LAPORAN PENDAHULUAN
DIAGNOSIS TB PARU DI RUANGAN BAJI ATI
RSUD LABUANG BAJI
Oleh:
(...........................................) (...........................................)
Dengan menyebut nama Allah Swt. yang maha pengasih lagi maha
penyayang, kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah dan hidayah-Nya kepada kami, salawat serta salam
semoga tercurah kepada Rasulullah Saw. beserta keluargganya, sehingga saya
dapat menyelesaikan tugas ini.
Adapun tugas ini telah saya usahakan semaksimal mungkin dan tentunya
dengan bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan tugas
ini. Untuk itu saya tidak lupa menyampaikan banyak terima kasih kepada dosen
pembimbing serta semua pihak yang telah membantu saya dalam pembuatan tugas
ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa dalam
tugas ini ada kekurangan baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya.
Oleh karena itu dengan lapang dada dan tangan terbuka membuka selebar-
lebarnya bagi pembaca yang ingin memberi saran dan kritik sehingga saya dapat
memperbaiki makalah ini dikemudian hari.
Akhirnya penulis mengharapkan semoga laporan pendahuluan ini dapat
diambil hikmah dan manfaatnya sehingga dapat memberikan inspirasi terhadap
pembaca.
Supiani Yamlean
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................
DAFTAR ISI..................................................................................................
1. Defenisi...............................................................................................
2. Etiologi................................................................................................
3. Manisfestasi.........................................................................................
4. Patofisiologi........................................................................................
5. Pemeriksaan penunjang.......................................................................
6. Penatalaksananaan...............................................................................
7. Edukasi nutrisi.....................................................................................
8. Prognosis.............................................................................................
B. Konsep keperawatan
1. Pengkajian...........................................................................................
2. Diagnosis keperawatan........................................................................
3. Intervensi.............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................
BAB I
TUJUAN PUSTAKA
1. Defenisi
Leprae dsb. Yang juga dikenal sebagai Bakteri Tahan Asam (BTA).
Indonesia adalah kasus tuberkulosis paru (TB Paru). Bakteri ini termasuk
golongan bakteri batang tahan asam dan bersifat aerobic (Price & Wilson,
2012)
2. Etiologi
tubuh seseorang pada saat itu. Pengidap HIV AIDS atau orang dengan
status gizi yang buruk lebih mudah untuk terinfeksi dan terjangkit TBC.
3. Manisfestasi Klinis
minggu atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu
dahak bercampur darah, batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu
tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu bulan. Pada pasien
dengan HIV positif, batuk sering kali bukan merupakan gejala TBC yang
khas, sehingga gejala batuk tidak harus selalu selama 2 minggu atau lebih.
(Indah, 2018).
Gejala sistemik/umum:
Gejala khusus:
a. Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan
c. Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang
yang pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada
4. Patofisiologi
Paru merupakan port d’entrée lebih dari 98% kasus infeksi TB.
Primer GOHN.
bawah atau tengah, kelenjar limfe yang akan terlibat adalah kelenjar limfe
parahilus, sedangkan jika focus primer terletak di apeks paru, yang akan
inkubasi TB. Hal ini berbeda dengan pengertian masa inkubasi pada
proses infeksi lain, yaitu waktu yang diperlukan sejak masuknya kuman
berlangsung dalam waktu 4-8 minggu dengan rentang waktu antara 2-12
imunitas seluler.
dengan system imun yang berfungsi baik, begitu system imun seluler
kuman TB dapat tetap hidup dalam granuloma. Bila imunitas seluler telah
terbentuk, kuman TB baru yang masuk ke dalam alveoli akan segera
5. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan Radiologi
umumnya di daerah apeks paru (segmen apikal lobus atas atau segmen
apikal lobus bawah), tetapi dapat juga mengenai lobus bawah (bagian
a. Foto thorax
Infiltrasi lesi awal pada area paru atas simpanan kalsium lesi sembuh
lebih berat dapat mencakup area berlubang dan fibrous. Pada foto
thorax tampak pada sisi yang sakit bayangan hitam dan diafragma
menonjol ke atas.
b. Bronchografi
petugas di UPK.
3. Pemeriksaan Biakan
2011).
dicegah.
5. Pemeriksaan Darah
jumlah leukosit kembali normal dan jumlah limfosit masih tinggi. Laju
indurasi 10mm atau lebih besar, terjadi 48-72 jam setelah injeksi intra
6. Penatalaksananaan
Isoniazid (H)
Rifampisin (R)
dibunuh oleh isoniasid. Dosis 10 mg/kg berat badan. Dosis sama untuk
Pirazinamid (Z)
Bersifat bakterisid, membunuh kuman yang berada dalam sel dengan
berat badan.
Streptomisin (S)
Etambutol (E)
Kategori 1 : 2RHZE/4RH3
Kategori 2 : 2 RHZES/RHZE/5RH3E3
Kategori 1
Kategori 2
OAT Kategori 2 diberikan pada pasien BTA positif yang sudah diberikan
putus obat.
b. Tahap Pengobatan
Tahap Intensif
Tuberculosis (OAT).
Tahap Lanjutan
Penderita mendapat jenis obat lebih sedikit dalam jangka waktu yang
Terapi MDR-TB
Berikut ini adalah pilihan obat yang dapat diberikan pada pasien dengan
rifampisin
streptomisin
moxifloksasin, ofloksasin
Kehamilan
Ibu Menyusui
dengan pengobatan TB pada umumnya. Semua jenis OAT aman bagi ibu
ke bayi. Untuk bayi yang menyusu dari ibu penderita TB, terapi
Rawat Inap
Umumnya pasien dengan tuberkulosis paru (TB Paru) tidak perlu dirawat
inap. Namun akan memerlukan rawat inap pada keadaan atau komplikasi
berikut :
Pneumotoraks
Empiema
Kriteria Sembuh
memenuhi kriteria :
BTA mikroskopik negatif dua kali (pada akhir fase intensif dan akhir
perbaikan
Monitoring
samping obat.
c. Evaluasi Pengobatan
negatif.
Kontrol terhadap sputum BTA langsung dilakukan pada akhir bulan ke-
diperiksa pada akhir bulan ke-2, 5, dan 8. Biakan BTA dilakukan pada
setelah tahap intensif dan pada awal terapi pasien yang mendapat
Perawatan TBC
Perawatan yang harus dilakukan pada penderita tuberculosis adalah :
a) Awasi penderita minum obat, yang paling berperan disini adalah orang
baik
penyakit TB yang antara lain meliputi gejala bahaya dan akibat yang
ditimbulkannya.
d) Des-Infeksi, Cuci tangan dan tata rumah tangga kebersihan yang ketat,
tempat tidur, pakaian), ventilasi rumah dan sinar matahari yang cukup.
7. Edukasi nutrisi
olah tepung-tepungan
tarcis, puding,dan
karbohidrat sederhana
dan es krim.
Sumber protein nabati Semua jenis kacang- Dimasak dengan
dan ditumis.
Buah-buahan Semua jenis buah -
segar,buah kaleng,
buah.
Lemak dan minyak Minyak goreng, Santan kental.
mentega, margarin,
dressing.
Minuman Soft drink, madu, sirup, Minuman rendah
bawang putih,laos,
B. Konsep keperawatan
1. Pengkajian
pendek karena kerja, kesulitan tidur pada malam hari, menggigil atau
berkeringat.
b. Integritas EGO
c. Makanan/cairan
berat badan.
gelisah.
e. Pernafasan
(effuse pleura) perkusi pekak dan penurunan fremitus (cairan pleural atau
penebalan pleural bunyi nafas menurun atau tidak ada secara bilateral atau
unilateral efusi pleural atau pneumotorak) bunyi nafas tubuler dan bisikan
pectoral di atas lesi luas, krekels tercabut di atas aspek paru selama
sputum: hijau, puluren, muloid kuning atau bercak darah deviasi trakeal
(penyebaran bronkogenik).
f. Keamanan
Tes positif.
g. Interaksi sosial
2. Diagnosis keperawatan
d. Hipertermi
e. Deficit nutrisi
f. Gangguan pola tidur
Bersihan jalan nafas tidak Setelah dilakukan intervensi selama …. Manajemen jalan nafas
efektif Jam maka bersihan jalan nafas membaik Observasi :
dengan kriteria hasil : a. Monitor pola napas (frekuensi,
a. Batuk efektif : 1(menurun) 2 kedalaman, usaha napas)
(cukup memburuk) 3 (sedang) b. Monitor bunyi napas tambahan (mis.
4(cukup membaik gurgling, mengi, wheezing, ronkhi
5(meningkat) kering)
b. Produksi sputum : c. Monitor sputum (jumiah, wama, aroma)
1(meningkat) 2 (cukup Terapeutik :
memburuk) 3 (sedang) 4 a. Pertahankan kapatenan jalan napas
(cukup membaik) 5 (menurun) dengan head-tilt dan chin-Hit (jaw-
c. Pola nafas : 1(memburuk) thrust jika curiga trauma servikal)
2(cukup memburuk) 3 (sedang) b. Posisikan seml-Fowler atau Fowier
4 (cukup membaik 5(membaik) c. Berikan minum hangat
d. Lakukan fisloterapi dada, jika perlu
e. Lakukan penghisapan lendir kurang dari
15 detik
f. Lakukan hiperoksigenasi sebelum
penghisapan endotrakeal
g. Keluarkan sumbatan benda padat
dengan forsep McGill
h. Berikan oksigen, jika periu
Edukasi :
a. Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari,
jika tidak kontraindikasi
b. Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi :
a. Kolaborasi pemberian bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik, jika pertu.
(SIKI 2018)
Pola nafas tidak efektif Setelah dilakukan intervensi selama …. Manajemen jalan nafas
Jam maka pola nafas membaik dengan Observasi :
kriteria hasil : a. Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman,
a. Ventilasi semenit : 1 usaha napas)
(menurun) 2 (cukup b. Monitor bunyi napas tambahan (mis.
menurun) 3 (sedang) 4 gurgling, mengi, wheezing, ronkhi kering)
(cukup meningkat) 5 c. Monitor sputum (jumiah, wama, aroma)
(meningkat) Terapeutik :
b. Dipsnea : 1 (meningkat) 2 a. Pertahankan kapatenan jalan napas dengan
(cukup menigkat) 3 head-tilt dan chin-llit (Jaw-thrust jika
(sedang) 4 (cukup menurun) curiga trauma servikal)
5 (menurun) b. Posisikan seml-Fowler atau Fowler
c. Frekuensi nafas : 1 c. Berikan minum hangat
(memburuk 2 (cukup d. Lakukan fisloterapi dada, jika perlu
memburuk) 3 (sedang) 4 e. Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15
(cukup membaik) 5 detik
(membaik) f. Lakukan hiperoksigenasi sebelum
d. Kedalaman nafas : 1 penghisapan endotrakeal
(memburuk 2 (cukup g. Keluarkan sumbatan benda padat dengan
memburuk) 3 (sedang) 4 forsep McGill
(cukup membaik) 5 h. Berikan oksigen, jika perlu
(membaik) Edukasi :
a. Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika
tidak kontraindikasi
b. Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi :
a. Kolaborasi pemberian bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik, jika perlu.
Gangguan pertukaran gas Setelah dilakukan intervensi selama ….. Pemantauan respirasi
jam, maka pertukaran gas, ekspektasi Observasi :
meningkat dengan kriteria hasil: a. Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan
a. Tingkat kesadaran: 1 upaya napas
(menurun) 2 (cukup b. Monitor pola napas (seperti bradipnea,
menurun) 3 (sedang) 4 takipnea, hiperventilasi, Kussmaul, Cheyne-
(cukup meningkat) 5 Stokes Biot, ataksik)
(meningkat) c. Monitor kemampuan batuk efektif
b. Pusing : 1 (meningkat) 2 d. Monitor adanya produksi sputum
(cukup menigkat) 3 e. Monitor adanya sumbalan jalan napas
(sedang) 4 (cukup menurun) f. Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
5 (menurun) g. Auskultasi bunyi napas Monitor saturasi
c. Penglihatan kabur : 1 oksigen
(meningkat) 2 (cukup h. Monitor nilai AGD
menigkat) 3 (sedang) 4 i. Monitor hasil x-ray toraks
(cukup menurun) 5 Terapeutik :
(menurun) a. Atur interval permantauan respirasi sesuai
d. PCO2 : 1 (memburuk 2 kondisi pasien
(cukup memburuk) 3 b. Dokumentasikan hasil pemantauan
(sedang) 4 (cukup
membaik) 5 (membaik)
e. Pola nafas : 1 (memburuk 2 Edukasi :
(cukup memburuk) 3 a. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
(sedang) 4 (cukup b. Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
membaik) 5 (membaik)
Ingi, M. F. (2019). Karya Tulis Ilmiah Asuhan Gizi Terstandar Pada Pasien
Tuberkulosis Paru Di Ruang Rawat Inap Rsud. Prof. Dr. W. Z. Johanes Kupang.
Pong, O. (2019). Karya Tulis Ilmiah “ Asuhan Keperawatan Tn. L.K Dengan
Tuberculosis Paru Di Ruangan Tulip Rsud. Prof. Dr. W.Z Johannes Kupang .”