Anda di halaman 1dari 21

TUGAS KELOMPOK

MK. FILSAFAT DALAM KEPERAWATAN


DOSEN : Ns. Kusrini S. Kadar, S.Kp, MN, Phd

NURSING KNOWLEDGE

“PROPOSITIONAL AND PRACTICAL”

OLEH:

Kelompok 1

Andi Sulfikar (R012181001)


Suwardha Yunus (R012181038)
Maria Kurni Menga (R012181009)

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR

2018
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kehadirat Allah SWT, karena atas Rahmat, Hidayat serta
karunia-Nya sehingga tugas Makalah ini dapat diselesaikan.
Penyusunan makalah ini di ambil dari sumber/refensi yaitu di beberapa text
book dan sumber lainnya.
Penyusun menyadari bahwa penyusunan tugas makalah ini dapat selesai
karena adanya bantuan dan kerja sama yang baik antar dalam kelompok, oleh
karena itu pada kesempatan ini team penyusun menyampaikan rasa terima kasih
yang sebesar-besarnya.
Tim penyusun juga menyadari bahwa dalam penyusunan tugas makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu dengan lapang dada kami
menerima kritikan dan saran yang konstruktif demi penyempurnaan tugas di
masa yang akan datang.

Oktober 2018

Kelompok I
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pada Hakikatnya Filsafat itu bersumber dari seluruh ilmu yang ada.
Dalam hal ini seluruh ilmu dan pengetahuan manusia berasal dari
filsafat.Manusia yang memiliki kecendrungan dasar untuk selalu bertanya
merupakan suatu dasar ilmu dari sebuah filsafat. Hal ini diturunkan pada
berbagai sektor atau cabang ilmu yang awal mulanya berinduk padanya.
Pada Filsafat, muncul pertanyaan manusia dari berbagai pandangan yang
secara totalitas menyeluruh, berkaitan dengan hakikat inti, sebab dari
segala sebab, mencari hingga ke akar-akarnya , hingga ke dasar (Sudibyo,
Triyatno & Suswandari , 2014)
Dari waktu ke waktu Ilmu keperawatan terus mengalami
perkembangan yang cukup signifikan dengan harapan berbanding lurus
dengan pelayanan keperawatan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat
hingga Mengikuti perkembangan Teknologi dalam keperawatan. Di
indonesia itu sendiri sebagian besar pelayanan keperawatan telah
melakukan pendekatan secara ilmiah dalam menerapkan asuhan
keperawatan.
Pada akhir abad ke-20 Perkembangan pengetahuan keperawatan
belum pernah terjadi sebelumnya . Dan sekarang ini pemahaman tentang
sifat dan fokus pengetahuan keperawatan akhirnya telah lebih jelas. Hal ini
dikarenakan kontribusi dari program penelitian pada akumulasi dasar
pengetahuan untuk praktik keperawatan. Namun pada era ini juga terjadi
gejolak besar dan segala upaya nampaknya tidak efisien untuk
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan . Ketika prinsip-prinsip
berbasis pasar mengatur reformasi perawatan kesehatan, pengetahuan
keperawatan gagal menyediakan sistem asuhan keperawatan yang tealh
mengalami perubahan. Pada bahasan i ni akan mengeksplorasi paradoks
ini dan kemudian memberikan alternatif pilihan di masa depan bahwa
pengetahuan keperawatan menawarkan kesempatan dan petunjuk baru
untuk praktik klinis (Roy & Jones, 2007)
Dalam memposisikan dirinya pengetahuan keperawatan
memberikan penglihatan yang bisa menciptakan respon yang efektif
terhadap masalah yang dihadapi perawatan kesehatan. Kebutuhan akan
penahanan biaya mengantarkan era reformasi perawatan kesehatan selama
abad ke-21.Strategi penahanan biaya tela berlaku sejak pertengahan tahun
1990an;. Tetap saja dalam belanja kesehatan per kapita amerika masih
menjadi nomor satu dan jauh melebihi negara lain. Kemajuan teknologi
,termasuk ilmu genom, juga menciptakan masalah unik bagi penyedia
layanan kesehatan . Secara umum , debat kebijakan etika dan publik tidak
mengikuti kemajuan ini (Roy& Jones, 2007)
Perkembangan pengetahuan dan ilmu keperawatan tentu tidak
luput dari kontribusi dari Perkembangan IPTEK. Pemberian asuhan
keperawatan tidak terlepas pula dari teori terdahuli yang merumuskan
pandangan falsafah dan paradigma keperawatan yang sampai saat ini
masih dipergunakan. Pada penerapan Praktik asuhan Keperawatan di
indonesia sangatlah penting dengan adanya pendekatan ilmiah, Hal ini
mengingat ruang lingkup keperawatan sebagai ilmu yang luas dan dinamis
sesuai dengan perkembangan zaman .Oleh karena itu , harus mempelajari
bagaimana perkembangan dari pengetahuan keperawatan demi kemajuan
praktek keperawatan ke arah yang profesional .

B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Memberikan kejelasan akan falsafah praktek keperawatan yang
berdasarkan pada pengetahuan ilmu keperawatan yang berdasarkan
bukti atau hasil pembenaran dari suatu penelitian..
2. Tujuan Khusus
a. Membantu kejelasan ruang lingkup filosofi pengetahuan
keperawatan.
b. Membantu memahami pengetahuan keperawatan.
c. Sebagai dasar dalam abstark suatu penelitian keperawatan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengetahuan Keperawatan
Ilmu keperawatan merupakan bagian-bagian dari ilmu yang mempelajari
kebutuhan dasar manusia yang penerapannya dapat dipertanggungjawabkan
secara ilmiah sesuai dengan kaidah nilai-nilai keperawatan.Ilmu Keperawatan
Memiliki 3 Unsur yaitu holistik, kemanusiaan dan kepedulian (Nursalam,
2008).
Ilmu Keperawatan adalah “pengetahuan substantif dan disiplin khusus
dimana proses kesehatan manusia-alam semesta adalah fokus utamanya yang
kemudian diartikulasikan dalam suatu kerangka kerja dan teori
keperawatan”(Barret, 2002 dalam McEwen 20011). Menurut Gortner &
Schultz, 1998 dalam McEwen 2011 Bahwa secara umum ilmu keperawatan
itu mengacu pada pengaturan hubungan tanggapan manusia yang erat
kaitannya dengan kesehatan dan penyakit dalam penanganan domain biologis,
perilaku, sosial ,serta budaya. Ilmu keperawatan memiliki tujuan untuk
memahami, menjelaskan, mewakili sifat keperawatan, dan memberikan asas
manfaat untuk kepentingan manusia. Berkaitan hal ini dalam memberikan
arahan kepada generasi masa depan tentang pengetahuan keperawatan
substantif bersumber dari ilmu keperawatan dalam artian bahwa pengetahuan
tentang semua aspek keperawatan bersumber dari Ilmu Keperawatan itu
sendiri. (Barrett, 2002; Holzemer, 2007 dalam McEwen 2011)
Higgs 1995 mengatakan bahwa pengetahuan itu sendiri adalah istilah
yang sarat akan makna, dimana tersirat bahwa, kesadaran itu dinilai untuk
mencapai beberapa standar (beberapa hal ditentukan oleh jenis epistemologi
tertentu berdasarkan adopsi dari orang yang memberikan penilaian kesadaran
ini). Dan juga bahwa pengetahuan itu sendiri, yang menggunakan kerangka
kerja fleksibel yang terdiri dari empat elemen kunci berorientasi pada
pengetahuan; interaksi sosial, komitmen pribadi, pengembangan pikiran, dan
nilai pengetahuan. Dijelaskan pula oleh Mark Risjord, 2010 bahwa kontribusi
yang unik dan menarik dari pengetahuan keperawatan merupakan batang
tubuh filosofis dalam keperawatan. Menurut Mark Risjord Perspektif baru
tentang evolusi dari teori keperawatan, sains, dan praktik seperti yang terlihat
melalui lensa seorang filsuf. Risjord secara komprehensif menganalisis sejara
perkembangan disiplin ilmu keperawatan profesional. Mencakup semua
benang utama pemikiran filosofis dalam melakukan identifikasi asal-usul,
perbedaan kritis, dan potensi keunggulannya. Dengan mengungkapkan
penjajaran historis dari filosofi keperawatan yang bersaing, ia menulusuri
kembali jalan berliku yang menyusut dan menyampaikan semangat para
ilmuwannnya pada disiplin dan praktik keperawatan. Tetapi buku ini bukanlah
teks kering; ini dibaca sebagai film dokumenter menarik yang
menghubungkan perkembangan dari filsafat keperawatan dalam konteks
praktik profesional keperawatan yang berkembang dan filosofi umum sains
yang berkembang. Untuk mempertimbangkan perdebatan para filososfis
dalam keperawatan, Risjord melampaui analisis tulisan-tulisannya dalam
konteks perubahan sosial dalam status wanita dan perawat dalam perawatan
kesehatan bersamaan dengan transformasi filosofi sains yang terus berlanjut
menjadi suatu bentuk postpositivis yang berurutan. Pada benang filosofis
dalam perawatan ditangani, diperlakukan secara valid, dan tepat ditempatkan
dalam evolusi filsafat keperawatan kontemporer. Tetapi ada bebrapa
pernyataan yang mengejutkan dari analisis filosofi Risjord ( Risjord, 2010)
Pemahaman ini tidaklah memperluas jangkauan dari pengetahuan melainkan
adanya keterlibatan perhatian penting pada pertanyaan tentang apa artinya
untuk mengetahui, dan jenis pengetahuan apa yang paling berharga dalam
disiplin keperawatan menurut Carper & Learning, 1978:
1. Mengidentifikasi Empat Pola Dasar Pengetahuan
Terdapat empat pola dasar pengetahuan yang telah tridentifikasi
berdasarkan analisis struktur konseptual dan sintaksi dari pengetahuan
keperawatan. Yang kemudian dibedakan menurut jenis makna logis
Antara Lain : (1) Empiris yaitu ilmu keperawatan, (2) estetika, yaitu Seni
keperawatan, (3) Komponen pengetahuan pribadi dalam keperawatan,dan
(4) Etika , yaitu komponen pengetahuan moral dalam keperawatan
a. Empiris : Ilmu Keperawatan
Dalam literatur istilah ilmu keperawatan sangat jarang digunakan
sampai akhir 1950an. Namun saat itu terjadi penekanan yang
meningkat, bahkan lebih bisa disebut dengan urgensi. Mengenai
pengembangan tubuh pengetahuan empiris yang spesifik untuk
keperawatan tampaknya menjadi kesepakatan umum yaitu ada
kebutuhan kritis akan pengetahuan tentang dunia empiris,
pengetahuan yang secara sistematis menjadi hukum dan teori umum
untuk tujuan mendeskripsikan, menjelaskan, dan memprediksi
fenomena terhadap disiplin keperawatan. Pengembangan teori dan
Upaya Penelitian dilakukan untuk mencari dan menghasilkan
penjelasan yang sistematis dan dapat dikendalikan oleh bukti faktual
dan dapat digunakan pada sebuah organisasi dan klasifikasi
pengetahuan. Ilmu keperawatan yang pada umumnya disebut pola
pengetahuan yang saat ini tidak menunjukkan tingkatan yang sama
berdasarkan penjelasan yang abstrak dan sistematis terintegrasi pada
karakteristik sains yang lebih dewasa , Walaupun Ilmu keperawatan
mencerminkan hal ini sebagai bentuk yang ideal.Jelas ada sejumlah
koeksistensi, dan dalam beberapa hal berkompetisi , struktur
konseptual tidak ada yang telah mencapai status dari apa yang disebut
sebagai paradigma ilmiah. Dalam artian bahwa tidak ada satupun
struktur konseptual yang sejauh ini diterima secara umum yang
menjadi contoh dari praktek ilmiah yang sebenarnya seperti hukum,
teori, aplikasi, dan instrumentasi yang bersama-sama serta
menyediakan model dimana tradisi koheran tertentu dari penelitian
ilmiah. Berkaitan hal ini dapat disimpulkan bahwa beberapa struktur
konseptual ini memiliki potensi lebih besar daripada yang lainnya
dalam memberikan penjelasan yang lebih sistematis yang dapat
diperhitungkan sebagai pengamatan fenomena dan akhirnya
memungkinkan untuk memprediksi kontrol yang lebih akurat
terhadapnya. Namun Hal ini adalah masalah yang harus ditentukan
oleh suatu penelitian yang dirancang dengan harapan untuk mernguji
validitas dari konsep penjelasan tersebut dalam konteks realitas
empiris yang relevan. Jadi dapat dikatakan bahwa pola dasar pertama
pengetahuan keperawatan itu bersifat empiris ,faktual, deskriptif, dan
pada akhirnya bertujuan untuk mengembangkan penjelasan abstrak
dan teoritis.
b. Estetika : Seni Keperawatan
Menurut Carper & Learning (1978) bahwa jika memang ada, orang
yang dikenal secara akrab dengan literatur profesional menyangkal
dengan pasti bahwa hal yang paling ditekankan adalah pengembangan
ilmu keperawatan. Bersifat empiris, faktual,objektif, deskriptif, dan
bersifat umum merupakan satu-satunya pengetahuan yang valid dan
terpercaya yang seseorang hampir mempercayainya Sepertinya
nampak kesadaran diri untuk enggan memperluas istilah pengetahuan
untuk memasukkan aspek pengetahuan dalam keperawatan yang
bukan meruapakan hasil penyelidikan empiris. Meskipun kecil namun
ada hal yang bisa digambarkan sebagai pengakuan diam-diam bahwa
keperawatan itu adalah sebua seni. Tidak banyak usaha yang
dilakukan untuk memperbaharui ataupun membuat eksplisit pola
estetika dari pengetahuan dalam keperawatan selain dari
mengasosiasikan secara samar-samar “seni” dengan kategori
pedoman keterampilan umum dan/atau teknis yang terkait dengan
praktik keperawatan. Pola estetika mengetahui bahwa keperawatan itu
melibatkan persepsi tentang hal-hal yang disarikan dan dibedakan dari
pengakuan universal yang diabstraksikan . Ini merupakan pendidkan
yang unik dari kelas yang patut di contoh.
c. Komponen Pengetahuan Pribadi
Pengetahuan pribadi merupakan pola dasar dari pengetahuan
keperawatan yang paling bermasalah. Karena pola ini yang paling
sulit untuk dikuasai dan diajarkan. Pada saat yang sama, mungkin
inilah pola yang paling penting dalam memahami arti kesehatan
dalam hal kesejahtraan individu . Ada anggapan keperawatan sebagai
proses interpersonal yang melibatkan interaksi , hubungan dan
transaksi antara perawat dengan perawat dan perawat dengan pasien.
Menurut Mitchell bahwa “terdapat bukti yang berkembang tantang
kualitas kontak interpersonal yang berpengaruh pada seseorang
hingga membuatnya sakit, Mengatasi penyakitnya dan hingga
menjadi sehat” Tentunya ungkapan “ Penggunaan terapeutik sendiri,
yang telah menjadi semakin menonjol dalam literaratur , tersiratkan
cara perawat melihat diri mereka sendiri dan klien adalah perhatian
utama dalam hubungan yang terapeutik.
Untuk tujaun keperawatan Tentunya pengetahuan empiris sangatlah
penting , Namun keperawatan juga mengharuskan agar tetap waspada
terhadap fakta bahwa model sifat manusia dan abstraknya dan
kategori umum menggambarkan perilaku dan sifat-sifat dimana
kelompok memiliki kesamaan . Tetapi tidak ada satupun dari kategori
ini dapat pernah mencakup atau mengungkapkan keunikan individu
yang ditemui sebagai pribadi (Sebagai “diri”) . Begitu banyak
pertimbangan lain yang sejenis terlibat dalam ranah pengetahuan
pribadi yang mencirikan sebagai subjektif, beton, dan eksistensi.
Berkaitan hal ini jenis pengetahuan yang mendorong keutuhan dan
integritas dalam pertemuan pribadi , pencapaian keterikatan, dan buka
keterpisahan, dan ini merupakan orientasi manipulatif dan impersonal.
d. Etika : Komponen Moral
Seorang guru dan praktisi individual kini semakin peka dan
diperhadapkan pada pilihan pribadi yang sulit dan harus
dilakukankonteks perawatan kesehatan modern yang kompleks . Dari
pilihan-pilihan ini memunculkan pertanyaan yang mendasar tentang
bagaimana tindakan yang benar dan yang salah baik secara moral
berkenaan dengan perawatan dan pengobatan penyakit serta promosi
kesehatan. Dalam situasi ambiguitas dan ketidakpastian muncul
dilema moral, ketika konsekuensi tindakan seseorang sulit untuk
diprediksikan dan prinsip-prinsip kode etik tradisional tidak dapat
membantu atau malah menimbulkan kontradiksi. Kode moral yang
memandu sikap etis perawat berdasar pada suatu prinsip yang utama
yaitu kewajiban yang terkandung dalam konsep pelayanan terhadap
manusia serta menjadi penghormatan kepada kehidupan manusia.
Disiplin ilmu keperawatan diartikan sebagai pelayanan sosial yang
sangat penting dan tentunya berharga dan dapat bertanggung jawab
dalam melestarikan kehidupan, mengurangi penderitaan, dan
mempromosikan kesehatan, tetapi yang muncul dari “buku peraturan”
tentang etis, yang gagal memberikan jawaban atas pilihan
pertimbangan moral individu yang sulit, tetapi secara pasti harus
dilaksanakan untuk pendidkan dan praktik keperawatan.
Pola etika yang bersumber dari pengetahuan keperawatan sangatlah
dibutuhkan pemahaman tentang berbagai posisi filosofis tentang apa
yang baik, apa yang seharusnya diinginkan, apa yang benar, kerangka
etika yang berbeda dirancang untuk menangani kompleksitas
penilaian moral; dan berbagai orientasi terhadap gagasan suatu
kewajiban. Pilihan moral tentunya harus dipertimbangkan secara
khusus sebelum di aplikasikan tentunya pada situasi nyata dan
konkret. Pemeriksaan standar, kode, dan nilai yang dengannya kita
memutuskan apa yang benar secara moral harus menghasilkan
kesadaran yang lebih besar tentang apa yang terlibat dalam membuat
pilihan moral dan bertanggung jawab atas pilihan yang dibuat. Pada
pengetahuan tentang kode etik tidak akan memberikan jawaban atas
pertanyaan-pertanyan moral yang terlibat dalam keperawatan. Dan
kemudian juga tidak akan menghilangkan kebutuhan untuk memiliki
untuk membuat pemilihan moral, Tetapi dengan harapan bahwa
“semakin sensitif guru dan praktisi akan menuntut tuntutan proses
pembenaran, yang artinya mereka semakin eksplisit kepada norma-
norma yang mengatur tindakannnya , semakin terlibat secara pribadi
mereka dalam menilai keadaan sekitar dan konsekuensi potensialnya
maka semakin “ etis” mereka; dan kita tidak bisa meminta lebih
banyak lagi.
2. Era Bersejarah pada Pengetahuan Keperawatan
Pada awal abad Ke-20 mendekat, Mulailah perawat
mengungkapkan kebutuhannya kan komunikasi dengan sejawat yang lain
dalam perbaikan praktik keperwatan.Tanda-tanda kesadaran nasional
untuk keperawatan dapat dilihat dalam pertemuan perawat yang
dilakukan pertama kalinya di Pameran dunia di chicago pada tahun 1893
dan dalam publikasi edisi pertama American Journal Of Nursing ( AJN),
Organissi komunikasi nasional yang pertama untuk profesi perawat
dilaksanakan pada bulan oktober 1900 (Kalisch, (2004) dalam Raile
Alligood Martha (2013). Ini merupakan upaya awal yang dilakukan oleh
perawat dalam memulai transisi menuju sebuah profesi. Pada awal ini
fokusnya jelas pada praktik dan mengajarkan praktik keperawatan pada
siswa. Berapa pengakuan akan kebutuhan akan pengetahuan khusus
dalam membimbing praktik keperwatan dari awal. AJN merupakan sala
satu simbol awal suatu gerakan keperawatan menuju status profesional ,
dan satu lagi suatu kebutuhan keperawatan untuk berkomunikasi dengan
perawat lain tentang praktik mereka dan tentang mengajar keperawatan .
Seiring boomingnya era industri, sekolah pelatihan dirumah sakit
berkembang seiring pertumbuhan amerika , dan era kurikulum tahun
1900an sampai tahun 1940an di ikuti (Judd, et al., 2010; Kalisch &
Kalisch, 2004 dalam (Raile Alligood Martha, 2013)
Secara singkat, era bersejarah keperawatan untuk pengetahuan
keperawatan yang khusus sebagaimana yang dituliskan dalam buku Raile
Aligood (2013), menuliskan ringkasan era perjalanan pengetahuan
keperawatan dalam table berikut :
Tabel 1 Era bersejarah keperawatan untuk pengetahuan keperawatan yang
spesifik (Raile Alligood Martha, 2013)

B. Pengetahuan Keperawatan : Proposisional dan Praktek


Gambaran umum tentang propositional dan practical berdasarkan konsep
pengetahuan keperawatan adalah kemampuan dan pengetahuan seseorang
dalam menjalankan praktek keperawatan, harus sesuai pada aturan atau
ketetapan yang berdasarkan pembuktian, sebagaimana pendapat Ryle dalam
(“edward hal 32-50,” n.d.) bahwa kepemilikan pengetahuan tidak hanya pada
ide dan kondisi tetapi bagaimana seseorang mengetahui suatu keterampilan
tanpa disertakan aturan.
Keperawatan itu sendiri merupakan suatu pekerjaan yang membutuhkan
pendidikan berdasarkan epistemology kemudian dipresentasikan dalam bentuk
praktik keperawatan (McEwen & WILLS, 2006), dengan kata lain ilmu
keperawatan adalah ilmu yang mengacu pada system penelitian dari respon
manusia. Dan pandangan filsafat keperawatan merupakan suatu pengetahuan
yang terdiri dari dua bagian akan proposisional dan praktis, dalam falsafahnya
bahwa propositional ‘keyakinan’ belum tentu benar pembenarannya, dan
pengetahuan pembenarannya sudah pasti benar yang dibuktikan dengan hasil
ataupun revisi dari keyakinan yang awalnya dari satu teori. (“edward hal 32-
50,” n.d.). Filosofi ilmu keperawatan merupakan awal munculnya
pengetahuan keperawatan, kemudian berkembang menjadi ide-ide untuk
mengatasi suatu pembenaran akan pengetahuan keperawatan itu sendiri, yang
hasilnya dapat dijadikan sebagai salah satu langkah solusi dalam suatu
masalah keperawatan.
Dalam hal ini perawat memiliki pandangan dan pemahaman yang lebih
lengkap tentang kesehatan manusia dalam menghadapi masalah yang dialami
yang dikaitkan dengan peranan perawat dalam melakukan praktik atau
kemampuan dalam bekerja sesuai dengan keahliannya yang disertai dengan
keyakinan yang di miliki oleh perawat dalam bekerja dalam menyelesaikan
suatu masalah yang di dasarkan pada perkembangan pengetahuan dengan
menghubungkan praktek dan ilmu keperawatan yang didasarkan pada filosofi
baru tentang teori ilmu keperawatan yang didasarkan pada penelitian dalam
keperawatan.
Pada Paragraph ini akan dibahas mengenai konsep umum dari suatu
pengetahuan bidang penyelidikan yang kemudian pada akhirnya menjadi
penentu akan jenis lapangan pengetahuan yang akan dikembangkan tentang
bagaimana pengetahuan itu disusun, dilakukan pengujian, dan hingga
diterapkan. Body of knowledge yang berfungsi sebagai dasar pemikiran untuk
praktik keperawatan dengan pola, bentuk, dan struktur yang dimilikinya
berfungsi menjadi cakrawala untuk sebuah harapan yang kemudian
memberikan contoh bagaimana cara berpikir yang khas terhadap sebuah
fenomena. Untuk pengajaran dan pembelajaran keperawatan pola ini sangatlah
penting dipahami. Sebagaimana diketahui pengetahuan keperawatan adalah
pandangan bahwa artikulasi pengetahuan keperawatan akan memberikan
kontribusi yang secara signifikan pada artikulasi identitas unik akan
keperawatan itu sendiri, pengetahuan bisa berfungsi untuk individual dalam
cara memandang bagaimana, katakanlah dengan contoh astronomi dibedakan
dengan biologi karena tubuh pengetahuan didalamnya.
Focus pada pengetahuan keperawatan berasal dari perspektif
pendidikan. Jika pengetahuan keperawatan dapat dijelaskan, maka pemula
keperawatan diharapkan akan dapat belajar selama pendidikan keperawatan
mereka. Dan konsep pengetahuan itu sendiri berasal dari defenisi yang terjadi
dalam literature keperawatan, sebagaimana pernyataan Supposewe
mengatakan bahwa defenisi pengetahuan mengikuti defenisi ide dari
mengetahui, dan dimana? sebagaimana penjelasan referensi bahkan
pengalaman memahami dunia di sekitar kita. (Edwards, 2001)

Praktek keperawatan melibatkan kinerja berbagai keterampilan motoric,


misalnya dalam menangani peralatan medis, mengukur tekanan darah,
memberikan suntikan dan lain sebagainya. Membutuhkan pengetahuan yang
dapat mengarahkan keterampilan tersebut sebagai keterampilan motoric dari
tubuh. Penjelasan Bennerdan Wrubel bahwa semua jenis bentuk tindakan
melibatkan pengetahuan fisik dalam arti pelaksanaan tugas melibatkan tubuh
kita dalam hal ini motoric, sebagai contoh kinerja gerakan perawat dengan
melihat tanggapan mereka terhadap gerakan pasien, penanganan dan
membujuk pasien, menafsirkan ekspresi pasien dan menyentuh pdalam bentuk
perhatian. Dari penjelasan tersebut jelaslah bahwa praktek adalah temporal
sebelum teori (praktik yang mendahului teori). Pengetahuan praktis adalah apa
yang paling sentral untuk dilaksanakan dan tidak ada tempat untuk
pengetahuan proposisional. Posisi apapun yang masuk akal dan informasi
yang diperlukan haruslah bersifat deskriptif, sesuai dengan fisiologi manusia
dan sebaginya.(“edwar lanjutan halaman,” n.d.)
Sedangkan proposional itu sendiri sama dengan p Benar atau sesuatu
diketahui atau diyakini. Dengan gambaran bahwa jika seseorang tahu sesuatu,
maka apa yang mereka tahu pasti benar. Tetapi jika seseorang hanya percaya
sesuatu yang tidak tentu benar bahwa apa yang meraka percaya adalah benar.
Sehingga dengan demikian diperlukan antara pengetahuan dan kebenaran
tetaopi hanya satu kontingen antara keyakinan dan kebenaran. Untuk itulah
keperawatan yang professional membutuhkan alasan dalam satu tindakan
keperawatan yang dibuktikan dengan pengetahuan dari bukti yang riil, dimana
pengetahuanlah yang selalu berhubungan dengan kebenaran. (“edwar lanjutan
halaman,” n.d.)

C. Kriteria untuk pengetahuan


Pengetahuan dan keyakinan berbeda krusial dalam hubungan untuk
pembenaran, dan dengan demikian untuk menunjukkan keyakinan tidak cukup
untuk pengetahuan. Alasannya tentu saja A percaya bahwa p tidak cuckup
untuk kebenaran p, sedangkan jika kita tahu bahwa A tahu bahwa p, maka kita
tahu p harus benar. Yang artinya pengetahuan memerlukan kebenaran dari apa
yang diketahui; keyakinan tidak berarti kebenran apa yang diyakini. Kriteria
pengetahuan didefinisikan sebagai keyakinan yang benar dibenarkan. Saat ini
tiga kriteria yang menyatakan kondisi yang diperlukan, yang keyakinan
apapun itu harus memenuhi syarat sebagai suatu pengetahuan:
1. Kondisi kepercayaan, ‘menurut ini untuk itu’, menjadi kenyataan bahwa A
tahu bahwa p, maka A harus percaya bahwa p.
2. Kebenaran kodisi, ‘sehingga untuk itu’ menjadi kenyataan bahwa A tahu
bahwa p, maka p harus benar.
3. Kondisi membenarkan, ‘sehingga harus ada beberapa bukti yang berkaitan
keyakinan apa yang dikenal.
Untuk menerapkan karya-karya Carper dan Benner, ada empat poin yang
perlu diperhatikan; (1) pengetahuan prakris harus relative terhadap beberapa
tugas yang spesifik ataupun lebih luas, domain. Hal itu tidak akan sangat
informative untuk mengatakan seseorang memiliki pengetahuan praktis.
Misalnya memperbaiki tusukan atau untuk beberapa domain keahlian
diperlukan tekhnik atau beberapa pengetahuan prkatis. (2) kondisi yang
diperlukan masuk akal untuk pengetahuan praktis bahwa mereka dapat
berhasil melakukan tugas itu, dengan kata lain ada standar dalam melakukan
tugas itu. (3) peran akan bukti dalam kaitannya dengan pengetahuan
proposisional, apakah ada peran yang sama untuk bukti dalam kaitannya
dengan pengetahuan praktis. Dengan pertanyaan apakah ujung aksi yang
dicapai. Bukti bahwa seseorang memiliki pengetahuan praktis untuk mencapai
tugas itu. Lebih umum dijelaskan, bukti bahwa seseorang memiliki domain-
spesifik praktis know-how akan membutuhkan kinerja yang sukses dari peran
khusus mereka dalam domain tersebut. (4) domain pengetahuan proposisional,
pengetahuan cocok bagaimana dunia akan terjadi, langkah untuk tahu hal itu
bertujuan deskripsi, dan tentu berhasil menggambarkan, keberhasilam tersebut
akan menunjukkan keyakinan dalam menggambarkan secara akurat
bergantung hanya pada kepercayaan yang mungkin palsu. Sedangkan domain
praktis relevan yang ditujukan, ‘prkatis kepercayaan’ kurang berhasil dalam
memenuhi tujuan prakltis yang ditujukan. Sehingga domain proposisional
mungkin yang terbaik untuk memingkinkan mencapai akhir yang
bertujuan.(“edwar lanjutan halaman,” n.d.)
Domain ilmu pengetahuan oleh Newton-Smith ‘induksi pesimis’
menunjukkan kesebuah induksi, sehingga teori apapun akan ditemukan palsu
dalam karyanya bahwa keyakinan bumi itu diam telah berbalik dan bertolak
sebagai palsu. Jadi kosmologi Ptolemy digantikan oleh Copernicus, teori
Newton digantikan oleh Einstein dan sebagaonya. Sebagai contoh dalam
pengetahuan kepetrawatan; ada pandangan bahwa penyebab sindrom kematian
bayi mendadak (SIDS) berbaring dalam bayi yang terkena dipertanyakan,
seperti hipotesis bahwa SIDS memiliki penyebab genetic. Sekarang diadakan
pembuktian bahwa penyebab SIDS terletak dari luar individu bayi, dan
penyebab genetic tidak mungkin. Sehingga pola ini merupakan penerimaan
karakteristik teori dan kemudian penol;akan memberi dukungan terhadap
induksi pesimis yang dibicarakan Newton-Smith.(“edwar lanjutan halaman,”
n.d.)
Dapat disimpulakn bahwa tesis entailment harus direvisi untuk
mengakomodasi pengetahuan tubuh, atau jika tesis entailment akan diadakan
sebagai kondisi yang diperlukan untuk pengetahuan, itu harus diakui bahwa
pengetahuan tubuh bukanlah pengetahuan. Atau, dapat diusulkan bahwa tesis
entailment hanya berlaku untuk pengetahuan proposisional dan tidak untuk
praktis. Dan mengingat skeptitisme tentang gagasan pengetahuan secara
umum, itu adalah pilihan mengakui pengetahuan tubuh tidak sebenarnya pada
apa pandangan pengetahuan dana pa yang diyakini. Untuk keyakinan
menghitung sebagai pengetahuan, beberapa persyaratan bukti yang
diperlukannya, dan bukti harus tepat terkait dengan apa yang dikenal.
Kesimpulannya pengetahuan proposisional dan keyakinan. Pengetahuan
proposisional bertujuan kebenaran untuk berbicara, sedangkan pengetahuan
praktis bertujuan mengetahui kinerja yang sukses dari keterampilan atau tugas
yang relevan.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan defenisi pengetahuan secara umum, prosposisional dan
spesifik perbedaan pada BAB II, penulis menyimpulkan bahwa pengetahuan
dalam keperawatan didasari dari pengetahuan itu sendiri dan juga keyakinan
yang keudanya saling menunjang. Walaupun pengetahuan dan keyakinan
berbeda krusial dalam hubungan untuk pembenaran, dan dengan demikian
untuk menunjukkan keyakinan tidak cukup untuk pengetahuan. Yang artinya
pengetahuan memerlukan kebenaran dari apa yang diketahui; keyakinan tidak
berarti kebenran apa yang diyakini. Kriteria pengetahuan didefinisikan sebagai
keyakinan yang benar dibenarkan.
Kondisi yang diperlukan masuk akal untuk pengetahuan praktis bahwa
mereka dapat berhasil melakukan tugas itu, dengan kata lain ada standar
dalam melakukan tugas itu. Dibutuhkan pula peran akan bukti dalam
kaitannya dengan pengetahuan proposisional, apakah ada peran yang sama
untuk bukti dalam kaitannya dengan pengetahuan praktis. Dengan pertanyaan
apakah ujung aksi yang dicapai. Bukti bahwa seseorang memiliki pengetahuan
praktis untuk mencapai tugas itu. Lebih umum dijelaskan, bukti bahwa
seseorang memiliki domain-spesifik praktis know-how akan membutuhkan
kinerja yang sukses dari peran khusus mereka dalam domain tersebut. Domain
pengetahuan proposisional, langkah untuk tahu sautu hal bertujuan deskripsi,
dan tentu berhasil menggambarkan, keberhasilam tersebut akan menunjukkan
keyakinan dalam menggambarkan secara akurat bergantung hanya pada
kepercayaan yang mungkin palsu. Sedangkan domain praktis relevan yang
ditujukan, ‘prkatis kepercayaan’ kurang berhasil dalam memenuhi tujuan
prakltis yang ditujukan. Sehingga domain proposisional mungkin yang terbaik
untuk memingkinkan mencapai akhir yang bertujuan.
Dan mengingat skeptitisme tentang gagasan pengetahuan secara umum, itu
adalah pilihan mengakui pengetahuan tubuh tidak sebenarnya pada apa
pandangan pengetahuan dana pa yang diyakini. Untuk keyakinan menghitung
sebagai pengetahuan, beberapa persyaratan bukti yang diperlukannya, dan
bukti harus tepat terkait dengan apa yang dikenal. Kesimpulannya
pengetahuan proposisional dan keyakinan. Pengetahuan proposisional
bertujuan kebenaran untuk berbicara, sedangkan pengetahuan praktis
bertujuan mengetahui kinerja yang sukses dari keterampilan atau tugas yang
relevan.
Sehingga untuk mencapai teori keperawatan yang relevan, beberapa cara
yang dapat dilakukan yaitu mengakui pengetahuan ilmiah (Empirisme) namun
tentunya tidak melupakan tiga aspek pengetahuan lainnya yang ada di bidang
seni, yaitu seni keperawatan, pengetahuan pribadi, dan etika (pengetahuan
tentang moralitas). Empirisme merupakan pengetahuan yang terukur dan
bersifat spesifik, dapat diamati, dapat di uji, dan diterjemahkan dalam praktek.
Dengan tujuan untuk menjelaskan dan memprediksi fenomena. Adapun
contoh penggunaan pengetahuan ini dalam keperawatan adalah ilmu biologi,
ilmu fisika dan ilmu sosial.
DAFTAR PUSTAKA

McEwen, M., & WILLS, E. M. (2006). Theoretical Basis for Nursing. (M.
Zzuccarini, H. Kogut, C. Rudy, H. Ewan, & Erika Kors, Eds.) (I). United
States of America.

Edwards, S. D. (2001). Philosophy of Nursing. In Philosophy of nursing (pp. 21–


31). PALGRAVE.

Raile Alligood Martha. (2013). Nursing Theory Utilization and Application.


Journal of Chemical Information and Modeling (Vol. 53).
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004

sudibyo, L., Triyanto, B., & Suswandari, M. (2014). filsafat ilmu. yogyakarta:
deepublish.
Roy, S. calista, & Jones, D. A. (2007). Nursing knowledge development anda
clinical practice. (S. J. Barhydt, M. A. McLaughlin, & M. Byrd, Eds.). New
York: Springer Publishing Company, LLC.

Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu


Keperawatan,. Jakarta: Salemba Medika.
Risjord, M. (2010). Nursing Knowledge Science, Practice, and Philosophy. 2121
state Avenue, Ames, Iowa 50014-8300, USA: Wiley-Blackwell.
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Carper, B. A., & Learning, B. (1978). Fundamental Patterns of Knowing in
Nursing.

Anda mungkin juga menyukai