Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

FARMASI RUMAH SAKIT


STRUKTUR ORGANISASI DI RUMAH SAKIT

DI SUSUN OLEH :
1. Lita Mey (
2. Siti Nur Fadilla ( 21903029 )
3. Syarifah Nur fauziah ( 21903030 )
4. Tiara Parmita ( 21903031 )
5. Wiwin Bura’ Pakiding ( 21903032 )

PROVINSI KALIMANTAN UTARA


POITEKNIK KALTARA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Struktur Organisasi Rumah Sakit”.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada ibu Apt. Sinta
Lumel, S.Si selaku dosen Farmasi Rumah Sakit yang telah memberikan
tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai
dengan bidang studi penulis tekuni sekarang. Penulis juga mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang turut serta dalam membantu dalam
menyelesaikan penulisan makalah sehingga dapat selesai dengan tepat
waktu.
Penulis menyadari penulisan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu penulis perlu kritikan dan saran yang
membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Tarakan, 12 Oktober 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .............................................................................................i
DAFTAR ISI ...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1
A. Latar Belakang ......................................................................................1
B. Rumusan Masalah .................................................................................2
C. Tujuan Penulisan ...................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................3
A. Pengertian Rumah Sakit ........................................................................3
B. Klasifikasi Rumah Sakit ........................................................................4
C. Struktur Organisasi Rumah Sakit ..........................................................7
BAB III PENUTUP ...............................................................................................11
A. Kesimpulan .........................................................................................11
B. Saran ....................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia termasuk salah satu negara yang berpartisipasi
dalam program ini bersama 19 negara lainnya. Pemikiran tentang
perlunya Tata kelola obat yang baik di sektor farmasi berkembang
mengingat banyaknya praktek ilegal di lingkungan kefarmasian
mulai dari clinical trial, riset dan pengembangan, registrasi,
pendaftaran, paten, produksi, penetapan harga, pengadaan, seleksi
distribusi dan transportasi. Bentuk instransparansi di bidang farmasi
antara lain pemalsuan dan keamanan dan efikasi, penyuapan,
pencurian, penetapan harga yang lebih mahal, konflik kepentingan,
kolusi, donasi, promosi yang tidak etis maupun tekanan dari
berbagai pihak yang berkepentingan dengan obat.
Instalasi farmsai rumah sakit ( IFRS ) adalah bagian yang
bertanggung jawab terhadap pengelolaan perbekalan farmasi,
sedangkan komite farmasi dan tetapi adalah bagian yang
bertanggung jawab dalam penetapan formularium. Agar pengelolaan
perbekalan farmasi dan penyusunan formularium dirumah sakit
dapat sesuai dengan aturan yang berlaku, maka diperlukan adanya
tenaga yang profesional di bidang tersebut. Untuk menyiapkan
tersedianya pedoman yang dapat digunakan dalam pengelolaan
perbekalan farmasi di IFRS.
Rumah sakit pemerintah di bagi kedalam 4 kelas yaitu
A,B,C,D dan khusus. Setiap kelas mempunyai standar dan jenis
pelayanan yang berbeda. Pelayanan kesehatan dirumah sakit kelas A
pada umumnya lebih kompherensif dibandingkan dengan kelas
dibawahnya. Demikian pula dengan rumah sakit khusus. Hal ini
tentunya berpengaruh terhadap penyediaan pelayanan kefarmasian
khususnya pengelolaan perbekalan farmasi beberapa rumah sakit
kelas A dan rumah sakit khusus membutuhkan adanya pengelolaan
sediaan perbekalan farmasi khusus seperti bahan sitostatika, radio
farmasi, larutan nutrisi parentral dan lain – lain. Mengingat
pentingnya sediaan perbekalan farmasi khusus tersebut, maka
diperlukan adanya suatu pedoman yang dapat dijadikan rujukan oleh
rumah sakit untuk mengelola persediaan perbekalan farmasi khusus
tersebut.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada makalah ini yaiu :
1. Apa pengertian Rumah Sakit ?
2. Apa saja klasifikasi Rumah Sakit ?
3. Apa saja struktur organisasi Rumah Sakit ?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengertian Rumah Sakit
2. Untuk mengetahu klasifikasi Rumah Sakit.
3. Untuk mengetahui struktur organisasi Rumah Sakit.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Rumah Sakit


Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna
yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat
darurat ( UU RI No.44,2009 ). Rumah sakit merupakan organisasi
penyedia jasa kesehatan bagi organisasi penyedia jasa, kualitas
pelayanan adalah salah satu faktor terpenting yang mempengaruhi
kepuasan pelanggan. Hal ini disebabkan karena konsumen pengguna
jasa berharap mendapatkan pelayanan dengan kualitas terbaik
( Zeithmal&Bitner 1996 ).
Rumah sakit adalah suatu organisasi yang melalui tenaga
medis profesional yang terorganisasi serta sarana kedokteran yang
permanen menyelenggarakan pelayanan kedokteran, asuhan
perawatan yang berkesinambungan, diagnosis, serta pengobatan
yang diderita oleh pasien. Sementara itu, dalam sistem kesehatan
nasional dinyatakan bahwa rumah sakit mempunyai fungs utama
menyelenggarakan kesehatan bersifat penyembuhan dan pemulihan
penderita serta memberikan pelayanan yang tidak terbatas pada
perawatan di dala rumah sakit saja, tetapi memberikan pelayanan
rawat jalan, serta perawatan diluar rumah sakit ( Azwar, 1996 ).
Rumah sakit dihadapkan pada upaya mampu melakukan
pengelolaan terhadap sumber daya manusia yang ada karena sumber
daya ini semakin besar perannya bagi kesuksesan organisasi dan
merupakan pelaku dari semua kegiatan dan aktivitas yang nyata.
Upaya pengelolaan yang dilakukan rumah sakit terhadap sumber
daya manusia yang ada di rumah sakit yang membentuk nilai,
kepercayaan dan sikap – sikap atau dikenal dengan budaya
organisasi untuk menyesuaikan diri dengan perubahan dan

3
perkembangan eksternal dan integrasi terhadap kekuatan internal
rumah sakit ( Muluk, 1999 ).
Budaya organisasi merupakan seperangkat sistem nilai – nilai
( values ), keyakinan – keyakinan ( belief ), asumsi – asumsi
( asumptions ) atau norma – norma yang telah lama berlaku,
disepakati dan diikuti oleh para anggota suatu organisasi – organisasi
sebagai pedoman perilaku dan pemecahan masalah – masalah
organisasinya ( Killmann, dalam Sutrisno 2010 ).
Budaya organisasi mengarahkan perilaku pegawai untuk
meningkatkan kemampuan kerja, komitmen dan loyalitas, serta
perilaku extra roll. Budaya organisasi memiliki tujuan untuk
mengubah sikap dan perilaku sumber daya manusia yang ada agar
apat meningkatkan produktivitas kerja. Manfaat dari penerapan
budaya organisasi yang baik adalah dapat meningkatkan jiwa gotong
royong, meningkatkan kebersamaan, saling terbuka satu sama lain,
meningkatkan jiwa kekeluargaan, membangun komunikasi yang
lebih baik, meningkatkan produktivitas kerja, tanggap dengan
perkembangan dunia luar, yang sebagian besar merupakan bagian
dari organizational citizenhip behavior ( Oemar, 2013 ).
Batasan pengertian rumah sakit di atas, menunjukkan bahwa
fungsi kegiatan rumah sakit sangat bervariasi, sesuai dengan
perkembangan zaman. Artinya rumah sakit tidak hanya berfungsi
sebagai tempat penyembuhan penyakit, tempat pengasuhan, tempat
pelayanan, pendidikan dan penelitian sederhana, dan bersifat sosial.
Rumah sakit fungsinya berkembang sesuai dengan tuntunan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, antara lain sebagai
pengembangan pendidikan dan penelitian,
spesialistik/subspesialistik, dan mencari keuntungan ( Azwar,
1996 ).
Implikasinya adalah setiap rumah sakit dituntut untuk senantiasa
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan pasiennya dalam semua

4
aspek pelayanan, baik yang bersifat fisik maupun non fisik agar
efektivitas pelayanan kesehatan dapat terwujud ( Azwar, 1996).

B. Klasifikasi Rumah Sakit


Berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan, Rumah Sakit di
kategorikan :
a. Rumah Sakit umum
Rumah sakit umum memberikan pelayanan kesehatan pada
semua bidang dan jenis penyakit. Pelayanan yang diberikan
rumah sakit umum paling sedikit terdiri atas :
1. Pelayanan medik
Pelayanan medik terdiri atas pelayanan medik umum,
spesialis, dan subspesialis. Pelayanan medik umum
merupakan pelayanan yang dilakukan oleh dokter spesialis
atau dokter gigi yang meliputi pelayanan medik dasar.
Pelayanan medik spesialis merupakan pelayanan yang
dilakukan oleh dokter spesialis atau dokter gigi spesialis
yang meliputi pelayanan medik spesialis dasar ( meliputi
pelayanan penyakit dalam, anak, bedah dan ginekologi ),
medik spesialis lain selain spesialis dasar ( meliputi
pelayanan mata, telinga hidung tenggorolan-bedah kepala
leher, saraf, jantung dan pembuluh darah, kulit dan kelamin,
kedokteran jiwa, paru, dan penyakit mulut. Pelayanan
subspesialis merupakan pelayanan yang dilakukan oleh
dokter subspesialis yang melakukan pelayanan subspesialis
di bidang spesialis bedah penyakit dalam, anak, obstetri dan
ginekologi, kedokteran jiwa, mata, telinga hidung
tenggorokan-bedah kepala leher, paru, saraf, jantung dan
pembuluh darah.

5
2. Pelayanan keperawatan dan kebidanan
Pelayanan keperawatan dan kebidanan meliputi
asuhan keperawatan generalis dan asuhan keperawatan
spesialis dan asuhan kebidanan.
3. Pelayanan penunjang medik
Pelayanan penunjang medik terdiri atas pelayanan
penunjang medik spesialis, subspesialis dan medik lain.
Pelayanan penunjang medik spesialis meliputi pelayanan
laboratorium, radiologi, anestesi dan terapi intensif,
rehabilitas medik, kedokteran nuklir, radioterapi, akupuntur,
gizi klinik, dan pelayanan penunjang medik spesialis lainnya.
Pelayanan penunjang medik subspesialis meliputi pelayanan
subspesialis dibidang anestesi dan terapi intensif, dialisis dan
pelayanan penunjang medik subspesialis lainnya. Pelayanan
penunjang medik lain meliputi pelayanan sterilisasi yang
tersentral, pelayanan darah, gizi, rekam medik dan farmasi.
4. Pelayanan penunjang non medik
Pelayanan penunjang non medik terdiri atas laundri,
pengolahan makanan, pemeliharaan sarana prasarana dan alat
kesehatan, sistem informasi dan komuniaksi dan pemulasaran
jenazah.
b. Rumah Sakit khusus
Rumah sakit khusus memberikan pelayanan utama pada satu
bidang atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin
ilmu, golongan umur, organ, jenis penyakit, atau kekhususan
lainnya. Rumah sakit khusus dapat menyelenggarakan pelayanan
lain di luar kekhususannya, pelayanan lain di luar kekhususannya
meliputi pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan kegawat
daruratan. Rumah sakit khusus terdiri atas rumah sakit khusus :
1. Ibu dan anak
2. Mata
3. Gigi dan mulut

6
4. Ginjal
5. Jiwa
6. Infeksi
7. Telinga-hidung-tenggorokan kepala leher
8. Paru
9. Ketergantungan obat
10. Bedah
11. Otak
12. Orthopedi
13. Kanker
14. Jantung dan pembuluh darah
Pelayanan kesehatan yang di berikan Rumah sakit khusus
paling sedikit terdiri atas pelayanan medik, keperawatan atau
kebidanan, penunjang medik dan non medik.
Klasifikasi rumah sakit terdiri atas rumah sakit umum kelas
A, B, C dan D. Rumah sakit umum kelas D terdiri atas rumah sakit
umum kelas D dan kelas D pertama. Rumah sakit umum kelas A dan
kelas B memiliki kemampuan pelayanan edik spesialis dan
subspesialis. Rumah sakit umum kelas C dan kelas D memiliki
kemampuan pelayanan medik spesialis. ( PERMENKES, 2019 )

C. Struktur organisasi rumah sakit


Struktur organisasi adalah suatu susunan dan hubungan
antara tiap bagian serta posisi yang ada pada suatu organisasi atau
perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasional untuk mencapai
tujuan. Struktur organisasi menggambarkan dengan jelas pemisahan
kegiatan pekerjaan antara yang satu dengan yang lain dan bagaimana
hubungan aktivitas dan fungsi dibatasi. Dalam struktur organisasi
yang baik harus menjelsakan hubungan wewenang siapa melapor
kepada siapa.
Perancangan struktur organisasi menurut Alfred D. Chandler, Jr
( 19984:169 ) adalah sebagai berikut :

7
a. Teknologi yang digunakan perbedaan teknologi yang digunakan
untuk memproduksi barang – barang atau jasa akan membedakan
bentuk struktur organisasi. Sebagai contoh, perusahaan mobil
yang mempergunakan teknologi industri massal akan
memerlukan standarisasi dan spesialisasi yang lebih tinggi
dibandingkan perusahaan industri pakaian jadi yang
mengutamakan perubahan mode.
b. Anggota atau karyawan dan orang – orang yang terlibat dalam
organisasi, kemampuan dan cara berpikir para anggota, serta
kebutuhan mereka untuk bekerjasama harus diperhatikan dalam
merancang struktur organisasi. Kebutuhan manager dalam
pembuatan keputusan juga akan mempengaruhi saluran
komunikasi organisasi, wewenang dan hubungan di antara satuan
– satuan kerja pada rancangan struktur organisasi. Disamping itu
orang – orang di luar organisasi, seperti pelanggan supplier dan
sebagainya perlu di pertimbangkan dalam penyusunan struktur.
c. Ukuran organisasi, besarnya organisasi secara keseluruhan
maupun satuan – satuan kerjanya akan sangat mempengaruhi
struktur organisasi.
Adapun juga bentuk struktur organisasi yaitu ada struktur
organisasi garis, organisasi lini dan staf, organisasi fungsional,
organisasi lini dan fungsional, organisasi matrik, dan organisasi
komite. struktur organisasi garis adalah suatu bentuk organisasi
dimana pelimpahan wewenang langsung secara vertikal dan
sepenuhnya dari kepemimpinan terhadap bawahannya. Bentuk lini
juga disebut bentuk lurus atau bentuk jalur. Bentuk ini merupakan
bentuk yang dianggap paling tua dan digunakan secara luas pada
masa perkembangan industr pertama.
Organisasi lini dan staf adalah kombinasi dari organisasi lini dan
organisasi fungsional. Pelimpahan wewenang dala organisasi ini
berlangsung secara vertikal dari seorang atasan pimpinan hingga
pimpinan dibawahnya. Untuk membantu kelancaran dalam

8
mengelola organisasi tersebut seorang pimpinan mendapat bantuan
dari para staf dbawahnya. Tugas para staf disini adalah untuk
membantu memberikan pemikiran nasehat atau saran – saran, data
nformasi dan pelayanan kepada pimpinan sebagai bahan
pertimbangan untuk menetapkan sautu keputusan atau
kebijaksanaan.
Organisasi fungsional diciptakan oleh f.w.taylor yaitu suatu
bentuk organisasi di mana kekuasaan pimpinan dilimpahkan kepada
para pejabat yang memimpin satuan di bwahnya dalam satuan
bidang pekerjaan tertentu. Struktur organisasi ini berawal dari
konsep adanya pimpinan yang tidak mempunyai bawahan yang jelas
dan setiap atasan mempunyai wewenang memberi perintah kepada
setiap bawahan sepanjang ada hubungannya dengan fungsi atasan
tersebut.
Organisasi lini dan fungsional adalah organisasi yang masing –
masing anggota mempunyai wewenang yang sama dan pimpinannya
kolektif. Organisasi komie lebih mengutamakan pimpinan, artinya
dalam organisasi ini terdapat pimpinan kolektif presidium/plural
executiv dan komite ini bersifat managerial. Komite dapat juga
bersifat formal atau informal, komite – komite itu dapat dibentuk
sebagai suatu bagian dari struktur organisasi formal, dengan tugas –
tugas dan wewenang yang dibagi – bagi secara khusus.
Organisasi matrix disebut juga sebagai organisasi manajemen proyek
yaitu organisasi di mana penggunaan struktur organisasi
menunjukkan di mana para spesialis yang mempunyai ketrampilan
di masing – masing bagian dari kegiatan perusahaan dikumpulkan
lagi menjadi satu untuk mengerjakan suatu proyek yang harus
diselesaikan organisasi matrik digunakan berdasarkan struktur
organisasi staf dan lini khususnya di bidang penelitian dan
pengembangan. Untuk mengatasi masalah yang mungkin timbul,
biasanya manajer proyek diberi jaminan untuk melaksanakan

9
wwenangnya dalam memberikan perintah di mana manajer proyek
tersebut akan langsung lapor kepada manajer puncak.
Organisasi komite adalah bentuk organisasi dimana tugas
kepemimpinan dan tugas tertentu dilaksanakan secara kolektif oleh
sekelompok pejabat, yang berupa komite atau organisasi komite
terdiri dari executive commite dan staff commite.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Rumah sakit merupakan organisasi penyedia jasa kesehatan
bagi organisasi penyedia jasa, kualitas pelayanan adalah salah satu
faktor terpenting yang mempengaruhi kepuasan pelanggan, Hal ini
disebabkan karena konsumen pengguna jasa berharap mendapatkan
pelayanan dengan kualitas terbaik. Budaya organisasi merupakan
seperangkat sistem nilai – nilai ( values ), keyakinan – keyakinan
( belief ), asumsi – asumsi ( asumptions ) atau norma – norma yang
telah lama berlaku, disepakati dan diikuti oleh para anggota suatu
organisasi – organisasi sebagai pedoman perilaku dan pemecahan
masalah – masalah organisasinya.

B. Saran
Tentunya terhadap penulis sudah menyadari jika dalam
penyusunan makalah di atas masih banyak ada kesalahan serta jauh
dari kata sempurna. Adapun nantinya penulis akan segera melakukan
perbaikan susunan makalah itu dengan menggunakan pedoman dari
beberapa sumber dan kritik yang bisa membangun dari para
pembaca. Kami juga mengucapkan terima kasih terhadap semua
pihak yang sudah berpartisipasi di dalam pembuatan makalah ini
sehingga bisa diselesaikan tepat pada waktunya.

11
DAFTAR PUSTAKA

Azwar Asrul, Menjaga Muu Pelayanan Kesehatan, Jakarta ; Pustaka


Sinar Harapan.
Departemen Kesehatan RI. 2019. Klasifikasi dan Perizinan Rumah
Sakit. Jakarta.
Khirul Muluk, M.R.1999. Budaya Organisasi Pelayanan Publik .
Universitas Brawijaya, Malang.
Sutrisno, Edy. 2010. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta :
kencana Prenada Media Grup.
Departemen Kesehatan RI. 1994. Standar Pelayanan Rumah Sakit.
Jakarta:ditjen Yanmed.

12

Anda mungkin juga menyukai