DOSEN PEMBIMBING:
NURBANI S.Kep,M.Kep
NIP. 197603282002122001
PEMBIMBING LAPANGAN:
DISUSUN OLEH:
FATIMA AZZAHRA
NIM. 191111004
2022
LEMBAR PENGESAHAN
PEMBIMBING PUSKESMAS
PEMBIMBING AKADEMIK
DISUSUN OLEH
FATIMA AZZAHRA
NIM. 191111004
i
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Konsep Keluarga
1. Definisi
2. Tipe Keluarga
Menurut (Kaakinen, Coehlo, Steele, & Robinson, 2018) tipe keluarga yang
berbeda memiliki kekuatan dan keterbatasan masing-masing yang mana hal ini
dapat berpengaruh terhadap kesehatan keluarga mereka. Terdapat beberapa tipe
keluarga diantaranya:
Single Family : Hidup sendiri dan tidak pernah menikah
3. Fungsi Keluarga
d) Fungsi perlindungan
e) Fungsi reproduksi
g) Fungsi ekonomi
a) Fungsi afektif
c) Fungsi reproduksi
d) Fungsi ekonomi
1. Pengertian
Diabetes mellitus atau penyakit kencing manis adalah penyakit yang ditan
dai dengan kadar glukosa darah yang melebihi normal (hiperglikemia) akibat tubu
h kekurangan insulin baik absolut maupun relative (Wiadnyani, 2021)
Diabetes mellitus adalah gangguan metabolisme yang ditandai dengan hip
erglikemia yang berhubungan dengan abnormalis metabolisme karbohidrat, lemak,
dan protein yang disebabkan oleh penurunan sekresi, insulin, atau penurunan sens
itivitas insulin atau keduanya dan menyebabkan komplikasi kronis mikrovaskular,
makrovaskular, dan neuropati (Goyal & Jialal, 2021)
Diabetes mellitus adalah sekelompok gangguan metabolisme yang
ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia) yang
diakibatkan dari kecacatan sekresi insulin, insulin action, atau keduanya. Tiga
komplikasi akut utama diabetes yang terkait dengan ketidakseimbangan jangka
pendek dalam kadar glukosa darah seperti hipoglikemia, ketoasidosis diabetik
(DKA), dan sindrom nonketotic hiperglikemik hiperosmolar (HHNS).
Hiperglikemia jangka panjang dapat berkontribusi pada komplikasi mikrovaskuler
kronis (penyakit ginjal dan mata) dan komplikasi neuropatik. Diabetes juga
dikaitkan dengan peningkatan terjadinya penyakit makrovaskular, termasuk
penyakit arteri koroner (infark miokard), penyakit serebrovaskular (stroke), dan
penyakit vaskular perifer. Ada beberapa jenis diabetes melitus. (Brunner &
Suddarth, 2020)
a. Tipe 1
Sekitar 5% sampai 10% pasien dengan diabetes memiliki diabetes tipe
1. Hal ini ditandai dengan penghancuran sel beta pankreas karena faktor
genetik, imunologi, dan mungkin lingkungan (misalnya, virus). Suntikan
insulin diperlukan untuk mengontrol kadar glukosa darah. Diabetes tipe 1
memiliki onset mendadak, biasanya sebelum usia 30 tahun.
b. Tipe 2
Sekitar 90% sampai 95% pasien dengan diabetes memiliki diabetes
tipe 2. Ini hasil dari penurunan sensitivitas terhadap insulin (resistensi insulin)
atau dari penurunan jumlah produksi insulin. Diabetes tipe 2 pertama kali
diobati dengan diet dan olahraga, dan kemudian dengan agen hipoglikemik
oral sesuai kebutuhan diabetes tipe 2 paling sering terjadi pada pasien dengan
usia lebih dari 30 tahun dan pada pasien dengan obesitas.
c. Gestational Diabetes mellitus
Gestational diabetes ditandai dengan setiap tingkat intoleransi glukosa
dengan onset selama kehamilan (trimester kedua atau ketiga). Risiko untuk
diabetes gestasional termasuk obesitas yang ditandai, riwayat pribadi diabetes
gestasional, glikosuria, atau riwayat keluarga diabetes yang kuat. Kelompok
etnis berisiko tinggi termasuk Hispanik Amerika, penduduk asli Amerika,
Asia Amerika, Afrika-Amerika, dan Kepulauan Pasifik. Ini meningkatkan
risiko gangguan hipertensi kehamilan.
2. Etiologi
3. Patofisiologi
Bentuk lain dari T1DM adalah diabetes autoimun laten orang dewasa
(LADA). Ini terjadi pada masa dewasa, seringkali dengan onset yang lebih lambat.
Tingkat kerusakan umumnya cepat pada anak-anak dan lebih cepat pada orang
dewasa. Autoantibodi terhadap sel pulau, insulin, asam glutamat dekarboksilase-
65 (GAD-65), dan transporter seng 8 (Zn T8) dapat dideteksi dalam serum pasien
tersebut. Antibodi ini berkurang dari waktu ke waktu dan tidak memiliki akurasi
diagnostik yang cukup untuk digunakan secara rutin untuk diagnosis, terutama
setelah tahun pertama. Dengan penghancuran progresif sel beta, ada sedikit atau
tidak ada sekresi insulin. Pasien-pasien ini umumnya tidak gemuk. Mereka lebih
rentan untuk mengembangkan gangguan autoimun lain seperti penyakit Addison,
penyakit Graves, tiroiditis Hashimoto, dan penyakit celiac. (Sapra & Bhandar,
2021)
T2DM adalah kondisi resistensi insulin dengan disfungsi sel beta terkait.
Awalnya, ada peningkatan kompensasi dalam sekresi insulin, yang
mempertahankan kadar glukosa dalam kisaran normal. Seiring perkembangan
penyakit, sel beta berubah, dan sekresi insulin tidak mampu mempertahankan
homeostasis glukosa, menghasilkan hiperglikemia. Sebagian besar pasien DMT2
mengalami obesitas atau memiliki persentase lemak tubuh yang lebih tinggi,
terdistribusi terutama di daerah perut. Jaringan adiposa ini sendiri meningkatkan
resistensi insulin melalui berbagai mekanisme inflamasi, termasuk peningkatan
pelepasan FFA dan disregulasi adipokin. Kurangnya aktivitas fisik, GDM
sebelumnya pada mereka dengan hipertensi atau dislipidemia juga meningkatkan
risiko mengembangkan T2DM. Data yang berkembang menunjukkan peran
disregulasi adipokin, peradangan. (Galicia-Garcia U, et al., 2020)
PATHWAY
Ketidakstabilan
Defisit pengetahuan Kurang terpapar informasi kadar glukosa darah
Resiko gangguan
Aliran perfusi tidak optimal perfusi perifer
tidak efektif
(Udjianti, 2013) (PPNI, SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Deficit perawatan diri
Idonesia) Definisi dan Indikator Diagnostik, 2017)
Gangguan
Apabila ada luka sulit sembuh Integritas
Kulit/Jaringan Gangguan rasa nyaman Muncul rasa tidak nyaman
(Udjianti, 2013) (PPNI, SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Idonesia) Definisi dan
Indikator Diagnostik, 2017)
4. Tanda dan Gejala
5. Komplikasi
6. Pemeriksaan Diagnostik
7. Penatalaksanaan
1. Periksa label pada pena insulin untuk memastikan Anda memiliki pena
insulin yang tepat untuk waktu yang tepat. Misalnya, jika Anda makan,
pastikan Anda memiliki pena insulin bertindak cepat Anda.
2. Tarik tutup pena dari pena insulin. Tempatkan tutup pena di atas meja.
3. Jika Anda menggunakan insulin berawan (seperti HUMULIN N
KwikPen), campur insulin dengan menggulung pena dengan lembut di
antara tangan Anda 10 kali dan kemudian memberi tip pena ke atas dan
ke bawah 10 kali. Insulin harus terlihat putih merata dan berawan tanpa
benjolan atau partikel. Terus mencampurnya sampai Anda tidak
melihat gumpalan.
4. Bersihkan segel karet di bagian atas pena insulin dengan penyeka
alkohol. Buang alkohol swab.
5. Ambil tab pelindung dari jarum pena baru. Buang tab itu.
6. Putar jarum pena ke bagian atas pena insulin sampai berhenti berputar.
Pastikan untuk menjaga jarum pena lurus saat Anda memutarnya.
7. Lepaskan tutup jarum luar. Letakkan di atas meja.
8. Tarik dari tutup jarum bagian dalam. Buang saja.
9. Pegang pena insulin sehingga Anda dapat membaca nama insulin.
Melihat jendela dosis, panggil ke 2 unit dengan memutar pemilih dosis
ke depan. Panah di tengah jendela dosis harus berbaris tepat ke dosis
yang Anda berikan. Jika Anda menekan melewati 2 unit, putar pemilih
dosis kembali sampai Anda berada di 2 unit.
10. Dengan jarum menunjuk ke atas, tekan tombol injeksi dengan kuat ke
meja atau dengan ibu jari Anda. Carilah tetes insulin untuk keluar dari
ujung jarum.
a. Jika tidak ada insulin yang keluar, tekan ke 2 unit dan tekan
tombol injeksi lagi.
b. Jika insulin masih belum keluar, tekan ke 2 unit dan tekan tombol
injeksi sekali lagi.
c. Jika insulin masih belum keluar, letakkan tutup jarum luar kembali
pada jarum. Putar jarum dari pena insulin dan masukkan ke dalam
wadah benda tajam Letakkan jarum baru pada pena insulin dan
ulangi langkah 8 hingga 14.
11. Pastikan jendela dosis menunjukkan nol. Jika tidak, putar pemilih dosis
kembali sampai menunjukkan nol.
12. Putar pemilih dosis ke depan untuk dial ke dosis yang Anda berikan.
Panah harus berbaris tepat dengan dosis yang Anda berikan.
a. Jika Anda tidak dapat menggunakan jumlah unit yang Anda
butuhkan, pena insulin mungkin hampir kosong.
b. Buang dan dapatkan yang baru dari lemari es sehingga Anda dapat
menyuntikkan dosis penuh sekaligus.
c. Jangan menyuntikkan dosis parsial atau membagi dosis menjadi 2
suntikan.
13. Gunakan swab alkohol baru untuk membersihkan kulit Anda dengan
lembut di tempat suntikan.
14. Pegang pena insulin di kepalan tangan Anda dengan ibu jari Anda pada
tombol injeksi. Berhati-hatilah untuk tidak menekan tombol injeksi
sebelum Anda menekan jarum ke kulit Anda.
15. Dengan lembut mencubit kulit Anda di tempat suntikan. Dalam satu
gerakan halus dan cepat, dorong seluruh jarum ke kulit Anda pada
sudut 90 derajat (lurus ke atas dan ke bawah). Dorong dengan lembut
sehingga Anda melihat lesung pipit kecil di kulit Anda di sekitar ujung
pena.
16. Tekan tombol injeksi ke bawah dengan kuat, berhati-hatilah untuk
tidak menekan pena ke kulit Anda lebih banyak. Setelah Anda
menekan tombol sampai ke bawah, terus menahannya dan perlahan-
lahan menghitung sampai 10. Ini memberi insulin waktu untuk keluar
dari pena. Anda juga harus melihat angka-angka di jendela dosis
kembali ke nol.
17. Setelah Anda menghitung sampai 10, lepaskan ibu jari Anda dari
tombol injeksi dan tarik jarum langsung dari kulit Anda. Jangan pernah
menggosok tempat suntikan setelah injeksi. Hal ini dapat membuat
insulin bekerja terlalu cepat. Jika Anda melihat setetes darah setelah
injeksi, tekan area ringan dengan jari atau jaringan Anda.
18. Letakkan tutup jarum luar besar kembali pada jarum. Jangan
menempatkan topi dalam kecil kembali.
19. Buka tutup jarum dari pena insulin. Putar ke arah yang berlawanan
yang Anda kenakan.
20. Masukkan jarum ke dalam wadah benda tajam Anda.
21. Letakkan tutup pena kembali pada pena insulin.
22. Simpan pena insulin pada suhu kamar jauh dari terlalu banyak panas,
terlalu banyak dingin, dan sinar matahari langsung.
3) Terapi kombinasi
4) Kombinasi insulin basal dengan GPL-1 RA
b. Manajemen Keperawatan
1) Edukasi terkait DM (Perawatan kaki, PHBS, edukasi tinggkat awal dan
lanjut)
2) Instruksikan pasien dan anggota keluarga tentang perawatan lanjutan
(Monitor kadar gula darah mandiri) dan tindakan darurat.
3) Memberikan instruksi verbal dan tertulis tertentu, termasuk tindakan dan
efek buruk dari semua obat; menunjukkan pemberian obat yang benar dan
mengamati demonstrasi kembali.
4) Menyarankan pasien untuk memakai gelang identifikasi medis dan untuk
membawa informasi obat tentang gangguan DMT2 setiap saat.
5) Berkolaborasi dengan ahli gizi terkait terapi nutrisi medis (diet)
6) Menganjurkan untuk latihan fisik disesuaikan dengan keadaan pasien
c. Diet Diabetes Melitus
Menurut (Ardiani, Permatasari, & Sugiatami, 2021) pengaturan pola
makan pada penderita DM ditujukan dengan mengurangi asupan gula dan
lemak akan menurunkan pemasukan glukosa dalam tubuh, sehingga
pemakaian energi dalam tubuh akan mengambil cadangan energi yang
tersimpan. Jika glukosa yang digunakan diubah menjadi energi, akan
menurunkan kadar glukosa dalam darah. Sumber makanan dan minuman yang
perlu dihindari pada penderita DM adalah makanan atau minuman yang
mengandung gula tinggi seperti kental manis, sirup tinggi gula, aneka kue
yang menggunakan tinggi gula, serta aneka makanan yang mengandung
indeks glikemik yang tinggi dan menaikkan kandungan gula darah.
Penerapan ‘isi piringku’ setiap kali konsumsi makan juga menjadi
penting pada penderita DM dan menerapkan 4 (empat) pilar gizi seimbang
yaitu mengkonsumsi makanan beraneka ragam dan bergizi seimbang dengan
membatasi asupan gula sebanyak 4 sendok makan (50 gram) per orang per
hari, menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat, memantau berat badan
secara teratur, dan melakukan aktifitas fisik (40). Studi sebelumnya
melaporkan bahwa terdapat bermacam tipe diet yang dapat diterapkan pada
penderita DM, salah satunya adalah diet mediterania yang menganjurkan
konsumsi minyak zaitun, ikan, sayurmayur, kacang-kacangan, dan
buahbuahan. Studi lainnya melaporkan bahwa diet yang dianjurkan adalah diet
keto, yaitu diet rendah karbohidrat dan tinggi asam lemak. Hal ini ditujukan
dengan konsumsi glukosa yang rendah, maka asam lemak dari keto akan
mengambil alih glukosa sebagai sumber tenaga. Manajemen diet yang sehat
diperlukan untuk mengatur pola makan sehingga penderita DM memperoleh
gizi seimbang, dimana asupan energi yang dikonsumsi sebanding dengan
aktifitas fisik yang dilakukan. Kelebihan gizi pada penderita DM dapat
menyebabkan obesitas. (Ardiani, Permatasari, & Sugiatami, 2021)
d. Senam Kaki Diabetik
(Putri & Nugroho, 2020 ) Intervensi senam kaki, merupakan aplikasi
tindakan keperawatan berupa Exercise promoting: Stretching yang dilakukan
secara sistematik dan teratur dengan gerakan slow-strech-hold bertujuan untuk
meningkatkan kekuatan otot. Dalam melakukan gerakan senam kaki selama 15
– 20 menit sel-sel otot kaki membutuhkan energi berupa suplai darah yang
berasal dari jantung disalurkan melalui arteri femoralis menunju ke poplitea
dan dorsalis pedis. Keadaan tersebut terlihat jelas dengan adanya kenaikan
nadi setelah treatment senam kaki 4 – 10 kali/menit, menunjukkan bahwa
jantung dalam hal ini sebagai sirkulasi sentral telah memberikan tambahan
energi bagi sel-sel otot yang digunakan pada saat senam kaki, juga didukung
dengan peningkatan tekanan sistolik setelah treatment senam kaki 5 – 10
mmHg.
Senam kaki merupakan gerakan untuk melatih otot kecil kaki dan
memperbaiki sirkulasi darah yang dilakukan dalam berbagai posisi seperti
duduk, berdiri maupun tiduran dengan tujuan untuk meningkatkan pemulihan
dan mengembalikan kapasitas kerja otot mempercepat penyembuhan luka, dan
meningkatan kepadatan volume mitokondria dan kapasitas oksidatif pada
jaringan otot kaki, ekstraksi oksigen perifer, vasodilator perifer, kapasitas otot,
curah jantung, penurunan kejadian restenosis dan tekanan akhir diastolic.
Maka diperlukan senam kaki yang dilakukan secara kontinyu dan sistematis
setiap harinya, hal ini dikarenakan efek dari senam kaki tersebut dapat
meningkatkan sensitifitas sel terhadap insulin sehingga gula darah akan masuk
ke sel untuk dilakukan proses metabolisme. Program olah raga berintensitas
memberikan berbagai efek yang bermanfaat, termasusk peningkatan
sensitifitas insulin dan perbaikan pengendalian glikemia sehingga manifestasi
komplikasi kaki tidak terjadi. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Santoso, bahwa sebelum dan sesudah dilakukan senam kaki
diperoleh hasil terdapat penurunan gula darah sewaktu yang signifikan setelah
dilakukan senam kaki pada pasien dengan diabetes mellitus baik pada
treatment I sampai treatment ke IV. (Putri & Nugroho, 2020 )
Asuhan keperawatan adalah suatu rangkaian kegiatan yang diberikan melalui prak
tek keperawatan kepada individu, untuk membantu menyelesaikan masalah kesehatan
individu tersebut dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan (Kholifah &
Widagdo, 2016)
1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan adalah sekumpulan tindakan yang digunakan oleh pera
wat untuk mengukur keadaan klien (keluarga) dengan memakai norma-norma kesehat
an keluarga maupun sosial, yang merupakan sistem yang terintegrasi dan kesanggupa
n keluarga untuk mengatasinya. Pengumpulan data difokuskan pada komponen-komp
onen yang berkaitan dengan penyakit diabetes mellitus.
Pengumpulan data tentang keluarga didapatkan dari berbagai sumber antara lain
: wawancara yang berkaitan dengan penyakit diabetes mellitus baik aspek fisik, menta
l, sosial, budaya, ekonomi, kebiasaan, lingkungan dan sebagainya. Pengamatan studi d
okumentasi diantaranya melalui hasil pemeriksaan kadar glukosa darah dan pemeriksa
an fisik. (Ariyani, 2019)
a. Identitas keluarga
1) Nama keluarga
2) Alamat atau tempat tinggal
3) Komposisi keluarga
4) Tipe keluarga
5) Latar belakang budaya
a) Kebiasaan makan. Kebiasaan makan keluarga berapa kali sehari, bagaimana
dengan menu makanannya apakah menu orang dewasa dan anak balita disam
akan, bagaimana pengolahan atau cara memasaknya, berapa banyak porsi ya
ng dihabiskan.
b) Pemanfaatan fasilitas kesehatan. Perilaku keluarga di dalam memanfaatkan f
asilitas kesehatan merupakan faktor penting dalam pengelolaan diabetes mell
itus. Ketidakmampuan keluarga dalam memanfaatkan fasilitas kesehatan yan
g ada akan menimbulkan komplikasi lebih lanjut dari diabetes mellitus
( (Suparjitno, 2014)
6) Status sosial ekonomi
a) Pendidikan. Tingkat pendidikan keluarga berpengaruh terhadap tindakan unt
uk mengatasi masalah keluarga tentang diabetes mellitus dengan benar dan te
pat termasuk cara pengelolaannya.
b) Pekerjaan dan penghasilan. Penghasilan yang tidak seimbang akan mempeng
aruhi keluarga dalam melakukan pengobatan dan perawatan pada anggota kel
uarga yang menderita diabetes mellitus. Ketidakmampuan keluarga merawat
anggota keluarga yang sakit salah satunya disebabkan oleh tidak seimbangny
a sumber-sumber yang ada di keluarga (Suptajitno, 2014).
7) Aktivitas
Aktivitas yang berlebihan atau tidak sesuai dengan keinginan yang membuat ses
eorang kehilangan banyak kalori, jika tidak didukung dengan asupan energi/kalo
ri yang seimbang akan mengakibatkan keadaan yang lebih buruk. Pada saat gula
darah pasien <100, anjurkanlah pasien untuk makan cemilan terlebih dahulu seb
elum melakukan aktivitas yang berlebihan
b. Tahap dan riwayat perkembangan
Tahap perkembangan keluarga ditentukan oleh usia anak tertua dari keluarga inti,
riwayat kesehatan keluarga inti, riwayat kesehatan masing-masing anggota keluar
ga, perhatian terhadap upaya pencegahan penyakit, upaya dan pengalaman keluar
ga terhadap pelayanan kesehatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan kesehatan
(Suparjitno, 2014)
c. Data lingkungan
1) Karakteristik rumah, yang menjelaskan tentang hasil identifikasi rumah yang di
huni keluarga meliputi luas, tipe, jumlah, ruangan, pemanfaatan ruangan, jumlah
ventilasi, peletakan perabot rumah tangga, sarana pembuangan air limbah, dan k
ebutuhan MCK, keadaan akan lebih mudah dipelajari bila digambar dengan den
ah.
2) Karakteristik tetangga dan komunitasnya, menjelaskan tentang karakteristik dari
tetangga dan komunitas setempat.
3) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat, menjelaskan mengenai
waktu yang digunakan keluarga untuk berkumpul serta perkumpulan keluarga y
ang ada dan sejauh mana keluarga berinteraksi dengan masyarakat sekitarnya.
d. Struktur keluarga
1) Pola komunikasi keluarga, menjelaskan bagaimana cara keluarga berkomunikasi,
siapa pengambil keputusan utama, dan bagaimana peran anggota keluarga dala
m menciptakan komunikasi.
2) Nilai atau norma keluarga, menjelaskan nilai atau norma yang dipelajari dan dia
nut oleh keluarga yang berhubungan dengan kesehatan.
3) Struktur peran, menjelaskan peran masing-masing anggota keluarga secara form
al maupun informal baik di keluarga atau di masyarakat.
e. Fungsi keluarga
1) Fungi sosialisasi, menjelaskan tentang hubungan anggota keluarga, sejauh mana
anggota keluargabelajar tentang disiplin, nilai, norma, budaya, dan perilaku yan
g berlaku di keluarga dan masyarakat.
2) Fungsi afektif, hal yang perlu dikaji yaitu gambaran diri anggota keluarga, peras
aan memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan anggota keluarga, bagaima
na keluarga mengembangkan sikap saling menghargai.
3) Fungsi pemenuhan atau pemeliharaan kesehatan, tujuan pengkajian yang berkait
an dengan tugas keluarga di bidang kesehatan :
a) Mengetahui kemampuan keluarga untuk mengenal masalah kesehatan. Hal y
ang perlu dikaji adalah sejauh mana kemampuan keluarga untuk dapat menge
tahui fakta dari masalah kesehatan yang sedang dialami, meliputi pengertian,
tanda dan gejala, penyebab, faktor yang mempengaruhi serta persepsi keluarg
a terhadap masalah kesehatan terutama yang dialami anggota keluarga.
Skoring :
a. Tentukan skor untuk setiap kriteria yang dibuat.
b. Skor dibagi dengan angka tertinggi kemudian dikalikan dengan bobot.
Skor : Angka tertinggi x Bobot.
c. Jumlahkanlah skor untuk semua kriteria ( Skor tertinggi sama dengan
jumlah bobot, yaitu 5).
d. Setelah melakukan scoring maka dilakukan perioritas masalah dimana
score yang paling tinggi menjadi diagnose pertama dan diikuti dengan
jumlah score dibawahnya.
Ardiani, H. E., Permatasari, T. A., & Sugiatami. (2021). Obesitas, Pola Diet, dan
Aktifitas Fisik dalam Penanganan Diabetes Melitus pada Masa Pandemi
Covid-19. Muhammadiyah Journal od Nutrition and Food Since, 1-12.
Ariyani, N. (2019). KTI Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Diabetes Melitus
di Wilayah Kerja Puskesmas Sempaja Samarinda. Samarinda: Poltekkes
Kalimantan Timur.
BKKBN. (2017). Penanaman dan Penerapan Nilai Karakter melalui 8 Fungsi
Keluarga. Jakarta: BKKBN.
Brunner, & Suddarth. (2020). Text Book Of Medical Surgical Nursing 12th
Edition. China: LWW.
Crasto, W., Jarvis, J., & Davies, M. J. (2016). Handbook of Insulin Therapies.
Switzerland: Springer International Publishing .
Dr. dr. Eva Decroli, S.-K. F. (2019). Diabetes Melitus Tipe 2. Padang: Pusat
Penerbitan Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Andalas.
Galicia-Garcia U, B.-V., Jebari, Larrea-Sebal, Siddiqi, Uribe, Ostolaza, & Martín.
(2020). Pathophysiology of Type 2 Diabetes Mellitus. International
Journal of Melecular Sciences, 1-34.
Goyal, & Jialal. (2021). Diabetes Mellitus Type 2. United State: StatPearls
Publishing.
Kaakinen, J. r., Coehlo, D. P., Steele, R., & Robinson, M. (2018). Family Health
Care Nursing Theory, Practice, and Research, Sixth Edition. Dalam J. R.
Kaakinen, Family Health Care Nursing (hal. 3-51). Philadelphia: E.A.
Davis Company.
Kemenkes. (2017). Keluarga Sehat Wujudkan Indonesia Sehat. Jakarta: Warta
Kesmas.
Kholifah, S. N., & Widagdo, W. (2016). Keperawatan Keluarga dan Komunitas.
Jakarta: Kemenkes RI.
PERKENI. (2021). Pedoman Pemantauan Glukosa Darah Mandiri 2021. Jakarta:
PERKENI.
PERKENI. (2021). Pedoman Petunjuk Praktis Terapi Insulin Pada Pasien
Diabetes Melitus-2021. Jakarta: PERKENI.
PPNI. (2017). SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Idonesia) Definisi dan
Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
PPNI. (2018). SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Idonesia) Definisi dan
Tindakan Keperawatan. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
PPNI. (2019). SLKI (Standar Luaran Keperawatan Idonesia) Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Putri, D. S., & Nugroho, E. G. (2020 ). Senam Kaki Diabetik sebagai Upaya
Paningkatan Self Care pada Pasien Diabetes Melitus di Rumah Sakit
Mardirahayu Kudus. Jurnal Pengabdian Kesehatan STIKES Cendekia
Utama Kudus, 132-140.
Renteng, S., & Simak, V. F. (2021). Keperawatan Keluarga. Jakarta: Tohar
Media.
Sapra, & Bhandar. (2021). Diabetes Melitus. UK: StatPearls.
Suparjitno. (2014). Konsep Keperawatan Keluarga. Jakarta: EGC.
Udjianti, W. J. (2013). Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika.
Wiadnyani, N. P. (2021). Asuhan Keperawatan Ketidakstabilan Kadar Glukosa
Darah Pada Ny.S Dengan Diabetes Mellitus Tipe Ii Di Ruang Astina Rsud
Sanjiwani Gianyar Tahun 2021. Jombang: Diploma thesis, Jurusan
Keperawatan 2021.
KEPERAWATAN KELUARGA
DOSEN PEMBIMBING:
NURBANI S.Kep,M.Kep
NIP. 197603282002122001
PEMBIMBING LAPANGAN:
DISUSUN OLEH:
FATIMA AZZAHRA
NIM. 191111004
2022
LEMBAR PENGESAHAN
PEMBIMBING PUSKESMAS
PEMBIMBING AKADEMIK
DISUSUN OLEH
FATIMA AZZAHRA
NIM. 191111004
A. Pengkajian Keluarga
1. Data Umum
Nama Kepala Keluarga : Tn. K
Umur : 67 tahun
Alamat : Jl. Ahmad Yani, GG. Arsyad Sutin, No.6,
032/013 Pasiran, Singkawang Barat
Pekerjaan Kepala Keluarga : Pensiunan dinas perhubungan
Pendidikan Kepala Keluarga : SLTA
Agama : Islam
Suku bangsa : Melayu, Indonesia
No Nama JK Hub dgn KK Umur Pendidikan Agama Pekerjaan
KK ke-2
Komposisi keluarga
2. Genogram
X X X X
Keterangan
: Laki-Laki X : Meninggal
: Perempuan ------- : serumah
3. Tipe keluarga
Keluarga Tn. K memilki tipe keluarga extanded family, karena
keluarga Tn.K terdiri dari dua kepala keluarga yang tinggal dalam satu
rumah.
4. Status social ekonomi keluarga
Tn. K merupakan pensiunan PNS dan memiliki gaji pensiun. Ny. N
merupakan seorang penjahit yang membantu perekonomian keluarga.
Anak dari Tn. K yaitu Ny.U merupakan ibu rumah tangga yang mengurus
kedua anaknya dan suaminya Tn.U bekerja sebagai PNS. Penghasilan
keluarga Tn. K + Rp. 7.000.000/ bulanSuku Bangsa
Keluarga Tn. K berasal dari suku melayu atau Indonesia,
kebudayaan yang dianut tidak bertentangan dengan masalah kesehatan dan
bahasa yang digunakan sehari-hari adalah bahasa melayu.
5. Aktivitas rekreasi keluarga
Kegiatan yang dilakukan keluarga untuk rekreasi adalah menonton
TV, makan bersama di luar dan sesekali bertamasya ke tempat wisata atau
pusat perbelanjaan yang ada di daerah Singkawang. Kadang-kadang
berkumpul dengan sanak saudara saat ada acara keluarga dan lebaran.
7. Lingkungan
a. Karakteristik rumah
Tempat tinggal Tn. K memiliki luas 114,75 m, Tipe rumah 45,
milik sendiri. Rumah Tn. K memiliki kamar/ ruangan sebanyak 10
ruangan, Ventilasi/ penerangan cukup, dengan pemanfaatan ruangan :
1 ruang tamu, 3 kamar tidur, 1 Toko An.K, 1 R keluarga, 1 dapur, 1
ruang makan, 2 kamar mandi satu ruang cuci baju. Rumah Tn. K
memiliki 1 Septik tenk, jarak pembuangan (Septik tenk) dengan
sumber mata air ±10m. Keluarga Tn. K menggunakan sumber air
minum dari air hujan. Tersedia tempat sampah, untuk limbah rumah
tangga ada di belakang rumah dan biasanya dibuang sehari sekali, ada
petugas kebersihan yang datang kerumah.
8. Struktur Keluarga
9. Fungsi Keluarga
a. Fungsi Afektif: Ny. N mengatakan bahwa setiap anggota keluarga
dalam rumah dapat saling terbuka dalam menyampaikan pendapat
b. Fungsi Sosialisasi: Hubungan antaranggota keluarga dalam rumah
berjalan dengan baik. Hubungan anggota keluarga dengan tetangga
juga baik apalagi keluarga Tn. K tergolong paling lama tinggal di
wilayah tersebut.
c. Fungsi Perawatan Keluarga: Tn. K mengatakan sudah lama menderita
diabetes, namun keluarga hanyak sekedar tahu penyakit gula darah dan
tidak terlalu paham secaara rinci mengenai penyakit diabetes melitus
itu sendiri. Tn. K mengatakan rutin berkunjung ke puskesmas untuk
mengambil obat DM dan Hipertensinya. Keluarga mengatakan cara
merawat keluarga dengan Diabetes melitus hanya dengan tidak makan
dan minum gula berlebih dan sempat mendapat edukasi terkait diet
untuk diabetes melitus tetapi keluarga tidak terlalu paham dengan apa
yang dijelaskan sehingga tidak mengikuti anjuran yang diberikan.
Pemeriksaan Jantung:
Fisik Tidak terdapat tonjolan dan massa pada dada, tidak ada
retraksi intercostae, terdengar dullness pada perkusi batas
jantung, BJ 1 dan BJ 2 terauskultasi normal, serta tidak
terdapat mur-mur dan gallop.
Paru-paru:
Pengembangan simetris, warna dada sama dengan kulit lainnya
(tidak terdapat lebam, kebiruan), tidak terdapat tonjolan
abnormal, pernafasan 21 x/menit, tactil fremitus sama kiri dan
kanan, bunyi nafas terauskultasi vesikuler, dan
tidak terdapat suara tambahan.
Abdomen:
Perut terlihat datar dan warnanya sama dengan kulit lainnya
(tidak ada lebam, kemerahan), perut teraba lemas, tidak terdapat
nyeri tekan, tidak teraba massa, hepar tidak teraba, bising usus
terdengar 10x/menit
Ekstremitas:
Terlihat bahu simetris, warna sama dengan kulit, tidak teraba
luka, tidak terdapat tonjolan. Cara berjalan pasien pincang post
stroke. Tubuh sebelah kiri ototnya agak lemah namun masih dapat
melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri
kekuatan otot: 5555 4444
5555 4444
Kulit:
Kulit terlihat bersih, tidak bau, warna sawo matang, tidak ada lesi,
senstifitas terhadap benda tumpul dan tajam baik.
Kepala:
Bentuk kepala dan muka simetris, klien dapat merasakan
benda tumpul dan tajam, gerakan pipi, rahang, dan alis
simetris.
Leher:
Bentuk simetris, warna sama dengan kulit, tidak terdapat
pembesaran vena juguralis dan tiroid. Tidak terdapat massa.
Dapat bergerak proposional ke kiri, kanan, atas, dan bawah tanpa
ada nyeri.
Telinga:
Daun telinga simetris kiri dan kanan, bersih, tidak ada benjolan,
tidak bengkak, tidak ada nyeri tekan, tidak ada serumen. Klien
dapat mendengar dengan baik.
Mata:
Isokor, bola mata dapat mengikuti arah gerakan tangan pemeriksa,
tidak ada nyeri tekan, diameter pupil + 2 mm, reaksi cahaya +/+,
konjungtiva tidak anemis, kornea tidak ikterik, memakai kacamata
jika membaca.
Mulut dan hidung:
Bibir simetris, mukosa lembab, lidah simetris, dapat bergerak ke
kiri dan ke kanan, tidak pucat, lidah dapat merasakan asam, asin,
dan manis dengan baik.
Bentuk simetris, warna kulit sama dengan kulit sekitarnya, tidak
terdapat lesi atau cairan, mukosa hidung lembab, terdapat bulu
hidung, uji penciuman baik.
TD Nadi Nafas Suhu
No Nama
(mmHg) (x/menit) (x/menit) (oC)
Pemeriksaan Jantung:
Fisik Tidak terdapat tonjolan dan massa pada dada, tidak ada retraksi
intercostae, terdengar dullness pada perkusi batas jantung, BJ 1
dan BJ 2 terauskultasi normal, serta tidak
terdapat mur-mur dan gallop.
Paru-paru:
Pengembangan simetris, warna dada sama dengan kulit lainnya
(tidak terdapat lebam, kebiruan), tidak terdapat tonjolan abnormal
(juga pada payudara), pernafasan 19 x/menit, tactil fremitus sama
kiri dan kanan, bunyi nafas terauskultasi vesikuler dan tidak
terdapat suara tambahan.
Abdomen:
Perut terlihat bulat dan warnanya sama dengan kulit lainnya
(tidak ada lebam, kemerahan), perut teraba lemas, tidak
terdapat nyeri tekan, tidak teraba massa, hepar tidak teraba,
bising usus terdengar 9 x/menit
Ekstremitas:
Terlihat bahu simetris, warna sama dengan kulit, tidak terdapat
tonjolan, dapat mengangkat dan menahan beban
dengan baik, refleks brachioradialis normal kiri dan kanan, refleks
patela normal kiri dan kanan,
kekuatan otot: 5555 5555
5555 5555
Kulit:
Kulit terlihat bersih, tidak bau, warna sawo matang, elastis,
tidak ada lesi, senstifitas terhadap benda tumpul dan tajam baik.
Kepala:
Bentuk kepala dan muka simetris, klien dapat merasakan
benda tumpul dan tajam, gerakan pipi, rahang, dan alis
simetris.
Leher:
Bentuk simetris, warna sama dengan kulit, tidak terdapat
pembesaran JVP dan tiroid. Tidak terdapat massa. Dapat
bergerak proposional ke kiri, kanan, atas, dan bawah tanpa ada
nyeri.
Telinga:
Daun telinga simetris kiri dan kanan, bersih, tidak ada benjolan,
tidak bengkak, tidak ada nyeri tekan, tidak ada serumen. Klien
dapat mendengar dengan baik.
Mata:
Isokor, bola mata dapat mengikuti arah gerakan tangan pemeriksa,
tidak ada nyeri tekan, diameter pupil + 2 mm, reaksi cahaya +/+,
konjungtiva tidak anemis, kornea tidak ikterik.
Pemeriksaan Jantung:
Fisik Tidak terdapat tonjolan dan massa pada dada, tidak ada
retraksi intercostae, terdengar dullness pada perkusi batas
jantung, BJ 1 dan BJ 2 terauskultasi normal, serta tidak
terdapat mur-mur dan gallop.
Paru-paru:
Pengembangan simetris, warna dada sama dengan kulit lainnya
(tidak terdapat lebam, kebiruan), tidak terdapat tonjolan
abnormal, pernafasan 20 x/menit, tactil fremitus sama kiri dan
kanan, bunyi nafas terauskultasi vesikuler, dan tidak terdapat
suara tambahan.
Abdomen:
Perut terlihat bulat dan warnanya sama dengan kulit lainnya
(tidak ada lebam, kemerahan), perut teraba lemas, tidak terdapat
nyeri tekan, tidak teraba massa, hepar tidak teraba, bising usus
terdengar 9 x/menit
Ekstremitas:
Terlihat bahu simetris, warna sama dengan kulit, tidak terdapat
tonjolan, dapat mengangkat dan menahan beban dengan baik,
refleks brachioradialis normal kiri dan kanan, refleks patela
normal kiri dan kanan,
kekuatan otot: 5555 5555
5555 5555
Kulit:
Kulit terlihat bersih, tidak bau, warna gelap, elastis, tidak ada lesi,
senstifitas terhadap benda tumpul dan tajam baik.
Kepala:
Bentuk kepala dan muka simetris, klien dapat merasakan
benda tumpul dan tajam, gerakan pipi, rahang, dan alis
simetris.
Leher:
Bentuk simetris, warna sama dengan kulit, tidak terdapat
pembesaran JVP dan tiroid. Tidak terdapat massa. Dapat
bergerak proposional ke kiri, kanan, atas, dan bawah tanpa ada
nyeri.
Telinga:
Daun telinga simetris kiri dan kanan, bersih, tidak ada benjolan,
tidak bengkak, tidak ada nyeri tekan, tidak ada
serumen. Klien dapat mendengar dengan baik.
Mata:
Isokor, bola mata dapat mengikuti arah gerakan tangan pemeriksa,
tidak ada nyeri tekan, diameter pupil + 2 mm, reaksi cahaya +/+,
konjungtiva tidak anemis, kornea tidak
ikterik.
Mulut dan hidung:
Bibir simetris, mukosa lembab, lidah simetris, dapat bergerak ke
kiri dan ke kanan, tidak pucat, lidah dapat merasakan asam, asin,
dan manis dengan baik.
Bentuk simetris, warna kulit sama dengan kulit sekitarnya, tidak
terdapat lesi atau cairan, mukosa hidung lembab, terdapat bulu
hidung, uji penciuman baik.
TD Nadi Nafas Suhu
No Nama
(mmHg) (x/menit) (x/menit) (oC)
Pemeriksaan Jantung:
Fisik Tidak terdapat tonjolan dan massa pada dada, tidak ada
retraksi intercostae, terdengar dullness pada perkusi batas
jantung, BJ 1 dan BJ 2 terauskultasi normal, serta tidak
terdapat mur-mur dan gallop.
Paru-paru:
Pengembangan simetris, warna dada sama dengan kulit lainnya
(tidak terdapat lebam, kebiruan), tidak terdapat tonjolan
abnormal (juga pada payudara), pernafasan 21 x/menit, tactil
fremitus sama kiri dan kanan, bunyi nafas terauskultasi vesikuler
dan tidak terdapat suara tambahan.
Abdomen:
Perut terlihat bulat dan warnanya sama dengan kulit lainnya
(tidak ada lebam, kemerahan), perut teraba lemas, tidak terdapat
nyeri tekan, tidak teraba massa, hepar tidak teraba,
bising usus terdengar 8 x/menit.
Ekstremitas:
Terlihat bahu simetris, warna sama dengan kulit, tidak terdapat
tonjolan, dapat mengangkat dan menahan beban dengan baik,
refleks brachioradialis normal kiri dan kanan, refleks patela
normal kiri dan kanan,
kekuatan otot: 5555 5555
5555 5555
Kulit:
Kulit terlihat bersih, tidak bau, warna sawo matang, elastis,
tidak ada lesi, senstifitas terhadap benda tumpul dan tajam baik.
Kepala:
Bentuk kepala dan muka simetris, klien dapat merasakan
benda tumpul dan tajam, gerakan pipi, rahang, dan alis
simetris.
Leher:
Bentuk simetris, warna sama dengan kulit, tidak terdapat
pembesaran JVP dan tiroid. Tidak terdapat massa. Dapat
bergerak proposional ke kiri, kanan, atas, dan bawah tanpa ada
nyeri.
Telinga:
Daun telinga simetris kiri dan kanan, bersih, tidak ada benjolan,
tidak bengkak, tidak ada nyeri tekan, tidak ada serumen. Klien
dapat mendengar dengan baik.
Mata:
Isokor, bola mata dapat mengikuti arah gerakan tangan pemeriksa,
tidak ada nyeri tekan, diameter pupil + 2 mm, reaksi cahaya +/+,
konjungtiva tidak anemis, kornea tidak ikterik.
B. Analisa Data
dijelaskan. beresiko
DO :
Tn. K cukup kooperatif dan
bisa berdiskusi dengan baik.
GDP : 140 mg/dl.
2 DS : Pola penanganan kesehatan Manajemen
dalam keluarga tidak kesehatan keluarga
Tn. K mengatakan sudah
memulihkan kondisi kesehatan tidak efektif
mempunyai DM + 37 tahun
keluarga (D.0115) hal. 254
dan rutin ke puskesmas tiap
bulannya
Ny. N mengetahui Tn. K
Kompleksitas program
mengalami DM tetapi dan
perawatan
tidak mengetahui secara rinci.
Ny. N mengatakan pasien
hanya menghindari konsumsi
Keluarga mengungkapkan tidag
gula yang berlebihan,
memahami masalah diabetes
perawatan DM lainnya pasien
melitus yang dialami oleh Tn.K
belum tahu, dan ingin
mengetahui.
Tn. K mengatakan selalu
Manajemen kesehatan keluarga
melakukan cek kesehatan
setiap bulannya di puskesmas
Ny. N mengatakan hanya tahu tidak efektif
suaminya tidak boleh
mengkonsumsi gula secara
berlebihan.
Tn. K mengatakan rutin
meminum obat yang diambil
di puskesmas tiap bulannya.
Tn. K mengatakan ingin
meningkatkan gaya hidup
sehat yang lebih baik.
DO :
C. Diagnosa Keperawatan
No Diagnosa keperawatan
D. Skoring Data
1. Perilaku kesehatan cenderung beresiko b.d ketidakmampuan keluarga
mengenal diabetes melitus (D.0099) hal. 216
Jumlah 4.3
Jumlah 3,9
Keluarga cukup
kooperatif saat dilakukan
pengkajian dan mau
bertanya,
A:
Perilaku kesehatan
cenderung beresiko belum
teratasi
P:
Intervensi dilanjutkan
O:
Keluaraga mau
berdiskusi dan cukup
kooperatif saat dilakukan
kunjungan
A:
Manajemen kesehatan
keluarga tidak efektif
belum teratasi
P:
Intervensi dilanjutkan
Keluarga cukup
kooperatif saat diberikan
penkes.
A:
Perilaku kesehatan
cenderung beresiko teratasi
sebagian
P:
Intervensi dilanjutkan
2 Rabu, 22 1.Memfasilitasi keluarga mendiskusikan S:
February 2022 masalah kesehatan yang dialami
Keluarga mengatakan
2.Mempertahankan hubungan timbal balik
16.00 akan mengubah PHBS
antara keluarga dan fasilitas pelayanan
khususnya di pola makan
Kesehatan
agar memperkecil
3.Libatkan keluarga dalam mengambil
kemungkinan untuk
keputusan untuk melakukan tindakan yang
terjadi komplikasi
tepat
diabetes melitus pada Tn.
4. Memberikan edukasi kepada keluarga
K
O:
Keluarga cukup
kooperatif saat dilakukan
diskusi
A:
P:
Intervensi dilanjutkan
Keluarga cukup
kooperatif saat diberikan
penkes.
A:
Perilaku kesehatan
cenderung beresiko sudah
teratasi
P:
Intervensi dihentikan
Keluarga cukup
kooperatif saat dilakukan
diskusi
A:
P:
Intervensi dihentikan.
LEMBAR PENGESAHAN
Satuan Acara Penyuluhan (SAP) ini berjudul : Edukasi Pengetahuan dan Perawatan Keluarga
dengan Anggota Keluarga yang Memiliki Diabetes Melitus.
PEMBIMBING PUSKESMAS
PEMBIMBING AKADEMIK
DISUSUN OLEH
FATIMA AZZAHRA
NIM. 191111004
SATUAN ACARA PENYULUHAN
A. Tujuan
a. Tujuan umum
Setelah dilakukan tindakan penyuluhan Kesehatan maka Tn. K dan keluarga
mampu mengetahui dan bisa merawat Tn. K dengan diabetes mellitus tipe 2 di rumah
dengan baik dan benar untuk mencegah lebih lanjut komplikasi yang bisa terjadi dan
cara penggunaan insulin yang benar agar bisa mengontrol kadar glukosa dalam darah.
b. Tujuan khusus
Setelah dilakukan tindakan keperawatan yaitu pemberian Pendidikan Kesehatan
terkait diabetes melitus tipe 2 dan penggunaan insulin yaitu selama 1 x 35 menit
diharapkan pasien dan keluarga dapat :
- Mengetahu Diabetes Melitus tipe 2
- Mengetahui perawatan Diabetes melitus tipe 2 dirumah
C. Manfaat
1. Bagi Puskesmas
Sebagai masukan bagi puskesmas dalam upata peningkatan pelayana masalah pada
klien dengan diabetes melitus tipe 2 (T2DM).
2. Bagi klien
Sebagai masukan dan pengetahuan tentang diabetes melitus tipe 2 (T2DM), dan
perawatan di rumah.
3. Bagi mahasiswa/i
Untuk sarana menambah wawasan dan mengaaplikasikan ilmu pengetahuan yang
didapat selama kuliah.
D. Strategi Pelaksanaan
E. Pelaksanaan penyuluhan
F. Kriteria Evaluasi
a. Evaluasi Struktur.
1) Audiens mengikuti penyuluhan
2) Tempat dan alat tersedia sesuai perencanaan
3) Peran dan tugas mahasiswa sesuai perencanaan
b. Evaluasi Proses.
1) Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan waktu perencaanan
2) Peserta penyuluhan mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
3) Audiens, moderator, penyaji dan observer serta fasilitator berperan aktif
selama kegiatan berlangsung
c. Evaluasi Hasil.
Setelah dilakukan penyuluhan, pasien dan keluarga mampu :
1) Menyebutkan pengetian diabetes melitus
2) Menyebutkan perawatan diabetes melitus di rumah
G. Materi
Insulin adalah pengobatan yang efektif untuk orang dengan T2DM dan
dapat dikombinasikan dengan agen penurun glukosa lainnya dan digunakan pada
setiap tahap penyakit. Meskipun sebagian besar orang yang menggunakan insulin
tidak mengalami efek samping yang signifikan, hipoglikemia yang diinduksi obat
dan penambahan berat badan adalah masalah utama baik bagi pasien dan
profesional perawatan kesehatan. Ketika memulai insulin, penting untuk
memberikan pasien dengan informasi yang relevan termasuk jenis insulin yang
digunakan, mekanisme dan durasi aksi insulin, rejimen insulin, efek samping
potensial dari terapi insulin, cara pengiriman, dan pentingnya pemantauan
glukosa darah. Jika individu memahami bahwa T2DM adalah penyakit progresif
dan bahwa selama seumur hidup kebanyakan orang dengan T2DM pada akhirnya
akan membutuhkan insulin untuk mencapai kontrol glikemik yang memadai,
maka perasaan gagal dapat dicegah. Konsultasi terperinci sebelum inisiasi insulin
harus mengatasi kecemasan atau ketakutan apa pun. Masalah praktis seperti tahap
terapi insulin – inisiasi, optimalisasi, dan intensifikasi rejimen – harus
didiskusikan dan target glikemik disepakati dengan pasien. Jika relevan, saran
tentang mengemudi yang aman juga harus ditekankan. Hak mengemudi dan
undang-undang untuk pasien dengan diabetes bervariasi antar negara dan perlu
dikomunikasikan dengan jelas. Cara Memberikan Suntikan Insulin : (Crasto,
Jarvis, & Davies, 2016)
1. Periksa label pada pena insulin untuk memastikan Anda memiliki pena insulin
yang tepat untuk waktu yang tepat. Misalnya, jika Anda makan, pastikan Anda
memiliki pena insulin bertindak cepat Anda.
2. Tarik tutup pena dari pena insulin. Tempatkan tutup pena di atas meja.
3. Jika Anda menggunakan insulin berawan (seperti HUMULIN N KwikPen),
campur insulin dengan menggulung pena dengan lembut di antara tangan
Anda 10 kali dan kemudian memberi tip pena ke atas dan ke bawah 10 kali.
Insulin harus terlihat putih merata dan berawan tanpa benjolan atau partikel.
Terus mencampurnya sampai Anda tidak melihat gumpalan.
4. Bersihkan segel karet di bagian atas pena insulin dengan penyeka alkohol.
Buang alkohol swab.
5. Ambil tab pelindung dari jarum pena baru. Buang tab itu.
6. Putar jarum pena ke bagian atas pena insulin sampai berhenti berputar.
Pastikan untuk menjaga jarum pena lurus saat Anda memutarnya.
7. Lepaskan tutup jarum luar. Letakkan di atas meja.
8. Tarik dari tutup jarum bagian dalam. Buang saja.
9. Pegang pena insulin sehingga Anda dapat membaca nama insulin. Melihat
jendela dosis, panggil ke 2 unit dengan memutar pemilih dosis ke depan.
Panah di tengah jendela dosis harus berbaris tepat ke dosis yang Anda berikan.
Jika Anda menekan melewati 2 unit, putar pemilih dosis kembali sampai Anda
berada di 2 unit.
10. Dengan jarum menunjuk ke atas, tekan tombol injeksi dengan kuat ke meja
atau dengan ibu jari Anda. Carilah tetes insulin untuk keluar dari ujung jarum.
a. Jika tidak ada insulin yang keluar, tekan ke 2 unit dan tekan tombol
injeksi lagi.
b. Jika insulin masih belum keluar, tekan ke 2 unit dan tekan tombol injeksi
sekali lagi.
c. Jika insulin masih belum keluar, letakkan tutup jarum luar kembali pada
jarum. Putar jarum dari pena insulin dan masukkan ke dalam wadah benda
tajam Letakkan jarum baru pada pena insulin dan ulangi langkah 8 hingga
14.
11. Pastikan jendela dosis menunjukkan nol. Jika tidak, putar pemilih dosis
kembali sampai menunjukkan nol.
12. Putar pemilih dosis ke depan untuk dial ke dosis yang Anda berikan. Panah
harus berbaris tepat dengan dosis yang Anda berikan.
a. Jika Anda tidak dapat menggunakan jumlah unit yang Anda butuhkan,
pena insulin mungkin hampir kosong.
b. Buang dan dapatkan yang baru dari lemari es sehingga Anda dapat
menyuntikkan dosis penuh sekaligus.
c. Jangan menyuntikkan dosis parsial atau membagi dosis menjadi 2
suntikan.
13. Gunakan swab alkohol baru untuk membersihkan kulit Anda dengan lembut di
tempat suntikan.
14. Pegang pena insulin di kepalan tangan Anda dengan ibu jari Anda pada tombol
injeksi. Berhati-hatilah untuk tidak menekan tombol injeksi sebelum Anda
menekan jarum ke kulit Anda.
15. Dengan lembut mencubit kulit Anda di tempat suntikan. Dalam satu gerakan
halus dan cepat, dorong seluruh jarum ke kulit Anda pada sudut 90 derajat
(lurus ke atas dan ke bawah). Dorong dengan lembut sehingga Anda melihat
lesung pipit kecil di kulit Anda di sekitar ujung pena.
16. Tekan tombol injeksi ke bawah dengan kuat, berhati-hatilah untuk tidak
menekan pena ke kulit Anda lebih banyak. Setelah Anda menekan tombol
sampai ke bawah, terus menahannya dan perlahan-lahan menghitung sampai
10. Ini memberi insulin waktu untuk keluar dari pena. Anda juga harus melihat
angka-angka di jendela dosis kembali ke nol.
17. Setelah Anda menghitung sampai 10, lepaskan ibu jari Anda dari tombol
injeksi dan tarik jarum langsung dari kulit Anda. Jangan pernah menggosok
tempat suntikan setelah injeksi. Hal ini dapat membuat insulin bekerja terlalu
cepat. Jika Anda melihat setetes darah setelah injeksi, tekan area ringan
dengan jari atau jaringan Anda.
18. Letakkan tutup jarum luar besar kembali pada jarum. Jangan menempatkan
topi dalam kecil kembali.
19. Buka tutup jarum dari pena insulin. Putar ke arah yang berlawanan yang Anda
kenakan.
20. Masukkan jarum ke dalam wadah benda tajam Anda.
21. Letakkan tutup pena kembali pada pena insulin.
22. Simpan pena insulin pada suhu kamar jauh dari terlalu banyak panas, terlalu
banyak dingin, dan sinar matahari langsung.
b. Diet Diabetes Melitus
Menurut (Ardiani, Permatasari, & Sugiatami, 2021) pengaturan pola
makan pada penderita DM ditujukan dengan mengurangi asupan gula dan lemak
akan menurunkan pemasukan glukosa dalam tubuh, sehingga pemakaian energi
dalam tubuh akan mengambil cadangan energi yang tersimpan. Jika glukosa yang
digunakan diubah menjadi energi, akan menurunkan kadar glukosa dalam darah.
Sumber makanan dan minuman yang perlu dihindari pada penderita DM adalah
makanan atau minuman yang mengandung gula tinggi seperti kental manis, sirup
tinggi gula, aneka kue yang menggunakan tinggi gula, serta aneka makanan yang
mengandung indeks glikemik yang tinggi dan menaikkan kandungan gula darah.
Penerapan ‘isi piringku’ setiap kali konsumsi makan juga menjadi penting
pada penderita DM dan menerapkan 4 (empat) pilar gizi seimbang yaitu
mengkonsumsi makanan beraneka ragam dan bergizi seimbang dengan
membatasi asupan gula sebanyak 4 sendok makan (50 gram) per orang per hari,
menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat, memantau berat badan secara
teratur, dan melakukan aktifitas fisik (40). Studi sebelumnya melaporkan bahwa
terdapat bermacam tipe diet yang dapat diterapkan pada penderita DM, salah
satunya adalah diet mediterania yang menganjurkan konsumsi minyak zaitun,
ikan, sayurmayur, kacang-kacangan, dan buahbuahan. Studi lainnya melaporkan
bahwa diet yang dianjurkan adalah diet keto, yaitu diet rendah karbohidrat dan
tinggi asam lemak. Hal ini ditujukan dengan konsumsi glukosa yang rendah,
maka asam lemak dari keto akan mengambil alih glukosa sebagai sumber tenaga.
Manajemen diet yang sehat diperlukan untuk mengatur pola makan sehingga
penderita DM memperoleh gizi seimbang, dimana asupan energi yang
dikonsumsi sebanding dengan aktifitas fisik yang dilakukan. Kelebihan gizi pada
penderita DM dapat menyebabkan obesitas. (Ardiani, Permatasari, & Sugiatami,
2021)
c. Senam Kaki
(Putri & Nugroho, 2020 ) Intervensi senam kaki, merupakan aplikasi
tindakan keperawatan berupa Exercise promoting: Stretching yang dilakukan
secara sistematik dan teratur dengan gerakan slow-strech-hold bertujuan untuk
meningkatkan kekuatan otot. Dalam melakukan gerakan senam kaki selama 15 –
20 menit sel-sel otot kaki membutuhkan energi berupa suplai darah yang berasal
dari jantung disalurkan melalui arteri femoralis menunju ke poplitea dan dorsalis
pedis. Keadaan tersebut terlihat jelas dengan adanya kenaikan nadi setelah
treatment senam kaki 4 – 10 kali/menit, menunjukkan bahwa jantung dalam hal
ini sebagai sirkulasi sentral telah memberikan tambahan energi bagi sel-sel otot
yang digunakan pada saat senam kaki, juga didukung dengan peningkatan
tekanan sistolik setelah treatment senam kaki 5 – 10 mmHg.
Senam kaki merupakan gerakan untuk melatih otot kecil kaki dan
memperbaiki sirkulasi darah yang dilakukan dalam berbagai posisi seperti duduk,
berdiri maupun tiduran dengan tujuan untuk meningkatkan pemulihan dan
mengembalikan kapasitas kerja otot mempercepat penyembuhan luka, dan
meningkatan kepadatan volume mitokondria dan kapasitas oksidatif pada jaringan
otot kaki, ekstraksi oksigen perifer, vasodilator perifer, kapasitas otot, curah
jantung, penurunan kejadian restenosis dan tekanan akhir diastolic. Maka
diperlukan senam kaki yang dilakukan secara kontinyu dan sistematis setiap
harinya, hal ini dikarenakan efek dari senam kaki tersebut dapat meningkatkan
sensitifitas sel terhadap insulin sehingga gula darah akan masuk ke sel untuk
dilakukan proses metabolisme. Program olah raga berintensitas memberikan
berbagai efek yang bermanfaat, termasusk peningkatan sensitifitas insulin dan
perbaikan pengendalian glikemia sehingga manifestasi komplikasi kaki tidak
terjadi. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Santoso,
bahwa sebelum dan sesudah dilakukan senam kaki diperoleh hasil terdapat
penurunan gula darah sewaktu yang signifikan setelah dilakukan senam kaki pada
pasien dengan diabetes mellitus baik pada treatment I sampai treatment ke IV.
(Putri & Nugroho, 2020 )
d. Perawatan Kaki
Model perawatan ini menitikberatkan peran diabetisi dalam melakukan
manajemen diri pada dirinya yang berkolaborasi dengan tenaga kesehatan. Salah
satu manajemen diri diabetisi untuk pencegahan ulkus diabetik adalah perawatan
kaki. Perawatan kaki dapat meminimalisir terjadinya luka yang berkembang
menjadi ulkus dan terbukti mampu menurunkan risiko terjadinya amputasi
sampai 85%. Berikut ini cara perawatan kaki yang bisa dilakukan secara mandiri
penderita DM antara lain:
1) Pemeriksaan kondisi kaki secara teratur setiap hari.
Mengecek punggung dan telapak kaki dari gejala-gejala kulit
kemeraham, kulit melepuh, terdapat luka di kaki, teraba hangat dan tampak
bengkak.
2) Menjaga kebersihan kaki setiap hari.
Mencuci kaki dengan sabun yang lembut pada telapak dan sela-sela
kaki dan gunakan sikat kuku jika ada kotoran, selanjutnya bilas dengan air
bersih.
3) Pemeriksaan rutin kuku kaki.
Periksa kelainan kuku yang tumbuh ke arah dalam, kuku kaki yang
panjang dan kondisi kuku yang mudah rapuh.
4) Pemotongan rutin kuku kaki
Pemotongan kuku sekali seminggu dengan membasuh kaki sebelum
dipotong, dan tidak disarankan menggunakan pisau atau alat cukur, akan tetapi
gunakan alat pemotong kuku yang tepat. Cara pemotongan kuku dilakukan
secara lurus. Kuku yang menusuk daging karena tumbuh ke dalam disarankan
untuk pengobatan dan perawatan oleh tenaga ahli
5) Perawatan terhadap kalus (kapalan/ kulit yang menebal dan mengeras) pada
kaki.
Ardiani, H. E., Permatasari, T. A., & Sugiatami. (2021). Obesitas, Pola Diet, dan Aktifitas
Fisik dalam Penanganan Diabetes Melitus pada Masa Pandemi Covid-19.
Muhammadiyah Journal od Nutrition and Food Since, 1-12.
Brunner, & Suddarth. (2020). Text Book Of Medical Surgical Nursing 12th Edition. China:
LWW.
Crasto, W., Jarvis, J., & Davies, M. J. (2016). Handbook of Insulin Therapies. Switzerland:
Springer International Publishing .
Dr. dr. Eva Decroli, S.-K. F. (2019). Diabetes Melitus Tipe 2. Padang: Pusat Penerbitan
Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Andalas.
Goyal, & Jialal. (2021). Diabetes Mellitus Type 2. United State: StatPearls Publishing.
Putri, D. S., & Nugroho, E. G. (2020 ). Senam Kaki Diabetik sebagai Upaya Paningkatan Self
Care pada Pasien Diabetes Melitus di Rumah Sakit Mardirahayu Kudus. Jurnal
Pengabdian Kesehatan STIKES Cendekia Utama Kudus, 132-140.
38
39
40
LAMPIRAN DOKUMENTASI KEGIATAN
Hari Ke-1
Hari Ke-2
Hari Ke-3
41