Anda di halaman 1dari 77

KEPERAWATAN KELUARGA

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN MASALAH


DIABETER MELITUS

DOSEN PEMBIMBING:

NURBANI S.Kep,M.Kep
NIP. 197603282002122001

PEMBIMBING LAPANGAN:

Ns. EMI ROSANTY S.Kep


NIP : 198008012006042017

DISUSUN OLEH:

FATIMA AZZAHRA
NIM. 191111004

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PONTIANAK

JURUSAN KEPERAWATAN SINGKAWANG

SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN KEPERAWATAN

2022
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan pendahulan keperawatan ini berjudul : laporan pendahuluan keperawatan keluarga


dengan masalah Diabetes Melitus

Telah disetujui dan disahkan oleh pembimbing puskesmas pada tanggal

Hari/tanggal: FEBRUARI 2022


TEMPAT: DI PUSKESMAS SINGKAWANG BARAT

PEMBIMBING PUSKESMAS
PEMBIMBING AKADEMIK

NURBANI S.Kep,M.Kep Ners,EMI ROSANTI S.Kep


NIP. 197603282002122001 NIP : 198008012006042017

DISUSUN OLEH

FATIMA AZZAHRA
NIM. 191111004

i
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Konsep Keluarga
1. Definisi

Definisi keluarga dalam UU 52 tahun 2009 adalah unit terkecil dalam


masyarakatyang terdiri dari suami-istri, atau suami, istri dan anaknya atau ayah
(duda) dan anaknya, atau ibu (janda) dengan anaknya. pada umumnya keluarga
Indonesia tinggal di dalam satu rumah dan/atau ditempat yang berbeda rumah
Ketika anaknya harus mengikuti tahap perkembangan kehidupan (Kemenkes,
2017).

Definisi lainnya keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan,


kelahiran, dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya,
dan meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, serta social dari tiap
anggota (Renteng & Simak, 2021)

Keluarga memiliki definisi yang berbeda-beda misalnya, hukum menafsirkan


bahwa keluarga adalalah hubungan yang didapat melalui ikatan darah, perwalian,
adopsi, atau perkawinan. Berdasarkan biologis keluarga adalah orang-orang yang
terhubung karena memiliki gen yang sama. Menurut sosiologis keluarga adalah
kelompok orang yang hidup bersama dengan atau tanpa ikatan hukum dan biologis.
Serta berdasar psikologis keluarga adalah kelompok dengan ikatan emosional yang
kuat. Keluarga merupakan dua individu atau lebih yang saling bergantung satu
sama lain untuk dukukan emosi, fisik, dan ekonomi (Kaakinen, Coehlo, Steele, &
Robinson, 2018)

2. Tipe Keluarga

Menurut (Kaakinen, Coehlo, Steele, & Robinson, 2018) tipe keluarga yang
berbeda memiliki kekuatan dan keterbatasan masing-masing yang mana hal ini
dapat berpengaruh terhadap kesehatan keluarga mereka. Terdapat beberapa tipe
keluarga diantaranya:
 Single Family : Hidup sendiri dan tidak pernah menikah

 Nuclear Dyad/ Childless : Pasangan tanpa anak

 Nuclear Family : Dua generasi keluarga, orang tua, dan anak


mereka (adopsi/ biologis) yang tinggal dalam
satu rumah
 Binuclear Family : Pasangan suami istri yang sudah pernah
bercerai sebelumnya
 Extanded : Dua atau lebih generasi yang sudah tua
dalam satu rumah
 Blanded : Pasangan suami istri yang sudah pernah
bercerai sebelumnya dan membawa anak
masing-masing
 Single Parents : Satu orang tua dengan anak dalam satu
rumah
 Commune : Kelompok laki-laki, perempuan, dan anak-
anak yang tinggal bersama
 Cohabitation : Pasangan tidak menikah dalam satu rumah
yang terhubung secara emosional atau
keperluan seksual
 Living together apart : Pasangan yang hidup dalam satu rumah tapi
hidup terpisah dan mungkin berbagi financial,
rumah tangga, tanggungjawab sebagai orang
tua walaupun mereka tidak terikat romantisme
satu sama lain
 Living apart together : Dua orang dengan/tanpa anak yang berawal
dari cohabitation memilih untuk hidup secara
terpisah

3. Fungsi Keluarga

Berdasarkan (BKKBN, 2017) terdapat 8 fungsi keluarga antara lain yaitu:


a) Fungsi keagamaan

Keluarga adalah tempat pertama penanaman nilai-nilai keagamaan dan


pemberi identitas agama pada setiap anak yang lahir. Keluarga
menumbuhkembangkan nilai-nilai agama, sehingga anak menjadi manusia
yang berakhlak baik dan bertaqwa.

b) Fungsi social budaya

Fungsi sosial budaya memberikan kesempatan kepada keluarga dan


seluruh anggotanya untuk mengembangkan kekayaan budaya bangsa yang
beraneka ragam dalam satu kesatuan. Dengan demikian nilai luhur yang
selama ini sudah menjadi panutan dalam kehidupan bangsa tetap dapat
dipertahankan dan dipelihara

c) Fungsi cinta kasih

Fungsi cinta kasih memiliki makna bahwa keluarga harus menjadi


tempat untuk menciptakan suasana cinta dan kasih sayang dalam kehidupan
berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Fungsi cinta kasih
dapat diwujudkan dalam bentuk memberikan kasih sayang dan rasa aman,
serta memberikan perhatian diantara anggota keluarga.

d) Fungsi perlindungan

Keluarga adalah tempat bernaung atau berlindung bagi seluruh


anggotanya, dan tempat untuk menumbuhkan rasa aman dan kehangatan.
Adanya suasana saling melindungi maka keluarga harus menjadi tempat yang
aman, nyaman dan menenteramkan semua anggotanya.

e) Fungsi reproduksi

Keluarga menjadi pengatur reproduksi keturunan secara sehat dan


berencana, sehingga anak-anak yang dilahirkan menjadi generasi penerus yang
berkualitas.
f) Fungsi social dan pendidikan

Pendidikan yang diberikan oleh keluarga meliputi pendidikan untuk


mencerdaskan dan membentuk karakter anak. Fungsi sosialisasi dan
pendidikan memiliki makna juga bahwa keluarga sebagai tempat untuk
mengembangkan proses interaksi dan tempat untuk belajar bersosialisasi serta
berkomunikasi secara baik dan sehat

g) Fungsi ekonomi

Keluarga adalah sebagai tempat utama dalam membina dan


menanamkan nilainilai yang berhubungan dengan keuangan dan pengaturan
penggunaan keuangan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan mewujudkan
keluarga sejahtera.

h) Fungsi pembinaan lingkungan

Keluarga memiliki peran mengelola kehidupan dengan tetap


memelihara lingkungan di sekitarnya, baik lingkungan fisik maupun sosial,
dan lingkungan mikro, meso, dan makro.

Dalam (Kholifah & Widagdo, 2016) Menjelaskan bahawa terdapat 5


fungsi keluarga yang diadaptasi dari teori oleh Friedman yaitu:

a) Fungsi afektif

Fungsi ini meliputi persepsi keluarga tentang pemenuhan kebutuhan


psikososial anggota keluarga. Melalui pemenuhan fungsi ini, maka keluarga
akan dapat mencapai tujuan psikososial yang utama, membentuk sifat
kemanusiaan dalam diri anggota keluarga, stabilisasi kepribadian dan tingkah
laku, kemampuan menjalin secara lebih akrab, dan harga diri.

b) Fungsi sosialisasi dan penempatan sosial


Sosialisasi dimulai saat lahir dan hanya diakhiri dengan kematian.
Sosialisasi merupakan suatu proses yang berlangsung seumur hidup, karena
individu secara kontinyu mengubah perilaku mereka sebagai respon terhadap
situasi yang terpola secara sosial yang mereka alami. Sosialisasi merupakan
proses perkembangan atau perubahan yang dialami oleh seorang individu
sebagai hasil dari interaksi sosial dan pembelajaran peran-peran sosial.

c) Fungsi reproduksi

Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan menambah


sumber daya manusia.

d) Fungsi ekonomi

Keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara


ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu
meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

e) Fungsi perawatan kesehatan

Menyediakan kebutuhan fisik dan perawatan kesehatan. Perawatan


kesehatan dan praktik-praktik sehat (yang memengaruhi status kesehatan
anggota keluarga secara individual) merupakan bagian yang paling relevan
dari fungsi perawatan kesehatan.

1) Kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan keluarga.


2) Kemampuan keluarga membuat keputusan yang tepat bagi keluarga.
3) Kemampuan keluarga dalam merawat keluarga yang mengalami
gangguan kesehatan.
4) Kemampuan keluarga dalam mempertahankan atau menciptakan
suasana rumah yang sehat.
5) Kemampuan keluarga dalam menggunakan fasilitas.

4. Tahapan Perkembangan Keluarga


Terdapat 8 tahap perkembangan dalam keluarga dimana masing-masing
tahap memiliki tugas masing-masing (Kholifah & Widagdo, 2016) :

a) Keluarga baru menikah atau pemula


- membangun perkawinan yang saling memuaskan;
- membina hubungan persaudaraan, teman, dan kelompok sosial;
- mendiskusikan rencana memiliki anak.
b) Tahap perkembangan keluarga yang kedua adalah keluarga dengan anak baru
lahir.
- membentuk keluarga muda sebagai sebuah unit yang mantap
mengintegrasikan bayi yang baru lahir ke dalam keluarga;
- rekonsiliasi tugas-tugas perkembangan yang bertentangan dan kebutuhan
anggota keluarga;
- mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan;
- memperluas persahabatan dengan keluarga besar dengan menambahkan
peranperan orang tua dan kakek nenek.
c) Keluarga dengan anak usia pra sekolah
- memenuhi kebutuhan anggota keluarga, seperti rumah, ruang bermain,
privasi, dan keamanan;
- mensosialisasikan anak;
- mengintegrasikan anak yang baru, sementara tetap memenuhi kebutuhan
anak yang lain;
- mempertahankan hubungan yang sehat dalam keluarga dan di luar keluarga.
d) Keluarga dengan anak usia sekolah
- mensosialisasikan anak-anak, termasuk meningkatkan prestasi sekolah dan
hubungan dengan teman sebaya yang sehat;
- mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan;
- memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga.
e) Keluarga dengan anak remaja
- menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika remaja menjadi
dewasa dan semakin mandiri;
- memfokuskan kembali hubungan perkawinan;
- berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dan anak-anak.
f) Keluarga melepas anak usia dewasa muda
- memperluas siklus keluarga dengan memasukkan anggota keluarga baru
yang didapatkan melalui perkawinan anak-anak;
- melanjutkan untuk memperbaharui dan menyesuaikan kembali hubungan
perkawinan;
- membantu orangtua lanjut usia dan sakit-sakitan dari suami atau istri.
g) Keluarga dengan usia pertengahan
- menyediakan lingkungan yang meningkatkan kesehatan;
- mempertahankan hubungan yang memuaskan dan penuh arti dengan para
orang tua lansia dan anak-anak;
- memperkokoh hubungan perkawinan.
h) Keluarga dengan usia lanjut
- mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan;
- menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun;
- mempertahankan hubungan perkawinan;
- menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan;
- mempertahankan ikatan keluarga antargenerasi;
- meneruskan untuk memahami eksistensi mereka (penelaahan hidup).

5. Peran Perawat Keluarga

Terdapat beberapa peran perawat keluarga diantaranya (Kaakinen, Coehlo,


Steele, & Robinson, 2018):

 Health Teacher : Perawat keluarga mengajarkan tentang


(Educator) kesehatan keluarga, penyakit, hubungna, dan
pengasuhan
 Koordinator, kolaborator, : Perawat keluarga mengkoordinasikan
navigator, dan perawatan yang diterima keluarga,
penghubung berkolaborasi dengan keluarga untuk
merencanakan perawatan. Navigator, perawat
memberikan perawatan dengan dengan
bekerja bersama pasien dan keluarga sebagai
coordinator perawatan dan advokat pasien
dengan tujuan memberikan setiap
pasien/keluarga dibawah perawatan yang
konsisten dan kompleks. Navigator perawat
membantu pasoen dan keluarga untuk
mengakses fasilitas pelayanan kesehatan dan
mengatasi hambatan.
 “Deliver” and Supervisor : Perawat memberikan atau mengawasi
of care and technical perawatan yang diterima keluarga
expert

 Advokat keluarga : Perawat mengadvokasi keluarga dan


memberdatakan anggota keluarga untuk bisa
mengemukakan pendapat sendiri atau
diwakilkan terkait masalah keperawatan yang
dialami
 Konsultan dan Konselor : Perawat memiliki peran terapeutik dalam
membantu individu dan keluarga
memecahkan masalah atau mengubah
perilaku hidup sehat serta perawat juga
memiliki wewenang untuk memberikan
konsultasi terkait perawatan keluarga.
 Manajer Kasus : Perawat melibatkan koordinasi dan
kolaborasi antara keluarga dengan system
perawatan kesehatan

B. Konsep Penyakit Diabetes Melitus

1. Pengertian

Diabetes mellitus atau penyakit kencing manis adalah penyakit yang ditan
dai dengan kadar glukosa darah yang melebihi normal (hiperglikemia) akibat tubu
h kekurangan insulin baik absolut maupun relative (Wiadnyani, 2021)
Diabetes mellitus adalah gangguan metabolisme yang ditandai dengan hip
erglikemia yang berhubungan dengan abnormalis metabolisme karbohidrat, lemak,
dan protein yang disebabkan oleh penurunan sekresi, insulin, atau penurunan sens
itivitas insulin atau keduanya dan menyebabkan komplikasi kronis mikrovaskular,
makrovaskular, dan neuropati (Goyal & Jialal, 2021)
Diabetes mellitus adalah sekelompok gangguan metabolisme yang
ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia) yang
diakibatkan dari kecacatan sekresi insulin, insulin action, atau keduanya. Tiga
komplikasi akut utama diabetes yang terkait dengan ketidakseimbangan jangka
pendek dalam kadar glukosa darah seperti hipoglikemia, ketoasidosis diabetik
(DKA), dan sindrom nonketotic hiperglikemik hiperosmolar (HHNS).
Hiperglikemia jangka panjang dapat berkontribusi pada komplikasi mikrovaskuler
kronis (penyakit ginjal dan mata) dan komplikasi neuropatik. Diabetes juga
dikaitkan dengan peningkatan terjadinya penyakit makrovaskular, termasuk
penyakit arteri koroner (infark miokard), penyakit serebrovaskular (stroke), dan
penyakit vaskular perifer. Ada beberapa jenis diabetes melitus. (Brunner &
Suddarth, 2020)
a. Tipe 1
Sekitar 5% sampai 10% pasien dengan diabetes memiliki diabetes tipe
1. Hal ini ditandai dengan penghancuran sel beta pankreas karena faktor
genetik, imunologi, dan mungkin lingkungan (misalnya, virus). Suntikan
insulin diperlukan untuk mengontrol kadar glukosa darah. Diabetes tipe 1
memiliki onset mendadak, biasanya sebelum usia 30 tahun.
b. Tipe 2
Sekitar 90% sampai 95% pasien dengan diabetes memiliki diabetes
tipe 2. Ini hasil dari penurunan sensitivitas terhadap insulin (resistensi insulin)
atau dari penurunan jumlah produksi insulin. Diabetes tipe 2 pertama kali
diobati dengan diet dan olahraga, dan kemudian dengan agen hipoglikemik
oral sesuai kebutuhan diabetes tipe 2 paling sering terjadi pada pasien dengan
usia lebih dari 30 tahun dan pada pasien dengan obesitas.
c. Gestational Diabetes mellitus
Gestational diabetes ditandai dengan setiap tingkat intoleransi glukosa
dengan onset selama kehamilan (trimester kedua atau ketiga). Risiko untuk
diabetes gestasional termasuk obesitas yang ditandai, riwayat pribadi diabetes
gestasional, glikosuria, atau riwayat keluarga diabetes yang kuat. Kelompok
etnis berisiko tinggi termasuk Hispanik Amerika, penduduk asli Amerika,
Asia Amerika, Afrika-Amerika, dan Kepulauan Pasifik. Ini meningkatkan
risiko gangguan hipertensi kehamilan.

2. Etiologi

DM secara luas diklasifikasikan menjadi tiga jenis berdasarkan etiologi


dan presentasi klinis, diabetes tipe 1, diabetes tipe 2, dan diabetes gestasional
(GDM). Beberapa jenis diabetes lain yang kurang umum termasuk diabetes
monogenik dan diabetes sekunder. (Brunner & Suddarth, 2020)

a. Diabetes Mellitus Tipe 1 (T1DM)


Diabetes mellitus tipe 1 (T1DM) menyumbang 5% sampai 10% dari
DM dan ditandai dengan penghancuran autoimun sel beta yang memproduksi
insulin di pulau pankreas. Akibatnya, terjadi defisiensi insulin absolut.
Kombinasi kerentanan genetik dan faktor lingkungan seperti infeksi virus,
toksin, atau beberapa faktor makanan telah terlibat sebagai pemicu
autoimunitas. T1DM paling sering terlihat pada anak-anak dan remaja
meskipun dapat berkembang pada usia berapa pun.
b. Diabetes Mellitus Tipe 2
Diabetes mellitus tipe 2 (T2DM) menyumbang sekitar 90% dari semua
kasus diabetes. Pada T2DM, respons terhadap insulin berkurang (resistensi
insulin). Selama keadaan ini, insulin tidak efektif dan awalnya diimbangi
dengan peningkatan produksi insulin untuk mempertahankan homeostasis
glukosa, tetapi seiring waktu, produksi insulin menurun, mengakibatkan
T2DM. T2DM paling sering terlihat pada orang yang usianya lebih dari 45
tahun. Namun, dapat juga terlihat pada anak-anak, remaja, dan dewasa muda
karena akibat meningkatnya tingkat obesitas, aktivitas fisik, dan diet padat
energi.
Diabetes Melitus tipe dua disebabkan oleh beberapa hal seperti
resistensi insulin, disfungsi Sel Beta Pankreas, Faktor lingkungan (obesitas,
banyak makan, dan kurangnya aktivitas fisik) (Dr. dr. Eva Decroli, 2019)
c. Diabetes Mellitus Gestasional
Hiperglikemia, yang pertama kali terdeteksi selama kehamilan,
diklasifikasikan sebagai diabetes mellitus gestasional (GDM), juga dikenal
sebagai hiperglikemia pada kehamilan. Meskipun dapat terjadi kapan saja
selama kehamilan, GDM umumnya menyerang ibu hamil pada trimester kedua
dan ketiga. Menurut American Diabetes Association (ADA), GDM
mempersulit 7% dari semua kehamilan. Wanita dengan GDM dan
keturunannya memiliki peningkatan risiko terkena diabetes mellitus tipe 2 di
masa depan.
GDM dapat dipersulit oleh hipertensi, preeklamsia, dan hidramnion
dan juga dapat menyebabkan peningkatan intervensi operatif. Janin dapat
mengalami peningkatan berat dan ukuran (makrosomia) atau kelainan
kongenital. Bahkan setelah lahir, bayi seperti itu mungkin mengalami sindrom
gangguan pernapasan dan selanjutnya obesitas pada masa kanak-kanak dan
remaja. Usia yang lebih tua, obesitas, penambahan berat badan kehamilan
yang berlebihan, riwayat kelainan kongenital pada anak sebelumnya, atau lahir
mati, atau riwayat keluarga diabetes merupakan faktor risiko GDM.
d. Diabetes Monogenik
Mutasi genetik tunggal pada gen dominan autosomal menyebabkan
diabetes jenis ini. Contoh diabetes monogenik termasuk kondisi seperti
diabetes mellitus neonatal dan diabetes onset dewasa muda (MODY). Sekitar
1 - 5% dari semua kasus diabetes disebabkan oleh diabetes monogenik.
MODY adalah gangguan keluarga dan biasanya muncul di bawah usia 25
tahun.
e. Diabetes sekunder
Diabetes sekunder disebabkan karena komplikasi penyakit lain yang
mempengaruhi pankreas (misalnya, pankreatitis), gangguan hormon
(misalnya, penyakit Cushing), atau obat-obatan (misalnya, kortikosteroid).
(Brunner & Suddarth, 2020)

3. Patofisiologi

Pada T1DM, terjadi penghancuran sel beta pankreas yang diperantarai


seluler dan autoimun. T1DM memiliki kecenderungan genetik yang kuat.
Kompleks histokompatibilitas utama (MHC), juga dikenal sebagai antigen
leukosit manusia (HLA), dilaporkan menyumbang sekitar 40 sampai 50% dari
agregasi keluarga T1DM. Penentu yang signifikan adalah polimorfisme gen HLA
kelas II yang mengkode DQ dan DR4-DQ8, dengan DR3-DQ2, ditemukan pada
90% pasien T1DM. (Sapra & Bhandar, 2021)

Bentuk lain dari T1DM adalah diabetes autoimun laten orang dewasa
(LADA). Ini terjadi pada masa dewasa, seringkali dengan onset yang lebih lambat.
Tingkat kerusakan umumnya cepat pada anak-anak dan lebih cepat pada orang
dewasa. Autoantibodi terhadap sel pulau, insulin, asam glutamat dekarboksilase-
65 (GAD-65), dan transporter seng 8 (Zn T8) dapat dideteksi dalam serum pasien
tersebut. Antibodi ini berkurang dari waktu ke waktu dan tidak memiliki akurasi
diagnostik yang cukup untuk digunakan secara rutin untuk diagnosis, terutama
setelah tahun pertama. Dengan penghancuran progresif sel beta, ada sedikit atau
tidak ada sekresi insulin. Pasien-pasien ini umumnya tidak gemuk. Mereka lebih
rentan untuk mengembangkan gangguan autoimun lain seperti penyakit Addison,
penyakit Graves, tiroiditis Hashimoto, dan penyakit celiac. (Sapra & Bhandar,
2021)

T2DM adalah kondisi resistensi insulin dengan disfungsi sel beta terkait.
Awalnya, ada peningkatan kompensasi dalam sekresi insulin, yang
mempertahankan kadar glukosa dalam kisaran normal. Seiring perkembangan
penyakit, sel beta berubah, dan sekresi insulin tidak mampu mempertahankan
homeostasis glukosa, menghasilkan hiperglikemia. Sebagian besar pasien DMT2
mengalami obesitas atau memiliki persentase lemak tubuh yang lebih tinggi,
terdistribusi terutama di daerah perut. Jaringan adiposa ini sendiri meningkatkan
resistensi insulin melalui berbagai mekanisme inflamasi, termasuk peningkatan
pelepasan FFA dan disregulasi adipokin. Kurangnya aktivitas fisik, GDM
sebelumnya pada mereka dengan hipertensi atau dislipidemia juga meningkatkan
risiko mengembangkan T2DM. Data yang berkembang menunjukkan peran
disregulasi adipokin, peradangan. (Galicia-Garcia U, et al., 2020)
PATHWAY

Ketidakstabilan
Defisit pengetahuan Kurang terpapar informasi kadar glukosa darah

Resiko gangguan
Aliran perfusi tidak optimal perfusi perifer
tidak efektif
(Udjianti, 2013) (PPNI, SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Deficit perawatan diri
Idonesia) Definisi dan Indikator Diagnostik, 2017)
Gangguan
Apabila ada luka sulit sembuh Integritas
Kulit/Jaringan Gangguan rasa nyaman Muncul rasa tidak nyaman

(Udjianti, 2013) (PPNI, SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Idonesia) Definisi dan
Indikator Diagnostik, 2017)
4. Tanda dan Gejala

a. Poliuria, polidipsia, dan polyphagia.


b. Kelelahan dan kelemahan, perubahan penglihatan tiba-tiba, kesemutan atau
mati rasa di tangan atau kaki, kulit kering, lesi kulit atau luka yang lambat
sembuh, dan infeksi berulang.
c. Onset diabetes tipe 1 dapat dikaitkan dengan penurunan berat badan mendadak
atau mual, muntah, atau sakit perut.
d. Diabetes tipe 2 hasil dari lambat (selama bertahun-tahun), intoleransi glukosa
progresif dan mengakibatkan komplikasi jangka panjang jika diabetes tidak
terdeteksi selama bertahun-tahun (misalnya, penyakit mata, neuropati perifer,
penyakit vaskular perifer). Komplikasi mungkin telah berkembang sebelum
diagnosis yang sebenarnya dibuat.
e. Tanda dan gejala DKA (ketoasidosis dabetikum) meliputi sakit perut, mual,
muntah, hiperventilasi, dan bau napas buah. DKA yang tidak diobati dapat
mengakibatkan perubahan tingkat kesadaran, koma, dan kematian.
(Wiadnyani, 2021)

5. Komplikasi

Komplikasi yang terkait dengan diabetes diklasifikasikan sebagai akut dan


kronis. Komplikasi akut terjadi dari ketidakseimbangan jangka pendek dalam
glukosa darah dan termasuk yang berikut:
a. Hipoglikemia
b. DKA
c. HHNS (sindrom nonketotic hiperglikemik hiperosmolar)

Komplikasi kronis umumnya terjadi 10 sampai 15 tahun setelah timbulnya


diabetes mellitus. Komplikasinya meliputi hal-hal berikut:

a. Penyakit makrovaskular : mempengaruhi sirkulasi pembuluh darah koroner,


perifer, dan serebral
b. Penyakit mikrovaskuler : mempengaruhi mata (retinopati) dan ginjal
(nefropati); Mengontrol kadar glukosa darah untuk menunda atau menghindari
timbulnya komplikasi mikrovaskular dan makrovaskular
c. Penyakit neuropatik: mempengaruhi motorik sensorik dan saraf otonom dan
berkontribusi pada masalah seperti impotensi dan ulkus kaki. (Brunner &
Suddarth, 2020)

6. Pemeriksaan Diagnostik

Menurut (PERKENI, Pedoman Pemantauan Glukosa Darah Mandiri 2021,


2021) Penegakkan diagnose diabetes melitus dilakukan dengan pengukuran kadar
gula darah. Pemeriksaan gula darah yang dianjurkan adalah pemeriksaan secara
enzimatik dengan menggunakan bahan plasma darah vena. Kriteria diagnosis
diabetes melitus meliputi 4 hal, yaitu:
- Pemeriksaan glukosa plasma puasa > 126 mg/dl. Ppuasa adalah konisi tidak
ada asupan kalori selama minimal 8 jam.
- Pemeriksaan glukosa plasma > 200 mg/dl 2 jam setelah tes teleransi glukosa
oral (TTGO) dengan beban glukosa 75 gram.
- Pemeriksaan glukosa plasma sewaktu > 200 mg/dl dengan keluhan klasik.
- Pemeriksaan HbA1c > 6.5% dengan menggunakan metode yang
terstandaraisasi oleh national Glychohaemoglobin standardization program
(NGSP)

Hasil pemeriksaan yanag tidak memenuhi kriteria normal maupun kriteria


diabetes melitis makan digolongkan ke dalam kelompok prediabetes yang terdiri
dari toleransi glukosa terganggu (TGT) dan glukosa darah puasa terganggu
(GDPT). GDPT terjadi Ketika hasil pemerksaan glukosa plasma piasa antara 100-
125 mg/dl dan pemeriksaan TTGO antara 140-199 mg/dl dan glukosa plasma
puasa < 100 mg/dl.

7. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan yang dapat dilakukan yaitu dengan terapi yang mana


tujuan terapinya meliputi :

- untuk menggantikan ADH (yang biasanya merupakan program terapi jangka


panjang),
- untuk memastikan penggantian cairan yang memadai, dan
- untuk mengidentifikasi dan memperbaiki patologi intrakranial yang
mendasarinya. Untuk penyebab nefrogenik memerlukan pendekatan
manajemen yang berbeda.

a. Terapi Farmakologis (PERKENI, Pedoman Petunjuk Praktis Terapi Insulin


Pada Pasien Diabetes Melitus-2021., 2021)
1) Obat Antihiperglikemia Oral

2) Obat Antihiperglikemia suntik yaitu insulin, GPL-1 RA dan kombinasi


insulin dan GLP-1 RA.

Insulin adalah pengobatan yang efektif untuk orang dengan T2DM


dan dapat dikombinasikan dengan agen penurun glukosa lainnya dan
digunakan pada setiap tahap penyakit. Meskipun sebagian besar orang
yang menggunakan insulin tidak mengalami efek samping yang signifikan,
hipoglikemia yang diinduksi obat dan penambahan berat badan adalah
masalah utama baik bagi pasien dan profesional perawatan kesehatan.
Ketika memulai insulin, penting untuk memberikan pasien dengan
informasi yang relevan termasuk jenis insulin yang digunakan, mekanisme
dan durasi aksi insulin, rejimen insulin, efek samping potensial dari terapi
insulin, cara pengiriman, dan pentingnya pemantauan glukosa darah. Jika
individu memahami bahwa T2DM adalah penyakit progresif dan bahwa
selama seumur hidup kebanyakan orang dengan T2DM pada akhirnya
akan membutuhkan insulin untuk mencapai kontrol glikemik yang
memadai, maka perasaan gagal dapat dicegah. Konsultasi terperinci
sebelum inisiasi insulin harus mengatasi kecemasan atau ketakutan apa
pun. Masalah praktis seperti tahap terapi insulin – inisiasi, optimalisasi,
dan intensifikasi rejimen – harus didiskusikan dan target glikemik
disepakati dengan pasien. Jika relevan, saran tentang mengemudi yang
aman juga harus ditekankan. Hak mengemudi dan undang-undang untuk
pasien dengan diabetes bervariasi antar negara dan perlu dikomunikasikan
dengan jelas. Cara Memberikan Suntikan Insulin : (Crasto, Jarvis, &
Davies, 2016)

1. Periksa label pada pena insulin untuk memastikan Anda memiliki pena
insulin yang tepat untuk waktu yang tepat. Misalnya, jika Anda makan,
pastikan Anda memiliki pena insulin bertindak cepat Anda.
2. Tarik tutup pena dari pena insulin. Tempatkan tutup pena di atas meja.
3. Jika Anda menggunakan insulin berawan (seperti HUMULIN N
KwikPen), campur insulin dengan menggulung pena dengan lembut di
antara tangan Anda 10 kali dan kemudian memberi tip pena ke atas dan
ke bawah 10 kali. Insulin harus terlihat putih merata dan berawan tanpa
benjolan atau partikel. Terus mencampurnya sampai Anda tidak
melihat gumpalan.
4. Bersihkan segel karet di bagian atas pena insulin dengan penyeka
alkohol. Buang alkohol swab.
5. Ambil tab pelindung dari jarum pena baru. Buang tab itu.
6. Putar jarum pena ke bagian atas pena insulin sampai berhenti berputar.
Pastikan untuk menjaga jarum pena lurus saat Anda memutarnya.
7. Lepaskan tutup jarum luar. Letakkan di atas meja.
8. Tarik dari tutup jarum bagian dalam. Buang saja.
9. Pegang pena insulin sehingga Anda dapat membaca nama insulin.
Melihat jendela dosis, panggil ke 2 unit dengan memutar pemilih dosis
ke depan. Panah di tengah jendela dosis harus berbaris tepat ke dosis
yang Anda berikan. Jika Anda menekan melewati 2 unit, putar pemilih
dosis kembali sampai Anda berada di 2 unit.
10. Dengan jarum menunjuk ke atas, tekan tombol injeksi dengan kuat ke
meja atau dengan ibu jari Anda. Carilah tetes insulin untuk keluar dari
ujung jarum.
a. Jika tidak ada insulin yang keluar, tekan ke 2 unit dan tekan
tombol injeksi lagi.
b. Jika insulin masih belum keluar, tekan ke 2 unit dan tekan tombol
injeksi sekali lagi.
c. Jika insulin masih belum keluar, letakkan tutup jarum luar kembali
pada jarum. Putar jarum dari pena insulin dan masukkan ke dalam
wadah benda tajam Letakkan jarum baru pada pena insulin dan
ulangi langkah 8 hingga 14.
11. Pastikan jendela dosis menunjukkan nol. Jika tidak, putar pemilih dosis
kembali sampai menunjukkan nol.
12. Putar pemilih dosis ke depan untuk dial ke dosis yang Anda berikan.
Panah harus berbaris tepat dengan dosis yang Anda berikan.
a. Jika Anda tidak dapat menggunakan jumlah unit yang Anda
butuhkan, pena insulin mungkin hampir kosong.
b. Buang dan dapatkan yang baru dari lemari es sehingga Anda dapat
menyuntikkan dosis penuh sekaligus.
c. Jangan menyuntikkan dosis parsial atau membagi dosis menjadi 2
suntikan.
13. Gunakan swab alkohol baru untuk membersihkan kulit Anda dengan
lembut di tempat suntikan.
14. Pegang pena insulin di kepalan tangan Anda dengan ibu jari Anda pada
tombol injeksi. Berhati-hatilah untuk tidak menekan tombol injeksi
sebelum Anda menekan jarum ke kulit Anda.
15. Dengan lembut mencubit kulit Anda di tempat suntikan. Dalam satu
gerakan halus dan cepat, dorong seluruh jarum ke kulit Anda pada
sudut 90 derajat (lurus ke atas dan ke bawah). Dorong dengan lembut
sehingga Anda melihat lesung pipit kecil di kulit Anda di sekitar ujung
pena.
16. Tekan tombol injeksi ke bawah dengan kuat, berhati-hatilah untuk
tidak menekan pena ke kulit Anda lebih banyak. Setelah Anda
menekan tombol sampai ke bawah, terus menahannya dan perlahan-
lahan menghitung sampai 10. Ini memberi insulin waktu untuk keluar
dari pena. Anda juga harus melihat angka-angka di jendela dosis
kembali ke nol.
17. Setelah Anda menghitung sampai 10, lepaskan ibu jari Anda dari
tombol injeksi dan tarik jarum langsung dari kulit Anda. Jangan pernah
menggosok tempat suntikan setelah injeksi. Hal ini dapat membuat
insulin bekerja terlalu cepat. Jika Anda melihat setetes darah setelah
injeksi, tekan area ringan dengan jari atau jaringan Anda.
18. Letakkan tutup jarum luar besar kembali pada jarum. Jangan
menempatkan topi dalam kecil kembali.
19. Buka tutup jarum dari pena insulin. Putar ke arah yang berlawanan
yang Anda kenakan.
20. Masukkan jarum ke dalam wadah benda tajam Anda.
21. Letakkan tutup pena kembali pada pena insulin.
22. Simpan pena insulin pada suhu kamar jauh dari terlalu banyak panas,
terlalu banyak dingin, dan sinar matahari langsung.
3) Terapi kombinasi
4) Kombinasi insulin basal dengan GPL-1 RA
b. Manajemen Keperawatan
1) Edukasi terkait DM (Perawatan kaki, PHBS, edukasi tinggkat awal dan
lanjut)
2) Instruksikan pasien dan anggota keluarga tentang perawatan lanjutan
(Monitor kadar gula darah mandiri) dan tindakan darurat.
3) Memberikan instruksi verbal dan tertulis tertentu, termasuk tindakan dan
efek buruk dari semua obat; menunjukkan pemberian obat yang benar dan
mengamati demonstrasi kembali.
4) Menyarankan pasien untuk memakai gelang identifikasi medis dan untuk
membawa informasi obat tentang gangguan DMT2 setiap saat.
5) Berkolaborasi dengan ahli gizi terkait terapi nutrisi medis (diet)
6) Menganjurkan untuk latihan fisik disesuaikan dengan keadaan pasien
c. Diet Diabetes Melitus
Menurut (Ardiani, Permatasari, & Sugiatami, 2021) pengaturan pola
makan pada penderita DM ditujukan dengan mengurangi asupan gula dan
lemak akan menurunkan pemasukan glukosa dalam tubuh, sehingga
pemakaian energi dalam tubuh akan mengambil cadangan energi yang
tersimpan. Jika glukosa yang digunakan diubah menjadi energi, akan
menurunkan kadar glukosa dalam darah. Sumber makanan dan minuman yang
perlu dihindari pada penderita DM adalah makanan atau minuman yang
mengandung gula tinggi seperti kental manis, sirup tinggi gula, aneka kue
yang menggunakan tinggi gula, serta aneka makanan yang mengandung
indeks glikemik yang tinggi dan menaikkan kandungan gula darah.
Penerapan ‘isi piringku’ setiap kali konsumsi makan juga menjadi
penting pada penderita DM dan menerapkan 4 (empat) pilar gizi seimbang
yaitu mengkonsumsi makanan beraneka ragam dan bergizi seimbang dengan
membatasi asupan gula sebanyak 4 sendok makan (50 gram) per orang per
hari, menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat, memantau berat badan
secara teratur, dan melakukan aktifitas fisik (40). Studi sebelumnya
melaporkan bahwa terdapat bermacam tipe diet yang dapat diterapkan pada
penderita DM, salah satunya adalah diet mediterania yang menganjurkan
konsumsi minyak zaitun, ikan, sayurmayur, kacang-kacangan, dan
buahbuahan. Studi lainnya melaporkan bahwa diet yang dianjurkan adalah diet
keto, yaitu diet rendah karbohidrat dan tinggi asam lemak. Hal ini ditujukan
dengan konsumsi glukosa yang rendah, maka asam lemak dari keto akan
mengambil alih glukosa sebagai sumber tenaga. Manajemen diet yang sehat
diperlukan untuk mengatur pola makan sehingga penderita DM memperoleh
gizi seimbang, dimana asupan energi yang dikonsumsi sebanding dengan
aktifitas fisik yang dilakukan. Kelebihan gizi pada penderita DM dapat
menyebabkan obesitas. (Ardiani, Permatasari, & Sugiatami, 2021)
d. Senam Kaki Diabetik
(Putri & Nugroho, 2020 ) Intervensi senam kaki, merupakan aplikasi
tindakan keperawatan berupa Exercise promoting: Stretching yang dilakukan
secara sistematik dan teratur dengan gerakan slow-strech-hold bertujuan untuk
meningkatkan kekuatan otot. Dalam melakukan gerakan senam kaki selama 15
– 20 menit sel-sel otot kaki membutuhkan energi berupa suplai darah yang
berasal dari jantung disalurkan melalui arteri femoralis menunju ke poplitea
dan dorsalis pedis. Keadaan tersebut terlihat jelas dengan adanya kenaikan
nadi setelah treatment senam kaki 4 – 10 kali/menit, menunjukkan bahwa
jantung dalam hal ini sebagai sirkulasi sentral telah memberikan tambahan
energi bagi sel-sel otot yang digunakan pada saat senam kaki, juga didukung
dengan peningkatan tekanan sistolik setelah treatment senam kaki 5 – 10
mmHg.
Senam kaki merupakan gerakan untuk melatih otot kecil kaki dan
memperbaiki sirkulasi darah yang dilakukan dalam berbagai posisi seperti
duduk, berdiri maupun tiduran dengan tujuan untuk meningkatkan pemulihan
dan mengembalikan kapasitas kerja otot mempercepat penyembuhan luka, dan
meningkatan kepadatan volume mitokondria dan kapasitas oksidatif pada
jaringan otot kaki, ekstraksi oksigen perifer, vasodilator perifer, kapasitas otot,
curah jantung, penurunan kejadian restenosis dan tekanan akhir diastolic.
Maka diperlukan senam kaki yang dilakukan secara kontinyu dan sistematis
setiap harinya, hal ini dikarenakan efek dari senam kaki tersebut dapat
meningkatkan sensitifitas sel terhadap insulin sehingga gula darah akan masuk
ke sel untuk dilakukan proses metabolisme. Program olah raga berintensitas
memberikan berbagai efek yang bermanfaat, termasusk peningkatan
sensitifitas insulin dan perbaikan pengendalian glikemia sehingga manifestasi
komplikasi kaki tidak terjadi. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Santoso, bahwa sebelum dan sesudah dilakukan senam kaki
diperoleh hasil terdapat penurunan gula darah sewaktu yang signifikan setelah
dilakukan senam kaki pada pasien dengan diabetes mellitus baik pada
treatment I sampai treatment ke IV. (Putri & Nugroho, 2020 )

C. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga

Asuhan keperawatan adalah suatu rangkaian kegiatan yang diberikan melalui prak
tek keperawatan kepada individu, untuk membantu menyelesaikan masalah kesehatan
individu tersebut dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan (Kholifah &
Widagdo, 2016)
1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan adalah sekumpulan tindakan yang digunakan oleh pera
wat untuk mengukur keadaan klien (keluarga) dengan memakai norma-norma kesehat
an keluarga maupun sosial, yang merupakan sistem yang terintegrasi dan kesanggupa
n keluarga untuk mengatasinya. Pengumpulan data difokuskan pada komponen-komp
onen yang berkaitan dengan penyakit diabetes mellitus.
Pengumpulan data tentang keluarga didapatkan dari berbagai sumber antara lain
: wawancara yang berkaitan dengan penyakit diabetes mellitus baik aspek fisik, menta
l, sosial, budaya, ekonomi, kebiasaan, lingkungan dan sebagainya. Pengamatan studi d
okumentasi diantaranya melalui hasil pemeriksaan kadar glukosa darah dan pemeriksa
an fisik. (Ariyani, 2019)
a. Identitas keluarga
1) Nama keluarga
2) Alamat atau tempat tinggal
3) Komposisi keluarga
4) Tipe keluarga
5) Latar belakang budaya
a) Kebiasaan makan. Kebiasaan makan keluarga berapa kali sehari, bagaimana
dengan menu makanannya apakah menu orang dewasa dan anak balita disam
akan, bagaimana pengolahan atau cara memasaknya, berapa banyak porsi ya
ng dihabiskan.
b) Pemanfaatan fasilitas kesehatan. Perilaku keluarga di dalam memanfaatkan f
asilitas kesehatan merupakan faktor penting dalam pengelolaan diabetes mell
itus. Ketidakmampuan keluarga dalam memanfaatkan fasilitas kesehatan yan
g ada akan menimbulkan komplikasi lebih lanjut dari diabetes mellitus
( (Suparjitno, 2014)
6) Status sosial ekonomi
a) Pendidikan. Tingkat pendidikan keluarga berpengaruh terhadap tindakan unt
uk mengatasi masalah keluarga tentang diabetes mellitus dengan benar dan te
pat termasuk cara pengelolaannya.
b) Pekerjaan dan penghasilan. Penghasilan yang tidak seimbang akan mempeng
aruhi keluarga dalam melakukan pengobatan dan perawatan pada anggota kel
uarga yang menderita diabetes mellitus. Ketidakmampuan keluarga merawat
anggota keluarga yang sakit salah satunya disebabkan oleh tidak seimbangny
a sumber-sumber yang ada di keluarga (Suptajitno, 2014).
7) Aktivitas
Aktivitas yang berlebihan atau tidak sesuai dengan keinginan yang membuat ses
eorang kehilangan banyak kalori, jika tidak didukung dengan asupan energi/kalo
ri yang seimbang akan mengakibatkan keadaan yang lebih buruk. Pada saat gula
darah pasien <100, anjurkanlah pasien untuk makan cemilan terlebih dahulu seb
elum melakukan aktivitas yang berlebihan
b. Tahap dan riwayat perkembangan
Tahap perkembangan keluarga ditentukan oleh usia anak tertua dari keluarga inti,
riwayat kesehatan keluarga inti, riwayat kesehatan masing-masing anggota keluar
ga, perhatian terhadap upaya pencegahan penyakit, upaya dan pengalaman keluar
ga terhadap pelayanan kesehatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan kesehatan
(Suparjitno, 2014)
c. Data lingkungan
1) Karakteristik rumah, yang menjelaskan tentang hasil identifikasi rumah yang di
huni keluarga meliputi luas, tipe, jumlah, ruangan, pemanfaatan ruangan, jumlah
ventilasi, peletakan perabot rumah tangga, sarana pembuangan air limbah, dan k
ebutuhan MCK, keadaan akan lebih mudah dipelajari bila digambar dengan den
ah.
2) Karakteristik tetangga dan komunitasnya, menjelaskan tentang karakteristik dari
tetangga dan komunitas setempat.
3) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat, menjelaskan mengenai
waktu yang digunakan keluarga untuk berkumpul serta perkumpulan keluarga y
ang ada dan sejauh mana keluarga berinteraksi dengan masyarakat sekitarnya.
d. Struktur keluarga
1) Pola komunikasi keluarga, menjelaskan bagaimana cara keluarga berkomunikasi,
siapa pengambil keputusan utama, dan bagaimana peran anggota keluarga dala
m menciptakan komunikasi.
2) Nilai atau norma keluarga, menjelaskan nilai atau norma yang dipelajari dan dia
nut oleh keluarga yang berhubungan dengan kesehatan.
3) Struktur peran, menjelaskan peran masing-masing anggota keluarga secara form
al maupun informal baik di keluarga atau di masyarakat.
e. Fungsi keluarga
1) Fungi sosialisasi, menjelaskan tentang hubungan anggota keluarga, sejauh mana
anggota keluargabelajar tentang disiplin, nilai, norma, budaya, dan perilaku yan
g berlaku di keluarga dan masyarakat.
2) Fungsi afektif, hal yang perlu dikaji yaitu gambaran diri anggota keluarga, peras
aan memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan anggota keluarga, bagaima
na keluarga mengembangkan sikap saling menghargai.
3) Fungsi pemenuhan atau pemeliharaan kesehatan, tujuan pengkajian yang berkait
an dengan tugas keluarga di bidang kesehatan :
a) Mengetahui kemampuan keluarga untuk mengenal masalah kesehatan. Hal y
ang perlu dikaji adalah sejauh mana kemampuan keluarga untuk dapat menge
tahui fakta dari masalah kesehatan yang sedang dialami, meliputi pengertian,
tanda dan gejala, penyebab, faktor yang mempengaruhi serta persepsi keluarg
a terhadap masalah kesehatan terutama yang dialami anggota keluarga.

b) Mengetahui kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan mengenai tin


dakan kesehatan yang tepat, hal ini merupakan upaya keluarga yang utama u
ntuk mencari pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan
mempertimbangkan siapa diantara keluarga yang mempunyai kemampuan un
tuk memutuskan tindakan keluarga. Tindakan kesehatan yang dilakukan oleh
keluarga diharapkan tepat agar masalah kesehatan dapat dikurangi atau bahka
n teratasi.
c) Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan, seringkali keluarga
telah mengambil tindakan yang tepat dan benar, tetapi keluarga memiliki ket
erbatasan yang telah diketahui oleh keluarga sendiri. Jika demikian anggota k
eluarga yang mengalami gangguan kesehatan perlu memperoleh tindakan lan
jutan atau perawatan agar masalah yang lebih parah tidak terjadi. Perawatan
dapat dilakukan di tempat pelayanan kesehatan atau di rumah apabila keluarg
a telah memiliki kemampuan melakukan tindakan untuk pertolongan pertama.
d) Memodifikasi lingkungan rumah adalah salah satu upaya untuk pemenuhan a
tau pemeliharaan kesehatan yang dapat menunjang kesehatan keluarga, ketid
aksanggupan dalam hal ini dapat berpengaruh terhadap kesehatan anggota ke
luarga. Ketidaksanggupan tersebut disebabkan karena ketidaktahuan tentang
usaha pencegahan penyakit.
e) Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada, pemanfaatan fasilitas kesehatan y
ang ada secara optimal oleh keluarga dapat membantu keluarga mengenal sec
ara dini dan mengatasi masalah kesehatan yang timbul pada anggota keluarga
Yang perlu dikaji sejauh mana keluarga mengetahui keberadaan fasilitas kes
ehatan, sejauh mana keluarga mengetahui keuntungan-keuntungan mengguna
kan fasilitas kesehatan (Suparjitno, 2014)

f. Pola istirahat dan tidur


Kebutuhan istirahat dan tidur harus dikaji berapa lamanya tidur siang atau malam
hari. Kemudian bagaimana dengan tidurnya nyenyak atau terganggu
g. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga. Metode yang digunak
an pada pemeriksaan fisik tidak berbeda dengan pemeri ksaan di klinik. Yaitu hea
d to toe dimana pada tahap pemeriksaan fisik ini akan dilakukan secara detail dari
ujung rambut hingga ujung kaki. Yang tujuannya untuk mencari data objektif unt
uk menemukan masalah yang kemungkinan ada dari masing-masing anggota kelu
arga.
h. Harapan keluarga
Pada akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan keluarga terhadap petugas k
esehatan yang ada. Hal ini agar dapat melakukan asuhan keperawatan keluarga se
suai dengan harapan keluarga yang diinginkan serta membantu dalam menentuka
n tujuan dari asuhan keperawatan pada keluarga.

2. Diagnosa Keperawatan keluarga


Beberapa diagnosa keperawatan keluarga yang dapat dirumuskan pada anggota
keluarga dengan masalah Diabetes Melitus adalah (PPNI, SDKI (Standar Diagnosis
Keperawatan Idonesia) Definisi dan Indikator Diagnostik, 2017):
a. Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan ketidakmampuan ke
luarga dalam merawat anggota keluarga yang mengalami DM (D.0027) hal 71.
b. Risiko gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan ketidakmampua
n keluarga dalam merawat anggota keluarga yang mengalami DM (D. 0129)
hal 282.
c. Manajemen Kesehatan Keluarga Tidak Efektif berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga dalam merawat keluarga yang mengalami diabetes
melitus(D.0115) hal 254
3. Scooring
Skala Untuk Menentukan Prioritas
NO KRITERIA SCORE BOBOT
SIFAT MASALAH
Tidak / Kurang sehat 3
1 1
Ancaman Kesehatan 2
Keadaan Sejahtera 1
KEMUNGKINAN MASALAH BISA DIUBAH
Mudah 2
2 2
Sebagian 1
Tidak Dapat 0
POTENSIAL MASALAH UNT DICEGAH
Tinggi 3
3 1
Cukup 2
Rendah 1
MENONJOLKAN MASALAH
Masalah berat, harus segera ditangani 2
4 1
Ada masalah tetapi tidak perlu ditangani segera 1

Skoring :
a. Tentukan skor untuk setiap kriteria yang dibuat.
b. Skor dibagi dengan angka tertinggi kemudian dikalikan dengan bobot.
Skor : Angka tertinggi x Bobot.
c. Jumlahkanlah skor untuk semua kriteria ( Skor tertinggi sama dengan
jumlah bobot, yaitu 5).
d. Setelah melakukan scoring maka dilakukan perioritas masalah dimana
score yang paling tinggi menjadi diagnose pertama dan diikuti dengan
jumlah score dibawahnya.

4. Intervensi dan Rasional


Diagnosa
Tujuan dan Kriteria Intervensi
No Keperawatan Rasional
Hasil (SLKI) (SIKI)
(SDKI)
1 Ketidakstabilan k Tujuan : Manajemen Hiperglikemia
adar glukosa dara Setelah dilakukan (I.03115)
h berhubungan de tindakan Observasi :
ngan ketidakmam keperawatan selama a. Identifikasi - Untuk mengetahui
puan keluarga dal 3 kali kunjungan kemungkinan penyebab
am merawat angg diharapkan keluarga penyebab hiperglikemia
ota keluarga yang mampu merawat Hiperglikemia
mengalami anggota keluarga b. Monitor kadar - Untuk memonitor
Diabetes Melitu yang sakit dengan glukosa darah kadar glukosa darah
s(D.0027) kriteria hasil : c. Monitor tanda dan - Untuk mengetahui
Keluarga mampu gejala hiperglikemia tanda dan gejala
merawat anggota
keluarga yang sakit Terapeutik :
dengan melakukan a. Berikan asupan - Untuk memberikan
diit bagi anggota cairan oral asupan cairan oral
keluarga yang b. Konsultasi dengan - Untuk konsultasi
menderita Diabetes ahli medis jika dengan ahli medis
Melitus seta tanda dan gejala
penatalaksaan hiperglikemia tetap
lainnya seperti ada atau
perawatan kaki, memburuk.
pengambilan atau Edukasi :
tata cara a. Anjurkan monitor - Untuk memonitor
penggunaan obat kadar glukosa kadar glukosa darah
(Insulin) sehingga darah secara
kadar glukosa darah mandiri
dalam urin b. Anjurkan - Untuk mengajari diet
membaik kepatuhan
terhadap diet dan
olahraga
Kolaborasi :
a. Kolaborasi - Untuk kolaborasi
Pemberian insulin pemberian insulin
b. Kolaborasi - Untuk kolaborasi
pemberian cairan pemberian cairan.
IV
2 Risiko gangguan i Tujuan : Perawatan Integritas Kulit
ntegritas kulit/jari Setelah dilakukan ( I.11353)
ngan berhubungan tindakan Observasi :
dengan ketidakma keperawatan selama a. Identifikasi penyebab - Untuk mengetahui
mpuan keluarga d 3 kali kunjungan gangguan integritas penyebab integritas
alam merawat ang diharapkan keluarga kulit kulit
gota keluarga yan mampu merawat Terapeutik :
g mengalami DM anggota keluarga a.Ubah posisi tiap 2 jam - Untuk mengubah
yang sakit dengan jika tirah baring. posisi
(D. 0139)
cara menjaga bagian b. Bersihkan perineal - Untuk
tubuh yang dengan dengan air hangat membersihkan
atau tidak luka perineal
diabetikum dengan Edukasi :
kriteria hasi : a.Anjurkan menggunakan - Untuk mengajarkan
Keluarga mampu pelembab penggunaan
merawat anggota pelembab
keluarga yang b. Anjurkan minum air - Untuk menyarankan
mengalami yang cukup minum yang cukup
Diabetes Melitus - Untuk
c.Anjurkan meningkatkan
agar tidak adanya meningkatkan
asupan nutrisi
luka. Apabila sudah asupan nutrisi
Kolaborasi
terdapat luka - Agar luka pasien
keluarga mampu a. Berkolaborasi dalam dapat terobati
melakukan perawatan luka. dengan baik
perawatan mandiri, a.
atau dapat
mengetahuai akses
untuk perawatan
luka sehingga
kerusakan jaringan
atau lapisan kulit
menurun.
3 Manajemen Tujuan : Edukasi Kesehatan
Kesehatan Setelah dilakukan (I.12383)
Keluarga Tidak intervensi Observasi :
Efektif keperawatan selama a. Identifikasi - Untuk
berhubungan 3 kali kunjungan kesiapan dan mengetahui
dengan diharapkan kemampuan kesiapam dan
ketidakmampuan manajemen menerima kemampuan
keluarga dalam kesehatan keluarga informasi menerima
merawat meningkat dengan informasi.
keluarga yang kriteria hasil : b. Identifikasi faktor- - Untuk
mengalami Keluarga mampu faktor yang dapat mengetahui
diabetes menjelaskan meningkatkan dan faktor- faktor
melitus(D.0115) masalah kesehatan menurunkan
yang dialami dan motivasi perilaku
Aktivitas keluarga hidup sehat
mengatasi masalah Terapeutik :
kesehatan tepat. a. Sediakan materi dan - Untuk
pendidikan menyampaikan
kesehatan materi kesehatan
b. Jadwalkan - Untuk
pendidikan menjadwalkan
kesehatan sesuai pendidikan
kesepakatan
Edukasi :
a. Jelaskan faktor - Untuk
risiko yang dapat mengetahui
mempengaruhi faktor risiko
kesehatan
b. Ajarkan perilaku - Untuk
hidup bersih dan mengajarkan
sehat perilaku hidup
Kolaborasi : bersih
a. Pemberian - Untuk
Pendidikan meningkatkan
kesehatan. pengetatuan
a.
DAFTAR PUSTAKA

Ardiani, H. E., Permatasari, T. A., & Sugiatami. (2021). Obesitas, Pola Diet, dan
Aktifitas Fisik dalam Penanganan Diabetes Melitus pada Masa Pandemi
Covid-19. Muhammadiyah Journal od Nutrition and Food Since, 1-12.
Ariyani, N. (2019). KTI Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Diabetes Melitus
di Wilayah Kerja Puskesmas Sempaja Samarinda. Samarinda: Poltekkes
Kalimantan Timur.
BKKBN. (2017). Penanaman dan Penerapan Nilai Karakter melalui 8 Fungsi
Keluarga. Jakarta: BKKBN.
Brunner, & Suddarth. (2020). Text Book Of Medical Surgical Nursing 12th
Edition. China: LWW.
Crasto, W., Jarvis, J., & Davies, M. J. (2016). Handbook of Insulin Therapies.
Switzerland: Springer International Publishing .
Dr. dr. Eva Decroli, S.-K. F. (2019). Diabetes Melitus Tipe 2. Padang: Pusat
Penerbitan Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Andalas.
Galicia-Garcia U, B.-V., Jebari, Larrea-Sebal, Siddiqi, Uribe, Ostolaza, & Martín.
(2020). Pathophysiology of Type 2 Diabetes Mellitus. International
Journal of Melecular Sciences, 1-34.
Goyal, & Jialal. (2021). Diabetes Mellitus Type 2. United State: StatPearls
Publishing.
Kaakinen, J. r., Coehlo, D. P., Steele, R., & Robinson, M. (2018). Family Health
Care Nursing Theory, Practice, and Research, Sixth Edition. Dalam J. R.
Kaakinen, Family Health Care Nursing (hal. 3-51). Philadelphia: E.A.
Davis Company.
Kemenkes. (2017). Keluarga Sehat Wujudkan Indonesia Sehat. Jakarta: Warta
Kesmas.
Kholifah, S. N., & Widagdo, W. (2016). Keperawatan Keluarga dan Komunitas.
Jakarta: Kemenkes RI.
PERKENI. (2021). Pedoman Pemantauan Glukosa Darah Mandiri 2021. Jakarta:
PERKENI.
PERKENI. (2021). Pedoman Petunjuk Praktis Terapi Insulin Pada Pasien
Diabetes Melitus-2021. Jakarta: PERKENI.
PPNI. (2017). SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Idonesia) Definisi dan
Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
PPNI. (2018). SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Idonesia) Definisi dan
Tindakan Keperawatan. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
PPNI. (2019). SLKI (Standar Luaran Keperawatan Idonesia) Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Putri, D. S., & Nugroho, E. G. (2020 ). Senam Kaki Diabetik sebagai Upaya
Paningkatan Self Care pada Pasien Diabetes Melitus di Rumah Sakit
Mardirahayu Kudus. Jurnal Pengabdian Kesehatan STIKES Cendekia
Utama Kudus, 132-140.
Renteng, S., & Simak, V. F. (2021). Keperawatan Keluarga. Jakarta: Tohar
Media.
Sapra, & Bhandar. (2021). Diabetes Melitus. UK: StatPearls.
Suparjitno. (2014). Konsep Keperawatan Keluarga. Jakarta: EGC.
Udjianti, W. J. (2013). Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika.
Wiadnyani, N. P. (2021). Asuhan Keperawatan Ketidakstabilan Kadar Glukosa
Darah Pada Ny.S Dengan Diabetes Mellitus Tipe Ii Di Ruang Astina Rsud
Sanjiwani Gianyar Tahun 2021. Jombang: Diploma thesis, Jurusan
Keperawatan 2021.
KEPERAWATAN KELUARGA

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA TN. K DENGAN MASALAH


DIABETER MELITUS

DOSEN PEMBIMBING:

NURBANI S.Kep,M.Kep
NIP. 197603282002122001

PEMBIMBING LAPANGAN:

Ns. EMI ROSANTY S.Kep


NIP : 198008012006042017

DISUSUN OLEH:

FATIMA AZZAHRA
NIM. 191111004

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PONTIANAK

JURUSAN KEPERAWATAN SINGKAWANG

SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN KEPERAWATAN

2022
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN INI BERJUDUL : ASUHAN KEPERAWATAN


KELUARGA TN. K DENGAN MASALAH DIABETES MELITUS

TELAH DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING


PUSKESMAS PADA TANGGAL

HARI/TANGGAL: FEBRUARI 2022


TEMPAT: DI PUSKESMAS SINGKAWANG BARAT

PEMBIMBING PUSKESMAS
PEMBIMBING AKADEMIK

NURBANI S.Kep,M.Kep Ners,EMI ROSANTI S.Kep


NIP. 197603282002122001 NIP : 198008012006042017

DISUSUN OLEH

FATIMA AZZAHRA
NIM. 191111004
A. Pengkajian Keluarga

1. Data Umum
Nama Kepala Keluarga : Tn. K
Umur : 67 tahun
Alamat : Jl. Ahmad Yani, GG. Arsyad Sutin, No.6,
032/013 Pasiran, Singkawang Barat
Pekerjaan Kepala Keluarga : Pensiunan dinas perhubungan
Pendidikan Kepala Keluarga : SLTA
Agama : Islam
Suku bangsa : Melayu, Indonesia
No Nama JK Hub dgn KK Umur Pendidikan Agama Pekerjaan

1. Ny.N P Istri 62 th SLTA Islam Wiraswasta

KK ke-2

1. Tn.U L Kepala 30 th D3 Islam PNS


Keluarga

2. Ny.U P Istri 27 th SMA Islam IRT

3. An.A P Anak 4 th Belum Islam Tidak


Sekolah Bekerja

4. By. S P Anak 9 bulan Belum Islam Tidak


Sekolah Bekerja

Komposisi keluarga
2. Genogram

X X X X

Keterangan

: Laki-Laki X : Meninggal
: Perempuan ------- : serumah
3. Tipe keluarga
Keluarga Tn. K memilki tipe keluarga extanded family, karena
keluarga Tn.K terdiri dari dua kepala keluarga yang tinggal dalam satu
rumah.
4. Status social ekonomi keluarga
Tn. K merupakan pensiunan PNS dan memiliki gaji pensiun. Ny. N
merupakan seorang penjahit yang membantu perekonomian keluarga.
Anak dari Tn. K yaitu Ny.U merupakan ibu rumah tangga yang mengurus
kedua anaknya dan suaminya Tn.U bekerja sebagai PNS. Penghasilan
keluarga Tn. K + Rp. 7.000.000/ bulanSuku Bangsa
Keluarga Tn. K berasal dari suku melayu atau Indonesia,
kebudayaan yang dianut tidak bertentangan dengan masalah kesehatan dan
bahasa yang digunakan sehari-hari adalah bahasa melayu.
5. Aktivitas rekreasi keluarga
Kegiatan yang dilakukan keluarga untuk rekreasi adalah menonton
TV, makan bersama di luar dan sesekali bertamasya ke tempat wisata atau
pusat perbelanjaan yang ada di daerah Singkawang. Kadang-kadang
berkumpul dengan sanak saudara saat ada acara keluarga dan lebaran.

6. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga

a. Tahap perkembangan keluarga saat ini


Keluarga Tn. K berada dalam tahap perkembangan keluarga
dengan tahap anak usia dewasa muda.
b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Semua tahap perkembangan keluarga Tn.K sudah terpenuhi,
tinggal memenuhi kebutuhan perkembangan sesuai usianya.
c. Riwayat keluarga inti :

Tn. K mengatakan menikah + 45 tahun yang lalu, selama


menikah klien dikaruniai 6 orang anak, 3 laki dan 3 perempuan, semua
anaknya sudah menikah dan memiliki anak. Kelima anaknya
memutuskan untuk tinggal terpisah dan anaknya yang bungsu tinggal
bersama Tn.K.
d. Riwayat Keluarga sebelumnya
Tn. K mengatakan di rumahnya hanya dia yang memiliki
penyakit diabetes melitus dan hipertensi. Diebtes Melitus sudah
dimilikinya sejak + 37 tahun selang beberapa tahun kemudian beliau
mengalami hipertensi. Pada tahun 2008 Tn. K mengalami Struk
sebagian tubuhnya dan lumpuh sebelah kiri hal ini yang menyebabkan
cara berjalan Tn. K abnormal. Anggota keluarganya serumah Tn.K
tidak mempunyai keluhan penyakit keturunan.

7. Lingkungan
a. Karakteristik rumah
Tempat tinggal Tn. K memiliki luas 114,75 m, Tipe rumah 45,
milik sendiri. Rumah Tn. K memiliki kamar/ ruangan sebanyak 10
ruangan, Ventilasi/ penerangan cukup, dengan pemanfaatan ruangan :
1 ruang tamu, 3 kamar tidur, 1 Toko An.K, 1 R keluarga, 1 dapur, 1
ruang makan, 2 kamar mandi satu ruang cuci baju. Rumah Tn. K
memiliki 1 Septik tenk, jarak pembuangan (Septik tenk) dengan
sumber mata air ±10m. Keluarga Tn. K menggunakan sumber air
minum dari air hujan. Tersedia tempat sampah, untuk limbah rumah
tangga ada di belakang rumah dan biasanya dibuang sehari sekali, ada
petugas kebersihan yang datang kerumah.

b. Keadaan lingkungan rumah

Lingkungan sekitar rumah Tn.A cukup asri dan bersih. Untuk


keadaan dalam rumah juga bersih.

c. Karakteristik Tetangga dan Komunitas RW

Tetangga yang ada di sekitar rumah Tn. K semuanya ramah


dan saling tolong-menolong satu sama lain. Tn K tinggal di gang yang
terdapat banyak kontrakan dan kosan.
d. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat

Biasanya Ny. N ikut arisan sebulan sekali sekali, sedangkan


Tn. K selalu ikut serta bila ada acara kerja bakti RT maupun RW.
Keluarga Tn. K juga senang bersosialisasi dengan tetangga dan
membantu apabila sedang ada acara.

e. Sistem pendukung keluarga


Semua anggota keluarga dalam kondisi sehat. Antara anggota
keluarga saling menyayangi dan membantu satu sama lain. Keluarga
Tn. K memiliki fasilitas : Televisi, MCK, tempat tidur yang nyaman,
sumber air bersih, motor sebagai sarana transportasi dan untuk masalah
kesehatan, keluarga Tn. K memiliki memiliki bpjs untuk membantu
biaya pengobatan.

8. Struktur Keluarga

a. Pola Komunikasi Keluarga


Ny. N mengatakan bahwa komunikasi pada keluarganya
menekankan keterbukaan. Bila ada masalah dalam keluarga, Ny. N
mendiskusikan bersama dengan angoota keluarga. Waktu yang
biasanya digunakan untuk komunikasi pada saat santai yaitu malam
hari dan waktu santai bersama dengan anggota keluarga.
b. Struktur Kekuatan keluarga
Pemegang keputusan di keluarga adalah Tn. K sebagai kepala
keluarga, tetapi tidak menutup kemungkinan suatu ketika Tn. U punya
pendapat sendiri dan membuat keputusan sendiri untuk keluarga
intinya,
c. Struktur Peran
Tn. K Sebagai kepala keluarga mampu menjalankan perannya
dengan baik sebagai kepala keluarga, suami, ayah dan kakek. Ny. N
berperan sebagai seorang istri, ibu dan nenek yang bertugas dalam
menjalankan peraturan rumah tangga dan mencurahkan kasih
sayangnya kepada semua anggota keluarga. Tn.U berperan sebagai
menantu yang membatu menyokong perekonomian keluarga serta
Ny,U yang berperan sebagai anak, istri dan ibu dengan baik. An. A dan
By. S berperan dengan baik sebagai anak
d. Nilai dan Norma Budaya
Nilai dan norma yang dipegang oleh Tn. K adalah sesuai
dengan nilai-nilai ajaran Islam dan tidak terpengaruh oleh norma
budaya. Penerimaan keluarga terhadap perawat sangat baik, setiap
masalah yang ada diutarakan dan menerima kehadiran perawat.

9. Fungsi Keluarga
a. Fungsi Afektif: Ny. N mengatakan bahwa setiap anggota keluarga
dalam rumah dapat saling terbuka dalam menyampaikan pendapat
b. Fungsi Sosialisasi: Hubungan antaranggota keluarga dalam rumah
berjalan dengan baik. Hubungan anggota keluarga dengan tetangga
juga baik apalagi keluarga Tn. K tergolong paling lama tinggal di
wilayah tersebut.
c. Fungsi Perawatan Keluarga: Tn. K mengatakan sudah lama menderita
diabetes, namun keluarga hanyak sekedar tahu penyakit gula darah dan
tidak terlalu paham secaara rinci mengenai penyakit diabetes melitus
itu sendiri. Tn. K mengatakan rutin berkunjung ke puskesmas untuk
mengambil obat DM dan Hipertensinya. Keluarga mengatakan cara
merawat keluarga dengan Diabetes melitus hanya dengan tidak makan
dan minum gula berlebih dan sempat mendapat edukasi terkait diet
untuk diabetes melitus tetapi keluarga tidak terlalu paham dengan apa
yang dijelaskan sehingga tidak mengikuti anjuran yang diberikan.

10. Stress dan Koping Keluarga.


Tn. K mengatakan tidak terlalu stress dengan penyakitnya karena
sudah lama dan maulai menerima keadaanya dan klien paham jika berobat
dengan teratur maka komplikasi yyang terjadi akan semakin kecil.
Keluarga klien menerima keadaan yang dialami klien tidak ada penolakan
terkait keadaan yang pasien alami. Keluarga berusaha untuk berobat dan
memeriksakan ke puskesmas atau fasilitas pelayanan kesehatan terdekat
apabila terjadi permasalahan kesehatan dan selalu menyelesaikan masalah
yang ada dikeluarga secara besama-sama dan mengambil keputusan
dengan tenang.
11. Pemeriksaan fisik.

TD Nadi Nafas Suhu


No Nama
(mmHg) (x/menit) (x/menit) (oC)

1 Tn. K 130/80 90 21 36,7

GDP 140 mg/dl

Pemeriksaan Jantung:
Fisik Tidak terdapat tonjolan dan massa pada dada, tidak ada
retraksi intercostae, terdengar dullness pada perkusi batas
jantung, BJ 1 dan BJ 2 terauskultasi normal, serta tidak
terdapat mur-mur dan gallop.
Paru-paru:
Pengembangan simetris, warna dada sama dengan kulit lainnya
(tidak terdapat lebam, kebiruan), tidak terdapat tonjolan
abnormal, pernafasan 21 x/menit, tactil fremitus sama kiri dan
kanan, bunyi nafas terauskultasi vesikuler, dan
tidak terdapat suara tambahan.
Abdomen:
Perut terlihat datar dan warnanya sama dengan kulit lainnya
(tidak ada lebam, kemerahan), perut teraba lemas, tidak terdapat
nyeri tekan, tidak teraba massa, hepar tidak teraba, bising usus
terdengar 10x/menit
Ekstremitas:
Terlihat bahu simetris, warna sama dengan kulit, tidak teraba
luka, tidak terdapat tonjolan. Cara berjalan pasien pincang post
stroke. Tubuh sebelah kiri ototnya agak lemah namun masih dapat
melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri
kekuatan otot: 5555 4444
5555 4444
Kulit:
Kulit terlihat bersih, tidak bau, warna sawo matang, tidak ada lesi,
senstifitas terhadap benda tumpul dan tajam baik.
Kepala:
Bentuk kepala dan muka simetris, klien dapat merasakan
benda tumpul dan tajam, gerakan pipi, rahang, dan alis
simetris.
Leher:
Bentuk simetris, warna sama dengan kulit, tidak terdapat
pembesaran vena juguralis dan tiroid. Tidak terdapat massa.
Dapat bergerak proposional ke kiri, kanan, atas, dan bawah tanpa
ada nyeri.
Telinga:
Daun telinga simetris kiri dan kanan, bersih, tidak ada benjolan,
tidak bengkak, tidak ada nyeri tekan, tidak ada serumen. Klien
dapat mendengar dengan baik.
Mata:
Isokor, bola mata dapat mengikuti arah gerakan tangan pemeriksa,
tidak ada nyeri tekan, diameter pupil + 2 mm, reaksi cahaya +/+,
konjungtiva tidak anemis, kornea tidak ikterik, memakai kacamata
jika membaca.
Mulut dan hidung:
Bibir simetris, mukosa lembab, lidah simetris, dapat bergerak ke
kiri dan ke kanan, tidak pucat, lidah dapat merasakan asam, asin,
dan manis dengan baik.
Bentuk simetris, warna kulit sama dengan kulit sekitarnya, tidak
terdapat lesi atau cairan, mukosa hidung lembab, terdapat bulu
hidung, uji penciuman baik.
TD Nadi Nafas Suhu
No Nama
(mmHg) (x/menit) (x/menit) (oC)

2 Ny. N 110/90 82 19 36,8 48

Pemeriksaan Jantung:
Fisik Tidak terdapat tonjolan dan massa pada dada, tidak ada retraksi
intercostae, terdengar dullness pada perkusi batas jantung, BJ 1
dan BJ 2 terauskultasi normal, serta tidak
terdapat mur-mur dan gallop.
Paru-paru:
Pengembangan simetris, warna dada sama dengan kulit lainnya
(tidak terdapat lebam, kebiruan), tidak terdapat tonjolan abnormal
(juga pada payudara), pernafasan 19 x/menit, tactil fremitus sama
kiri dan kanan, bunyi nafas terauskultasi vesikuler dan tidak
terdapat suara tambahan.
Abdomen:
Perut terlihat bulat dan warnanya sama dengan kulit lainnya
(tidak ada lebam, kemerahan), perut teraba lemas, tidak
terdapat nyeri tekan, tidak teraba massa, hepar tidak teraba,
bising usus terdengar 9 x/menit
Ekstremitas:
Terlihat bahu simetris, warna sama dengan kulit, tidak terdapat
tonjolan, dapat mengangkat dan menahan beban
dengan baik, refleks brachioradialis normal kiri dan kanan, refleks
patela normal kiri dan kanan,
kekuatan otot: 5555 5555
5555 5555
Kulit:
Kulit terlihat bersih, tidak bau, warna sawo matang, elastis,
tidak ada lesi, senstifitas terhadap benda tumpul dan tajam baik.

Kepala:
Bentuk kepala dan muka simetris, klien dapat merasakan
benda tumpul dan tajam, gerakan pipi, rahang, dan alis
simetris.
Leher:
Bentuk simetris, warna sama dengan kulit, tidak terdapat
pembesaran JVP dan tiroid. Tidak terdapat massa. Dapat
bergerak proposional ke kiri, kanan, atas, dan bawah tanpa ada
nyeri.
Telinga:
Daun telinga simetris kiri dan kanan, bersih, tidak ada benjolan,
tidak bengkak, tidak ada nyeri tekan, tidak ada serumen. Klien
dapat mendengar dengan baik.
Mata:
Isokor, bola mata dapat mengikuti arah gerakan tangan pemeriksa,
tidak ada nyeri tekan, diameter pupil + 2 mm, reaksi cahaya +/+,
konjungtiva tidak anemis, kornea tidak ikterik.

Mulut dan hidung:


Bibir simetris, mukosa lembab, lidah simetris, dapat bergerak ke
kiri dan ke kanan, tidak pucat, lidah dapat merasakan asam, asin,
dan manis dengan baik.
Bentuk simetris, warna kulit sama dengan kulit sekitarnya, tidak
terdapat lesi atau cairan, mukosa hidung lembab,
terdapat bulu hidung, uji penciuman baik.
TD Nadi Nafas Suhu
No Nama
(mmHg) (x/menit) (x/menit) (oC)
3 Tn.U 120/80 88 20 36,5 51

Pemeriksaan Jantung:
Fisik Tidak terdapat tonjolan dan massa pada dada, tidak ada
retraksi intercostae, terdengar dullness pada perkusi batas
jantung, BJ 1 dan BJ 2 terauskultasi normal, serta tidak
terdapat mur-mur dan gallop.
Paru-paru:
Pengembangan simetris, warna dada sama dengan kulit lainnya
(tidak terdapat lebam, kebiruan), tidak terdapat tonjolan
abnormal, pernafasan 20 x/menit, tactil fremitus sama kiri dan
kanan, bunyi nafas terauskultasi vesikuler, dan tidak terdapat
suara tambahan.
Abdomen:
Perut terlihat bulat dan warnanya sama dengan kulit lainnya
(tidak ada lebam, kemerahan), perut teraba lemas, tidak terdapat
nyeri tekan, tidak teraba massa, hepar tidak teraba, bising usus
terdengar 9 x/menit
Ekstremitas:
Terlihat bahu simetris, warna sama dengan kulit, tidak terdapat
tonjolan, dapat mengangkat dan menahan beban dengan baik,
refleks brachioradialis normal kiri dan kanan, refleks patela
normal kiri dan kanan,
kekuatan otot: 5555 5555
5555 5555
Kulit:
Kulit terlihat bersih, tidak bau, warna gelap, elastis, tidak ada lesi,
senstifitas terhadap benda tumpul dan tajam baik.
Kepala:
Bentuk kepala dan muka simetris, klien dapat merasakan
benda tumpul dan tajam, gerakan pipi, rahang, dan alis
simetris.
Leher:
Bentuk simetris, warna sama dengan kulit, tidak terdapat
pembesaran JVP dan tiroid. Tidak terdapat massa. Dapat
bergerak proposional ke kiri, kanan, atas, dan bawah tanpa ada
nyeri.
Telinga:
Daun telinga simetris kiri dan kanan, bersih, tidak ada benjolan,
tidak bengkak, tidak ada nyeri tekan, tidak ada
serumen. Klien dapat mendengar dengan baik.
Mata:
Isokor, bola mata dapat mengikuti arah gerakan tangan pemeriksa,
tidak ada nyeri tekan, diameter pupil + 2 mm, reaksi cahaya +/+,
konjungtiva tidak anemis, kornea tidak
ikterik.
Mulut dan hidung:
Bibir simetris, mukosa lembab, lidah simetris, dapat bergerak ke
kiri dan ke kanan, tidak pucat, lidah dapat merasakan asam, asin,
dan manis dengan baik.
Bentuk simetris, warna kulit sama dengan kulit sekitarnya, tidak
terdapat lesi atau cairan, mukosa hidung lembab, terdapat bulu
hidung, uji penciuman baik.
TD Nadi Nafas Suhu
No Nama
(mmHg) (x/menit) (x/menit) (oC)

4 Ny.U 110/90 91 21 36,8 36

Pemeriksaan Jantung:
Fisik Tidak terdapat tonjolan dan massa pada dada, tidak ada
retraksi intercostae, terdengar dullness pada perkusi batas
jantung, BJ 1 dan BJ 2 terauskultasi normal, serta tidak
terdapat mur-mur dan gallop.

Paru-paru:
Pengembangan simetris, warna dada sama dengan kulit lainnya
(tidak terdapat lebam, kebiruan), tidak terdapat tonjolan
abnormal (juga pada payudara), pernafasan 21 x/menit, tactil
fremitus sama kiri dan kanan, bunyi nafas terauskultasi vesikuler
dan tidak terdapat suara tambahan.
Abdomen:
Perut terlihat bulat dan warnanya sama dengan kulit lainnya
(tidak ada lebam, kemerahan), perut teraba lemas, tidak terdapat
nyeri tekan, tidak teraba massa, hepar tidak teraba,
bising usus terdengar 8 x/menit.
Ekstremitas:
Terlihat bahu simetris, warna sama dengan kulit, tidak terdapat
tonjolan, dapat mengangkat dan menahan beban dengan baik,
refleks brachioradialis normal kiri dan kanan, refleks patela
normal kiri dan kanan,
kekuatan otot: 5555 5555
5555 5555
Kulit:
Kulit terlihat bersih, tidak bau, warna sawo matang, elastis,
tidak ada lesi, senstifitas terhadap benda tumpul dan tajam baik.

Kepala:
Bentuk kepala dan muka simetris, klien dapat merasakan
benda tumpul dan tajam, gerakan pipi, rahang, dan alis
simetris.
Leher:
Bentuk simetris, warna sama dengan kulit, tidak terdapat
pembesaran JVP dan tiroid. Tidak terdapat massa. Dapat
bergerak proposional ke kiri, kanan, atas, dan bawah tanpa ada
nyeri.
Telinga:
Daun telinga simetris kiri dan kanan, bersih, tidak ada benjolan,
tidak bengkak, tidak ada nyeri tekan, tidak ada serumen. Klien
dapat mendengar dengan baik.
Mata:
Isokor, bola mata dapat mengikuti arah gerakan tangan pemeriksa,
tidak ada nyeri tekan, diameter pupil + 2 mm, reaksi cahaya +/+,
konjungtiva tidak anemis, kornea tidak ikterik.

Mulut dan hidung:


Bibir simetris, mukosa lembab, lidah simetris, dapat bergerak ke
kiri dan ke kanan, tidak pucat, lidah dapat merasakan asam, asin,
dan manis dengan baik.
Bentuk simetris, warna kulit sama dengan kulit sekitarnya, tidak
terdapat lesi atau cairan, mukosa hidung lembab,
terdapat bulu hidung, uji penciuman baik.

12. Harapan Keluarga


Keluarga berharap dengan kedatangan mahasiswa berkunjung ke
rumahnya adalah keluarga dapat mengetahui status kesehatan keluarga
sehingga dapat melakukan perawatan yang baik dan benar. Dengan
demikian keluarga berharap akan selalu berada dalam kondisi sehat lahir
dan batin atau setidaknya stabil serta bisa meningkatkan perilaku hidup
bersih dan sehat. Mereka juga berharap akan mendapatkan banyak
pengetahuan tentang diabetes melitus dan cara perawatannya.

B. Analisa Data

NO DATA ETIOLOGI MASALAH

1 DS: Hambatan kemampuan dalam Perilaku kesehatan


 Ny. N mengetahui Tn. K mengubah PHBS untuk Cenderung
mengalami DM tetapi dan memperbaiki status kesehatan Beresiko (D.0099)
tidak mengetahui secara rinci.  hal. 216
Ny. N mengatakan pasien
Kurang terpapar informasi
hanya menghindari konsumsi
gula yang berlebihan, 
perawatan DM lainnya pasien
belum tahu, dan ingin Gagal melakukan tindakan

mengetahui. pencegahan masalah kesehatan


(diabetes melitus)
 Keluarga mengatakan sempat
diberitahu terkiat diet untuk 
diabetes melitus namun tidak
terlalu paham dengan apa yang Perilaku kesehatan cenderung

dijelaskan. beresiko

DO :
 Tn. K cukup kooperatif dan
bisa berdiskusi dengan baik.
 GDP : 140 mg/dl.
2 DS : Pola penanganan kesehatan Manajemen
dalam keluarga tidak kesehatan keluarga
 Tn. K mengatakan sudah
memulihkan kondisi kesehatan tidak efektif
mempunyai DM + 37 tahun
keluarga (D.0115) hal. 254
dan rutin ke puskesmas tiap
bulannya 
 Ny. N mengetahui Tn. K
Kompleksitas program
mengalami DM tetapi dan
perawatan
tidak mengetahui secara rinci.
Ny. N mengatakan pasien 
hanya menghindari konsumsi
Keluarga mengungkapkan tidag
gula yang berlebihan,
memahami masalah diabetes
perawatan DM lainnya pasien
melitus yang dialami oleh Tn.K
belum tahu, dan ingin
mengetahui. 
 Tn. K mengatakan selalu
Manajemen kesehatan keluarga
melakukan cek kesehatan
setiap bulannya di puskesmas
 Ny. N mengatakan hanya tahu tidak efektif
suaminya tidak boleh
mengkonsumsi gula secara
berlebihan.
 Tn. K mengatakan rutin
meminum obat yang diambil
di puskesmas tiap bulannya.
 Tn. K mengatakan ingin
meningkatkan gaya hidup
sehat yang lebih baik.
DO :

 Tn. K dan keluarga cukup


kooperatif saat dilakukan
pengkajian

C. Diagnosa Keperawatan

No Diagnosa keperawatan

1 Perilaku kesehatan cenderung beresiko b.d ketidakmampuan keluarga mengenal diabetes


melitus (D.0099) hal. 216

2 Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif b.d ketidakmampuan keluarga melakukan


perawatan anggota keluarga dengan diabetes melitus. (D.0115) hal. 254

D. Skoring Data
1. Perilaku kesehatan cenderung beresiko b.d ketidakmampuan keluarga
mengenal diabetes melitus (D.0099) hal. 216

No Kriteria Score Bobot Nilai Pembenaran


1 Sifat masalah 2 1 2:3x1= Klien dan keluarga tahu penyakit diabetes
- Ancaman Kesehatan 0.6 melitus secara umum

2 Ketidakmungkinan 2 2 2 : 2x2=2 Pemberian penjelasan yang tepat dapat


masalah dapat diubah membantu mengurangi resiko diabetes
- Mudah melitus yang lebih parah

3 Potensial masalah untuk 2 1 2:3x1= Penjelasan yang diberikan dapat


dicegah 0,6 menambah wawasan keluarga
- Tinggi
4 Menonjolnya masalah 2 1 2:2x1=1 Keluarga menyadari dengan mematuhi
- Masalah dirasakan dan pola makan yang dianjurkan dapat
harus segera ditangani mengurangi resikot penyakit

Jumlah 4.3

2. Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif b.d ketidakmampuan keluarga


merawat anggota keluarga yang mengalami diabetes melitus. (D.0115) hal.
254

No Kriteria Score Bobot Nilai Pembenaran

1 Sifat masalah 2 1 2:3x1= Potensial peningkatan kemampuan


- Ancaman Kesehatan 0.6 keluarga Tn. K dalam meningkatkan
kesehatan keluarga yang mengalami
Diabetes melitus

2 Ketidakmungkinan 1 2 1: 2x2=1 Pemberian penjelasan yang tepat dapat


masalah dapat diubah membantu mengurangi resiko diabetes
- Sebagian melitus yang lebih parah

3 Potensial masalah untuk 2 1 2:3x1= Penjelasan yang diberikan dapat


dicegah 0,6 menambah wawasan keluarga
- Cukup
4 Menonjolnya masalah 2 1 2:2x1=1 Keluarga menyadari dengan mematuhi
- Masalah dirasakan dan pola makan yang dianjurkan dapat
harus segera ditangani mengurangi resikot penyakit

Jumlah 3,9

E. Prioritas Masalah Keperawatan

No Prioritas Masalah Muncul Teratasi Paraf


1 Perilaku kesehatan cenderung beresiko b.d 22 Februari 24 Februari
ketidakmampuan keluarga mengenal diabetes melitus 2022 2022
(D.0099) hal. 216

2 Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif b.d 22 Februari 24 Februari


ketidakmampuan keluarga melakukan perawatan 2022 2022

anggota keluarga dengan diabetes melitus. (D.0115)


hal. 254

F. Intervensi dan Rasional

No Diagnosa Tujuan dan Intervensi Keperawatan Rasional


Keperawatan Kriteria Hasil

1 Perilaku (L.12107) Hal 88 Edukasi Perilaku Upaya


kesehatan Setelah melakukan Kesehatan (1.12435) Hal 100
cenderung tindakan Observasi
beresiko b.d keperawatan 1.Identifikasi kesiapan dan *Untuk mengetahui
ketidakmampuan selama 3 x1 jam kemampuan menerima kesiapan dan kemampuan
keluarga maka diharapkan informasi pasien dalam menerima
mengenal Status Koiping informasi
diabetes melitus Keluarga Keluarga Terapeutik
(D.0099) hal. 216 Membaik dengan 1.Sediakan materi dan media *Untuk mempersiapkan
kriteria hasill : pendidikan kesehatan media yang dilakukan saat
1.Kemampuan pendkes
melakukab 2.Jadwal pendidikan kesehatan *Agar terjadwal dengan
tindakan sesuai kesehatan rapi
pencegahan 3.Berikan kesempatan untuk
masalag kesehatan bertanya *Agar informasi lebih
meningkat Edukasi mudah tersampaikan
2.kemampuan 1.Berikan penjelasan pada
peningkatan keluarga tentang diet dan *Memberikan pemahaman
kesehatan mengkonsumsi makananan kepada pasien tentang
meningkat sesuai dengan diet diabetes bagaimana pola makanan
melitus. dan diet pada penderita
diabetes melitus.
2.Anjurkan menggunakan
fasilitas kesehatan
*untuk menjelaskan kepada
pasien mengenai
3.Ajarkan cara pemeliharaan pengobatan menggunakan
kesehatan fasilitas kesehatan
Kolaborasi *agar keluarga selalu
1.Melakukan pendidikan menjaga kesehatan
kesehatan kepada keluarga
mengenai diabetes melitus *memberikan edukasi
kepada keluarga sebagai
pencegahan terhadap
Hipertensi

2 Manajemen (L.12104) Hal 62 Koordinasi Diskusi Keluarga


kesehatan Setelah melakukan (I.12482) Hal.142
keluarga tidak tindakan Observasi
efektif b.d keperawatan 1.Identifikasi gangguan *untuk mengetahui siapa
ketidakmampuan selama 3 x 1 jam kesehatan tiap keluarga saja yang mengalami
keluarga maka diharapkan gangguan kesehatan
melakukan Manajemen Terapeutik
perawatan Kesehatan 1.Ciptakan suasana rumah yang
anggota keluarga meningkat dengan sehat dan mendukung *agar keluarga merasa
dengan diabetes kriteria hasil: kepribadian anggota keluarga nyaman
melitus. (D.0115) 1.Melakukan 2.Fasilitasi keluarga *agar tidak bentrok waktu
hal. 254 tindakan untuk mendiskusikan masalah
mengurangi faktor kesehatan yang sedang *agar pasien paham terkait
resiko meningkat dialami masalah kesehatan yang
2.Menerapkan 3.Pertahankan hubungan timbal ada dalam keluarganya
program balik antara keluarga dan
perawatan fasilitas Kesehatan
meningkat 4.Libatkan keluarga dalam
*agar keluarga yang
mengambil keputusan untuk mengalami masalah
melakukan tindakan yang kesehatan dapat terkontrol
tepat
* untuk memingkatkan
Edukasi
fungsi kesehatan keluarga
1. Anjurkan anggota keluarga
yang lebih baik
dalam memanfaatkan
sumber-sumber yang ada
dalam masyarakat
*agar keluarga bisa
memberdayakan sumber
Kolaborasi
sekitarnya
1.Pemberian Pendidikan
kesehatan diabetes melitus oleh
perawat *Untuk menambah
pemahaman keluarga
terkiat masalah kesehatan
yang ada.

G. Implementasi dan Evaluasi

D HARI, IMPLEMENTASI EVALUASI PARAF


X TANGGAL,
JAM

1 Selasa,22 1. Mengidetifikasi kesiapan dan S :


February 2022 kemampuan menerima informasi
 Keluarga setuju untuk
2. Menjadwalkan Pendidikan kesehatan
16.00 dilakukan Pendidikan
diabetes melitus
kesehatan pada rabu 23
3. Menganjurkan menggunakan fasilitas
Februari 2022
kesehatan
 Keluaraga mengatakan
4. Mengajarkan cara pemeliharaan
rutin ke puskesmas untuk
kesehatan
melakukan pengecekan
kesehatan sekaligus
pengambilan obat rutin
 Keluarga mengatakan
tidak terlalu memahi
lebih jauh terkait diabetes
melitus, hanya sekedar
penyakit gula darah saja.
O:

 Keluarga cukup
kooperatif saat dilakukan
pengkajian dan mau
bertanya,
A:

Perilaku kesehatan
cenderung beresiko belum
teratasi

P:

Intervensi dilanjutkan

2 Selasa,22 1. Mengidentifikasi gangguan kesehatan tiap S :


February 2022 keluarga
 Tn. K mengatakan rutin
2. Memfasilitasi keluarga mendiskusikan
16.30 ke puskesmas untuk
masalah kesehatan yang ada
pengecekan dan
3. Mempertahankan hubungan timbal balik
pengambilan obat di
antara keluarga dengan fasyankes
puskesmas
4. Melibatkan keluarga dalam pengambilan
 Dari seluruh keluarga
keputusan
hanya Tn. K yang
5. Menganjurkan anggota keluarga untuk
mengalami masalah
memanfaatkan sumber yang ada dalam
Kesehatan
masyarakat

O:

 Keluaraga mau
berdiskusi dan cukup
kooperatif saat dilakukan
kunjungan
A:

Manajemen kesehatan
keluarga tidak efektif
belum teratasi

P:

Intervensi dilanjutkan

1 Rabu, 22 1.Menyediakan materi Pendidikan S:


February 2022 Kesehatan
 keluarga mengatakan
2. Memberikan kesempatan pada keluarga
15.30 sudah lebih paham terkait
untuk bertanya
diabetes melitus dan cara
3.Memberikan edukasi Pendidikan
perawatannya.
kesehatan tentang diabetes melitus
 Keluarga mengatakan
akan lebih
memperhatikan kesehatan
keluarga yang sakit
O:

 Keluarga cukup
kooperatif saat diberikan
penkes.
A:

Perilaku kesehatan
cenderung beresiko teratasi
sebagian

P:

Intervensi dilanjutkan
2 Rabu, 22 1.Memfasilitasi keluarga mendiskusikan S:
February 2022 masalah kesehatan yang dialami
 Keluarga mengatakan
2.Mempertahankan hubungan timbal balik
16.00 akan mengubah PHBS
antara keluarga dan fasilitas pelayanan
khususnya di pola makan
Kesehatan
agar memperkecil
3.Libatkan keluarga dalam mengambil
kemungkinan untuk
keputusan untuk melakukan tindakan yang
terjadi komplikasi
tepat
diabetes melitus pada Tn.
4. Memberikan edukasi kepada keluarga
K
O:

 Keluarga cukup
kooperatif saat dilakukan
diskusi
A:

Manajemen kesehatan tidak


efektif teratasi sebagian

P:

Intervensi dilanjutkan

1 Kamis, 23 1. Menganjurkan keluarga untuk tetap S :


February 2022 melakukan pengecekan kesehatan ke
 keluarga mengatakan
puskesmas dan apabila sakit yang gawat
12.30 sudah lebih paham terkait
dan mendadak segera membawa
diabetes melitus dan cara
anggota keluarga ke fasyankes terdekat
perawatannya.
2. Mengevaluasi pemberian penkes pada
 Keluarga mengatakan
tanggal 22 February 2022
akan lebih
memperhatikan kesehatan
keluarga yang sakit
 Keluarga mengatakan
akan mencari fasyankes
terdekat untuk mendapat
penanganan kesehatan
O:

 Keluarga cukup
kooperatif saat diberikan
penkes.
A:

Perilaku kesehatan
cenderung beresiko sudah
teratasi

P:

Intervensi dihentikan

2 Kamis, 23 1. Memfasilitasi keluarga mendiskusikan S:


February 2022 masalah kesehatan yang dialami
 Keluarga mengatakan
2.Mempertahankan hubungan timbal balik
13.00 akan mempertahankan
antara keluarga dan fasilitas pelayanan
PHBS khususnya di pola
Kesehatan
makan yang sudah
3.Libatkan keluarga dalam mengambil
diinformasikan agar
keputusan untuk melakukan tindakan yang
memperkecil
tepat.
kemungkinan untuk
terjadi komplikasi
diabetes melitus pada Tn.
K.
 Keluarga mengatakan
akan mencari pelayanan
kesehatan apabila ada
keluarga yang sakit
 Keluarga mengatakan
informasi yang diberikan
sudah cukup membantu
dan tidak ada yang ingin
ditanyakan lagi.
O:

 Keluarga cukup
kooperatif saat dilakukan
diskusi
A:

Manajemen kesehatan tidak


efektif teratasi

P:

Intervensi dihentikan.
LEMBAR PENGESAHAN

Satuan Acara Penyuluhan (SAP) ini berjudul : Edukasi Pengetahuan dan Perawatan Keluarga
dengan Anggota Keluarga yang Memiliki Diabetes Melitus.

TELAH DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING PUSKESMAS


PADA TANGGAL

HARI/TANGGAL: FEBRUARI 2022


TEMPAT: DI PUSKESMAS SINGKAWANG BARAT

PEMBIMBING PUSKESMAS
PEMBIMBING AKADEMIK

NURBANI S.Kep,M.Kep Ners,EMI ROSANTI S.Kep


NIP. 197603282002122001 NIP : 198008012006042017

DISUSUN OLEH

FATIMA AZZAHRA
NIM. 191111004
SATUAN ACARA PENYULUHAN

A. Tujuan

a. Tujuan umum
Setelah dilakukan tindakan penyuluhan Kesehatan maka Tn. K dan keluarga
mampu mengetahui dan bisa merawat Tn. K dengan diabetes mellitus tipe 2 di rumah
dengan baik dan benar untuk mencegah lebih lanjut komplikasi yang bisa terjadi dan
cara penggunaan insulin yang benar agar bisa mengontrol kadar glukosa dalam darah.
b. Tujuan khusus
Setelah dilakukan tindakan keperawatan yaitu pemberian Pendidikan Kesehatan
terkait diabetes melitus tipe 2 dan penggunaan insulin yaitu selama 1 x 35 menit
diharapkan pasien dan keluarga dapat :
- Mengetahu Diabetes Melitus tipe 2
- Mengetahui perawatan Diabetes melitus tipe 2 dirumah

B. Sasaran dan Target

Sasaran ditujukan kepada Tn. K dan keluarga.

C. Manfaat

1. Bagi Puskesmas
Sebagai masukan bagi puskesmas dalam upata peningkatan pelayana masalah pada
klien dengan diabetes melitus tipe 2 (T2DM).
2. Bagi klien
Sebagai masukan dan pengetahuan tentang diabetes melitus tipe 2 (T2DM), dan
perawatan di rumah.
3. Bagi mahasiswa/i
Untuk sarana menambah wawasan dan mengaaplikasikan ilmu pengetahuan yang
didapat selama kuliah.
D. Strategi Pelaksanaan

Hari, tanggal pelaksanaan : 22 February 2022


Pukul : 15.30 WIB
Tempat : Jl. Ahmad Yani, GG. Arsyad Sutin, No.6, 032/013
Pasiran, Singkawang Barat
Topik : Penyuluhan tentang diabetes melitus tipe 2 (T2DM)
dan cara perawatan di rumah.
Metode : Ceramah dan diskusi
Media dan alat : Leaflet dan brosur
Waktu : 35 menit

E. Pelaksanaan penyuluhan

No Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Audiens Waktu

1 Tahap pembukaan : 5 menit

1. Mengucapkan salam - Menjawab salam


2. Menjelaskan tujuan kegiatan - Memperhatikan dan
penyuluhan mendengarkan
3. Memperkenalkan nama kepada - Memperhatikan dan
pasien memdengarkan
4. Mengingatkan kembali tentang - Menyetujui kontrak
kontrak waktu yang telah disepakati waktu
2 Tahap pelaksanaan : - Mengemukakan 20 menit
Pendapat
1. Menggali pengetahuan audien
tentang diabetes melitus tipe 2 - Mendengarkan dan
(T2DM): Memperhatikan
 Beri reinforcement positif
 Menjelaskan tentang diabetes
melitus tipe 2 (T2DM).
2. Menggali pengetahuan audiens
tentang perawatan diabetes melitus
selama di rumah
 Beri reinforcement positif
 Menjelaskan perawatan diabetes
melitus di rumah.
- Mengemukakan
pendapat
- Memperhatikan dan
mendengarkan

3 Tahap penutup : 10 menit


- Mengajukan pertanyaan
1. Membuka sesi tanya jawab 10
- Mendengarkan dan
2. Berikan kesempatan audiens untuk
memperhatikan
bertanya
- Ikut menyimpulkan hasil
3. Berikan reinforcement positif
penyuluhan
4. Menjawab pertanyaan audiens
- Menjawab salam
5. Menanyakan materi yang telah
diberikan
6. Menyimpulkan materi yang telah
diberikan bersama audiens
7. Menutup diskusi
8. Mengucapkan salam

F. Kriteria Evaluasi

a. Evaluasi Struktur.
1) Audiens mengikuti penyuluhan
2) Tempat dan alat tersedia sesuai perencanaan
3) Peran dan tugas mahasiswa sesuai perencanaan
b. Evaluasi Proses.
1) Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan waktu perencaanan
2) Peserta penyuluhan mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
3) Audiens, moderator, penyaji dan observer serta fasilitator berperan aktif
selama kegiatan berlangsung
c. Evaluasi Hasil.
Setelah dilakukan penyuluhan, pasien dan keluarga mampu :
1) Menyebutkan pengetian diabetes melitus
2) Menyebutkan perawatan diabetes melitus di rumah

G. Materi

1. Pengetian Diabetes Melitus Tipe 2


Diabetes mellitus atau penyakit kencing manis adalah penyakit yang ditandai deng
an kadar glukosa darah yang melebihi normal (hiperglikemia) akibat tubuh kekuranga
n insulin baik absolut maupun relative (Wiadnyani, 2021)
Diabetes mellitus adalah gangguan metabolisme yang ditandai dengan hipergli
kemia yang berhubungan dengan abnormalis metabolisme karbohidrat, lemak, dan pro
tein yang disebabkan oleh penurunan sekresi, insulin, atau penurunan sensitivitas insu
lin atau keduanya dan menyebabkan komplikasi kronis mikrovaskular, makrovaskular,
dan neuropati (Goyal & Jialal, 2021)
Diabetes mellitus adalah sekelompok gangguan metabolisme yang ditandai
dengan peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia) yang diakibatkan dari
kecacatan sekresi insulin, insulin action, atau keduanya. (Brunner & Suddarth, 2010)

2. Penyebab Diabetes Melitus Tipe 2


Diabetes Melitus tipe dua disebabkan oleh beberapa hal seperti resistensi insulin,
disfungsi Sel Beta Pankreas, Faktor lingkungan (obesitas, banyak makan, dan
kurangnya aktivitas fisik) (Dr. dr. Eva Decroli, 2019)

3. Tanda dan Gejala Diabetes Melitus Tipe 2


a. Poliuria, polidipsia, dan polyphagia.
b. Kelelahan dan kelemahan, perubahan penglihatan tiba-tiba, kesemutan atau
mati rasa di tangan atau kaki, kulit kering, lesi kulit atau luka yang lambat
sembuh, dan infeksi berulang.
c. Onset diabetes tipe 1 dapat dikaitkan dengan penurunan berat badan mendadak
atau mual, muntah, atau sakit perut.
d. Diabetes tipe 2 hasil dari lambat (selama bertahun-tahun), intoleransi glukosa
progresif dan mengakibatkan komplikasi jangka panjang jika diabetes tidak
terdeteksi selama bertahun-tahun (misalnya, penyakit mata, neuropati perifer,
penyakit vaskular perifer). Komplikasi mungkin telah berkembang sebelum
diagnosis yang sebenarnya dibuat.
e. Tanda dan gejala DKA (ketoasidosis dabetikum) meliputi sakit perut, mual,
muntah, hiperventilasi, dan bau napas buah. DKA yang tidak diobati dapat
mengakibatkan perubahan tingkat kesadaran, koma, dan kematian.
(Wiadnyani, 2021)

4. Komplikasi Diabetes Melitus Tipe 2


Komplikasi yang terkait dengan diabetes diklasifikasikan sebagai akut dan kronis.
Komplikasi akut terjadi dari ketidakseimbangan jangka pendek dalam glukosa darah
dan termasuk yang berikut:
d. Hipoglikemia
e. DKA
f. HHNS (sindrom nonketotic hiperglikemik hiperosmolar)

Komplikasi kronis umumnya terjadi 10 sampai 15 tahun setelah timbulnya


diabetes mellitus. Komplikasinya meliputi hal-hal berikut:

d. Penyakit makrovaskular : mempengaruhi sirkulasi pembuluh darah koroner,


perifer, dan serebral
e. Penyakit mikrovaskuler : mempengaruhi mata (retinopati) dan ginjal
(nefropati); Mengontrol kadar glukosa darah untuk menunda atau menghindari
timbulnya komplikasi mikrovaskular dan makrovaskular
f. Penyakit neuropatik: mempengaruhi motorik sensorik dan saraf otonom dan
berkontribusi pada masalah seperti impotensi dan ulkus kaki. (Brunner &
Suddarth, 2020)
5. Perawatan Diabetes Melitus Tipe 2 di rumah
a. Pemberian insulin

Insulin adalah pengobatan yang efektif untuk orang dengan T2DM dan
dapat dikombinasikan dengan agen penurun glukosa lainnya dan digunakan pada
setiap tahap penyakit. Meskipun sebagian besar orang yang menggunakan insulin
tidak mengalami efek samping yang signifikan, hipoglikemia yang diinduksi obat
dan penambahan berat badan adalah masalah utama baik bagi pasien dan
profesional perawatan kesehatan. Ketika memulai insulin, penting untuk
memberikan pasien dengan informasi yang relevan termasuk jenis insulin yang
digunakan, mekanisme dan durasi aksi insulin, rejimen insulin, efek samping
potensial dari terapi insulin, cara pengiriman, dan pentingnya pemantauan
glukosa darah. Jika individu memahami bahwa T2DM adalah penyakit progresif
dan bahwa selama seumur hidup kebanyakan orang dengan T2DM pada akhirnya
akan membutuhkan insulin untuk mencapai kontrol glikemik yang memadai,
maka perasaan gagal dapat dicegah. Konsultasi terperinci sebelum inisiasi insulin
harus mengatasi kecemasan atau ketakutan apa pun. Masalah praktis seperti tahap
terapi insulin – inisiasi, optimalisasi, dan intensifikasi rejimen – harus
didiskusikan dan target glikemik disepakati dengan pasien. Jika relevan, saran
tentang mengemudi yang aman juga harus ditekankan. Hak mengemudi dan
undang-undang untuk pasien dengan diabetes bervariasi antar negara dan perlu
dikomunikasikan dengan jelas. Cara Memberikan Suntikan Insulin : (Crasto,
Jarvis, & Davies, 2016)

1. Periksa label pada pena insulin untuk memastikan Anda memiliki pena insulin
yang tepat untuk waktu yang tepat. Misalnya, jika Anda makan, pastikan Anda
memiliki pena insulin bertindak cepat Anda.
2. Tarik tutup pena dari pena insulin. Tempatkan tutup pena di atas meja.
3. Jika Anda menggunakan insulin berawan (seperti HUMULIN N KwikPen),
campur insulin dengan menggulung pena dengan lembut di antara tangan
Anda 10 kali dan kemudian memberi tip pena ke atas dan ke bawah 10 kali.
Insulin harus terlihat putih merata dan berawan tanpa benjolan atau partikel.
Terus mencampurnya sampai Anda tidak melihat gumpalan.
4. Bersihkan segel karet di bagian atas pena insulin dengan penyeka alkohol.
Buang alkohol swab.
5. Ambil tab pelindung dari jarum pena baru. Buang tab itu.
6. Putar jarum pena ke bagian atas pena insulin sampai berhenti berputar.
Pastikan untuk menjaga jarum pena lurus saat Anda memutarnya.
7. Lepaskan tutup jarum luar. Letakkan di atas meja.
8. Tarik dari tutup jarum bagian dalam. Buang saja.
9. Pegang pena insulin sehingga Anda dapat membaca nama insulin. Melihat
jendela dosis, panggil ke 2 unit dengan memutar pemilih dosis ke depan.
Panah di tengah jendela dosis harus berbaris tepat ke dosis yang Anda berikan.
Jika Anda menekan melewati 2 unit, putar pemilih dosis kembali sampai Anda
berada di 2 unit.
10. Dengan jarum menunjuk ke atas, tekan tombol injeksi dengan kuat ke meja
atau dengan ibu jari Anda. Carilah tetes insulin untuk keluar dari ujung jarum.
a. Jika tidak ada insulin yang keluar, tekan ke 2 unit dan tekan tombol
injeksi lagi.
b. Jika insulin masih belum keluar, tekan ke 2 unit dan tekan tombol injeksi
sekali lagi.
c. Jika insulin masih belum keluar, letakkan tutup jarum luar kembali pada
jarum. Putar jarum dari pena insulin dan masukkan ke dalam wadah benda
tajam Letakkan jarum baru pada pena insulin dan ulangi langkah 8 hingga
14.
11. Pastikan jendela dosis menunjukkan nol. Jika tidak, putar pemilih dosis
kembali sampai menunjukkan nol.
12. Putar pemilih dosis ke depan untuk dial ke dosis yang Anda berikan. Panah
harus berbaris tepat dengan dosis yang Anda berikan.
a. Jika Anda tidak dapat menggunakan jumlah unit yang Anda butuhkan,
pena insulin mungkin hampir kosong.
b. Buang dan dapatkan yang baru dari lemari es sehingga Anda dapat
menyuntikkan dosis penuh sekaligus.
c. Jangan menyuntikkan dosis parsial atau membagi dosis menjadi 2
suntikan.
13. Gunakan swab alkohol baru untuk membersihkan kulit Anda dengan lembut di
tempat suntikan.
14. Pegang pena insulin di kepalan tangan Anda dengan ibu jari Anda pada tombol
injeksi. Berhati-hatilah untuk tidak menekan tombol injeksi sebelum Anda
menekan jarum ke kulit Anda.
15. Dengan lembut mencubit kulit Anda di tempat suntikan. Dalam satu gerakan
halus dan cepat, dorong seluruh jarum ke kulit Anda pada sudut 90 derajat
(lurus ke atas dan ke bawah). Dorong dengan lembut sehingga Anda melihat
lesung pipit kecil di kulit Anda di sekitar ujung pena.
16. Tekan tombol injeksi ke bawah dengan kuat, berhati-hatilah untuk tidak
menekan pena ke kulit Anda lebih banyak. Setelah Anda menekan tombol
sampai ke bawah, terus menahannya dan perlahan-lahan menghitung sampai
10. Ini memberi insulin waktu untuk keluar dari pena. Anda juga harus melihat
angka-angka di jendela dosis kembali ke nol.
17. Setelah Anda menghitung sampai 10, lepaskan ibu jari Anda dari tombol
injeksi dan tarik jarum langsung dari kulit Anda. Jangan pernah menggosok
tempat suntikan setelah injeksi. Hal ini dapat membuat insulin bekerja terlalu
cepat. Jika Anda melihat setetes darah setelah injeksi, tekan area ringan
dengan jari atau jaringan Anda.
18. Letakkan tutup jarum luar besar kembali pada jarum. Jangan menempatkan
topi dalam kecil kembali.
19. Buka tutup jarum dari pena insulin. Putar ke arah yang berlawanan yang Anda
kenakan.
20. Masukkan jarum ke dalam wadah benda tajam Anda.
21. Letakkan tutup pena kembali pada pena insulin.
22. Simpan pena insulin pada suhu kamar jauh dari terlalu banyak panas, terlalu
banyak dingin, dan sinar matahari langsung.
b. Diet Diabetes Melitus
Menurut (Ardiani, Permatasari, & Sugiatami, 2021) pengaturan pola
makan pada penderita DM ditujukan dengan mengurangi asupan gula dan lemak
akan menurunkan pemasukan glukosa dalam tubuh, sehingga pemakaian energi
dalam tubuh akan mengambil cadangan energi yang tersimpan. Jika glukosa yang
digunakan diubah menjadi energi, akan menurunkan kadar glukosa dalam darah.
Sumber makanan dan minuman yang perlu dihindari pada penderita DM adalah
makanan atau minuman yang mengandung gula tinggi seperti kental manis, sirup
tinggi gula, aneka kue yang menggunakan tinggi gula, serta aneka makanan yang
mengandung indeks glikemik yang tinggi dan menaikkan kandungan gula darah.
Penerapan ‘isi piringku’ setiap kali konsumsi makan juga menjadi penting
pada penderita DM dan menerapkan 4 (empat) pilar gizi seimbang yaitu
mengkonsumsi makanan beraneka ragam dan bergizi seimbang dengan
membatasi asupan gula sebanyak 4 sendok makan (50 gram) per orang per hari,
menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat, memantau berat badan secara
teratur, dan melakukan aktifitas fisik (40). Studi sebelumnya melaporkan bahwa
terdapat bermacam tipe diet yang dapat diterapkan pada penderita DM, salah
satunya adalah diet mediterania yang menganjurkan konsumsi minyak zaitun,
ikan, sayurmayur, kacang-kacangan, dan buahbuahan. Studi lainnya melaporkan
bahwa diet yang dianjurkan adalah diet keto, yaitu diet rendah karbohidrat dan
tinggi asam lemak. Hal ini ditujukan dengan konsumsi glukosa yang rendah,
maka asam lemak dari keto akan mengambil alih glukosa sebagai sumber tenaga.
Manajemen diet yang sehat diperlukan untuk mengatur pola makan sehingga
penderita DM memperoleh gizi seimbang, dimana asupan energi yang
dikonsumsi sebanding dengan aktifitas fisik yang dilakukan. Kelebihan gizi pada
penderita DM dapat menyebabkan obesitas. (Ardiani, Permatasari, & Sugiatami,
2021)

c. Senam Kaki
(Putri & Nugroho, 2020 ) Intervensi senam kaki, merupakan aplikasi
tindakan keperawatan berupa Exercise promoting: Stretching yang dilakukan
secara sistematik dan teratur dengan gerakan slow-strech-hold bertujuan untuk
meningkatkan kekuatan otot. Dalam melakukan gerakan senam kaki selama 15 –
20 menit sel-sel otot kaki membutuhkan energi berupa suplai darah yang berasal
dari jantung disalurkan melalui arteri femoralis menunju ke poplitea dan dorsalis
pedis. Keadaan tersebut terlihat jelas dengan adanya kenaikan nadi setelah
treatment senam kaki 4 – 10 kali/menit, menunjukkan bahwa jantung dalam hal
ini sebagai sirkulasi sentral telah memberikan tambahan energi bagi sel-sel otot
yang digunakan pada saat senam kaki, juga didukung dengan peningkatan
tekanan sistolik setelah treatment senam kaki 5 – 10 mmHg.
Senam kaki merupakan gerakan untuk melatih otot kecil kaki dan
memperbaiki sirkulasi darah yang dilakukan dalam berbagai posisi seperti duduk,
berdiri maupun tiduran dengan tujuan untuk meningkatkan pemulihan dan
mengembalikan kapasitas kerja otot mempercepat penyembuhan luka, dan
meningkatan kepadatan volume mitokondria dan kapasitas oksidatif pada jaringan
otot kaki, ekstraksi oksigen perifer, vasodilator perifer, kapasitas otot, curah
jantung, penurunan kejadian restenosis dan tekanan akhir diastolic. Maka
diperlukan senam kaki yang dilakukan secara kontinyu dan sistematis setiap
harinya, hal ini dikarenakan efek dari senam kaki tersebut dapat meningkatkan
sensitifitas sel terhadap insulin sehingga gula darah akan masuk ke sel untuk
dilakukan proses metabolisme. Program olah raga berintensitas memberikan
berbagai efek yang bermanfaat, termasusk peningkatan sensitifitas insulin dan
perbaikan pengendalian glikemia sehingga manifestasi komplikasi kaki tidak
terjadi. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Santoso,
bahwa sebelum dan sesudah dilakukan senam kaki diperoleh hasil terdapat
penurunan gula darah sewaktu yang signifikan setelah dilakukan senam kaki pada
pasien dengan diabetes mellitus baik pada treatment I sampai treatment ke IV.
(Putri & Nugroho, 2020 )

d. Perawatan Kaki
Model perawatan ini menitikberatkan peran diabetisi dalam melakukan
manajemen diri pada dirinya yang berkolaborasi dengan tenaga kesehatan. Salah
satu manajemen diri diabetisi untuk pencegahan ulkus diabetik adalah perawatan
kaki. Perawatan kaki dapat meminimalisir terjadinya luka yang berkembang
menjadi ulkus dan terbukti mampu menurunkan risiko terjadinya amputasi
sampai 85%. Berikut ini cara perawatan kaki yang bisa dilakukan secara mandiri
penderita DM antara lain:
1) Pemeriksaan kondisi kaki secara teratur setiap hari.
Mengecek punggung dan telapak kaki dari gejala-gejala kulit
kemeraham, kulit melepuh, terdapat luka di kaki, teraba hangat dan tampak
bengkak.
2) Menjaga kebersihan kaki setiap hari.
Mencuci kaki dengan sabun yang lembut pada telapak dan sela-sela
kaki dan gunakan sikat kuku jika ada kotoran, selanjutnya bilas dengan air
bersih.
3) Pemeriksaan rutin kuku kaki.
Periksa kelainan kuku yang tumbuh ke arah dalam, kuku kaki yang
panjang dan kondisi kuku yang mudah rapuh.
4) Pemotongan rutin kuku kaki
Pemotongan kuku sekali seminggu dengan membasuh kaki sebelum
dipotong, dan tidak disarankan menggunakan pisau atau alat cukur, akan tetapi
gunakan alat pemotong kuku yang tepat. Cara pemotongan kuku dilakukan
secara lurus. Kuku yang menusuk daging karena tumbuh ke dalam disarankan
untuk pengobatan dan perawatan oleh tenaga ahli
5) Perawatan terhadap kalus (kapalan/ kulit yang menebal dan mengeras) pada
kaki.

Menghaluskan kulit yang kasar (callus) dengan memakai alat khusus


setelah selesai mandi. Tidak dianjurkan untuk memotong kalus karena akan
beresiko terjadinya infeksi.

6) Pemilihan alas kaki dan kaos kaki


Bahan kaos kaki yang digunakan harus terbuat dari wol atau katun
yang memudahkan dalam penyerapan keringat dan tidak memberikan efek
panas pada kaki
7) Pengecekan kondisi sepatu sebelum digunakan
Pastikan tidak terdapat benda-benda yang dapat beresiko terjadinya
trauma pada kaki. Hal ini bertujuan memastikan tidak adanya serangga atau
benda yang menyengat di dalam sepatu.
8) Pemakaian sepatu baru
Pemakaian sepatu baru secara berangsur dan perlu diperhatikan tidak
digunakan dalam jangka waktu yang lama untuk penyesuaian bentuk kaki
dengan bentuk sepatu baru Penentuan jenis sepatu saat cuaca panas atau
musim panas (kemarau) Pakailah sepatu yang nyaman dan bisa melindungi
kaki agar terjaga dalam kondisi kering dan tidak menimbulkan keringat.
9) Tips menghangatkan kaki
Pemakaian kaos kaki dapat membantu dalam menghangatkan kaki.
Tidak disarankan menghangatkan kaki dengan cara mencuci dan merendam
kaki dengan air panas atau hangat atau melakukan kompres hangat untuk kaki.
Kondisi kaki yang panas dapat memicu adanya gangguan pada saraf perifer.
DAFTAR PUSTAKA

Ardiani, H. E., Permatasari, T. A., & Sugiatami. (2021). Obesitas, Pola Diet, dan Aktifitas
Fisik dalam Penanganan Diabetes Melitus pada Masa Pandemi Covid-19.
Muhammadiyah Journal od Nutrition and Food Since, 1-12.

Brunner, & Suddarth. (2020). Text Book Of Medical Surgical Nursing 12th Edition. China:
LWW.

Crasto, W., Jarvis, J., & Davies, M. J. (2016). Handbook of Insulin Therapies. Switzerland:
Springer International Publishing .

Dr. dr. Eva Decroli, S.-K. F. (2019). Diabetes Melitus Tipe 2. Padang: Pusat Penerbitan
Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Andalas.

Goyal, & Jialal. (2021). Diabetes Mellitus Type 2. United State: StatPearls Publishing.

Putri, D. S., & Nugroho, E. G. (2020 ). Senam Kaki Diabetik sebagai Upaya Paningkatan Self
Care pada Pasien Diabetes Melitus di Rumah Sakit Mardirahayu Kudus. Jurnal
Pengabdian Kesehatan STIKES Cendekia Utama Kudus, 132-140.

Wiadnyani, N. P. (2021). Asuhan Keperawatan Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah Pada


Ny.S Dengan Diabetes Mellitus Tipe Ii Di Ruang Astina Rsud Sanjiwani Gianyar
Tahun 2021. Jombang: Diploma thesis, Jurusan Keperawatan 2021.
Lampiran Leaflet

38
39
40
LAMPIRAN DOKUMENTASI KEGIATAN

Hari Ke-1

Hari Ke-2

Hari Ke-3

41

Anda mungkin juga menyukai