Anda di halaman 1dari 37

KONSEP DASAR KEPERAWATAN II

MODEL KONSEP DAN TEORI KEPERAWATAN SISTER CALLISTA


ROY

DOSEN PEMBIMBING:

Ns. MITHA AGUSTINA, S.Kep, M.Tr Kep

DISUSUN OLEH:

FATIMA AZZAHRA 191111004

MELIANA 191111010

YORAM VALENTINO A.S 191111016

POLTEKKES KEMENKES PONTIANAK

JURUSAN KEPERAWATAN SINGKAWANG

SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat dan rahmat-Nya lah sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
untuk memenuhi tugas mahasiswa dari mata kuliah Konsep Dasar Keperawatan II
di Prodi Sarjana Terapan Keperawatan Singkawang, Poltekkes Kemenkes
Pontianak.
Pada kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih Ibu Ns. Mitha
Agustina, S.Kep, M.Tr Kep selaku dosen pengampu yang telah memberikan
bimbingan dan pengarahan demi terselesaikannya tugas ini. Rekan-rekan dan
semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan laporan makalah ini
yang berjudul “Model Konsep dan Teori Keperawatan Sister Callista Roy”

Akhirnya saya ucapkan terima kasih atas perhatiannya pada makalah ini,
dan saya berharap semoga makalah ini bermanfaat khususnya bagi kami dan
umumnya bagi pembaca, dengan segala kerendahan hati saran dan kritik dari
pembaca guna peningkatan pembuatan laporan pada tugas yang lain diwaktu
mendatang.

Singkawang , 29 Mei 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Tujuan...........................................................................................................2
BAB II......................................................................................................................3
A. Riwayat Tokoh Sister Callista Roy...............................................................3
B. Definisi Keperawatan Menurut Sister Calista Roy.......................................5
C. Asusmsi Dasar Model Adaptasi Menurut Roy.............................................8
D. Konsep Utama Teori Adaptasi Menurut Roy.............................................12
E. Empat Model Adaptasi................................................................................18
F. Hubungan teori Roy dengan Pradigma Keperawatan.................................20
G. Proses Keperawatan Berdasarkan Teori Roy..............................................23
H. Contoh Pengaplikasian model adaptasi oleh Sister Callista Roy................27
BAB III PENUTUP...............................................................................................31
A. Kesimpulan.................................................................................................31
B. Saran............................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................32

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan ilmu keperawatan, model konseptual dan teori


merupakan aktivitas berpikir yang tinggi. Model konseptual mengacu pada
ide-ide global mengenai individu, kelompok, situasi atau kejadian tertentu
yang berkaitan dengan disiplin yang spesifik. Konsep merupakan suatu ide
dimana terdapat suatu kesan yang abstrak yang dapat diorganisir menjadi
simbol-simbol yang nyata, sedangkan konsep keperawatan merupakan ide
untuk menyusun suatu kerangka konseptual atau model keperawatan.

Teori keperawatan itu sendiri merupakan sekelompok konsep yang


membentuk sebuah pola yang nyata atau suatu pernyataan yang menjelaskan
suatu proses, peristiwa atau kejadian yang didasari oleh fakta-fakta yang telah
diobservasi tetapi kurang absolut atau bukti langsung. Teori-teori yang
terbentuk dari penggabungan konsep dan pernyataan yang berfokus lebih
khusus pada suatu kejadian dan fenomena dari suatu disiplin.

Teori mempunyai kontribusi pada pembentukan dasar praktik


keperawatan. Suatu metode untuk menghasilkan dasar pengetahuan
keperawatan ilmiah adalah melalui pengembangan dan memanfaatan teori
keperawatan. Definisi teori keperawatan dapat membantu mahasiswa
keperawatana dalam memahami bagaimana peran dan tindakan keperawatan
yang sesuai dengan peran keperawatan. Teori Model adaptasi oleh Roy ini
memaparkan peran perawat dalam pemberian asuhan keperawatan yang
terfokus pada adaptasi pasien terhadap perubahan yang dialaminya.

Maka dari itu penulis membuat makalah ini agar nantinya mahasiswa
dapat mempelajari Model Adaptasi dari Roy ini untuk dijadikan acuan dalam
pemberian asuhan keperawatan yang terbaik bagi klien.

1
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Agar mahasiswa/i mampu mengetahui dan dapat mengaplikasikan
teori keperawatan menurut Sister Callista Roy
2. Tujuan khusus adapun tujuan khusus penulisan makalah ini
a. Menjelaskan riwayat hidup Sister Callista Roy
b. Menjelaskan definisi keperawatan menurut Sister Callista Roy
c. Menjelaskan asumsi dasar model adaptasi dari Sister Callista Roy
d. Menjelaskan konsep utama model adaptasi oleh Sister Callista Roy
e. Menjelaskan 4 model adaptasi oleh Sister Callista Roy
f. Menjelaskan hubungan pradigma keperawatan dengan model
adaptasi oleh Sister Callista Roy
g. Menjelaskan aplikasi model adaptasi oleh Sister Callista Roy dalam
proses keperawatan

2
BAB II
ISI

A. Riwayat Tokoh Sister Callista Roy

Sister Callista Roy, merupakan salah satu suster yang berada di Joseph
of Carondelet yang lahir pada tanggal 14 Oktober 1939. Roy tumbuh
dilingkungan religious dengan latar belakang Katolik. Ibunya juga seorang
perawat yang bekerja dan memiliki andil dalam mengejar anaknya mengenai
perawatan yang diperlukan oleh orang sakit serta bagimana seharusnya seorang
perawat berperilaku altruistic dengan cara yang sepenuhnya. Roy sudah mulai
bekerja di Rumah Sakit besar saat usia 14 tahun. Awalnya dia hanya
bertanggung jawab atas pekerjaannya di sebuah toko roti namun taklama dia
diangkat menjadi seorang asisten perawat.

Dia memperoleh gelar sarjana keperawatan pada tahun 1963 di Mount


Saint Mary’s College di Los Angeles dan Megister keperawatan di universitas
California Los Angeles tahun 1966. Setelah menyelesaikan sarjana
keperawatan Roy mulai mempelajari ilmu sosiologi dan mendapatkan gelar
master tahun 1973 dan gelar doctor tahun 1977.

Sembari menyelesaikan gelar masternya Roy mendapatkan tantangan


diseminarnya Dorothy E. Johnson untuk mengembangkan konsep model untuk
keperawatan. Saat dia bekerja sebagai perawat anak Roy menyadari bahwa
ketangguhan yang kuat dari anak anak dan kemampuan mereka untuk
beradaptasi terhadap respon mempengaruhi perubahan terhadap psikis dan
psikologi mereka. Roy berpendapat bahwa adaptasi merupakan konsep yang
sesuai untuk model keperawatan. Roy mengembangkan konsep model dasar
selama dia menyelesaikan studinya di California Univeristi Los Angeles dan
mulai mengoperasikan model tersebut pada tahun 1968 saat Mount Saint
Mary’s College mengadaptasi Adaptation Framework sebagai filosofi dasar
untuk kurikulum keperawatan dan artikel yang dipublis oleh Roy menjadi

3
Literatur pertama yang di presentasikan dengan judul “ Adaptation : A
Conceptual Framework For Nursing” Roy, 1970.

Setelah dua tahun dia mendirikan sebuah Yayasan dalam nursing


outlook for nursing yang berprinsip dasar bahwa manusia merupakan sebuah
system yang holistic ( kompleks yang dipengaruhi oleh berbagai sisi) dan
mempu beradaptasi baik secara individua tau kelompok. Roy juga bekerja
sebagai professor dan orang yang berpengaruh di departemen keperawatan di
Mount Saint Mary’s College selain itu dia juga merupakan professor di
University Of Portland. Roy juga mengembangkan research terhadap intevensi
keperawatan untuk penyembuhan kognitif pada pasien dengan cidera kepala
dan mempengaruhi model keperawatan dalam membuat keputusan. Roy juga
mempublish banyak buku dan artikel per-periode dan menjadi narasumber
dalam workshop dan dosen yang fokusnya pada teori adaptasi keperawatan.

Roy merupakan salah satu anggota dari Sigma Theta Tau dan dia
menerima penghargaan yaitu National Founder’s Award for Excellence in
Fostering Professional Nursing Standard pada tahun 1981. Dia menerima
sebuah kehormatan yaitu Honorary Doctorate of Humane Letters from Alverno
College (1984), honorary doctorates from Eastern Michigan University (1985)
dan St. Joseph’s College in Maine (1999), dan sebuah American Journal of
Nursing Book of the Year Award for Essentials of the Roy Adaptation Model
(Andrews & Roy, 1986). Roy dikenal sebagai the World Who’s Who of Women
(1979); Personalities of America (1978); fellow of the American Academy of
Nursing (1978); menerima sebuah Fulbright Senior Scholar Award from the
Australian-American Educational Foundation (1989), ) dan the Martha Rogers
Award for Advancing Nursing Science from the National League for Nursing
(1991). Roy menerima the Outstanding Alumna award dan the prestigious
Carondelet Medal dari almamaternya, Mount Saint Mary’s. The American
Academy of Nursing memberikan sebuah kehormata kepada Roy atas
opencapainanya yang luar biasa sebagai Living Legend (2007).

4
B. Definisi Keperawatan Menurut Sister Calista Roy

Roy menggambarkan keperwatan sebagai disiplin ilmu dan praktek .


Sebagai ilmu, keperawatan “mengobservasi,mengklasifikasi dan
menghubungkan “ proses yang secara positif berpengaruh pada status
kesehatan (1983) Sebagai disiplin praktek keperawatan menggunakan
pendekatan pengetahuan secara ilmiah untuk menyediakan pelayanan pada
orang-orang (1983) Lebih spesifik dia mendefinisikan keperawatan sebagai
ilmu dan praktek dari peningkatan adaptasi untuk tujuan mempengaruhi
kesehatan secara positif.
Keperawatan meningkatkan adaptasi individu dan kelompok dalam
situasi yang berkaitan dengan kesehatan. Jadi model adaptasi keperawatan
menggambarkan lebih spesifik perkembangan ilmu keperawatan dan praktek
keperawatan yang berdasarkan ilmu keperawatan tersebut. Dalam model
tersebut keperawatan terdiri dari tujuan keperawatan dan aktivitas
keperawatan. Keperawatan adalah sepanjang menyangkut seluruh kehidupan
manusia yang berinteraksi dengan perubahan lingkungan dan jawaban
terhadap stimulus internal dan eksternal yang mempengaruhi adaptasi. Ketika
stressor yang tidak biasa (focal stimulus) atau koping mekanisme yang lemah
membuat upaya manusia yang biasa menjadi koping yang tidak efektif
manusia memerlukan seorang perawat. Ini tidak harus, bagaimanapun
diinterpretasi untuk memberi arti bahwa aktivitas tidak hanya diberikan ketika
manusia itu sakit.
Roy menyetujui pendekatan holistic keperawatan dilihat sebagai
proses untuk mempertahankan keadaan baik dan tingkat fungsi yang tinggi.
Keperawatan terdiri dari dua yaitu tujuan keperawatan dan aktivitas
keperawatan. Tujuan keperawatan adalah mempertinggi interaksi manusia
dengan lingkungan. Jadi peningkatan adaptasi dalam tiap 4 cara menyesuaikan
diri: yaitu fungsi fisiologi, konsep diri , fungsi peran dan interdependensi.
Harapan terhadap peningkatan integritas adaptasi dan berkontribusi
terhadap kesehatan manusia, kualitas hidup dan kematian yang bermanfaat.
Tujuan keperawatan diraih ketika stimulus fokal berada didalam suatu area
tingkatan adapatasi manusia, dan ketika stimulus fokal tersebut tidak ada

5
dalam area , manusia dapat membuat suatu penyesuaian diri atau respon
efektif. Adaptasi tidak memerlukan energi dari upaya koping yang tidak
efektif dan memungkinkan individu untuk merespon stimulus yang lain
Kondisi tersebut dapat mencapai peningkatan penyembuhan dan
kesehatan . Jadi , peranan penting adaptasi sangat ditekankan pada konsep ini.
Tujuan dari adaptasi adalah membantu perkembangan aktivitas keperawatan,
yang digunakan pada proses keperawatan meliputi pengkajian,diagnosa
keperawatan, intervensi,dan evaluasi. Adaptasi model keperawatan ditetapkan
“data apa yang dikumpulkan,bagaimana mengindentifikasi masalah dan tujuan
utama, pendekatan apa yang dipakai dan bagaimana mengevaluasi efektifitas
proses keperawatan. Unit unit analisis dari pengkajian keperawatan adalah
interaksi manusia dengan lingkungan.
Proses pengkajian termasuk dalam dua tingkat pengkajian. Tingkat
pertama mengumpulkan data tentang perilaku manusia, dalam tiap empat cara
penyesuaian diri. Data-data tersebut dikumpulkan dari hasil observasi
penilaian respon dan komunikasi dengan individu. Dari data tersebut perawat
membuat alas an sementara tentang apakah perilaku dapat menyesuaikan diri
atau tidak efektif. Tingkat kedua pengkajian adalah mengumpulkan data
tentang focal, kontekstual, dan residual stimuli. Sebelum tingkat pengkajian
ini perawat mengidentifikasi factor-faktor yang mempengaruhi perilaku yang
diobservasi pada pengkajian tingkat pertama. Keterlibatan ini penting untuk
menetapkan factor-faktor utama yang mempengaruhi perilaku.
Intervensi keperawatan dibawa dalam konteks proses keperawatan dan
meliputi pengelolaan atau manipulasi stimulus focal,kontekstual dan residual.
Manipulasi atau pengaturan stimulus ( baik internal dan eksternal) bisa
termasuk didalam penghilangan, peningkatan, pengurangan , pemeliharaan
atau merubah stimulus. Melalui pengelolaan factorfaktor stimulus , pencetus
tidak efektifnya perilaku diubah atau meningkatkan kemampuan individu
untuk mengatasi masalah. Itu adalah memperlebar penyesuaian diri. Jadi
stimulus akan jatuh ke area yang dibangun oleh tingkat penyesuaian diri
manusia dan perilaku adaptif akan terjadi .

6
Intervensi keperawatan berikutnya , mengevaluasi hasil akhir perilaku
dan memodifikasi pendekatan-pendekatan keperawatan sesuai kebutuhan Ini
harus dicatat bahwa dalam model manusia dihormati sebagai individu yang
berpartisipasi aktif dalam perawatan dirinya. Tujuan disusun berdasarkan
tujuan yang saling menguntungkan. Menurut Roy, kapan Keperawatan itu
dibutuhkan?. Jawabannya adalah: Manusia sebagai Sistem Adaptive (dapat
menyesuaikan diri), sakit atau memilki potensi sakit. Biasanya ketika
mengalami stress atau kelemahan/kekurangan mekanisme Coping, biasanya
manusia berusaha untuk menanggulangi yang tidak efektif. Menusia berusaha
meminimalkan kondisi yang tidak efektif yang memelihara yang adaptive.
Dengan peningkatan adaptasi menusia terbebas dari pemakaian energi dan
enegi tersebut dapat digunakan untuk stimulus yang lain.
Roy mendefinisikan bahwa tujuan keperawatan adalah meningkatkan
respon adaptasi berhubungan dengan empat mode respon adaptasi. Perubahan
internal dan eksternal dan stimulus input tergantung dari kondisi koping
individu. Kondisi koping seseorang atau keadaan koping seseorang
merupakan tingkat adaptasi seseorang. Tingkat adaptasi seseorang akan
ditentukan oleh stimulus fokal, kontekstual, dan residual. Fokal adalah suatu
respon yang diberikan secara langsung terhadap ancaman/input yang masuk.
Penggunaan fokal pada umumnya tergantung tingkat perubahan yang
berdampak terhadap seseorang. Stimulus kontekstual adalah semua stimulus
lain seseorang baik internal maupun eksternal yang mempengaruhi situasi dan
dapat diobservasi, diukur, dan secara subjektif disampaikan oleh individu.
Stimulus residual adalah karakteristik/riwayat dari seseorang yang ada dan
timbul releva dengan situasi yang dihadapi tetapi sulit diukur secara objektif
(Tomey & Alligood, 2006).
Teori adaptasi Roy melihat klien sebagai suatu system adaptasi.
Menurut model Roy, tujuan keperawatan adalah membantu individu
beradaptasi terhadap perubahan kebutuhan psikologis , konsep diri, aturan
aturan yang berlaku, dan hubungan bebas pada waktu sehat sakit (Tomey dan
Alligood, 2006). Kebutuhan akan pelayanan keperawatan timbul saat klien

7
tidak dapat beradaptasi dengan tekanan lingkungan internal dan eksternal.
Semua individu harus beradaptasi dengan tekanan dalam hal hal berikut
1. Memenuhi kebutuhan dasar psikologis
2. Mengembangkan konsep diri positif
3. Melaksanakan peraturan peraturan social
4. Mencapai keseimbangan antara kebebasan dan keterikatan.
Perawat menjelaskan tekanan apa yang menyebabkan masalah buat
klien beradaptasi dengan semua itu. Perawat membantu klien beradaptasi.
Sebagai contoh, klien yang berkehilangan banyak darah pascaoperasi dan saat
ini kadar hematokritnya rendah memerlukan intervensi keperawatan untuk
membantu dalam mengatasi masalah tersebut. Perawat membuat intervensi
selama masa istirahat.
C. Asusmsi Dasar Model Adaptasi Menurut Roy

Aspek penting dari setiap teori adalah bahwa asumsi harus dibuat
dalam menetapkan parameter dasar untuk pemahaman tentang konsep, prinsip
yang mendasarinya, dan penerapannya di kemudian hari untuk masalah
praktis. Dalam hal ini, asumsi-asumsi yang mendasari berikut dikaitkan
dengan perkembangan model Roy:
 Individu adalah makhluk bio-psiko-sosial;
 Individu menggunakan mekanisme bawaan dan yang diperoleh yang
berasal dari biologis, psikologis dan sosial; ada interaksi konstan antara
individu dan lingkungan yang membutuhkan respons adaptif;
 Kesehatan dan penyakit terjadi dalam kontinum dan individu dapat
mengalami keduanya dalam perjalanan waktu hidup;
 Perubahan lingkungan membutuhkan respons adaptif individu;
 Respons adaptif individu adalah fungsi dari tingkat stimulus, dan respons
tergantung pada tingkat adaptasi yang dicapai;
 Respons terhadap stimulus tergantung pada kekuatannya dan zona di mana
ia jatuh ke dalam tubuh; ada empat mode adaptasi yang menentukan
respons individu terhadap rangsangan.

8
Riehl dan Roy ( 1980) menjelaskan dua tingkat penilaian dalam
menerapkan model dalam perencanaan asuhan keperawatan. Penilaian tingkat
pertama menyangkut identifikasi perilaku adaptif pasien yang harus positif
dan efektif dalam mengatasi perubahan lingkungan. Di sisi lain, perilaku
adaptif individu mungkin tidak sesuai dan tidak efektif, sehingga
menimbulkan pengalaman individu yang negatif dan bermasalah. Tingkat
penilaian ini sangat penting dalam menentukan kebutuhan individu sebagai
dasar untuk setiap intervensi keperawatan yang direncanakan. Penilaian
tingkat kedua berkaitan dengan identifikasi rangsangan yang mempengaruhi
perkembangan perilaku adaptif tertentu pada individu. Seperti halnya
penilaian tingkat pertama, individu dapat menunjukkan perilaku adaptif positif
atau maladaptif dalam menanggapi perubahan lingkungan. Sifat stimulus
dapat didefinisikan dalam tiga cara:
1. Rangsangan fokal mengacu pada mereka yang langsung terkena
dampaknya dan yang mengharuskan individu untuk merespons dengan
cepat. Oleh karena itu, stimulus fokus menghadapi individu dengan
persyaratan untuk respons segera untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungan yang berubah.
2. Rangsangan kontekstual adalah stimulus yang berkontribusi pada respons
keseluruhan oleh individu. Ini terjadi bersamaan dengan rangsangan fokal
dan dapat mempengaruhi respons adaptif dari individu.
3. Rangsangan residual adalah orang-orang lain yang tidak divalidasi oleh
pengalaman langsung individu tetapi berutang kontribusi mereka pada
pengalaman, keyakinan, atau sikap masa lalu.

Rangsangan ini dipertahankan oleh dua set proses yang menentukan


efektivitasnya dalam mendapatkan respons dari individu. Yang pertama adalah
regulator rangsangan yang sebagian besar otonom dan karenanya tergantung
pada fungsi sistem saraf dan hormonal. Yang kedua, yang disebut kognator,
berkaitan dengan proses pemikiran dan keputusan sadar yang dikendalikan
individu dalam menanggapi perubahan internal dan eksternal. Proses
homeostasis secara internal dipertahankan oleh perubahan saraf dan hormonal

9
sementara respons adaptif terhadap perubahan dalam lingkungan eksternal
memerlukan keputusan sadar oleh individu.

Mode fisiologis berkaitan dengan struktur dan fungsi tubuh. Ini


menghubungkan diferensiasi morfologis sel, jaringan dan organ dengan sistem
yang mereka bentuk dan bagaimana fungsi yang mereka pertahankan
mempengaruhi perilaku adaptif individu. Ketika perubahan terjadi secara
internal, tubuh dirangsang untuk merespons agar dapat beradaptasi dengan
perubahan tersebut. Respons terhadap perubahan mode fisiologis terkait
dengan homeostasis dan dipengaruhi oleh, di antara tanggapan lainnya,
mereka yang bersangkutan dengan:

 oksigen dan sirkulasi;


 keseimbangan cairan dan elektrolit;
 nutrisi;
 eliminasi;
 istirahat dan aktivitas;
 pengaturan fungsi tubuh (misalnya suhu).

Secara umum, kebutuhan dalam mode adaptasi fisiologis dapat


memiliki konsekuensi lain bagi individu dan mengarah pada tanggapan
seperti:

 hiperaktif;
 kelelahan;
 malnutrisi;
 muntah;
 sembelit;
 inkontinensia;
 dehidrasi;
 edema;
 ketidakseimbangan elektrolit;
 defisit/kelebihan oksigen;

10
 syok;
 demam - hipotermia;
 perampasan/kelebihan sensorik;
 ketidakseimbangan endokrin.

Seperti halnya inovasi teoretis lainnya dalam keperawatan selama tiga


dekade terakhir, kebutuhan akan hubungan antara teori dan praktik dalam
keperawatan diakui oleh perawat yang berbasis di lembaga akademik yang
tertarik pada pengembangan basis pengetahuan untuk praktik. Model Adaptasi
Roy memberikan kontribusi penting bagi pengembangan ide-ide teoretis dan
penggunaannya sebagai kerangka kerja untuk praktik keperawatan.

Model Roy berkaitan dengan masalah adaptasi manusia. Dia


menyarankan bahwa organisme manusia terdiri dari bagian-bagian yang
bergantung pada keberadaan dan kelangsungan hidup mereka pada fungsi
terpadu seluruh tubuh. Bagian-bagian yang membentuk keseluruhan, oleh
karena itu, dihubungkan bersama dalam kesetimbangan dinamis sedemikian
rupa sehingga setiap perubahan pada satu bagian (atau gaya yang diterapkan
padanya) akan mengarah pada reaksi yang pada akhirnya akan mempengaruhi
seluruh organisme. Kekuatannya bisa biologis, psikologis atau sosial. Oleh
karena itu konsep sentral dari model ini adalah bahwa manusia sebagai
makhluk 'bio-psiko-sosial'. Pandangan bahwa manusia adalah makhluk bio-
psiko-sosial yang selalu berinteraksi dengan lingkungannya dan beradaptasi
sebagaimana mestinya dikenal sebagai konsep 'homeostasis' dalam studi ilmu
biologi. Dapat juga dikatakan bahwa ada keseimbangan psikologis dan sosial
yang dipertahankan sebagai respons terhadap tekanan eksternal dan internal
pada tubuh manusia.

Dalam setiap upaya untuk mensistematisasikan penerapan suatu


konsep, penting adanya tautan yang jelas antara pemikiran konseptual dan
aplikasi praktis dari konsep tersebut. Dalam model ini, Roy menyarankan
bahwa mode dapat diklasifikasikan dalam dua tingkat penilaian tertentu.
Penilaian adalah poin pertama dari proses di mana perawat mencoba untuk

11
menemukan masalah keperawatan pasien. Dengan demikian dalam
mengklasifikasikan mode dalam modelnya, Roy membuat sejumlah asumsi
sebagai berikut:

 Sifat adaptasi sebagai sarana biologis untuk bertahan hidup;


 Manusia adalah makhluk bio-psiko-sosial;
 Manusia adalah seorang interaksionis;
 Manusia menanggapi perubahan dalam lingkungannya;
 Kesehatan dan penyakit adalah bagian dari kontinum kehidupan;
 Kemampuan untuk beradaptasi didefinisikan oleh respons terhadap
rangsangan;
 Respons adaptif bersifat zonal.
 Penting untuk memahami sifat klasifikasi ini dan fakta bahwa sejumlah
konsep diidentifikasi sebagai berikut:
 Proses/proses keperawatan keperawatan dan penggunaan dalam praktik;
 Sifat dan ruang lingkup perilaku manusia dan cara di mana ini
menghambat respons terhadap lingkungan;
 Tingkat penilaian.

D. Konsep Utama Teori Adaptasi Menurut Roy

1. Input
a. Tingkat Adaptasi
Tingkat adaptasi mewakili kondisi dari proses kehidupan yang
menggambarkan ttiga tingkatan yaitu integrasi, kompensasi dan
kompromi. Tingkat adaptasi seseorang adalah perubahan yang konstan
yang terbentuk dari stimulus fokal, kontekstual dan residual yang
mewakili standar seseorang dalam rentang stimulus yang dapat
direspon oleh orang tersebut dengan respon adaptif yang biasa
dilakukan. Masalah adaptasi

Masalah-masalah adaptasi, adalah area yang luas yang


berhubungan dengan adaptasi hal ini menjelaskan kesulitan
berhubungan dengan indicator dari adaptasi yang positif. Roy

12
mengatakan sebagai berikut, dapat dicatat pada poin ini bahwa
kejelasan yang dibuat antara masalah adaptasi dan diagnosa
keperawatan didasarkan pada perkembangan kedua bidang tersebut.
Masalah adaptasi tidak dianggap sebagai masalah keperawatan tetapi
sebagai area fokus keperawatan yang berhubungan dengan adaptasi
seseorang atau kelompok.
b. Stimulus
1) Stimulus Fokal adalah stimulus internal dan eksternal yang paling
segera mengkonfrontasi sistem manusia.
2) Stimulus kontekstual adalah keseluruhan stimulus lain yang
timbul pada situasi serta berkontribusi terhadap efek dari fokal
stimuli. Stimulus kontekstual adalah keseluruhan faktor
lingkungan yang ada pada seseorang baik dari dalam maupun dari
luar tapi bukan merupakan pusat perhatian atau energi seseorang.
3) Stimulus residual adalah faktor lingkungan yang berasal dari
dalam dan luar sistem manusia dengan efek pada situasi terakhir
yang masih belum jelas
2. Proses
a. Subsistem regulator Input stimulus berupa internal atau eksternal.
Transmiter regulator sistem adalah kimia, neural atau endokrin. Refleks
otonom adalah respon neural dan brain sistem dan spinal cord yang
diteruskan sebagai perilaku output dari regulator sistem. Banyak proses
fisiologis yang dapat dinilai sebagai perilaku regulator subsistem.
b. Subsistem kognator Stimulus untuk subsistem kognator dapat eksternal
maupun internal. Perilaku output dari regulator subsistem dapat menjadi
stimulus umpan balik untuk kognator subsistem. Kognator kontrol
proses berhubungan dengan fungsi otak dalam memproses informasi,
penilaian dan emosi. Persepsi atau proses informasi berhubungan
dengan proses internal dalam memilih atensi, mencatat dan mengingat.
Belajar berkorelasi dengan proses imitasi, reinforcement (penguatan)
dan insight (pengertian yang mendalam). Penyelesaian masalah dan
pengambilan keputusan adalah proses internal yang berhubungan

13
dengan penilaian atau analisa. Emosi adalah proses pertahanan untuk
mencari keringanan, mempergunakan penilaian dan kasih sayang.
c. Proses Koping adalah cara interaksi bawaan atau cara interaksi yang
dipelajari seiring perubahan lingkungan yang terjadi.
1) Mekanisme Koping Bawaan, ditentukan oleh sifat genetik yang
dimiliki atau umum pada suatu spesies dan secara umum
dipandang sebagai proses yang terjadi otomatis tanpa dipikirkan
sebelumnya oleh manusia.
2) Mekanisme koping yang dipelajari, dikembangkan melalui strategi
seperti melaui pembelajaran. Pengalaman-pengalaman yang
ditemui selama menjalani kehidupan berkontribusi terhadap respon
yang biasanya dipergunakan terhadap stimulus yang dihadapi.
3) Subsistem regulator, adalah proses koping utama sistem neural,
kimia, dan endokrin. Subsistem kognator, adalah proses koping
utama yang terdiri dari empat chanel kognisi-emosi, proses
informasi dan perceptual, pembelajaran, penilaian, dan emosi.

3. Effectors
Selanjutnya Roy mengembangkan proses internal seseorang
sebagai sistem adaptasi dengan menetapkan sistem efektor, yaitu 4 mode
adaptasi meliputi fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan interdependensi.
a. Mode Fungsi (Physiological Function)
Fisiologi Fungsi fisiologi berhubungan dengan struktur tubuh dan
fungsinya. Roy mengidentifikasi sembilan kebutuhan dasar fisiologis
yang harus dipenuhi untuk mempertahankan integritas, yang dibagi
menjadi dua bagian, mode fungsi fisiologis tingkat dasar yang terdiri
dari 5 kebutuhan dan fungsi fisiologis dengan proses yang kompleks
terdiri dari 4 bagian yaitu :
1) Oksigenasi : Kebutuhan tubuh terhadap oksigen dan prosesnya,
yaitu ventilasi, pertukaran gas dan transpor gas.

14
2) Nutrisi : Mulai dari proses ingesti dan asimilasi makanan untuk
mempertahankan fungsi, meningkatkan pertumbuhan dan
mengganti jaringan yang injuri.
3) Eliminasi : Yaitu ekskresi hasil dari metabolisme dari instestinal
dan ginjal.
4) Aktivitas dan istirahat : Kebutuhan keseimbangan aktivitas fisik
dan istirahat yang digunakan untuk mengoptimalkan fungsi
fisiologis dalam memperbaiki dan memulihkan semua komponen-
komponen tubuh.
5) Proteksi/ perlindungan : Sebagai dasar defens tubuh termasuk
proses imunitas dan struktur integumen (kulit, rambut dan kuku)
dimana hal ini penting sebagai fungsi proteksi dari infeksi, trauma
dan perubahan suhu.
6) The sense/perasaan : Penglihatan, pendengaran, perkataan, rasa dan
bau memungkinkan seseorang berinteraksi dengan lingkungan
Sensasi nyeri penting dipertimbangkan dalam pengkajian perasaan.
7) Cairan dan elektrolit. : Keseimbangan cairan dan elektrolit di
dalamnya termasuk air, elektrolit, asam basa dalam seluler,
ekstrasel dan fungsi sistemik. Sebaliknya inefektif fungsi sistem
fisiologis dapat menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit.
8) Fungsi syaraf / neurologis : Hubungan-hubungan neurologis
merupakan bagian integral dari regulator koping mekanisme
seseorang. Mereka mempunyai fungsi untuk mengendalikan dan
mengkoordinasi pergerakan tubuh, kesadaran dan proses emosi
kognitif yang baik untuk mengatur aktivitas organ-organ tubuh
9) Fungsi endokrin : Aksi endokrin adalah pengeluaran horman sesuai
dengan fungsi neurologis, untuk menyatukan dan mengkoordinasi
fungsi tubuh. Aktivitas endokrin mempunyai peran yang signifikan
dalam respon stress dan merupakan dari regulator koping
mekanisme.
b. Mode Konsep Diri Mode konsep diri berhubungan dengan psikososial
dengan penekanan spesifik pada aspek psikososial dan spiritual

15
manusia. Kebutuhan dari konsep diri ini berhubungan dengan
integritas psikis antara lain persepsi, aktivitas mental dan ekspresi
perasaan. Konsep diri menurut Roy terdiri dari dua komponen yaitu
the physical self dan the personal self.
1) The physical self, yaitu bagaimana seseorang memandang dirinya
berhubungan dengan sensasi tubuhnya dan gambaran tubuhnya.
Kesulitan pada area ini sering terlihat pada saat merasa
kehilangan, seperti setelah operasi, amputasi atau hilang
kemampuan seksualitas.
2) The personal self, yaitu berkaitan dengan konsistensi diri, ideal
diri, moral- etik dan spiritual diri orang tersebut. Perasaan cemas,
hilangnya kekuatan atau takut merupakan hal yang berat dalam
area ini.
c. Mode Fungsi Peran
Mode fungsi peran mengenal pola–pola interaksi sosial seseorang
dalam hubungannya dengan orang lain, yang dicerminkan dalam
peran primer, sekunder dan tersier. Fokusnya pada bagaimana
seseorang dapat memerankan dirinya dimasyarakat sesuai
kedudukannya
d. Mode Interdependensi
Mode interdependensi adalah bagian akhir dari mode yang
dijabarkan oleh Roy. Fokusnya adalah interaksi untuk saling memberi
dan menerima cinta/ kasih sayang, perhatian dan saling menghargai.
Interdependensi yaitu keseimbangan antara ketergantungan dan
kemandirian dalam menerima sesuatu untuk dirinya. Ketergantungan
ditunjukkan dengan kemampuan untuk afiliasi dengan orang lain.
Kemandirian ditunjukkan oleh kemampuan berinisiatif untuk
melakukan tindakan bagi dirinya. Interdependensi dapat dilihat dari
keseimbangan antara dua nilai ekstrim, yaitu memberi dan menerima.

4. Output
Output dari suatu sistem adalah perilaku yang dapt di amati, diukur
atau secara subyektif dapat dilaporkan baik berasal dari dalam maupun

16
dari luar. Perilaku ini merupakan umpan balik untuk sistem. Roy
mengkategorikan output sistem sebagai respon yang adaptif atau respon
yang tidak efektif/maladaptif. Respon yang adaptif dapat meningkatkan
integritas seseorang yang secara keseluruhan dapat terlihat bila seseorang
tersebut mampu melaksanakan tujuan yang berkenaan dengan
kelangsungan hidup, perkembangan, reproduksi dan keunggulan.
Sedangkan respon yang mal adaptif perilaku yang tidak mendukung tujuan
ini.
Tingkat adaptasi seseorang sebagai sistem adaptasi dipengaruhi
oleh perkembangan individu itu sendiri, dan penggunaan mekanisme
koping. Penggunaan mekanisme koping yang maksimal mengembangkan
tingkat adaptasi seseorang dan meningkatkan rentang stimulus agar dapat
berespon secara positif.
a) Respon Adaptif, adalah keseluruhan yang meningkatkan itegritas
dalam batasan yang sesuai dengan tujuan “human system” .
b) Respon ineffektif, yaitu egala sesuatu yang tidak memberikan
kontribusi yang sesuai dengan tujuan “human system.”

Figure 1 Person as an adaptive system. (From Roy, C.. [1984]. Introduction to nursing: An
adaptation

17
Figure 2Diagrammatic representation of human adaptive systems. (From Roy, C., & Andrews, H.
[1999]. The Roy adaptation model [2nd ed.]. Upper Saddle River, NJ: Pearson.)

E. Empat Model Adaptasi

1. Mode 1

Ini adalah penilaian tingkat pertama fisiologis yang berkaitan


dengan kegiatan hidup (RENGLORS) sebagaimana didefinisikan oleh:
 Respirasi
 Ekskresi
 Gizi
 Pertumbuhan
 Penggerak
 Osmoregulasi
 Reproduksi
 Sensitivitas

Pemeliharaan homeostasis tergantung pada hubungan kerja timbal


balik dari sistem tubuh yang berbeda dan interaksi mereka satu sama lain.
Dengan demikian mode fisiologis berkaitan dengan kebutuhan fisik
individu, seperti olahraga, istirahat, nutrisi, keseimbangan cairan dan

18
elektrolit, dan pemeliharaan umum lingkungan internal dalam batas sempit
untuk bertahan hidup.

2. Mode II

Mode konsep diri ini berhubungan dengan, dan mendukung, cara


individu melihat dirinya dalam masyarakat. Ini termasuk keyakinan dan
perasaan tentang diri pada waktu tertentu, yang terbentuk terutama dari
persepsi reaksi lain terhadap perubahan lingkungan internal dan eksternal.

3. Mode III

Peran dari Mode fungsi ini mendefinisikan peran sosiologis yang


dimainkan oleh individu dalam masyarakat, misalnya perawat, orang tua,
guru, dll. Ini mendefinisikan perilaku yang diharapkan yang harus
dilakukan seseorang untuk mempertahankan peran dalam masyarakat.

4. Mode IV

Mode saling ketergantungan ini berkaitan dengan penilaian tingkat


kedua. Dalam mode inilah individu berhubungan dengan orang lain dan
mengakui saling ketergantungan keberadaan dan tindakan manusia. Ini
berkaitan dengan keseimbangan yang nyaman antara ketergantungan dan
saling ketergantungan dalam hubungan dengan orang lain. Sehubungan
dengan hal di atas, ada dua tingkat penilaian ketika merawat individu
dengan masalah adaptif:
 Penilaian tingkat pertama berkaitan dengan identifikasi perilaku
maladaptif dan tidak efektif pasien;
 Penilaian tingkat kedua mengidentifikasi rangsangan atau faktor-faktor
yang mempengaruhi atau mendukung perilaku adaptif atau maladaptif.
 Sifat rangsangan dapat ditentukan sebagaimana didefinisikan oleh roy
sebagai berikut:

19
 Rangsangan fokal adalah rangsangan yang dihadapi individu dan
membutuhkan respons segera untuk mempertahankan homeostasis.
Jadi dalam mode i infeksi akut menghasilkan reaksi tubuh langsung
yang mengarah ke hyperpyrexia dan upaya untuk mengatasi mikro-
organisme yang menginfeksi.
 Rangsangan kontekstual adalah kontribusi terhadap respons adaptif
individu terhadap perubahan lingkungan. Dengan demikian tingkat
kebisingan, perubahan suhu lingkungan dan rangsangan eksternal
lainnya akan mempengaruhi respons individu terhadap perubahan dan
konteks di mana respons semacam itu terjadi.
 Stimulus residual adalah yang lain tidak divalidasi tetapi tetap penting
dalam penilaian tanggapan terhadap perubahan internal dan eksternal.
Rangsangan ini termasuk kegiatan yang timbul dari pengalaman
individu sebelumnya.
Rangsangan ini diatur oleh dua set proses dalam tubuh:
 Regulator, yang sebagian besar otonom dan dilakukan oleh sistem
saraf dan endokrin dalam tubuh
 Kognator, yang berada di bawah pemikiran sadar dan melibatkan
pembuatan individualdecision.

Keempat mode tersebut mendefinisikan semua aspek penilaian


dalam perencanaan asuhan keperawatan. Sebagai contoh, Mode I mewakili
dasar biologis dari praktik keperawatan karena memperhitungkan
perubahan fisiologis dalam tubuh. Perubahan ini mencerminkan hubungan
dinamis antara lingkungan internal dan eksternal. Dengan demikian
penilaian dalam proses keperawatan mencakup mode ini di mana integritas
biologis individu dinilai dengan latar belakang fungsi fisiologis.

Di sisi lain, Mode 2, 3 dan 4 pada dasarnya adalah psikososial dan


mencerminkan interaksi dalam domain ini. Mode konsep diri dapat
mencerminkan salah satu dari tiga pandangan individu - pribadi, fisik atau
interpersonal. Secara fisik, konsep diri individu dapat berhubungan dengan
fungsi tubuh dan persepsi tentang normalitas, nyata atau dibayangkan, dan

20
efek keseluruhan pada kesejahteraan pribadi. Namun, harus dicatat bahwa
keempat mode tersebut dinilai bersama untuk mendapatkan informasi
tentang seluruh orang. Oleh karena itu, proses keperawatan dapat berasal
dari Model Adaptasi Roy sebagai teoritis holistik yang mendasari
pelaksanaan perawatan.

F. Hubungan teori Roy dengan Pradigma Keperawatan


Bersadarkan falsafah keperawatan, pakar keperawatan
mengembangkan pradigma keperawatan yang merupakan kesepakatan
bersama antar ilmuan keperawatan tentang konsep-konseop utama yang
mendasari perkembangan discipline ilmu keperawatan. Pradigma
keperawatan mencakup empat konsep utama yaitu manusia, keperawatan,
kondisi sehat/kesehatan, dan lingkungan. Dan berdasarkan teori Roy maka
dapat dijabarkan yaitu:
1. Manusia
Manusia merupakan fokus utama yang perlu diperhatikan karena
manusialah yang menjadi penerima asuhan keperawatan, baik itu
individu, keluarga, kelompok maupun masyarakat, yang dipandang
sebagai “Holistic Adaptif System”. Dimana “Holistic Adaptif System” ini
merupakan perpaduan antara konsep sistem dan konsep adaptasi.
a. Konsep Roy memandang manusia sebagai mahluk holistik yang
dalam sistem kehidupannya akan selalu berinteraksi dengan
lingkungannya, dimana diantara keduanya akan terjadi pertukaran
informasi, “matter” dan energi. Adapun karakteristik sistem menurut
Roy adalah input, output, control dan feed back
b. Konsep Adaptasi Output dalam sistem adaptasi ini berupa respon
perilaku individu yang dapat dikaji oleh perawat baik secara objektif
maupun subjektif. Respon perilaku ini dapat menjadi umpan balik
bagi individu maupun lingkungannya. Roy mengkategorikan output
dari sistem adaptasi ini berupa respon adaptif dan respon inefektif.

Respon adaptif dapat meningkatkan integritas individu sedangkan


respon inefektif tidak dapat mendukung untuk pencapaian tujuan

21
perawatan individu. Roy menggunakan istilah mekanisme koping untuk
menggambarkan proses kontrol individu dalam sistem adaptasi ini.
Beberapa koping ada yang bersifat genetik seperti : WBC (sel darah
putih) sebagai benteng pertahanan tubuh terhadap adanya kuman,
sedangkan beberapa koping lainnya ada yang merupakan hasil belajar
seperti : menggunakan antiseptik untuk membersihkan luka. Dalam
mekanisme kontrol ini, Roy menyebutnya dengan istilah “Regulator” dan
“Cognator”.

Transmitter dari sistem regulator berupa kimia, neural atau sistem


saraf dan endokrin, yang dapat berespon secara otomatis terhadap adanya
perubahan pada diri individu. Respon dari sistem regulator ini dapat
memberikan umpan balik terhadap sistem cognator. Proses kontrol
cognator ini sangat berhubungan dengan fungsi otak dalam hal fungsi
persepsi atau memproses informasi, pengambilan keputusan dan emosi.

2. Lingkungan
Stimulus yang berasal dari individu dan sekitar individu
merupakan elemen dari lingkungan, menurut Roy. Lingkungan
didefinisikan oleh Roy adalah “ Semua kondisi, keadaan dan pengaruh-
pengaruh disekitar individu yang dapat mempengaruhi perkembangan dan
perilaku individu dan kelompok “(Roy and Adrews, 1991 dalam Nursing
Theory : 260) . Dalam hal ini Roy menekankan agar lingkungan dapat
didesign untuk meningkatkan kemampuan adaptasi individu atau
meminimalkan resiko yang akan terjadi pada individu terhadap adanya
perubahan.

3. Sehat
Roy mendefinisikan sehat adalah “A State and a process of being
and becoming an integrated and whole person”. Integritas individu dapat
ditunjukkan dengan kemampuan untuk mempertahankan diri, tumbuh,
reproduksi dan “mastery”. Asuhan keperawatan berdasarkan model Roy
bertujuan untuk meningkatkan kesehatan individu dengan cara
meningkatkan respon adaptifnya.

22
4. Keperawatan
Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa tujuan keperawatan
menurut Roy adalah meningkatkan respon adaptif individu dan
menurunkan respon inefektif individu, dalam kondisi sakit maupun sehat.
Selain meningkatkan kesehatan di semua proses kehidupan, keperawatan
juga bertujuan untuk mengantarkan individu meninggal dengan damai.
Untuk mencapai tujuan tersebut, perawat harus dapat mengatur stimulus
fokal, kontekstual dan residual yang ada pada individu, dengan lebih
menitikberatkan pada stimulus fokal, yang merupakan stimulus tertinggi.

G. Proses Keperawatan Berdasarkan Teori Roy

Sebagai dasar dalam melaksanakan proses keperawatan, Roy


berpendapat bahwa pasien harus di pandang sebagai manusia yang utuh
(pandangan menyeluruh) baik dari aspek biologis, psikologis dan spiritual.
Di samping itu pasien pun harus di pandang sebagai suatu system yang
dapat hidup melalui interaksi yang konstan dengan lingkungannya. Model
adaptasi Roy menawarkan standar untuk mengembangkan atau
melaksanakan proses keperawatan melalui elemen –elemen Roy meliputi
1. Pengkajian Keperawatan
a. Pengkajian perilaku
Ini merupakan tahap proses keperawatan yang bertujuan
mengumpulkan data dan memutuskan klien adaptif atau
maladaptif. Termasuk dalam model ini adalah kebutuhan dasar
manusia apakah dapat dipengaruhi oleh kekurangan atau kelebihan,
misalnya terlalu sedikit oksigen , terlalu tinggi gula darah atau
terlalu banyak ketergantungan. Perawat menggunakan wawancara,
observasi dan pengukuran untuk mengkaji perilaku klien sekarang
pada setiap mode. Berdasarkan pengkajian ini perawat

23
menganalisis apakah perilaku ini adaptif, maladaptif atau potensial
maladaptif.
b. Pengkajian faktor - faktor yang berpengaruh
Pada tahap ini termasuk pengkajian stimuli yang signifikan
terhadap perubahan perilaku seseorang yaitu stimuli focal,
kontekstual dan residual.
1) Identifikasi stimuli focal merupakan perubahan perilaku
yang dapat diobservasi. Perawat dapat melakukan
pengkajian dengan menggunakan pengkajian perilaku
yaitu: keterampilan melakukan observasi, melakukan
pengukuran dan interview.
2) Identifikasi stimuli kontekstual, ini berkontribusi terhadap
penyebab terjadinya perilaku atau presipitasi oleh
stimulus focal. Sebagai contoh anak yang di rawat
dirumah sakit mempunyai peran perilaku yang inefektif
yaitu tidak belajar. Focal stimulus yang dapat
diidentifikasi adalah adanya fakta bahwa anak kehilangan
skedul sekolah. Stimulus kontekstual yang dapat
diidentifikasi adalah secara internal faktor anak menderita
sakit dan faktor eksternalnya adalah anak terisolasi.
Stimulasi kontekstual dapat diidentifikasi oleh perawat
melalui observasi, pengukuran, interview dan validasi.
Menurut Martinez, 1976 dalam Roy 1989, faktor
kontekstual yang mempengaruhi mode adaptif adalah
genetic, sex, tahap perkembangan, obat, alkohol,
tembakau, konsep diri, peran fungsi, interdependensi,
pola interaksi sosial, koping mekanisme, stress emosi dan
fisik religi, dan lingkungan fisik.
3) Identifikasi stimuli residual, pada tahap ini yang
mempengaruhi adalah pengalaman masa lalu. Helson
dalam Roy, 1989 menjelaskan bahwa beberapa faktor dari
pengalaman lalu relevan dalam menjelaskan bagaimana

24
keadaan saat ini. Sikap, budaya, karakter adalah faktor
residual yang sulit diukur dan memberikan efek pada
situasi sekarang.
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan menurut teori adaptasi Roy didefinisikan
sebagai suatu hasil dari proses pengambilan keputusan berhubungan
dengan kurang mampunya adaptasi. Diagnosa keperawatan dirumuskan
dengan mengobservasi tingkah laku klien terhadap pengaruh
lingkungan. Menurut Roy (1991) Terdapat beberapa hal yang bis akita
jadikan acuan dalam mengankat diagnose keperawatan dengan
menggunakan 4 (empat) model adaptif, yaitu fisiologis, konsep diri,
fungsi peran dan interdependen
a. Physiological model
 Oksigenasi: Hipoksia/shock, Kerusakan ventilasi,
Ketidakadequat pertukaran gas, Perubahan perfusi jaringan,
Ketidakmampuan dlm proses kompensasi pada perubahan
dan kebutuhan oksigen
 Nutrisi: Nutrisi kurang / lebih dari kebutuhan tubuh,
Anoreksia, Nausea/Vomiting, Ketidak efektifan strategi
koping thd penurunan dan ingestik
 Eliminasi: Diare, Inkontinensia, Konstipasi, Retensi urine
dan Ketidakefektifan strategi koping thp penurunan fungsi
eliminasi.
 Aktifitas dan istirahat: Ketidak adequate aktifitas &
istirahat, Keterbatasan mobilitas & Koordinasi, Intoleransi
aktifitas, Immobilisasi, Sleep deprivation, Resiko gangguan
pola tidur dan Kelelahan (Fatigue)
 Proteksi
 Sense
 Cairan dan elektrolit
 Fungsi neurologi
 Fungsi endokrin

25
b. Self consep Mode
 Physical Self : Gangguan body image, Disfungsi seksual,
Kehilangan dan Rape Trauma syndrome
 Personal self: Ansietas, Ketidakberdayaan, Perasaan
bersalah, Harga diri rendah
c. Role Function Mode
 Transisi Peran
 Konflik Peran
 Gangguan / Kehilangan Peran
Hal yang perlu diperhatikan yaitu mengobservasi respon klien yang
paling menonjol pada satu mode adaptif, misalnya ; mode fisisiologis sub
kebutuhan cairan. Contoh kasus untuk diare intake : 1200 ml, out put :
3500 ml, keluhan haus (+), turgor tidak elastis, kelopak mata tampak
cekung. Dari respon pasien tersebut dapat disimpulkan bahwa diagosa
keperawatan pasien menurut Roy adalah defisit volume cairan.
Selain mengobservasi kita juga harus menyimpulkan respon klien
dari satu atau lebih dari mode adaptif yang terkait dengan stimulus yang
sama. Misalnya mode yang terganggu adalah mode fisiologis, konsep diri
dan interdependensi. Contoh kasus ; klien mengeluh tidak mau makan,
makan hanya habis ¼ porsi, BB turun 2 Kg dari normal. Dari data tersebut
klien mengalami gangguan kebutuhan nutrisi : nutrisi kurang dari
kebutuhan (mode fisiologis). Karena klien kekurangan nutrisi
mengakibatkan posturnya tampak kurus, hal ini membuat klien mengalami
gangguan Body Image (Mode Konsep diri), kondisi ini juga
mengakibatkan klien tidak dapat memenuhi kebutuhannya sehari-hari
(Mode Interdependensi)
3. Penentuan Tujuan
Roy (1984) menyampaikan bahwa secara umum tujuan pada
intervensi keperawatan adalah untuk mempertahankan dan mempertinggi
perilaku adaptif dan mengubah perilaku inefektif menjadi adaptif.
Penentuan tujuan dibagi atas tujuan jangka panjang dan tujuan jangka
pendek. Tujuan jangka panjang yang akan dicapai meliputi : Hidup,

26
tumbuh, reproduksi dan kekuasaan. Tujuan jangka pendek meliputi
tercapainya tingkah laku yang diharapkan setelah dilakukan manipulasi
terhadap stimulus focal, konteksual dan residual.
4. Intervensi
Intervensi keperawatan dilakukan dengan tujuan , mengubah atau
memanipulasi stimulus fokal, kontekstual dan residual, juga
difokuskanpada koping individu atau zona adaptasi, sehingga seluruh
rangsang sesuai dengan kemampuan individu untuk beradaptasi. Tindakan
keperawatan berusaha membantu stimulus menuju perilaku adaptif. Hal ini
menekankan kembali pentingnya mengidentifikasi penyebab selama
pengkajian tahap II.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan penilaian efektifitas terhadap intervensi
keperawatan sehubungan dengan tingkah laku pasien. Perawat harus
mengkaji tingkah laku pasien setelah diimplementasi. Intervensi
keperawatan dinilai efektif jika tingkah laku pasien sesuai dengan tujuan
yang ditetapkan.

H. Contoh Pengaplikasian model adaptasi oleh Sister Callista Roy

1. Pengaplikasian dalam asuhan keperawatan


a. Pengkajian
Nyonya Sampson adalah seorang wanita berusia 66 tahun yang
dipulangkan ke rumah setelah dilakukan tindakan ORIF fraktur tulang
paha kirinya. Dia tinggal sendirian di flat dan menghabiskan sebagian
besar waktunya di tempat tidur karena dia merasakan rasa sakit yang
luar biasa saat bergerak. Ketika perawat setempat menemuinya suatu
pagi, Nyonya Sampson melaporkan bahwa dia belum makan 'selama
berhari-hari. Dia lemah dan telah kehilangan berat badan.

b. Diagnosa Keperawatan

Roy’s theory SDKI

27
- Mode adaptif fisiologis, - Nyeri Akut b.d agen pencedera
Masalah aktual : rasa sakit, fisik (fraktur femur) (D. 0077)
imobilitas, kelemahan, gizi
buruk dan sembelit - Gangguan mobilitas fisik b.d
kerusakan integritas strutur tulang
- Mode adaptif konsep diri. (D.0054)
Masalah aktual : tidak berdaya,
kesepian, penolakan - Defisit Nutrisi b.d kurangnya
asupan makanan (D.0019)
- Mode adaptif fungsi peran.
Masalah Aktual : kegagalan - Ketidakberdayaan b.d lingkungan
untuk menjalankan peran yang tidak mendukung perawatan
diharapkan oleh rumah sakit (D,0092)
(karena cedera) dan dirinya
sendiri (karena rasa sakit dan - Keputusasaan b.d penurunan
kondisi rumahnya) kondisi fisiologis (D.0088)

28
c. Intervensi

Roy’s Theory Asuhan Keperawatan

Tujuan Intervensi SLKI SIKI

- Nyonya 1. Masalah 1. Keberdayaan Observasi


Sampson akan aktual - rasa meningkat
bebas rasa sakit penolakan dan (L.09071) - identifikasi kegiatan jangka
dalam 48-72 kesepian pendek dan panjang sesuai tujuan
jam; - Verbalisasi
Sifat rangsangan mampu - Identifikasi kemampuan yang
- Dia akan melakukan dimiliki
menunjukkan - Rangsangan aktivitas
minat untuk fokus segera meningkat - Identifkasi sumber daya yang
makan dan mempengaruhi tersedia untuk memenuhi tujuan
minum lagi dan Nyonya 2. Tingkat Nyeri
Sampson, menurun - Identifikasi dampak situasi
akan
yaitu (L.08066) terhadap peran dan hubungan
mempertahanka
n nutrisi yang kehilangan
- Keluhan - Identifikasi metode penyelesaian
cukup; kemandirian
Nyeri masalah
tetapi rumah
- Dia akan dapat sakit berkurang
- Identifikasi kebutuhan dan
berkeliling mengharapkan keinginan terhadap dukungan
flatnya dengan dia untuk 3. Mobilitas fisik sosial
percaya diri mengatasinya meningkat
dengan sendirian di (L.05042)
Terapeutik
menggunakan rumah.
- Rentang
tongkat jalan - Gunakan pendekatan yang tenang
- Rangsangan gerak
setelah kontrol dan meyakinkan
kontekstual meningkat
rasa sakit
tercapai; yang terjadi di - Fasilitasi dalam memperoleh
4. Status nutrisi
samping fokus informasi yang dibutuhkan
membaik
- Dia akan belajar yang dapat
(L.03030) - Berikan pilihan realists mengenai
untuk mempengaruhi
menyesuaikan adaptasi aspek-aspek tertentu dalam
- Porsi makan
kemandiriannya terhadap perawatan
yang
yang terbatas stimulus fokal, dihabiskan - Motivasi untuk menentukan
ketika misalnya meningkat harapan yang realistis
melakukan lingkungannya
kegiatan hidup; yang buruk . 5. Harapan
- Tinjau kembali kemampuan dalam
Peran sakit itu meningkat pengambilan keputusan
- Dia akan diperkuat di (L.09068)

29
mengubah rumah sakit. - Keterlibatan - Hindari mengambil keputusan saat
tingkat dalam pasien berada di bawah tekanan
adaptasinya Sisa-sisa aktivitas
dalam konteks rangsangan yang perawatan - Motivasi terlibat dalam kegiatan
ketergantungan tersisa dari masa dan selera social
barunya; lalu yang dapat makan
mempengaruhi meningkat - Motivasi mengidentifikasi sistem
- Dia akan kemampuannya pendukung yang tersedia
menyadari untuk beradaptasi,
kegiatan sosial misalnya - Damping saat berduka (mis.
di daerahnya keyakinan, sikap, penyakit kronis, kecacatan)
untuk rekreasi dan pengalaman
- Perkenalkan dengan orang atau
dan rangsangan
kelompok yang berhasil
persahabatan. menyakitkan yang
mengalami pengalaman sama
serupa.
- Dukung penggunaan mekanisme
2. Masalah
pertahanan yang tepat
aktual -
perasaan - Kurangi rangsangan lingkungan
penolakan dan yang mengancaman
kesepian.
Telah Edukasi
dipulangkan
ketika dia - Anjurkan menjalin hubungan yang
percaya dan memiliki kepentingan dan tujuan
merasa dia sama
masih sakit
dan - Anjurkan penggunaan sumber
menanggapi spiritual, jika perlu
peran yang
- Anjurkan mengungkapkan
sakit.
perasaan dan persepsi
- Secara
- Anjurkan membuat tujuan yang
kontekstual,
lebih spesifik
Nyonya
Sampson tidak
- Ajarkan cara memecahkan
memiliki
masalah secara konstruktif
orang lain
yang - Latih penggunaan teknik relaksasi
signifikan
sementara - Latih keterampilan sosial, sesuai
mode residual kebutuhan
berkaitan
dengan fakta - Latih mengembangkan penilaian
bahwa dia obyektif
memiliki

30
teman saat Kolaboration
berada di
rumah sakit - Kolaborasi dengan Dokter dalam
tetapi pemberian obat
sekarang
sendirian di - Kolaborasi dengan Nutrition
flatnya. untuk perbaikan nutrisinya

31
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Roy mengemukakan bahwa manusia sebagai sebuah sistim yang


dapat menyesuaikan diri (adaptive system ). Sebagai sistim yang dapat
menyesuaikan diri manusia dapat digambarkan secara holistik (bio, psicho,
Sosial) sebagai satu kesatuan yang mempunyai Inputs (masukan), Control
dan Feedback Processes dan Output (keluaran/hasil). Proses kontrol adalah
Mekanisme Koping yang dimanifestasikan dengan cara-cara penyesuaian
diri. Lebih spesifik manusia didefinisikan sebagai sebuah sistim yang
dapat menyesuaikan diri dengan activifitas kognator dan Regulator untuk
mempertahankan adaptasi dalam empat cara-cara penyesuaian yaitu:
Fungsi Fisiologis, Konsep diri, Fungsi peran, dan Interdependensi.
Dalam karya awal Roy (1976), keluarga dipandang sebagai ruang
lingkup individu. Kemudian Roy dan Roberts (1981) mengubah
penjabaran konsep keluarga sebagai (konteks) ini menjadi “keluarga
sebagai suatu system adaptif yang seperti individu, memiliki input, kendali
interna dan proses umpan balik, dan output” (Whall & Fawcett, 1991a,
hlm. 23). Roy menjelaskan bahwa keluarga, individu, kelompok,
organisasi social, dan komunitas, dapat menjadi unit analisis dan focus
praktis keperawatan.

B. Saran

Saran bagi mahasiswa agar lebih memahami , mengerti serta dapat


mengaplikasikan Model Adaptasi Roy ke dalam praktik asuhan
keperawatan. Saran bagi pembaca agar memberikan masukan untuk
melengkapi makalah model konsep dan teori adaptasi Sister Callista Roy.

32
DAFTAR PUSTAKA
Akinsanya, J., Cox, G., Crouch, C., & Fletcher, L. (1994). Nursing Models In
Action Series, The Roy Adaotation Model In Action. London: The
Macmillan Press LTD.

Alligood. (2017). Pakar Teori Keprawatan dan Karya Mereka. Singapore:


Elsevier.

Berman, A., Snyder, S. J., & Frandsen, G. (2022). Kozier & Erb’s Fundamentals
of Nursing: Concepts, Process, and Practice, 11th edition. United
Kingdom: Pearson Education Limited.

Lilis, L., & Ramadhaniyati. (2018). Falsafah dan Teori Keperawatan.


Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Muhamad, R. (2021). Teori dan falsafah Keperawatan. Semarang: Fakultas


Kedokterdan Undip.

Pardede, J. A. (2018). Teori Dan Model Adaptasi Sister Calista Roy: Pendekatan
Keperawatan. Jurnal Ilmiah Kesehatan,, 10.

Potter, & Perry. (2021). Fundamentals of Nursing, Tenth Edition. St. Louis,
Missouri: Elsevier Inc.

PPNI. (2017). SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Idonesia) Definisi dan


Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.

PPNI. (2018). SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Idonesia) Definisi dan


Tindakan Keperawatan. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.

PPNI. (2019). SLKI (Standar Luaran Keperawatan Idonesia) Definisi dan


Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.

Risnah, & Irwan, M. (2021). Falsafah dan Teori Keperawatan Dalam Integrasi
Keilmuan. Gowa: Alauddin University Press.

33
34

Anda mungkin juga menyukai