Anda di halaman 1dari 40

KARYA ILMIAHASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS

IBU POST PARTUM DENGAN PENERAPAN TEKNIK PIJATAN


MARMET UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI ASI
PADA Ny. L DI PUSKESMAS RAWAT INAP
BANDAR AGUNG KABUPATEN
LAMPUNG TENGAH
TAHUN 2022

Oleh:
VITA NINGTIYAN AGESTHA
NIM. 2022207209218

FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU
LAMPUNG TA 2022-2023

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

ASI merupakan salah satu komponen terpenting bagi bayi yang

produksi dan kelancarannya perlu diperhatikan oleh calon ibu. Nutrisi terbaik

bagi bayi adalah air susu ibu (ASI). Nutrisi terbaik diberikan pada bayi nol

sampai enam bulan kemudian dilanjutkan dua tahun pertama kehidupan

karena bisa menurunkan angka morbiditas dan mortalitas. Menurut UNICEF,

risiko angka kematian bayi (AKB) bisa berkurang sebanyak 22% dengan

pemberian ASI ekslusif dan menyusui sampai 2 tahun. Khusus untuk

kematian neonatus dapat ditekan hingga 55%-87% jika setiap bayi lahir

dilakukan IMD dan diberikan ASI. Selain itu kasus kurang gizi pada anak di

bawah usia dua tahun juga dapat atasi melalui pemberian ASI eksklusif

(Hamidah dan Isnaini, 2016).

World Health Organization (WHO) merekomendasikan semua bayi

perlu mendapat ASI untuk mengatasi masalah gizi dan mencegah penyakit

infeksi. Melalui pemberian ASI selama 6 bulan dapat menjamin kecukupan

gizi bayi serta meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit

infeksi.Pemerintah Indonesia membuat peraturan yang secara resmi yaitu

Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 yang didalamnya terdapat

pernyataan bahwa bayi yang dilahirkanberhak mendapatkan ASI tanpa

penambahan bahan makanan lainnya (tidak termasuk obat, mineral dan

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


vitamin) hingga bayi memasuki usia enam bulan atau disebut sebagai ASI

Eksklusif.

Berdasarkan penelitian WHO (2020) menyatakan bahwa hanya 40%

bayi di dunia yang mendapatkan ASI eksklusif sedangkan 60% bayi lainnya

ternyata telah mendapatkan MP-ASI saat usianya < dari 6 bulan.United

Nations Children’s Fund (UNICEF) dan World Health Organization

(WHO )menyebiutkan bahwa pada masa pandemiini hanya 1 dari 2 bayi

berusia di bawah enam bulan yang menerima ASI eksklusif di Indonesia,

UNICEF juga menyatakan bahwa hanya 40% bayi di dunia yang

mendapatkan ASI eksklusif (UNICEF, 2021).

Berdasarkan Profil Kesehatan Republik Indonesia tahun 2020, secara

nasional, cakupan bayi mendapat ASI Eksklusif tahun 2020 yaitu sebesar

66,06%. Meskipun angka tersebut sudah melampaui target Renstra tahun

2017 yaitu 44% namun masih jauh dari kondisi yang ideal. Angka tersebut

sudah melampaui target Renstra tahun 2020 yaitu 40%. Persentase tertinggi

cakupan pemberian ASI eksklusif terdapat pada Provinsi Nusa Tenggara

Barat (87,33%), sedangkan persentase terendah terdapat di Provinsi Papua

Barat (33,96%), Provinsi Lampung memiliki cakupan 83,1 % (Kemenkes RI,

2021).

Data cakupan ASI Eksklusif untuk perwilayah kabupaten di provinsi

Lampung tahun 2019 sebesar 69,3%, dimana angka ini masih di bawah target

yang diharapkan yaitu 80% dengan cakupan terendah adalah Bandar

Lampung sebesar 64,7% dan tertinggi Kota Metro sebesar 81,7% sedangkan

untuk Kabupaten Lampung Tengah sebesar 65,2% (Dinkes Lampung, 2020).

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


Kegagalan pemberian ASI secara eksklusif tersebut disebabkan oleh

banyak faktor, baik itu faktor dari ibu sendiri maupun faktor dari bayinya.

Sebagian besar 70% terkait dengan faktor ibu salah satunya yaitu adanya

gangguan pada ibu yang menyebabkan terhambatnya pemberian ASI, selain

itu disebabkan karena kondisi lingkungan sekitar ibu (20%) seperti dukungan

dari keluarga dan tenaga kesehatan yang ada di sekitar ibu dan faktor lainnya

(7%) terkait dengan kondisi bayi yang mengharuskan diberikan obat atau

makanan tambahan selain ASI dan sisanya sebabkan oleh faktor-faktor

lainnya(Kemenkes RI, 2018).

Gangguan pada ibu yang menyebab kanterhambatnya pemberian ASI

adalah kondisi kelancaran produksi ASI sehingga ibu mengambil inisiatif

untuk memberikan makanan tambahan berupa susu formula kepada bayinya

dengan pertimbangan karena bayi yang kurang mendapatkan ASI karena

produksi dan kelancara ASI yang dirasa kurang oleh ibu. Kelancaran

produksi merupakan kondisi yang kadang terjadi pada ibu terutama pada ibu

postpartum terkait dengan kurangnya rangsangan hormon prolaktin dan

oksitosin pada proses lektogenesis yang baru berlangsung serta belum

maksimalnya rangsangan hisap dari bayi.

Terkait dengan permasalahan kelancaran ASI banyak upaya yang

telah dilakukan baik itu upaya farmakologis maupun non farmakologi melalui

berbagai upaya yaitu dengan terapi salah satunya yaitu teknik marmet. Teknik

marmet merupakan kombinasi cara memerah ASI dan memijat payudara

sehingga refleks ASI dapat optimal. Teknik memerah ASI dengan cara

marmetbertujuan untuk mengosongkan ASI dari sinus laktOferusyang

terletak di bawah areola sehingga diharapkan dengan mengosongkan ASI

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


pada sinus laktiferus akanmerangsang pengeluaran prolaktin. Pengeluaran

hormonprolaktin diharapkan akan merangsang mammary alveoliuntuk

memproduksiASI. Semakin banyak ASI dikeluarkanatau dikosongkan dari

payudara akan semakinbaik produksi ASI di payudara.

Teknik ini memberikan efek relaks dan juga mengaktifkan kembali

reflex keluarnya air susu/milk ejection refleks (MER) sehingga air susu mulai

menetes. Dengan diaktifkannya MER maka ASI akan sering menyemprot

keluar dengan sendirinya. Teknik marmet merupakan pijitan dengan

menggunakan dua jari, ASI bisa keluar lancar dan membutuhkan waktu

sekitar masing-masing payudara 5-7 menit. Cara ini sering disebut juga

dengan back to nature karena caranya sederhana dan tidak membutuhkan

biaya.

Beberapa studi literatur terkait dengan pengaruh teknikmarmet

terhadap produksi ASI diantaranya yaitu penelitian olehMaryam, dkk, (20200

di Kabupaten Lombok Timur dengan hasil adanya peningkatan jumlah

produksi ASI setelah diberikan terapi pijat marmet dengan p value

0,000sehingga dapat disimpulkan adanya pengaruh yang signifikan

pemberian terapi pijat marmetterhadap peningkatan produksi ASI. Penelitian

Yustianti, dkk (2020) di Kabupaten Lampung Selatan dengan hasilada

pengaruh yang signifikan sebelum dan sesudah teknik marmet terhadap

produksi ASI pada ibu post partum (p-value 0,000). Penelitian Saraswati

(2021) yang melakukan literatur review terhadap 92artikel dengan sampel 5

artikel diperoleh hasil erdapat pengaruh pemberian teknik Marmet terhadap

kelancaran ASI. Semakin baik ibu dalam melakukan teknik marmet maka

semakin besar ASI akan tercukupi.

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh penulis pada

bulan November 2022 diwilayah Puskesmas Rawat Inap Bandar Agung

Kabupaten Lampung Tengah, terdapat beberapa ibu yang menyatakan ASI

yang belum keluar dan tidak lancar produksinya.Berdasarkan hasil studi

pendahuluan ini penulis tertarik untuk melakukanaplikasi asuhan

keperawatan terhadap ibu post partum dengan ASI tidak lancarmelaluipijat

marmet di Puskesmas Rawat Inap Bandar Agung Kabupaten Lampung

Tengahtahun 2022.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas” Bagaimana hasil evaluasi atas

penerapan asuhan keperawatan terhadap ibu postpartum dengan penerapan

teknik pijatmarmet untuk meningkatkan produksi ASI di Puskesmas Rawat

Inap Bandar Agung Kabupaten Lampung Tengah?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hasilpenerapan asuhan keperawatan terhadap

ibu postpartum dengan penerapan teknik pijatmarmet untuk

meningkatkan produksi ASI di Puskesmas Rawat Inap Bandar Agung

Kabupaten Lampung Tengah.

2. Tujuan Khusus

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


a. Mengidentifikasi data hasil pengkajian terhadap ibu postpartum

dengan penerapan teknik pijatmarmet untuk meningkatkan produksi

ASI di Puskesmas Rawat Inap Bandar Agung Kabupaten Lampung

Tengah

b. Merumuskan diagnosa keperawatan terhadap ibu postpartum dengan

penerapan teknik pijatmarmet untuk meningkatkan produksi ASI di

Puskesmas Rawat Inap Bandar Agung Kabupaten Lampung Tengah

c. Menyusun rencana asuhan keperawatan terhadap ibu postpartum

dengan penerapan teknik pijatmarmet untuk meningkatkan produksi

ASI di Puskesmas Rawat Inap Bandar Agung Kabupaten Lampung

Tengah

d. Melaksanakan asuhan keperawatan terhadap ibu postpartum dengan

penerapan teknik pijatmarmet untuk meningkatkan produksi ASI di

Puskesmas Rawat Inap Bandar Agung Kabupaten Lampung Tengah

e. Melaksakan evaluasi keperawatanterhadap ibu postpartum dengan

penerapan teknik pijatmarmet untuk meningkatkan produksi ASI di

Puskesmas Rawat Inap Bandar Agung Kabupaten Lampung Tengah

D. Manfaat penelitian

1. Manfaat Teoritis

Membantu dalam pengembangan ilmu pengetahuan di bidang

keperawatan maternitas pada ibu postpartum dengan ASI yang tidak

lancar dengan terapi pijatmarmet.

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


2. Manfaat Praktis

a. Bagi Puskesmas Rawat Inap Bandar Agung

Menambah alternatif pemberian terapi komplementer bagi petugas

kesehatan yang ada tentang penanganan ibu postpartum dengan ASI

yang tidak lancar melalui terapi pijatmarmet.

b. Bagi peneliti

Menambah pengetahuan dan ketrampilan peneliti untuk melakukan

terapi pijatmarmet guna mengatasi ASI tidak lancar pada ibu

postpartum.

c. Bagi pasien

Memberikan pengetahuan dan ketrampilan kepada ibu postpartum

tentang pelaksanaan pijatmarmet guna memperlancar produksi ASI.

d. Bagi petugas kesehatan

Sebagai masukan dan pertimbangan dalam memberikan asuhan

keperawatan pada ibu postpartumdengan ASI tidak lancar dengan

melakukan pijatmarmet.

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Air Susu Ibu (ASI)

1. Definisi ASI

Air susu ibu (ASI) adalah emulsi lemak dalam larutan protein

laktosa, dan garam – garam organik yang disekresi oleh kedua kelenjar

payudara ibu, yang berguna sebagai makanan utama bagi bayi. Eksklusif

adalahterpisah dari yang lain, atau disebut khusus (Haryono &

Setianingsih, 2014).

Air Susu Ibu (ASI) adalah cairan air susu hasil sekresi dari

payudara setelah ibu melahirkan. ASI merupakan makanan yang fleksibel

dan mudah didapat, siap diminum tanpa persiapan khusus dengan

temperatur yang sesuai dengan bayi, susunya segar dan bebas dari

kontaminasi bakteri sehingga menurangi resiko gangguan

gastrointestinal. Selain itu, ASI memiliki kandungan zat gizi yang

lengkap dan sempurna untuk keperluan bayi. Hal-hal tersebut menjadikan

ASI sebagai satu-satunya makanan terbaik dan paling cocok untuk bayi

(Hamidah dan Isnaini, 2016).

Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 450/MENKES/SK/Vl/2004

tentang Pemberian ASI Secara Eksklusif di Indonesia. Menetapkan ASI

eksklusif di Indonesia selama 6 bulan dan dianjurkan dilanjutkan sampai

dengan anak berusia 2 tahun atau lebih (Kemenkes, 2014).

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


Menyusui eksklusif adalah tidak memberi bayi makanan atau

minuman lain, termasuk air putih, selain menyusui (kecuali obat-obatan

dan vitamin atau mineral tetes; ASI perah juga diperbolehkan).Menurut

Riskesdas menyusui eksklusif adalah komposit dari pertanyaan: bayi

masih disusui, sejak lahir tidak pernah mendapatkan makanan atau

minuman selain ASI selama 24 jam terakhir bayi hanya disusui atau tidak

diberi makanan selain ASI (Kemenkes, 2019).

2. Anatomi dan Fisiologi Payudara

a. Anatomi Payudara

Payudara (mammae, susu) adalah kelenjar yang terletak dibawah

kulit, di atas otot dada dan fungsinya memproduksi susu untuk nutrisi

bayi.Manusia mempunyai sepasang kelenjar payudara dengan berat

kira – kira 200 gram, yang kiri umumnya lebih besar dari yang kanan.

Pada waktu hamil payudara membesar mencapai 600 gram dan pada

waktu menyusui bisa mencapai 800 gram. Ada tiga bagian utama

payudara, yaitu:

1) Korpus (badan) yaitu bagian yang membesar

2) Areola yaitu bagian yang kehitaman di tengah

3) Papila atau puting yaitu bagian yang menonjol di puncak payudara

Dalam korpus mammae terdapat alveolus yaitu unit terkecil yang

memproduksi susu. Alveolus terdiri dari beberapa sel aciner, jaringan

lemak, sel plasma, sel otot polos dan pembuluh darah. Beberapa

alveolus mengelompok membentuk lobolus kemudian beberapa

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


lobulus berkumpul menjadi 15 – 20 lobus pada tiap payudara. Dari

alveolus ASI disalurkan ke dalam saluran kecil (duktulus), kemudian

beberapa saluran kecil bergabung membentuk saluran yang lebih

besar (duktus laktiferus). Di bawah areola saluran yang besar melebar

disebut sinus laktiferus. Akhirnya semua memusat ke dalam puting

dan bermuara ke luar. Di dalam dinding alveolus maupun saluran–

saluran, terdapat otot polos yang bila berkontraksimemompa ASI

keluar.Ada empat macam bentuk puting yaitu bentuk yang

normal/umum, pendek/datar, panjang dan terbenam (inverted). Pada

papilla dan areola terdapat saraf peraba yang sangat penting untuk

refleks menyusui. Bila puting dihisap, terjadilah rangsangan saraf

yang diteruskan ke kelenjar hipofisis yang kemudian merangsang

produksi dan pengeluaran ASI(Karjatin, 2016).

B. Konsep Laktasi dan Menyusui

1. Definisi Laktasi

Merupakan proses produksi, sekresi, dan pengeluaran ASI. Airsusu

ibu (ASD merupakan nutrisi alarniahterbaik untuk bayi, karena ASI

mengandung energi dan zat yang dibutuhkan bayi selama 6 bulan pertama

kehidupan bayi. Laktasi atau menyusui mempunyai dua pengertian yaitu

produksi dan pengeluaran ASI. Payudara mulai terbentuk sejak embrio

berumur 18-19 minggu dan baru selesai ketika mulai menstruasi dengan

terbentuknya hormon estrogen dan progesteron yang berfungsi untuk

maturasi alveoli. Sedangkan hormon prolaktin adalah hormon yang

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


berfungsi untuk produksi ASI disamping hormon lain seperti insulin,

tiroksin dan sebagainya(Saleha, 2013).

2. Fisiologi Laktasi

Selama masa kehamilan hormon prolaktin dari plasenta rneningkat

tetapi ASI belum keluar karena pengaruh dari homon estrogen yang rnasib

tinggi. Kadar estrogen dan progesterone akan rnenurun pada saat hari

kedua atau ketiga pasca persalinan, sehingga terjadi proses sekresi AST.

Proses laktasi terdapat dua refleks yang berperan yaitu refleks proklaktin

dan isapan bayi. Setelah melahirkan pengaruh penekanan dari estrogen dan

progesterone terhadap hipofisis hilang. Sehingga timbul pengaruh hormon

prolaktin. Pada seorang ibu menyusui perlu latihan untuk mencapai

kemampuan yang optimal untuk menyusui.(Maryunani, 2017)

Selama kehamilan hormon prolaktin dari plasenta meningkat tetapi

ASI biasanya belum keluar masih dihambat oleh kadar estrogen yang

tinggi. Pada hari kedua dan ketiga postpartum, kadar estrogen dan

progesteron turun drastis, sehingga pengaruh prolaktin lebih dominan dan

pada saat inilah mulai terjadi sekresi ASI. Dengan menyusukan lebih dini,

terjadi perangsangan puting susu, terbentuklah prolaktin oleh hipofisis,

sehingga sekresi ASI makin lancar. Dua refleks pada ibu yang sangat

penting dalam proses laktasi, refleks prolaktin dan refleks aliran timbul

akibat perangsangan puting susu oleh hisapan bayi.

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


1) Refleks prolaktin

Puting susu terdapat banyakujung saraf sensoris. Bila dirangsang

timbul impuls yang menuju hipotalamus selanjutnya kekelenjar

hipofisis bagian depan sehingga kelenjar ini mengeluarkan hormon

prolaktin.Hormon inilah yang berperan dalam produksi ASI di tingkat

alveoli. Dengan demikian mudah dipahami bahwa makin sering

rangsangan menyusui maka banyak pula produksi ASI

2) Refleks aliran (let down reflex)

Rangsangan puting susu tidak hanya diteruskan sampai ke

kelenjar hipofisis depan, tetapi juga ke kelenjar hipofisis bagian

belakang, yang mengeluarkanhormon oksitosin. Hormon ini berfungsi

memacu kontraksi otot polos yang ada di dinding alveolus dan dinding

saluran. Sehingga ASI dipompa keluar. Makin sering menyusui

pengosongan alveolus dan saluran makin baik sehingga kemungkinan

terjadinya bendungan susu makin kecil dan menyusui akan makin

lancar. Saluran ASI yang mengalami bendungan tidak hanya

mengganggu proses menyusui tetapi juga berakibat mudah terkena

infeksi.

Tiga refleks yang penting dalam mekanisme hisapan bayi adalah

refleks menangkap (rooting refleks), refleks mengisap dan refleks menelan

1) Refleks menangkap (rooting refleks)

Timbul bila bayi baru lahir tersentuh pipinya, bayi akan menoleh ke

arah sentuhan. Dan bila bibirnya dirangsang dengan papilla mammae,

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


maka bayi akan membuka mulut dan berusaha untuk menangkap

puting susu.

2) Refleks menghisap

Refleks ini timbul apabila langit-langit mulut bayi tersentuh, biasanya

oleh puting. Supaya puting mencapai bagian belakang palatum, maka

sebagian besar areola harus tertangkap mulut bayi. Dengan demikian

maka sinus laktiferus yang berada di bawah areola akan tertekan antara

gusi, lidah dan palatum, sehingga ASI terperas keluar.

3) Refleks menelan

Bila mulut bayi terisi ASI ia akan menelannya.Produksi ASI berkisar

antara 600 cc -1 liter sehari, dengan demikian ibu dapat menyusui bayi

secara eksklusif sampai 6 bulan dan tetapmemberikan ASI sampai

anak berusia 2 tahun bersama makanan lain (Karjatin, 2016).

Gambar 2.1 Mekanisme Pengeluaran ASI

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


3. Proses Terbentuknya ASI

Proses laktasi menurut mempengaruhi hormonal, adapun hormon-

hormon yang berperan dalam proses laktasi adalah:

a. Progesteron, berperan untuk mempengaruhi pertumbuhan dan ukuran

alveoli.

b. Estrogen, berperan untuk menstimulasi sistem saluran ASI agar

membesar sehingga dapat menampung ASI lebih banyak. Kualitas

estrogen mengalami penurunan saat melahirkan dan tetap rendah untuk

beberapa bulan selama tetap menyusui. Ibu menyusui sebaiknya

menghindari KB hormonal berbasis hormon estrogen, karena

menjadikan jumlah produksi ASI berkurang.

c. Follicle Stimulating Hormone (FSH).

d. Luteinizing Hormone (LH).

e. Prolaktin, ketika masa kehamilan prolaktin berperan dalam

membesarnyaalveoli.

f. Oksitosin, aktif untuk mengencangkan otot halus dalam rahim

g. Pada saat melahirkan dan pasca melahirkan, seperti halnya juga dalam

orgasme. Pasca melahirkan oksitosin berperan untuk mengencangkan

otot halus di sekitar alveoli untuk memeras ASI menuju saluran susu.

Oksitosin berperan dalam proses turunnya susu let down atau

milkejection reflex.

h. Human Placental Lactogen (HPL). Mulai menginjak bulan kedua

kehamilan, placenta menghasilkan banyak HPL yang berfungsi dalam

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


pertumbuhan payudara, putting dan areola sebelum melahirkan. Pada

bulan kelima dan keenam kehamilan, payudara bersedia untuk

memproduksi ASI.

Laktasi atau menyusui merupakan proses integral dari daur reproduksi

dan mempunyai dua pengertian yaitu produksi dan pengeluaran ASI.

Keduanya harus sama baiknya. Secara alamiah akibat pengaruh hormon

maka akan terjadi perubahan secara bertahap sesuai umur dan kondisi

menurut (Wiji & Mulyani, 2013)terdiri dari proses:

1) Mammogenesis, yaitu pembentukan kelenjar payudara. Pembentukan

kelenjar payudara dimulai dari sebelum pubertas, masa siklus

menstruasi dan masa kehamilan. Pada masa kehamilan akan

mengalami peningkatan yang jelas dari duktulus yang baru,

percabangan dan lobulus yang dipengaruhi oleh hormon placenta dan

korpus luteum. Hormon yang ikut membantu mempercepat

pertumbuhan adalah prolaktin, laktogen placenta, korionik

gonadotropin, insulin, kortisol, hormon tiroid, hormon paratiroid dan

hormon pertumbuhan. Pada usia tiga bulan kehamilan prolaktin dari

adenohipofise (hipofise anterior) mulai merangsang kelenjar air susu

untuk menghasilkan air susu yang disebut kolostrum. Pada masa ini

estrogen dan progesteron menyebabkan pengeluaran kolostrum masih

terhambat, tetapi jumlah prolaktin meningkat ketika aktifitasnya dalam

pembuatan kolostrum yang ditekan. Setelah melahirkan estrogen dan

progesteron akan menurun dan prolaktin akan meningkat, oksitosin

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


(hipofise posterior) meningkat bila ada rangsangan hisap, sel

miopitelium buah dada berkontraksi.

2) Galaktogenesis, yaitu proses pembentukan atau produksi ASI. Pada

seorang ibu menyusui dikenal 2 refleks yang masing-masing berperan

sebagai pembentukan dan pengeluaran air susu yaitu refleks oksitosin

atau let down refleks dan reflek prolaktin.

3) Galaktoporesis, yaitu proses mempertahankan produksi ASI.

Hubungan yang utuh antara hipotalamus dan hipofise akan mengatur

kadar oksitosin dan prolaktin dalam darah. Hormon ini berfungsi untuk

pengeluaran dan pemeliharaan penyediaan air susu selama menyusui.

Proses pemberian ASI memerlukan pembuatan dan pengeluaran air

susu dari alveoli ke sistem duktus. Bila susu tidak dikeluarkan

mengakibatkan berkurangnya sirkulasi darah kapiler yang menyebabkan

terlambatnya proses menyusui. Kekuatan isapan kurang disebabkan oleh

berkurangnya rangsangan menyusu oleh bayi, frekuensi isapan yang

kurang dari singkatnya waktu menyusui berarti pelepasan prolaktin dari

hipofiseberkurang, sehingga pembuatan air susu berkurang, karena

diperlukan kadar prolaktin yang cukup untuk mempertahankan

pengeluaran air susu mulai sejak minggu pertama kelahiran(Wiji &

Mulyani, 2013).

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


Gambar 2.2. Stuktur dan Fisiologi Air Susu Ibu

4. Faktor yang menunjang produksi ASI

Menurut (Mariati, 2019) Produksi ASI Bunda setelah melahirkan

bisa saja melimpah atau bisa juga tidak. Ada banyak faktor yang

memengaruhi produksi ASI, yaitu:

1) Konsumsi Nutrisi Ibu

ASI dapat dipengaruhi oleh makanan yang dikonsumsi oleh ibu,

apabila makan yang teratur dan mengandung cukup gizi yang

diperlukan untuk mernpengaruhi produksi ASI, karena kelenjar

produksi AS! tidak dapat bekerja dengan baik tanpa makanan yang

cukup. Untuk membentuk produksi AS! ibu harus memenuhi kalor,

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


protein, lemak, dan vitamin serta mineral yang cukup, selain itu ibu

harus minurn lebih banyak kurang lebih 8-12 gelas per hari.

2) Intensitas menyusui bayi

Intensitas menyusui bayi berpengaruh terhadap banyaknya ASI

yang keluar. Semakin sering menyusui, maka ASI yang diproduksi

juga akan semakin melimpah. Pasalnya, isapan mulut bayi saat

menyusu dapat merangsang produksi ASI dalam tubuh. Jadi, susui

secara teratur dan usahakan untuk segera memompa ASI saat payudara

terasa sudah penuh.

3) Pelekatan bayi saat menyusui

Jika ibu merasa ASI yang keluar sedikit meski frekuensi

menyusui sudah sering, coba cek pelekatan bayi saat menyusui.

Pastikan mulut bayi dan puting susu menempel dengan benar, sehingga

ia dapat mengisap ASI secara lebih maksimal.Dengan pelekatan

menyusui yang baik, tak hanya kebutuhan ASI terpenuhi, tubuh ibu

pun akan terangsang untuk menghasilkan lebih banyak ASI.

4) Stimulasi pada payudara

Agar produksi ASI melimpah, biasakan untuk menyusui dengan

kedua payudara secara bergantian. Stimulasi pada kedua payudara oleh

isapan bayi ataupun pijatandapat membantu meningkatkan produksi

ASI.

5) Pola hidup sehat

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


Agar produksi ASI melimpah dan lancar, ibu harus menerapkan

pola hidup sehat selama menyusui.

C. Konsep Post Partum

1. Definisi Postpartum

Masa nifas atau post partum atau disebut juga masa

puerperiummerupakan waktu yang diperlukan untuk memulihkan kembali

organ reproduksinya seperti saat sebelum hamil atau disebut involusi

terhitung dari selesai persalinan hingga dalam jangka waktu kurang lebih 6

Minggu atau 42 hari (Maritalia, 2017). Menurut Saleha (2013) periode

masa postpartum (puerperium) adalah periode waktu selama 6-8 minggu

setelah persalinan. Menurut Departemen Kesehatan RI dalam Padila

(2014), Postpartum atau masa postpartum adalah masa sesudahnya

persalinan terhitung dari saat selesai persalinan sampai pulihnya kembali

alat kandungan ke keadaan sebelum hamil dan lamanya mas postpartum

kurang lebih 6 minggu.

2. Tahapan postpartum

a. Puerperium dini

Merupakan masa pemulihan awal dimana ibu yang melahirkan spontan

tanpa komplikasi dalam 6 jam pertama setelah kala IV dianjurkan

untuk mobilisasi dini atau segera. Ibu diperbolehkan untuk berdiri dan

berjalan-jalan.

b. Puerperium intermedial

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


Merupakan masa pemulihan yang berlangsung selama kurang lebih 6

Minggu atau 42 hari, dimana organ-organ reproduksi secara berangsur-

angsur akan kembali ke keadaan saat sebelum hamil.

c. Remote puerperium

Merupakan waktu yang diperlukan ibu untuk dapat pulih

kembaliterutama saat hamil atau waktu persalinan mengalami

komplikasi. Pada tahap ini rentang waktu yang dialami setiap ibu akan

berbeda tergantung dari berat ringannya komplikasi yang dialami

selama hamil ataupun persalinan.

3. Perubahan Fisiologis Payudara pada postpartum

Setelah proses persalinan selesai, pengaruh hormone estrogen dan

progesterone terhadap hipofisis mulai menghilang.Hipofisis mulai

mensekresi hormone kembali yang salah satu diantaranya adalah lactogenic

hormone atau hormone prolaktin.Selama kehamilan hormone prolaktin dari

plasenta meningkat tetapi ASI belum keluar karena pengaruh hormone

estrogen yang masih tinggi. Kadar estrogen dan progesterone akan menurun

pada saat hari kedua atau ketiga pasca persalinan, sehingga terjadi sekresi

ASI. Pada hari-hari pertama ASI mengandung banyak kolostrum, yaitu

cairan berwarna agak kuning dan sedikit lebih kental dari ASI yang

disekresi setelah hari ketiga postpartum (Maritalia, 2017).

D. Konsep Teknik Marmet

1. Pengertian Teknik Marmet

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


Teknik Marmet yaitu suatu metode memijat dan menstimulasi

agarkeluarnya ASI menjadi optimal. Jika dilakukan dengan efektif dan

tepat, makatidak akan terjadi masalah kerusakan jaringan produksi ASI

atau pengeluaran ASI. Teknik ini dapat dipelajari dengan mudah sesuai

instruksi (Marini, 2016).

Dikenal teknik memerah ASI yang disebut teknik Marmet, yaitu cara

memeras ASI secara manual dan mengutamakan let down reflex (LDR).

Teknik marmet yaitu merangsang LDR di awal proses memerah dapat

menghasilkan ASI sebanyak 2-3 kali lipat dibanding tanpa menggunakan

teknik LDR ini. LDR sama dengan rangsangan yang terjadi jika puting

dihisap oleh bayi dan setelah beberapa saat tiba-tiba payudara akan

mengencang dan ASI akan keluar deras sehingga bayi harus mempercepat

irama menghisap ASI, kurang lebih seperti itulah jika efek LDR kita

dapatkan. ASI akan tiba-tiba mengalir dengan deras tanpa diperlukan

pijatan atau perasan yang sangat kencang (Marmi, 2014)

Pada prinsipnya, payudara terdiri atas tiga unsur utama, yaitu,

pabrik,saluran, dan gudang ASI (area areola). Ketiganya diumpamakan

seperti bejanaberhubungan. Agar ASI berproduksi dengan lancar, ASI

yang berada digudangharus habis terlebih dahulu. Bila gudang telah

kosong, maka pabrik akanmengisinya kembali dan seterusnya. Pada saat

memerah ASI, prosesnyadiumpamakan sama dengan mengeluarkan pasta

gigi, yaitu, bila hanya menekanujung pasta gigi, tentu saja pasta giginya

tidak akan keluar. Untuk itu, bagianbelakang yang harus ditekan, bila

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


tekniknya sudah benar, lama-kelamaanmemerah ASI menjadi aktivitas

yang tidak sulit untuk dilakukan (Maryunani,2017).

b. Mekanisme Pelaksanaan Teknik Marmet

Teknik marmet merupakankombinasicara memerahASI dan

memijatpayudara sehingga refleks ASI dapat optimal. Teknik memerah

ASI dengan cara marmet bertujuan untuk mengosongkan ASI dari sinus

laktiferus yang terletak di bawah areola sehingga diharapkan dengan

mengosongkan ASI pada sinus

laktiferusakanmerangsangpengeluaranprolaktin.Pengeluaranhormon

prolaktindiharapkanakanmerangsangmammaryalveoliuntuk memproduksi

ASI. SemakinbanyakASI dikeluarkanataudikosongkandaripayudaraakan

semakin baik produksi ASI di payudara (Sinulingga, 2017).

Menurut Chele Marmet (1978), dalam Sinulingga(2017) cara

memerahAir Susu Ibu dengan menggunakan teknik Marmet yaitu:

1) Perah payudara selama 5 – 7 menit,

2) Pijat payudara ± 1 menit

3) Perah payudara selama 3 – 5 menit,

4) Pijat payudara ± 1 menit, dan

5) Perah payudara selama 2-3 menit.

a. Teknik Memijat Payudara

1) Tekan 2 jari atau 3 jari (Gambar 2.5.4) ke dinding dada. Buat

gerakan melingkar pada satu daerah di payudara.

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


Setelahbeberapadetik, pindahkan jari ke daerah berikutnya. Arah

pijatan spiral mengeliling payudara atau radial menuju puting susu.

2) Kepalkan tangan, tekan ruas ibu jarikedindingdada. Pindahkan

tekanan berturut-turutruastelunjuk,jari tengah, jari manis dan

kelingking ke arah puting. Ulangigerakan ini pada daerah

berikutnya.

Gambar 2.5. Memijat Payudara


Sumber : Sinulingga.2017

b. Teknik Memerah Payudara

1) Letakkan ibu jari di tepi atas aerola pada posisi pukul 12.

2) Letakkan jari telunjuk di tepi bawah aerola pada posisi pukul 6.

Ketiga jari lain menyangga payudara.

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


3) Dengan kedua jari, tekan jaringan payudara ke dalam ke arah

rongga dadatanpa ibu jari dan jari telunjuk berubah posisi.

4) Lanjutkandengangerakankedepanmemijatjaringandibaw ahaerola

sehingga memerah ASI dalam saluran ASI (Gambar 2.6.4).

Lakukan gerakan ini beberapa kali sampai pancaran ASI yang

keluar berkurang.

5) Ubah posisi ibu jari dan telunjuk misalkan pada posisi pukul 9 dan

3. Ulangi tahap 3-4.

6) Lakukanhalsamapadaposisiyangberbeda.Setiapposisiibujaridan

telunjuk selalu berhadap-hadapan.

Gambar 2.6. Memerah Payudara


Sumber : Sinulingga.2017

c. Memerah ASI yang tidak dianjurkan

MenurutCheleMarmet(1978),sebagaimanayangdikutipolehSetiawa

ndari (2014) memerah ASI yang tidak dianjurkan adalah sebagai berikut.

1) Menekan puting susu (Squeeze), memijat dengan 2 jari dapat

menyebabkanlecet

2) Mengurut-mendorong(Sliding on) dari pangkal payudara, dapat

menyebabkan kulit nyeri (payudaramemaratau memerah).

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


3) Menarik puting dan payudara (Pulling) dapat menyebabkan kerusakan

jaringan (merusak lapisan lemak pada aerola)

Gambar 2.7.Teknik yang Tidak Dianjurkan dalamMemerah ASI


Sumber : Sinulingga.2017

Para ibu perlu diingatkan bahwa dalam beberapa hari pertama

setelah

melahirkan,volumekolostrummasihrendahdanjanganmengharapterlalu

banyak.Setelahmerekapercayadiri,beberapaibubolehmemilihuntuk

memerah kedua payudara secara bersamaan (Pollard, 2016).

E. Konsep Asuhan Keperawatan Ibu Post Partum dengan Masalah

Menyusui

1. Pengkajian

Pengkajian yaitu tahapan awal dari proses keperawatan, data

dikumpulkan secara sistematis yang digunakan untuk menentukan status

kesehatan pasien saat ini. Pengkajian harus dilaksanakan secara

komprehensif terkait dengan aspek biologis, psikologis, sosial, dan

spiritual

a. Identitas

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


Pada pengkajian identitas pasien berisi tentang: Nama, Umur,

Pendidikan, Suku, Agama, Alamat, Nama Suami, Umur, Pendidikan,

Pekerjaan, Suku, Agama, Alamat, Tanggal Pengkajian.

b. RiwayatKesehatan

1) Keluhan utama

Untuk mengetahui masalah yang dihadapi yang berkaitan dengan

masa postpartum, seperti pasien tidak bisa menyusui bayinya,

pasien merasa mules, sakit pada jalan lahir karena adanya jahitan

perineum.

2) Riwayat kesehatan masa lalu

Untuk mengetahui tentang pengalaman perawatan kesehatan pasien

mencakup riwayat penyakit yang pernah dialami pasien, riwayat

rawat inap atau rawat jalan, riwayat alergi obat, kebiasaan, dan gaya

pola hidup.

3) Riwayat kesehatan keluarga

Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya riwayat

penyakit akut atau kronis, seperti: penyakit jantung, DM,

Hipertensi, dan Asma yang dapat mempengaruhi masa nifas..

c. Riwayatperkawinan

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


Pada riwayat perkawinan yang perlu dikaji adalah berapa kali

menikah, status menikah syah atau tidak karena bila melahirkan tanpa

status akan berkaitan dengan psikologis ibu sehingga dapat

mempengaruhi proses nifas

d. Riwayat obstetrik

1) Riwayat menstruasi: umur menarche, siklus menstruasi, lamanya,

banyak ataupun karakteristik darah yang keluar, keluhan yang

dirasakan saat menstruasi, dan mengetahui Hari Pertama Haid

Terakhir (HPHT).

2) Riwayat pernikahan : jumlah pernikahan dan lamanya pernikahan.

3) Riwayat kelahiran, persalinan, dan nifas yang lalu : riwayat

kehamilan sebelumnya (umur kehamilan dan faktor penyulit),

riwayat persalinan sebelumnya (jenis, penolong, dan penyulit),

komplikasi nifas (laserasi, infeksi, dan perdarahan), serta jumlah

anak yang dimiliki.

4) Riwayat keluarga berencana: jenis akseptor KB dan lamanya

menggunakan KB

e. Pola kebutuhan dasar (Bio-Psiko-Sosial-Kultural-Spiritual)

1) Pola manajemen kesehatan dan persepsi: persepsi sehat dan sakit

bagi pasien, pengetahuan status kesehatan pasien saat ini,

perlindungan terhadap kesehatan (kunjungan ke pusat pelayanan

kesehatan, manajemen stres), pemeriksaan diri sendiri (riwayat

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


medis keluarga, pengobatan yang sudah dilakukan), perilaku untuk

mengatasi masalah kesehatan.

2) Pola nutrisi-metabolik: menggambarkan tentang pola makan dan

minum,frekuensi, banyaknya, jenis makanan, serta makanan

pantangan. Pola nutrisimetabolik juga dapat berpengaruh pada

produksi ASI, jika nutrisi Ibu kurang maka akan berpengaruh pada

banyak sedikitnya ASI yang akan keluar.

3) Pola eliminasi : menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan

buang air besar, meliputi frekuensi, konsistensi, dan bau, serta

kebiasaan buang air kecil meliputi, frekuensi, warna, dan jumlah.

4) Pola aktivitas-latihan : menggambarkan pola aktivitas pasien sehari-

hari. Pada pola ini yang perlu dikaji pengaruh aktivitas terhadap

kesehatannya. Mobilisasi sedini mungkin dapat mempercepat proses

pengembalian alat-alat reproduksi. Apakah ibu melakukan ambulasi

seperti misalnya, seberapa sering, apakah ada kesulitan, dengan

bantuan atau sendiri.

5) Pola istirahat-tidur : menggambarkan pola istirahat dan tidur pasien,

berapa jam pasien tidur, kebiasaan tidur siang, serta penggunaan

waktu luang seperti pada saat menidurkan bayi, ibu juga harus ikut

tidur sehingga istirahat-tidur terpenuhi. Istirahat yang cukup dapat

memperlancar pengeluaran ASI.

6) Pola persepsi-kognitif : menggambarkan tentang pengindraan

(pengelihatan, pendengaran, penciuman, perasa, dan peraba).

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


Biasanya ibu yang tidak mampu untuk menyusui bayi akan

menghadapi kecemasan tingkat sedang-panik dan akan mengalami

penyempitan persepsi yang dapat mengurangi fungsi kerja dari

indra. Begitupun sebaliknya, jika ibu cemas tingkat sedang-panik

juga dapat mempengaruhi proses menyusui bayinya.

7) Pola konsep diri-persepsi diri: menggambarkan tentang keadaan

sosial (pekerjaan, situasi keluarga, kelompok sosial), identitas

personal (kelebihan dan kelemahan diri), keadaan fisik (bagian

tubuh yang disukai dan tidak), harga diri (perasaan mengenai diri

sendiri), riwayat yang berhubungan dengan masalah fisik atau

psikologis pasien.

8) Pola hubungan-peran: menggambarkan peran pasien terhadap

keluarga, kepuasan atau ketidakpuasan menjalankan peran, struktur

dan dukungan keluarga, proses pengambilan keputusan, hubungan

dengan orang lain.

9) Pola seksual-reproduksi: masalah pada seksual-reproduksi,

menstruasi, jumlah anak, pengetahuan yang berhubungan dengan

kebersihan reproduksi.

10) Pola toleransi stress-koping: menggambarkan tentang penyebab,

tingkat, respon stress, strategi koping yang biasa dilakukan untuk

mengatasi stress.

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


11) Pola keyakinan-nilai: menggambarjan tentang latar belakang

budaya, tujuan hidupp pasien, keyakinan yang dianut, serta adat

budaya yang berkaitan dengan kesehatan

f. PemeriksaanFisik

1) Keadaan umum: tingkat kesadaran, jumlah GCS, tanda-tanda vital

(tekanan darah, frekuensi nadi, frekuensi pernafasan, suhu tubuh),

berat badan, tinggi badan, dan lingkar lengan atas (LILA).

2) Pemeriksaan Head to Toe

a) Kepala: amati wajah pasien (pucat atau tidak), adanya kloasma.

b) Mata: sclera (putih atau kuning), konjungtiva (anemis atau tidak

anemis).

c) Leher: adanya pembesaran kelenjar tiroid atau tidak, adanya

pembengkakan kelenjar limpha atau tidak.

d) Dada: payudara (warna areola (menggelap atau tidak)), putting

(menonjol atau tidak), pengeluaran ASI (lancar atau tidak),

pergerakan dada (simetris atau asimetris), ada atau tidaknya

penggunaan otot bantu pernafasan, auskultasi bunyi pernafasan

(vesikuler atau adanya bunyi nafas abnormal).

e) Abdomen: adanya linea atau striae, keadaan uterus (normal atau

abnormal), kandung kemih (bisa buang air kecil atau tidak).

f) Genetalia: kaji kebersihan genetalia, lochea (normal atau

abnormal), adanya hemoroid atau tidak.

g) Ekstremitas : adanya oedema, varises, CRT, dan refleks patella.

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


g. Data penunjang

Darah: pemeriksaan hemoglobin dan hematokrit 12-24 jam post

partum (jika Hb <10 g% dibutuhkan suplemen FE), eritrosit,

leukosit, trombosit.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respon

pasien terhadap masalah kesehatan yang dialami ataupun proses kehidupan

yang dialami baik bersifat aktual ataupun risiko, yang bertujuan untuk

mengidentifikasi respon individu, keluarga, dan komunitas terhadap situasi

yang berkaitan dengan kesehatan (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016).

Tabel 2.1Diagnosa Gambaran Asuhan Keperawatan Pada Ibu Post Partum Normal
dengan Gangguan Produksi ASI

Diagnosa Keperawatan Etiologi Batasan Karakteristik


Menyusui Tidak Efektif Ketidakadekuatan Gejala dan Tanda Mayor
Kategori: Fisiologis suplai ASI a. Subjektif:
Subkategori: Nutrisi Kelelahan maternal dan kecemasan
dancairan maternal.
Definisi : b. Objektif:
Suatu kondisi dimana ibu Bayi tidak mampu melekat pada
dan bayi mengalami payudara ibu, ASI tidak menetes atau
ketidakpuasan atau memancar, BAK bayi kurang dari
kesukaran pada proses delapan kali dalam 24 jam, serta
menyusui. nyeri atau lecet terus menerus setelah
minggu kedua.
Gejala dan Tanda Minor
d. Subjektif:
(tidak tersedia)
b. Objektif :
Intake bayi tidak adekuat, bayi
menghisap tidak terus menerus,
bayi menangis saat disusui, bayi
rewel dan menangis terus dalam jam-
jam pertama setelah
menyusui, serta menolak untuk
menghisap.
Sumber : (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016).

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


3. Intervensi
Intervensi merupakan suatu perawatan yang dilakukan perawat
berdasarkan pada penilaian klinis dan pengetahuan perawat untuk
meningkatkan outcome pasien atau klien (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018).
Tabel 2.2Intervensi Keperawatan Pada Ibu Post Partum Normal dengan Gangguan
Produksi ASI

Tujuan dan Kriteria


Diagnosa Intervensi
No. Hasil
Keperawatan (SIKI)
(SLKI)
1. Menyusui tidak efektif Setelah dilakukan Edukasi Menyusui
berhubungan intervensi selama 1. Identifikasi kesiapan
denganketidakadekuata ...x…., diharapkan dan kemampuan
n suplai ASI status menyusui menerima informasi.
meningkat dengan 2. Identifikasi tujuan atau
kriteria hasil: keinginan menyusui.
3. Dukung ibu
1. Perlekatan bayi pada meningkatkan
payudara ibu kepercayaan diri dalam
meningkat menyusui.
2. Tetesan/pancaranASI 4. Libatkan sistem
meningkat pendukung : suami,
3. Suplai ASI adekuat keluarga, tenaga
4. Kelelahan kesehatan, dan
maternalmenurun masyarakat.
5. Kecemasanmaternal 5. Jelaskan manfaat
menurun menyusui bagi ibu.
6. Bayi tidak rewel 6. Ajarkan posisi
menyusui dan
perlekatan dengan
benar.

b. Konseling Nutrisi
1. Identifikasi kebiasaan
makanandan perilaku
makan yang akan
diubah.
2. Gunakan standar nutrisi
sesuaiprogram diet
dalam mengevaluasi
kecukupan asupan
makanan.
3. Kolaborasi pada ahli
gizi, jika perlu

4. Implementasi Keperawatan

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


Implementasi merupakan rencana tindakan yang dilakukan untuk

mencapai tujuan dari kriteria hasil yang dibuat. Berdasarkan terminologi NIC,

pada tahap implementasi perawat mendokumentasikan tindakan yang

merupakan tindakan keperawatan khusus yang diperlukan untuk

melaksanakan intervensi. Perawat melaksanakan atau mendelegasikan

tindakan keperawatan untuk intervensi yang disusun dalam tahap perencanaan

dan kemudian mengakhiri tahap implementasi dengan mencatat tindakan

keperawatan dan respons klien terhadap tindakan tersebut.

Implementasi yang dapat dilakukan pada kasus gambaran asuhan

keperawatan pada ibu post partum normal dengan menyusui tidak efektif

adalah mengidentifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi,

mengidentifikasi tujuan atau keinginan menyusui, mendukung ibu

meningkatkan kepercayaan diri dalam menyusui, melibatkan sistem

pendukung: suami, keluarga, tenaga kesehatan, dan masyarakat, menjelaskan

manfaat menyusui bagi ibu, mengajarkan posisi menyusui dan perlekatan

dengan benar, mengidentifikasi kebiasaan makanan dan perilaku makan yang

akan diubah, menggunakan standar nutrisi sesuai program diet dalam

mengevaluasi kecukupan asupan makanan, dan berkolaborasi pada ahli gizi,

jika perlu.

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi merupakan tahapan terakhir dari proses keperawatan, evaluasi dapat

berupa evaluasi struktur, proses, dan hasil evaluasi terdiri dari evaluasi

formatif dan sumatif. Evaluasi formatif menghasilkan umpan balik selama

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


program berlangsung, sedangkan evaluasi sumatif dilakukan setelah program

selesai dan mendapatkan informasi efektifitas pengambilan keputusan.

Evaluasi yang dilakukan pada asuhan keperawatan didokumentasikan dalam

bentuk Subjektif,

Objektif, Assessment, Planning (SOAP).

Tabel 2.3Evaluasi Asuhan Keperawatan Pada Ibu Post Partum Normal dengan
Gangguan Produksi ASI

Diagnosa Keperawatan Batasan Karakteristik


Menyusui tidak efektif Subjektif (S) :
berhubungan dengan a. Klien mengatakan kelelahan yang dialami berkurang
ketidakadekuatan suplai b. Klien mengatakan kecemasan yang dialami berkurang
ASI. Objektif (O) :
a. Perlekatan bayi pada payudara ibu tampak meningkat
b. Tetesan/pancaran ASI tampak meningkat
c. Suplai ASI tampak adekuat
d. Bayi tampak tidak rewel
Assessment (A) :
a. Tujuan tercapai apabila respon pasien sesuai dengan tujuan
dan kriteria hasil
b.Tujuan belum tercapai apabila respon klien tidak sesuai
dengan tujuan yang telah ditentukan
Planning (P) :
a. Pertahankan kondisi klien apabila tujuan tercapai
b.Lanjutkan intervensi apabila terdapat tujuan yang belum
mampu dicapai oleh klien

F. Tinjauan Menyusui Menurut Al Islam Kemuhammadiyahan

Kata “menyusui‟ dalam Kamus Bahasa Indonesia diartikan dengan

“memberikan air susu untuk diminumkan kepada bayi dari buah

dada”.Sedangkan dalam bahasa atau kata dalam Alquran, kegiatan menyusui

ini di tunjukkan dengan 2 istilah, yaitu: Pertama, digunakan kata kerja

radhi‟a-yardha‟u-radhâ‟an-radhâ‟atan, untuk menunjukkan makna pada

kegiatan menyusui. Secara bahasa kata rada‟ah mempunyai makna

menyusui,hal ini tidak hanya berlaku untuk jenis manusia (perempuan) saja,

melainkan juga berlaku untuk binatang. Sedangkan secara istilah berarti

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


menyampaikan air susu seorang perempuan kepada mulut bayi yang belum

sampai usianya dua tahun. Kata atau istilah rada’ah ini termuat setidaknya 10

kali denganberbagai derivasinya dalam Alquran dan tersebar dalam 5 surat,

yaitu: QS. Al-Baqarah [2]: 233, QS. AlNisâ‟ [4]: 23, QS. Al-Hajj [22]: 2, Al-

Qashash [28]: 7 dan 12, QS. Al-Thalâq [65]: 6.

Teks Alquran menegaskanbahwa setiap ibu memiliki kewajiban untuk

menyusui anaknya. Perintah menyusui anak sejak awal kelahiran juga pernah

Allah swt perintahkankepada ibu Nabi Musa as, seperti diceritakan dalam QS.

Al-Qashash [28]: 7: “Dan Kami ilhamkan kepada ibu Musa; “susuilah dia,

dan apabila kamu khawatir terhadapnya, maka jatuhkanlah dia ke sungai

(Nil)…”. Dalam ayat ini Allahmemerintahkan ibu Musa as untuk segera

menyusi anaknya sesaat setelah melahirkan.Menurut Wahbah Al-Zuhailiy, ibu

Musa as menyusui selama tiga atau empat bulan.

Hal ini sejalan dengan konsep dasar dalam dunia kesehatan yang

menyebutkanuntuk memberikan ASI kepada bayi sesering mungkin sesuai

keiinginan bayi (on demand), atau sesuai keiinginan ibu (jika payudara terasa

penuh), atau sesuaikebutuhan bayi yaitu setiap dua-tiga jam (paling sedikit

empat jam) sekali. Menyusukan anak kepada orang lain hanya boleh dilakukan

bila si ibu tidak mampu melakukannya dengan alasan sesuai syari‟at. Ahli-ahli

fikih telah sepakat mengenai kewajiban menyusui anak pada ibu. Sebab,

dalam air susu ibu mengandung nutrisi berupa makanan alami untuk si bayi,

karena sangat sesuai dengan kebutuhan hidup bayi pada masa itu. Air susu ibu

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


dalam tingkat kecukupannya dapat sesuai dengan seiring dengan bertambah

besarnya bayi dan kadar makanan yang diperlukan si bayi.

Selain itu air susu ibu juga memiliki kandungan dan nutrisi yang

beragam sesuai dengan kebutuhan bayi. Menyusui anak akan bermanfaat bagi

si ibu, dan tidak merugikannya kecuali dalam hal-hal tertentu. Menyusui dapat

memperbaiki kondisi kesehatan bayi secara umum melalui perangsangan

pertumbuhan sistem pencernaan dan merangsang untuk mendapatkan zat-zat

makanan yang dibutuhkan bayi. Di samping itu menyusui juga bermanfaat

bagi sang ibu, karena dapat mengembalikan alat reproduksinya kepada

keadaan semula setelah proses kelahiran. Ilmu kedokteran modern

membolehkan secara berangsur-angsur menyapih anak bayi di bawah dua

tahun kalau bayi itu memiliki kesehatan yang memadai dan tidak terjadi

sesuatu yang buruk apabila terjadi pemberhentian proses menyusui.

Alquran sebagai hudan dan way of life dalam beberapa

kesempatanmemerintahkan para ibu untuk menyusukan anaknya hingga dua

tahun. Jika Alquranmemerintahkan suatu pekerjaan, tentu di dalamnya ada

maslahat dan manfaat.Sebaliknya, jika perintah tersebut diabaikan, akan

memunculkan ketidaksempurnaanpada kehidupan manusia.Berdasarkan Surat

Al Baqarah:233 telah di jelaslah bahwa menyapih anak itu sampai dua tahun.

Akan tetapi, Allah melapangkan bagi para orang tuatidak perlu dipaksakan

apabila anak ingin disapih sebelum dua tahun maka diperbolehkan dengan

didahului dengan musyawarah suami dan istri. Adapun mengenai penyapihan

anak sebelum dua tahun memang diperbolehkan dengan syarat tidak

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


membahayakan kesehatan anak maupun ibu.Islam sangat memperhatikan

keselamatan umatnya termasuk keselamatan ibu dan anak pada saat

melakukan penyusuan dan penyapihan. disinilah mengapa Alquran

memerintahkan untuk bermusyawarah dahulu dalam menentukan waktu

penyapihan. Hal tersebut bermakna agar kita senantiasa berhati hati terhadap

kesehatan anak dan keharusan memikirkan kebaikan bagi bayi dan ibu karna

kondisi tiap tiap orang berbeda.

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


DAFTAR PUSTAKA

Hamidah dan Isnaini, (2016), Pengaruh Teknik Marmet terhadap Produksi ASI
pada Ibu Post Partum di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping,

Haryono R, Setianingsih, S. (2014). Manfaat Asi Eksklusif Untuk Buah Hati Anda.
Yogyakarta: Gosyen Publising.

Karjatin, A. (2016). Praktikum Keperawatan Maternitas. Jakarta: Kemenkes RI.

Kemenkes. (2019). Hasil Rakerkesnas 2019. Retrieved from


http://www.depkes.go.id/

Kemenkes RI. (2018). Laporan Riset Kesehatan Dasar Tahun 2018. Jakarta:
Kemenkes RI.

Marmi. (2016). Intranatal Care: Asuhan Kebidanan pada Persalinan.


Yogyakarta: PustakaPelajar.

Marmi. (2014). ASI Saja Mama Berilah Aku ASI Karena Aku Bukan Anak Sapi.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Mariati. (2019). Inilah Proses Terbentuknya ASI dan Cara Menunjang Produksi
ASI. Retrieved from https://www.alodokter.com/inilah-proses-terbentuknya-
asi-dan-cara-menunjang-produksi-asi

Maritalia, Dewi. (2017). Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Yogyakarta: Gosyen.

Maryunani,Anik., (2017). Asuhan Ibu Nifas dan Asuhan Ibu Menyusui.


Bogor:INMEDIA

Padila. (2014). Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Yogyakarta: Nuha Medika.

Perinasia. (2014), Manajemen Laktasi. Menuju Persalinan Aman dan Bayi


LahirSehat. Jakarta: 2nd-ed;

Pollard, Maria. (2015). ASI Asuhan Berbasis Bukti. Jakarta: EGC

Saleha S. (2013), Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Jakarta: SalembaMedika.

Sinulingga, (2017), Pengaruh Teknik marmet dalam Pengosongan Payudara


terhadap Produksi ASI pad Ibu Postpartum di Klinik Pratama Jannah
Kabupaten Deli Serdang, Skripsi, Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan.

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


UNICEF. (2021). Pekan Menyusui Dunia: UNICEF dan WHO menyerukan
Pemerintah dan Pemangku Kepentingan agar mendukung semua ibu
menyusui di Indonesia selama COVID-19. Retrieved from
https://www.who.int/indonesia/news/detail/03-08-2020-pekan-menyusui-
dunia-unicef-dan-who-menyerukan-pemerintah-dan-pemangku-kepentingan-
agar-mendukung-semua-ibu-menyusui-di-indonesia-selama-covid-19

Wiji, R. N., & Mulyani. (2013). ASI dan Panduan Ibu Menyusui. Yogyakarta:
Nuha Medika.

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung

Anda mungkin juga menyukai