Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit yang terjadi karena pankreas
tidak menghasilkan cukup insulin (defesiensi insulin) atau ketika tubuh tidak
dapat secara efektif menggunakan insulin tersebut (resistensi insulin) (World
Health Organization, 2016). Penyakit ini umum dialami masyarakat negara maju
maupun negara berkembang. Sehingga jumlah kasus dan prevalensi diabetes
terus meningkat selama beberapa dekade terakhir.
Diabetes mellitus saat ini menjadi masalah kesehatan global yang telah
mencapai status level peringatan (warning). Kondisi tersebut disimpulkan karena
sudah mencapai setengah milyar penduduk dunia mengalami diabetes mellitus
(International Diabetes Federation, 2019). Pada tahun 2019 diperkirakan 463
juta orang menyandang diabetes mellitus sehingga diperkirakan pada tahun 2030
penyandang DM mencapai 578 juta dan 700 juta pada tahun 2045 (IDF, 2019).
Laporan dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018, prevalensi
diabetes mellitus ditemukan hampir di seluruh Provinsi di Indonesia. Prevalensi
DM berdasarkan diagnosis dokter pada penduduk semua umur tertinggi
dilaporkan di Provinsi DKI Jakarta yaitu sebesar 2,6% dan terendah di Provinsi
Nusa Tenggara Timur yaitu sebesar 0,6%. Provinsi Bengkulu dilaporkan
memiliki angka prevalensi DM sebesar 0,9%.
Angka kematian penyandang diabetes mellitus pada tahun 2019
diperkirakan sekitar 4,2 juta jiwa. Ini setara dengan satu kematian setiap 8 detik.
Wilayah dengan jumlah perkiraan tertinggi kematian terkait diabetes mellitus
pada orang dewasa adalah Pasifik Barat, dimana terjadi 1,3 juta kematian. Ini
diikuti oleh wilayah Asia Tenggara dengan 1,2 juta kematian (IDF, 2019).
Data kematian akibat DM di Indonesia cukup tinggi. Pada tahun 2007,
sebesar 59,5% penyebab kematian di Indonesia merupakan penyakit tidak
menular. Selain itu, persentase kematian akibat penyakit tidak menular juga
meningkat dari tahun ke tahun, yaitu 41,7% pada tahun 1995, 49,9% pada tahun
2001, dan 59,5% pada tahun 2007 (Kemenkes RI, 2019)
Defisit insulin, jika dibiarkan dalam jangka panjang, dapat menyebabkan
kerusakan pada banyak organ tubuh, menyebabkan komplikasi kesehatan yang
melumpuhkan dan mengancam jiwa seperti penyakit kardiovaskular (CVD),
kerusakan saraf (neuropati), kerusakan ginjal (nefropati) dan penyakit mata
(menyebabkan retinopati, kehilangan penglihatan dan bahkan kebutaan). Namun,
jika manajemen diabetes yang tepat tercapai, komplikasi serius ini dapat ditunda
atau dicegah. (IDF, 2019).
Komplikasi yang paling sering adalah perubahan patologis pada tungkai
bawah yang disebut kaki diabetik. Penyakit kaki dapat menyebabkan amputasi
dan cacat lainnya, dan penderitaan fisik dan psikologis. Di Malaysia, dilaporkan
bahwa 55,3% pasien diabetes akan berkembang dengan masalah kaki diabetik
dan 38,3% di antara mereka adalah lansia (Abdullah & Abdullah, 2016).
Salah satu komplikasi kronik yang banyak terjadi adalah Peripheral
Arterial Disease (PAD) dan neuropati sensorik maupun motorik. Hampir 60%
penderita mengalami komplikasi tersebut (Black & Hawks, 2014). Komplikasi
PAD dan neuropati disebabkan oleh penurunan sirkulasi darah perifer hingga ke
serabut saraf, menyebabkan penderita diabetes mellitus mudah mengalami luka
gangren. Faktor resiko yang mudah terjadi pada PAD adalah aterosklerosis yang
meliputi: ras, jenis kelamin, bertambahnya usia, merokok, diabetes mellitus,
hipertensi, dyslipidemia, keadaan hiperkoagulitas dan hipervisikositas,
hiperhomosistemia, kondisi inflamasi sistemik dan insufisiensi ginjal kronis
(Habibie, 2017).
Berbagai upaya dilakukan untuk mencegah dan mengontrol terjadinya
komplikasi dalam penatalaksanaan diabetes mellitus. Perawatan kaki adalah
salah satu tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadi komplikasi
kaki diabetic yang dapat menimbulkan masalah keperawatan resiko gangguan
integritas kulit . Foot spa diabetic merupakan serangkaian kegiatan perawatan
kaki yang di dalamnya terdapat kegiatan pembersihan kaki, pemotongan kuku
dan pemijatan kaki (Purwanto, 2014). Kegiatan-kegiatan tersebut selain dapat
melancarkan aliran darah dan membuat pasien merasa nyaman dan rileks.
Hasil studi pendahuluan yang penulis lakukan di Dinas Kesehatan
Provinsi Bengkulu bahwa penderita diabetes melitus di Provinsi Bengkulu pada
tahun 2019 mencapai 18.436 orang, dan 9.530 (52%) mendapat pelayanan sesuai
standar. Sedangkan menurut laporan dari Dinas Kesehatan Kota Bengkulu
jumlah penderita Diabetes Melitus di kota Bengkulu tahun 2019 adalah 3.476
orang.
Data alfacare\
Berdasarkan data dan uraian latar belakang diatas, maka penulis merasa
tertarik untuk melakukan “Penerapan foot spa diabetic pada penyandang diabetes
mellitus tipe II di Balai Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Alfacare Center
Bengkulu Tahun 2021”.

B. Batasan Masalah
Agar karya tulis ilmiah ini lebih terarah dan terfokus pada tujuan studi
kasus, maka penulis memberikan batasan masalah studi kasus ini yaitu
Bagaimana gambaran penerapan foot spa diabetic pada penyandang diabetes
mellitus tipe II di Balai Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Alfacare Center
Bengkulu Tahun 2021.

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Penulis mampu mendeskripsikan penerapan foot spa diabetic pada
penyandang diabetes mellitus tipe II di Balai Asuhan Keperawatan Medikal
Bedah Alfacare Center Bengkulu tahun 2021.
2. Tujuan Khusus
Penulis diharapkan mampu:
a. Mendeskripsikan karakteristik penyandang diabetes mellitus tipe II di
Balai Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Alfacare Center Bengkulu.
b. Mendeskripsikan fase pra interaksi penerapan foot spa diabetic pada
penyandang diabetes melllitus tipe II di Balai Asuhan Keperawatan
Medikal Bedah Alfacare Center Bengkulu Tahun 2021.
c. Mendeskripsikan fase orientasi penerapan foot spa diabetic pada
penyandang diabetes mellitus tipe II di Balai Asuhan Keperawatan
Medikal Bedah Alfacare Center Bengkulu secara komprehensif.
d. Mendeskripsikan fase interaksi penerapan foot spa diabetic pada
penyandang diabetes mellitus tipe II di Balai Asuhan Keperawatan
Medikal Bedah Alfacare Center Bengkulu secara tepat.
e. Mendeskripsikan fase terminasi Penerapan foot spa diabetic pada
penyandang diabetes mellitus tipe II di Balai Asuhan Keperawatan
Medikal Bedah Alfacare Center Bengkulu

D. Manfaat Penulisan
1. Bagi pelayanan kesehatan
Hasil studi kasus diharapkan dapat memberikan gambaran prosedur
pelaksanaan penerapan foot spa diabetic pada penyandang diabetes mellitus
tipe II. Sehingga diharapkan nantinya dapat dilakukan di semua tatanan
pelayanan dengan baik dan benar sesuai SOP yang telah diuji.

2. Bagi instansi pendidikan


Merupakan bentuk sumbangsih kepada dosen dan mahasiswa jurusan
keperawatan sebagai referensi untuk menambah wawasan dan bahan
masukan dalam kegiatan belajar mengajar seperti bahan kajian dan SOP
berkaitan dengan penerapan foot spa diabetic.
3. Bagi penyandang diabetes mellitus dan keluarga
Hasil studi kasus ini diharapkan penyandang dan keluarga dapat
mengetahui bagaimana gambaran tindakan penerapan foot spa diabetic
sebagai salah satu penerapan yang dapat dilakukan di rumah untuk
mencegah komplikasi kaki diabetic.
4. Bagi studi kasus lain
Hasil studi kasus ini diharapkan dapat dijadikan sumber data serta
informasi mengenai penerapan foot spa diabetic pada penyandang diabetes
mellitus tipe II bagi pengembangan studi kasus yang serupa selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai