Anda di halaman 1dari 21

KEGIATAN PENYULUHAN TENTANG DIABETES MELITUS

UPTD PUSKESMAS PADANG SERAI

Alamat : Jl. Suka Maju Kel. Padang Serai R.T.008 R.W.005

Kec. Kampung Melayu Kota Bengkulu (38251) Telp. 0822 7895 8880

P
R
O
P
O
S
A
L
Disusun oleh :

Nama : Rika Hadiputra


Nim : P05150120089

PUSKESMAS PADANG SERAI KOTA BENGKULU


2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah

melimpahkan rahmat, taufik serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat

melaksanakan kegiatan penyuluhan tentang Diabetes Melitus di posyandu

Puskesmas Padang Serai Kota Bengkulu serta dapat menyelesaikan laporannya

tepat waktu dan tanpa adanya halangan yang berarti.

Dalam penyusunan laporan proposal ini penulis banyak mendapatkan

bantuan dari berbagai pihak, oleh sebab itu penulis ingin mengungkapkan rasa

terimakasih.

penulis mengakui bahwa penulisan proposal kegiatan penyuluhan di

posyandu ini tidaklah sempurna. Apabila nantinya terdapat kekeliruan dalam

penulisan laporan proposal ini penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang

membangun. Akhir kata semoga proposal ini dapat memberikan banyak manfaat

bagi kita semua.

Bengkulu, 15 Mei 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................ii
BAB I....................................................................................................1
PENDAHULUAN................................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................3
C. Tujuan.......................................................................................4
D. Manfaat.....................................................................................4
BAB II..................................................................................................5
TINJAUAN PUSTAKA......................................................................5
A. Diabetes Melitus.......................................................................5
1. Pengertian Diabetes Melitus.....................................................5
2. Klasifikasi Diabetes Melitus.....................................................6
3. Faktor resiko.............................................................................7
4. Patofisiologi Diabetes Melitus..................................................8
5. Diagnosis Diabetes Mellitus...................................................10
6. Komplikasi Diabetes Melitus.................................................11
BAB III...............................................................................................14
METODE KEGIATAN....................................................................14
A. Waktu dan Tempat..................................................................14
B. Alat dan Bahan.......................................................................14
C. Prosedur kerja penyuluhan.....................................................14
Daftar Pustaka...................................................................................15
LAMPIRAN:.....................................................................................16

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Diabetes melitus tipe 2 (non-insulin-dependent atau adultonset diabetes)

merupakan suatu penyakit metabolik yang ditandai dengan adanya hiperglikemia

akibat dari terjadinya penurunan pada sekresi hormon insulin oleh sel beta yang

berada didalam pankreas dan juga akibat gangguan fungsi insulin. Terjadinya

resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin karena kurangnya respon sel dan

jaringan tubuh terhadap insulin sehingga dapat menyebabkan peningkatan kadar

gula dalam darah dan sebagian besar merupakan akibat memburuknya faktor risiko

yang ada seperti kelebihan berat badan dan kurangnya aktivitas fisik (Nur &

Anggraini, 2022).

Menurut World Health Organization (WHO) penyakit ini ditandai dengan

munculnya gejala khas yaitu polyphagia, polidipsia dan poliuria serta sebagian

mengalami kehilangan berat badan. Diabetes Melitus merupakan penyakit kronis

yang sangat penting untuk diperhatikan. Diabetes Melitus dapat menyebabkan

komplikasi seperti kerusakan mata, ginjal pembuluh darah, saraf, jantung dan lain-

lain. WHO memperkirakan setengah dari jumlah penderita tertinggi untuk kasus

Diabetes Melitus di seluruh dunia terdapat di wilayah South-East Asia (Asia

Tengggara) dan Western Pacific (Pasifik Barat).

1
2

Indonesia menjadi satu-satunya negara di Asia Tenggara yang berada pada

posisi tersebut, sehingga diperkirakan sangat besar kontribusi Indonesia sebagai

penyumbang terhadap prevalensi untuk kasus diabetes melitus (Farmasi et al.,

2021).

Prevalensi Diabetes Melitus tipe-2 di Negara Indonesia berkisar antara 1,4% -

1,6%, kecuali di Semarang 2,3% dan di Manado 6%. Hal ini menunjukan bahwa

gaya hidup dapat mempengaruhi kejadian diabetes (Nugraha et al., 2021).

Sedangkan Prevalensi Diabetes Melitus di Provinsi Bengkulu mencapai 0,9 %

berdasarkan diagnosis dokter dan 1% berdasarkan diagnosis/gejala, hal ini juga

mengancam bagi masyarakat Bengkulu dalam penekanan angka kejadian DM

(Natri & edo, 2018). Penyebab tingginya prevalesi DM terkait malnutrisi (DMTM)

atau yang sekarang disebut DM tipe lain. Sesuai pemikiran yang di kemukakan di

Indonesia dalam waktu 1-2 dekade mendatang kekerapan DM di Indonesia akan

meningkat secara drastis, diabetes sebanyak 12,4 juta orang pada tahun 2025 naik

2 tingkat dibanding tahun 1995. Dalam jangka waktu 30 tahun penduduk

Indonesia akan naik sebesar 40% dengan meningkatnya jumlah pasien Diabetes

Melitus yang jauh besar yaitu 86-138%, yang disebabkan oleh faktor demografi,

gaya hidup dan berkurangnya penyakit infeksi dan kurang gizi, meningkatnya

pelayanan kesehatan sehingga umur pasien menjadi lebih panjang (Wicaksono,

2020).
3

Kadar gula dalam darah yang tinggi (hipergliglikemia) akan menyebabkan

terjadinya komplikasi kronik yang dapat menyerang berbagai organ seperti mata,

ginjal, saraf dan pembuluh darah. Komplikasi diabetes dapat terjadi karena

beberapa faktor yaitu genetik, lingkungan, gaya hidup dan faktor yang

mengakibatkan terlambatnya pengelolaan diabetes melitus seperti tidak

terdiagnosanya diabetes melitus, walaupun sudah yang terdiagnosa tetapi tidak

menjalani pengobatan secara teratur. Dinegara maju terdapat 50% pasien tidak

terdiagnosa diabetes melitus, dan kemungkinan jumlah tersebut lebih besar di

negara berkembang seperti Indonesia (Wijaya, 2021).

Berdasarkan data diatas, saya ingin melakukan penyuluhan tentang penyakit

ADiabetes Melitus dan ingin memberikan informasi bahayanya diabetes serta

bagaimana upaya untuk pencegahannya. Maka dari itu, Saya mengambil tempat

untuk penyuluhan di salah satu Puskesmas Kota Bengkulu yaitu Puskesmas

Padang Serai. Sehubungan dengan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk

melakukan penyuluhan tentang diabetes melitus di salah satu wilayah kerja

Puskesmas Padang Serai.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas bahwa masih tingginya

kejadian diabetes maka dapat dirumuskan pertanyaan peneliti.


4

C. Tujuan
Untuk memberikan informasi pada masyarakat yang ada di puskesmas padang

serai maupun posyandu tentang bahayanya diabetes, serta memberikan saran

cara pencegahan dan hal yang menyangkut tentang diabetes lainnya.

D. Manfaat
1. Bagi Pihak Puskesmas Padang Serai

Dapat dijadikan sebagai bahan informasi tentang kejadian penyakit

diabetes dan faktor yang mempengaruhi terjadinya diabetes.

2. Bagi Mayarakat

Dapat memberikan informasi dan pengetahuan bagi masyarakat

bahayanya diabetes dan bagaimana mencegah serta cara pengobatannya.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Diabetes Melitus

1. Pengertian Diabetes Melitus

Diabetes melitus (DM) merupakan bahasa yang berasal dari Yunani yaitu

(sophon) yang berarti “mengalirkan dengan mengalihkan”, sedangkan melitus

berasal dari bahasa latin yang bermakna manis atau madu sehingga diabetes

melitus diartikan oleh seseorang yang mengalirkan volume urine yang banyak

dan kadar glukosa yang tinggi. Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit

hiperglikemia yang ditandai dengan ketiadaan absolut insulin atau penurunan

relatif insensitivitas sel terhadap insulin (Yitno & Riawan Wahyu, 2020).

Diabetes Melitus merupakan suatu penyakit yang dapat ditandai dengan

terjadinya hiperglikemia dan gangguan pada proses metabolisme karbohidrat,

lemak, dan protein yang dihubungkan dengan kekurangan secara absolut dan

sekresi insulin, gambaran patologik DM sebagian besar juga dapat

dihubungkan dengan salah satu efek utama akibat kekurangan insulin yaitu

berkurangnya penggunaan glukosa oleh sel – sel yang ada di dalam tubuh

manusia. Peningkatan metaboliseme lemak dapat menyebabkan terjadinya

metabolisme lemak abnormal disertai endapan kolestrol pada dinding

pembuluh darah sehinga timbulnya gejala ateroklerosis serta berkurangnya

protein dalam jaringan tubuh (Febriyantika et al., 2021).

5
6

Diabetes melitus (DM) adalah penyakit kronik terjadi ketika prankreas

tidak dapat memproduksi insulin yang cukup banyak, dan ketika tubuh

manusia tidak dapat menggunakan insulin yang diproduksi secara efektif (S. T.

Putri et al., 2021). Menurut American Diabetes Association, dm merupakan

suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik Hiperglikemia yang

terjadi karna adanya kelainan sekresi insulin, keadaan dimana terjadinya

peningkatan kadar gula darah atau Hiperglikemia dapat menyebabkan Diabetes

Melitus yang tidak terkontrol dan lama – kelamaan akan menyebabkan

kerusakan serius pada sistem tubuh, terutama pada pembuluh darah, dan

persarafan (Widiastuti et al., 2022).

2. Klasifikasi Diabetes Melitus

1. Diabetes melitus tipe 1 (insulin dependent), menunjukan defesiensi insulin

yang relatif dan tanpa insulin dapat terjadi kematian dalam beberapa hari

yang disebabkan ketoasidosis (Ridwan et al., 2018).

2. Diabetes melitus tipe 2 (non insulin dependent), yang biasanya mempunyai

sel beta yang masih aktif/berfungsi, sering memerlukan insulin tetapi tidak

tergantung pada insulin seumur hidup (Puskesmas & Sari, 2022).

3. Diabetes melitus tipe lain , yaitu diakibatkan efek genetik fungsi sel beta,

efek genetik kerja insulin, penyakit eksokrin pankreas, endokrinopati,

karena obat/zat kimia, infeksi, imunologi , dan sindrom genetic (Tensi,

2021).

4. Diabetes kehamilan, hanya terjadi saat hamil (Marliani, Siagian, 2020).


7

3. Faktor resiko

1. Faktor – faktor Diabetes tipe 1 :

a. Faktor genetik pada penderita tidak mewariskan diabetes itu sendiri

mewarisi suatu predesposisi atau genetik kea rah DM tipe 1 yang

memiliki antigen HLA.

b. Faktor imunologi dan Adanya faktor respon autoimun yang merupakan

abnormal dimana antibodi terarah jaringan normal tubuh cara bereaksi

jaringan tersebut yang dianggap sebagai jaringan asing.

c. Faktor lingkungan Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses

autoimun yang menimbulkan destruksi sel beta (Maliki et al., 2021).

2. Faktor Diabetes tipe 2 :

a. Genetik/ riwayat Dm dalam keluarga (mempunyai orang tau atau

keluarga dengan DM tipe 2) sehingga terdapat resiko yang lebih besar

untuk penderita dikarenakan gen penyebab DM.

b. Obesitas.

c. Pola hidup tidak aktif fisik.

d. Pengalaman diabetik intraurine.

e. Usia lebih dari 45 tahun, resintesi insulin lebih sering terjadi dengan

pertambahan usia.

f. Hipertensi.

g. Pernah diabetes sewaktu hamil.

h. Ibu dengan riwayat melahirkan bayi > 4000 gram.

i. Kolestrol HDL < 35 mg/dl atau trigliserida > 250 mg/dl.


8

j. Riwayat minum susu formula sewaktu masih bayi.

k. Kadar glukosa darah.

l. Ras atau latar bekalakang etnis.

m. Gaya hidup yang kutrang sehat (Wibowo et al., 2021).

3. Faktor resiko gagal ginjal

Diabetes melitus merupakan suatu penyebab utama dari adanya penyakit

ginjal stadium akhir dan faktor resiko dari penyakit ginjal salah satunya

adalah Diabetes Melitus. Pada penderita DM, kadar gula darah yang tinggi

lebih dari batas normal dapat melukai dan dapat merusak pembuluh darah

kapiler yang ada pada ginjal manusia. Akibatnya nefron mengalami

kekurangan asupan oksigen dan darah bersih sehingga darah kotor yang

ada didalam tubuh tidak dapat tersaring dengan sempurna. Hal ini juga

dapat mengganggu proses metabolisme dalam tubuh manusia sehingga

secara keseluruhan akan terjadinya penumpukan di cairan dan garam yang

shingga tidak dapat tersaring oleh ginjal. Dan penyakit ginjal cenderung

meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk usia lanjut dan

kejadian penyakit DM yang menyatakan bahwa kadar gula darah sebagai

faktor risiko penyakit ginjal pada pasien DM Tipe 2 (Lestari et al., 2021).

4. Patofisiologi Diabetes Melitus

Pasien-pasien yang mengalami defisiensi insulin tidak dapat

mempertahankan kadar glukosa plasma puasa yang normal atau toleransi

sesudah makan. Pada hiperglikemia yang parah melebih ambang ginjal nomal

(konsentrasi glukosa darah sebesar 160 – 180 mg/100 ml ).


9

Akan timbul glikosuria karena tubulus-tubulus renalis tidak dapat

menyerap kembali glukosa, kemudian glukosuria ini akan mengakibatkan

diuresis osmatik yang menyebabkan poliuri disertai sodium, klorida, potasium,

dan pospat (Gumilar, 2022).

Adanya poliuri dapat menyebabkan dehidrasidan timbul polidipsi. Akibat

dari glukosa yang keluar bersama urine pasien mengalami keseimbangan

protein negatif serta berat badan menurut menjadi polifagi. Akibat yang lain

adalah asthenia (kekurangan energi), hilangnya protein tubuh dan

berkurangnya karbohidrat untuk energi dalam tubuh manusia. Hiperglikemia

yang lama akan menyebabkan terjadinya arterosklerosis, penebalan membran

basalis dan perubahan pada saraf perifer. ini dapat terjadinya gangrene

(Kurniawati et al., 2021).

Sebagian besar patologik dari DM dapat dihubungkan dengan salah satu

efek utama kekurangan insulin sebagai berikut :

a. Berkurangnya konsumsi glukosa oleh sel - sel tubuh yang

mengakibatkan naiknya konsentrasi glukosa darah setinggi 300 – 1200

md/dl.

b. Meningkatnya mobilisasi lemak yang ada dari daerah penyimpanan

lemak yang abnormal disertai dengan endapan kolestrol pada dinding

pembuluh darah.

c. Berkurangnya protein dalam jaringan tubuh.


10

5. Diagnosis Diabetes Mellitus

Diagnosis DM harus didasarkan atas pemeriksaan konsentrasi glukosa

darah. Dalam menentukan diagnosis Dm harus diperhatikan asal bahan darah

yang telah diambil dan tata cara pemeriksaan yang dipakai. Untuk diagnosis

pemeriksaan adalah pemeriksaan glukosa dengan cara enzimatik dengan darah

vena. Untuk memastikan diagnosis DM, pemeriksaan glukosa darah dilakukan

dilaboratorium klinik yang terpecaya. Walaupun demikian diagnosis dapat

dilakukan dengan cara menggunakan darah utuh (wholeblood), atau darah vena

dan darah kapiler dengan memperhatikan angka-angka diagnostik berbeda

yang sesuai dengan pembakuan yang dilakukan oleh WHO. Untuk pemantauan

berbedaan hasil pengobatan dapat diperiksa glukosa darah kapiler (Anita Dyah

Listyarini et al., 2022).

Adanya beberapa perbedaan pada uji diagnostik DM dengan pemeriksaan

penyaringan, uji pada diagnostik DM ini dilakukan pada mereka yang

menunjukan gejala/tanda dari DM, pemeriksaan penyaringan bertujuan untuk

mengindentifikasi mereka yang tidak bergejala, dan mereka yang mempunyai

resiko dari penyakit DM. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKINI)

telah membagi alur diagnosis DM menjadi dua bagian besar berdasarkan ada

atau tidaknya gejala khas DM, gejala khas DM terjadi dari poliuria, polidipsia,

polifagia dan berat badan yang turun tanpa penyebab yang jelas, sedangkan

gejala yang tidak khas DM diantaranya lemas, mata kabur, disfungsi ereksi

(pria) dan pluritas vulva (wanita). Apabila ditemukan gejala khas DM,

pemeriksaan pada glukosa darah abnormal satu kali saja sudah cukup untuk
11

meneggakkan diagnosis, namun apabila tidak ditemukan gejala khas DM maka

akan diperlukannya dua kali pemeriksaan glukosa darah abnormal. Diagnosis

DM dapat ditegakkan dengan table berikut :

Tabel 2.1 Karakteristik Diagnosis DM

Karakteristik Diagnosis DM

1. Gejala klasik DM + glukosa plasma puasa > 200 mg/dl (11,1

mmol/L). Glukosa plasma sewaktu merupakan hasil pemeriksaan

sesaat pada suatu hari tanpa memperhatikan waktu makan terakhir

2. Gejala klasik DM + glukosa plasma puasa > 126 mg/dl (7,0

mmol/L ). Puasa diartikan pasien tidak dapat kalori tambahan

sekitar 8 jam.

3. Glukosa plasma 2 jam padsaa TTGO > 200 mg/dl (11,1

mmol/L). TTGO dilakukan dengan standar WHO, menggunakan

beban glukosa yang setara dengan 75 gram glukosa anhidrus yang

dilarutkan kedalam air.

Sumber : (Basuki & Husen, 2022)

6. Komplikasi Diabetes Melitus

Komplikasi atau penyakit pada DM, juga dapat berupa komplikasi akut

dan komplikasi kronis. Komplikas kronis, berupa komplikasi kronis vaskuler

dan non vaskuler. Komplikasi cepat yang sering terjadi :


12

Hipoglikemia, yaitu keadaan penurunan kadar glukosa darah dengan gejala

berupa gelisah, tekanan darah turun lapar, mual, lemah, lesu, keringat dingin.

Gangguan yang sederhana bibir dan tangan gemetar sampai terjadi koma.

Kondisi ini harus segera diatasi, dengan diberi gula murni, minum sirup,

permen atau makanan yang mengandung karbohidrat seperti roti (Rusdi, 2020).

Hiperglikemia, yaitu keadaan kelebihan gula darah yang bisaanya

disebabkan oleh makan yang secara berlebihan, stress emosional, penghentian

DM secara cepat, gejala merupakan penurunan kesadaran serta kekurangan

cairan (dehidrasi) (Hermayanti & Nursiloningrum, 2019).

Ketoasidosis Diabetik, yaitu keadaan peningkatan senyawa keton yang

besifat asam dalam darah yang berasal dari asam lemak bebas dari pemecahan

sel – sel asam lemak jaringan. Gejala dan tandanya adalah nafsu makan turun,

merasa haus, kencing yang banyak, mual, muntah, nyeri diperut, nadi cepat,

pernapasan cepat, nafas berbau khas (keton), hipotensi, menurunya kesadaran

hingga koma (Gotera & Agung Budiyasa, 2020).

Kadar glukosa darah akan difitrasi oleh glomerulus dan kembali kedarah

oleh sistem reabsorbsi tubuli ginjal. Reabsorbsi glukosa berhubungan dengan

fosforilasi oksidatif dan adanya penyediaan ATP (adrenosintrifosfat). Sistem

tubuler akan mereabsorbsi glukosa terbatas sampai kecepatan 350 mg/menit.

Kadar glukosa darah naik filtrate glomerulus kemudian dapat mengandung

lebih banyak 20 glukosa disbanding yang direabsorbsi. Kelebihan glukosa akan

keluar bersama urin yang menghasilkan glukosa yaitu adanya glukosa darah
13

melebih 170 – 180mg/dl yang disebut dengan ambang ginjal untuk glukosa

(Melani & Anggita Kartikasari, 2020).


BAB III

METODE KEGIATAN

A. Waktu dan Tempat

Waktu penyuluhan pada tanggal 15 Mei 2023 tempat penyuluhan di

posyandu Jl.Suprapto Jalur 2 Kelurahan Sumbar Jaya.

B. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan adalah leaflet tentang diabetes mellitus.

C. Prosedur kerja penyuluhan

1. Siapkan alat dan bahan yang digunakan untuk penyuluhan

2. Datang ketempat posyandu yang akan di laksanakan

3. Setelah itu kumpulkan masyarakat yang datang untuk dibagikan leaflet

4. Kemudian minta perhatian pada masyarakat tersebut untuk melakukan

penyuluhan

5. Jelaskan pengertian, penyebab, tanda dan gejala, pencegahan dan cara

mengatasi penyakit Diabetes Melitus serta pemeriksaan Gula darah nya.

14
Daftar Pustaka

Anita Dyah Listyarini, Ilham Setyo Budi, & Zakiatun Assifah. (2022). Gambaran
Kadar Glukosa Darah Sewaktu Pada Lansia Diabetes Mellitus Di Desa
Sambung Kecamatan Undaan Kabupaten Kudus. Jurnal Kesehatan Dan
Kedokteran, 1(2), 26–30. https://doi.org/10.56127/jukeke.v1i2.138

Basuki, R., & Husen, F. (2022). Karakteristik Dan Gambaran Diagnosa


Komplikasi Pasien Diabetes Di Rumah Sakit Umum Aghisna Sidareja. Jurnal
Bina Cipta Husada, XVIII(2), 1–15.

Damanik. (2020). Gambaran Kadar Kreatinin Pada Penderita DM Tipe 2 Tahun


2020. In Politeknik Kesehatan KEMENKES RI Medan.

Farmasi, P. D., Bina, P., & Kendari, H. (2021). [[Vol Iii, Nomor. 2 Juni 2021 ]].
III, 1–9.

Febriyantika, R., Handayani, R. N., & Adriani, P. (2021). Karakteristik Pasien


Diabetes Melitus Tipe 2 di Prolanis Puskesmas 1 Kemranjen Kabupaten
Benyumas. Seminar Nasional Penelitian Dan Pengabdian Kepada
Masyarakat, 1345–1350.

Gotera, W., & Agung Budiyasa, D. (2020). Penatalaksanaan Ketoasidosis


Diabetik (Kad). Journal of Internal Medicine, 11(2), 126–138.

Gumilar, W. R. (2022). Hasil Pemeriksaan Kadar kreatinin pada penderita


Diabetes Melitus Tipe 2 Di Rumah Sakit Efarina Etaham Berastagi. Jurnal
Ilmiah Multidisiplin, 1(5), 1033.

15
16

LAMPIRAN:
17
18

Anda mungkin juga menyukai