SMF NEUROLOGI
CEREBRAL INFARCTION DUE TO THROMBOSIS OF
CEREBRAL ARTERIES
(STROKE ISKEMIK THROMBOSIS)
RSUP SANGLAH 2016
DENPASAR No. Dokumen No. Revisi Halaman
1/6
Ditetapkan oleh:
PPK Tanggal terbit: Direktur Utama
RAWAT INAP
NEUROLOGI dr. I Wayan Sudana, M.Kes
NIP 19650409 199509 1 001
No.ICD 10 I 63.3
Pengertian Kumpulan gejala defisit neurologis akibat gangguan fungsi
otak akut baik fokal maupun global yang mendadak,
disebabkan oleh berkurangnya atau hilangnya aliran darah
pada parenkim otak, yang dapat disebabkan oleh
penyumbatan pembuluh darah arteri, yang dibuktikan
dengan pemeriksaan imaging dan/atau patologi
Anamnesis 1. Gangguan global berupa gangguan kesadaran
2. Gangguan fokal yang muncul mendadak, dapat berupa:
a. Kelumpuhan sesisi/ kedua sisi/ satu ekstremitas,
kelumpuhan otot-otot bola mata, kelumpuhan otot-
otot untuk proses menelan, wicara, gangguan
sensibilitas, lapang pandang, vertigo dan sebagainya
b. Gangguan neurobehavioral yang meliputi: gangguan
atensi, gangguan memori, gangguan bicara verbal,
gangguan pengertian berbicara, gangguan
pengenalan ruang, gangguan fungsi kognitif lain
Pemeriksaan 1. Tanda vital
Fisik 2. Keadaan umum
3. Kesadaran atau Glasgow Coma Scale (GCS)
4. Status general
5. Pemeriksaan neurologis:
a. Funduskopi
b. Gangguan motorik
c. Gangguan sensorik
d. Gangguan otonom
e. Gangguan neurobehavior
Kriteria Terdapat defisit neurologis global atau salah satu/ beberapa
Diagnosis defisit neurologis fokal yang terjadi mendadak dengan bukti
gambaran imaging (CT Scan)
PANDUAN PRAKTEK KLINIK
SMF NEUROLOGI
CEREBRAL INFARCTION DUE TO THROMBOSIS OF
CEREBRAL ARTERIES
(STROKE ISKEMIK THROMBOSIS)
RSUP SANGLAH 2016
DENPASAR No. Dokumen No. Revisi Halaman
2/6
Diagnosis 1. Stroke iskemik emboli
Banding 2. Stroke hemoragik
Pemeriksaan 1. Gold standard: CT scan kepala tanpa kontras
Penunjang 2. Skor stroke:
a. Skor Siriraj
3. Mencari kontra indikasi tindakan trombolisis:
a. Darah lengkap
b. Faal hemostasis (PPT, INR, APTT)
c. Gula darah sewaktu
4. Mencari faktor risiko:
a. Lipid profile (kolesterol, trigliserida, HDL, LDL)
b. Asam urat
c. Fungsi ginjal (BUN, SC)
d. EKG
e. Rontgen thorax
5. Mencari tanda inflamasi:
a. LED
6. Mencari kontra indikasi pengobatan:
a. Fungsi hati (SGOT, SGPT)
7. Pemeriksaan penunjang tambahan bila ada penyulit:
a. Analisa gas darah
b. Elektrolit (Natrium, Kalium, Chlorida)
c. Albumin
d. Elektroensefalografi (EEG)
Konsultasi 1. Rehabilitasi Medik
2. Gizi Klinik
Perawatan Ruang Rawat Inap
Rumah Sakit
Terapi/tindakan 1. Penatalaksanaan umum:
(ICD 9 CM) a. Stabilisasi jalan napas dan pernapasan
b. Stabilisasi hemodinamik (infus kristaloid)
c. Pengendalian tekanan intrakranial, jika diperlukan
PANDUAN PRAKTEK KLINIK
SMF NEUROLOGI
CEREBRAL INFARCTION DUE TO THROMBOSIS OF
CEREBRAL ARTERIES
(STROKE ISKEMIK THROMBOSIS)
RSUP SANGLAH 2016
DENPASAR No. Dokumen No. Revisi Halaman
3/6
d. Pengendalian kejang (terapi anti kejang jika
diperlukan)
e. Pengendalian hipertensi (terapi anti hipertensi jika
diperlukan)
Turunkan tekanan darah dengan anti hipertensi (IV):
Nicardipine dosis 5 mg/ jam, dinaikkan 2,5 mg/ jam
tiap 15 menit, bila target TD belum tercapai.
(Maksimal 15 mg/ jam)
Target terapi TD diturunkan 15% (10-20%) dari TD
awal, khusus untuk kandidat Alteplase diturunkan
sampai TDS <180 mmHg dan TDD < 100 mmHg
f. Manajemen gula darah (insulin, anti diabetik oral)
g. Analgetik dan antipiretik, jika diperlukan
h. Gastroprotektor, jika diperlukan
i. Manajemen nutrisi
j. Pencegahan DVT dan emboli paru
k. Rehabilitasi medik
2. Penatalaksanaan spesifik:
a. Trombolisis intravena: Alteplase dosis 0,6 (0,6-0,9)
mg/kgBB, onset <3 jam
b. Acetosal diberikan 24 jam setelah pemberian
Alteplase, atau Acetosal diberikan sebagai dosis awal
320 mg dilanjutkan 100 mg setiap 24 jam bila tanpa
pemberian Alteplase
c. Anti inflamasi (Statin)
d. Neuroprotektor (Citicolin)
e. Pencegahan stroke sekunder (anti platelet: Acetosal,
Clopidogrel, Cilostazole)
3. Tindakan intervensi/operatif prevensi:
a. Stenting pembuluh darah karotis dan cabangnya di
intrakranial, sesuai indikasi
b. Carotid end-atherectomy
Tempat Unit gawat darurat, Ruang intensif, Ruang Intermediate
Pelayanan (Medical Surgical, Ratna), Stroke Unit (Nagasari), Ruang
rawat inap Neurologi
PANDUAN PRAKTEK KLINIK
SMF NEUROLOGI
CEREBRAL INFARCTION DUE TO THROMBOSIS OF
CEREBRAL ARTERIES
(STROKE ISKEMIK THROMBOSIS)
RSUP SANGLAH 2016
DENPASAR No. Dokumen No. Revisi Halaman
4/6
Penyulit 1. Fase akut:
a. Neurologis: stroke susulan, edema otak, infark
perdarahan, hidrosefalus
b. Non-neurologis: hipertensi, hiperglikemia reaktif,
edema paru, gangguan jantung, infeksi, gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit, thrombosis vena
dalam, emboli paru
2. Fase lanjut:
a. Neurologis: Gangguan fungsi luhur
b. Non-neurologis: kontraktur, dekubitus, depresi, infeksi
sekunder karena tirah baring lama, sesuai dengan
PPK infeksi yang terjadi di rumah sakit
Informed Tertulis
Consent
Tenaga Standar Dokter Spesialis Saraf, Dokter Spesialis Saraf Intervensi,
Residen Neurologi (Junior, Madya, Senior, Chief)
Lama Perawatan 7 hari
Masa Pemulihan Pemulihan menjadi lambat atau tidak ada lagi setelah 6
bulan
Risiko kecacatan dan ketergantungan fisik/ kognitif setelah 1
tahun: 20-30%
Hasil Tergantung berat ringannya penyakit dan komplikasi atau
penyulit lain
Patologi Tidak perlu
Otopsi Tidak perlu
Prognosis Ad vitam: dubia ad bonam
Ad fungsionam: dubia ad malam
Ad sanationam: dubia ad malam
Tindak Lanjut Kontrol poliklinik saraf
Tingkat Eviden & 1. Evaluasi cepat dan diagnosis (AHA/ASA Class I, Level of
Rekomendasi evidence B)
a. Pemeriksaan elektrokardiogram (EKG) (AHA/ASA
Class I, Level of evidence B)
PANDUAN PRAKTEK KLINIK
SMF NEUROLOGI
CEREBRAL INFARCTION DUE TO THROMBOSIS OF
CEREBRAL ARTERIES
(STROKE ISKEMIK THROMBOSIS)
RSUP SANGLAH 2016
DENPASAR No. Dokumen No. Revisi Halaman
5/6
b. Pencitraan otak: CT scan kepala tanpa kontras (ESO
Class I)
c. Pemeriksaan laboratorium darah seperti hematologi
rutin, gula darah, fungsi ginjal, faal hemostasis
(AHA/ASA Class I, Level of evidence B)
2. Penatalaksanaan umum
a. Pemantauan terus menerus status neurologikus, nadi,
tekanan darah, suhu tubuh, dan saturasi oksigen
dianjurkan dalam 72 jam pada pasien dengan defisit
neurologis yang jelas (ESO Class IV, GCP)
b. Pemasangan pipa orofaring pada penderita tidak sadar
(AHA/ASA Class I, Level of evidence C)
c. Terapi oksigen pada penderita hipoksia (AHA/ASA
Class I, Level of evidence C)
d. Pemantauan jantung selama 24 jam pertama setelah
awitan stroke (AHA/ASA Class I, Level of evidence B)
e. Hipovolemia dikoreksi dengan larutan salin normal
(AHA/ASA Class I, Level of evidence C)
f. Monitor TIK pada penderita GCS < 9 (AHA/ASA Class
V, Level of evidence C)
g. Osmoterapi dengan 5annitol atas indikasi (AHA/ASA,
Class of evidence C)
h. Direkomendasi untuk memulai rehabilitasi dini setelah
kondisi medis stabil (AHA/ASA Class III, Level of
evidence C)
i. Direkomendasi untuk meningkatkan durasi dan
intensitas rehabilitasi (AHA/ASA Class II, Level of
evidence B)
3. Penatalaksanaan spesifik
a. Pemberian r-tPA (Alteplase) direkomendasikan secepat
mungkin dalam rentang 3 jam (AHA/ASA Class I, Level
of evidence A)
b. Pemberian acetosal dosis awal 320 mg dalam 24
sampai 48 jam setelah awitan stroke (AHA/ASA Class I,
Level of evidence A)
c. Pemberian obat-obatan neuroprotektan belum
dianjurkan (AHA/ASA Class III, Level of evidence A)
tetapi Citicolin masih bermanfaat pada stroke iskemik
PANDUAN PRAKTEK KLINIK
SMF NEUROLOGI
CEREBRAL INFARCTION DUE TO THROMBOSIS OF
CEREBRAL ARTERIES
(STROKE ISKEMIK THROMBOSIS)
RSUP SANGLAH 2016
DENPASAR No. Dokumen No. Revisi Halaman
6/6
Indikator Medis NIHSS, Barthel index
Edukasi 1. Pengertian stroke iskemik
2. Faktor risiko
3. Tanda dan gejala stroke
4. Cara merawat stroke di rumah (peran keluarga,
pengobatan, dan nutrisi)
Kepustakaan 1. Panduan Praktik Klinis Neurologi, PERDOSSI, 2016
2. Guideline Stroke, 2011
3. Modul Neurovaskular, KNI, 2008
LAMPIRAN
Stroke Akut
TDS > 230 mmHg TDS > 220 mmHg TDS 180-220 mmHg TDS < 180 mmHg TDS < 180 mmHg
TDD > 140 mmHg TDD > 120 mmHg TDD 105-120 mmHg TDD < 105 mmHg TDD < 100 mmHg
Ukur ulang
15 menit
Ya Tidak
Evaluasi:
Klinis neurologis setiap 15 menit selama pemberian r-tPA, 30 menit
setelahnya selama 6 jam berikutnya, kemudian tiap jam hingga 24 jam
setelah terapi
Keluhan dan tanda-tanda perdarahan
Bila terdapat nyeri kepala berat, mual, muntah, dan ada perdarahan
HENTIKAN
PROTOKOL r-tPA dan lakukan
PENGGUNAAN CT sken segera
r-tPA INTRAVENA
Tekanan darah setiap 15 menit selama pemberian r-tPA dan selama 2
jam pertama setelah pemberian r-tPA, 30 menit selama 6 jam berikutnya,
dan kemudian tiap jam hingga 24 jam setelah terapi
Bila tekanan darah sistolik ≥ 180 mmHg atau tekanan darah diastolik ≥
105 mmHg, lakukan manajemen terapi anti hipertensi intravena dengan:
Nicardipine dosis 5 mg/ jam, dititrasi 2,5 mg/ jam tiap 5 menit hingga efek
yang diinginkan tercapai (maksimal 15 mg/ jam)
Skor
1a. Tingkat 0: Sadar penuh
kesadaran 1: Tidak sadar penuh; dapat
dibangunkan dengan stimulasi
minor (suara)
2: Tidak sadar penuh; dapat
berespon dengan stimulasi
berulang atau stimulasi nyeri
3: Koma; tidak sadar dan tidak
berespon dengna stimulus
apapun
2. Gaze: 0: Normal
Gerakan mata 1: Paresis gaze parsial pada 1
konjugat atau 2 mata, terdapat abnormal
horizontal gaze namun forced deviation
atau paresis gaze total tidak
2: ada
Forced deviation atau paresis
gaze total tidak dapat diatas
dengan manuver okulosefalik
3. Visual: Lapang 0: Tidak ada gangguan
pandang pada 1: Hemianopsia parsial
tes konfrontasi 2: Hemianopsia komplit
3: Hemianopsia bilateral (buta
kortikal)
4. Paresis wajah 0: Normal
1: Paralisis minor (sulkus
nasolabial rata, asimetri saat
2: tersenyum)
Paralisis parsial (paralisis total
atau near total dari wajah
3: bagian bawah)
Paralisis komplit dari satu atau
kedua sisi wajah (tidak ada
gerakan pada sisi wajah atas
maupun bawah)
Kanan
5. Motorik lengan 0: Tidak ada drift; lengan dapat
diangkat 90° (jika duduk) atau
45 ° (jika berbaring) selama
minimal 10 detik penuh
1 : Drift; lengan dapat diangkat 90°
(jika duduk) atau 45 ° (jika
berbaring) namun turun
sebelum 10 detik, tidak
mengenai tempat tidur
2 : Ada upaya melawan gravitasi;
lengan tidak dapat diangkat
Kiri
atau dipertahankan dalam
posisi 90° (jika duduk) atau 45 °
(jika berbaring), jatuh mengenai
tempat tidur, namun ada upaya
melawan gravitasi
3 : Tidak ada upaya melawan
gravitasi, tidak mampu
mengangkat, hanya bergeser
4 : Tidak ada gerakan
UN Amputasi atau fusi sendi
Kanan
6. Motorik 0: Tidak ada drift; tungkai dapat
tungkai dipertahankan dalam posisi 30°
minimal 5 detik
1 : Drift; tungkai jatuh persis 5
detik, namun tidak mengenai
tempat tidur
2 : Ada upaya melawan gravitasi;
Kiri
Keterangan:
Skor < 5 : defisit neurologis ringan
Skor 6-14 : defisit neurologis sedang
Skor 15-24 : defisit neurologis berat
Skor ≥ 25 : defisit neurologis sangat berat
Anda tahu kenapa
Jatuh ke bumi
Interpretasi:
Skor 20 : Mandiri
Skor 12-19 : Ketergantungan ringan
Skor 9-11 : Ketergantungan sedang
Skor 5-8 : Ketergantungan berat
Skor 0-4 : Ketergantungan total
SKOR SIRIRAJ
Interpretasi:
Skor > 1 : Perdarahan intraserebral
Skor < -1 : Infark serebri
Skor -1 sampai 1 : meragukan
SKOR NUARTHA
RUMUS:
Skor total: (8/ jumlah kriteria yang dapat dinilai) x jumlah skor
Interpretasi:
Skor 0-6 : Stroke iskemik/ Stroke non-hemoragik
Skor 16-24 : Stroke hemoragik
Skor 7-15 : Meragukan dan perlu pemeriksaan lebih lanjut
Skor 7-11 : Kemungkinan stroke iskemik/ non-hemoragik
Skor 12-15 : Kemungkinan stroke hemoragik