Anda di halaman 1dari 15

TEORI CULTURECARE SUNRISE MODEL LEININGER

KELOMPOK II/ 2023


HERLINA HUTAURUK 23061067
GANIYAH MULYANI 23061064
HELDA MELYANTI 23061066
HERMIDAH YULIANTI 23061068
IKA RIZKY 23061069
HARYANTI 23061065

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


INSTITUT KESEHATAN HERMINA
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami naikan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
kasih karunianya kami dapat menyelesikan makalah dengan judul “ T
eori Culturecare Sunrise Model Leininger ini.

Dalam penyusunan makalah ini, kami saling bertukar pikiran untuk


membuatnya. Dalam kesempatan ini kami ingin berterima kasih kepada dosen
yang telah memberikan kami tugas ini, agar membantu kami dalam mengetahui
lebih dalam mengenai Teori Culturecare Sunrise Model Leininger dengan mencari
sendiri referensi yang kami butuhkan & merampungkannya dalam sebuah
makalah & tak lupa segala bantuan yang di berikan oleh dosen yang bersangkutan,
yang telah meluangkan waktunya walaupun beliau sangat sibuk & memberikan
kami bimbingan dalam menyelesaikan makalah kami.

Kami menyadari betul bahwa dalam makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan, oleh karena itu kami selaku penyusun makalah ini sangat
mengharapkan kritik & saran yang bersifat membangun dari dosen mata kuliah ini
& juga pembaca demi kesempurnaan makalah selanjutnya.

Semoga makalah yang kami buat dapat bermanfaat.

Jakarta, November 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL...........................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar belakang.....................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................2
C. Tujuan Penulisan.................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Model Konsep teori Keperawatan Leininger......................................3
B. Hubungan Model dengan Paradigma Keperawatan Culture Care......9
C. Sunrise Model......................................................................................10
BAB III DESKRIPTIF TEORI DAN KASUS
A. Aplikasi model konsep dan teori keperawatan menurut Madeliner
Leinenger...............................................................................................1
4
B. Kasus.....................................................................................................17
BAB IV ANALISA TEORI
A. Kelebihan.............................................................................................25
B. Kekurangan..........................................................................................25
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan..........................................................................................26
B. Saran....................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Madeleine Leininger (lahir pada tanggal 13 Juli 1925 di Sutton, Nebraska,
Amerika Serikat dan meninggal di Omaha, Nebraska 10 Agustus 2012).
Leininger adalah perintis teori keperawatan, pertama kali diterbitkan pada tahun
1961. Kontribusinya untuk teori keperawatan melibatkan diskusi tentang apa itu
peduli. Terutama, ia mengembangkan konsep keperawatan transkultural,
membawa peran faktor budaya dalam praktek keperawatan ke dalam diskusi
tentang bagaimana terbaik hadir untuk mereka yang membutuhkan asuhan
keperawatan. Dr Madeleine Leininger menempuh pendikan dan memegang gelar
akademis berikut dengan judul Tahun 1945 mengambil program diploma di
sekolah perawat St. Anthony, Denver CO dan menyelesaikanya pada tahun
1948, Tahun 1950 menyelesaikan pendidikan di St. Scholastica College dan
mendapat gelar sarjana dalam ilmu biologi, ilmu filsafat dan humaniora dan BSN
dari Benedictine College, Atchison, KS.M., Tahun 1953 memperoleh MSc
Keperawatan dari Catholic University America, Washington, DC., tahun
1954-1960, menjadi
professor keperawatan dan direktur program pasca sarjana di Universitas
Cincinnati., Tahun 1965, menjadi perawat pertama mendapat gelar Ph.D Doctor
of Philosophy (Antropologi budaya dan sosial), Tahun 1966, di tunjuk sebagai
professor keperawatan dan antropologi di University of Colorado, di mana untuk
pertama kalinya perawatan transkultural di perkenalakan di dunia keperawatan,
Tahun 1969-1974, sebagai dekan,professor keperawatan dan dosen antropologi di
University Of Washington school of Nursing, tahun 1974-1980, menjabat sebagai
dekan dan professor Utah University dan membuka program pertama untuk
master dan doktoral transkultural keperawatan.
Tahun 1981, professor dan direktur pusat penelitian kesehatan di Wayne State
University. Saat berkarya di sini Madeleine Leininger mendapat beberapa
penghargaan, antara lain : Penghargaan bergengsi dari Presiden dalam keunggulan
dalam mengajar, - The Board of Governor’s Distinguished Faculty Award,
Gershenson’s Research Fellowship Award. - Certified Transcultural Nurse CTN -

1
Perawat Transcultural Bersertifikat. - FRCNA - Fellow of the Royal College of
Nursing in Australia FRCNA.
Madeline Leininger adalah seorang antropolog perawat perintis. Menjabat dekan
dari University of Washington, Sekolah Keperawatan pada tahun 1969, dia tetap
dalam posisi itu sampai 1974. Janji nya mengikuti perjalanan ke New Guinea pada
tahun 1960 yang membuka matanya untuk kebutuhan perawat untuk memahami
pasien dan latar belakang budaya mereka dalam rangka untuk menyediakan
perawatan. Dia dianggap oleh beberapa orang sebagai "Margaret Mead
keperawatan" dan diakui di seluruh dunia sebagai pendiri keperawatan
transkultural, sebuah program yang dia menciptakan di Sekolah pada tahun 1974.
Menjadi professor dari sekitar 70 perguruan tinggi, dia telah menulis atau
menyunting 27 buku dan menerbitkan lebih dari 220 artikel, sekarang bisa kita
lihat sebagai arsip di Wayne State University digunakan juga sebagai bahan
penelitian. Memberikan lebih dari 850 kuliah umum di seluruh dunia dan telah
mengembangkan software sendiri untuk perawat. Bidang keahliannya adalah
keperawatan transkultural, perawatan manusia komparatif, teori perawatan
budaya, budaya di bidang keperawatan dan kesehatan, antropologi dan masa
depan dunia keperawatan.
Tahun 1969, Leininger menjadi Dekan dan Guru Besar Perawat dan mengajar
Antropologi di Universitas Washington (Seatle). Tahun 1974, menjadi Dekan dan
Guru Besar Perawat di Fakultas Keperawatan dan asisten Guru Besar Antropologi
di Universitas Utah (Salt Lake). Tahun 1981, direkrut Universitas Wayne State
(Detroit) dan menjadi Guru Besar Perawat dan asisten Guru Besar Antropologi
dan menjadi Direktur Keperawatan Transcultural sampai dengan pension tahun
1995. Tahun 1996, Universitas Madonna memberikan penghargaan kepadanya
atas dedikasinya dengan meresmikan Leininer Book Collection dan membuat
ruangan Membaca khusus untuk koleksi buku-bukunya yang terkenal dibidang
keperawatan, ilmu social dan kemanusiaan.

2
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah kami paparkan maka pokok permasalahan
dari makalah ini adalah ingin mengetahui apa itu teori Cultur Care Sunrise Model
fari Leininger.

C. Tujuan Penulisan
Makalah ini di buat dengan tujuan memahami teori Cultur Care Sunrise Model
dari Leininger.

3
Leininger adalah agar seluruh terminologi tersebut dapat diasosiasikan oleh
perawatan profesional lainya. Intervensi keperawatan ini dipilih tanpa menilai
cara hidup klien atau nilai-nilai yang akan dipersepsikan sebagai suatu gangguan,
demikian juga masalah keperawatan tidak selalu sesuai dengan apa yang menjadi
pandangan klien. Model ini merupakan suatu alat yang produktif untuk
memberikan panduan dalam pengkajian dan perawatan yang sejalan dengan
kebudayan serta penelitian ilmiah.
Penerapan teori Leineger (Sunrise Model) pada proses keperawatan dapat
dijelaskan sebagai berikut :
Proses Keperawatan
Sunrise Model
Pengkajian dan Diagnosis
Pengkajian terhadap Level satu, dua dan tiga yang meliputi :
Level satu : World view and Social system level
Level dua : Individual, Families, Groups communities and Institution in diverse
health system
Level tiga :Folk system, professional system and nursing
Perencanaan dan Implementasi
Level empat : Nursing care Decition and Action
Culture Care Preservation/maintanance
Culture Care Accomodation/negotiations
Culture Care Repatterning/restructuring
Evaluasi
Dalam penerapan proses keperawatan, pengetahuan budaya harus dimiliki
sebelum mengideintifikasi kondisi klien. Pada level satu dikaji pengetahuan dan
informasi tentang struktur social dan pandangan dunia terhadap budaya klien.
Selanjutnya dibutuhkan informasi tentang bahasa dan lingkungan, teknologi,
agama, filosophi dan kebangsaan, sosial struktur, nilai budaya dan kepercayaan,
politik, legal sistem, ekonomi dan pendidikan. Pengetahuan ini dibutuhkan dalam
rangka mengaplikasikan keperawatan pada klien dalam konteks individu,
keluarga, kelompok, comunitas dan institusional (level dua).

12
Penilaian terhadap nilai kepercayaan, tingkah laku klien, terhadap sistem
kesehatan diperlukan untuk mengidentifikasi kebutuhan klien dalam rangka
merumuskan diagnosa keperawatan (level tiga). Selajutnya setelah ditetapkan
suatu diangnosa keperawatan maka disusunlah perencanaan dan implementasi
keperawatan (level empat) yang dalam model ini sebagai nursing care decition
and action. Sunrise Model secara spesifik tidak menjabarkan evaluasi sebagai
suatu bagian khusus. Walaupun demikian teori transcultural nursing makna
penting dalam rangka pemenuhan kebutuhan perawatan yang memberikan
keuntungan bagi klien.

13
BAB III
DESKRIFTIF TEORI DAN
KASUS
A. Aplikasi model konsep dan teori keperawatan menurut Madeliner
Leinenger
1. Konsep awal

a) Teori Leininger berasal dari disiplin ilmu antropologi, tapi konsep teori ini
relevan untuk keperawatan.
b) Leininger mendefinisikan “Transkultural Nursing” sebagai area yang luas
dalam keperawatan yang mana berfokus pada komparatif studi dan analisis
perbedaan kultur dan subkultur dengan menghargai prilaku caring, nursing care
dan nilai sehat-sakit, kepercayaan dan pola tingkah laku dengan tujuan
perkembangan ilmu dan humanistic body of knowledge untuk kultur yang spesifik
dan kultur yang universal dalam keperawatan.
c) Tujuan dari transkultural dalam keperawatan adalah kesadaran dan apresiasi

terhadap perbedaan kultur.


d) Culture care adalah teori yang holistik karena meletakkan didalamnya ukuran

dari totalitas kehidupan manusia dan berada selamanya, termasuk sosial struktur,
pandangan dunia, nilai cultural, konteks lingkungan, ekspresi bahasa dan etnik
serta sistem professional.
2. Proses asuhan keperawatan secara teoritis

Proses asuhan keperawatan dengan pendekatan teori keperawatan transkultural


adalah sebagai berikut:
a. Pengkajian (assessment)
Sebelum memberikan asuhan keperawatan kepada klien (individu, keluarga,
kolompok, komunitas, lembaga) perawat terlebih dulu mempunyai pengetahuan
mengenai pandangan dunia (world view) tentang dimensi dan budaya serta
struktur sosial yang berkembang di perbagai belahan dunia (secara global)
maupun masyarakat dalam lingkup yang sempit. Dimensi budaya dan struktur
sosial tersebut dipengaruhi oleh tujuh faktor, yaitu : teknologi, agama dan falsafah
hidup, faktor sosial dan kekerabatan, nilai budaya dan gaya hidup, politik dan
hukum, ekonomi dan pendidikan.

14
BAB IV
ANALISA TEORI
A. Kelebihan

1. Teori ini bersifat komprehensif dan holistik yang dapat memberikan

pengetahuan kepada perawat dalam pemberian asuhan dengan latar belakang


budaya yang berbeda dengan cara perawat dapat menegosiasikan dengan TN X
terkait adanya penolakan terhadap regimen pengobatan.
2. Penggunaan teori ini dapat mengatasi hambatan faktor budaya yang akan

berdampak terhadap pasien, staf keperawatan dan terhadap rumah sakit sehingga
pasien bebas memilih alternatif dari tindakan pengobatan yang ditawarkan.
3. Penggunanan teori transcultural dapat membantu perawat untuk membuat

keputusan yang kompeten dalam memberikan asuhan keperawatan.


4. Teori ini banyak digunakan sebagai acuan dalam penelitian dan pengembangan

praktek keperawatan.
B. Kelemahan

1. Teori transcultural bersifat sangat luas sehingga tidak bisa berdiri sendiri dan

hanya digunakan sebagai pendamping dari berbagai macam konseptual model


lainnya.
2. Teori transcultural ini tidak mempunyai intervensi spesifik dalam mengatasi

masalah keperawatan sehingga perlu dipadukan dengan model teori lainnya,


masih terbatas dalam menyelesaikan kasus seperti yang dialami oleh Tx yaitu
menolak untuk berobat seperti hemodialisa, pemberian insulin, dan amputasi.
3. Teori ini juga belum sepenuhnya bisa merubah persepsi klien karena
menekankan pada salah satu pilihan intevensi dalam melaksanakan tindakan.

25
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Teori ini dapat digunakan dalam memberikan asuhan keperawatan dengan

mempertimbangkan aspek budaya, nilai – nilai, norma dan agama.


2. Teori ini dapat digunakan untuk melengkapi teori konseptual yang lain dalam

praktik asuhan keperawatan.


1. Penerapan teori Leinienger diperlukan pengetahuan dan pemahaman tentang

ilmu antropologi agar dapat memberikan asuhan keperawatan yang baik.


2. Pelaksanaan teori Leinienger memerlukan penggabungan dari teori
keperawatan yang lain yang terkait, seperti teori adaptasi, self care dan lain-lain.
Penerapan Asuhan Keperawatan Berdasarkan teori Leininger.
a. Pengkajian
Pengkajian dilakukan terhadap respon adaptif dan maladaptif untuk memenuhi
kebutuhan dasar yang tepat sesuai dengan latar belakang budayanya. Pengkajian
dirancang berdasarkan 7 komponen yang ada pada “ Leininger’s Sunrise models”
dalam teori keperawatan transkultural Leininger yaitu :
1. Faktor teknologi (technological factors)
Berkaitan dengan pemanfaatan teknologi kesehatan maka perawat perlu mengkaji
berupa : persepsi pasien tentang penggunaaan dan pemanfaatan teknologi untuk
mengatasi permasalahan kesehatan saat ini, alasan mencari bantuan kesehatan.
2. Faktor Agama dan Falsafah Hidup (religious and Philosophical factors)
Faktor agama yang perlu dikaji perawat seperti : agama yang dianut, kebiasaan
agama yang berdampak positif terhadap kesehatan, berikhtiar untuk sembuh tanpa
mengenal putus asa, mempunyai konsep diri yang utuh, status pernikahan,
persepsi dan cara pandang pasien terhadap kesehatan atau penyebab penyakit.
3. Faktor sosial dan keterikatan kekeluargaan ( Kinship & Social factors)
Pada faktor sosial dan kekeluargaan yang perlu dikaji oleh perawat : nama
lengkap dan nama panggilan di dalam keluarga, umur atau tempat dan tanggal
lahir, jenis kelamin, status, tipe keluarga, pengambilan keputusan dalam anggota
keluarga, hubungan pasien dengan kepala keluarga, kebiasaan yang dilakukan

26
rutin oleh keluarga misalnya arisan keluarga, kegiatan yang dilakukan bersama
masyarakat misalnya : ikut kelompok olah raga atau pengajian.
4. Faktor nilai-nilai budaya dan gaya hidup (Cultural values & Lifeways)
Hal-hal yang perlu dikaji berkaitan dengan nilai-nilai budaya dan gaya hidup
adalah : posisi dan jabatan misalnya ketua adat atau direktur, bahasa yang
digunakan, bahasa non verbal yang ditunjukkan pasien, kebiasaan membersihkan
diri, kebiasaan makan, makan pantang berkaitan dengan kondisi sakit, sarana
hiburan yang biasa dimanfaatkan dan persepsi sakit berkaitan dengan aktivitas
sehari-hari, misalnya sakit apabila sudah tergeletak dan tidak dapat pergi ke
sekolah atau ke kantor.
5. Faktor kebijakan dan peraturan Rumah Sakit (Political and Legal factors)
Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah segala sesuatu yang
mempengaruhi kegiatan individu dan kelompok dalam asuhan keperawatan
transkultural (Andrew & Boyle, 1995), seperti jam berkunjung, pasien harus
memakai baju seragam, jumlah keluarga yang boleh menunggu, hak dan
kewajiban pasien, cara pembayaran untuk pasien yang dirawat.
6. Faktor ekonomi (economical factors)
Faktor ekonomi yang perlu dikaji oleh perawat antara lain seperti pekerjaan
pasien, sumber biaya pengobatan , kebiasaan menabung dan jumlah tabungan
dalam sebulan
7. Faktor pendidikan (educational factors)
Perawat perlu mengkaji latar belakang pendidikan pasien meliputi tingkat
pendidikan pasien dan keluarga, serta jenis pendidikannnya.

b. Diagnosa Keperawatan
Perawat merumuskan masalah yang dihadapi Pasien dan keluarganya adalah :
1. Perlunya perlindungan, kebutuhan akan kehadiran orang lain dan rasa ingin
berbagi sebagai nilai yang penting untuk Pasien dan keluarganya.
2. Perkembangan dari pola ini adalah kesehatan dan kesejahteraan yang
bergantung pada ketiga aspek tersebut.

27
3. Hal lain yang ditemukan adalah suatu pola yang dapat membangun kehidupan
social dan aspek penting lainnya yaitu masalah kerohanian, kekeluargaan dan
ekonomi yang sangat besar mempengaruhi kesehatan dan kesejahteraan

c. Perencanaan dan Implementasi


Perencanaan dan implementasi keperawatan transkultural menawarkan tiga
strategi sebagai pedoman Leininger (1984) ; Andrew & Boyle, 1995 yaitu :
1.Perlindungan/mempertahankan budaya (Cultural care preservation/maintenance)
bila budaya pasien tidak bertentangan dengan kesehatan,
2.Mengakomodasi/menegosiasi budaya (Cultural care accommodation atau
negotiations) apabila budaya pasien kurang mendukung kesehatan
3.Mengubah dan mengganti budaya pasien dan keluarganya (Cultural care
repartening / recontruction).
Adapun implementasi yang dilakukan terkait masalah yang telah ditemukan :
1. The goal of culture care preservation or maintenance :
Ø Agama dapat digunakan sebagai mekanisme yang memperkuat dalam merawat
pasien. Dipandang penting untuk konsultasi dengan toko agama seperti ustad di
mesjid.
Ø Membantu pasien untuk menghilangkan persepsi negatif yang mengatakan
bahwa dosa di masa lalu mempengaruhi keadaan sakitnya dan mendapatkan
pertolongan dari hasil berkonsultasi kepada "dukun" yang memindahkan beberapa
kutukan kepadanya.
Ø Pengobatan yang baik adalah adanya kepedulian dari keluarga pasien dan
teman-temannya yang juga berperan untuk kesembuhan pasien.
2. Culture Care accommodation or Negotiation:

Ø Perawat merencanakan kordinasi dengan tata kota untuk memperbaiki


lingkungan yang tidak sehat dan selokan yang meluap di halaman tetangga pasien.
Ø Perawat lain (yang merawat Pasien) akan mengidentifikasi dan menetapkan obat-
obatan untuk menentukan apakah sesuai dengan metode yang digunakan
pada pasien.
3. Culture care Repatterning or restructuring:

28
Ø Kepedulian akan aspek social budaya perlu untuk dipertimbangkan, seorang
ahli diet akan dikirim untuk menyusun menu pasien dan mengatasi anemia yang
dialami.
Ø Perawat juga akan membantu pasien dalam menghentikan kebiasaan merokok,
penyuluhan tentang pengaruh rokok terhadap, dan anjurkan para perokok untuk
merokok di luar ruangan.

B. SARAN
Kami menyadari akan kata pepatah bahwa tak ada gading yang tak retak, makalah
yang kami buatpun belumlah sempurna, jadi apabila terdapat kesalahan yang kami
buat itu adalah hal yang wajar mengingat kata pepatah diawal, karena itu kami
meminta pada pembaca agar menggali lebuh banyak referensi mengenai culture
care sunrise model dari Leininger ini, karena bagi perawat sanagtlah di perlukan
wawasan mengnai kultur sebelum memberikan asuhan kepada klien. Sekian dari
kami, sekali lagi semoga bermanfaat.

29
DAFTAR PUSTAKA
Barbacsy, I. (2011). Physical activity and postpartum functional status in
primiparous women. A thesis submitted to the School of Nursing In conformity
with the requirements for the degree of Master of Science, Queens University
Kingston, Ontario, Canada (September, 2011).
http ://qspace.library.queensu.ca//Barbacsy- Ibo_201109_MSc.p
Bani, S. (2011). The effect of continous and interrupted episiotomy repair
on pain severity and rate of perineal reapi: acontrolled randomized clinical trial,
Journal of Caring Sciences, 2012, 1 (3), 165 – 171. http:// journals.tbzmed.ac.ir /
JCS
Canavan. (2012). Third and four degree perineal lacerations. Hand Book
of Perineal Lacerations, 935- 19-1022. http://www.google.com/search?
q=Hand+Book+of+Perineal+Lacerations

30

Anda mungkin juga menyukai