Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH PSIKOSOSIAL DAN BUDAYA DALAM KEPERAWATAN

“Leininger’s culture care assessment pada Nn. A”

Dosen Pengampu : Rika Monika S.Kep.Ns, M.Kep.

Disusun Oleh kelompok 1 :

Alif Dzaky Gilang Permana (221100607)


Anastasia Abraham (221100561)
Agustin (221100626)
Eka Wahyu Kristina (221100578)
Emilia Fitri Wulandari (221100576)
Fikriya Munasifa (221100615)
Ibivalia Maulidita (221100579)
Jovita Zahra Nuraini (221100633)
Niki Rahmayuni (221100602)
Ria Risty Fauzi (221100552)
Titis Fatmasari (221100564)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

STIKES YOGYAKARTA

2023
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karuniaNya sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Leininger’s culture care assessment Nn. A”
untuk menyelesaikan tugas mata kuliah psikososial dan budaya dalam Keperawatan, Program S1
Keperawatan semester 3 Tahun Akademik 2023/2024 dengan baik dan benar.

Melalui makalah ini, kami akan membahas tentang pengkajian Leininger’s culture care
assessment pada Nn. A. Kami mengharapkan makalah ini bermanfaat untuk menambah informasi
dan pengetahuan bagi kita tentang pengkajian Leininger’s culture care assessment.

Dengan terselesaikannya makalah ini, kami tidak lupa mengucapkan banyak terimakasih kepada:

1. Ibu Rika Monika S.Kep.Ns, M.Kep.. selaku dosen fasilitator dan PJMK dalam mata kuliah
Psikososial dan budaya dalam keperawatan, Fakultas Keperawatan Stikes Yogyakarta yang
telah memberikan bimbingan dalam penulisan makalah ini.
2. Serta semua pihak yang telah membantu sehingga makalah ini selesai tepat pada waktunya.

Kami berharap makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca dalam mengkaji
Leininger’s culture care assessment dengan baik. Akan tetapi, kami menyadari bahwa makalah
ini masih jauh dari kesempurnaan. Segala kritik, koreksi, dan saran yang bersifat membangun
sangat kami harapkan demi perbaikan penulisan makalah ini.

Yogyakarta ,11 Desember 2023


DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................................... i

DAFTAR ISI ............................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................... iii

1.1 LATAR BELAKANG ...................................................................................... 1


1.2 RUMUSAN MASALAH .................................................................................. 3
1.3 TUJUAN .......................................................................................................... 3

BAB II LANDASAN TEORI ....................................................................................... 4

2.1 KONSEP DASAR LEININGER’S CULTURE CARE ..................................... 4


2.2 PRINSIP-PRINSIP UTAMA LEININGER’S CULTURE CARE ..................... 5

BAB III HASIL PENGKAJIAN LEININGER’S CULTURE CARE ASSESSMENT .. 8

3.1 Konsep Sehat Sakit Pada Pasien Pengkajian Leininger’s Culture Care .............. 8
3.2 Hasil Pengkajian Pada Pasien Pengkajian Leininger’s Culture Care .................. 9
3.3 Kesimpulan Hasil Pengkajian Pada Pasien Pengkajian Leininger’s Culture Care 10
3.4 Tabel Skor............................................................................................................11

BAB IV PENUTUP ................................................................................................... 12

4.1 KESIMPULAN ............................................................................................... 12


4.2 SARAN .......................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 13


BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
A. Pentingnya Pengkajian Budaya dalam Praktik Keperawatan
Pengkajian keperawatan merupakan dasar pemikiran dalam memberikan asuhan
keperawatan sesuai dengan kebutuhan klien. Pengkajian yang lengkap dan sistematis
sesuai dengan fakta atau kondisi yang ada pada pasien sangat penting untuk
merumuskan suatu diagnosis keperawatan dan dalam memberikan asuhan keperawatan
sesuai dengan respon individu. (Budiono,2016). Proses pengkajian merupakan tahap
awal dari proses keperawatan yang dilakukan secara sistematis dengan mengumpulkan
data individu secara komperhensif terkait aspek biologis, psikologis, sosial, maupun
spiritual.
Pengkajian yang lengkap dan sistematis sesuai dengan fakta dan kondisi yang ada
merupakan hal yang sangat penting dalam sebuah asuhan keperawatan. Perawat perlu
membekali diri dengan pengetahuan dan ketrampilan yang optimal dalam hal melakukan
pengkajian keperawatan agar pelaksanaan lebih sistematis dalam melakukan analisis
dapat tergali secara menyeluruh semua permasalahan klien. Modalitas pengkajian
keperawatan dapat membekali kemampuan dalam melakukan pengkajian secara
sistematis dan rasional. Modalitas pengkajian keperawatan secara umum terdiri atas
modalitas dalam melakukan anamnesis dan modalitas melakukan pemeriksaan fisik.
(Muttaqin, 2012) Keahlian dalam melakukan observasi, komunikasi, wawancara dan
pemeriksaan fisik sangat penting untuk mewujudkan fase pengkajian keperawatan.
Pengkajian yang tidak akurat akan mengarah pada identifikasi kebutuhan klien yang
tidak lengkap dan identifikasi diagnosa keperawatan yang tidak tepat. Pengetahuan dan
ketrampilan yang cukup dari seorang perawat jelas dibutuhkan untuk keberhasilan
sebuah proses pengkajian.
Pengkajian keperawatan merupakan dasar pemikiran dalam memberikan asuhan
keperawatan sesuai dengan kebutuhan pasien. Pengkajian yang lengkap dan sistematis
sesuai dengan fakta atau kondisi yang ada pada pasien sangat penting untuk
merumuskan suatu diagnosis keperawatan dan dalam memberikan asuhan keperawatan
sesuai dengan respon individu. Perawat dengan kemampuan yang baik akan dapat
melaksanakan pengkajian komprehensif dengan maksimal, karena kemampuan tersebut
merupakan kapasitas yang dimiliki yang memungkinkan orang tersebut untuk
melakukan pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya. Kemampuan tersebut
mencakup pemahaman akan mengkaji kebutuhan klien meliputi biopsikososiodan
spiritual. Perawat juga harus mampu melaksanakan pengkajian secara komprehensif
kepada klien rawat jalan puskesmas sesuai dengan program pelatihan yang telah di
dapatkan. Seiring dengan berjalannya waktu pengetahuan dan ketrampilan bisa menurun
apalagi jika tidak terus dilatih, karena perubahan perkembangan pengetahuan begitu
cepat jadi harus terus memperbaharui pengetahuan yang dimiliki.
B. Pengenalan teori Leininger's Culture Care
Perkembangan yang terjadi dalam ilmu politik, ekonomi, agama, dan lingkungan
telah dibidang keperawatan sangat diperlukan pengetahuan, teknologi, transportasi,
struktur sosial, mempengaruhi seluruh sistem budaya dan kesehatan. Sebagai perawat
professional mengembangkan ilmu keperawatan dibutuhkan agar dapat memberikan
pelayanan keperawatan yang profesional. Penelitian untuk dan menyelesaikan
mengembangkan atau memvalidasi teori yang keperawatan serta pengembangan ilmu
pengetahuan konseptual dan teori yang telah dikembangkan para ahli keperawatan,
dimana teori dan model konseptual masalah keperawatan dibutuhkan sebagai landasan
dalam praktek keperawatan (Body of Knowledge). Banyak model merupakan suatu cara
untuk memandang, menilaisituasi kerja yang menjadi petunjuk bagi perawat dalam
mendapatkan informasi untuk menjadikan perawat peka terhadap apa yang terjadi dan
apa yang harus dilakukan.Teori-teori keperawatan juga digunakan dalam praktik,
penelitian dan proses belajar-mengajar dalam bidang keperawatan sehingga perlu
diperkenalkan dan dikembangkan untuk memperkuat profesi keperawatan.
Perawat perlu memiliki latar belakang pengetahuan baik secara teoritis maupun
empiris terhadap teori-teori keperawatan yang ada, sehingga perawat dapat memahami
dan mengaplikasikan teori-teori tersebut. Dalam memberikan pelayanan keperawatan
salah satu teori yang ada adalah teori keperawatan yang dikembangkan oleh Madeleine
Leininger yang lebih di kenal dengan teori "Transcultural Nursing". Menurut Bohmann
Borglin kesadaran akan budaya menjadi keterampilan penting bagi perawat.
Leininger mendefinisikan perlunya transcultural nursing didasarkan pada hasil
penelitian dan pengamatanbertahun-tahun. Pasien berhak untuk selama mendapatkan
perawatan yang kompeten sesuai dengan budaya yang mereka miliki. Perawat harus
mengenali kebutuhan pasien yang berasal dari budaya mereka dan mengembangkan
keterampilan pemenuhan kebutuhan mereka. untuk mencapai Dalam yang berjudul
Leininger's theory of nursing: Cultural care diversity and universality yang
dipublikasikan pada tahun 1988. Leininger merupakan seorang atropolog dan
melakukan berbagai penelitian dalam mengembangkan teori transkultural
nursing.Konsep utama dari teori ini yaitu mengembangkan konsep keperawatan
transkultural, yang membawa peran faktor budaya dalam praktik keperawatan dan ke
dalam diskusi tentang bagaimana penerapannya dalam pemberian asuhan keperawatan.
Dalam teori Leininger mengembangkan model sunrise untuk menggambarkan dimensi
keragaman perawatan budaya dan universalitas. Gambaran konseptual untuk
menggambarkan komponen teori ini mempengaruhi caring dan status kesehatan
individu, keluarga, kelompok, dan lembaga sosial budaya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa Konsep Dasar Leininger's Culture Care
2. Apa Prinsip-prinsip Utama Leininger's Culture Care
3. Bagaimana konsep sehat sakit pada pasien pengkajian leininger’s culture care
4. Bagaimana hasil pengkajian pada pasien pengkajian Leininger’s culture care
5. Bagaimana kesimpulan hasil pengkajian pada pasien pengkajian Leininger’s culture care

1.3 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui cara mengkaji Leininger’s culture care
assessment . Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan yang lebih baik
tentang pengkajian Leininger’s culture care assessment agar sesuai atau memiliki makna dan
hasil kesehatan yang bermanfaat bagi orang-orang dengan latar belakang budaya yang berbeda
atau serupa. Berikut tujuan dari makalah penelitian ini:

1. Untuk Mempelajari konsep dasar Leininger's Culture Care Assessment


2. Untuk Menjelaskan peran pengkajian budaya dalam praktik keperawatan
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Leininger's Culture Care


A. Definisi Budaya dalam Konteks Leininger
Sunrise model mewakili teori keperawatan budaya yang menggambarkan hubungan
antara antropologi dan keyakinan dan prinsip keperawatan. Perawat menggunakan model
ini ketika membuat evaluasi budaya pada pasien. Sunrise model menghubungkan konsepi
teori dengan praktik klinis dengan pendekatam sistemik untuk mengidentifikasi nilai,
keyakinan, perilaku dan adat masyarakat. Model ini mencakup berbagai aspek budaya
meliputi agama, keuangan, sosial, teknologi, pendidikan, dimensi hukum, politik dan
filosofis. Faktor-faktor budaya tersebut bersama dengan bahasa dan lingkungan sosial
secara signifikan mempengaruhi layanan baik tradisional maupun professional.

Sistem perawatan kesehatan tradisional didasarkan pada kepercayaan konvensional


terkait dengan kesehatan, sedangkan sistem professional mengandalkan pengetahuan,
praktik berbasis bukti, dan penelitian. Profesi mempertimbangkan kebutuhan fisik,
spiritual dan budaya pasien. Pemahaman menyeluruh tentang kebutuhan ini menfasilitasi
pencapaian klinis yang diinginkan. Selain itu, model leininger membantu professional
kesehatan untuk menghindari stereotip pada pasien. Model ini menggunakan tiga konsep
untuk mencapai tujuan tersebut yaitu sebagai berikut:

a. Perawatan budaya pemeliharaan/pelestarian


Pelestaria budaya mengacu pada penyediaan dukungan perawat untuk praktik
budaya seperti menggunakan akupresur atau akupunktur untuk mengurangi kecemasan
dan nyeri sebelum dilakukan intervensi medis.
b. Negosiasi/akomodasi perawatan budaya
Negosiasi budaya merujuk pada dukungan yang diberikan pada pasien dan anggota
keluarganya dalam melakukan kegiatan budaya yang tidak menimbulkan ancaman
terhadap kesehatan pasien atau individu lain dalam pengaturan perawatan kesehatan.
c. Restrukturisasi/pembentukan kembali perawatan budaya.
Restrukturisasi budaya mengacu pada upaya perawat untuk melakukan perawatan
yang berpusat pada pasien dengan membantu pasienmemodifikasi atau mengubah
kegiatan budaya. Restrukturisasi budaya disarankan hanya jika praktik budaya dapat
membahayakan pasien atau orang lain yang ada di lingkungan sekitarnya.

Dalam buku (Leininger & Mc Farland, 2002), terdapat beberapa konsep Transcultural
yang terdiri dari:

1. Budaya/Culture adalah aturan yang dilakukan dari anggota kelompok yang dipelajari,
dan memberikan tujuan dengan cara berpikir, bertindak dan pengambilan Keputusan.
2. Budaya adalah pengalaman yang bersifat universal sehingga tidak ada budaya yang
sama persis; budaya bersifat stabil, tetapi juga dinamis karena budaya tersebut
diturunkan kepada generasi berikutnya sehingga mengalami perubahan; dan budaya
diisi dan ditentukan oleh kehidupan manusianya sendiri tanpa disadari.

Konsep yang dikemukakan Leininger dalam teorinya (Leininger, 1984 dalam Asmadi
2008) yaitu : Budaya adalah norma atau aturan tindakan dari anggota kelompok yang
dipelajari, dan dibagi serta memberi petunjuk dalam berfikir, bertindak dan mengambil
keputusan.

B. Dimensi Budaya dalam Praktik Keperawatan


Dimensi budaya dan struktur sosial didalam dunia keperawatan menurut Leininger
dipengaruhi oleh tujuh faktor yaitu teknologi, agama dan falsafah hidup, faktor sosial
dan kekerabatan, nilai budaya dan gaya hidup, politik dan hukum serta gaya kehidupan
(Asmadi, 2008, hlm. 144).

2.2 Prinsip-prinsip Utama Leininger's Culture Care


A. Transkulturalisme
Konsep yang dikemukakan Leininger dalam teorinya (Leininger, 1984 dalam
Asmadi 2008) yaitu :

1. Budaya adalah norma atau aturan tindakan dari anggota kelompok yang dipelajari, dan
dibagi serta memberi petunjuk dalam berfikir, bertindak dan mengambil keputusan.
2. Nilai budaya adalah keinginan individu atau tindakan yang lebih diinginkanatau
sesuatu tindakan yang dipertahankan pada suatu waktu tertentu danmelandasi tindakan
dan keputusan.
3. Perbedaan budaya Dalam asuhan keperawatan merupakan bentuk yang optimal dari
pemberian asuhan keperawatan, mengacu pada kemungkinan variasi pendekatan
keperawatan yang dibutuhkan untuk memberikan asuhanbudaya yang menghargai nilai
budaya individu, kepercayaan dan tindakantermasuk kepekaan terhadap lingkungan
dari individu yang datang dan individu yang mungkin kembali lagi.
4. Etnosentris diantara budaya-budaya yang dimiliki oleh orang lain adalah persepsi yang
dimiliki oleh individu yang menganggap bahwa budayanya adalah yang terbaik
5. Etnis, berkaitan dengan manusia dari ras tertentu atau kelompok budaya yang
digolongkan menurut ciri-ciri dan kebiasaan yang lazim.
6. Ras adalah perbedaan macam-macam manusia didasarkan pada mendiskreditkan asal
muasal manusia
7. Etnografi, adalah ilmu yang mempelajari budaya. Pendekatan metodologi pada
penelitian etnografi memungkinkan perawat untuk mengembangkan kesadaran yang
tinggi pada perbedaan budaya setiap individu, menjelaskan dasar observasi untuk
mempelajari lingkungan dan orang-orang, dan saling memberikan timbal balik diantara
keduanya.
8. Care adalah fenomena yang berhubungan dengan bimbingan, bantuan, dukungan
perilaku pada individu, keluarga, kelompok dengan adanya kejadian untuk memenuhi
kebutuhan baik actual maupun potensial untuk meningkatkan kondisi dan kualitas
kehidupan manusia.
9. Caring adalah tindakan langsung yang diarahkan untuk membimbing, mendukung dan
mengarahkan individu, keluarga atau kelompok pada keadaan yang nyata atau
antisipasi kebutuhan untuk meningkatkan kondisi kehidupan manusia.
10. Cultural Care berkenaan dengan kemampuan kognitif untuk mengetahui nilai,
kepercayaan dan sudut pandang budaya yang digunakan untuk mebimbing,
mendukung atau memberi kesempatan individu, keluarga atau kelompok untuk
mempertahankan kesehatan, sehat, berkembang dan bertahan hidup, hidup dalam
keterbatasan dan mencapai kematian dengan damai.
11. Culturtal imposition berkenaan dengan kecenderungan tenaga kesehatan untuk
memaksakan kepercayaan, praktik dan nilai diatas budaya orang lainkarena percaya
bahwa ide yang dimiliki oleh perawat lebih tinggi daripada kelompok lain.
B. Kompetensi Kultural
Kompetensi kultur merupakan seperangkat perilaku yang saling melengkapi dalam
sistem kehidupan sehingga memungkinkan untuk berinteraksi secara efektif dalam
berhubungan antar budaya. Kompetensi kultur juga merupakan kemampuan dan sistem
nilai yang dimiliki individu dalam berespon secara efektif terhadap semuakultur yang
dihadapi, kelompok kelas kehidupan, ras, latar belakang etnik dan agama, memahami
perbedaan dan kesamaan sistem nilai yang dianut. Memahami dan menghormati
perbedaan antara klien dengan sistem nilai yang dianut, harapan, pengalaman menerima
pelayanan kesehatan.
Perawat perlu mencermati praktik keperawatan berbasis budaya. Asuhan keperawatan
yang berbasis kompetensi budaya memungkinkan perawat sebagai petugas kesehatan
mengelola secara utuh elemen pelayanan kesehatan, termasuk mengelola hambatan.
Perawat idealnya memiliki kompetensi budaya sehingga asuhan keperawatan yang
diberikan efektif dan bersifat humanis. Kompetensi perawat dalam asuhan keperawatan
trankultural, diperoleh dari kesadaran adanya budaya (cultural awareness), yang diikuti
dengan diperlukannya pengetahuan terkait apa itu budaya (cultural knowledge) dan
bagaimana budaya tersebut diterapkan dalam kehidupan sehati hari perawat (cultural
skill). Perawat akan dapat memilah mana yang sesuai dengan budaya klien dalam praktik
asuhan keperawatan, dilakukan melalui perjumpaan antara budaya yang berbeda (cultural
encounter).
BAB III

HASIL PENGKAJIAN LEININGER’S CULTURE CARE ASSESSMENT

3.1 Pengkajian pada Nn. A

FORMAT PENGKAJIAN
LEININGER’S CULTURE CARE ASSESMENT

Nama perawat :Kelompok 1 Tanggal : 9 Desember 2023


Nama pasien : Nn. Ayu No. RM :-
Jenis kelamin :Perempuan Usia :23 Tahun
Tempat Pengkajian :Gg.Gemini Nitikan Umbulharjo

Bagian I.
1. Bahasa, komunikasi dan gesture
Jelaskan : Bahasa jawa (lebih sering), mau menatap mata
2. Lingkungan tempat tinggal (symbol, material dan non material)
Jelaskan : Tinggal dibandung, lahir di kalimantan, sekarang kost di jogja lingkungan disini
nyaman
3. Penampilan fisik dan pakaian yang digunakan
Jelaskan : Lebih suka memakai baju santai dan rapih, tidak suka memakai perhiasan
4. Teknlogi yang digunakan dalam kehidupan sehari – hari
Jelaskan : HP, Laptop, untuk kuliah dan berkomunikasi
5. Pandangan terhadap kehidupan
Jelaskan : Pandangan hidup semangat terus menjalani hidup, lebih suka hidup di era modern,
6. Cara/ gaya hidup Keluarga (nilai, kepercayaan dan norma)
Jelaskan : Dirumah masih mengikuti mitos atau tradisional. Kalau dirumah teratur mengikuti
aturan keluarga tapi disini bisa punya aturan sendiri
7. Interaksi sosial dan hubungan kekerabatan
Jelaskan : Sering berinteraksi dengan orang orang, tapi dalam berinteraksi moody. Hubungan
dengan keluarga kurang dekat dan paling dekat dengan keluarga
8. Pola aktifitas sehari – hari
Jelaskan : Untuk olahraga kadang jalan pagi, dan mengatur pola makan. Mau saving money
atau menabung
9. Praktik keagamaan dan kepercayaan
Jelaskan : Agamanya Islam dan percaya kepada Allah, rajin beribadah
10. Faktor ekonomi (pemasukan dan biaya hidup)
Jelaskan : Merasa cukup memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, penghasilan berasal dari
orang tua dan pemasukan lain
11. Faktor pendidikan
Jelaskan : Masih berstatus mahasiswa tinggal menunggu yudisium. Menganggap penting
pendidikan karena baginya jika tidak punya pendidikan yang memadai jadi kurang bisa
survive di masa sekarang
12. Politik dan hukum
Jelaskan : Politik di Indonesia menurut beliau masih kurang adil, dan punya pilihan dalam
menentukan. Kadang menaati peraturan, ada bedanya dilingkungan rumah dan kos. Di
rumah masih sangat menjunjung tinggi adat istiadat nenek moyang. Tidak prefer 22nya
13. Pola nutrisi atau makanan yang di konsumsi (pantangan dan hal yang dipercayai)
Jelaskan : Suka makan sayur sangat suka malah, tidak percaya mitos mengenai makanan
14. Cara perawatan – pengobatan tradisional yang di jalankan/ dianut/ dipercayai
Jelaskan : Dalam hal pengobatan tergantung sakitnya kalau sangat parah ke dokter tapi jika
hanya sakit ringan Cuma minum jahe.
15. Cara perawatan – pengobatan professional yang dijalnkan/ dianut/ dipercayai
Jelaskan : Lebih prefer ke dokter
16. Konsep atau pola perawatan yang digunakan sebagai panduan
Jelaskan : Mendapatkan informasi kesehatan biasanya dari internet
17. Perilaku perawatan yang dijalankan dan ekspresi perawatan
Jelaskan : Biasanya mengekspresikannya dengan menyendiri tapi jika sudah tidak kuat baru
minta bantuan orang lain. Dan menahannya dengan diam
18. Cara klien untuk :
a. Mencegah sakit
Mengurangi makanan manis dan menjaga pola makan
b. Menjaga/ mempertahankan kesehatan:
Olahraga lari pagi, makan sayur, tidak huujan hujanan. Rajin mandi 2-3x sehari
c. Merawat diri sendiri atau orang lain yang sakit:
Membantu orang yang sakit dengan menawarkan makanan apa yang ingin dia makan
19. Indikator lain yang mendukung kehidupan yang lebih tradisional atau non-tradisional
termasuk etnohistoris dan lainnya
Jelaskan : Tidak pernah kerokan dan pijet, memakai balsem dan minyak kayu putih untuk
aroma terapi. Menyetok obat di kos. Paham mengenai diabetes atau penyakit yang diderita.
Tahu mengenai cara menangani dan menghadapi penyakit yang diderita.

Bagian II.
Pengkajian Mainly Moderate Average Moderate Mainly
traditional non
traditional

1 2 3 4 5

1. Bahasa dan model komunikasi 

2. Lingkungan fisik – sosial 

3. Penampilan fisik 

4. Faktor teknologi 

5. Worldview (pandangan hidup) 

6. Cara hidup keluarga 

7. Hubungan sosial/kekerabatan 

8. Gaya hidup sehari – hari 


Pengkajian Mainly Moderate Average Moderate Mainly
traditional non
traditional

1 2 3 4 5

9. Keagamaan/ kepercayaan 

10. Faktor ekonomi 

11. Faktor pendidikan 

12. Faktor politik dan hokum 

13. Pola nutrisi/ makanan 

14. Perawatan/ pengobatan 


tradisional
15. Perawatan/pengobatan 
professional
16. Pola perawatan 

17. Pola pengobatan 

18. Cara pencegahan/ menjaga 


kesehatan
19. Indicator lain (etnohistorical) 

Jumlah 72

Hasil skor 72 menunjukkan bahwa pasienmemiliki gaya hidup yang lebih modern/non
tradisional dan tidak terikat oleh adat istiadat atau tradisi keluarga. Pasienblebih suka
menggunakan teknologi seperti HP dan laptop untuk keperluan kuliah dan komunikasi.
Pasien juga lebih terbuka dengan informasi kesehatan dari internet daripada dari sumber
lain. Pasien memiliki pandangan hidup yang optimis dan semangat menjalani hidup.
Pasien tidak terlalu memperhatikan perbedaan budaya antara diri pasien dan lingkungan
sekitar, tetapi lebih mengutamakan kenyamanan dan kebebasan pilihan.
3.2 Ringkasan pengkajian pada pasien Nn. A
a) Pasien adalah seorang mahasiswa yang tinggal di Jogja, lahir di Kalimantan, dan
berasal dari Bandung.
b) Pasien berbahasa Jawa lebih sering, dan mau menatap mata saat berkomunikasi.
c) Pasien lebih suka memakai baju santai dan rapih, tidak suka memakai perhiasan.
d) Pasien menggunakan HP dan laptop untuk kuliah dan berkomunikasi.
e) Pasien memiliki pandangan hidup yang semangat, lebih suka hidup di era modern,
dan tidak terlalu terikat dengan adat istiadat nenek moyang.
f) Pasien masih mengikuti mitos atau tradisional di rumah, tetapi di kos pasien bisa
punya aturan sendiri.
g) Pasiering berinteraksi dengan orang-orang, tetapi dalam berinteraksi pasien
cenderung moody. Hubungan Anda dengan keluarga kurang dekat, dan paling dekat
dengan teman-teman.
h) Pasien adang jalan pagi untuk olahraga, dan mengatur pola makan. Anda juga mau
menabung uang.
i) Pasien beragama Islam dan percaya kepada Allah, rajin beribadah.
j) Pasien merasa cukup memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, penghasilan pasien
berasal dari orang tua dan pemasukan lain.
k) Pasien masih berstatus mahasiswa, tinggal menunggu yudisium. Pasien menganggap
penting pendidikan karena baginya jika tidak punya pendidikan yang memadai jadi
kurang bisa survive di masa sekarang.
l) Pasien memiliki pandangan politik yang masih kurang adil, dan punya pilihan dalam
menentukan. Pasien kadang menaati peraturan, ada bedanya di lingkungan rumah dan
kos.
m) Pasien suka makan sayur, tidak percaya mitos mengenai makanan.
n) Pasien dalam hal pengobatan tergantung sakitnya, kalau sangat parah ke dokter tapi
jika hanya sakit ringan Cuma minum jahe. Pasien prefer ke dokter. Pasien
mendapatkan informasi kesehatan biasanya dari internet.
o) Pasien biasanya mengekspresikan perasaan dengan menyendiri, tapi jika sudah tidak
kuat baru minta bantuan orang lain. Pasien menahannya dengan diam.
p) Pasien memiliki cara untuk mengurangi makanan manis dan menjaga pola makan,
olahraga lari pagi, makan sayur, tidak hujan-hujanan, rajin mandi 2-3x sehari,
membantu orang yang sakit dengan menawarkan makanan, memakai balsem dan
minyak kayu putih untuk aroma terapi, menyetok obat di kos.
q) Pasien paham mengenai diabetes atau penyakit yang diderita, tahu mengenai cara
menangani dan menghadapi penyakit yang diderita.
3.3 Perilaku sehat sakit Nn. A
a) Pasien memiliki perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) yang baik, seperti mencuci
tangan dengan air bersih dan sabun, menggunakan jamban sehat, memberantas jentik
di rumah, makan buah dan sayur setiap hari, melakukan aktivitas fisik (sesuai
kemampuan) setiap hari, dan tidak merokok di dalam rumah
b) Pasien juga memiliki pengetahuan kesehatan yang cukup tentang penyakit-penyakit
yang dideritanya, cara menangani dan menghadapi penyakit-penyakit tersebut, serta
informasi kesehatan yang diperoleh dari internet.
c) Pasien memiliki sikap terhadap kesehatan yang positif, seperti berpikir bahwa
kesehatan adalah hal yang penting dan harus dijaga, percaya kepada Allah sebagai
sumber segala kebaikan, rajin beribadah, dan menghargai orang tua sebagai orang tua.
d) Pasien memiliki praktik kesehatan yang sesuai dengan standar WHO, seperti menjaga
pola makan seimbang, mengatur pola makan sesuai dengan kebutuhan tubuhnya,
menabung uang untuk masa depannya, menyetok obat di kosnya sendiri jika sakit atau
tidak puas dengan pelayanan dokter.
e) Pasien memiliki perilaku peran orang sakit (the sick role behavior) yang rendah atau
tidak ada sama sekali. Pasien tidak mengeluh atau menyalahkan orang lain atas
kondisinya, tetapi lebih berusaha untuk tetap semangat dan optimis. Pasien juga tidak
membatasi diri dari lingkungan sosialnya karena sakitnya.
f) Pasien memiliki faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku hidup sehatnya secara
internal maupun eksternal. Faktor-faktor internal meliputi pengalaman pribadi
(misalnya latar belakang keluarga), pengaruh orang lain yang dianggap penting
(misalnya teman-teman), pengaruh kebudayaan (misalnya adat istiadat nenek
moyang), media massa (misalnya televisi), lembaga pendidikan (misalnya sekolah),
dan faktor emosional (misalnya mood). Faktor-faktor eksternal meliputi lingkungan
fisik (misalnya kondisi rumah atau kos), lingkungan sosial (misalnya hubungan
keluarga atau teman), lingkungan ekonomi (misalnya penghasilan atau biaya),
lingkungan politik (misalnya peraturan atau kebijakan), dan lingkungan budaya
(misalnya mitos atau tradisional).
3.4 Kesimpulan pengkajian pada pasien Nn. A
1. Dari pengkajian yang kami lakukan, kami tidak menemukan masalah perawatan yang
muncul dari perilaku keperawatan sehat-sakit yang diterapkan pasien. Perilaku pasien
tampaknya sesuai dengan EBN, yaitu praktik keperawatan yang didasarkan pada bukti
ilmiah terkini, pengalaman klinis, dan preferensi pasien Beberapa contoh perilaku
pasien yang sesuai dengan EBN adalah:
a) Pasien mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, yang merupakan salah satu cara
paling efektif untuk mencegah penularan infeksi
b) Pasien makan buah dan sayur setiap hari, yang merupakan bagian dari pola makan
seimbang yang dapat meningkatkan kesehatan dan mencegah penyakit kronis
c) Pasien melakukan aktivitas fisik setiap hari, yang dapat membantu menjaga berat
badan ideal, mengurangi risiko diabetes, hipertensi, penyakit jantung, dan kanker,
serta meningkatkan kesejahteraan mental
d) Pasien menyetok obat di kosnya sendiri jika sakit atau tidak puas dengan pelayanan
dokter, yang menunjukkan bahwa pasien memiliki kemandirian dan tanggung
jawab dalam mengelola kesehatannya sendiri
e) Pasien tidak mengeluh atau menyalahkan orang lain atas kondisinya, tetapi lebih
berusaha untuk tetap semangat dan optimis, yang menunjukkan bahwa pasien
memiliki sikap positif dan resiliensi yang dapat membantu mengatasi stres dan
meningkatkan kualitas hidup
2. Keputusan perawat untuk memberikan perawatan kepada pasien dapat dilakukan
dengan mengacu kepada tiga pendekatan caring care transcultural, yaitu:
a. Pendekatan essence of caring: Perawat harus menunjukkan rasa kasih sayang dan
cinta kepada pasien sebagai makhluk manusia yang berharga dan berhak
mendapatkan perawatan yang baik. Perawat harus bersikap empati, peduli,
menghargai, dan menghormati pasien sebagai individu unik dan berbeda dari orang
lain.
b. Pendekatan transcultural caring ethics: Perawat harus memiliki pengetahuan etika
kesehatan yang mencakup nilai-nilai universal seperti menghormati martabat
manusia, hak asasi manusia, hak budaya, hak alam, dan sebagainya yang
membentuk perilaku keperawatan yang etis dan bermoral. Perawat harus bertindak
sesuai dengan prinsip-prinsip etika kesehatan tersebut dalam memberikan
perawatan kepada pasien.
c. Pendekatan transcultural context: Perawat harus memahami konteks sosial-budaya
pasien, termasuk identitas budaya, nilai-nilai budaya, keyakinan-budaya, sikap-
sikap budaya, simbol-simbol budaya, ritual-ritual budaya, dan sebagainya. Perawat
harus menyesuaikan diri dengan konteks tersebut dalam berkomunikasi dan
berinteraksi dengan pasien.
BAB IV

PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Makalah pengkajian Leininger's Culture Care Assessment membahas pentingnya
integrasi nilai budaya dalam praktik perawatan kesehatan. Melalui pendekatan ini,
dapat diakui bahwa keberagaman budaya memengaruhi pengalaman pasien dan
menentukan keberhasilan intervensi perawatan.
4.2 Saran
1. Penekanan pada pendekatan individual: Penting untuk mengadaptasi pendekatan
perawatan yang bersifat individual, mempertimbangkan nilai budaya dan
kepercayaan pasien secara spesifik.
2. Pendidikan dan pelatihan kontinu: Profesional kesehatan sebaiknya terus
meningkatkan pemahaman mereka tentang keragaman budaya melalui
pendidikan dan pelatihan kontinu untuk memastikan penerapan praktik terkini.
3. Kolaborasi lintas-disiplin: Kolaborasi antara berbagai disiplin kesehatan dan
pemberi perawatan dapat meningkatkan keberhasilan pengkajian Leininger
dalam konteks praktik kesehatan, memastikan perawatan yang holistik dan
sesuai budaya
DAFTAR PUSTAKA

Silalahi, S. R. (2020). Pentingnya Pengkajian Pada Proses Keperawatan Di Rumah Sakit.

Al Ihksan Agus, S. K. TEORI KEPERAWATAN REVIEW DAN KRITIK. GUEPEDIA

SYAHRIZAL, R. IDENTIFIKASI DAN ANALISIS MULTI DIMENSIONAL BUDAYA


TERKAIT MEDIKAL BEDAH DAN STANDAR PELAYANAN.

Wardani, N. S. (2023). BAB 4 PERKEMBANGAN IPTEK DALAM APLIKASI


KEPERAWATAN TRANSKULTURAL. Keperawatan Transkultural, 59.

Simanjuntak, S. M., & Simbolon, J. C. U. (2016). RANCANG BANGUN DAN VALIDASI


LEMBAR KAJI IDENTITAS PROFESIONAL PERAWAT ISLAM INDONESIA.
Jurnal Skolastik Keperawatan, 2(2), 111-111.

Iliza, N. E. (2019). HUBUNGAN CULTURAL CARE (CULTURAL VALUE) DENGAN


KEJADIAN HIPERTENSI PADA LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
PAKONG (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Surabaya).

Rsupsoeradji, A., 2023. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Diakses dari
https://rsupsoeradji.id/perilaku-hidup-bersih-dan-sehat-phbs/ pada 8 Desember 2023.
Universitas Kristen Indonesia, 2019. MODUL KONSEP SEHAT DAN SAKIT. Diakses dari
http://repository.uki.ac.id/9069/1/ModulKonsepSehatdanSakit.pdf pada 8 Desember
2023.

Dinas.id, n.d. Perilaku Sehat & Perilaku Sakit : Pengertian, Dimensi, Aspek. Diakses dari
https://dinas.id/perilaku-sehat/ pada 8 Desember 2023.

Halodoc, n.d. Ini Pentingnya Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Diakses dari
https://www.halodoc.com/artikel/ini-pentingnya-perilaku-hidup-bersih-dan-sehat-phbs
pada 8 Desember 2023.

Ray, M.A. (2010). Transcultural Caring Dynamics in Nursing and Health Care. Diakses dari
https://nursology.net/nurse-theories/transcultural-caring-dynamics-in-nursing-and-
health-care/.

Ray, M.A. (2010). Transcultural Caring Dynamics in Nursing and Health Care. Philadelphia:
F.A. Davis Company. Diakses dari
https://books.google.com/books/about/Transcultural_Caring_Dynamics_in_Nursing.htm
l?id=s7y_CwAAQBAJ.

Wikipedia. (2023). Transcultural nursing. Diakses dari


https://en.wikipedia.org/wiki/Transcultural_nursing.

RegisteredNursing.org. (2023). What Is Transcultural Nursing? - Becoming a Transcultural


Nurse. Diakses dari https://www.registerednursing.org/specialty/transcultural-nurse/.
University of Hawaiʻi at Hilo. (2023). Transcultural Nursing. Diakses dari
https://hilo.hawaii.edu/depts/nursing/bsn/transcultural.php.

Anda mungkin juga menyukai