DOSEN PENGAMPU :
DISUSUN OLEH :
MELIANA 212111210
i
KATA PENGANTAR
Pada kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih kepada selaku dosen
mata kuliah yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan demi
terselesaikannya makalah ini. Rekan-rekan dan semua pihak yag telah membantu
dalam menyelesaikan makalah ini.
Akhirnya kami ucapkan terima kasih atas perhatiannya pada makalah ini,
dan kami berharap semoga laporan ini bermanfaat khususnya bagi kami dan
umumnya bagi pembaca, dengan segala kerendahan hati saran dan kritik dari
pembaca guna peningkatan pembuatan laporan pada tugas yang lain diwaktu
mendatang.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Triase berasal dari bahasa Perancis trier dan bahasa inggris
triage dan diturunkan dalam bahasa Indonesia triase yang berarti sortir. Yaitu
proses khusus memilah pasien berdasar beratnya cidera/penyakit untuk
menentukan jenis perawatan gawat darurat. Kini istilah tersebut lazim
digunakan untuk menggambarkan suatu konsep pengkajian yang cepat dan
berfokus dengan suatu cara yang memungkinkan pemanfaatan sumber daya
manusia, peralatan serta fasilitas yang paling efisien terhadap 100 juta orang
yang memerlukan perawatan di UGD setiap tahunnya (Pusponegoro, 2010).
Triase merupakan salah satu proses yang memiliki dampak
pada waktu tanggap pelayanan petugas kesehatan di IGD rumah sakit. Triase
adalah kunci dalam pemberian perawatan di Unit Gawat Darurat (UGD)
dimana triase merupakan sebuah istilah yang digunakan untuk
menggambarkan pemilahan atau pengelompokkan pasien berdasarkan
prioritas pengobatan di UGD (Iserson & Moskop, 2007).
Triase dapat dilakukan pada setting pre-hospital dan hospital.
Triase pre-hospital seperti pada bencana dilakukan dengan tujuan bahwa
dengan sumber daya yang minimal dapat menyelamatkan korban sebanyak
mungkin dan biasanya menggunakan model Simple Triage and Rapid
Treatment (START). Sedangkan triase intrahospital dilakukan di rumah sakit
salah satunya unit gawat darurat dan perawat atau tenaga kesehatan
bertanggung jawab dalam menetukan prioritas perawatan pada pasien
(Kartikawati, 20 11).
Triase hospital dikembangkan menjadi beberapa model.
Menurut Australian Government (2009) saat ini triase di rumah sakit lebih
menerapkan triase lima tingkat karena dianggap valid dan reliabel. Triase
1
lima tingkat tersebut antara lain Australian Triage Scale (ATS), Manchester
Triage Scale (MTS), Canadian Triage and Acuity (CTAS) dan Emergency
Severity Index (ESI). ESI merupakan salah satu triase yang menjadi issue
terkait validitas, reliabilitas, dan pengetahuan serta kemampuan tenaga
kesehatan dalam penerapan ESI di beberapa Negara seperti Iran, Tanzania
atau Jerman (Mirhaghi et al., 2015; Jordi et al., 2015; Aloyce et al., 2013).
Triage adalah suatu konsep pengkajian yang cepat dan terfokus
dengan suatu cara yang memungkinkan pemanfaatan sumber daya manusia,
peralatan serta fasilitas yang paling efisien dengan tujuan untuk memilih atau
menggolongkan semua pasien yang memerlukan pertolongan dan
menetapkan prioritas penanganannya (Kathleen dkk, 2008).
Triage adalah usaha pemilahan korban sebelum ditangani,
berdasarkan tingkat kegawatdaruratan trauma atau penyakit dengan
mempertimbangkan prioritas penanganan dan sumber daya yang ada.Triage
adalah suatu system pembagian/klasifikasi prioritas klien berdasarkan berat
ringannya kondisi klien/kegawatdaruratan nya yang memerlukan tindakan
segera. Dalam triage, perawat dan dokter mempunyai batasan waktu (respon
time) untuk mengkaji keadaan dan memberikan intervensi secepatnya yaitu ≤
10 menit.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu emergency severity indeks ( ESI)
2. Apa saja Perbandingannya Dengan Beberapa Sistem Triase Yang Lain
C. TUJUAN
Untuk mengetahui lebih spesifik apa itu emergency severity indeks dan
bagaimana perbandingannya dengan sistem triase yang lainnya.
2
BAB II
ISI
A. Pengertian
ESI merupakan skala triase yang terdiri dari lima tingkatan
yang dikembangkan oleh dokter departemen emergensi yakni Richard Wuerz
dan David Eitel yang berasal dari Amerika Serikat. Ke dua dokter ini
meyakini pentingnya instrumen triase di IGD untuk memfasilitasi prioritas
pasien berdasarkan urgensi. ESI ini mulai diimplementasikan pada tahun
1999 (versi 1), kemudian tahun 2000 (versi 2) dan tahun 2001 (versi 3).
Kemudian pada tahun 2004 dilakukan revisi kembali sehingga muncullah ESI
versi 4 .
Keparahan Darurat (ESI) adalah algoritma triase departemen
darurat lima tingkat, awalnya dikembangkan pada tahun 1999. Sebelumnya
dikelola oleh Badan Penelitian dan Kualitas Kesehatan (AHRQ), tetapi saat
ini dikelola oleh Asosiasi Perawat Darurat (ENA) .
ESI Triase didasarkan pada ketajaman masalah perawatan
kesehatan pasien dan jumlah sumber daya yang diperkirakan akan dibutuhkan
oleh perawatan mereka. Ini berbeda dari algoritma triase standar yang
digunakan di beberapa negara lain, seperti Australasian Triage Scale, yang
mencoba membagi pasien berdasarkan waktu mereka dapat menunggu
dengan aman.
Konsep "sumber daya" dalam ESI berarti jenis intervensi
kompleks atau alat diagnostik, di atas dan di luar pemeriksaan fisik. Contoh
sumber daya termasuk sinar-X, tes darah, jahitan, dan obat-obatan intravena
atau intramuskular. Obat dan resep oral secara khusus tidak dianggap sebagai
sumber daya oleh algoritma ESI.
Tingkat ESI diberi nomor satu sampai lima, dengan tingkat satu
menunjukkan urgensi terbesar. Namun, level 3, 4, dan 5 ditentukan bukan
oleh urgensi, tetapi oleh jumlah sumber daya yang diharapkan digunakan
3
sebagaimana ditentukan oleh perawat yang berpengalaman. Levelnya adalah
sebagai berikut :
No Keterangan Contoh
ESI 1 Apabila pasien memerlukan Henti jantung
intervensi penyelamatan jiwa Perdarahan masif
4
kesadaran tapi tidak sampai koma (GCS 8-12). Contoh prioritas 2 antara
lain, serangan asma, abdomen akut, luka sengatan listrik dan lain-lain.
c. Prioritas 3 / ESI 3 (Label Kuning)
Prioritas 3 merupakan pasien-pasien yang membutuhkan evaluasi yang
mendalam dan pemeriksaan klinis yang menyeluruh. Contoh prioritas 3
antara lain sepsis yang memerlukan pemeriksaan laboratorium, radiologis
dan EKG, demam tifoid dengan komplikasi dan lain-lain.
d. Prioritas 4 / ESI 4 (Label Kuning)
Prioritas 4 merupakan pasien-pasien yang memerlukan satu macam
sumber daya perawatan IGD. Contoh prioritas 4 antara lain pasien
Benigna Prostate Hiperplasia (BPH) yang memerlukan kateter urine,
Vulnus Laceratum yang membutuhkan hecting sederhana dan lain-lain
e. Prioritas 5 / ESI 5 (Label Putih)
Prioritas 5 merupakan pasien-pasien yang tidak memerlukan sumber daya.
Pasien ini hanya memerlukan pemeriksaan fisik dan anamnesis tanpa
pemeriksaan penunjang. Pengobatan pada pasien dengan prioritas 5
umumnya per oral atau rawat luka sederhana. Contoh prioritas 5 antara
lain common cold Sumber: 13 11 Sumber: 13 11 Kesehatan Bakti Tunas
Husada : Jurnal Ilmu Ilmu Keperawatan, Analis Kesehatan dan Farmasi
Volume 20 rawat luka sederhana. Contoh prioritas common cold, acne.
5
reliabilitas triase ESI lebih tinggi nilainya dibandingkan dengan sistem triase
ATS.
Penelitian berikutnya oleh 25 yang membandingkan efektifitas
penulisan dokumentasi triase ESI dan CTAS terhadap ketepatan prioritas
triase pasien. Hasilnya menunjukkan bahwa triase ESI lebih efektif terjadap
ketepatan prioritas triase pasien dibandingkan dengan CTAS dengan nilai p
value 0,030. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian 26, 27 dan 16
bahwa reliabilitas triase ESI sangat baik untuk diimplementasikan di IGD
Rumah Sakit.
6
E. Lama Waktu Tunggu Tiap Kategori Esi
7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Triage adalah suatu konsep pengkajian yang cepat dan terfokus dengan
suatu cara yang memungkinkan pemanfaatan sumber daya manusia, peralatan
serta fasilitas yang paling efisien dengan tujuan untuk memilih atau
menggolongkan semua pasien yang memerlukan pertolongan dan menetapkan
prioritas penanganannya. Tujuan utama adalah untuk mengidentifikasi
kondisi mengancam nyawa. Proses triage dimulai ketika pasien masuk ke
pintu UGD. pengambilan keputusan triage didasarkan pada keluhan utama,
riwayat medis, dan data objektif yang mencakup keadaan umum pasien serta
hasil pengkajian fisik yang terfokus.
ESI merupakan salah satu sistem triase yang memiliki 5 skala tingkatan
dengan validitas, reliabilitas dan sensitifitas yang tinggi. Dalam
pelaksanaannya sistem triase ini dapat dilakukan oleh dokter triase maupun
perawat triase. Untuk mencegah terjadinya kekeliruan penentuan kategori
triase (overtriage dan atau undertriage) maka pemeriksa harus
mempertimbangkan usia pasien, riwayat gangguan tanda vital, dan keluhan
utama spesifik pasien serta dapat ditambah dengan pemeriksaan lain seperti
Peak Expiratory Flowmeter (PEF) untuk kasus tertentu yakni PPOK.
8
DAFTAR PUSTAKA
pdfcoffee.com_intra-hospital-5-pdf-free.pdf
materi-triage.pdf