Anda di halaman 1dari 65

IDENTIFIKASI PENGGUNAAN RESEP OBAT OFF LABEL PADA

PASIEN DI APOTEK RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

KOTA KENDARI

Karya Tulis Ilmiah

diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh


gelar Ahli Madya Farmasi (A.Md. Farm)

Diajukan Oleh :

HAJRAWATI
F.15.044

Kepada

PROGRAM STUDI DIPLOMA III FARMASI


POLITEKNIK BINA HUSADA KENDARI
2018

ii
iii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah ini tidak terdapat

karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu

Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau

pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali yang secara

tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Kendari, 20 Agustus 2018

HAJRAWATI
F.15.04

4
4
HALAMAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH

Demi perkembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui Karya Tulis Ilmiah saya

yang berjudul :

IDENTIFIKASI PENGGUNAAN RESEP OBAT OFF LABEL PADA

PASIEN DIAPOTEK RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

KOTA KENDARI

Untuk dipublikasikan atau ditampilkan di internet atau media lain oleh Digital
Library Perpustakaan Politeknik Bina Husada Kendari untuk kepentingan
Akademik sebatas sesuai dengan Undang-Undang Hak Cipta.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Kendari, 20 Agustus 2018

HAJRAWATI
F.15.044

5
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan

rahmat dan karuniah-Nya, sehingga penulis karya tulis ilmiah ini dapat

terselesaikan sesuai dengan harapan. Berbagai kesulitan dan hambatan dialami

dalam penulisan karya ilmiah ini, namun atas dorongan dan kemauan yang keras

terutama adanya bantuan dari berbagai pihak sehingga penulisan karya ilmiah ini

dapat diselesaikan pada waktunya.

Melalui kesempatan ini dengan segala kasih sayang penulis sampaikan

terimakasih yang tak terhingga kepada kedua orang tua penulis yakni Ayahanda

H.Ambo Oddang dan Ibunda Hj. Senri yang telah merawat penulis dari lahir

hingga sekarang dan perjuangan membiayai penulis sehingga penulis dapat

menyelesaikan studi saat ini,semoga dengan ini penulis dapat menjadi kebanggaan

orang tua penulis.

Untuk itu penulis menyampaikan ucapan terimakasih dari lubuk hati yang

paling dalam dan penghargaan secara pribadi yang sebesar-besarnya kepada Ibu

Dra.Hj. Nurjannah, MSc, Apt selaku pembimbing I dan Ibu Musdalipah,

S.Farm.,MPH.,Apt selaku pembimbng II dan yang baik hati telah banyak

meluangkan waktu dan memberikan petunjuk serta menyumbangkan pikiran

dalam membimbing penulis mulai saat perencanaan penelitian hingga selesainya

Karya Tulis Ilmiah ini.

6
6
Dengan segala kerendahan hati penulis juga menyampaikan terima kasih

yang sebesar-besarnya khusus kepada :

1. Ibu Tuty Dharmawati, SE., M.Si., AK., QIA., CA selaku Ketua Yayasan Bina

Husada Kendari.

2. Dr. Muhammad Satria, SH., M.KN selaku Direktur Politeknik Bina Husada

Kendari.

3. Dr. Hj. Asridah Mukaddim, M.Kes selaku Direktur Rumah Sakit Umum

Daerah Kota Kendari.

4. Hj. Nun Sudiar Astati, S.Si.,Apt selaku Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit

Umum Daerah Kota Kendari.

5. Dr.lr. Sukanto Toding, MSP, MA selaku Kepala Badan Penelitian dan

Pengembangan Provinsi.

6. Bapak Muh. Ilyas Yusuf, M.Imun., Apt selaku Wakil Direktur I Politeknik

Bina Husada Kendari.

7. Ibu Sernita, S.Si., M.Pd selaku Wakil Direktur II Politeknik Bina Husada

Kendari.

8. Ibu Nirwati Rusli, S.Si., M.Sc., Apt selaku Wakil Direktur III Politeknik Bina

Husada Kendari.

9. Ibu Nur Saadah Daud., M.Sc., Apt selaku Ketua Program Studi D-III Farmasi

Politeknik Bina Husada Kendari.

10. Bapak Muh. Azdar Setiawan, S.Farm.,M.M., Apt selaku penguji I dan Bapak

selaku penguji II. Muh. Syaiful Saehu, ST., M.Si

11. Seluruh Dosen dan Staf Tata Usaha Politeknik Bina Husada Kendari.

vii
12. Kepada teman seperjuangan ida ayu komang anindia putri, Harni, Gusti ayu.

Desak Ketut Sri Afriyanti, Ferlina, Hasriani Adam, Ayu ratnawati, Azmiah

safitri, dan Desmy Elviyanti terimakasih atas dukungan, bantuan, dan

semangat selama awal perkuliahan sampai penulisan karya tulis ilmiah ini.

13. Buat teman-teman Akademi Farmasi Bina Husada Angkatan khususnya untuk

teman-teman kelas A yang senasib dan seperjuangan atas kebersamaannya

selama ini serta terima kasih kepada seluruh pihak yang telah memberi

semangat serta motivasi selama penulisan karya tulis ilmiah.

Penulis sadar bahwa dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih

terdapat banyak kekeliruan dan kesalahan yang disebabkan oleh keterbatasan dari

segi pengetahuan, tenaga maupun materi.

Oleh karena itu pendapat, sran dan kritik sangat diharapkan dari semua

pihak demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.

Kendari, 20 Agustus 2018

HAJRAWATI

88
88
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………………..iii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN.........................................................iv
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA TULIS ILMIAH ..........v
KATA PENGANTAR ...........................................................................................vi
INTISARI ............................................................................................................ vii
ABSTRAK .......................................................................................................... viii
DAFTAR ISI..........................................................................................................ix
DAFTAR TABEL ..................................................................................................x
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................xi
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xii
BAB I. PENDAHULUAN ....................................................................................1
A. Latar Belakang Penelitian .......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 6
D. Maanfaat Penelitian ................................................................................... 7
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 8
A. Rujukan Penelitian .................................................................................... 8
B. Landasan Teori ..........................................................................................12
1. Defenisi Rumah Sakit ...........................................................................12
2. Fungsi Rumah Sakit ............................................................................12
3. Tujuan Rumah Sakit ............................................................................13
4. Gambaran umum Wilayah Lokasi Penelitian........................................13
5. Pengertian Apotek ................................................................................15
6. Tinjauan tentang obat ...........................................................................16
a. Pengertian Obat ..............................................................................16
b. Penggolongan Obat ........................................................................16

9
9
7. Obat off label ........................................................................................17
a. Pengertian Obat Off-Label………………………………...…...… 17
b. Klasifikasi Obat Off-Label…………………...………………….. 19
c. Contoh Penggunaan Obat Obat Off-Label …………..………….. 20
d. Faktor Penggunaan Obat Obat Off-Label………………………... 25
e. Hukum Menurut FDA ……………………………………….…26
BAB III. METODE PENELITIAN ...................................................................27
A. Jenis Penelitian ..........................................................................................27
B. Desain Penelitian........................................................................................27
C. Waktu dan Tempat Penelitian ...................................................................27
D. Populasi dan Sampel Penelitian ................................................................27
E. Kerangka Konsep Penelitian .........................................................………28
F. Definisi Observasional ………..................................................................29
G. Prosedur Penelitian ...................................................................................29
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ………………………………………35
A. Karakteristik Sampel Penelitian …………………………………………35
a. Jenis Kelamin ………………………………………………………..35
b. Umur ……………………………………………...…………………36
c. Jenis Penyakit ………………………………………………………..36
d. Obat off label ……………………………………………...…………37
BAB V PENUTUP DAN SARAN …………………………...………………...42
A. Penutup ………………………………………...………………………...42
B. Saran …………………………………...………………………………...42
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

1
0
1
0
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Rujukan Penelitian ....................................................................................8


Tabel 2. Contoh obat kategori off label .................................................................20
Tabel 3. Karakteristik Sampel Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin Di
Rekam medik Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari .....................35
Tabel 4. Karakteristik Sampel Penelitian Berdasarkan Umur Di Rekam
medik Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari..................................36
Tabel 5. Karakteristik Sampel Penelitian Berdasarkan Jenis Penyakit Di
Rekam medik Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari .....................37

1
1
1
1
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Skema Kerangka Konsep .....................................................................28


Gambar 2. Skema Jalannya Penelitian...................................................................34

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Apotek Rawat Inap dan Rawat Jalan ................................................47;


Lampiran 2. Tempat Penerimaan Pasien Rawat Inap Dan Rawat Jalan/
Tempat Penyimpanan Buku Rekam Medic Pasien Yang Berobat....48
Lampiran 3. Pemisahan Resep Dari Priode Bulan Januari Hingga Maret .............49
Lampiran 4. Resep yang termasuk obat off label...................................................49
Lampiran 5. Resep Rawat Inap Penyakit Dalam di Apotek RSUD Kota
Kendari..............................................................................................48

13
13
13
13
INTISARI

IDENTIFIKASI PENGGUNAAN RESEP OBAT OFF LABEL PADA

PASIEN DIAPOTEK RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

KOTA KENDARI

Pemberian obat yang rasional dan tepat indikasi kepada setiap pasien
merupakan suatu keharusan agar terciptanya terapi yang optimal. Kenyataannya
ada obat yang diresepkan tetapi tidak sesuai dengan informasi resmi obat dan
tidak sesuai dengan yang dinyatakan dalam izin edarnya yang disebut obat off
label. Adapun obat dikategorikan sebagai off label jika obat yang digunakan
diluar indikasi yang tertera pada label atau brosur obat. Tujuan dari penelitian ini
yaitu untuk mengetahui ada atau tidak peresepan obat off-label pada pasien
dewasarawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari.
Penelitian ini menggunaan metode observasional dengan pendekatan cros
sectional.. Populasi dalam penelitian ini adalah resep pasien rawat inap penyakit
dalam pada bulan Januari-Maret 2018 di RSUD Kota Kendari. Sampel digunakan
pada penelitian ini adalah resep pasien rawat inap penyakit pada periode Januari-
maret 2018 di RSUD Kota Kendari. Data dianalisis secara deskriptif dan
dijabarkan dalam bentuk narasi
Hasil penelitian menunjukkan dari 40 sampel resep Rawat Inap penyakit
dalam ditemukan hanya satu resep yang mengandung obat off label yaitu
gabapentin sebagai anti nyeri neuropatik pada diabetes mellitus tipe 2.

Kata Kunci : Obat off label, Resep, Rawat Inap

14
14
14
ABSTRACT

IDENTIFIKASI PENGGUNAAN RESEP OBAT OFF LABEL PADA

PASIEN DIAPOTEK RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

KOTA KENDARI

The rational and appropriate indication of medicines prescriptions to


every patient a necessity, so the optimal therapy can be established. In fact,there
is prescribed medicine that inappropriate with the official information of
medicines and the circulation license, it called as off label medicines. The
medicines which categorized as off label when the medicines used different from
which is label and brosur. The purpose of this study to find out whether or not to
prescribe off-label drugs in inpatient inpatients at Kendari Regional General
Hospital.
This research included in observational design in crosssectionalmethod.
The population in this study the prescription of internal medicine inpatients from
January to March 2018 in Kendari Hospital. The sample used in this study the
prescription of inpatient disease in the period January-March 2018 in Kendari
Hospital. Data were analyzed descriptively and translated in narrative form
The results of the study sho from 40 prescription samples of inpatient
disease, only one prescription contained off-label drug, gabapentin, as a
neuropathic pain in type 2 diabetes mellitus

KeyWords : off label, recipe, inpatient.

15
15
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Kesehatan adalah pelayanan publik yang bersifat mutlak dan erat

kaitannya dengan kesejahteraan masyarakat. Untuk semua pelayanan yang bersifat

mutlak, negara dan aparaturnya berkewajiban untuk menyediakan layanan yang

bermutu dan mudah didapatkan setiap saat. Salah satu wujud nyata penyediaan

layanan publik di bidang kesehatan adalah adanya Rumah Sakit. Rumah Sakit

adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan

perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan,

dan gawat darurat. (Permenkes RI, 2014).

Pada pelayanan kesehatan, Obat merupakan suatu benda atau zat yang

dapat digunakan untuk menjaga kesehatan, mencegah penyakit, dan juga untuk

menyembuhkan sakit. Hampir semua orang pernah menkonsumsi obat, saat ini

obat banyak ditemukan atau dijual di apotek dan juga di warung atau di toko.

Namun, tidak semua orang mengetahui bahwa obat memiliki jenis atau kategori

yang sebaiknya diketahui oleh masyarakat. Jenis obat telah ditetapkan baik secara

nasional maupun internasional (Depkes RI,2010).

Di Indonesia kasus off label masih banyak terjadi, dan belum ada banyak

penelitian yang memberikan data tentang masalah ini. Hal ini juga belum

mendapat perhatian lebih dari pemerintah, terbukti dengan masih belum adanya

peraturan ataupun undang – undang yang menetapkan tentang penggunaan sistem

label atau diperbolehkannya off label asalkan disertai dengan alasan yang valid.

1
Peraturan – peraturan tentang off label seperti itu pada umumnya sudah ada pada

negara – negara lain seperti Inggris, Skandinavia, Belanda dan negara lainnya

(Zunardi P, 2009). Pemerintah pernah mengeluarkan peraturan melalui

KEPMENKES No. 1027/Menkes/SK/IX/2004 yang menyatakan bahwa apotek

melakukan pelayanan kefarmasian yang meliputi: pembuatan, pengolahan,

peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran, penyimpanan dan penyerahan obat

atau bahan obat. Dari peraturan tadi maka akan semakin memberikan ruang untuk

terjadinya praktek –praktek kefarmasian yang off label di apotek seperti

meracik/menggerus tablet untuk dijadikan puyer atau dimasukkan ke dalam sirup

untuk sediaan anak bahkan menggeruskan tablet atau kaplet untuk dijadikan

sediaan salep dan krim (Depkes, 2004).

Berbagai hal tadi menunjukkan masih minimnya perhatian pemerintah

terhadap masalah off label yang terjadi, berbagai peraturan yang dibuat juga hanya

merupakan solusi jangka pendek pada negara berkembang seperti Indonesia ini.

Pemberian informasi obat yang tersedia pada masyarakat juga tidak semuanya

benar, masih ada banyak informasi yang disembunyikan, sehingga promosi dari

obat akan semakin maksimal. Melihat kondisi seperti ini, praktisi kesehatan harus

lebih menaruh perhatian pada tanggung jawab mereka saat menggunakan obat off-

label, dimana harus memiliki cukup informasi, pengetahuan atau pengalaman agar

langkah pemberian obat off-label lebih besar manfaat daripada resiko kerugiannya

(Suharjono, 2009).

Menurut beberapa penulis, prinsip Evidence Based Medicine (EBM) yang

diterapkan dalam membuat keputusan klinis tentang off-label, maka seharusnya

2
terdapat etika dan hukumnya, bahkan dalam kasus ini sering timbul adanya dilema

mengenai penggunaan obat off-label. Namun, telah ditemukan tingginya

prevalensi penggunaan obat off-label dan unlicensed drug dengan izin edar. Hal

ini penting untuk pemegang izin edar dan pihak peraturan nasional dan

internasional yang berwenang untuk memantau setiap masalah keamanan dan

untuk mengambil tindakan yang tepat, serta untuk mengidentifikasi prioritas

penelitian dan studi klinis untuk menyelesaikan pertanyaan penting tentang

penggunaan off-label dan obat tanpa izin. Pihak berwenang harus menggunakan

bukti klinis yang ada pada penggunaan off-label dan obat tanpa izin dalam

pengambilan keputusan dan dukungan melakukan uji klinis yang ketat (Palcevski,

2012).

Sejak tahun 2009, undang-undang Spanyol mengatur dan

mengklasifikasikan ketersediaan penggunaan obat dalam situasi khusus, yaitu

penggunaan obat-obatan dalam kondisi yang tidak disetujui, penggunaan obat

harus diteliti dan penggunaan obat-obatan yang tidak dipasarkan di dalam negeri.

Saat ini, hanya laporan dokter yang digunakan untuk membenarkan penggunaan

obat off-label dan diperlukan persetujuan pasien. Namun demikian, meluasnya

penggunaan obat off-label ini mungkin sering meningkatkan pemakaian obat,

terutama di rumah sakit (Danés, 2014).

Studi terbaru menemukan bahwa lebih dari 20% resep rawat inap yang

dikeluarkan adalah untuk off-label indikasi dan mayoritas dari mereka

menggunakannya tanpa Evidence Based Medicine yang cukup. Penggunaan resep

obat off-label adalah legal dan telah ditemukan dalam kasus-kasus tertentu

3
berbasis bukti, tetapi juga memiliki potensi sehingga menjadi terapi yang

berbahaya dan tidak efisien. Sebuah studi mengatakan bahwa terdapat 73%

penggunaan obat off-label tidak memiliki bukti yang cukup mengenai keamanan

dan khasiat. Penggunaan obat off-label seharusnya dilakukan berdasarkan uji

klinis terkontrol yang telah dilakukan dengan tujuan, metode dan ukuran sampel

yang jelas (Khamar, 2007; S.M. Walton, 2011).

Penggunaan obat off-label adalah penggunaan umum yang biasa

digunakan untuk praktek klinik dan tersebar luas di seluruh dunia. Namun,

penggunaan obat-obatan di luar indikasi dapat menyebabkan beberapa masalah.

Bukti tentang penggunaan obat-obatan ini yang tidak sesuai indikasi sangat tidak

disetujui, dan dokter memiliki sedikit informasi tentang bagaimana

menggunakannya. Selain itu, penggunaan obat off-label dapat menyebabkan efek

samping dan risiko yang mungkin lebih besar daripada manfaat potensial.

Masalah etika dan hukum yang berkaitan dengan promosi komersial penggunaan

obat off-label ini juga telah meningkat (Danés, et al., 2014).

Apoteker bertanggung jawab untuk mengawasi pemasukan resep obat

yang digunakan oleh pasien dan memastikan bahwa semua obat-obatan, termasuk

obat off-label yang diresepkan aman, kemudian diserahkan dengan tepat. Selain

itu apoteker akan selalu menghubungi dokter yang menuliskan resep untuk

memeriksa dosis, kemudian apoteker memiliki peran untuk menginformasikan

kepada pasien bahwa obat yang diresepkan (Stewart, et al., 2007).

Penggunaan obat off-label di Indonesia sendiri masih sedikit yang

memiliki bukti data prevalensi serta diketahui keberadaan penggunaannya.

4
Banyak penelitian menjelaskan penggunaan obat off label pada pasien pediatrik,

tetapi sangat sedikit yang membahas pada pasien dewasa. Oleh karena itu, dalam

penelitian ini akan mengidentifikasi seberapa banyak penggunaan obat off-label di

Indonesia khususnya pasien dewasa di salah satu rumah sakit yaitu di RSUD Kota

Kendari.

Dinas Kesehatan Kota Kendari RSUD Kota kendari merupakan salah satu

dari 12 Rumah Sakit yang berada di Kota Kendari. Selain itu juga RSUD

melakukan pengadaan obat baik obat generik, obat non generik maupun obat non

generik formularium dan melakukan penulisan dan pelayanan resep dimana pada

pelayanan resep ruang rawat inap lebih banyak dibandingkan ruang rawat jalan

dan UGD. Sehingga peneliti tertarik untuk melakukan sebuah penelitian yang

berjudul “ IDENTIFIKASI PENGGUNAAN RESEP OBAT OFF LABEL PADA

PASIEN DI APOTEK RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

KOTA KENDARI”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada uraian latar belakang tersebut, maka dapat

dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:

1. Berapa jumlah resep obat off label yang digunakan di apotek rawat inap rumah

sakit umum daerah kota kendari ?

2. Berapa jumlah penyakit yang menggunakan resep obat off label yang

digunakan di apotek rawat inap rumah sakit umum daerah kota kendari?.

5
C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui jumlah resep obat off label yang digunakan di apotek rawat

inap rumah sakit umum daerah kota kendari

2. Untuk mengetahui jumlah penyakit yang menggunakan resep obat off label di

apotek rawat inap rumah sakit umum daerah kota kendari

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Dapat memberikan kontribusi dalam hal wawasan dan keilmuan

mengenai resep obat off-label

2. Manfaat Praktisi

a. Dapat memperkaya ilmu pengetahuan tenaga kefarmasian dalam

mengetahui dan mengenali peresepan obat off-label.

b. Dapat menambah wawasan peneliti terhadap penelitian yang dilakukan.

3. Peneliti Selanjutnya

Dapat dijadikan referensi penelitian selanjutnya

4. Bagi Apotek

Sebagai bahan masukan bagi apotek khususnya Apotek Rawat inap

dalam upaya pengetahuan dan mengenali peresepan obat off-label.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Rujukan Penelitian

Rujukan penelitian yang pernah dilakukan untuk mendukung

penulisan penelitian ini antara lain :

No. Judul, Penerbit ,dan Metode Hasil

Tahun

1. Siti Khodijah (2016) Teknik Dari penelitian ini

dalam penelitian yang pengambilan diperoleh hasil total

berjudul “Identifikasi sampel yang sampel 354 data

Peresepan Obat Off- digunakan rekam medik pasien

Label Indikasi Pada adalah yang sesuai dengan

Pasien Dewasa Rawat systematic kriteria inklusi.

Inap Di Rumah Sakit Pku random Berdasarkan 1.306

Muhammadiyah sampling yaitu peresepan obat yang

Yogyakarta Periode pengambilan didapatkan, terdapat

Januari - Desember data dari rekam 4 (0,22%) obat yang

2014”. medik pasien termasuk dalam

dewasa rawat kategori obat

inap periode offlabel indikasi.

Januari sampai Daftar obat off-label

Desember yang diresepkan

7
tahun 2014. selama periode

Januari sampai

Desember 2014

adalah Misoprostol,

Ondansentron, dan

Domperidone

2. Penelitian ini
Aida Nurul Basyaroh dan Berdasarkan
menggunakan
Bangunawati Rahajeng penelitian ini
desain
(2016) dalam penelitian diperoleh total
deskriptif
yang berjudul sampel 403 resep
observasional
“Identifikasi Penggunaan pasien dengan 1.085
dengan metode
Obat Off-Label Indikasi jenis obat. Dari
cross-sectional.
Pada Pasien Di Poliklinik analisis yang

Anak Rumah Sakit Pku dilakukan terdapat

Muhammadiyah Bantul sebanyak 4

“. peresepan obat

(0,37%) yang terdiri

dari tiga jenis obat

yang termasuk

kedalam

penggunaan obat

off-label indikasi

8
yaitu asam valproat

(2

peresepan),kloralhid

rat (1peresepan) dan

ondansetron(1perese

pan).

3. Indriastuti Cahyaningsih, Metode


jumlah populasi
M.Sc., Apt, dkk (2017) pengambilan
pediatrik yang
dengan penelitian yang data secara
terdapat di RSUP
berjudul “Kajian retrospektif
Dr. Sardjito adalah
Penggunaan Obat Off
sekitar 2567 pasien
Label Pada Populasi
dan untuk populasi
Pasien Kondisi Khusus “.
ibu hamil 1178

pasien di tahun

2016.

4. Nadira Alvi Syahrina Penelitian Persentase

(2016) “Identifikasi observasional penggunaan obat

Penggunaan Obat Off- dengan off-label dosis di RS

Label Dosis Pada menggunakan PKU

Pasien Dewasa Rawat desain cross- Muhammadiyah

Inap Di Rumah Sakit Pku sectional Yogyakarta sebesar

Muhammadiyah deskriptif 864 daftar obat on-

9
Yogyakarta label dosis (94,11%)

Periode Januari- serta 54 daftar

Desember Tahun 2014” obat off-label dosis

(5,88%), dengan

penggunaan off-

label dosis tertinggi

yaitu pada obat

golongan sistem

pencernaan

(42,59%)

5. Nani Kartinah, Sulvia Penelitian ini Kesimpulan

Dasupantini, Difa menggunakan penelitian ini yaitu

Intannia (2014) metode 100% pasien

“Penggunaan Obat Off- observasional neonatus diberikan

Label Pada Pasien dengan obat off-label

Neonatus Rawat Inap pengambilan dimana tingkat

data kejadian tertinggi


Rsud Ulin Banjarmasin
secara pada penggunaan
Periode Januari—
retrospektif obat golongan
Desember 2013”
antibotika yaitu

91,9%. Berdasarkan

kriteria,

penggunaan off-

10
label pada kriteria

usia 71,7%

(n=552), dosis

98,6% (n=552),

indikasi 3,3%

(n=552), dan rute

pemberian 0%

(n=552)

B. Landasan teori

1. Rumah Sakit

a. Definisi Rumah Sakit

Berdasarkan Undang-Undang RI No. 44 tahun 2009 tentang

Rumah Sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatanyang

menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secaraparipurna

yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalandan gawat darurat.

(Depkes RI, 2009, http://depkes.go.id, diaksestanggal 20 Juli 2010)

b. Fungsi Rumah Sakit

1. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan

sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit;

2. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui

pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai

kebutuhan medis;

11
11
3. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia

dalam rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan

kesehatan dan

4. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan

teknologi bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan

kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang

kesehatan (Kemenkes,2014).

c. Tujuan Rumah Sakit

Tujuan Rumah Sakit adalah mendukung tercapainya tujuan

pembangunan kesehatan nasional, yakni meningkatkan kesadaran,

kamauan dan kemampuan hidup agar terwujud derajat kesehatan yang

setinggi-tingginya (Meigian A.H, 2014).

1. Gambaran Umum Wilayah Lokasi Penelitian

a. Sejarah Berdirinya Rsud Kota Kendari

RSUD. Kota Kendari awalnya terletak di kota Kendari,

tepatnya di Kelurahan Kandai Kecamatan Kendari dengan luas

lahan 3.527 m2 dan luas bangunan 1.800 m2 RSUD. Kota Kendari

merupakan bangunan atau gedung peninggalan pemerintah Hindia

Belanda yang didirikan pada tahun 1927 dan telah mengalami

beberapa kali perubahan antara lain : Dibangun oleh Pemerintah

Belanda pada tahun 1927, Dilakukan rehabilitasi oleh Pemerintah

Jepang pada tahun 1942 – 1945, Menjadi Rumah Sakit Tentara

pada tahun 1945 – 1960, Menjadi RSU. Kabupaten Kendari pada

12
12
tahun 1960 – 1989, Menjadi Puskesmas Gunung Jati pada tahun

1989 – 2001, Menjadi RSU Kota Kendari pada tahun 2001

berdasarkan Perda Kota Kendari No.17 Tahun 2001. Diresmikan

penggunaannya sebagai RSUD. Abunawas Kota Kendari oleh

bapak Walikota Kendari pada tanggal 23 Januari 2003. Pada

Tahun 2008 , oleh pemerintah Kota Kendari telah membebaskan

lahan seluas 13.000 ha untuk relokasi Rumah Sakit, yang

dibangun secara bertahap dengan menggunakan dana APBD, TP,

DAK dan DPPIPD. Pada tanggal 9 Desember 2011 Rumah Sakit

Umum Daerah Abunawas Kota Kendari resmi menempati Gedung

baru yang terletak di Jl. Brigjen Z.A Sugianto No : 39 Kel Kambu

Kec. Kambu Kota Kendari. Pada tanggal 12 – 14 Desember 2012

telah divisitasi oleh TIM Komite Akreditasi Rumah Sakit ( KARS

), dan berhasil terakreditasi penuh sebanyak 5 pelayanan (

Administrasi & Manajemen, Rekam Medik, Pelayanan

Keperawatan, Pelayanan Medik dan IGD ). Berdasarkan SK

Walikota Kendari no 16 Tahun 2015 tanggal 13 Mei 2015

dikembalikan namanya menjadi RSUD Kota Kendari sesuai

PERDA Kota Kendari No. 17 Tahun 2001

13
13
b. Visi – Misi Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari

1. Visi

Rumah Sakit Pilihan Masyarakat

2. Misi

- Meningkatkan pelayanan kesehatan dengan menciptakan

pelayanan yang bermutu, cepat, tepat serta terjangkau oleh

masyarakat.

- Mendorong masyarakat untuk memanfaatkan RSUD Kota

Kendari menjadi RS mitra keluarga.

- Meningkatkan SDM , sarana dan prasarana medis serta non

medis serta penunjang medis, agar tercipta kondisi yang

aman dan nyaman bagi petugas, pasien dan keluarganya

serta masyarakat pada umumnya.

“Motto” Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari adalah :

Senyum, Salam, Sapa, Santun, Sabar dan empaty

kepada setiap pengguna jasa Rumah Sakit.

d. Pengertian Apotek

Apotek merupakan unit pelaksanaan fungsional yang

menyelenggarakan seluruh kegiatan pelayanan kefarmasian di rumah

sakit. Apotek harus dipimpin oleh seorang apoteker sebagai penggung

jawab dan dibantu oleh beberapa apoteker pendamping yang memenuhi

persyaratan perundang-undangan yang berlaku dan berkompeten secara

profesional. Apotek adalah tempat atau fasilitas penyelenggaraan yang

14
14
bertanggungjawab atas seluruh pekerjaan pelayanan kefarmasian baik

pelayanan menejerial maupun pelayanan farmasi klinik (Samosir 2009).

e. Tugas Apotek

Tugas utama Apotek adalah perencanaan, pengadaan,

penyimpanan, penyiapan, peracikan, pelayanan, pengendalian

perbekalan kesehatan (Samosir 2009).

2. Tinjauan tentang Obat

a. Pengertian obat

Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi

yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi

atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan,

penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi

untuk manusia (Permenkes RI, 2014)

b. Penggolongan Obat

Obat dapat dikelompokkan ke dalam empat golongan (Depkes

RI, 2008) :

1. Obat Bebas

Obat bebas adalah obat yang dijual bebas di pasaran dan dapat

dibeli tanpa resep dokter. Tanda khusus pada kemasan dan etiket

obat bebas adalah lingkaran hijau dengan garis tepi berwarna hitam.

Contoh : Parasetamol (Depkes RI, 2008).

2. Obat Bebas Terbatas

15
15
Obat bebas terbatas adalah obat yang sebenarnya termasuk

obat keras tetapi masih dapat dijual atau dibeli bebas tanpa resep

dokter, dan disertai dengan tanda peringatan. Tanda khusus pada

kemasan dan etiket obat bebas terbatas adalah lingkaran biru dengan

garis tepi berwarna hitam.

Contoh : CTM (Depkes RI, 2008).

3. Obat Keras dan Psikotropika

Obat keras adalah obat yang hanya dapat dibeli di apotek

dengan resep dokter. Tanda khusus pada kemasan dan etiket adalah

huruf K dalam lingkaran merah dengan garis tepi berwarna hitam.

Contoh : Asam Mefenamat (Depkes RI, 2008)

Obat psikotropika adalah obat keras baik alamiah maupun

sintetis bukan narkotik, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh

selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas

pada aktivitas mental dan perilaku.

Contoh : Diazepam, Phenobarbital (Depkes RI, 2008).

4. Obat Narkotika

Obat narkotika adalah obat yang berasal dari tanaman atau

bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat

menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa,

mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan menimbulkan

ketergantungan. Contoh : Morfin, Petidin (Depkes RI, 2008).

16
16
3. Obat off-label

a. Pengertian Obat off-label

Obat off-label adalah obat diluar indikasi yang tertera dalam

label dan belum atau diluar persetujuan oleh badan atau lembaga yang

berwenang atau jika di Indonesia adalah Badan POM, sedangkan di US

adalah FDA (Food Drug Administration). Obat yang telah disetujui atau

approved oleh FDA atau BPOM akan mendapat label approved yang

berisi informasi tentang cara dan dosis penggunaanya berdasarkan hasil

uji klinis. Peresepan atau penggunaan obat off label ini sangat umum

sekali saat ini. Sebagian orang mungkin akan khawatir dengan

maraknya dokter yang meresepkan obat off label jika mengetahui

bahwa obat off-label diluar persetujuan oleh badan yang berwenang

(Dresser dan Frader, 2009)

Menurut Institute for Quality and Efficiency in Health Care

menjelaskan bahwa off-label berarti "penggunaan yang tidak disetujui”,

dengan kata lain off label adalah penggunaan obat dengan indikasi yang

belum dilisensi oleh pihak berwenang di suatu negara. Setiap obat yang

dapat dibeli dari apotek atau toko obat di suatu negara perlu dinilai dan

berlisensi oleh otoritas regulasi. Otoritas yang bertanggung jawab di

Jerman adalah Federal Institute Obat dan Alat Kesehatan

(Bundesinstitut für Arzneimittel und Medizinprodukte, BfArM). Otoritas

perizinan Eropa yang berbasis di London disebut European Medicines

Agency (EMA), di Amerika Serikat disebut Food and Drug

17
17
Administration (FDA), dan di Indonesia disebut Badan Penelitian Obat

dan Makanan (BPOM) (Nasser & Sawicki, 2009).

b. Klasifikasi

Pemberian off-label diluar izin edar atau izin penjualan dikarenakan

beberapa alasan sebagai berikut (Purba, 2007):

1) Off-label dosis

Obat diberikan dengan dosis yang lain dari label yang telah

mendapat izin edar dan izin penjualan.

2) Off-label indikasi

Obat digunakan untuk indikasi yang lain dari yang tercantum pada

label yang mendapat izin edar dan izin penjualan

3) Off-label usia

Obat digunakan tidak sesuai dengan rentang usia yang telah

disetujui.

4) Off label rute atau cara pemakaian

Obat diberikan tidak sesuai dengan cara pemberian yang terdapat

dalam label.

5) Off-label kontraindikasi

Kontraindikasi jika obat diberikan namun tidak sesuai dengan

rekomendasi penggunaan

obat tersebut.

18
18
c. Contoh Penggunaan Obat Off-label pada Suatu Penyakit

Sebuah penelitian dilakukan pada semua wanita yang

didiagnosa kanker payudara antara Januari 2000 sampai Juni 2009 yang

menerima setidaknya satu terapi kanker telah disetujui oleh US-FDA

selama masa penelitian. Penelitian ini melibatkan 2.663 wanita dengan

usia rata-rata 59 tahun. Tercatat penggunaan obat off-label sebanyak

1.636, mewakili 13,0% dari semua temuan. Dari 65 kasus terapi kanker

yang diteliti ada 55,4% yang mendapatkan resep off-label. Obat off

label yang sering digunakan secara berturut-turut adalah Vinorelbine,

Carboplatin, Bevacizumab, Leuprolida, Liposomal Doxorubicin dan

Cisplatin. Kebanyakan penggunaan obat off-label yang ditemukan telah

berbasis bukti (Hamel., 2015).

Berikut ini adalah contoh obat-obat yang diindikasikan sebagai

obat off label. Meski bukan berdasar indikasi yang sebenarnya

penggunaan obat-obat yang masuk dalam katagori ini berdasarkan

pada pengalaman dokter dan hasil-hasil penelitian terbaru, namun

regulator obat seperti FDA atau BPOM belum menyetujuinya.

Tabel 1. Contoh Beberapa Obat Kategori Off-Label yang

Sering di gunakan

NO Nama Obat Indikasi Off Label


1. Salbutamol Β-2 Agonist untuk Tokolitik Agen
Asma di bidang
Obgyn
2 Terbutalin Β-2 Agonist untuk Tokolitik Agen

19
19
Sulfat Asma di bidang
Obgyn
3 Fenitoin Antikonvulsan Terapi
komplikasi
neuropati pada
DM
4 Carbamazepin Antikonvulsan Terapi
komplikasi
neuropati pada
DM
5 Gabapentin Antikonvulsan Terapi
komplikasi
neuropatik
pada DM,
gangguan
bipolar,
migrain.
6 Metformin Diabetes Militus tipe 2 Penurun berat
badan dan
(PCOS)
Polycystyc
ovarian
syndrome
7 Siproheptadin Anti histamin, anti Pemicu nafsu
alergi makan
8 Misoprosol Sitoprotektif lambung Induksi
kelahiran,
pengobatan
perdarahan
pasca
persalinan
9 Gabapentin Antikonvulsan Nyeri

20
neuropatik,
profilaksis
migraine
10 Metoklorpram Anti emetic Pelancar
id produksi ASI
11 Sertralin Antidepresan gol SSRI Terapi
ejekulasi dini
pada pria
12 Celecoxib Antiinflamasi Preventif
kanker
13 Levamisol Antikonvulsan Immunomodul
generasi baru untuk ator
nyeri neuropati
14 Siproheptadin Antihistamin Penambah
e nafsu makan
15 N-asetil Mukolitik Mencegah efek
Sistein samping terapi
kulit
16 Metoklorpram Anti muntah- anti Pelancar ASI
id mual
17 Simetidin Tukak lambung usus, Kutil, efek
reflux-oesophagits samping pada
ringan-sedang kulit,
keracunan
dapson
18 Isoniazid Tuberkulostatis Tremor parah
pada pasien
multiple
sclerosis
19 Aripirazole Antipsikotik Penyakit
Dementia
Alzaimers

21
20 Albuterol Asma Dahak
21 Lamictal Antiepilepsi, anti- Depresi,
seizure kerusakan
bipolar mood
stabilization
22 Tiagabine Gabitril-anti-seizure Depresi, mood
stabilizer
23 Topiramate Topamax Depresi,
migrein
24 Resperidone Antipsikotik Dimentia,
alzaimer
disease
25 Lidoderm Skin petch for shingles Tennis elbow,
sore muscles
26 Trazodone Antidepressant Insomnia
27 Propranolol High blood pressure Performance
and heart disease anxienty

28 Carbamazepin Anti epilepsy Mood stabilizer


e
29 Gabapentin Anti kejang dan Gangguan
neuralgia (nyeri bipolar,
syaraf) post herpes tremor/gemeta
r, pencegah
migrain, nyeri
neuropatik
30 Sertraline Anti-depressant Pengatasan
ejakulasi dini
pada pria
31 Amitriptilin Anti Depresi Mengatasi nye
ri neuropatik
32 Risperidon Antipsikotik untuk Mengatasi

22
pengobatan gangguan
penyakitskizoprenia/sa hiperaktifitas
kit jiwa pada anak-
anak
33 Viagra Disfungsi ereksi pada Meningkatkan
pria gairah sexual
34 Ketofilen Anti histamine, anti Pemicu nafsu
alergi makan
35 Domperidon Anti muntah- anti Pelancar ASI
mual
36 Tramadol Analgetik Terapi
ejakulasi dini
37 Sildenavil Gangguan disfungsi Terapi
ereksi hipotensi
pulmonary
38 Refecoxib Antiinflamasi Preventif
kanker
39 Lamotrigin Antikonvulsan epilepsi Nyeri neuropas
40 Modafinil Provigil for excessive To enchance
sleepiness wakefulness
and alertness
41 Asebutolol Terapi hipertensi, Angina Stabil
mengatur aritmia kronik
ventricular
42 Acetylcysteine Terapi mukoritik Disfungsi
radiokantras
43 Adenosine Pengobatan pengujian
paroxysmal vasodilator
supraventricular akut pada
tachycardia hipertensi
arteri paru-
paru

23
d. Faktor Penggunaan Obat off-label

Faktor penggunaan obat off-label adalah kurangnya respon

klinis pada pengobatan sebelumnya, intoleransi atau kontraindikasi

dengan alternatif atau alasan lain seperti tersedianya obat yang disetujui

sesuai indikasi atau pasien dengan pengobatan alternatif karena alasan

klinis atau logistik (Danés, et al., 2014).

Pengobatan off-label tidak selalu buruk dan merugikan,

pengobatan ini sangat bermanfaat terutama ketika pasien telah

kehabisan opsi dalam terapinya, misal dalam kasus kanker. American

Society Cancer menyatakan bahwa pengobatan kanker sering

melibatkan penggunaan obat kemoterapi off-label, hal ini disebabkan

karena satu jenis obat kanker hanya disetujui untuk satu jenis kanker

saja. Penggunaan obat kanker off-label secara kombinasi sering

digunakan untuk terapi standar kanker (Dresser dan Frader, 2009).

Beta blocker adalah salah satu contoh obat off-label yang

menguntungkan. FDA menyetujui obat ini digunakan sebagai terapi

hipertensi, namun secara luas obat ini diakui oleh ahli

kardiologi/jantung sebagai standar perawatan/terapi pada pasien gagal

jantung (heart failure). Pada kenyataanya saat ini, beberapa beta

blocker secara resmi telah disetujui oleh FDA sebagai standar

perawatan/terapi pasien gagal jantung (Dresser dan Frader, 2009).

24
24
e. Hukum Menurut FDA Mengenai Penggunaan Obat Off-Label

Peraturan FDA saat ini mengenai penggunaan obat off-label

dengan cara membandingkan antara manfaat dan risiko yang

ditimbulkan. Meskipun FDA tidak dapat membatasi dokter memberi

resep obat off-label, tapi dengan tegas melarang produsen farmasi untuk

mempromosikan penggunaan obat tanpa indikasi, walau mungkin ada

beberapa bukti tertulis bahwa penggunaan off-label aman dan

berkhasiat (Kesselheim 2011). Jika seorang pasien menerima obat off-

label, maka perlu diinformasikan bahwa mereka sedang dalam

penggunaan obat off-label, dan diberitahu tentang kemungkinan

konsekuensinya. Hal ini penting bagi pasien untuk mengetahui bahwa

mungkin tidak cukup penelitian tentang manfaat dan bahaya obat bila

digunakan untuk tujuan off-label. Dana asuransi kesehatan wajib di

Jerman juga jarang menutupi biaya obat-obatan yang digunakan off-

label (Danes et al.,2014).

25
25
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif yaitu

rancangan penelitian sederhana dengan metode survey sampling data hanya

digambarkan dalam bentuk presentasi dan penyajian data dalam bentuk tabel.

B. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan pendekatan

cross sectional dimana pengukuran dilakukan pada satu waktu dan hanya satu

kali.

C. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni-Juli 2018 di Apotek Rawat Inap

Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari.

D. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua resep rawat inap penyakit

dalam di Apotek Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah semua resep rawat inap penyakit

dalam di Apotek Rumah Sakit Umum Daerah periode Januari-Maret 2018

26
26
3. Kriteria Inklusi

a. Kriteria inklusi

Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Usia dewasa

2) Jenis kelamin

3) Resep Pasien rawat inap penyakit dalam di Rumah Sakit Umum

Daerah Kota Kendari

4) Obat off label

b. Kriteria eksklusi

Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah resep dari pasien

penyakit dalam

E. Kerangka Konsep Penelitian

Resep Pasien di Apotek Rawat Inap

Resep Pasien di Apotek Rawat Inap


yang menggunakan obat off-label

Gambar 1. Skema Kerangka Konsep Penelitian

27
27
F. Defenisi Operasional Variabel

1. Resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, dokter hewan

kepada Apoteker, untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien

sesuai peraturan yang berlaku.

2. Obat off label adalah obat yang digunakan tidak sesuai dengan ijin edar yang

dikeluarkan oleh badan resmi (BPOM). Adapun obat dikategorikan offlabel

indikasi jika obat tersebut digunakan tidak sesuai dengan indikasi

yangtertera pada leaflet.

G. Prosedur Penelitian

1. Alat, bahan dan subjek Penelitian

Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu DIH (Drug

Information Handbook), jurnal terkait, dan komputer yang dilengkapi

program Microsoft Excel Sedangkan bahan yang digunakan yaitu semua

resep Pasien di Apotek Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah di Kota

Kendari.

2. Cara kerja

1) Tahap Persiapan :

a. Melakukan survei.

b. Membuat proposal dan konsultasi ke pembimbing.

c. Mempersiapkan bahan yang digunakan dalam penelitian yaitu buku

PIO pusat informasi obat dan ISO

28
28
d. Mengurus surat izin penelitian untuk melaksanakan penelitian.

e. Mengajukan izin penelitian di tempat yang dituju dengan melampirkan

surat ijin.

2) Tahap Penelitian :

a. Mempersiapkan hasil rekam medik untuk diteliti sesuai dengan jadwal

yang telah dibuat.

b. Melakukan pengambilan data yang ada pada resep sesuai dengan

kriteria inklusi yang telah ditentukan. Data yang diambil meliputi :

nama pasien, nomer resep, tanggal masuk pasien, diagnosa penyakit,

dan catatan obat yang diberikan.

c. Menyusun data berdasarkan hasil yang didapatkan.

3) Tahap pengolahan data

Dalam penelitian ini dilakukan analisa terhadap masing-masing resep

berdasarkan data yang telah dikumpulkan. Kemudian menyajikan data

tersebut dalam bentuk narasi untuk memberi gambaran yang jelas tentang

topik yang disajikan.

4) Tahap akhir

Tahap akhir dari penelitian ini yaitu penulisan laporan, yang disajikan

dalam bentuk penulisan Karya Tulis Ilmiah.

29
29
3. Analisis data

a) Data

i. Sifat data

Data kualitatif, adalah data yang disajikan kedalam bentuk kata

verbal dan bukan dalam bentuk angka. Yang termasuk data kualitatis

dalam penelitian ini adalah gambaran umum objek penelitian.

ii. Jenis data

Jenis data yang digunakan yaitu data nominal. Data nominal

diperoleh dari hasil pengukuran. Data pengukuran nominal digunakan

untuk mengklasifikasikan individual atau kelompok dalam bentuk

kategori.

iii. Sumber data

a. Data primer, Data primer dalam penelitian ini diperoleh secara

langsung dari Apotek Rawat Inap.

b. Data sekunder, Data sekunder yang diperoleh dari penelitian ini

berasal dari literature-literatur yang mendukung penelitian dan data

yang diperoleh dari Apotek Rawat Inap.

b) Tehnik pengumpulan data

i. Observasi atau pengamatan kegiatan

Kegiatan secara langsung untuk melakukan pengukuran dan

pengamatan dengan indera penglihatan. Dalam penelitian akan

30
30
dilkukan observasi atau pengamatan kegiatan pada saat melakukan

analisa resep.

c) Penyajian data

i. Pencatatan

Dalam proses pencatatan data yang diperoleh dari sebelum

penyuluhan dan sesudah penyuluhan dicatat dan ditulis untuk

keperluan penelitian dan dibuatkan tabel.

ii. Editing

Dalam proses editing dilakukan pengecekan dan perbaikan isi.

iii. Pengklasifikasian dan pengkodean

Dalam proses pengklasifikasian dan pengkodean data yang

sudah terkumpul diklasifikasikan menurut umur, jenis kelamin,

diagnose, catatan obat yang diberikan.

iv. Penyusunan

Dalam proses penyusunan data diperlukan untuk memudahkan

penilaian dan pengecekan semua data yang telah dikumpulkan. Data

yang sudah diklasifikasikan disusun berdasarkan kode klasifikasinya.

v. Penyimpanan

Data yang sudah ada disimpan untuk keperluan referensi

selanjutnya.

d) Pengolahan data

Data yang diperoleh dari penelitian menggunakan teknik non statistik,

mengikat data-data lapangan disajikan dala bentuk narasi.

31
31
3. Skema Jalannya Penelitian

Survei lokasi

Mengajukan ijin penelitian

Melakukan pengambilan data yang ada


pada resep sesuai dengan kriteria

Nama Umur Jenis Diagnosa Catatan


Pasien Pasien kelamin Pasien obat yang
diberikan

Resep obat off label

Jumlah Obat Jumlah dan Jenis Jumlah dan Jenis


Off label Obat Off label penyakit

Pengolahan Data

Hasil dan Pembahasan

32
32
BAB IV

HASIL PEMBAHAAN

Obat off label adalah obat yang diresepkan oleh dokter yang

mempunyai indikasi tidak sesuai dengan informasi resmi dari badan yang

berwenang diantaranya oleh Food and Drug Administration (FDA) atau

Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM), (Dworkin, 2010)

Pada penelitian ini, penliti melakukan identifikasi obat yang

termasuk obat off label pada pasien rawat inap penyakit dalam di Rumah

Sakit Umum daerah Kota Kendari. Penelitian ini menggunaan metode

observasional dengan pendekatan cros sectional dimana pengukuran

dilakukan pada satu waktu dan hanya satu kali. Populasi dalam penelitian

ini adalah resep pasien rawat inap penyakit dalam pada bulan Januari-

Maret 2018 di RSUD Kota Kendari. Sampel digunakan pada penelitian

ini adalah resep pasien rawat inap penyakit pada periode Januari-maret

2018 di RSUD Kota Kendari.

1. Karakteristik Sampel Penelitian


a. Jenis kelamin
Tabel 1. Karakteristik sampel penelitian Berdasarkan jenis Kelamin di
rekam medik Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari.

JENIS KELAMIN JUMLAH (n) PERSENTASE (%)

LAKI-LAKI 6 15%

PEREMPUAN 34 85%
TOTAL 40 100%
Dari 40 sampel resep rawat inap penyakit dalam yang

peneliti identifikasi terdapat jumlah resep pasien laki-laki sebanyak

33
33
15 % dan pada resep pasien perempuan sebanyak 85 %. Menurut

Meidikayanti (2017) bahwa hal mendasar yang memicu perempuan

lebih rentan terkena penyakit dalam tak lain adalah hormon

penyebab stress lebih tinggi pada wanita, selain itu kecenderungan

untuk tidak banyak bergerak jika dibandingkan dengan kaum pria.

Pria sendiri memang dikenal sebagai orang yang cenderung suka

melakukan kegiatan fisik. Yang menjadi masalah adalah,

kecenderungn untuk tidak banyak bergerak ini membuat tubuh

tidak banyak menghabiskan karbohidrat atau glukosa untuk aktiftas

fisik. Hal ini bisa memicu datangnya penyakit metabolik seperti

hipertensi, kolesterol tinggi, atau bahkan diabetes.

b. Umur
Tabel 2. Karakteristik sampel penelitian Berdasarkan umur di rekam
medik Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari.

UMUR JUMLAH (n) PERSENTASE (%)

30-39 tahun 6 15%


40-49 tahun 12 30 %
50-60 tahun 22 55%

TOTAL 40 100 %
Dari 40 sampel resep rawat inap penyakit dalam yang

peneliti identifikasi terdapat usia 30 -39 tahun sebanyak 15%,

usia 40-49 tahun sebanyak 30%, dan usia 50-60 tahun sebanyak

55%. Menurut Andayani (2017) bahwa menurunnya berbagai

fungsi organ tubuh, yang ditandai dengan semakin rentannya

tubuh terhadap berbagai serangan penyakit yang dapat

34
34
menyebabkan kematin misalnya pada system kardiovaskuler dan

pembuluh darah, pernapasan, pencernaan, endokrin dan lain

sebagainya, hal tersebut disebaabkan seiring meningkatnya usia

sehingga terjadi perubaan dalam struktur dan fungsi sel,

jaringaan, serta sistem organ. Perubahan tersebut pada umumnya

mempengaruhi pada kemunduran fisik.

c. Jenis penyakit

Tabel 3. Karakteristik sampel penelitian Berdasarkan jenis penyakit di

rekam medik Sakit Umum Daerah Kota Kendari.


JUMLAH
JENIS PENYAKIT PERSENTASE (%)
(n)

Diabetes Melitus tipe 2 7 17,5%


Infeksi Saluran
11 27,5%
Pernapasan Akut
Sindrom Nefritik Akut 6 15%
Hipertensi 6 15%
Demam 6 15%
Diare 4 10%

TOTAL 40 100%
Dari 40 sampel resep rawat inap penyakit dalam yang

peneliti identifikasi terdapat jenis penyakit yaitu diabetes mellitus

tipe 2 sebanyak 17,5%, infeksi saluran pernapasan akut sebanyak

27,5%, sindrom nefrotik akut sebanyak 15%, hipertensi sebanyak

15%, demam sebanyak 15%, dan diare sebanyak 10%. Menurut

Laksana (2015), bahwaa orang yang memiliki kelainan sistem

kekebalan tubuh dan orang lanjut usia akan lebih mudah

35
35
terserang penyakit ISPA dikarenakan umur, kondisi rumah dan

kepadatan hunian, kebiasaan merokok dalam rumah dan adanya

kontak dengan penderita ISPA seseorang akan tertular infeksi

saluran pernapasan akut ketika menghirup udara yang

mengandung virus atau bakteri pembawa ISPA. Virus akan

dikeluarkan oleh penderita melalui bersin atau batuk. Cairan yng

mengandung virus atau bakteri yang menempel pada permukaan

benda juga bisa menular ke orang lain yang menyentuhnya.

d. Obat off label:


Tabel 4. Karakteristik sampel penelitian yang terdapat obat off label di
rekam medik Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari.

Nama Jumlah
Golongan Obat off label
Obat Peresepan
Anti nyeri
neuropatik
Gabapentin Antikonvulsan pada Diabetes 1
Melitus
Dari 40 sampel resep rawat inap penyakit dalam yang

peneliti identifikasi terdapat hanya satu jenis obat off label yaitu

gabapentin golongan antikonvulsan yang diresepkan pada

penderita diabetes mellitus tipe 2 sebagai obat nyeri neuropatik.

Berikut penjelasan mengenai obat off label yang ditemukan yaitu

gabapentin.

Gabapentin adalah suatu asam amino, analog GABA,

yang efektif untuk kejang persial. Obat ini semula dirancang

sebagai suatu spasmolitik namun ternyata bukti lebih efektif

36
36
sebagai obat kejang. Gabapentin suatu antikonvulsan atau anti

kejang. Obat ini meningkatkan jumlah gamma-aminobutyric

acid (GABA) di otak. Beberapa serangan epilepsi terjadi ketika

GABA di dalam otak berada dalam tingkat yang rendah. Dengan

meningkatkan jumlah GABA, gabapentin mengurangi jumlah

kejang.

Gabapentin juga bekerja untuk menghilangkan rasa

sakit untuk kondisi tertentu dalam sistem saraf. Obat ini tidak

digunakan untuk nyeri yang disebabkan oleh cedera ringan atau

arthritis. Produk ini tersedia dalam bentuk sediaan Kapsul,

Tablet, dan Larutan.

a. Indikasi Gabapentin

1. Gabapentin digunakan untuk membantu mengendalikan

kejang-kejang dalam pengobatan epilepsi.

2. Gabapentin juga digunakan pada orang dewasa untuk

mengelola kondisi yang disebut postherpetic neuralgia,

nyeri yang terjadi setelah 'herpes zoster', dengan cara

mengubah alur sensasi tubuh terhadap rasa nyeri.

3. Tablet Gabapentin extended-release juga digunakan untuk

mengobati kondisi yang disebut Restless Legs

Syndrome(RLS), yaitu gangguan neurologis yang

mempengaruhi sensasi dan gerakan di kaki sehingga kaki

terasa tidak nyaman. Hal ini menghasilkan perasaan yang

37
37
tak tertahankan ingin menggerakkan kaki agar merasa

nyaman. Mekanisme yang terjadi sampai saat ini masih

belum diketahui dengan pasti.

4. Mencegah dan mengobati terjadinya rasa panas akibat

pemberian kemoterapi pada penderita Ca mammae.

5. Gabapentin juga bekerja untuk menghilangkan rasa sakit

untuk kondisi tertentu dalam sistem saraf, tidak

digunakan untuk nyeri yang disebabkan oleh cedera

ringan atau arthritis.

b. Mekanisme Kerja

Meskipun meiliki kemiripan struktur dengan GABA

namun gabapentin dan pregabalin tudak bekerja secara

langsung pada reseptor GABA. Namun, keduanya mungkin

memodifikasi pelepasan GABA di sinaps aatau no-sinaps.

Pada pasien yang mendapat gabapentin dijumpai peningkatan

konsentrasi GABA otak. Gabapenin diangkut kedalam otak

oleh pengangkut asam L-amino. Gabap entin dan pregabalin


2+
berikatan kuat dengan subunit 2 sa luran Ca berpintu

voltase. Hal ini tampaknya mendasari mekanisme kerja

utama, yaitu menurunkan pemasukan Ca2+, dengan efek

predominan pada saluran tipe N prasinaps. Penurunan

pelepasan glutamate di sinaps menghasilkan efek

antiepileptik.

38
38
c. Pemakaian Klinis

Gabapentin efektif sebagai terapi adjuvant terhadap

kejang persial dan kejang tonik-klonik pada dosis yang

berkisar hingga 2400 mg/hari dalam uji-uji klinis terkontrol.

Studi-studi follow up terbuka mengizinkan dosis hingga 4800

mg/hari tetapi data tentang efektivitas dan tolerabilitas dosis

ini belum konklusif. Studi-studi monoterapi juga

memperlihatkan adanya efikas. Beberapa dokter

mendapatkan bahwa diperlukan dosis sangat tinggi untuk

dapat mengontrol kejang. Efek samping tersering adalah

samnolen, pusing bergoyang, nyeri kepala dan tremor.

d. Farmakokinetika

Gabapentin tidak dimetabolisasi dan tidak memicu

enzim-enzim hati. Penyerapan bersifat non linier dan

dependen dosis pada dosis yang sangat tinggi, tetapi kinetika

eliminasinya linier. Obat ini tidak terkait ke protein plasma.

Interaksi antarobat hampir dpat diabaikan. Eliminasinya

adalah melalui mekanisme ginjal : obat diekskresikan tanpa

diubah. Waktu paruh relative singkat, berkisar dari 5 sampai

8 jam, obat ini biasanya diberikan dua atau tiga kali sehari

(Bertram G. Katzung dkk Edisi 12, 2013).

Pada penelitian ini gabapentin di temukan sebagai

anti nyeri neuropatik pada pasien yang bernama Ny. Sn

39
39
dimana pasien Ny.Sn tidak terdapat adanya diagnosa kejang

(epilepsi) sesuai rekam medik yang peneliti identifikasi.

Hasil penelitian praiwi ningsi fakultas kedokteran

dan ilmu kesehatan UIN alaudin makasar dari hasil penelitian

diperoleh daftar obat off label diantaranya Gabapentin

antikonvulsan yang digunakan sebagai terapi komplikasi

neuropatik pada diabetes mellitus, gangguan bipolar, migran.

Menurut buku Peran Tenaga Kesehatan Dalam

Penggunaan Obat-Obat Off label Dalam Tinjauan Klinis.

Dari berbagai obat yang ada dipasaran, antiepilepsi

gabapentin merupakan sediaan yang paling sering (83%)

diresepkan sebagai obat off label. Gabapentin diresepkan

sebagai obat off label untuk kasus-kasus bipolar disorder,

neuropatik, diabetik neuropatik, complex regional pain

syndrome. Gabapentin bisa dikatakan obat dengan seribu

macam indikasi (Fukada dkk, 2007).

Menurut Zullies Ikawati’s gabapentin disetujui

sebagai anti kejang dan neuralgia (nyeri saraf) post herpes,

banyak dipakai secara off label untuk anti nyeri neuropatik,

gangguan bipolar, tremor/gemetar, pencegah migrant. Efek

terapi gabapentin jangka panjang pada penderita diabetes

obat ini biasa menyebabkan fluktuasi gula darah.

40
40
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Rumah Sakit

Umum Daerah Kota Kendari dapat disimpulkan bahwa ;

1. Dari 40 sampel resep Rawat Inap penyakit dalam priode Januari-Maret

2018 ditemukan hanya satu resep yang mengandung obat off label

yaitu gabapentin golongan antikonvulsan sebagai anti nyeri neuropatik.

2. Dari 40 sampel resep Rawat Inap penyakit dalam priode Januari-Maret

2018 ditemukan hanya satu penyakit yang menggunakan obat off label

yaitu pada penyakit diabetes mellitus tipe 2.

B. Saran

Untuk peneliti selanjutnya agar dapat meneliti obat off label pada

rumah sakit atau klinik yang yang lain.

41
41
DAFTAR PUSTAKA

Aida, Nurul, Basyaroh., dan Bangunawati, Rahajeng. 2016. Identifikasi


Penggunaan Obat 0ff-Label Indikasi Pada Pasien Di Poliklinik Anak
Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bantul
Andayani, Sri & Astuti, Yoni, Prediksi kejadian penyakit tuberkolosis paru
berdasarkan usia di kabupaten ponorogo tahun 2016-2020 berdasarkan
usia indones. J. Heal.Sci., vol. 1, no.2, pp. 29-33,2017

Cahyaningsih, Indriastuti, M.Sc., Apt, dkk 2017. Kajian Penggunaan obat off
label Pada Populasi Pasien Kondisi Khusus.

Danes , I., Agusti, A., Vallano, A., Alerany,C., Martinez, J., Bosch, A. J., . .
.Bonafont, X. (2014). Outcomes of offlabel drug uses in hospitals:
amulticentric prospective study. US National Library of Medicine
NationalInstitutes of Health, 70(11): 1385–1393.

Dresser, R & Frader, J. (2009). Off-Label Prescribing: A Call for Heightened


Professional and Government Oversight. US National Library of
Medicine National Institutes, 37(3): 476-396.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2008, Materi Pelatihan
Peningkatan Pengetahuan Dan Keterampilan Memilih Obat Bagi Tenaga
Kesehatan. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2008, Modul I :Materi Pelatihan


Peningkatan Pengetahuan dan Keterampilan Memilih Obat Bagi Tenaga
Kesehatan, Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik. Jakarta:
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2010, Peraturan Menteri Kesehatan


Republik Indonesia Nomor 068 tahun 2010 tentang Kewajiban
menggunakan Obat Generik di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Pemerintah,
DepKes RI, Jakarta

Fukada C, Kohler JC, Boon H, Austin Z, Krahn M. Prescribing gabapentin off


label: Perspectives from psychiatry, pain and neurology specialisis. Can
Pharm J (Ott). 2012; 124(6): 280-284.

Indriastuti Alvi Syahrina 2016. Identifikasi Penggunaan Obat Off Label Dosis
Pada Pasien Dewasa Rawat Inap Di Rumah Sakit Pku Muhammadiyah.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2013, Riset Kesehatan Dasar.
Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

42
42
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 56 tahun 2014 tentang Klasifikasi dan
Perizinan Rumah sakit. Jakarta: Kemenkes RI; 2014.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2014, Peraturan Menteri


Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014, tentang Pusat
Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2015, SK Menteri Kesehatan RI


Nomor HK.02.02/MENKES/427/2015 tentang Gerakan Masyarakat
Tentang Penggunaan Obat.

Katzung, Bertram G. Farmakologi dasar & klinik/editor, Bertram G. Katzung.


Susan B. Masters, Anthony J Trevor : alih bahasa.Ed. 12 Jakarta : EGC,
2013.
Laksana Aria Mukhamad, Berawi Nisa Khairun 2015, Faktor-Faktor yang
berpengaruh pada timbulnya kejadian sesak napas penderita asma
bronkial.

Meigian A. H. 2014. Analisis Kelengkapan Pengisian Resume Medis Pasien


Hyperplasia Of Prostate Pada Dokumen Rekam Medis Rawat Inap Di
Rumah Sakit Mulia Hati Wonogiri Tahun 2013. Skripsi. Surakarta:
Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Meidikayanti, W. 2017. Hubungan Dukungan Keluarga dan Aktivitas Fisik


dengan Kualitas Hidup DM Tipe 2, Studi Cross-Sectional di Puskesmas
Pedemawu, Kabupaten Pemekasan . Skripsi. Surabaya: Fakultas
Kesehatan Masyarrakat Universitas Airlangga.

Nani Kartinah, dkk 2014. Penggunaan Obat Off Label Pada Pasien Neonatus
Rawat Inap Ulin Banjarmasin Periode Januari-Desember 2013.

Siti, Khodijah. 2014, Identifikasi Peresepan Obat Off-Label Indikasi Pada Pasien
Dewasa Rawat Inap Di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta
Periodejanuari-Desember 2014.

Samosir,M.,2009,Pengaruh Mutu Pelayanan Terhadap Pemanfaatan Instalasi


Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah (IFRSUD) Pandan Tahun
2008,Tesis, Sekolah Pascasarjana Administrasi dan Kebijakan
Kesehatan,Universitas Sumatra Utara Medan

43
43
LAMPIRAN

Gambar 1 apotek rawat inap dan rawat jalan

44
44
Gambar 1 tempat penerimaan pasien rawat inap dan rawat jalan/ tempat penyimpanan buku
rekam medic pasien yang berobat

45
45
Gambar 3 pemisahan resep dari priode bulan januari hingga maret

Gambar 4. Resep yang termask obat ff label

46
46
No. Nama Umur Jenis Diagnosa Resep Ket
pasien Kelamin
1 Ny.Br 30 tahun Perempuan Diabetes Rl 500 ml Umum
Melitus Fiocilas injeksi
Tipe 2 Aquadest No II
Dispoit 10 cc 2 dd 1 No
II
Metformin 500 mg
Umum
2. Ny.Rs 50 tahun Perempuan Diabetes Metformin 500 mg
Melitus Glibenclamid 500 mg
Tipe 2 Griseofulvin 300 mg
Dexamethason 0,5 mg Umum
Aminopilin 200 mg
3. Ny.Wd. 40 tahun Perempuan ISPA Furosemid 40 mg
Rl 500 ml
CTM 4 mg

Diabetes Glibenclamid 5 mg Bpjs


4. Ny.Mn 52 tahun Perempuan Melitus Glimepirid 2 mg
Tipe 2
Cefadroxil 500 mg Umum
5. Ny. Nr 34 tahun Perempuan ISPA Asam mefenamat 500 mg
SF 300 mg
Amoxicillin 500 mg Bpjs
6. Ny.Ia 46 tahun Perempuan Demam Rl 500 ml
Keteter No. 16
Kanula dewasa I
Asam Mefenamat 500 mg
7. Ny. Rs 56 tahun Perempuan Hipertensi Nifedipin 10 mg Umum
SF 300 mg
Captopril 12,5 mg
Demam, Amoxicillin 500 mg Umum
8. Ny. Nt 53 tahun Perempuan mual, Asam mefenamat 500 mg
muntah SF 300 mg
Amlodipin 10 mg Bpjs
9. Ny. Hj 35 tahun Perempuan Hipertensi Simvastatin 20 mg
Cefadroxil 500 mg
Asiklovir 10 Umum
10. Tn. Ht 43 tahun Laki-laki SNA Fuladic 5
Gabapentin Tab No. x
Aquadest No. I

47
Rl 500 ml Bpjs
Keterolac injeksi 10 mg/ml
11. Ny. Sn 55 tahun Perempuan Diaetes Ranitidin injeksi 25 mg/ml
Melitus NS Amp II
Tipe 2 Metformin 500 mg
Gabapentin Tab 100 mg
B1 Tab 300 mg
Methyl prednisolon 500 mg Umum
12. Ny. Fh 60 tahun Perempuan SNA Salbutamol 2 mg
Cefadroxil 500 mg Umum
13. Ny. Nr 55 tahun Perempuan Hipertensi Clindamisin 300 mg
Ranitidin 100 mg
Gabapentin 100 mg
Rl 500 ml Umum
14. Ny. Rf 45 tahun Perempuan Hipertensi Cefatoxim 500 mg
Furosemide 40 mg
Ranitidin 25 mg/ml
Methyl prednisolon Tab 4 mg
Spoit 10 cc No.I
Spoit 3 cc No. I
Amoxicillin 250 mg Umum
15. Ny.Ma 45 tahun Perempuan SNA Asam mefenamat 500 mg
SF 300 mg
Rl 500 ml Umum
16. Phytomenadione 10 mg
Ny. Ti 36 tahun Perempuan SNA Urin bag No. I
MGSO4
Nifedipin 10 mg
Rl 500 ml Umum
Phytomenadione 10 mg
17. Ny.Yh 35 tahun Perempuan SNA Spoit 3 cc No.I
Spoit 1 cc No. I
Abocath No.I Umum
Infuset No. I
Rl 500 ml
18. Tn. Sf 50 tahun Laki-laki ISPA Cefotaxim vial O,5 g
Ranitidin 25 mg/ml
Tramadol 50 mg
Lidodex
Sipinocain
Nifedipin 10 mg
Sukralfat syrup 500 mg/5 Umum
19. Ny.Ay 52 tahun Perempuan SNA ml
Methyl prednisolon 500 mg

48
20. Tn. Ab 60 tahun Perempuan Demam Asam mefenamat 500 mg Bpjs

NaCl 0,9 % No.I Umum


21. Ny. Jh 45 tahun Perempuan Diare Rl Dexamethason 500 ml
Asam tranexamat 0,5 mg
500 mg
Rl 500 ml Umum
22. Ny. Fk 45 tahun Perempuan Diare Biocombin 5000
Spoit 5 c No. I
SF 300 mg
23. Ny. Ri 50 tahun Perempuan ISPA Asam tranexamat 500 mg Umum
Cefadroxil 250 mg
Abocath No.I Umum
Infuset No.I
24. Ny.Yu 57 tahun Perempuan ISPA Rl 500 ml
D5
Ondansetron 4 mg
Ranitidin 25 mg/ml
25. Cefixim 100 mg Umum
Ny. Sc 56 tahun Perempuan SNA Meloxicam 15 mg
Amlodipin 10 mg
Asam mefenamat 500 mg Umum
26. Ny. Pe 50 tahun Perempuan Diare Hemafort
Rl 500 ml Umum
Aquadest
27. Ny. Te 45 tahun Perempuan Diare Keteter No.I
Keterolac 30 mg/ml
Asam tranexamat 500 mg
Abocath No.I Umum
Infuset No.I
28. Ny. Nv 50 tahun Perempuan ISPA D5
Vit C 50 mg
Spoit 1 cc No.I
Spoit 3 cc No. I

Ondansetron 4 mg Umum
29. Tn. Li 60 tahun Perempuan Diare Ranitidin 25 mg/ml
Rl 500 ml Umum
Ranitidin 25 mg/ml
30. Tn. Jn 50 tahun Perempuan ISPA Amoxicillin 500 mg
Vit C 50 mg
Ambroxol 30 mg
Amoxicillin 500 mg Umum
31. Ny.An 53 tahun Perempuan ISPA Asam mefenamat 500 mg
Hemafort
Abocath Umum

49
Infuset
32. Ny.Wu 55 tahun Perempuan Hipertensi Rl 500 ml
NaCl 0,9%
Keteter
MGSO4
Nifedipin 10 mg
Aquadest
Abocath Umum
Tn. Eg 45 tahun Perempuan Diare Infuset Rl
33. Ranitidin 500 ml
Tramadol 25 mg/ml
Spoit 50 mg
No.I
Abocath Umum
Rl 500 ml
34. Ny. Et 50 tahun Perempuan ISPA Urin bag
Keteter
Cefotaksim 0,5 g
Asam tranexamat 500 mg
Ranitidin 25mg/ml
Keterola 10 mg
Lasal syrup dewasa 2 mg/5 ml
35. Diabetes Metformin 500 mg Umum
Ny.Yn 45 tahun Perempuan mellitus Glibenclamid 5 mg
tipe 2 Rl 500 ml
Amoxicillin 500 mg Bpjs
36. Ny. Ia 40 tahun Perempuan Demam Rl 500 ml
Keteter
Kanula dewasa
Perempuan Diabete Cefadroxil 250 mg Umum
37. Ny. Ds 49 tahun melitu Clindamicin 300 mg
tipe 2 Ranitidine 25 mg/ml
Gabapentin 300 mg
Laki-laki Demam Amoxicillin 500 mg Umum
Tn. Aj 60 tahun Asam mefenamat 500 mg
38. SF 300 mg
Phytomenadione 10 mg
Perempuan ISPA Ambroxol 30 mg Umum
39. Ny.Ru 54 tahun Ranitidin 25 mg/ml
Nifedipin 10 mg
Rl 500 ml Umum
Diabetes Metformin 500 mg
40. Ny.Uc 57 tahun Perempuan mellitus Glibenclamid 5 mg
tipe 2 CTM 4 mg

Gambar 5. Resep rawat inap penyakit dalam di Apotek RSUD Kota Kedari

50
51

Anda mungkin juga menyukai