Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

KELUARGA DENGAN MASALAH HIPERTENSI

DOSEN PEMBIMBING:
Nurbani, S.Kep, M.Kep

DOSEN PEMBIMBING LAPANGAN :


Ns. EMI ROSANTY S.Kep

DISUSUN OLEH :
ERITA ADRIANTI
191111003

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PONTIANAK


JURUSAN KEPERAWATAN SINGKAWANG
PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN

2021/2022
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan pendahuluan: pada keluarga dengan masalah hipertensi di Puskesmas


Singkawang Barat 1 telah disetujui dan di sahkan oleh pembimbing/CI puskesmas pada
:

Hari, tanggal :25 Februari 2022

Tempat : Puskesmas Singkawang Barat 1

Pembimbing Klinik Pembimbing Akademik

Ners,Emi Rosanti S.Kep. Nurbani, S.Kep,M.Kep

NIP 198008012006042017 NIP :197603282002122001

Mahasiswa

Erita Adrianti
NIM:191111003
KONSEP KELUARGA

1. Definisi Keluarga
Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan,
kelahiran, dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan,
mempertahankan budaya dan meningkatkan perkembangan fisik, mental,
emosional serta sosial dari setiap anggota keluarga. (Sahar, Setiawan,
Riasmini, 2019)
Keluarga merupakan bagian terkecil dalam kehidupan masyarakat
yang terdiri dari kepala keluarga dan anggota lain yang kumpul dan
tinggal dalam satu rumah dan saling bergantung satu sama lain (Kemenkes
RI, 2016)
2. Tipe Keluarga
Secara tradisional keluarga dikelompokkan menjadi 2 yaitu :
a. Keluarga Inti (Nuclear Family) adalah keluarga yang hanya terdiri dari
ayah, ibi dan anak yang diperoleh dari keturunan atau adopsi
keduanya.
b. Keluarga Besar (Extended Family) adalah keluarga yang hanya terdiri
daro ayah, obu dan anak yang diperoleh dari keturunan atau adopsi
atau keduanya.
Secara Modern tipe keluarga selain diatas adalah :
a. Tradisional Nuclear
Keluarga inti ditambah anggota keluarga lain yang masih mempunyai
hubungan darah
b. Reconstituted Nuclear
Pembentukan baru dari keluarga inti melalui perkawinan kembali
suami/ istri,  tinggal dalam pembentukan satu rumah dengan anak-
anaknya nya,  baik itu bawaan dari perkawinan lama maupun hasil dari
perkawinan baru,  satu atau keduanya dapat bekerja di luar rumah
c. Middle Age/ Aging Couple
Suami sebagai pencari uang, istri dirumah kedua-duanya bekerja di
rumah, anak-anak meninggalkan  rumah karena sekolah /perkawinan
atau meniti karier.
d. Dyadic Nuclear
Suami istri yang sudah berumur dan tidak mempunyai anak yang
keduanya atau salah satu bekerja di rumah.
e. Single Parent
Satu orang tua sebagai akibat perceraian atau kematian pasangannya
dan anak-anaknya dapat tinggal di rumah atau di luar rumah.
f. Dual Carrier
Yaitu suami istri atau keduanya orang karier atau tanpa anak
g. Commuter Married
Suami istri atau keduanya orang karier dan tinggal terpisah pada jarak
tertentu.  Keduanya saling mencari pada waktu-waktu tertentu.
h. Single Adult
Wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak adanya
keinginan untuk kawin
i. Three Generation
Yaitu 3 generasi atau lebih tinggal dalam satu rumah
j. Institusional
Yaitu anak-anak atau orang-orang dewasa tinggal dalam suatu panti-
panti
3. Fungsi Keluarga
Menurut Friedman dalam Kemenkes (2017) fungsi keluarga yaitu :
a. Fungsi afektif, fungsi internal keluarga untuk pemenuhan kebutuhan
psikososial.
b. Fungsi sosialisasi, fungsi mengembangkan dan melatih anak untuk
berinteraksi sosial dan belajar berperan dalam lingkungan sosial.
c. Fungsi reproduksi, keluarga berfungsi untuk melanjutkan keturunan.
d. Fungsi ekonomi , fungsi ekonomi merupakan fungsi keluarga untuk
memenuhi kebutuhan makanan, pakaian, tempat tinggal.
e. Fungsi perawatan kesehatan, berfungsi untuk mempertahankan dan
memelihara kesehatan anggota keluarga.
4. Peran Perawat Dalam Perawatan Keluarga
Menurut Kemenkes (2017) keluarga mempunyai 5 tugas dalam kesehatan
diantaranya :
a. Mengenal masalah kesehatan
b. Mengambil keputusan untuk mengatasi masalah
c. Merawat anggota keluarga yang mengalami suatu masalah kesehatan
d. Memodifikasi lingkungan yang dapat menunjang kesehatan
e. Menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan secara tepat
A. KONSEP PENYAKIT
1. Pengertian
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140
mmHg atau tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg. Hipertensi tidak hanya
beresiko tinggi menderita penyakit jantung, tetapi juga menderita penyakit
lain seperti saraf,ginjal dan pembuluh darah makin tinggi tekanan darah,
makin besar resikonya (Silvia A.Price,2015).
Hipertensi atau yang biasa disebut dengan tekanan darah tinggi adalah
peningkatan pada sistolik diatas 140mmHg atau tekanan diastolik diatas 90
mmHg (Najib dan Bachrudin,2016).
2. Klasifikasi
Kategori tekanan darah menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
(2016) yaitu :

Kategori Tekanan Darah Sistolik Tekanan Darah


(mmHg) Diastolik (mmHg)
Normal 120-129 80-89
Normal Tinggi 130-139 89
Hipertensi derajat 1 140-159 90-99
Hipertensi derajat 2 ≥ 160 ≥ 100
Hipertensi derajat 3 >180 >110
Kategori tekanan darah berdasarkan American Hearth Association (AHA) &
Joint National Comite (JNC) yaitu :
Klasifikasi Tekanan Darah Tekanan Darah
Systolic (mmHg) Diastolic (mmHg)
Normal <120 <80
Prehipertensi 120-139 80-89
Tahap 1 140-159 90-99
Tahap 2 ≥ 160 ≥ 100
Tahap 3 ≥ 180 ≥110

3. Etiologi
a. Hipertensi Primer
Hipertensi Primer adalah hipertensi esensial atau hipertensi yang 90%
tidak diketahui penyebabnya. Beberapa faktor yang diduga berkaitan
dengan berkembangnya hipertensi esensial diantaranya:
1) Genetik
Individu yang mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi,
beresiko lebih tinggi untuk mendapatkan penyakit ini ketimbang
mereka yang tidak.
2) Jenis kelamin dan usia
Laki – laki berusia 35-50 tahun dan wanita pasca menopause beresiko
tinggi untuk mengalami hipertensi.
3) Diet
Konsumsi diet tinggi garam atau kandungan lemak, secara langsung
berkaitan dengan berkembangnya penyakit hipertensi.
4) Berat badan/obesitas, juga sering dikaitkan dengan berkembangnya
hipertensi.
5) Gaya hidup merokok dan konsumsi alkohol dapat meningkatkan
tekanan darah (bila gaya hidup sehat tersebut tetap diterapkan).
b. Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder adalah jenis hipertensi yang penyebabnya diketahui.
Beberapa gejala atau penyakit yang menyebabkan hipertensi jenis ini
antara lain:
1) Coartctation aorta
Yaitu penyempitan aorta congenital yang (mungkin) terjadi pada
beberapa tingkat aorta torasik atau aorta abdominal. Penyempitan ini
menghambat aliran darah melalui lengkung aorta dan mengakibatkan
peningkatan tekanan darah di atas area konstriksi.
2) Penyakit parenkim dan vaskular ganjil
Penyakit ini merupakan penyebab utama hipertensi sekunder.
Hipertensi renovaskular berhubungan dengan penyempitan satu atau
lebih besar arteri besar, yang secara langsung membawa darah ke
ginjal.
3) Penggunaan Kontrasepsi Hormonal
Oral kontrasepsi yang berisi estrogen dapat menyebabkan hipertensi
melalui mekanisme renin-aldosteron-mediate volume expansion.
Dengan penghentian oral kontrasepsi, tekanan darah kembali normal
setelah beberapa bulan.
4. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak di pusat lasomotor, pada medula di otak. Dari pusat vasomotor ini
bermula jaras simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar
dari kolumna medulla spinallis ganglia simpatis di toraks dan abdomen.
Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak
ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini,
neuron pre-ganglion melepaskan asetikolin, yang akan merangsang serabut
saraf pasca ganglion ke pembuluh darah. Dimana dengan dilepaskannya
norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah, berbagai faktor
kecemasan dan ketakutan dapat membuat atau mempengaruhi respon
pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriktor. Individu dengan
hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang
pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi kelenjar adrenal juga
terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi, medula adrenal
menyekresi efinefrin yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal
menyekresi kortisol dan steroid lainnya,yang dapat memperkuat respons
vasoknstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan
penurunan alirah ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin.
Renin yang dilepaskan merangsang pembentukan angiotensin I yang
kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang
pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon
ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan intravaskuler, semua faktor ini cenderung mencetus keadaan
hipertensi untuk pertimbangan gerontologi perubahan struktural pada
perubahan tekanan darah yang terjadi pada lansia perubahan tersebut meliputi
aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam
relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan
kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya aorta
dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi udara
darah yang dipompa oleh jantung, mengakibatkan penurunan curah jantung
dan peningkatan tahanan perifer (Brunner dan Suddart)
5. Pathway

Pathway (Sumber (WOC) : menggunakan standar diagnosa


keperawatan Indonesia dalam PPNI, 2017)

6. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala hipertensi dibedakan menjadi :
a. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan
peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter
yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah
terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur
b. Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim hipertensi meliputi nyeri kepala
dan kelelahan. Dalam kenyataan ini merupakan gejala terlazim yang
mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.
Beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu :
a) Mengeluh sakit kepala,pusing
b) Lemas,kelelahan
c) Sesak nafas
d) Gelisah
e) Mual
f) Muntah
g) Epistaksis
h) Kesadaran menurun
7. Komplikasi
a. Stroke, dapat terjadi akibat hemoragi akibat tekanan darah tinggi di otak,
atau akibat embolus yang terlepas dari pembuluh darah selain otak yang
terpajan ntekanan darah tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronis
apabila arteri yang memperdarai otak mengalami hipertrofi dan penebalan,
sehingga aliran darah ke otak yang diperdarahi berkurang. Arteri otak
mengalami aterosklerosis dapat melemah sehingga meningkatkan
kemungkinan terbentuknya aneurisma atau pelebaran abnormal pada
pembuluh nadi karena kondisi dinding pembuluh darah yang lemah.
b. Infark miokard, dapat terjadi apabila arteri koroner yang aterosklerotik
tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila
terbentuk trombus yang menghambat aliran darah melewati pembuluh
darah. Pada hipertensi kronis dan hipertrofi ventrikel, kebutuhan oksigen
miokardium mungkin tidak dapat dipenuhi dan dapat terjadi iskemia
jantung yang menyebabkan infark. Demikian juga, hipertrofi ventrikel
dapat menyebabkan perubahan waktu hantaran listrik melintasi ventrikel
sehingga terjadi distrikmia (degupan jantung abnormal), hipoksia jantung,
dan peningkatan resiko pembentukan bekuan.
c. Gagal ginjal, dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan
tinggi pada kapiler glomerulus ginjal. Dengan rusaknya glomerulus,
aliran darah ke nefron akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi
hipoksia dan kematian. Dengan rusaknya membran glomerulus, protein
akan keluar melalui urine sehingga tekanan osmotik koloid plasma
berkurang dan menyebabkan edema, yang sering dijumpai pada hipertensi
kronis.
d. Ensefalopati (kerusakan otak), Dapat terjadi, terutama pada hipertensi
maligna (hipertensi yang meningkat cepat dan berbahaya). Tekanan yang
sangat tinggi pada kelainan ini menyebabkan peningkatan tekanan kapiler
dan mendorong cairan ke ruang interstisial di seluruh susunan syaraf
pusat. Neuron disekitarnya kolaps dan terjadi koma serta kematian.
e. Kejang, dapat terjadi pada wanita preeklamsia. Bayi yang lahir mungkin
memiliki berat lahir kecil akibat perfusi plasenta yang tidak adekuat,
kemudian dapat mengalami hipoksia dan asidosis jika ibu mengalami
kejang selama atau sebelum proses persalinan. (Aspiani, 2014)
8. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
1) Hb/Ht : untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan
(viskositas) dan dapat mengindikasikan risiko seperti :
hipokoagulabilitas, anemia.
2) BUN/Kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi/fungsi ginjal.
3) Glukosa : hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapat
diakibatkan oleh pengeluaran ckadar ketokolamin.
4) Urinalisa : darah,protein,glukosa, meingisaratkan disfungsi ginjal dan
ada DM.
b. CT Scan
Mengakji adanya tumor cerebral, encelopati.
c. EKG
Dapat menunjukkan pola regangan, dimana luas, peninggian gelombang P
adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
d. IUP
Mengindentifikasikan penyebab hipertensi seperti : batu ginjal, perbaikan
ginjal
e. Photo dada
Menunjukkan destruksi klasifikasi pada area katup pembesaran jantung.
9. Penatalaksanaan
Penanganan hipertensi dibagi menjadi dua yaitu :
a. Penanganan secara farmakologi
Pemberian obat deuretik,betabloker, antagonis kalsium, golongan
penghambat konversi rennin angiotensi. (Huda Nurarif dan Kusuma
H,2015).
b. Penangan secara non farmakologi
1) Slow Deep Breathing yang termasuk ke dalam latihan dan relaksasi.
2) Menurunkan berat badan apabila obesitas.
3) Meningkatkan kegiatan atau aktivitas fisik.
4) Mengurangi asupan natrium dan mengurangi konsumsi kafein.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

A. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah awal pelaksanaan asuhan keperawatan,
agar diperoleh data pengkajian yang akurat dan sesuai dengan keadaan keluarga.
Sumber informasi dari tahapan pengkaajian dapat menggunakan metode
wawancara keluarga, observasi fasilitas rumah, pemeriksaan fisik pada anggota
keluarga dan data sekunder.
Hal-hal yang perlu dikaji dalam keluarga adalah :

a. Data Umum
Pengkajian terhadap data umum keluarga meliputi :
1. Nama kepala keluarga dan keluarga
2. Alamat dan telepon
3. Pekerjaan kepala keluarga
4. Pendidikan kepala keluarga
5. Komposisi keluarga dan genogram
6. Tipe keluarga
7. Suku bangsa
8. Agama
9. Status sosial ekonomi keluarga
10. Aktifitas rekreasi keluarga
b. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga meliputi :
1. Tahap perkembangan keluarga saat ini ditentukan dengan anak tertua dari
keluarga inti.
2. Tahap keluarga yang belum terpenuhi yaitu menjelaskan mengenai tugas
perkembangan yang belum terpenuhi oleh keluarga serta kendala mengapa
tugas perkembangan tersebut belum terpenuhi.
3. Riwayat keluarga inti yaitu menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada
keluarga inti yang meliputi riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan
masing-masing anggota keluarga, perhatian terhadap pencegahan
penyakit, sumber pelayanan kesehatan yang biasa digunakan keluarga
serta pengalaman-pengalaman terhadap pelayanan kesehatan.
4. Riwayat keluarga sebelumnya yaitu dijelaskan mengenai riwayat
kesehatan pada keluarga dari pihak suami dan istri
c. Pengkajian Lingkungan
1. Karakteristik rumah
2. Karakteristik tetangga dan komunitas RW
3. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
4. Sistem pendukung keluarga
d. Struktur Keluarga
1. Pola komunikasi keluarga yaitu menjelaskan mengenai cara
berkomunikasi antar anggota keluarga.
2. Struktur kekuatan keluarga yaitu kemampuan anggota keluarga
mengendalikan dan mempengaruhi orang lain untuk merubah perilaku.
3. Struktur peran yaitu menjelaskan peran dari masing-masing anggota
keluarga baik secara formal maupun informal.
4. Nilai atau norma keluarga yaitu menjelaskan mengenai nilai dan norma
yang dianut oleh keluarga yang berhubungan dengaan kesehatan
e. Fungsi Keluarga :
1. Fungsi Afektif
2. Fungsi Sosialisasi
3. Fungsi Perawatan kesehatan
f. Stress / Penyebab masalah dan koping yang dilakukan keluarga :
1. Stressor jangka panjang dan stressor jangka pendek
2. Respon keluarga terhadap stress
3. Strategi koping yang digunakan
4. Strategi adaptasi yang disfungsional
g. Pemeriksaan fisik (Head to toe) :
Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota kelurga tisak
berbeda jauh dengan pemeriksaan fisik pada klien di klinik atau rumah sakit
yang meliputi pemeriksaan head to toe.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Manajemen Kesehatan Keluarga Tidak Efektif b.d Kompleksitas program
perawatan kesehatan. (D.0115) Hal 254
2. Ketidakpatuhan b.d ketidakadekuatan pemahaman keluarga tentang
penyakit hipertensi (D.0114) hal 252

C. Skoring Masalah dan Prioritas Masalah


NO KRITERIA SKOR BOBOT
1. Sifat masalah ;
- Actual 3
- Resiko 2 1
- Potensial 1

2. Kemungkinan masalah dapat diubah :


- Mudah
- Sebagian 2 2
- Tidak dapat 1
0
3. Potensi masalah untuk dicegah :
- Tinggi 3
- Sebagian 2 1
- Rendah 1

4. Menonjolnya masalah :
- Masalah dirasakan dan harus segera 2
ditangani
- Ada masalah tetapi tidak perlu 1 1
ditangani
- Masalah tidak dirasakan 0
Skoring :
a. Tentukan skor untuk setiap kriteria yang dibuat.
b. Skor dibagi dengan angka tertinggi kemudian dikalikan dengan bobot.
Skor : Angka tertnggi x Bobot
c. Jumlahkanlah skor untuk semua kriteria (skor tertinggi sama dengan jumlah
bobot, yaitu 5).

D. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Keperawatan Rasional


Keperawatan Hasil

1 Manajemen Setelah melakukan Edukasi Kesehatan (1.12383)


Kesehatan tindakan keperawatan Terapeutik

Keluarga Tidak selama 1x24 jam maka 1.Sediakan materi dan media *Untuk mempersiapkan media
diharapkan Manajemen pendidikan kesehatan yang dilakukan saat pendkes
Efektif b.d
Kesehatan 2.Jadwal pendidikan kesehatan *Agar terjadwal dengan rapi
Kompleksitas
KeluargaMeningkat sesuai kesehatan
program
dengan kriteria hasill : 3.Berikan kesempatan untuk *Agar informasi lebih mudah
perawatan
1. Kemampuan bertanya tersampaikan
kesehatan. menjelaskan masalah Edukasi
(D.0115) kesehatan yang dialami 1.Berikan penjelasan pada *Memberikan pemahaman kepada
meningkat keluarga tentang diet dan pasien tentang bagaimana pola
2. Aktivitas keluarga mengkonsumsi makananan makanan dan diet pada penderita
mengatasi masalah sesuai dengan diet hipertensi. hipertensi.
kesehatan tepat
meningkat

2 (D.0114) hal 252 (L.12110) (I.12361) hal 26


Ketidakpatuhan hal 142 Dukungan kepatuhan
b.d Setelah dilakukan program pengobatan
ketidakadekuatan kunjungan rumah, Observasi:
- Mengidentifikasi
pemahaman diharapkan tingkat - Identifikasi kepatuhan
kepatuhan menjalani
keluarga tentang kepatuhan meningkat menjalani program program pengobatan
penyakit dengan kriteria hasil: pengobatan
hipertensi - Verbalisasi Terapeutik : - Untuk memecahkan
kemauan mematui - Diskusikan hal-hal suatu masalah yang
program atau yang dapat menghambat
perawatan/ mendukung atau berjalannya program
pengobatan menghambat pengobatan
meningkat berjalannya program
- Verbalisasi pengobatan
- Agar keluarga
mengikuti anjuran Edukasi :
mengetahui program
meningkat - Informasikan
pengobatan yang harus
program pengobatan
dijalani
yang harus dijalani

- Agar keluarga
- Informasikan
mengetahui manfaat
manfaat yang akan
yang akan diperoleh jika
diperoleh jika teratur
teratur menjalani
menjalani program
program pengobatan
pengobatan

- Agar keluarga tau


- Anjurkan pasien dan
tentang keadaan
keluarga melakukan
kesehatannya
konsultasi ke
pelayanan kesehatan
terdekat - Untuk memberikan
Kolaborasi informasi mengenai
- Kolaborasi penyakit hipertensi
pemberian penkes
pada keluarga
tentang penyakit
hipertensi

DAFTAR PUSTAKA

Renteng, S., & Simak, V. F. (2021). KEPERAWATAN KELUARGA. TOHAR


MEDIA.
Harnilawati, S. K. (2013). Konsep dan proses keperawatan keluarga. Pustaka As
Salam.
Audina, D., & Halimuddin, H. (2016). Usia, Jenis Kelamin Dan Klasifikasi
Hipertensi Dengan Jenis Stroke Di Rsud Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. Jurnal
Ilmiah Mahasiswa Fakultas Keperawatan, 1(1)
PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator
Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
PPNI (2016). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
PPNI (2016). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai