 39
k ai 85 anemis varises, sekali per hari TB 145
beker k kolesterol IMT 18,5
ja tinggi

4
Upaya Peningkatan Kesehatan

Penilaian Penilaian Gambaran


No Uraian pengkajian Gambaran kondisi No Uraian pengkajian
kondisi
ada Tidak ada Tidak
Fasilitas pelayanan kesehatan yang tersedia
A E Status ekonomi
untuk kelompok
Tenaga kesehatan 🗸 Sumbangan (asal 🗸 Tamu pemerintah
(dokter/perawat) Pemeriksaan kesehatan sumber pendanaan) negeri dan swasta
🗸 dilakukan secara rutin setiap
Klinik PSTW Jenis pekerjaan Lansia di pstw
hari kamis oleh dokter dan
🗸 saat ini tidak
perawat
bekerja
Pelayanan kesehatan yang F
B Status sosial budaya spiritual
dimanfaatkan oleh kelompok
Pelayanan kesehatan 🗸 Pelayanan kesehatan 🗸
dipergunakan dengan baik Sarana ibadah
oleh lansia
Makanan tambahan 🗸 Setiap hari nya lansia Kegiatan keagamaan 🗸
mendapatkan snack
tambahan di pagi hari
Vitamin tambahan 🗸 Kepercayaan yang 🗸
Lansia mendapatkan vit
bertentangan dengan
seperti B complex, Vit C,
penanggulangan
Vit D3
masalah kesehatan
Kegiatan sosial 🗸
(bimbingan sosial)
G Komunikasi
Alat komunikasi yang 🗸 1 dari 7 lansia
Fasilitas pendidikan
digunakan dalam mempunyai
kelompok sehari-hari handphone
C Fasilitas pendidikan yang 🗸 Lansia mendapatkan Semua
Efektivitas proses
dimanfaatkan untuk kelompok bimbingan sosial setiap hari komunikasi lansia
komunikasi antar
untuk kegiatan penyuluhan rabu, bimbingan pembuatan baik
angota dalam
kesehatan, pembelajaran di kerajinan tangan dan
kelompok
kelompok lansia di PSTW, dll penyuluhan kesehatan yang

4
di laksanakan di Aula
Lingkungan sekitar tempat
D H Fasilitas rekreasi yang tersedia untuk kelompok
tinggal anggota kelompok
Sumber air bersih 🗸 🗸 Taman batu
Taman yang berada di
sekitar
wisma kemuning
Dapur umum 🗸 Kondisi dapur bersih dan 🗸
tidak berserakan. Setiap
lansia mempunyai rantang
makanan masing-masing. Gor atau Gedung
Jika sudah waktunya makan, serba guna berada
lansia akan menjemput Sarana olahraga di depan
makanan ke dapur, terkecuali lingkungan
lansia dengan kondisi yang PSTW
tidak memungkinkan untuk
mengambiil, makanan akan
dibawakan oleh pramu lansia

4
C. Diagnosa Keperawatan Kelompok Lansia
1. Analisa Data
No Analisa Data Masalah
Keperawatan
1. Hasil pengkajian (7 lansia) Ketidakefektifan
Data menunjukkan bahwa pemeliharaan
Data Subjektif: kesehatan pada
Hasil Wawancara:
kelompok lansia
- 4 orang lansia mengatakan memiliki riwayat gout
arthritis dengan Gout
- 4 orang lansia mengatakan nyeri sendi pada bagian Arthritis
lutut (nyeri sedang)
- 4 orang lansia mengatakan kakinya sakit saat
berjalan
- 5 orang lansia mengatakan jarang mengikuti senam
dan olahraga dan 2 lansia lainnya sering olahraga dan
senam
- 4 orang lansia mengatakan tidak mengetahui faktor
yang menyebabkan gout arthritis, dan 3 lansia
lainnya mengetahui faktor yang menyebabkan gout
arthritis
- 6 orang lansia ingin mengetahui lebih banyak
mengenai gout arthritis
- 1 orang lansia mengonsumsi obat asam urat, 3 lannya
tidak mengonsumsi obat asam urat

Data Objektif
Hasil Angket:
- 4 dari 7 orang lansia menderita gout arthritis, dan 3
lansia lainnya memiliki kadar asam urat normal
- 1 orang lansia berjalan secara mandiri namun
tertatih-tatih
- 3 orang lansia memiliki risiko jatuh rendah, 2 orang
lansia memiliki risiko jatuh sedang, 2 orang lansia
tidak berisiko jatuh
- 4 orang lansia berjenis kelamin laki-laki, 3 orang
lansia berjenis kelamin perempuan
- Semua lansia di wisma Nusa Indah dan Mawar
berumur > 60 tahun
- 5 orang lansia dengan pendidikan terakhir SD, dan 2
orang lansia dengan pendidikan terakhir SMP
- 3 dari 7 orang lansia memiliki IMT berlebih, 4 lansia

47
lainnya memiliki IMT normal
- Mayoritas lansia tidak berolahraga secara rutin
sebanyak 5 orang lansia, 2 orang lansia rutin
berolahraga
- Mayoritas lansia memiliki pola tidur yang kurang
sebanyak 5 orang lansia, 2 lansia lainnya memiliki
pola tidur yang cukup

Hasil Observasi:
- Sebanyak 3 dari 7 lansia jarang melakukan aktivitas
diluar wisma, 4 lansia lainnya sering melakukan
aktivitas di luar wisma
- Sebanyak 2 orang lansia mengikuti senam sehat pada
hari Sabtu
- Sebanyak 6 lansia sering menanyakan hal mengenai
gout arthritis
- Sebanyak 4 orang lansia tampak bingung ketika
ditanya mengenai penyebab gout arthritis, 3 lansia
lainnya mengetahui penyebab asam urat
- 1 orang lansia terlihat berjalan tertatih-tatih
2. Hasil pengkajian (7 lansia) Ketidakefektifan
Data menunjukkan bahwa manajemen
Data Subjektif: kesehatan pada
Hasil Wawancara:
kelompok lansia
- 5 orang lansia mengatakan memiliki riwayat
dengan hipertensi
hipertensi sejak lama, 2 lansia lainnya
mengatakan tidak memiliki riwayat hipertensi
- 3 dari 5 orang lansia yang menderita hipertensi
mengatakan mengkonsumsi obat hipertensi
- 2 dari 5 orang lansia mengatakan sesekali
mengalami pusing dan nyeri tengkuk
- Semua lansia mengatakan tahu makanan yang
menyebabkan hipertensi, namun sesekali
mengkonsumsi makanan tersebut (daging, kopi)
- 1 orang lansia mengonsumsi obat hipertensi

Data Objektif:
Hasil Angket:
- 2 dari 7 lansia menderita hipertensi saat ini
- 5 dari 7 lansia memiliki riwayat hipertensi
- 4 orang lansia berjenis kelamin laki-laki, 3 orang
lansia berjenis kelamin perempuan
- Semua lansia di wisma Nusa Indah dan Mawar
berumur >60 tahun

48
- 5 orang lansia dengan pendidikan terakhir SD,
dan 2 orang lansia dengan pendidikan terakhir
SMP
- 3 dari 7 orang lansia memiliki IMT berlebih, 4
lansia lainnya memiliki IMT normal
- Mayoritas lansia tidak berolahraga secara rutin
sebanyak 5 orang lansia, 2 orang lansia rutin
berolahraga
- Mayoritas lansia memiliki pola tidur yang kurang
sebanyak 5 orang lansia, 2 lansia lainnya
memiliki pola tidur yang cukup

Hasil Observasi:
- Sebanyak 3 dari 7 lansia jarang melakukan
aktivitas diluar wisma, 4 lansia lainnya sering
melakukan aktivitas di luar wisma
- Sebanyak 2 orang lansia mengikuti senam sehat
pada hari Sabtu

2. Prioritas Masalah
Masalah Keperawatan A B C D E F Total Ranking
Ketidakefetifan Pemeliharaan Kesehatan
pada Kelompok Lansia dengan Gout 9 10 9 10 10 8 56 1
Arthritis
Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan
7 8 8 9 9 7 48 2
pada Kelompok Lansia dengan Hipertensi

Keterangan:

A = Kesadaran lansia akan masalah

B = Motivasi lansia untuk menyelesaikan masalah

C = Kemampuan perawat dalam mmemengaruhi penyelesaian masalah

D = Ketersediaan ahli/pihak terkait terhadap solusi masalah

E = Beratnya konsekuensi jika masalah tidak terselesaikan

F = Mempercepat penyelesaian masalah dengan resolusi yang dapat dicapai

49
Berdasarkan hasil perhitungan skoring, maka diagnosa keperawatan yang muncul pada
kelompok lansia berdasarkan urutan prioritas adalah :

1. Ketidakefetifan Pemeliharaan Kesehatan Pemeliharaan Kesehatan pada Kelompok


Lansia dengan Gout Arthritis
2. Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan pada Kelompok Lansia dengan Hipertensi
D. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Keperawatan NOC NIC
Ketidakefektifan Kontrol faktor risiko dengan 1. Promosi kesehatan:
pemeliharaan kesehatan kriteria hasil: penyuluhan kesehatan
pada kelompok lansia 1. Meningkatnya tentang penyakit asam
dengan asam urat ketersediaan program urat
pendidikan publik
tentang asam urat 2. Proses kelompok:
Mendemontrasikan
2. Meningkatnya cara senam
ketersediaan layanan arganomis sebagai
kesehatan untuk alternatif mengatasi
mengobati penyakit nyeri asam urat
asam urat 3. Pemberdayaan:
Penanaman TOGA:
jahe merah untuk
3. Meningkatnya mengurangi nyeri
pemantauan komplikasi sendi (asam urat)
asam urat
4. Partnership:
Melakukan
pemeriksaan asam urat
dan kontrol rutin
kesehatan bersama
tenaga kesehatan
poliklinik.

5. Praktik keperawatan
profesional:
Kompres hangat jahe
merah untuk
mengatasi nyeri asam
urat

50
E. Implementasi Keperawatan
No Diagnosa Hari/Tgl Implementasi Evaluasi Paraf
Keperawatan
1. Ketidakefektifan Sabtu, 03 Pendidikan S:
pemeliharaan Februari kesehatan:  Lansia mengatakan
kesehatan pada 2024 Memberikan mengerti dengan
kelompok lansia Pukul penyuluhan materi yang
dengan Gout 10.00 – kesehatan disampaikan ners
Arthritis 10.30 WIB mengenai gout muda terkait
arthritis pengertian,
penyebab, faktor
resiko, tanda gejala,
komplikasi, serta
pencegahan dari
gout arthritis atau
asam urat.

O:
 Kegiatan dihadiri
oleh 7 orang lansia,
diantaranya 3 orang
dari Wisma Nusa
Indah dan 4 orang
dari Wisma Mawar
 Lansia tampak
memperhatikan dan
mendengarkan
penjelasan dari ners
muda dengan
seksama.
 Lansia tampak
bertanya mengenai
materi yang kurang
dimengerti
 3 orang lansia dapat
menjawab
pertanyaan
mengenai definisi,
penyebab, dan cara
mencegah gout
arthritis/asam urat.

A: Intervensi terlaksana

P: Menganjurkan lansia
untuk dapat terus
meningkatkan

51
pengetahuannya mengenai
asam urat. Intervensi
dilanjutkan dengan kegiatan
partnership bekerjasama
dengan perawat dan
pramulansia dalam
pengecekan asam urat.
2. Sabtu, 03 Partnership: S:
Februari 2024 Menjalin kerjasama  Perawat PSTW
pukul dengan perawat mengatakan bersedia
PSTW dalam bekerjasama dengan
10.35 – melakukan ners muda untuk
10.50 WIB pemeriksaan melakukan
kadar asam urat pengecekan kadar
dalam asam urat pada lansia
mempersiapkan  Lansia yang
terapi kompres mengikuti kegiatan
hangat jahe mengatakan bersedia
merah untuk dilakukan
pemeriksaan kadar
asam urat

O:
 Peserta yang hadir
sebanyak 7 lansia
 Perawat
mendampingi ners
muda melakukan
pemeriksaan kadar
asam urat pada lansia
 Lansia tampak
antusias dan
menanyakan hasil
pemeriksaan kadar
asam urat
 Lansia kooperatif

A: Intervensi terlaksana

P: Kegiatan dilanjutkan
dengan intervensi
keperawatan profesional
yaitu persiapan alat bahan
untuk penerapan terapi
kompres hangat jahe
merah dalam menurukan
nyeri pada penderita gout
arthritis.

52
3. Sabtu, 03 Keperawatan S:
Februari Profesional:  Lansia mengatakan
2024 pukul Menerapkan mengerti
10.55 – terapi kompres bagaimana
11.20 WIB hangat dengan melakukan terapi
jahe merah rendam kompres
untuk hangat dengan jahe
mengurangi merah serta
nyeri pada manfaatnya bagi
penderita gout
penderita gout
arthritis
arthritis/asam urat
 Lansia mengatakan
merasa rileks dan
nyeri berkurang
setelah dilakukan
kompres hangat
jahe merah
O:
 Peserta yang hadir
sebanyak 7 lansia
 Sebanyak 7 lansia
antusias mengikuti
kegiatan kompres
hangat dengan jahe
merah
 Lansia kooperatif
dan mampu
mengulangi cara
kompres hangat
dengan jahe merah

A: Intervensi terlaksana

P : Menganjurkan lansia
untuk menerapkan kompres
hangat dengan jahe merah
ketika dirasakan nyeri pada
sendiri akibat dari gout
arthritis atau asam urat yang
dialami. Intervensi
dilanjutkan dengan kegiatan
pemberdayaan yaitu
penanaman toga (jahe
merah).
4. Sabtu, 03 Pemberdayaan : S:
Februari Menggerakkan
2024 pukul lansia untuk ikut  Lansia mengatakan
16.00 – serta menanam mengerti denga
16.30 WIB TOGA (Jahe penjelasan n Ners
mengenai muda
pengertian
53
Merah) TOGA dan manfaat
tanaman TOGA (Jahe
Merah) untuk mengatasi
asam urat/gout arthritis
 Lansia mengatakan
mengerti bagaimana
cara menanam TOGA
(Jahe Merah)
O:
 Peserta yang dapat hadir
yaitu 7 orang lansia,
namun yang mengikuti
kegiatan secara aktif
dari awal hingga akhir
sebanyak 6 lansia, 1
lansia lainnya tidak ikut
menanam karena sesak
nafas.
 Lansia tampak antusias
dan semangat mengikuti
kegiatan
 Lansia tampak
menanam tanaman jahe
merah di dalam polybag
dan tanah
 Setiap lansia
mendapatkan
kesempatan untuk
menanam jahe merah
 Lansia dapat
mengulangi pengertian
dari TOGA serta
manfaat jahe merah
A: Intervensi terlaksana

P: Menganjurkan lansia
untuk dapat menjaga dan
memanfaatkan tanaman
TOGA (Jahe Merah)
untuk kesehatan
khususnya gout
arthritis/asam urat.
Intervensi dilanjutkan
dengan proses kelompok
yaitu senam ergonomis
untuk mengatasi asam
urat/gout arthritis

54
5. Senin, 05 Proses Kelompok: S:
Februari Senam Ergonomis  Lansia mengatakan
2024 pukul untuk mengurangi senang bisa mengikuti
09.55 – nyeri dan kegiatan senam
10.20 WIB menurunkan kadar  Lansia mengatakan
asam urat pada badan terasa lega dan
penderita gout lebih rileks
arthritis  Lansia mengatakan
ingin melakukan
senam ergonomis lagi
 Lansia mengatakan
nyeri dan kaku pada
kaki berkurang
 Lansia mengatakan
paham gerakan senam
ergonomis

O:
 Perserta yang hadir
sebanyak 5 lansia, 2
lainnya tidak hadir
karena sedang sakit
 Lansia kooperatif
 Lansia tampak
antusias,
memperhatikan dan
mengikuti senam
dengan saksama
 2 dari 3 lansia mampu
mengulangi gerakan
senam ergonomis

A: Intervensi terlaksana

P: Menganjurkan lansia
untuk melakukan senam
ergonomis secara mandiri
sebagai upaya menurunkan
nyeri dan kadar asam urat.
Intervensi dilanjutkan
dengan merawat dan
memanfaatkan tanaman
TOGA (Jahe merah),
kompres hangat dengan
jahe merah, senam
ergonomis, dan rutin
melakukan pemeriksaan
kesehatan di poliklinik
secara mandiri.

55
F. Evaluasi Sumatif
Diagnosa Respon Lansia Evaluasi Rencana Tindak Lanjut
Ya Tidak
Ketidakefektifan Pendidikan Kesehatan: - Lansia melakukan
pemeliharaan pencegahan dan cara
kesehatan pada - Lansia dapat √ penanggulangan asam urat
kelompok lansia memahami informasi
- Lansia rutin
dengan Gout yang diberikan
memeriksakan kesehatan
Arthritis mengenai asam urat
ke poliklinik minimal 1x
yang terdiri dari
seminggu
pengertian, tanda dan
gejala, penyebab, cara
- Lansia melakukan cek
kadar asam urat minimal
pencegahan, dan cara
1x sebulan
penanggulangan
- Lansia mampu
mengulang kembali √
informasi yang
diberikan mengenai
asam urat yang terdiri
dari pengertian, tanda
dan gejala, penyebab,
cara pencegahan, dan
cara penanggulangan.

Kemitraan/Partnership:
- Lansia rutin melakukan √ - Lansia rutin
memeriksakan kesehatan
pemeriksaan kesehatan
ke poliklinik ke poliklinik minimal 1x
√ seminggu
- Lansia melakukan cek
asam urat di - Lansia melakukan cek
poliklinik minimal 1x kadar asam urat minimal
dalam sebulan 1x sebulan

Keperawatan
Profesional : √
- Lansia memahami
- Lansia melakukan
kompres hangat jahe
manfaat dan cara
merah secara mandiri
kompres hangat jahe
untuk mengatasi nyeri
merah
asam urat
- Lansia mampu √
melakukan kompres
hangat jahe merah
secara mandiri

Pemberdayaan/Empowe
rment: - Lansia merawat dan

56
memanfaatkan tanaman
- Lansia mengetahui
jahe merah dalam upaya
manfaat dari tanaman √ mengurangi nyeri akibat
obat keluarga (jahe
asam urat
merah)
- Lansia mampu
membuat tanaman obat
keluarga (TOGA) √
untuk pengobatan
alternatif asam urat

Proses Kelompok:
- Lansia mampu - Lansia melakukan senam
memahami tujuan dan ergonomis secara mandiri

manfaat senam sebagai upaya dalam
ergonomis mengurangi kadar asam
- Lansia mampu urat dan mengurangi rasa
melakukan senam √
nyeri akibat kadar asam
ergonomis secara urat tinggi
mandiri

57
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Pengkajian data kelompok gerontik dilakukan dengan 7 orang lansia menggunakan


metode wawancara, pemeriksaan fisik, observasi, dan windshield survey yang berada di
wisma Nusa Indah dan Mawar PSTW Khusnul Khotimah Pekanbaru oleh Ners Muda
Fakultas Keperawatan Universitas Riau, semua alat dan metode pengumpulan data
difokuskan untuk mengetahui masalah yang dialami oleh lansia baik fisik dan psikologis.
Berdasarkan hasil pengkajian pada kelompok lansia di wisma Nusa Indah dan Mawar PSTW
Khusnul Khotimah yaitu :
a. Ketidakefektifan Pemeliharaan Kesehatan pada Kelompok Lansia dengan Gout
Arthritis
b. Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan pada Kelompok Lansia dengan Hipertensi
c. Setelah ditemui masalah kesehatan maka disusunlah suatu rencana keperawatan
gerontik yang akan disepakati bersama para lansia di PSTW Khusnul Khotimah.
Berdasarkan hasil musyawarah sudah disepakati sesuai dari dua masalah prioritas
ditetapkan satu masalah keperawatannya yaitu “Ketidakefektifan Pemeliharaan
Kesehatan pada Kelompok Lansia dengan Gout Arthritis”. Rencana kegiatan yang
dilakukan oleh Ners Muda bersama dengan lansia adalah sebagai berikut :
1. Promosi kesehatan : Penyuluhan kesehatan tentang penyakit Gout Arthritis (Asam
Urat)
2. Pemberdayaan : Menanam TOGA
3. Patnership : Melakukan kerja sama dengan perawat lansia untuk mengechek kadar
asam urat dan bekerjasama dengan pramulansia dalam melakukan kompres
menggunakan air hangat, dan parutan jahe merah
4. Proses kelompok : Melakukan senam pada lansia yang mengalami dengan Gout
Arthritis (Asam Urat)
5. Intervensi keperawatan professional : Kompres menggunakan air hangat dan parutan
jahe merah
Semua kegiatan yang direncanakan sudah dilaksanakan dengan baik oleh Ners Muda

58
dengan kelompok lansia PSTW Kota Pekanbaru sesuai dengan rencana keperawatan. Secara
umum tujuan kegiatan sudah tercapai. Setelah kegiatan dilakukan, para lansia mengucapkan
terimakasih kepada Ners Muda karena sudah memberikan lansia informasi.
B. Saran
Setelah dilakukan asuhan keperawatan terhadap kelompok gerontik, diharapkan :
1. PSTW Khusnul Khotimah
Agar dapat menggerakkan kelompok lansia supaya aktif dan ikut serta dalam
mengikuti kegiatan yang sudah dilaksanakan.
2. Kelompok Lansia
Dengan adanya intervensi yang sudah dilaksanakan diharapkan kelompok lansia
mampu untuk lebih menjaga kesehatan, menjaga pola hidup sehat dan menerapkan
implementasi yang sudah diajarkan oleh Ners Muda.
3. Mahasiswa
Kepada Ners Muda selanjutnya supaya lebih detail melakukan pengkajian
terhadap kelompok lansia dan mengembangkan lebih banyak lagi ide-ide secara
inovatif untuk melakukan asuhan keperawatan gerontik pada lansia yang akan dibina.

59
DAFTAR PUSTAKA
Akhriyansyah, M., Keliat, B. A., & Fernandes, F. (2019). Pengaruh Progressive Muscle
Relaxation Terhadap Perubahan Insomnia Dan Kemampuan Relaksasi Pada Lansia Di
Panti Sosial Tresna Wherda Kabupaten Bungo. Jurnal Kesehatan Medika Saintika, 10,
33–44
Aspiani, R. Y. (2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik, Aplikasi NANDA, NIC dan
NOC- Jilid 1. Jakarta: CV.TRANS INFO MEDIA.
Fandinata, S. S. & Ernawati, I. (2020). Management terapi pada penyakit degeneratif.
Gresik: Graniti.
Fitrianti, S., & Putri, M. E. (2018). Pemberian Relaksasi Otot Progresif pada Lansia Dengan
Hipertensi Essensial di Kota Jambi. Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi,
18(2), 368-374
Florence. (2022). Farmakologi: Obat-obat penting dalam pembelajaran ilmu farmasi dan
kesehatan. Malang: Media Nusa Creative.
Herliana, E. (2013). Penyakit Asam Urat Kandas Berkat Herbal. Media.
Hinonaung, J. S. H. & Tinungki, Y. L. (2023). Asam urat di perbatasan kepulauan
Indonesia-Filipina. Jambi: Sonpedia Publishing Indonesia.
Irmawati., Pailan, E., & Baharuddin. (2023). Analisis Faktor Risiko Gout Arthritis. Jurnal
Ilmiah Kesehatan Sandi Husada, 12(1)
Kemenkes RI. (2016). Situasi Lanjut Usia (Lansia) di Indonesia. Jakarta: Kemenkes RI
Kemenkes RI. (2018). Hasil Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Kemenkes RI
Kemenkes RI. (2019). Rencana Aksi Nasional Kesehatan Lanjut Usia Tahun 2016-2019.
Jakarta: Kemenkes RI
LeMone, P. (2015). Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah, Edisi-5, Vol 4. Jakarta: EGC.
Mujahidullah, & Khalid. (2012). Keperawatan gerontik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Muttaqin, A. (2008). Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Muskuloskeletal.
Jakarta: EGC.
Nasrullah, & Dede. (2016). Buku ajar keperawatan gerontik jilid I dengan pendekatan
asuhan keperawatan NANDA, NIC-NOC. Jakarta: TIM.
Nugroho, W. (2012). Keperawatan gerontik (edisi 5). Jakarta: EGC.

60
Perhimpunan Reumatologi Indonesia. (2018). Pedoman diagnosis dan pengelolaan gout.
Jakarta: Perhimpunan Reumatologi Indonesia.
Rahman, F. A. (2021). Lindungi dirimu dengan APD (Anti Penyakit Degeneratif).
Yogyakarta: Orbit Indonesia.
Sunaryo., dkk. (2016). Asuhan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: ANDI.
Wiarto, G. (2017). Nyeri Tulang dan Sendi. Gosyen Publisihing.

61
LAMPIRAN

62
Lampiran 1 Pre planning

PRE PLANNING PENDIDIKAN KESEHATAN GOUT ARTRITIS


LANSIA DI WISMA NUSA INDAH DAN WISMA MAWAR
PSTW HUSNUL KHOTIMAH PEKANBARU

A. Latar Belakang
Nyeri sendi sering dirasakan oleh lansia yang merupakan salah satu penyakit
degeneratif akibat bertambahnya usia seseorang. Masyarakat awam menyebutnya
penyakit asam urat. asam urat atau gout merupakan penyakit metabolik yang disebabkan
oleh kelebihan kadar senyawa urat di dalam tubuh, baik karena produksi berlebih,
eliminasi yang kurang atau peningkatan asupan purin. Gejalanya dapat timbul secara
mendadak pada sendi jari kaki atau sendi lainnya dan seing terjadi pada malam hari
(Safira dkk, 2022).
Berdasarkan data National Health Interview Survey (NHIS), selama 2019-2021
diperkirakan 53,2 juta orang dewasa (21,2%) pernah didiagnosis dokter bahwa mereka
menderita beberapa bentuk artritis, seperti rheumatoid arthritis, gout, lupus, atau
fibromyalgia. Prevalensi orang dewasa berusia 45-64 tahun yang mengalami artritis
adalah 26% atau 1 dari 4 melaporkan artritis yang didiagnosis dokter. Sedangkan lansia
berumur 65 tahun atau lebih, hampir separuh (47,3%) melaporkan artritis yang
didiagnosis dokter (Centers for Disease Control and Prevention, 2023). Menurut
Riskesdas (2013) menunjukkan bahwa penyakit Artritis Gout di Indonesia yang
diagnosis tenaga kesehatan sebesar 11,9% dan berdasarkan diagnosis dan gejala sebesar
24,7%, sedangkan berdasarkan daerah diagnosis tenaga Buletin Kesehatan tertinggi di
Nusa Tenggara Timur 33,1%, diikuti Jawa Barat 32,1% dan Bali 30%.
Kadar normal asam urat pada wanita adalah 2,4-6,0 mg/dl dan pada pria 3,0-7,0
mg/dl. Jika kadar asam urat melebihi nilai normal maka dikategorikan mengalami
hiperurisemia, yaitu terjadinya peningkatan kadar asam urat dalam darah (Janah dkk,
2021). Selain itu, jika tidak ditangani dengan efektif kondisi ini dapat berkembang

63
menjadi gout kronis dan bahkan dapat mengakibatkan gangguan fungsi ginjal berat,
serta penurunan kualitas hidup (Perhimpunan Reumatologi Indonesia, 2018)
Berdasarkan hasil pengkajian dan observasi pada lansia di Wisma Nusa Indah dan
Wisma Mawar PSTW Husnul Khatimah, didapatkan lansia mengalami masalah gout
artritis ada 4 lansia, beberapa lansia yang mengalami gout artritis mengeluh nyeri sendi,
tidak mengetahui bagaimana manajemen atau pengontrolan asam urat pada lansia.
Lansia juga sulit mengontrol pola makan karena sudah disediakan menu langsung dari
dapur PSTW khusnul khotimah. Berdasarkan latar belakang dan data tersebut, maka
diperlukan pengulangan pendidikan kesehatan tentang gout artritis.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan kegiatan pendidikan kesehatan bersama lansia di Wisma Nusa
Indah dan Wisma Mawar PSTW Khusnul Khotimah diharapkan lansia dapat kembali
mengingat tentang gout arthritis.
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan kegiatan pendidikan kesehatan selama 1 x 30 menit diharapkan
lansia:
a. Menjelaskan tentang definisi gout arthritis
b. Menjelaskan etiologi gout arthritis
c. Menjelaskan faktor risiko gout arthritis
d. Menjelaskan tanda dan gejala gout arthritis
e. Menjelaskan pencegahan gout arthritis dan cara mengontrol asam urat
f. Menjelaskan komplikasi gout arthritis
C. Rancangan Kegiatan
1. Topik : Gout arthritis
2. Sasaran : Lansia di PSTW Wisma Nusa Indah dan Wisma Mawar
3. Metode : Ceramah dan tanya jawab
4. Media dan alat : Power point, infokus, dan laptop
5. Jumlah Peserta : 7 peserta

64
D. Waktu dan tempat
Waktu : Sabtu, 03 Februari
2024 Jam : 09.30 WIB
Tempat : Wisma Nusa Indah di PSTW Husnul Khotimah
E. Pengorganisasian
Setting Tempat

Keterangan:
= Leader = Observer

= Fasilitator = Dokumenter

= Lansia

F. Susunan Acara

No Fase Waktu Kegiatan Mahasiswa Peserta (Lansia)


1 Orientasi 5 menit a. Mengucapkan salam a. Menjawab salam
dan memperkenalkan b. Menjawab
diri c. Memperhatikan
b. Melakukan perkenalan dan mendengarkan
sesama lansia d. Lansia memahami
c. Memvalidasi keadaan tujuan kegiatan
lansia penyuluhan
d. Menjelaskan tujuan kesehatan
kegiatan penyuluhan e. Lansia berpartisipasi
kesehatan dalam diskusi awal
e. Melakukan kontrak waktu
f. Memberikan kesempatan
bertanya
2 Kerja 15 a. Mengatur posisi lansia a. Mengatur posisi
menit b. Menjelaskan materi b.Berkenalan
terkait definisi, etiologi, c. Mendengarkan
65
faktor resiko, tanda dan d.Berinteraksi dan
gejala serta komplikasi berdiskusi
gout arthritis e. Lansia
c. Berinteraksi dan mengajukan
berdiskusi sesama pertanyaan
lansia mengenai gout f. Tersenyum
arthritis
d. Memberikan kesempatan
klien bertanya
e. Memberikan
reinforcement positif
3 Termina 10 a. Menanyakan perasaan a. Memberikan jawaban
si menit klien terkait kegiatan yang sesuai pertanyaan
telah dilakukan b. Menjawab
b. Menanyakan c. Mendengarkan dan
kembali terkait berpartisipasi
materi yang d. Mendengarkan dan
disampaikan menyetujui rencana
c. Memberikan selanjutnya
reinforcement positif e. Menjawab salam
d. Menyimpulkan materi
yang telah
disampaikan
e. Membuat kontrak
selanjutnya untuk rencana
implementasi berikutnya
f. Mengucapkan salam

G. Uraian Tugas
1. Leader : Anisa Herninandari, S.Kep
Tugas :

a. Mengkoordinir persiapan dan pelaksanaan kegiatan di Wisma Nusa Indah


b. Menyampaikan tujuan dan peraturan penyuluhan kesehatan sebelum
kegiatan dimulai
c. Memotivasi anggota untuk aktif dalam kelompok
d. Memimpin penyuluhan kesehatan dengan baik dan tertib
2. Fasilitator :
 Melvanriz Fahlevi, S.Kep
 Siti Nurdiyanah, S.Kep
 Putri Silvi, S.Kep
66
 Rabiatun, S.Kep

67
Tugas :
a. Menyediakan fasilitas selama kegiatan berlangsung
b. Memotivasi peserta untuk berperan aktif dalam kegiatan
3. Observer : Hapita Nirwani,
S.Kep Tugas :
a. Sebagai demonstrator
b. Mengobservasi jalannya proses kegiatan
c. Mengamati dan mencatat perilaku verbal serta non verbal pasien selama
kegiatan berlangsung
d. Mengawasi jalannya kegiatan mulai dari persiapan, proses hingga penutupan
4. Dokumentasi : Annaya Qamara Tasman, S. Kep
Tugas : Mendokumentasikan pelaksanaan kegiatan
H. Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi struktur
a. 100% pre planning disiapkan dan dikonsulkan dengan pembimbing
b. 100% media disiapkan
c. 100% kontrak dengan lansia sesuai rencana
2. Evaluasi proses
a. 100% lansia dan mahasiswa menghadiri kegiatan
b. 100% tempat dan media tersedia sesuai rencana
c. 80% pelaksanaan sesuai waktu dan strategi pelaksanaan
d. 80% lansia aktif dalam kegiatan
3. Evaluasi hasil
a. 90% lansia memahami definisi gout arthritis
b. 90% lansia memahami etiologi gout arthritis
c. 90% lansia memahami faktor risiko gout arthritis
d. 80% lansia dapat menyebutkan beberapa tanda dan gejala gout arthritis
e. 80% lansia memahami pencegahan gout arthritis dan cara mengontrol asam urat
f. 90% lansia memahami komplikasi gout arthritis

68
MATERI

A. Definisi Gout Arthritis


Gout merupakan penyakit progresif akibat deposisi kristal monosodium urat (MSU) di
sendi, ginjal, dan jaringan ikat lainnya sebagai akibat dari hiperurisemia yang berlangsung
kronik (Perhimpunan Reumatologi Indonesia, 2018). Sedangkan menurut Fandinata &
Ernawati (2020), artritis gout adalah suatu proses inflamasi yang terjadi karena deposisi
kristal asam urat pada jaringan sekitar sendi. Asam urat yang berlebih akan terkumpul pada
persendian sehingga menyebabkan rasa nyeri atau bengkak.
B. Faktor Risiko Gout Arthritis
Beberapa faktor risiko yang dapat mengakibatkan terjadinya gout arthritis adalah
(Florence, 2022):

1. Usia
Gout arthritis mungkin dapat terjadi pada usia muda, namun kejadian puncaknya
setelah usia 40 tahun
2. Jenis kelamin
Pria lebih memiliki resiko lebih besar terkena nyeri sendi dibandingkan perempuan
pada semua kelompok umur.
3. Penyakit kronis
Penyakit-penyakit yang berhubungan dengan tingginya kadar asam urat adalah
obesitas, diabetes mellitus, penyakit ginjal, hipertensi, dislipidemia.
4. Konsumsi makanan dengan purin tinggi
Makanan yang memiliki kadar purin tinggi seperti ikan laut, daging merah, jeroan,
kacang-kacangan, dan lainnya dapat mengakibatkan tingginya kadar asam urat.
5. Obat-obatan
Beberapa obat-obatan yang turut mempengaruhi terjadinya hiperurisemia misalnya
diuretik, antihipertensi, aspirin.
6. Konsumsi alkohol
Alkohol dapat menyebabkan pembuangan asam urat lewat urin ikut berkurang,
sehingga asam urat tetap bertahan di dalam darah.

69
C. Tanda dan Gejala Gout Arthritis
Tanda dan gejala yang muncul pada penderia gout adalah sebagai berikut (Hinonaung &
Tinungki, 2023):

1. Rasa nyeri hebat dan mendadak pada ibu jari kaki, lutut, pergelangan kaki, punggung
kaki, pergelangan tangan, siku, dan jari tangan.
2. Terganggunya fungsi sendi yang biasanya terjadi di satu tempat
3. Terjadi hiperurisemia dan penimbunan kristal asam urat dalam cairan dan jaringan sendi,
ginjal, tulang rawan, dan lain-lain.
4. Sendi tampak kemerahan
5. Peradangan dapat disertai demam
6. Pembengkakan tidak simetris pada satu sendi dan terasa panas.
D. Pencegahan Gout Arthritis dan Cara Mengontrol Asam Urat
Tatalaksana dan pencegahan gout arthritis dapat dengan mencegah kenaikan asam urat,
yaitu dengan memodifikasi gaya hidup. Namun, jika pada keadaan gout akut dan kronis,
harus mendapatkan obat-obatan secepatnya (Rahman, 2021). Pencegahan yang dapat
dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Latihan fisik
Latihan fisik sebaiknya dilakukan pada saat tidak terdapat gejala serangan akut.
Latihan yang dilakukan pada umumnya sama dengan anjuran latihan fisik bagi orang
sehat, yaitu latihan rutin 3-5 kali dalam seminggu selama 30-60 menit. Namun, pada
penderita gout arthritis perlu dilakukan latihan kekuatan otot, fleksibilitas otot dan sendi,
serta tidak dianjurkan untuk olahraga dengan intensitas berat yang berlebihan.
2. Diet
Hindari makanan dan minuman yang dapat menyebabkan meningkatnya kadar asam
urat. Selain itu, disarankan untuk minum air sekitar 8-16 gelas per hari (minimal 2 liter
per hari). Berikut rekomendasi diet untuk pasien gout (Perhimpunan Reumatologi
Indonesia, 2018):

70
a. Diet yang dihindari
Makanan tinggi purin (seperti jeroan, hati, daging); sirup jagung, soda,
minuman/makanan yang berpemanis tinggi fruktosa, dan konsumsi alkohol berlebihan.
b. Diet yang dikurangi/dibatasi
Daging sapi/domba, makanan laut tinggi purin (seperti sarden, lobster, udang,
kepiting, kerang, tiram, dll), jus dari buah yang manis.
c. Diet yang dianjurkan
Produk susu yang rendah atau tanpa lemak, vitamin C, dan sayuran.
3. Kebiasaan merokok
Disarankan untuk menghentikan kebiasaan merokok.
E. Komplikasi Gout Arthritis
Komplikasi dari gout arthritis meliputi (Florence, 2022):
1. Batu ginjal
2. Fraktur pada sendi
3. Severe degenerative arthritis
4. Infeksi sekunder

71
DAFTAR PUSTAKA

Centers for Disease Control and Prevention. (2023). Arthritis Related Statistics. Diakses
tanggal 31 Januari 2023, https://www-cdc-
gov.translate.goog/arthritis/data_statistics/arthritis-related- stats.htm?
_x_tr_sl=en&_x_tr_tl=id&_x_tr_hl=id&_x_tr_pto=tc

Fandinata, S. S. & Ernawati, I. (2020). Management terapi pada penyakit degeneratif.


Gresik: Graniti.

Florence. (2022). Farmakologi: Obat-obat penting dalam pembelajaran ilmu farmasi dan
kesehatan. Malang: Media Nusa Creative.

Janah, K., dkk. (2021). Penerapan kompres air hangat untuk menurunkan nyeri penderita
asam urat pada lansia di Desa Wonokerto Kulon. Prosiding Seminar Nasional
Kesehatan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas
Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan.

Hinonaung, J. S. H. & Tinungki, Y. L. (2023). Asam urat di perbatasan kepulauan


Indonesia-Filipina. Jambi: Sonpedia Publishing Indonesia.

Perhimpunan Reumatologi Indonesia. (2018). Pedoman diagnosis dan pengelolaan gout.


Jakarta: Perhimpunan Reumatologi Indonesia.

Rahman, F. A. (2021). Lindungi dirimu dengan APD (Anti Penyakit Degeneratif).


Yogyakarta: Orbit Indonesia.

Safira, Y. (2022). Pengaruh kompres bawang merah terhadap penurunan nyeri sendi pada
lansia dengan klien gout arthritis di Desa Muara Uwai Wilayah UPT BLUD
Puskesmas Laboy Jaya tahun 2021. SEHAT: Jurnal Kesehatan Terpadu, 1(1).

72
PRE PLANNING PEMBERDAYAAN PENANAMAN TOGA
(TANAMAN OBAT KELUARGA) JAHE MERAH DI WISMA
MAWAR DAN NUSA INDAH PSTW KHUSNUL
KHOTIMAH KOTA PEKANBARU

A. Latar Belakang
Toga (Tanaman Obat Keluarga) merupakan tanaman hasil budidaya rumahan yang
berkhasiat sebagai obat. Toga ini bisa dimanfaatkan sebagai obat tradisional. Obat tradisional
adalah bahan atau ramuan bahan yang berasal dari tumbuhan, hewan, mineral, sediaan sarian
(galenik) atau campuran dari bahan tersebut, yang secara turun temurun telah digunakan
untuk pengobatan berdasarkan pengalaman. Bagian tanaman yang digunakan dapat berupa
akar, batang, daun, umbi atau mungkin juga seluruh bagian tanaman. Indonesia yang beriklim
tropis merupakan Negara dengan keanekaragaman hayati terbesar kedua di dunia setelah
Brazil. Indonesia memiliki sekitar 25.000-30.000 spesies tanaman yang merupakan 80% dari
jenis tanaman di dunia dan 90 % dari jenis tanaman di Asia (Elisma et al., 2020). Kesulitan
mengakses fasilitas kesehatan semacam puskesmas apalagi rumah sakit dibeberapa daerah
tertentu, diikuti dengan harga obat sintetis yang mahal dan efek sampingnya bagi kesehatan
meningkatkan kembali semangat masyarakat untuk memahami tanaman herbal sebagai obat
tradisional dengan memanfaatkan sumberdaya alam yang ada di sekitar.
Hasil dari wawancara dan pemeriksaan asam urat di Wisma Nusa Indah dan Wisma
Mawar Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Khusnul Khatimah Pekanbaru, ditemukan 4 dari
7 orang lansia yang mengalami nyeri sendi dan riwayat gout arthritis. Salah satu intervensi
keperawatan yang dapat dilakukan yaitu pemberdayaan. Dalam hal ini, lansia diajarkan untuk
memanfaatkan tanaman obat tradisional dalam mengatasi masalah kesehatannya, seperti
gout arthritis. Salah satu tanaman obat yang bisa dimanfaatkan adalah jahe merah.
Jahe merah memiliki efek anti radang untuk mengatasi peradangan dan mengurangi rasa
nyeri akibat gout artritis. efek anti radang ini disebabkan komponen aktif jahe merah yang
terdiri dari gingerol, gingerdione dan zingeron yang berfungsi untuk menghambat leukotriene
dan prostaglandin yang merupakan mediator radang. Bagian tanaman jahe merah yang
digunakan untuk pengobatan gout artritis adalah rimpanya (akarnya) (Madoni, 2018).

73
Penelitian yang dilakukan oleh Roni dkk (2022) didapatkan hasil bahwa ada perbedaan yang
signifikan pada rata-rata intensitas nyeri gout artritis sebelum dan sesudah diberikan kompres
hangat parutan jahe merah (p=0,008).
B. Tujuan
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah mengikuti penyuluhan selama 30 menit, lansia dapat mengetahui dan
melakukan pemanfaatan tanaman toga (jahe merah) untuk mengatasi gout arthritis.
2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mendapatkan penyuluhan diharapkan peserta mampu:
a. Mengetahui pengertian TOGA
b. Mengetahui manfaat TOGA (Jahe Merah) untuk gout arthritis
c. Menanam TOGA (Jahe Merah) untuk mengatasi gout arthritis
C. Sasaran
Kelompok lansia di Wisma Nusa Indah dan Mawar PSTW Khusnul Khatimah
D. Strategi Pelaksanaan
Hari/Tanggal : Sabtu, 03 Februari
2024 Jam : 16.15 WIB
Durasi : 30 menit
Tempat : Halaman Wisma Mawar
E. Setting Tempat

Keterangan:
= Penyuluh = Observer = Moderator

= Fasilitator = Dokumentasi

= Lansia = Penanggung jawab

74
F. Metode
 Ceramah
 Tanya jawab
 Demonstrasi
G. Media
Tanaman Obat Keluarga (TOGA), yaitu jahe merah
H. Kegiatan

Waktu Tahap Kegiatan Pelaksana Respon Peserta


5 menit Orientasi a. Memberi salam a. Menjawab salam
b.Memperkenalkan diri b. Mendengarkan
c. Memvalidasi keadaan c. Memperhatikan
lansia
d.Menjelaskan tujuan
kegiatan penanaman TOGA
(jahe merah)
e. Melakukan kontrak waktu
15 menit Kerja a. Menjelaskan materi tentang a. Memperhatikan dan
pengertian TOGA dan mendengarkan
manfaat jahe merah b. Ikut serta dalam
b. Mendemonstrasikan menanam TOGA (jahe
penanaman TOGA (jahe merah)
merah)
c. Memotivasi peserta untuk
aktif dalam menanam
TOGA (jahe merah)

10 menit Terminasi a. Menanyakan perasaan f. Memberikan jawaban


klien terkait kegiatan yang sesuai pertanyaan
telah dilakukan g. Menjawab
b. Memberikan kesempatan h. Mendengarkan dan
kepada lansia untuk berpartisipasi
bertanya i. Mendengarkan dan
c. Menanyakan kembali menyetujui rencana
terkait materi yang selanjutnya
disampaikan j. Menjawab salam
d. Memberikan reinforcement
positif
e. Membuat kontrak waktu
untuk rencana
implementasi berikutnya
f. Mengucapkan salam

75
I. Uraian Tugas
a. Penanggung jawab : Annaya Qamara Tasman, S.Kep
Tugas : Menyusun rangkaian kegiatan mulai dari pre planning hingga
evaluasi
b. Penyuluh : Melvanriz Fahlevi, S.Kep
Tugas : Menjelaskan dan memaparkan materi penyuluhan
c. Moderator : Hapita Nirwani, S.Kep
Tugas : Membuka acara, menyampaikan maksud dan tujuan, membuat
kontrak waktu
d. Fasilitator : Siti Nurdiyanah, S.Kep & Rabiatun, S.Kep
Tugas : Memotivasi dan memfasilitasi lansia untuk berperan aktif
dalam penyuluhan
e. Observer : Anisa Herninandari, S.Kep
Tugas : Mengamati proses pelaksanaan kegiatan dari awal sampai akhir
dan membuat laporan penyuluhan
f. Dokumentasi : Putri Silvi, S.Kep
Tugas : Mendokumentasikan pelaksanaan kegiatan penyuluhan
J. Evaluasi
a. Evaluasi struktur
1) 100% preplanning dipersiapkan dan dikonsultasikan dengan pembimbing sebelum
kegiatan dilakukan
2) 100% tempat dan alat telah disepakati dan dipersiapkan sebelum kegiatan berlangsung
3) 100% peran dan tanggung jawab masing-masing dengan tempat yang luas dan
dipersiapkan sebelum kegiatan berlangsung
4) 100% setting tempat yang diatur disesuaikan dengan tempat yang luas dan sirkulasi
yang baik
b. Evaluasi proses
1) 100% peran dan tugas mahasiswa sesuai perencanaan
2) 80% peserta yang hadir berperan aktif dan mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir

76
c. Evaluasi hasil
1) 80% lansia mengetahui pengertian TOGA
2) 80% lansia mengetahui manfaat penanaman TOGA (jahe merah) untuk gout arthritis
3) 80% lansia berperan aktif dalam menanam TOGA (Jahe Merah)

77
MATERI
A. Pengertian TOGA
Tanaman Obat Keluarga (TOGA) adalah sekumpulan tanaman berkhasiat obat untuk
kesehatan keluarga yang ditata menjadi suatu taman dan memiliki keindahan (Mallaleng, 2022).
Sedangkan menurut Ernawati (2019), TOGA adalah berbagai jenis tanaman yang dibudidayakan,
baik di halaman atau perkarangan rumah, ladang atau kebun yang dapat memenuhi keperluan
keluarga terhadap obat-obatan.
B. Manfaat TOGA
Adapun manfaat TOGA untuk kesehatan adalah untuk meningkatkan daya tahan tubuh
agar tidak mudah terserang penyakit, mencegah penyakit dan atau risiko kesehatan dan dampak
lanjut dari penyakit tertentu, mengatasi keluhan kesehatan ringan dan atau pertolongan pertama
terhadap suatu penyakit, pemulihan dan perawatan kesehatan (Mallaleng, 2022). Selain untuk
kesehatan, manfaat TOGA lainnya adalah penambah gizi keluarga (papaya, timun, dan bayam);
bumbu atau rempah-rempah masakan (kunyit, kencur, jahe, serai, daun salam); menambah
keindahan (mawar, bunga matahari, kembang sepatu, kumis kucing, melati) (Fadhli, 2023).
C. Jahe Merah

Tanaman jahe merah termasuk dalam famili Zingiberaceae. Masyarakat Lampung


menyebutnya jahi sedangkan di Sunda disebut dengan jahe beureum. Jahe merah memiliki efek
anti radang untuk mengatasi peradangan dan mengurangi rasa nyeri akibat gout artritis. efek anti
radang ini disebabkan komponen aktif jahe merah yang terdiri dari gingerol, gingerdione dan
zingeron yang berfungsi untuk menghambat leukotriene dan prostaglandin yang merupakan

78
mediator radang. Bagian tanaman jahe merah yang digunakan untuk pengobatan gout artritis
adalah rimpanya (akarnya) (Madoni, 2018).
Pemanfaatan parutan jahe merah dalam menurunkan nyeri sendi juga sudah diteliti.
Penelitian yang dilakukan oleh Roni dkk (2022) didapatkan hasil bahwa ada perbedaan yang
signifikan pada rata-rata intensitas nyeri gout artritis sebelum dan sesudah diberikan kompres
hangat parutan jahe merah (p=0,008). Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Listyarini (2022),
didapatkan bahwa ada pengaruh kompres jahe merah terhadap penurunan nyeri sendi pada lansia
dengan asam urat di Desa Ketanjung Karanganyar Kabupaten Demak, dimana tingkat nyeri
responden dari nyeri sedang menjadi nyeri ringan setelah dilakukan kompres jahe merah di Desa
Ketanjung.
D. Syarat Bahan
Dalam memilih bahan ramuan tanaman obat, seperti: akar, rimpang, umbi, kulit batang,
kayu, daun, bunga, atau seluruh tanaman (herbal) harus memperhatikan:
1. Bahan segar,
2. Warna cerah,
3. Telah tua/matang/masak sempurna,
4. Masih dalam keadaan utuh,
5. Tidak rusak oleh serangan ulat atau hama dan penyakit tanaman lainnya, tidak
bercendawan/ berjamur atau akar yang berlumut,
6. Buah segar, tidak keriput, kulit batang tidak retak, dan
7. Daun, bunga, kulit, umbi yang tidak berubah warna atau layu.

79
DAFTAR PUSTAKA

Elisma, E., Rahman, H., & Lestari, U. (2020). Ppm Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pengolahan
Tanaman Obat Sebagai Obat Tradisional Di Desa Mendalo Indah Jambi Luar Kota.
SELAPARANG Jurnal Pengabdian Masyarakat Berkemajuan, 4(1), 274.
https://doi.org/10.31764/jpmb.v4i1.2736
Ernawati, L. (2019). Hidup sehat dengan TOGA. Yogyakarta: Laksana.

Fadhli, W. M. (2023). Tanaman obat desa pakuli. Pekalongan: NEM.

Listyarini, A. D., dkk. (2022). Pengaruh kompres jahe merah terhadap tingkat nyeri penurunan
nyeri sendi pada lansia dengan asam urat di Desa Ketanjung. Jurnal Profesi Keperawatan,
9(2).

Madoni, A. (2018). Pengaruh kompres hangat memakai parutan jahe terhadap penurunan intensitas
nyeri gout arthritis pada lansia di wilayah kerja puskesmas lubuk begalung tahun 2017.
MENARA Ilmu, 12(79).

Mallaleng, H. R. (2022). Tanaman obat keluarga. Malang: Rena Cipta Mandiri


Pangestu, R.(2022). Rebusan air serai efektif menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi
di posyandu lansia desa turus. Jurnal penelitian keperawatan,8(2), 203-211.
Roni, Y., dkk. (2022). Efektivitas pemberian kompres hangat parutan jahe merah terhadap
penurunan skala nyeri gout artritits pada lansia di Wilayah Kerja UPTD Kesehatan
Puskesmas Sentajo. JONAH (Journal of Nursing and Homecare), 1(2).

80
PRE PLANNING PARTNERSHIP: PEMERIKSAAN ASAM
URAT BERSAMA PERAWAT PSTW PADA LANSIA DI WISMA
NUSA INDAH DAN MAWAR PSTW KHUSNUL KHOTIMAH
KOTA PEKANBARU

A. Latar Belakang
Nyeri sendi sering dirasakan oleh lansia yang merupakan salah satu penyakit
degeneratif akibat bertambahnya usia seseorang. Masyarakat awam menyebutnya penyakit
asam urat. asam urat atau gout merupakan penyakit metabolik yang disebabkan oleh
kelebihan kadar senyawa urat di dalam tubuh, baik karena produksi berlebih, eliminasi yang
kurang atau peningkatan asupan purin. Gejalanya dapat timbul secara mendadak pada sendi
jari kaki atau sendi lainnya dan seing terjadi pada malam hari (Safira dkk, 2022).
Berdasarkan data National Health Interview Survey (NHIS), selama 2019-2021
diperkirakan 53,2 juta orang dewasa (21,2%) pernah didiagnosis dokter bahwa mereka
menderita beberapa bentuk artritis, seperti rheumatoid arthritis, gout, lupus, atau
fibromyalgia. Prevalensi orang dewasa berusia 45-64 tahun yang mengalami artritis adalah
26% atau 1 dari 4 melaporkan artritis yang didiagnosis dokter. Sedangkan lansia berumur 65
tahun atau lebih, hampir separuh (47,3%) melaporkan artritis yang didiagnosis dokter
(Centers for Disease Control and Prevention, 2023). Menurut Riskesdas (2013) menunjukkan
bahwa penyakit Artritis Gout di Indonesia yang diagnosis tenaga kesehatan sebesar 11,9%
dan berdasarkan diagnosis dan gejala sebesar 24,7%, sedangkan berdasarkan daerah diagnosis
tenaga Buletin Kesehatan tertinggi di Nusa Tenggara Timur 33,1%, diikuti Jawa Barat 32,1%
dan Bali 30%.
Kadar normal asam urat pada wanita adalah 2,4-6,0 mg/dl dan pada pria 3,0-7,0 mg/dl.
Jika kadar asam urat melebihi nilai normal maka dikategorikan mengalami hiperurisemia,
yaitu terjadinya peningkatan kadar asam urat dalam darah (Janah dkk, 2021). Selain itu, jika
tidak ditangani dengan efektif kondisi ini dapat berkembang menjadi gout kronis dan bahkan
dapat mengakibatkan gangguan fungsi ginjal berat, serta penurunan kualitas hidup
(Perhimpunan Reumatologi Indonesia, 2018). Penanganan yang dapat dilakukan pada lansia
dengan gour arthritis adalah terapi farmakologi dan non-farmakologi. Terapi farmakologi

81
yaitu dengan pemberian obat nyeri sendi dan untuk menurunkan kadar asam urat dalam darah
lansia. Sedangkan terapi non farmakologi yang dapat dilakukan adalah kompres hangat,
rendam kaki air hangat, dll (Roni dkk, 2022).
Hasil dari pengkajian dan observasi pada lansia di Wisma Nusa Indah dan Mawar
PSTW Khusnul Khatimah Pekanbaru didapatkan 4 dari 7 lansia mengalami masalah gout
arthritis. Berdasarkan latar belakang dan data yang ada, maka diperlukan kerjasama berbagai
pihak untuk menjaga kesehatan lansia dengan rutin melakukan pemeriksaan asam urat untuk
mengontrol kadar asam urat pada lansia.
B. Tujuan
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah dilaksanakan pemeriksaan asam urat bersama perawat PSTW Khusnul
Khatimah, diharapkan seluruh pihak terkait dan lansia dapat lebih peduli dalam mencegah
dan merawat masalah gout arthritis.
2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mendapatkan pemeriksaan asam urat diharapkan lansia mampu:
a. Mengetahui pentingnya pemeriksaan asam urat
b. Mengetahui nilai asam urat normal dan tidak normal
c. Melakukan pemeriksaan rutin apabila memiliki riwayat gout arthritis
C. Rancangan Kegiatan
1. Topik : Pemeriksaan Asam Urat
2. Sasaran : Lansia di Wisma Nusa Indah dan Wisma Mawar PSTW Khusnul Khatimah
3. Metode : Demonstrasi
4. Media dan alat : Alat pengukur kadar asam urat (autocheck), alcohol swab, handscoon
5. Jumlah Peserta : 7 peserta
D. Waktu dan tempat
Waktu : Sabtu, 03 Februari 2024
Jam : 10.00 WIB
Durasi : 20 menit
Tempat : Wisma Nusa Indah di PSTW Khusnul Khotimah

82
E. Setting Tempat

Keterangan:
= Leader = Observer = Moderator

= Fasilitator = Dokumenter

= Lansia = Perawat

F. Susunan Acara
Waktu Tahap Kegiatan Pelaksana Peserta (lansia)
5 menit Orientasi a.Memberi salam a.Menjawab salam
b.Memperkenalkan diri b.Mendengarkan
c.Menjelaskan tujuan pemeriksaan asam c.Memperhatikan
urat d.Melakukan kontrak waktu
e.Memberikan kesempatan bertanya
10 menit Kerja a.Menjelaskan pentingnya pemeriksaan a.Memperhatikan dan
asam urat dan kadar asam urat normal dan mendengarkan
tidak normal b.Kooperatif saat
b.Mempersiapkan alat (alat pengukur kadar dilakukan
asam urat (autocheck), alcohol swab, pemeriksaan asam
handscoon) urat
c.Melakukan pemeriksaan asam urat
5 menit Terminasi a. Menginformasikan hasil pemeriksaan a. Memberi jawaban
asam urat lansia sesuai pertanyaan
b. Memberikan kesempatan kepada b. Mendengarkan
lansia untuk bertanya dan berpartisipasi
c. Menanyakan kembali terkait kadar c. Mendengarkan dan
asam urat normal dan tidak normal menyetujui rencana
d. Memberikan reinforcement positif d. Menjawab salam
e. Membuat kontrak selanjutnya
f. Mengucapkan salam

83
G. Uraian Tugas
1. Leader : Annaya Qamara Tasman
Tugas : Mengkoordinir persiapan dan pelaksanaan kegiatan
2. Moderator : Siti Nurdiyanah
Tugas : Membuka acara, menyampaikan maksud dan tujuan, membuat kontrak waktu
3. Fasilitator : Hapita Nirwani, Putri Silvi, Melvanriz Fahlevi
Tugas : Memfasilitasi perawat dalam melakukan pemeriksaan asam urat, dan memfasilitasi
pramulansia untuk mempersiapkan alat yang dibutuhkan
4. Observer : Anisa Herninandari
Tugas : Mengamati proses pelaksanaan kegiatan dari awal sampai akhir dan membuat laporan
kegiatan yang dilakukan
5. Dokumentasi : Rabiatun
Tugas : Mendokumentasikan pelaksanaan kegiatan pemeriksaan asam urat
H. Evaluasi Kegiatan
1. Evaluasi struktur
a. 100% pre planning dipersiapkan dan dikonsultasikan dengan pembimbing sebelum
kegiatan dilakukan
b. 100% tempat dan alat telah disepakati dan dipersiapkan sebelum kegiatan berlangsung
c. 100% peran dan tanggung jawab masing-masing dilakukan
d. 100% kontrak dengan lansia sesuai rencana
2. Evaluasi proses
a. 100% peran dan tugas sesuai perencanaan
b. 90% kegiatan dilakukan tepat waktu
c. 100% tempat dan media tersedia sesuai rencana
d. 90% pelaksanaan sesuai waktu dan strategi pelaksanaan
e. 80% lansia aktif dalam kegiatan
3. Evaluasi hasil
a. 90% lansia memahami pentingnya pemeriksaan asam urat
b. 90% lansia memahami nilai asam urat normal dan tidak normal
c. 100% lansia melakukan pemeriksaan rutin apabila memiliki riwayat gout arthritis

84
DAFTAR PUSTAKA

Centers for Disease Control and Prevention. (2023). Arthritis Related Statistics. Diakses tanggal 31
Januari 2023, https://www-cdc-gov.translate.goog/arthritis/data_statistics/arthritis-related-
stats.htm?_x_tr_sl=en&_x_tr_tl=id&_x_tr_hl=id&_x_tr_pto=tc
Janah, K., dkk. (2021). Penerapan kompres air hangat untuk menurunkan nyeri penderita asam urat
pada lansia di Desa Wonokerto Kulon. Prosiding Seminar Nasional Kesehatan Lembaga
Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Muhammadiyah Pekajangan
Pekalongan.

Madoni, A. (2018). Pengaruh kompres hangat memakai parutan jahe terhadap penurunan intensitas
nyeri gout arthritis pada lansia di wilayah kerja puskesmas lubuk begalung tahun 2017.
MENARA Ilmu, 12(79).

Perhimpunan Reumatologi Indonesia. (2018). Pedoman diagnosis dan pengelolaan gout. Jakarta:
Perhimpunan Reumatologi Indonesia.

Roni, Y., dkk. (2022). Efektivitas pemberian kompres hangat parutan jahe merah terhadap
penurunan skala nyeri gout artritits pada lansia di Wilayah Kerja UPTD Kesehatan Puskesmas
Sentajo. JONAH (Journal of Nursing and Homecare), 1(2).
Safira, Y. (2022). Pengaruh kompres bawang merah terhadap penurunan nyeri sendi pada lansia
dengan klien gout arthritis di Desa Muara Uwai Wilayah UPT BLUD Puskesmas Laboy Jaya
tahun 2021. SEHAT: Jurnal Kesehatan Terpadu, 1(1).

85
PRE PLANNING PROSES KELOMPOK SENAM ERGONOMIS
UNTUK MENURUNKAN KADAR ASAM URAT LANSIA DENGAN
GOUT ARTHRITIS DI WISMA NUSA INDAH DAN MAWAR PSTW
KHUSNUL KHOTIMAH

A. Latar Belakang
Nyeri sendi sering dirasakan oleh lansia yang merupakan salah satu penyakit degeneratif
akibat bertambahnya usia seseorang. Masyarakat awam menyebutnya penyakit asam urat. asam
urat atau gout merupakan penyakit metabolik yang disebabkan oleh kelebihan kadar senyawa
urat di dalam tubuh, baik karena produksi berlebih, eliminasi yang kurang atau peningkatan
asupan purin. Gejalanya dapat timbul secara mendadak pada sendi jari kaki atau sendi lainnya
dan seing terjadi pada malam hari (Safira dkk, 2022).
Berdasarkan data National Health Interview Survey (NHIS), selama 2019-2021
diperkirakan 53,2 juta orang dewasa (21,2%) pernah didiagnosis dokter bahwa mereka
menderita beberapa bentuk artritis, seperti rheumatoid arthritis, gout, lupus, atau fibromyalgia.
Prevalensi orang dewasa berusia 45-64 tahun yang mengalami artritis adalah 26% atau 1 dari 4
melaporkan artritis yang didiagnosis dokter. Sedangkan lansia berumur 65 tahun atau lebih,
hampir separuh (47,3%) melaporkan artritis yang didiagnosis dokter (Centers for Disease
Control and Prevention, 2023). Menurut Riskesdas (2013) menunjukkan bahwa penyakit
Artritis Gout di Indonesia yang diagnosis tenaga kesehatan sebesar 11,9% dan berdasarkan
diagnosis dan gejala sebesar 24,7%, sedangkan berdasarkan daerah diagnosis tenaga Buletin
Kesehatan tertinggi di Nusa Tenggara Timur 33,1%, diikuti Jawa Barat 32,1% dan Bali 30%.
Kadar normal asam urat pada wanita adalah 2,4-6,0 mg/dl dan pada pria 3,0-7,0 mg/dl.
Jika kadar asam urat melebihi nilai normal maka dikategorikan mengalami hiperurisemia, yaitu
terjadinya peningkatan kadar asam urat dalam darah (Janah dkk, 2021). Selain itu, jika tidak
ditangani dengan efektif kondisi ini dapat berkembang menjadi gout kronis dan bahkan dapat
mengakibatkan gangguan fungsi ginjal berat, serta penurunan kualitas hidup (Perhimpunan
Reumatologi Indonesia, 2018).
Penanganan yang dapat dilakukan pada lansia dengan nyeri sendi gout arthritis adalah

86
terapi farmakologi dan non-farmakologi. Terapi farmakologi yaitu dengan pemberian obat
nyeri sendi dan untuk menurunkan kadar asam urat dalam darah lansia. Sedangkan terapi non
farmakologi yang dapat dilakukan salah satunya adalah senam ergonomis (Roni dkk, 2022).
Senam ergonomis adalah teknik senam untuk mengembalikan posisi dan kelenturan sistem
saraf serta aliran darah, memaksimalkan suplai oksigen ke otak, membuka sistem kecerdasan,
keringat, termoregulasi, pembakaran asam urat, kolesterol, gula darah, asam laktat, kesegaran
tubuh dan imunitas (Saragih dkk, 2020).
Gerakan senam ergonomis merupakan kombinasi dari gerakan otot dan teknik
pernapasan. Teknik pernapasan yang dilakukan secara sadar dan menggunakan diafragma
memungkinkan abdomen terangkat perlahan dan dada mengembang penuh. Teknik pernapasan
tersebut mampu memberikan pijatan pada jantung akibat dari naik turunnya diafragma,
membuka sumbatan-sumbatan dan memperlancar aliran darah ke jantung dan ke seluruh tubuh.
Sehingga memperlancar pengangkatan sisa pembakaran seperti asam urat oleh plasma darah
dari sel ke ginjal dan usus besar untuk dikeluarkan dalam bentuk urin dan feses (Anggraeni &
Mujahid, 2020). Penelitian yang dilakukan Hidayat & Cloudia (2020) menunjukkan hasil
bahwa terdapat pengaruh senam ergonomis terhadap perubahan kadar asam urat pada lansia di
Balai Pelayanan Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Yogyakarta.
Berdasarkan hasil pengkajian dan observasi pada lansia di Wisma Nusa Indah dan Mawar
PSTW Khusnul Khotimah didapatkan 4 dari 7 lansia memiliki kadar asam urat yang tinggi.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka ners muda tertarik untuk melakukan senam ergonomis
penurun kadar asam urat pada lansia dengan gout arthritis..
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan proses kelompok diharapkan lansia mampu melakukan senam
ergonomis untuk menurunkan kadar asam urat.
2. Tujuan khusus
Setelah dilakukan kegiatan proses kelompok selama 1 x 25 menit diharapkan lansia
mampu:
a. Mengetahui definisi senam ergonomis
b. Mengetahui manfaat senam ergonomis

87
c. Mendemonstrasikan senam ergonomis
C. Sasaran
Kelompok lansia di Wisma Nusa Indah dan Mawar PSTW Khusnul Khatimah dengan
kriteria kadar asam urat di atas normal, nyeri sendi, kekuatan otot minimal 4-4-4-4.
D. Strategi Pelaksanaan
Hari/Tanggal : Senin, 05 Februari
2024 Jam : 10.00 WIB
Durasi : 30 menit
Tempat : Wisma Nusa Indah PSTW Khusnul Khatimah
E. Setting Tempat

Keterangan:
= Leader = Observer
= Fasilitator = Dokumentasi

= Lansia = Co-leader

F. Media
Video, speaker dan ruangan
G. Susunan Acara

No. Waktu Kegiatan Pelaksana Kegiatan Peserta


1. Pembukaan (5 Menit)  Mengucapkan salam  Menjawab salam
 Perkenalan diri  Memperhatikan dan
 Memvalidasi keadaan lansia mendengarkan
 Menjelaskan tujuan kegiatan penjelasan
proses kelompok (senam
ergonomis)
 Melakukan kontrak waktu

88
2 Kerja (10 menit)  Menjelaskan definisi, manfaat, dan  Memperhatikan dan
langkah-langkah senam mendengarkan
ergonomis  Memberikan pertanyaan
 Memberikan kesempatan lansia  Melakukan
untuk bertanya senam ergonomis
 Mendemonstrasikan senam ergonomis
3. Penutup (5 menit)  Mengevaluasi perasaan peserta setelah  Mendengarkan dan
melakukan senam ergonomis adanya umpan
 Memberikan reinforcement positif balik
 Mengevaluasi cara melakukan senam  Menjawab salam
ergonomis
 Memberi salam penutup

H. Uraian Tugas
1. Leader: Melvanriz Fahlevi, S.Kep
Tugas: Mengkoordinir persiapan dan pelaksanaan kegiatan serta memimpin senam
ergonomis.
2. Co-leader: Putri Silvi,
S.Kep Tugas:
a. Membuka acara
b. Memperkenalkan mahasiswa
c. Membuat kontrak waktu
d. Menjelaskan tujuan kegiatan
e. Memberikan kesempatan dan lansia untuk bertanya
3. Fasilitator: Anisa Herninandari, S.Kep, Hapita Nirwani, S.Kep, Annaya Qamara Tasman,
S.Kep
Tugas: Memfasilitasi peserta dalam pelaksanaan senam ergonomis
4. Observer: Rabiatun, S.Kep
Tugas: Mengamati proses pelaksanan kegiatan senam ergonomis dari awal sampai akhir dan
membuat laporan hasil kegiatan
5. Dokumentasi: Siti Nurdiyanah, S.Kep
Tugas: Mendokumentasikan pelaksanaan kegiatan

89
I. Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi struktur
a. 100% lansia dan mahasiswa menghadiri kegiatan
b. 100% tempat dan media serta alat penunjang tersedia sesuai rencana
2. Evaluasi proses
a. 100% peran dan tugas mahasiswa sesuai rencana
b. 80% lansia hadir mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
c. 80% lansia yang hadir berperan aktif selama kegiatan berlangsung
3. Evaluasi hasil
a. 90% lansia memahami definisi senam ergonomis
b. 90% lansia memahami manfaat senam ergonomis
c. 70% lansia mampu mendemonstrasikan senam ergonomis

90
MATERI

A. Definisi Senam Ergonomis


Senam ergonomis adalah serangkaian gerakan yang diambil dari gerakan Shalat. Gerakan
ergonomis ini sesuai dengan susunan dari fisiologi tubuh manusia (Astuti et al., 2022). Senam
ergonomis atau senam inti prima raga adalah teknik senam untuk mengembalikan atau
membetulkan posisi dan kelenturan sistem saraf dan aliran darah (Upriani & Priyantari, 2018)
B. Manfaat Senam Ergonomis
Manfaat utama dari senam ergonomis ialah menarik ujung-ujung urat saraf,
mengembalikan posisi saraf, mensirkulasikan oksigen melalui aliran darah ke otak. Gerakan
senam ergonomis sangat efektif dalam memelihara kesehatan karena gerakannya sangat
anatomis, simpel, dan tidak berbahaya sehingga dapat dilakukan oleh semua orang. Senam
ergonomis juga memaksimalkan suplai oksigen ke otak, sistem pemanas tubuh, sistem
pembakaran asam urat, kolesterol, gula darah, asam laktat, sistem pembuatan elektrolit atau ozon
dalam tubuh dan energi negatif/virus, serta sistem pembuangan energi negatif dari dalam tubuh
(Sagiran, 2019).
C. Indikasi dan Kontraindikasi Senam Ergonomis
Indikasi dari senam ergonomis dapat diberikan kepada penderita dengan hipertensi,
hiperurisemia, hiperkolesterolemia, lansia dengan kekuatan otot minimal 4-4-4-4. Sedangkan
kontraindikasi senam ergonomis adalah klien yang memiliki keluhan demam, pusing, nyeri dada
(Alifatun, 2019).
D. Gerakan Senam Ergonomis
Senam ergonomis terdiri dari beberapa gerakan, yaitu sebagai berikut:
1. Gerakan ke – 1 lapang dada
Berdiri tegak, kedua lengan diputar ke belakang secara maksimal, rasakan keluar masuk nafas
dengan rileks. Saat kedua tangan berada di atas kepala, jari kaki jinjit. Dilakukan sebanyak 3
kali
2. Gerakan ke – 2 tunduk syukur
Dimulai dari gerakan berdiri tegak, lalu menarik nafas dalam secara rileks, lalu tahan nafas
sambil membungkukkan badan ke depan (nafas dada) semampunya. Kedua tangan

91
berpegangan pada area paha sampai punggung terasa tertarik. Wajah menengadah sampai
terasa tegang/ panas. Saat melepaskan nafas, lakukan secara rileks. Dilakukan sampai 3 kali.
3. Gerakan ke – 3 duduk perkasa
Menarik nafas dalam (nafas dada) lalu tahan sambil badan membungkuk dan kedua tangan
bertumpu pada area kaki . Wajah menengadah sampai terasa tegang/ panas. Dilakukan sampai
3 kali.
4. Gerakan ke – 4 menyeimbangkan otak kanan – kiri
Posisi duduk simpuh dengan lima jari kaki ditekuk pada ujung jarinya (sebagai tumpuan) atau
duduk pembakaran, kemudian bernafas dengan rileks. Pergelangan tangan diputar ke arah
dalam (ke arah pinggang) lalu ke arah luar. Tangan sejajar dengan mata, telapak tangan
menghadap ke atas. Dimulai dengan kanan, lalu ke kiri. Masing - masing 3 kali. Lakukan
putaran sebaliknya sampai kembali ke posisi awal.

92
DAFTAR PUSTAKA

Anggraeni, T. A., & Mujahid, I. (2020). Pemberian Senam Ergonomok Berbasis Spiritual Pada
Lansia Dengan Prediksi Gout ArthritisDiwilayah Kerja Puskesmas Sokaraja I. Jurnal
Keperawatn Muhammadiyah.
Astuti, Y., Riani, N,. Safari, U., Sani, D.N., & Elviana, N. (2022). Pelatihan Senam Ergonomis Pada
Lansia Dengan Hipertensi Dikelurahan Pondok Ranggon. Jurnal Pengabdian Masyarakat
Saga Komunitas, 1(1). 26-31.
Centers for Disease Control and Prevention. (2023). Arthritis Related Statistics. Diakses tanggal 31
Januari 2023, https://www-cdc-gov.translate.goog/arthritis/data_statistics/arthritis-related-
stats.htm?_x_tr_sl=en&_x_tr_tl=id&_x_tr_hl=id&_x_tr_pto=tc
Hidayat, N., & Cloudia, C. (2020). Pengaruh Senam Ergonomis Terhadap Perubahan Kadar Asam
Urat Pada Lansia Di BPSTW Budi Luhur Yogyakarta. MIKKI (Majalah Ilmu Keperawatan
Dan Kesehatan Indonesia), 9(1).
Janah, K., dkk. (2021). Penerapan kompres air hangat untuk menurunkan nyeri penderita asam urat
pada lansia di Desa Wonokerto Kulon. Prosiding Seminar Nasional Kesehatan Lembaga
Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Muhammadiyah Pekajangan
Pekalongan.

Madoni, A. (2018). Pengaruh kompres hangat memakai parutan jahe terhadap penurunan intensitas
nyeri gout arthritis pada lansia di wilayah kerja puskesmas lubuk begalung tahun 2017.
MENARA Ilmu, 12(79).

Perhimpunan Reumatologi Indonesia. (2018). Pedoman diagnosis dan pengelolaan gout. Jakarta:
Perhimpunan Reumatologi Indonesia.

Roni, Y., dkk. (2022). Efektivitas pemberian kompres hangat parutan jahe merah terhadap
penurunan skala nyeri gout artritits pada lansia di Wilayah Kerja UPTD Kesehatan Puskesmas
Sentajo. JONAH (Journal of Nursing and Homecare), 1(2).
Safira, Y. (2022). Pengaruh kompres bawang merah terhadap penurunan nyeri sendi pada lansia
dengan klien gout arthritis di Desa Muara Uwai Wilayah UPT BLUD Puskesmas Laboy Jaya
tahun 2021. SEHAT: Jurnal Kesehatan Terpadu, 1(1).

93
Sagiran, D. dr. (2019). Mukjizat Gerakan Sholat. Surakarta : QultumMedika
Saragih, M., dkk. (2020). Penanganan asam urat dengan latihan senam ergonomic pada lansia di
Kelurahan Gaharu Kecamatan Medan Timur. Amaliah: Jurnal Pengabdian Kepada
Masyarakat, 4(2).

Upriani, & Priyantari, W. (2018). Pengaruh Senam Ergonomis Terhadap Tekanan Darah Pada
Lansia Di Panti Wredha Budhi Dharma Yogyakarta. Jurnal Kesehatan Madani Medika, 9(2),
98-104

94
PRE PLANNING INTERVENSI KEPERAWATAN
PROFESIONAL KOMPRES JAHE MERAH UNTUK
MENURUNKAN NYERI DAN ASAM URAT LANSIA DI
WISMA NUSA INDAH DAN MAWAR

A. Latar Belakang
Nyeri sendi sering dirasakan oleh lansia yang merupakan salah satu penyakit
degeneratif akibat bertambahnya usia seseorang. Masyarakat awam menyebutnya penyakit
asam urat. asam urat atau gout merupakan penyakit metabolik yang disebabkan oleh
kelebihan kadar senyawa urat di dalam tubuh, baik karena produksi berlebih, eliminasi yang
kurang atau peningkatan asupan purin. Gejalanya dapat timbul secara mendadak pada sendi
jari kaki atau sendi lainnya dan seing terjadi pada malam hari (Safira dkk, 2022).
Berdasarkan data National Health Interview Survey (NHIS), selama 2019-2021
diperkirakan 53,2 juta orang dewasa (21,2%) pernah didiagnosis dokter bahwa mereka
menderita beberapa bentuk artritis, seperti rheumatoid arthritis, gout, lupus, atau
fibromyalgia. Prevalensi orang dewasa berusia 45-64 tahun yang mengalami artritis adalah
26% atau 1 dari 4 melaporkan artritis yang didiagnosis dokter. Sedangkan lansia berumur 65
tahun atau lebih, hampir separuh (47,3%) melaporkan artritis yang didiagnosis dokter
(Centers for Disease Control and Prevention, 2023). Menurut Riskesdas (2013) menunjukkan
bahwa penyakit Artritis Gout di Indonesia yang diagnosis tenaga kesehatan sebesar 11,9%
dan berdasarkan diagnosis dan gejala sebesar 24,7%, sedangkan berdasarkan daerah diagnosis
tenaga Buletin Kesehatan tertinggi di Nusa Tenggara Timur 33,1%, diikuti Jawa Barat 32,1%
dan Bali 30%.
Kadar normal asam urat pada wanita adalah 2,4-6,0 mg/dl dan pada pria 3,0-7,0 mg/dl.
Jika kadar asam urat melebihi nilai normal maka dikategorikan mengalami hiperurisemia,
yaitu terjadinya peningkatan kadar asam urat dalam darah (Janah dkk, 2021). Selain itu, jika
tidak ditangani dengan efektif kondisi ini dapat berkembang menjadi gout kronis dan bahkan
dapat mengakibatkan gangguan fungsi ginjal berat, serta penurunan kualitas hidup
(Perhimpunan Reumatologi Indonesia, 2018).
Nyeri yang dirasakan lansia berbeda antara lansia satu dnegan lansia lainnya. Nyeri
adalah bentuk ketidaknyamanan baik sensori maupun emosional yang berhubungan dengan

95
resiko kerusakan jaringan tubuh, timbul ketika jaringan sedang rusak dan menyebabkan
individu bereaksi untuk menghilangkan rasa nyeri (Kemenkes, 2023). Pengkajian skala nyeri
dapat dinilai menggunakan beberapa alat ukur, seperti Numeric Rating Scale (NRS), Visual
Analog Scale (VAS), Visual Descriptive Scale (VDS). Pengkajian skala nyeri yang digunakan
dalam kegiatan ini adalah Numeric Rating Scale (NRS). Pengkajian NRS merupakan berat
ringannya rasa sakit atau nyeri dibuat menjadi terukur dengan mengobjektifkan pendapat
subjektif nyeri (Wiarto, 2017).
Penanganan yang dapat dilakukan pada lansia dengan nyeri sendi gout arthritis adalah
terapi farmakologi dan non-farmakologi. Terapi farmakologi yaitu dengan pemberian obat
nyeri sendi dan untuk menurunkan kadar asam urat dalam darah lansia. Sedangkan terapi non
farmakologi yang dapat dilakukan salah satunya adalah kompres hangat dengan jahe merah
(Roni dkk, 2022).
Pemberian kompres hangat merupakan mekanisme penghambat reseptor nyeri pada
serabut saraf besar dimana akan mengakibatkan terjadinya perubahan mekanisme yaitu
gerbang yang akhirnya dapat memodifidikasi dan merubah sensasi nyeri yang datang sebelum
sampai ke korteks serebri menimbulkan persepsi nyeri dan reseptor otot sehingga nyeri dapat
berkurang (Potter & Perry, 2005 dalam Madoni, 2018). Terapi kompres hangat ini bisa
dikombinasikan dengan jahe merah. Jahe merah memiliki efek anti radang untuk mengatasi
peradangan dan mengurangi rasa nyeri akibat gout artritis. efek anti radang ini disebabkan
komponen aktif jahe merah yang terdiri dari gingerol, gingerdione dan zingeron yang
berfungsiuntuk menghambat leukotriene dan prostaglandin yang merupakan mediator radang
(Roni dkk, 2022).
Berdasarkan hasil pengkajian dan observasi pada lansia di Wisma Nusa Indah dan
Mawar PSTW Khusnul Khotimah didapatkan 4 dari 7 lansia mengalami nyeri sendi dan kadar
asam urat tinggi. Berdasarkan latar belakang di atas, maka diperlukan intervensi keperawatan
professional tentang kompres hangat dengan jahe merah untuk menurunkan nyeri dan kadar
asam urat lansia.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan kegiatan kompres jahe merah bersama lansia di Wisma Nusa Indah

96
dan Mawar PSTW Hsunul Khotimah diharapkan nyeri dan kadar asam urat lansia dapat
menurun.
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan kegiatan kompres jahe merah selama 1x25 menit diharapkan lansia
mampu
a. Mengetahui manfaat kompres hangat
b. Mengetahui manfaat jahe merah
c. Mendemonstrasikan kompres hangat dengan jahe merah
C. Rancangan Kegiatan
1. Topik : Kompres Jahe Merah
2. Sasaran : Lansia di Wisma Nusa Indah dan Mawar
3. Metode : Ceramah, tanya jawab dan demonstrasi
Media dan alat : Termometer, handuk kecil, air hangat, jahe merah, alat
parutan, ember
5. Jumlah peserta : 7 peserta
D. Waktu dan Tempat
Hari/tanggal : Sabtu, 03 Februari 2024
Jam : 10.20 WIB
Tempat : Wisma Nusa Indah PSTW Khusnul Khatimah
E. Setting Tempat

Keterangan:
= Leader = Observer
= Fasilitator = Dokumenter
= Lansia = Co leader

97
F. Susunan Acara

No Fase Waktu Kegiatan Mahasiswa Peserta (Lansia)


1 Orientasi 5 menit 1. Mengucapkan salam 1. Menjawab salam
dan memperkenalkan 2. Menjawab
diri 3. Memperhatikan dan
2. Melakukan perkenalan sesama mendengarkan
lansia 4. Lansia memahami tujuan
3. Memvalidasi keadaan lansia 5. Lansia berpartisipasi
4. Menjelaskan tujuan kegiatan dalam diskusi awal
penyuluhan dan kompres
hangat dengan jahe merah
5. Melakukan kontrak waktu
6. Memberikan kesempatan
bertanya
2 Kerja 20 menit 1. Mengatur posisi lansia 1. Mengatur posisi
2. Menjelaskan kegiatan terkait 2. Mendengarkan penjelasan
manfaat kompres hangat, 3. Memperhatikan ners muda
manfaat jahe merah, manfaat cara melakukan kompres
kompres hangat dengan jahe hangat dengan jahe merah
4. Melakukan kompres
merah, cara melakukan kompres
hangat dengan jahe merah
hangat dengan jahe merah 5. Lansia mengajukan pertanyaan
3. Mendemostrasikan cara 6. Tersenyum
melakukan kompres
hangat dengan jahe merah
4. Memberikan kesempatan lansia
bertanya
5. Meminta lansia mempraktekkan
kembali cara melakukan
kompres hangat dengan jahe
merah
6. Memberikan reinforcement
positif
3 Terminasi 5 menit 1. Menanyakan perasaan 1. Memberi jawaban sesuai
lansia setelah melakukan pertanyaan
kegiatan 2. Menjawab
2. Menanyakan kembali terkait 3. Mendengarkan
prosedur yang telah dan berpartisipasi
dilakukan 4. Mendengarkan dan
3. Memberikan reinforcement menyetujui rencana
positif 5. Menjawab salam
4. Menyimpulkan kegiatan
yang telah dilakukan
5. Membuat kontrak selanjutnya

98
6. Mengucapkan salam

99
G. Uraian Tugas
1. Leader: Annaya Qamara Tasman
Tugas :
a. Mengkoordinir persiapan dan pelaksanaan kegiatan di wisma Nusa Indah dan Mawar
PSTW Khusnul Khotimah
b. Menyampaikan tujuan dan peraturan sebelum kegiatan dimulai
c. Memotivasi anggota untuk aktif dalam kegiatan
d. Memimpin kegiatan dengan baik dan tertib
2. Co Leader : Siti
Nurdiyanah Tugas :
a. Sebagai moderator
b. Mendampingi dan membantu leader
c. Menyampaikan informasi dari fasilitator ke leader tentang aktivitas anggota
d. Mengingatkan leader jika ada kegiatan menyimpang dari perencanaan yang telah dibuat.
3. Fasilitator : Hapita Nirwani, Putri Silvi, Melvanriz
Fahlevi Tugas :
. Menyediakan fasilitas selama kegiatan berlangsung
a. Memotivasi peserta untuk berperan aktif dalam kegiatan
4. Observer : Anisa Herninandari
Tugas :
a. Sebagai Demonstrator
b. Mengobservasi jalannya proses kegiatan
c. Mengamati dan mencatat perilaku verbal serta non verbal pasien selama kegiatan
berlangsung
d. Mengawasi jalannya kegiatan mulai dari persiapan, proses hingga penutupan
5. Dokumentasi: Rabiatun
Tugas : Mendokumentasikan pelaksanaan kegiatan
H. Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi struktur
a. 100% pre planning disiapkan dan dikonsulkan dengan pembimbing

10
b. 100% media disiapkan
c. 100% kontrak dengan lansia sesuai rencana
2. Evaluasi proses
a. 100% lansia dan mahasiswa menghadiri kegiatan
b. 100% tempat dan media tersedia sesuai rencana
c. 90% pelaksanaan sesuai waktu dan strategi pelaksanaan
d. 80% lansia aktif dalam kegiatan
3. Evaluasi hasil
a. 90% lansia mampu memahami manfaat kompres hangat
b. 90% lansia mampu memahami manfaat jahe merah
c. 80% lansia mampu mendemonstrasikan kompres hangat dengan jahe merah

10
MATERI
A. Manfaat Terapi Kompres Hangat
Pemberian kompres hangat merupakan mekanisme penghambat reseptor nyeri pada serabut
saraf besar dimana akan mengakibatkan terjadinya perubahan mekanisme yaitu gerbang yang
akhirnya dapat memodifidikasi dan merubah sensasi nyeri yang datang sebelum sampai ke
korteks serebri menimbulkan persepsi nyeri dan reseptor otot sehingga nyeri dapat berkurang
(Potter & Perry, 2005 dalam Madoni, 2018). Pemberian kompres air hangat adalah intervensi
keperawatan yang sudah lama di aplikasikan oleh perawat, manfaat kompres air hangat sendiri
dapat memperlancar darah, membuat otot lebih rileks, memberi rasa nyaman, menurunkan atau
menghilangkan rasa nyeri dengan dikompres pada bagian sendi yang nyeri (Janah dkk, 2021).
B. Manfaat Jahe Merah
Jahe (Zingiber Officinale) merupakan salah satu tanaman dengan akar atau batang bawah
digunakan untuk kebutuhan kuliner maupun pengobatan. Dalam pengobatan tradisional Asia,
jahe dipakai untuk mengobati selesma, batuk, diare dan penyakit radang sendi seperti arthritis
(Madoni, 2018). Jahe merah memiliki efek anti radang untuk mengatasi peradangan dan
mengurangi rasa nyeri akibat gout artritis. efek anti radang ini disebabkan komponen aktif jahe
merah yang terdiri dari gingerol, gingerdione dan zingeron yang berfungsiuntuk menghambat
leukotriene dan prostaglandin yang merupakan mediator radang (Roni dkk, 2022).
C. Langkah-Langkah Kompres Hangat dengan Jahe Merah
Kandungan zat anti nyeri pada tanaman jahe dan didukung dengan efek kompres hangat
basah mampu menurunkan ambang batas sensasi nyeri pada otak. Terapi ini sangat dianjurkan
sebagai pertolongan pertama yang mudah dan murah untuk dilaksanakan oleh lansia. Tanaman
jahe yang digunakan dalam kegiatan ini adalah jahe merah, karena memiliki kandungan Zingerol
paling tinggi. Adapun langkah-langkah dalam melakukan kompres hangat dengan jahe merah
yaitu sebagai berikut (Wilda & Panorama, 2020):
1. Ukur skala nyeri menggunakan Numeric Rating Scale (NRS) dan kadar asam urat lansia
sebelum dilakukan kompres hangat dengan jahe merah
2. Setelah itu, siapkan bahan herbal jahe sekitar 1-2 rimpang
3. Kemudian cuci jahe merah sampai bersih
4. Setelah bersih parut jahe

10
5. Selanjutnya masukkan jahe merah ke dalam air
6. Rebus air dengan temperatur 40-43°C
7. Selanjutnya air rebusan dapat digunakan sebagai kompres dengan media handuk kecil
8. Pemberian kompres hangat jahe dilakukan dengan waslap/handuk kecil dengan suhu sekitar
40°C durasi 15 menit. Letakkan handuk kecil di bagian tubuh yang nyeri.
9. Setelah itu, ukur kembali skala nyeri lansia.

10
DAFTAR PUSTAKA

Centers for Disease Control and Prevention. (2023). Arthritis Related Statistics. Diakses tanggal 31
Januari 2023, https://www-cdc-gov.translate.goog/arthritis/data_statistics/arthritis-related-
stats.htm?_x_tr_sl=en&_x_tr_tl=id&_x_tr_hl=id&_x_tr_pto=tc

Janah, K., dkk. (2021). Penerapan kompres air hangat untuk menurunkan nyeri penderita asam urat
pada lansia di Desa Wonokerto Kulon. Prosiding Seminar Nasional Kesehatan Lembaga
Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Muhammadiyah Pekajangan
Pekalongan.

Madoni, A. (2018). Pengaruh kompres hangat memakai parutan jahe terhadap penurunan intensitas
nyeri gout arthritis pada lansia di wilayah kerja puskesmas lubuk begalung tahun 2017.
MENARA Ilmu, 12(79).

Perhimpunan Reumatologi Indonesia. (2018). Pedoman diagnosis dan pengelolaan gout. Jakarta:
Perhimpunan Reumatologi Indonesia.

Roni, Y., dkk. (2022). Efektivitas pemberian kompres hangat parutan jahe merah terhadap
penurunan skala nyeri gout artritits pada lansia di Wilayah Kerja UPTD Kesehatan Puskesmas
Sentajo. JONAH (Journal of Nursing and Homecare), 1(2).
Safira, Y. (2022). Pengaruh kompres bawang merah terhadap penurunan nyeri sendi pada lansia
dengan klien gout arthritis di Desa Muara Uwai Wilayah UPT BLUD Puskesmas Laboy Jaya
tahun 2021. SEHAT: Jurnal Kesehatan Terpadu, 1(1).
Wilda, L. O. & Panorama, B. (2020). Kompres hangat jahe terhadap perubahan nyeri pada lansia
dengan artritis gout. Journals of Ners Community, 11(1).

10
Lampiran 2 Laporan Hasil

LAPORAN HASIL PENDIDIKAN KESEHATAN GOUT


ARTHRITIS LANSIA DI WISMA NUSA INDAH DAN
WISMA MAWAR PSTW HUSNUL KHOTIMAH PEKANBARU

1. Tahap Persiapan
Tahap persiapan diawali dengan pembuatan pre-planning oleh ketua pelaksana
kegiatan pendidikan kesehatan, selanjutnya dikonsulkan kepada pembimbing. Hasil konsul
diperbaiki sesuai dengan saran dari pembimbing dan selanjutnya ners muda melakukan
kontrak dengan pembimbing akademik, pembimbing lapangan serta lansia. Ners muda
mempersiapkan susunan acara dan media seperti PPT, laptop dan infokus. Ners muda
menentukan lokasi dan waktu pelaksanaan kegiatan. Kegiatan akan dilaksanakan pada hari
Sabtu, 03 Februari 2024, pukul 09.30 WIB.
2. Tahap Pelaksanaan
Acara dimulai pada Sabtu, 03 Februari 2024, pukul 10.00 WIB di Wisma Nusa Indah
PSTW Khusnul Khotimah. Ada keterlambatan 30 menit dari jadwal acara yang telah
ditentukan sebelumnya karena mempersiapkan alat dan ruangan. Jumlah peserta yang hadir
7 orang lansia yaitu 5 lansia binaan dan 2 lansia yang tinggal di wisma Nusa Indah serta
Wisma Mawar. Adapun susunan acara pendidikan kesehatan yang telah dilaksanakan,
sebagai berikut:

No. Waktu Kegiatan Kegiatan lansia


1 10.00 WIB Acara dimulai Mengikuti kegiatan
2 10.00-  Pembukaan yang Menjawab, mendengarkan

10.05 WIB dipimpin oleh dan memperhatikan


moderator
 Memvalidasi
keadaan lansia
 Menjelaskan tujuan
dan kegiatan

10
penyuluhan
 Melakukan kontrak
waktu
 Memberikan
kesempatan untuk
bertanya
3 10.05-  Penyampaian materi  Lansia menyimak
10.20 pendidikan materi pendidikan
kesehatan tentang kesehatan yang
gout arthritis disampaikan
 Berdiskusi dan  Lansia bertanya terkait
menjawab materi yang kurang
pertanyaan dari jelas
lansia
 Memberikan
resinfoecement
positif
4 10.20-  Menanyakan  Mengungkapkan

10.30 WIB perasaan lansia perasaan setelah


setelah mengikuti mengikuti kegiatan
kegiatan pendidikan kesehatan
 Menanyakan  Menjelaskan kembali
kembali terkait materi yang telah
materi yang telah disampaikan
disampaikan  Menjawab salam
 Pemberian
reinforcement
positif kepada
lansia
 Menyimpulkan

10
materi
 Kontrak waktu
selanjutnya
 Penutupan acara

3. Kendala dan solusinya


Adapun kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan penyuluhan yaitu
keterbatasan waktu dalam persiapan alat dan ruangan, menjemput lansia untuk menghadiri
kegiatan penyuluhan, meskipun sebelumnya sudah dilakukan kontrak waktu. Dalam hal ini
seharusnya ners muda bisa menyiapkan semua lebih awal dan sudah mengunjungi lansia
kelolaannya masing-masing sehingga kegiatan bisa dimulai tepat waktu.
4. Tahap evaluasi
a. Struktur:
1) Pre-pelanning telah diselesaikan 1 hari sebelum kegiatan dan telah
mendapatkan persetujuan oleh pembimbing. Tempat dilaksanakan acara telah
sesuai dengan rencana yaitu di ruang tengah wisma Nusa Indah.
2) Media seperti laptop, PPT, dan infokus sudah disiapkan
3) Peran ners muda sebagai pelaksana telah sesuai dengan peran dan tugas
masing-masing.
b. Proses:
1) Pelaksanaan kegiatan berlangsung pada hari Sabtu, 03 Februari 2024. Acara
dimulai pada pukul 10.00 WIB, dan berakhir pada pukul 10.30 WIB
mengalami keterlemabatan 30 menit, kegiatan ditutup dengan evaluasi setelah
dilakukan kegiatan dan foto bersama.
2) Lansia binaan yang hadir berjumlah 5 orang, 1 lansia tidak berada ditempat dan
1 lansia sedang sakit.
3) Lansia yang mengikuti kegiatan tampak antusias dan semangat, hal ini terlihat
dari semangatnya mengikuti kegiatan dan sasaran yang ditargetkan memenuhi
target yang ingin dicapai.

10
c. Hasil:
1) Ners muda mampu memberikan edukasi kesehatan tentang gout arthritis di
wisma Nusa Indah PSTW Khusnul Khotimah.
2) Lansia mengikuti kegiatan dengan antusias dan semangat, walaupun ada
beberapa lansia yang memiliki tidak fokus dan tidak konsentrasi tetapi ia tetap
semangat dalam mengikuti kegiatan penyuluhan hingga selesai.
5. Faktor Pendukung
Sebagian besar lansia tampak memiliki rasa ingin tahu yang tinggi akan kesehatannya.
Sehingga lansia menyimak materi pendidikan kesehatan hingga selesai dan mampu
menjawab pertanyaan yang diberikan oleh penyuluh dengan baik saat evaluasi.
6. Faktor Penghambat
Terdapat 1 lansia yang hadir tidak fokus pada penyuluhan sehingga dalam
penyampaian materi, pemateri dibantu oleh fasilitator menyesuaikan dengan kondisi lansia.
7. Rencana Tindak Lanjut
Diharapkan pengetahuan lansia meningkat dan memiliki kemampuan dan keinginan
untuk memelihara kesehatannya yang dibuktikan dengan akktif dan rutin melakukan
pemeriksaan kesehatan yang difasilitasi oleh poliklinik yang ada di PSTW Khusnul
Khotimah.

10
Dokumentasi

10
LAPORAN HASIL KEGIATAN PARTNERSHIP:
PEMERIKSAAN ASAM URAT BERSAMA PERAWAT PSTW
PADA LANSIA
DI PSTW KHUSNUL KHOTIMAH KOTA PEKANBARU

1. Tahap Persiapan
Tahap persiapan diawali dengan pembuatan pre-planning oleh leader kegiatan
partnership pemeriksaan kadar asam urat bersama perawat, selanjutnya dikonsulkan
kepada pembimbing. Hasil konsul diperbaiki sesuai dengan saran dari pembimbing.
Selanjutnya diadakan diskusi kelompok untuk membahas persiapan kegiatan sekaligus
pembentukan seksi-seksi yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan kegiatan, seperti:
a. Leader: Annaya Qamara Tasman, S. Kep
Tugas:
1) Mengkoordinir persiapan dan pelaksanaan kegiatan di wisma Nusa Indah dan Mawar
PSTW Khusnul Khotimah
2) Menyampaikan tujuan dan peraturan sebelum kegiatan dimulai
3) Memotivasi anggota untuk aktif dalam kegiatan
4) Memimpin kegiatan dengan baik dan tertib
b. Co Leader: Siti Nurdiyanah, S. Kep
Tugas:
1) Sebagai moderator
2) Mendampingi dan membantu leader
3) Menyampaikan informasi dari fasilitator ke leader tentang aktivitas anggota
4) Mengingatkan leader jika ada kegiatan menyimpang dari perencanaan yang telah
dibuat
c. Fasilitator: Hapita Nirwani, S. Kep, Putri Silvi, S. Kep, Melvanriz Fahlevi, S. Kep
Tugas:
1) Menyediakan fasilitas selama kegiatan berlangsung
2) Memotivasi peserta untuk berperan aktif dalam kegiatan
d. Observer: Anisa Herninandari, S. Kep

11
Tugas:
1) Sebagai demonstrator
2) Mengobservasi jalannya proses kegiatan
3) Mengamati dan mencatat perilaku verbal serta non verbal pasien selama kegiatan
berlangsung
4) Mengawasi jalannya kegiatan mulai dari persiapan, proses hingga penutupan
e. Dokumentasi: Rabiatun, S. Kep
Tugas: Mendokumentasikan pelaksanaan kegiatan
2. Tahap Pelaksanaan
Kegiatan dimulai pada hari Sabtu tanggal 03 Februari 2024, pukul 10.30 WIB,
kegiatan tertunda 30 menit dari rencana awal pukul 10.00 WIB dikarenakan persiapan alat
dan bahan. Jumlah peserta yang hadir 7 orang lansia yaitu 5 lansia binaan dan 2 lansia
yang tinggal di wisma Nusa Indah dan Mawar. Susunan kegiatan pemeriksaan kadar asam
urat di PSTW Khusnul Khotimah yang dilaksanakan di Wisma Nusa Indah adalah sebagai
berikut:

No Waktu Kegiatan
1 10.30 - Kegiatan pemeriksaan kadar asam urat dimulai
2 10.30-10.33 - Pembukaan oleh moderator
- Penjelasan tujuan kegiatan
- Persiapan alat
3 10.33-10.43 - Pemeriksaan asam urat lansia didampingin oleh perawat
- Penjelasan hasil kadar asam urat tiap lansia
4 10.43-10.45 - Penutup

3. Kendala dan Solusinya

Adapun kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pemeriksaan kadar asam urat
adalah keterbatasan waktu dalam persiapan alat dan bahan. Dalam hal ini seharusnya ners
muda bisa menyiapkan semua lebih awal sehingga kegiatan bisa dimulai tepat waktu.

4. Tahap Evaluasi
a. Struktur:

1) Pre-planning telah diselesaikan 1 hari sebelum kegiatan dan telah mendapatkan


persetujuan dari pembimbing. Tempat dilaksanakan acara telah sesuai dengan

11
rencana yaitu di Wisma Nusa Indah dengan lokasi yang mudah dijangkau oleh lansia
2) Media seperti alat pengukur kadar asam urat (autocheck), alcohol swab, handscoon
sudah disiapkan
3) Peran ners muda sebagai pelaksana acara telah sesuai dengan peran dan tugas
masing-masing.
b. Proses:

1) Pelaksanaan kegiatan berlangsung pada hari Sabtu tanggal 03 Februari 2024, pukul
10.25 WIB, kegiatan tertunda 25 menit dari rencana awal dikarenakan persiapan alat
dan bahan, kegiatan ditutup dengan evaluasi dan dokumentasi
2) Lansia binaan yang hadir berjumlah 5 orang, 1 lansia sedang tidak berada di tempat
dan 1 lansia sedang sakit
3) Lansia terlihat antusias, aktif dan responsif selama kegiatan berlangsung
c. Hasil:
1) Ners muda mampu menjelaskan tujuan dan manfaat kegiatan dan mampu
melakukan pemeriksaan kadar asam urat pada lansia di Wisma Nusa Indah
2) Lansia mengikuti kegiatan dengan antusias dan semangat serta ingin mengetahui
hasil kadar asam urat masing-masing.
5. Faktor Pendukung
Sebagian besar lansia tampak aktif dan antusias dalam pelaksanaan pemeriksaan
kadar asam urat. Faktor pendukung lainnya lansia bersedia mengikuti kegiatan dari awal
sampai akhir. Lansia mampu memahami penjelasan mengenai pentingnya pemeriksaan
rutin termasuk pemeriksaan kadar asam urat.
6. Faktor Penghambat
Kendala keterlambatan waktu mulai acara, disebabkan oleh keterbatasan waktu
dalam mempersiapkan alat dan bahan.
7. Tindak Lanjut
Rencana tindak lanjut yaitu lansia rutin melakukan pemeriksaan kesehatan,
terutama pemeriksaan kadar asam urat.

11
Dokumentasi

11
LAPORAN HASIL KEGIATAN INTERVENSI KEPERAWATAN
PROFESIONAL KOMPRES HANGAT JAHE MERAH
UNTUK MENURUNKAN NYERI ASAM URAT PADA LANSIA
DI PSTW KHUSNUL KHOTIMAH KOTA PEKANBARU

1. Tahap Persiapan

Tahap persiapan persiapan diawali dengan pembuatan pre-planning oleh


penanggung jawab kegiatan intervensi keperawatan profesional kompres hangat jahe
merah, selanjutnya dikonsulkan kepada pembimbing. Hasil konsul diperbaiki sesuai
dengan saran dari pembimbing. Selanjutnya diadakan diskusi kelompok untuk membahas
persiapan kegiatan sekaligus pembentukan seksi-seksi yang bertanggung jawab dalam
pelaksanaan kegiatan, seperti:
a. Leader: Annaya Qamara Tasman, S. Kep
Tugas:
1) Mengkoordinir persiapan dan pelaksanaan kegiatan di wisma Nusa Indah
dan Mawar PSTW Khusnul Khotimah
2) Menyampaikan tujuan dan peraturan sebelum kegiatan dimulai
3) Memotivasi anggota untuk aktif dalam kegiatan
4) Memimpin kegiatan dengan baik dan tertib
b. Co Leader: Siti Nurdiyanah, S.
Kep Tugas:
1) Sebagai moderator
2) Mendampingi dan membantu leader
3) Menyampaikan informasi dari fasilitator ke leader tentang aktivitas
anggota
4) Mengingatkan leader jika ada kegiatan menyimpang dari perencanaan yang
telah dibuat

11
d. Fasilitator: Hapita Nirwani,S. Kep, Putri Silvi, S.
Kep, Melvanriz Fahlevi, S. Kep
Tugas:
1) Menyediakan fasilitas selama kegiatan berlangsung
2) Memotivasi peserta untuk berperan aktif dalam kegiatan
e. Observer: Anisa Herninandari, S.
Kep Tugas:
1) Sebagai demonstrator
2) Mengobservasi jalannya proses kegiatan
3) Mengamati dan mencatat perilaku verbal serta non verbal pasien selama
kegiatan berlangsung
4) Mengawasi jalannya kegiatan mulai dari persiapan, proses hingga
penutupan
f. Dokumentasi: Rabiatun, S. Kep
Tugas: Mendokumentasikan pelaksanaan kegiatan
2. Tahap Pelaksanaan
Kegiatan di mulai pada hari Sabtu tanggal 03 Januari 2024, pukul 10.45 WIB,
kegiatan tertunda 25 menit dari rencana awal pukul 10.20 WIB dikarenakan persiapan
alat dan bahan. Jumlah peserta yang hadir 7 orang lansia yaitu 5 lansia binaan dan 2
lansia yang tinggal di wisma Nusa Indah dan Mawar. Susunan acara kompres hangat jahe
merah untuk menurunkan nyeri pada penderita gout arthritis di PSTW Khusnul
Khotimah yang dilaksanakan di wisma Nusa Indah adalah sebagai berikut:

11
No Waktu Kegiatan
1 10.45 - Kegiatan kompres hangat jahe merah dimulai
2 10.45-10.50 - Pembukaan oleh moderator
- Penjelasan tujuan dan manfaat kegiatan
- Pengukuran skala nyeri sebelum pemberian kompres
hangat jahe merah
3 10.50-11.00 - Penjelasan mengenai langkah-langkah kompres hangat
jahe merah
- Demonstrasi kompres hangat jahe merah
4 11.00-11.15 - Pendemonstrasian kompres hangat jahe merah oleh
lansia

5 11.15-11.20 - Sesi tanya jawab


- Pengukuran skala nyeri setelah pemberian
kompres hangat jahe merah
6 11.20-11.25 Penutup

3. Kendala dan Solusinya


Adapun kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan kompres hangat jahe merah
untuk menurunkan nyeri pada penderita gout arthritis adalah keterbatasan waktu dalam
persiapan alat dan bahan. Dalam hal ini seharusnya ners muda bisa menyiapkan semua
lebih awal sehingga kegiatan bisa dimulai tepat waktu.
4. Tahap Evaluasi
a. Struktur:
1) Pre-planning telah diselesaikan 1 hari sebelum kegiatan dan telah mendapatkan
persetujuan dari pembimbing. Tempat dilaksanakan acara telah sesuai dengan
rencana yaitu di wisma Nusa Indah dengan lokasi yang mudah di jangkau oleh
lansia
2) Media seperti termometer, handuk kecil, air hangat, jahe merah, alat parutan dan
ember sudah disiapkan
3) Peran ners muda sebagai pelaksana acara telah sesuai dengan peran dan tugas
masing-masing.
b. Proses:
1) Pelaksanaan kegiatan berlangsung pada hari Sabtu tanggal 03 Januari 2024, pukul
10.45 WIB, kegiatan tertunda 25 menit dari rencana awal dikarenakan persiapan

11
alat dan bahan, kegiatan ditutup dengan evaluasi dan dokumentasi
2) Lansia binaan yang hadir berjumlah 5 orang, 1 lansia sedang tidak berada di tempat
dan 1 lansia sedang sakit
3) Ners muda melakukan pengukuran tingkat nyeri menggunakan Numeric Rating
Scale (NRS) sebelum pemberian kompres hangat jahe merah pada 4 lansia dengan
gout arthritis dimana didapatkan hasil 1 lansia dengan skala nyeri 5 dan 3 lansia
dengan skala nyeri 4
4) Lansia terlihat antusias, aktif dan responsif selama kegiatan berlangsung.
c. Hasil:
1) Ners muda mampu menjelaskan tujuan dan manfaat kegiatan dan mampu
melakukan demonstrasi kompres hangat jahe merah untuk mengurangi nyeri gout
arthritis pada lansia di wisma Nusa Indah
2) Lansia mengikuti kegiatan dengan antusias dan semangat dan mampu
medemonstrasikan kembali langkah-langkah kompres hangat jahe merah sebagai
upaya meringankan nyeri akibat gout arthritis
3) Ners muda melakukan pengukuran ulang tingkat nyeri menggunakan Numeric
Rating Scale (NRS) setelah pemberian kompres hangat jahe merah pada 4 lansia
dengan gout arthritis. Berdasarkan pengukuran, terdapat penurunan tingkat nyeri
dimana 1 lansia dengan skala nyeri 4 dan 3 lansia dengan skala nyeri 3.
5. Faktor Pendukung
Sebagian besar lansia tampak aktif dan antusias dalam pelaksanaan cara kompres
hangat jahe merah. Faktor pendukung lainnya lansia bersedia mengikuti kegiatan dari
awal sampai akhir. Lansiamampu memahami penjelasan dan langkah-langkah kompres
hangat jahe merah oleh ners muda.
6. Faktor Penghambat
Kendala keterlambatan waktu mulai acara, disebabkan oleh keterbatasan waktu
dalam mempersiapkan alat dan bahan.
7. Tindak Lanjut
Rencana tindak lanjut yaitu lansia melakukan kompres hangat jahe merah secara
mandiri untuk mengatasi nyeri akibat gout arthritis

11
Dokumentasi

11
LAPORAN HASIL PEMBERDAYAAN GOUT
ARTHRITIS LANSIA DI WISMA NUSA INDAH DAN
WISMA MAWAR PSTW HUSNUL KHOTIMAH
PEKANBARU

1. Tahap Persiapan

Tahap persiapan diawali dengan pembuatan pre-planning kegiatan empowerment


penanam tanaman obat keluarga (TOGA) oleh ketua pelaksana yaitu Melvanriz Fahlevi,
S.Kep dan kemudian di konsulkan pada pembimbing hari jum’at tanggal 02 Februari 2024.
Hasil konsul diperbaiki sesuai saran dari pembimbing dan selanjutnya ners muda
mempersiapkan susunan kegiatan dan media yang dibutuhkan selama kegiatan. Dan juga
ners muda kontrak waktu dengan lansia serta pembimbing. Ners muda menentukan lokasi
dan waktu pelaksanaan kegiatan. Kegiatan akan dilaksanakan pada hari Sabtu, 03 Februari
2024 pukul 16.15 WIB.

2. Tahap Pelaksanaan
Acara dimulai pada Sabtu, 03 Februari 2024, pukul 16.15 WIB di Wisma Nusa Indah
dan Wisma Mawar PSTW Khusnul Khotimah. Jumlah peserta yang hadir 7 orang lansia
yaitu 5 lansia binaan dan 2 lansia yang tinggal di wisma Nusa Indah serta Wisma Mawar.
Adapun susunan acara pemberdayaan yang telah dilaksanakan, sebagai berikut:
No. Waktu Kegiatan Kegiatan lansia
1 16.15 WIB Acara dimulai Mengikuti kegiatan
2 16.15-  Memberi salam Menjawab, mendengarkan
16.20 WIB  Memperkenalkan dan memperhatikan
diri
 Memvalidasi
keadaan lansia
 Menjelaskan tujuan
dan manfaat
kegiatan penanaman
TOGA
 Melakukan kontrak
waktu
 Memberikan

11
kesempatan untuk
bertanya

3 16.20-  Menjelaskan materi  Lansia memperhatikan


16.35 WIB mengenai dan mendengarkan
pengertian TOGA  Lansia ikut serta dalam
dan manfaat jahe menanam TOGA
merah
 Mendemonstrasikan
penanaman TOGA
 Memotivasi peserta
untuk aktif dalam
menanam TOGA
4 16.35-  Menanyakan  Mengungkapkan
16.45 WIB perasaan lansia perasaan setelah
setelah mengikuti mengikuti kegiatan
kegiatan pendidikan kesehatan
 Memberikan  Memberikan jawaban
kesempatan kepada sesuai pertanyaan
lansia untuk  Mendengarkan dan
bertanya menyetujui rencana
 Menanyakan selanjutnya
kembali mengenai  Menjawab salam
materi yang
disampaikan
 Memberikan
reinforcement
positif
 Membuat kontrak
waktu untuk
rencana
implementasi
selanjutnya
 Mengucapkan
salam

3. Kendala dan solusinya

Adapun kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan pemberdayaan adalah


kakek dan nenek belum semua ikut dalam pemberdayaan dikarenakan sakit.

12
4. Tahap evaluasi

a. Struktur:

1) Pre-pelanning telah diselesaikan 1 hari sebelum kegiatan dan telah


mendapatkan persetujuan oleh pembimbing. Tempat dilaksanakan acara telah
sesuai dengan rencana yaitu di halaman wisma Nusa Indah dan Mawar
2) Media berupa bibit jahe merah sudah disiapkan
3) Peran ners muda sebagai pelaksana telah sesuai dengan peran dan tugas
masing-masing.

b. Proses:

1) Pelaksanaan kegiatan berlangsung pada hari Sabtu, 03 Februari 2024. Acara


dimulai pada pukul 16.15 WIB, dan berakhir pada pukul 16.45 WIB, kegiatan
ditutup dengan evaluasi setelah dilakukan kegiatan dan foto bersama
2) Lansia binaan yang hadir berjumlah 5 orang, 1 lansia tidak berada ditempat dan
1 lansia sedang sakit
3) Lansia yang mengikuti kegiatan tampak antusias dan semangat, hal ini terlihat
dari semangatnya mengikuti kegiatan penanaman TOGA
4) Lansia mampu melakukan penanaman TOGA

c. Hasil:

3) Ners muda mampu memberikan penjelasan mengenai tujuan dan manfaat


penanaman TOGA
4) Lansia mengikuti kegiatan dengan antusias dan semangat hingga kegiatan
selesai
5) TOGA jahe merah berhasil ditanam di halaman wisma Mawar dan Nusa Indah

5. Faktor Pendukung

Sebagian besar lansia tampak memiliki keinginan yang kuat untuk mengikuti kegiatan
penanaman dan pemeliharaan tanaman TOGA jahe merah.

12
6. Faktor Penghambat
Adapun kendala yang dihadapi kegiatan pemberdayaan tanaman TOGA adalah: Ada
lansia yang tidak mampu ikut menanan dikarenakan ada salah satu lansia yang sedang sesak,
namun ia tetap menghadiri kegiatan untuk mendengarkan penjelasan terkait penanaman
TOGA jahe merah.

7. Rencana Tindak Lanjut


Diharapkan lansia memiliki kemampuan dan keinginan untuk memelihara serta
memanfaatkan tanaman TOGA jahe merah sebagai upaya dalam mengurangi nyeri akibat
gout arthritis.

8. Dokumentasi

12
LAPORAN HASIL KEGIATAN INTERVENSI KEPERAWATAN
PROSES KELOMPOK SENAM ERGONOMIS UNTUK
MENURUNKAN KADAR ASAM URAT PADA LANSIA DI WISMA
NUSA INDAH DAN MAWARPADA LANSIA DI PSTW KHUSNUL
KHOTIMAH KOTA PEKANBARU

1. Tahap Persiapan

Tahap persiapan persiapan diawali dengan pembuatan pre-planning oleh


penanggung jawab kegiatan intervensi proses kelompok senam ergonomis, selanjutnya
dikonsulkan kepada pembimbing. Hasil konsul diperbaiki sesuai dengan saran dari
pembimbing. Selanjutnya diadakan diskusi kelompok untuk membahas persiapan
kegiatan sekaligus pembentukan seksi-seksi yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan
kegiatan, seperti:
a. Leader: Melvanriz Fahlevi,
S.Kep Tugas:
1) Mengkoordinir persiapan dan pelaksanaan kegiatan di wisma Nusa
Indah dan Mawar PSTW Khusnul Khotimah
2) Menyampaikan tujuan dan peraturan sebelum kegiatan dimulai
3) Memotivasi anggota untuk aktif dalam kegiatan
4) Memimpin kegiatan dengan baik dan tertib
b. Co Leader: Putri Silvi,
S.Kep Tugas:
1) Membuka acara
2) Memperkenalkan mahasiswa
3) Membuat kontrak waktu
4) Menjelaskan tujuan kegiatan
5) Memberikan kesempatan dan lansia untuk bertanya

12
c. Fasilitator: Hapita Nirwani, Anisa Herninandari, S.Kep, Annaya Qamara Tasman,
S.Kep
Tugas:
1) Menyediakan fasilitas selama kegiatan berlangsung
2) Memotivasi peserta untuk berperan aktif dalam kegiatan
2. Tahap Pelaksanaan
Kegiatan di mulai pada hari senin tanggal 05 Februari 2024, pukul 10.05 WIB,
kegiatan tertunda 5 menit dari rencana awal pukul 10.00 WIB dikarenakan persiapan alat
dan bahan. Jumlah peserta yang hadir 7 orang lansia yaitu 4 lansia binaan dan 3 lansia
yang tinggal di wisma Nusa Indah dan Mawar. Susunan acara senam ergonomis untuk
menurunkan nyeri pada penderita gout arthritis di PSTW Khusnul Khotimah yang
dilaksanakan di wisma Nusa Indah adalah sebagai berikut:

No Waktu Kegiatan
1 10.05 - Kegiatan senam ergonomis dimulai
2 10.05-10.15 - Pembukaan oleh moderator
- Penjelasan tujuan dan manfaat kegiatan
- Pengukuran skala nyeri sebelum pemberian
senam ergonomis
3 10.15-10.20 - Penjelasan mengenai langkah-langkah senam
ergonomis
- Demonstrasi senam ergonomis yang langsung
diikuti oleh lansiaa
4 10.20-10.25 - Sesi tanya jawab
- Pengukuran skala nyeri setelah pemberian
senam ergonomis
6 10.25-10.30 Penutup

3. Kendala dan Solusinya


Adapun kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan senam ergonomis untuk
menurunkan nyeri pada penderita gout arthritis adalah partisipasi lansia yang kurang
Dalam hal ini seharusnya ners muda harus bisa melakukan pendekatan lebih baik lagi
kepada lansia.

12
4. Tahap Evaluasi
a. Struktur:

1) Pre-planning telah diselesaikan 1 hari sebelum kegiatan dan telah mendapatkan


persetujuan dari pembimbing. Tempat dilaksanakan acara telah sesuai dengan
rencana yaitu di wisma Nusa Indah dengan lokasi yang mudah di jangkau oleh
lansia
2) Media seperti video dan sound system sudah disiapkan
3) Peran ners muda sebagai pelaksana acara telah sesuai dengan peran dan tugas
masing-masing.
b. Proses:

1) Pelaksanaan kegiatan berlangsung pada hari Senin, 05 Januari 2024, pukul 10.05
WIB, kegiatan tertunda 5 menit dari rencana awal dikarenakan kurangnya
partisipasi lansia, kegiatan ditutup dengan evaluasi dan dokumentasi
2) Lansia binaan yang hadir berjumlah 5 orang, 2 lansia sedang sakit
3) Terdapat 1 lansia yang tidak dapat mengikuti senam ergonomis sampai selesai
dikarenakan nyeri pada lansia meningkat. Lansia lain terlihat antusias, aktif dan
responsif selama kegiatan berlangsung
c. Hasil:
1) Ners muda mampu menjelaskan tujuan dan manfaat kegiatan dan mampu
melakukan demonstrasi senam ergonomis untuk mengurangi nyeri gout arthritis
pada lansia di wisma Nusa Indah
2) Lansia mengikuti kegiatan dengan antusias dan semangat.
5. Faktor Pendukung

Sebagian besar lansia tampak aktif dan antusias dalam pelaksanaan cara senam
ergonomis. Faktor pendukung lainnya lansia bersedia mengikuti kegiatan dari awal
sampai akhir.
6. Faktor Penghambat
Kendala keterlambatan kurangnya partisipasi lansia lain, karena sedang sakit.

12
7. Tindak Lanjut

Rencana tindak lanjut yaitu lansia melakukan senam ergonomis secara mandiri untuk
mengatasi nyeri akibat gout arthritis.

Dokumentasi

12

Anda mungkin juga menyukai