Anda di halaman 1dari 20

PANDUAN PRAKTEK KLINIK

SMF NEUROLOGI
CEREBRAL INFARCTION DUE TO THROMBOSIS OF
CEREBRAL ARTERIES
(STROKE ISKEMIK THROMBOSIS)
RSUP SANGLAH 2016
DENPASAR No. Dokumen No. Revisi Halaman
1/6
Ditetapkan oleh:
PPK Tanggal terbit: Direktur Utama
RAWAT INAP
NEUROLOGI dr. I Wayan Sudana, M.Kes
NIP 19650409 199509 1 001

No.ICD 10 I 63.3
Pengertian Kumpulan gejala defisit neurologis akibat gangguan fungsi
otak akut baik fokal maupun global yang mendadak,
disebabkan oleh berkurangnya atau hilangnya aliran darah
pada parenkim otak, yang dapat disebabkan oleh
penyumbatan pembuluh darah arteri, yang dibuktikan
dengan pemeriksaan imaging dan/atau patologi
Anamnesis 1. Gangguan global berupa gangguan kesadaran
2. Gangguan fokal yang muncul mendadak, dapat berupa:
a. Kelumpuhan sesisi/ kedua sisi/ satu ekstremitas,
kelumpuhan otot-otot bola mata, kelumpuhan otot-
otot untuk proses menelan, wicara, gangguan
sensibilitas, lapang pandang, vertigo dan sebagainya
b. Gangguan neurobehavioral yang meliputi: gangguan
atensi, gangguan memori, gangguan bicara verbal,
gangguan pengertian berbicara, gangguan
pengenalan ruang, gangguan fungsi kognitif lain
Pemeriksaan 1. Tanda vital
Fisik 2. Keadaan umum
3. Kesadaran atau Glasgow Coma Scale (GCS)
4. Status general
5. Pemeriksaan neurologis:
a. Funduskopi
b. Gangguan motorik
c. Gangguan sensorik
d. Gangguan otonom
e. Gangguan neurobehavior
Kriteria Terdapat defisit neurologis global atau salah satu/ beberapa
Diagnosis defisit neurologis fokal yang terjadi mendadak dengan bukti
gambaran imaging (CT Scan)
PANDUAN PRAKTEK KLINIK
SMF NEUROLOGI
CEREBRAL INFARCTION DUE TO THROMBOSIS OF
CEREBRAL ARTERIES
(STROKE ISKEMIK THROMBOSIS)
RSUP SANGLAH 2016
DENPASAR No. Dokumen No. Revisi Halaman
2/6
Diagnosis 1. Stroke iskemik emboli
Banding 2. Stroke hemoragik
Pemeriksaan 1. Gold standard: CT scan kepala tanpa kontras
Penunjang 2. Skor stroke:
a. Skor Siriraj
3. Mencari kontra indikasi tindakan trombolisis:
a. Darah lengkap
b. Faal hemostasis (PPT, INR, APTT)
c. Gula darah sewaktu
4. Mencari faktor risiko:
a. Lipid profile (kolesterol, trigliserida, HDL, LDL)
b. Asam urat
c. Fungsi ginjal (BUN, SC)
d. EKG
e. Rontgen thorax
5. Mencari tanda inflamasi:
a. LED
6. Mencari kontra indikasi pengobatan:
a. Fungsi hati (SGOT, SGPT)
7. Pemeriksaan penunjang tambahan bila ada penyulit:
a. Analisa gas darah
b. Elektrolit (Natrium, Kalium, Chlorida)
c. Albumin
d. Elektroensefalografi (EEG)
Konsultasi 1. Rehabilitasi Medik
2. Gizi Klinik
Perawatan Ruang Rawat Inap
Rumah Sakit
Terapi/tindakan 1. Penatalaksanaan umum:
(ICD 9 CM) a. Stabilisasi jalan napas dan pernapasan
b. Stabilisasi hemodinamik (infus kristaloid)
c. Pengendalian tekanan intrakranial, jika diperlukan
PANDUAN PRAKTEK KLINIK
SMF NEUROLOGI
CEREBRAL INFARCTION DUE TO THROMBOSIS OF
CEREBRAL ARTERIES
(STROKE ISKEMIK THROMBOSIS)
RSUP SANGLAH 2016
DENPASAR No. Dokumen No. Revisi Halaman
3/6
d. Pengendalian kejang (terapi anti kejang jika
diperlukan)
e. Pengendalian hipertensi (terapi anti hipertensi jika
diperlukan)
Turunkan tekanan darah dengan anti hipertensi (IV):
Nicardipine dosis 5 mg/ jam, dinaikkan 2,5 mg/ jam
tiap 15 menit, bila target TD belum tercapai.
(Maksimal 15 mg/ jam)
Target terapi TD diturunkan 15% (10-20%) dari TD
awal, khusus untuk kandidat Alteplase diturunkan
sampai TDS <180 mmHg dan TDD < 100 mmHg
f. Manajemen gula darah (insulin, anti diabetik oral)
g. Analgetik dan antipiretik, jika diperlukan
h. Gastroprotektor, jika diperlukan
i. Manajemen nutrisi
j. Pencegahan DVT dan emboli paru
k. Rehabilitasi medik
2. Penatalaksanaan spesifik:
a. Trombolisis intravena: Alteplase dosis 0,6 (0,6-0,9)
mg/kgBB, onset <3 jam
b. Acetosal diberikan 24 jam setelah pemberian
Alteplase, atau Acetosal diberikan sebagai dosis awal
320 mg dilanjutkan 100 mg setiap 24 jam bila tanpa
pemberian Alteplase
c. Anti inflamasi (Statin)
d. Neuroprotektor (Citicolin)
e. Pencegahan stroke sekunder (anti platelet: Acetosal,
Clopidogrel, Cilostazole)
3. Tindakan intervensi/operatif prevensi:
a. Stenting pembuluh darah karotis dan cabangnya di
intrakranial, sesuai indikasi
b. Carotid end-atherectomy
Tempat Unit gawat darurat, Ruang intensif, Ruang Intermediate
Pelayanan (Medical Surgical, Ratna), Stroke Unit (Nagasari), Ruang
rawat inap Neurologi
PANDUAN PRAKTEK KLINIK
SMF NEUROLOGI
CEREBRAL INFARCTION DUE TO THROMBOSIS OF
CEREBRAL ARTERIES
(STROKE ISKEMIK THROMBOSIS)
RSUP SANGLAH 2016
DENPASAR No. Dokumen No. Revisi Halaman
4/6
Penyulit 1. Fase akut:
a. Neurologis: stroke susulan, edema otak, infark
perdarahan, hidrosefalus
b. Non-neurologis: hipertensi, hiperglikemia reaktif,
edema paru, gangguan jantung, infeksi, gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit, thrombosis vena
dalam, emboli paru
2. Fase lanjut:
a. Neurologis: Gangguan fungsi luhur
b. Non-neurologis: kontraktur, dekubitus, depresi, infeksi
sekunder karena tirah baring lama, sesuai dengan
PPK infeksi yang terjadi di rumah sakit
Informed Tertulis
Consent
Tenaga Standar Dokter Spesialis Saraf, Dokter Spesialis Saraf Intervensi,
Residen Neurologi (Junior, Madya, Senior, Chief)
Lama Perawatan 7 hari
Masa Pemulihan Pemulihan menjadi lambat atau tidak ada lagi setelah 6
bulan
Risiko kecacatan dan ketergantungan fisik/ kognitif setelah 1
tahun: 20-30%
Hasil Tergantung berat ringannya penyakit dan komplikasi atau
penyulit lain
Patologi Tidak perlu
Otopsi Tidak perlu
Prognosis Ad vitam: dubia ad bonam
Ad fungsionam: dubia ad malam
Ad sanationam: dubia ad malam
Tindak Lanjut Kontrol poliklinik saraf
Tingkat Eviden & 1. Evaluasi cepat dan diagnosis (AHA/ASA Class I, Level of
Rekomendasi evidence B)
a. Pemeriksaan elektrokardiogram (EKG) (AHA/ASA
Class I, Level of evidence B)
PANDUAN PRAKTEK KLINIK
SMF NEUROLOGI
CEREBRAL INFARCTION DUE TO THROMBOSIS OF
CEREBRAL ARTERIES
(STROKE ISKEMIK THROMBOSIS)
RSUP SANGLAH 2016
DENPASAR No. Dokumen No. Revisi Halaman
5/6
b. Pencitraan otak: CT scan kepala tanpa kontras (ESO
Class I)
c. Pemeriksaan laboratorium darah seperti hematologi
rutin, gula darah, fungsi ginjal, faal hemostasis
(AHA/ASA Class I, Level of evidence B)
2. Penatalaksanaan umum
a. Pemantauan terus menerus status neurologikus, nadi,
tekanan darah, suhu tubuh, dan saturasi oksigen
dianjurkan dalam 72 jam pada pasien dengan defisit
neurologis yang jelas (ESO Class IV, GCP)
b. Pemasangan pipa orofaring pada penderita tidak sadar
(AHA/ASA Class I, Level of evidence C)
c. Terapi oksigen pada penderita hipoksia (AHA/ASA
Class I, Level of evidence C)
d. Pemantauan jantung selama 24 jam pertama setelah
awitan stroke (AHA/ASA Class I, Level of evidence B)
e. Hipovolemia dikoreksi dengan larutan salin normal
(AHA/ASA Class I, Level of evidence C)
f. Monitor TIK pada penderita GCS < 9 (AHA/ASA Class
V, Level of evidence C)
g. Osmoterapi dengan 5annitol atas indikasi (AHA/ASA,
Class of evidence C)
h. Direkomendasi untuk memulai rehabilitasi dini setelah
kondisi medis stabil (AHA/ASA Class III, Level of
evidence C)
i. Direkomendasi untuk meningkatkan durasi dan
intensitas rehabilitasi (AHA/ASA Class II, Level of
evidence B)
3. Penatalaksanaan spesifik
a. Pemberian r-tPA (Alteplase) direkomendasikan secepat
mungkin dalam rentang 3 jam (AHA/ASA Class I, Level
of evidence A)
b. Pemberian acetosal dosis awal 320 mg dalam 24
sampai 48 jam setelah awitan stroke (AHA/ASA Class I,
Level of evidence A)
c. Pemberian obat-obatan neuroprotektan belum
dianjurkan (AHA/ASA Class III, Level of evidence A)
tetapi Citicolin masih bermanfaat pada stroke iskemik
PANDUAN PRAKTEK KLINIK
SMF NEUROLOGI
CEREBRAL INFARCTION DUE TO THROMBOSIS OF
CEREBRAL ARTERIES
(STROKE ISKEMIK THROMBOSIS)
RSUP SANGLAH 2016
DENPASAR No. Dokumen No. Revisi Halaman
6/6
Indikator Medis NIHSS, Barthel index
Edukasi 1. Pengertian stroke iskemik
2. Faktor risiko
3. Tanda dan gejala stroke
4. Cara merawat stroke di rumah (peran keluarga,
pengobatan, dan nutrisi)
Kepustakaan 1. Panduan Praktik Klinis Neurologi, PERDOSSI, 2016
2. Guideline Stroke, 2011
3. Modul Neurovaskular, KNI, 2008
LAMPIRAN

PENATALAKSANAAN TEKANAN DARAH PADA STROKE AKUT

Stroke Akut

TDS > 230 mmHg TDS > 220 mmHg TDS 180-220 mmHg TDS < 180 mmHg TDS < 180 mmHg
TDD > 140 mmHg TDD > 120 mmHg TDD 105-120 mmHg TDD < 105 mmHg TDD < 100 mmHg

Ukur ulang
15 menit

TDS > 220 mmHg Perdarahan intra-serebral


TDD > 120 mmHg atau
Gangguan end-organ

Ya Tidak

Obat anti hipertensi Observasi, Kandidat


parenteral Obat anti hipertensi oral r-tPA
diberikan setelah hari ke 7-10

Untuk kandidat r-tPA (Alteplase),


TD diturunkan sampai
TDS < 180 mmHg atau TDD < 100
mmHg
PROSEDUR APLIKASI PEMBERIAN TERAPI TROMBOLISIS r-tPA
INTRAVENA PADA STROKE ISKEMIK AKUT

Kriteria Inklusi Ya Tidak


1. Usia ≥ 18 tahun atau < 80 tahun
2. Diagnosis klinis stroke dengan defisit neurologis yang jelas
3. Awitan dapat ditentukan secara jelas (< 3 jam)
4. Tidak ada bukti perdarahan intrakranial dari CT sken kepala
5. Tidak ada edema/ hypodense ≥ 1/3 area hemisfer dari CT
sken kepala
6. Tekanan darah < 185/110 mmHg
7. Pasien/ keluarga mengerti dan menerima keuntungan dan
risiko yang mungkin timbul dan harus ada persetujuan
secara tertulis dari penderita atau keluarga untuk dilakukan
terapi r-tPA
Kriteria Eksklusi Ya Tidak
Klinis:
1. Usia > 80 tahun
2. Wanita hamil
3. NIHSS < 8 atau > 20 (kecuali stroke iskemik batang otak)
4. Kejang dengan gejala sisa kelainan neurologis post iktal
5. Perdarahan aktif atau trauma akut (fraktur) pada
pemeriksaan fisik
6. Tekanan darah sistolik > 185 mmHg atau diastolik > 110
mmHg, bila ya, lanjut segera ke terapi hipertensi untuk pre
rt-PA
7. Gejala perdarahan subarakhnoid
8. Gambaran klinis adanya pericarditis pascainfark miokard
9. Tidak sedang mengkonsumsi antikoagulan oral atau bila
sedang dalam terapi antikoagulan hendaklah INR ≤ 1,7
Gambaran CT sken kepala:
10. Gambaran perdarahan intrakranial pada CT sken
11. Infark multilobar (gambaran hypodense > 1/3 hemisfer
serebri)
Laboratorium:
12. Glukosa darah < 50 mg/ dl atau > 400 mg/ dl
13. Jumlah platelet < 100.000/ mm3
14. aPTT memanjang (paska mendapat terapi heparin dalam
48 jam)
15. INR > 1,7
Riwayat:
16. Riwayat trauma kepala atau stroke dalam 3 bulan terakhir
17. Riwayat pembedahan mayor atau trauma berat dalam 2
minggu sebelumnya

18. Riwayat perdarahan gastrointestinal atau traktus urinarius


dalam 3 minggu sebelumnya
19. Pungsi arteri pada tempat yang tidak dapat dikompresi atau
pungsi lumbal dalam 1 minggu sebelumnya
20. Infark miokard dalam 3 bulan sebelumnya
21. Riwayat stroke hemoragik
Kesimpulan: Kandidat/ Tidak kandidat

Kandidat r-tPA (Alteplase) IV

Masukkan pasien ke ICU/ Stroke unit


Tunda pemasangan NGT dan kateter urin

Dosis r-tPA (Alteplase): 0,6-0,9 mg/ kgBB (maksimal


90 mg) habis dalam 60 menit.
10% dosis diberikan sebagai bolus dalam 1 menit.

Evaluasi:
Klinis neurologis setiap 15 menit selama pemberian r-tPA, 30 menit
setelahnya selama 6 jam berikutnya, kemudian tiap jam hingga 24 jam
setelah terapi
Keluhan dan tanda-tanda perdarahan
Bila terdapat nyeri kepala berat, mual, muntah, dan ada perdarahan
HENTIKAN
PROTOKOL r-tPA dan lakukan
PENGGUNAAN CT sken segera
r-tPA INTRAVENA
Tekanan darah setiap 15 menit selama pemberian r-tPA dan selama 2
jam pertama setelah pemberian r-tPA, 30 menit selama 6 jam berikutnya,
dan kemudian tiap jam hingga 24 jam setelah terapi
Bila tekanan darah sistolik ≥ 180 mmHg atau tekanan darah diastolik ≥
105 mmHg, lakukan manajemen terapi anti hipertensi intravena dengan:
Nicardipine dosis 5 mg/ jam, dititrasi 2,5 mg/ jam tiap 5 menit hingga efek
yang diinginkan tercapai (maksimal 15 mg/ jam)

Lakukan CT sken untuk follow up dalam 24 jam


sebelum pemberian anti platelet atau anti koagulan
NATIONAL ISNTITUTE OF HEALTH STROKE SCALE (NIHSS)

No. Parameter Skala Tanggal


pemeriksaan

Skor
1a. Tingkat 0: Sadar penuh
kesadaran 1: Tidak sadar penuh; dapat
dibangunkan dengan stimulasi
minor (suara)
2: Tidak sadar penuh; dapat
berespon dengan stimulasi
berulang atau stimulasi nyeri
3: Koma; tidak sadar dan tidak
berespon dengna stimulus
apapun

1b. Menjawab 0: Benar semua


pertanyaan 1: 1 benar/ ETT/ disartria
2: salah semua/ afasia/ stupor/
koma

1c. Mengikuti 0: Mampu melakukan 2 perintah


perintah 1: Mampu melakukan 1 perintah
2: Tidak mampu melakukan
perintah

2. Gaze: 0: Normal
Gerakan mata 1: Paresis gaze parsial pada 1
konjugat atau 2 mata, terdapat abnormal
horizontal gaze namun forced deviation
atau paresis gaze total tidak
2: ada
Forced deviation atau paresis
gaze total tidak dapat diatas
dengan manuver okulosefalik
3. Visual: Lapang 0: Tidak ada gangguan
pandang pada 1: Hemianopsia parsial
tes konfrontasi 2: Hemianopsia komplit
3: Hemianopsia bilateral (buta
kortikal)
4. Paresis wajah 0: Normal
1: Paralisis minor (sulkus
nasolabial rata, asimetri saat
2: tersenyum)
Paralisis parsial (paralisis total
atau near total dari wajah
3: bagian bawah)
Paralisis komplit dari satu atau
kedua sisi wajah (tidak ada
gerakan pada sisi wajah atas
maupun bawah)
Kanan
5. Motorik lengan 0: Tidak ada drift; lengan dapat
diangkat 90° (jika duduk) atau
45 ° (jika berbaring) selama
minimal 10 detik penuh
1 : Drift; lengan dapat diangkat 90°
(jika duduk) atau 45 ° (jika
berbaring) namun turun
sebelum 10 detik, tidak
mengenai tempat tidur
2 : Ada upaya melawan gravitasi;
lengan tidak dapat diangkat

Kiri
atau dipertahankan dalam
posisi 90° (jika duduk) atau 45 °
(jika berbaring), jatuh mengenai
tempat tidur, namun ada upaya
melawan gravitasi
3 : Tidak ada upaya melawan
gravitasi, tidak mampu
mengangkat, hanya bergeser
4 : Tidak ada gerakan
UN Amputasi atau fusi sendi

Kanan
6. Motorik 0: Tidak ada drift; tungkai dapat
tungkai dipertahankan dalam posisi 30°
minimal 5 detik
1 : Drift; tungkai jatuh persis 5
detik, namun tidak mengenai
tempat tidur
2 : Ada upaya melawan gravitasi;
Kiri

tungkai jatuh mengenai tempat


tidur dalam 5 detik, namun ada
upaya melawan gravitasi
3 : Tidak ada upaya melawan
gravitasi
4 : Tidak ada gerakan
UN Amputasi atau fusi sendi

7. Ataksia 0: Tidak ada ataksia


anggota gerak 1: Ataksia pada satu ekstremitas
2: Ataksia pada 2 atau lebih
ekstremitas
UN Amputasi atau fusi sendi

8. Sensorik 0: Normal; tidak ada gangguan


sensorik
1: Gangguan sensorik ringan-
sedang; sensasi disentuh atau
nyeri berkurang namun masih
terasa disentuh
2: Gangguan sensorik berat; tidak
merasakan sentuhan di wajah,
lengan, atau tungkai
9. Bahasa 0: Normal; tidak ada afasia
terbaik 1: Afasia ringan-sedang; dapat
berkomunikasi namun terbatas,
masih dapat mengenali benda
namun kesulitan bicara
percakapan dan mengerti
percakapan
2 : Afasia berat; seluruh
komunikasi melalui ekspresi
yang terfragmentasi, dikira-kira
dan pemeriksa tidak dapat
memahami respon pasien
3 : Mutisme, afasia global: tidak
ada kata-kata yang keluar
maupun pengertian akan kata-
kata
10. Disartria 0 : Normal
1 : Disartria ringan-sedang; pasien
pelo setidaknya pada beberapa
kata namun meski berat dapat
dimengerti
2 : Disartria berat; bicara pasien
sangat pelo namun tidak afasia
UN Intubasi atau hambatan fisik
lain
11. Pengabaian 0 : Tidak ada neglect
dan Inatensi 1 : Tidak ada atensi pada saalah
(Neglect) satu modalitas berikut; visual,
taktil, auditori, spasial, atau
inatensi personal
2 : Tidak ada atensi pada lebih dari
satu modalitas
TOTAL

Keterangan:
Skor < 5 : defisit neurologis ringan
Skor 6-14 : defisit neurologis sedang
Skor 15-24 : defisit neurologis berat
Skor ≥ 25 : defisit neurologis sangat berat
Anda tahu kenapa

Jatuh ke bumi

Saya pulang dari kerja

Dekat meja di ruang


makan

Mereka mendegar dia


siaran di radio tadi
malam
BARTHEL INDEX

No. Parameter Skala Skor


1. BAB 2 Tidak bermasalah, bila perlu
memakai pencahar
1 Kadang bermasalah, selalu
membutuhkan pencahar
0 Performa buruk
2. BAK 2 Tidak bermasalah
1 Kadang bermasalah,
membutuhkan bantuan orang lain
0 Performa buruk
3. Perawatan diri 1 Mandiri
0 bantuan orang lain
4. Penggunaan toilet 2 Mandiri sepenuhnya
1 Mandiri sebagian
0 Performa buruk
5. Makan 2 Mandiri sepenuhnya
1 Mandiri sebagian
0 Performa buruk
6. Transfer ke kursi/ 3 Mandiri
kasur 2 Bantuan minimal
1 Butuh bantuan saat pindah
tempat
0 Performa buruk
7. Ambulasi 3 Jalan sendiri dengan jarak 45
meter
2 Butuh bantuan berjalan sejauh 45
meter
1 Memakai kursi roda
0 Performa buruk
8. Berpakaian 2 Mandiri sepenuhnya
1 Mandiri sebagian
0 Performa buruk
9. Menaiki tangga 2 Mandiri
1 Perlu bantuan atau pengawasan
0 Performa buruk
10. Mandi 1 Mandi tanpa bantuan
0 Performa buruk
TOTAL

Interpretasi:
Skor 20 : Mandiri
Skor 12-19 : Ketergantungan ringan
Skor 9-11 : Ketergantungan sedang
Skor 5-8 : Ketergantungan berat
Skor 0-4 : Ketergantungan total
SKOR SIRIRAJ

RUMUS: (2,5 x K) + (2 x M) + (2 x N) + (0,1 x TDD) – (3 x A) – 12


K Kesadaran Alert 0
Mengantuk, stupor 1
Semikoma, koma 2
M Muntah Tidak ada 0
Ada 1
N Nyeri kepala Tidak ada 0
Ada 1
TDD Tekanan darah diastolik
A Atheroma Tidak ada 0
(Riwayat DM, Angina, Klaudikasio) Ada 1 atau lebih 1

Interpretasi:
Skor > 1 : Perdarahan intraserebral
Skor < -1 : Infark serebri
Skor -1 sampai 1 : meragukan
SKOR NUARTHA

No. Parameter Skala Skor


1. Kesadaran saat 0 GCS 15
serangan 1 GCS 12-14
2 GCS 9-11
3 GCS 3-8
2. Permulaan 0 Pelan (> 60 menit)
serangan 1 Kurang mendadak (30-60 menit)
2 Mendadak (1-30 menit)
3 Sangat mendadak (< 1 menit)
3. Waktu serangan 0 Bangun tidur
1 Tidur
2 Istirahat/ duduk/ tiduran
3 Bekerja/ melakukan aktivitas
4. Sampai terjadi nyeri 0 > 6 jam/ tidak ada
kepala 1 2-6 jam
2 1 sampai < 2 jam
3 < 1 jam
5. Nyeri kepala saat 0 Tidak ada
serangan 1 Ringan-sedang
2 Hebat
3 Sangat hebat
6. Sampai terjadi 0 > 6 jam/ tidak ada
muntah 1 2-6 jam
2 1 sampai < 2 jam
3 < 1 jam
7. Sampai terjadi 0 > 6 jam/ tidak ada
refleks Babinski (+) 1 2-6 jam
2 < 2 jam, unilateral
3 < 2 jam, bilateral
8. Tekanan darah 0 MAP ≤ 100
1 MAP > 100 – 120
2 MAP > 120 – 140
Jumlah skor

RUMUS:
Skor total: (8/ jumlah kriteria yang dapat dinilai) x jumlah skor

Interpretasi:
Skor 0-6 : Stroke iskemik/ Stroke non-hemoragik
Skor 16-24 : Stroke hemoragik
Skor 7-15 : Meragukan dan perlu pemeriksaan lebih lanjut
Skor 7-11 : Kemungkinan stroke iskemik/ non-hemoragik
Skor 12-15 : Kemungkinan stroke hemoragik

Anda mungkin juga menyukai