PENDAHULUAN
Kecantikan dan Kesuburan adalah dua hal utama yang dianggap penting
dalam kehidupan wanita yang diwakili oleh wajah, payudara dan uterus. Ketiga
bagian ini sangat dipengauruhi oleh keberadaan hormone estrogen yang sangat
meningkatkan kadar HDL dan menurunkan LDL (Ikawati, 2008). Aksi biologis
dan dapat menimbulkan gejala lainnya yang kurang menyenangkan pada wanita
menopause (Achadiat, 2003). Untuk itu perlu diperlukan asupan estrogen dari luar
tubuh untuk tetap menjaga keberadaan dan fungsi estrogen dalam tubuh.
dialami oleh setiap wanita. Pada masa ini, wanita mengalami defisiensi hormone
1
estrogen yang memiliki peeranan dalam regulasi produksi, modulasi kepadatan
tulang, transport kolestrol serta stimulasi proliferasi sel epitel kelenjar payudara.
hiperkolesterolemia (Kenny,dkk.,2000).
hilang dipengaruhi oleh sirkulasi kadar estrogen. Pada saat kadar ekstrogen rendah
penanganan lain yang relative lebih aman yakni terapi dengan fitoestrogen
banyak proses metabolisme dalam tubuh. Estrogen juga merupakan faktor penting
2
HDL, penurunan kolestrol total, LDL, dan trigliserida (Gruber, 2002).
Peningkatan kadar HDL darah disebabkan oleh peningkatan ekspresi protein apo
A-1 yang selanjutnya akan meningkatkan kadar HDL dalam darah (Harnish,
ditemukan tumbuh liar di hutan jati dan tempat-tempat lain dekat pantai atau
ditanam ditepi jalan sebagai pohon pelindung (Agoes, 2010). Telah dilakukan
beberapa penelitian terhadap biji mahoni. Penelitian pada batang mahoni yang
menunjukkan nilai LC50 dengan uji BSLT (brine shrimp lethality test) sebesar
3.73 µg/ml, sehingga spesies ini sangat berpotensi sebagai obat (Sukardiman
2000).
Escheria coli dan bakteri subtilis (Hartati 2002). Shahidur et al. (2009)
3
tigloilswietenolide dan memiliki aktifitas sebagai antibakteri. Kandungan
tersebut dapat berikatan dengan reseptor estrogen dan diduga menghasilkan efek
etanol biji mahoni terhadap sel epitel kelenjar payudara tikus betina yang telah
diovariektomi.
penelitian adalah:
b. Apakah ada perbedaan efek estrogenik antara ekstrak etanol biji mahoni
dengan 17-β estradiol terhadap sel kelenjar epitel payudara tikus betina
1.3 Hipotesis
sebagai berikut:
4
b. Tidak ada perbedaan efek estrogenik pada sel kelenjar epitel payudara
antara ekstrak etanol biji mahoni dengan 17-β estradiol pada tikus
b. Mengetahui dosis efektif untuk efek estrogenik pada sel kelenjar epitel
sebagai pembanding.
Pada penelitian ini menggunakan subjek yaitu tikus betina putih yang
berumur 8 minggu dengan berat badan 150-280 g sebanyak 30 ekor yang telah di
ekor. Penelitian ini terdapat 2 variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat.
Varibel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel terikat, yang menjadi
variabel bebas dalam penelitian ini yaitu Ekstrak Etanol biji mahoni 50, 100, dan
5
sebagai kelompok kontrol yang diketahui tidak memiliki efek estrogenik terhadap
sel kelenjar epitel payudara dan juga sebagai zat pensuspensi untuk membuat
suspensi Ekstrak etanol biji mahoni dan 17-β estradiol yang tidak larut dalam air.
diketahui efek estrogenic terhadap sel epitel kelenjar payudara dan ekspresi KI-67.
Sehingga dalam penelitian ini, suspensi Na-CMC 0,5% dan 17-β estradiol 2 µ/hari
tidak termasuk
penelitian ini adalah perkembangan sel kelenjar epitel payudara akibat adanya
pengaruh dari variabel bebas. Untuk lebih jelasnya kerangka pikir penelitian ini
Tikus di
Ovariektomi
Na-CMC 0,5 %
Selama 14 hari
Gambar 1.1 Kerangka pikir penelitian uji efek antidiabetes EEBM terhadap sel
kelenjar epitel payudara tikus betina yang telah diovariektomi
6
BAB II
METODE PENELITIAN
tertentu terhadap variable lain dalam kondisi yang terkontrol. Penelitian ini
hewan percobaan, pengujian efek estrogenic terhadap sel kelenjar epitel payudara
dengan pengecatan Haematoksilin Eosin (HE) pada irisan mammae yang diamati
dibawah miskrokop cahaya (Zeiss) dan pengamatan ekspresi KI-67 pada sel-sel
2.1 Alat-Alat
(Presica GW-1500), neraca listrik (Mettler Toledo), penangas air, alat mikroskop
cahaya (Zeiss), oven, oral sonde, spuit, mortir, stamfer, gunting, spatula, alat-alat
2..2 Bahan
Bahan tumbuhan yang digunakan pada penelitian ini adalah biji mahoni
(Switenia Mahagoni (L.,) Jacq). Bahan kimia yang digunakan adalah etanol 96%,
7
(Natrium-Carboxy Methyl Cellulose), antibody KI-67, tablet 17-β estradiol
Hewan Percobaan yang digunakan untuk penelitian ini adalah tikus putih (Mus
hewan percobaan, semua tikus betina dipelihara dahulu selama kurang lebih satu
membandingkan dengan tumbuhan yang sama dari daerah lain. Sampel didapat
dalam lemari pengering dengan suhu 30-40°C. Biji dianggap kering apabila
ditumbuk tidak menggumpal lagi, kemudian simplisia yang telah kering diblender
dan diayak lalu serbuk ditimbang kemudian dimasukkan kedalam wadah plastik
8
2.5 Pemeriksaan Karakteristik Simplisia
mikroskopik, penetapan kadar air, penetapan kadar sari larut dalam air, penetapan
kadar sari larut dalam etanol, penetapan kadar abu total, dan penetapan kadar abu
simplisia, lalu ditutup dengan kaca penutup dan dilihat dibawah mikroskop.
Penetapan kadar air dilakukan dengan metode destilasi toluene. Alat terdiri
dari labu alas bulat 500 ml, alat penampung, pendingin, tabung penyambung dan
tabung penerima.
Cara kerja :
Dimasukkan 200 ml toluene dan 2 ml air suling ke dalam labu alas bulat,
lalu di destilasi selama 2 jam. Setelah itu toluene dibiarkan mendingin selama 30
menit, dan dibaca volume air pada tabung penerima dengan ketelitian 0,05 ml.
mendidih, kecepatan tetesan diatur lebih kurang 2 tetes tiap detik sampai sebagian
besar air terdestilasi, bagian dalam pendingin dibilas dengan toluene. Destilasi
9
dilanjutkan selama 5 menit, kemudian tabung penerima dibiarkan mendingin pada
suhu kamar. Setelah air dan toluene memisah sempurna, volume air yang dibaca
sesuai dengan kandungan air yang terdapat dalm bahan yang diperiksa. Kadar air
air-kloroform (2,5 ml kloroform dalam air sling sampai 1 liter) dalam labu
kering dalam cawan penguap yang berdasar rata yang telah ditara dan sisa
dipanaskan pada suhu 105°C sampai bobot tetap. Kadar dalam persen sari yang
larut dalam etanol 96% dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan (Depkes
RI, 1995)
dipijar dan ditara, kemudian diratakan. Krus dipijar perlahan-lahan sampai arang
habis, jika arang masih tidak dapat dihilangkan, ditambahkan air panas, saring
melalui kertas saring bebas abu. Pijarkan sisa dan kertas saring dalam krus yang
sama. Masukkan filtrate kedalam krus, uapkan, pijarkan hingga bobot tetap,
timbang. Kadar abu dihitug terhadap bahan yang telah dikeringkan (Depkes RI,
1995).
asam klorida encer selama 5 menit, bagian yang tidak larut dalam asam
10
dikumpulkan, disaring melalui kertas saring bebas abu, cuci dengan air panas,
dipijarkan kemudian didinginkan dan ditimbang sampai bobot tetap. Kadar abu
yang tidak larut dalam asam dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan
Adapun cara kerja skrining fitokimia EEBM yang dilakukan sama seperti skrining
hari terlindung dari cahaya sambil sering diaduk, serkai, peras, cuci ampas dengan
penguapan di atas penangas air sampai diperoleh ekstrak kental (Depkes RI.,
1979).
11
terlebih dahulu mencit diaklimatisasi selama 2 minggu dalam kandang yang baik
(n-1) (t-1) ≥ 15
(n-1) (5-1) ≥ 15
(n-1) (4) ≥ 15
4n−¿4≥ 15
4n ≥ 19
19
n≥
4
n ≥ 4,75 ~ 5
ekor tikus atau lebih. Sebagai cadangan, maka 1 ekor tikus ditambahkan pada
demikian jumlah tikus betina semua kelompok uji secara keseluruhan yaitu 30
ekor.
12
2.9 Pembuatan Pereaksi
Sebanyak 0,5 g Na-CMC ditaburkan dalam lumpang yang berisi air suling
panas. Didiamkan selama 15 menit lalu digerus hingga diperoleh massa yang
kedalam labu ukur 10 ml, kemudian cukupkan dengan suspense Na-CMC 0,5%
Dosis 17-β estradiol pada tikus putih betina adalah 2 µg/ hari (Maria,dkk.,
2008)
.) dibuat 3 variasi dosis yakni dosis 50 mg/kg bb; 100 mg/kg bb; dan 200 mg/kg
bb. Sejumlah 50 mg, 100 mg, dan 200 mg ekstrak biji mahoni ditimbang dan
13
2.10 Pengujian Efek Fitoestrogen Pada Ekstrak Etanol Biji Mahoni
dan atasi perdarahan yang terjadi. Setelah tindakan diberi injeksi procain
itu dibagi menjadi 5 kelompok, yang terdiri dari 5 ekor tikus yaitu:
kontrol positif
kelompok perlakuan 1
kelompok perlakuan 2
kelompok perlakuan 3
14
2.10.3 Pembedahan Serta Pengamatan Morfologi Kelenjar Epitel Mammae
kelenjar payudara.
organ diambil menggunakan object glass dan disimpan dalam inkubator dengan
suhu 370C selama 24 jam.Dideparafinasi dengan larutan xylol (I dan II) selama 2
dalam alkohol bertingkat selama 1 menit. Kemudian sediaan dicuci dengan air
yang mengalir (air kran) selama 1 menit. Preparat direndam dalam larutan
Mayer’s Haematoxyllin selama 8 menit, dicuci dengan air mengalir (air kran)
dicuci dengan air mengalir (air kran) selama 2 menit, direndam dalam larutan
eosin selama 2-3 menit, dicuci dengan air mengalir (air kran) selama 30-60 detik.
Preparat dicelupkan kedalam larutan alkohol 95% dan alkohol absolut sebanyak
menit dan xylol II selama 2 menit. Setelah pewarnaan, sediaan ditetesi perekat
Canada balsem (Entellan®) dan ditutup dengan cover glass. Diamati dengan
15
2.10.5 Pengujian Ekspresi Ki-67 dengan metode IHC
Deparafinasi slide (xylol I, xylol II, xylol III) masing-masing 5 menit. Dilakukan
dilakukan set up pre heat 650C, kemudian running time 980C selama 15 menit.
Waktu yang dibutuhkan proses ini adalah selama lebih kurang 1 jam. Kemudian
dilakukan Pap Pen dan segera dimasukkan dalam Tris Buffered Saline pH 7,4
5-10 menit, dicuci dalam Tris Buffered Saline pH 7,4 selama 5 menit. Dilakukan
blocking dengan Normal Horse Serum (NHS) 3% selama 5 menit, dicuci kembali
MIB-1 (untuk pulasan Ki-67) konsentrasi 0,4 mg/ml pengenceran 1:50 selama 1
jam, dicuci dengan TBS pH 7,4 selama 5 menit. Dako Real Envision
Rabbit/Mouse dilabel biotin selama 30 menit, dicuci dengan TBS pH 7,4 selama
30 menit, dicuci dengan TBS pH 7,4 / Tween 20 selama 5-10 menit, diinkubasi
hidrogen peroksida 0,01%) selama 10 menit suhu kamar. Kemudian dicuci dengan
selama 15 menit dan dicuci kembali dengan air mengalir selama 5 menit,
16
menit, dilakukan clearing dengan xylol I, xylol II, xylol III masing-masing selama
sampel yang digunakan pada penelitian ini kurang dari 5,0. Jika data normal,
dilanjutkan dengan menggunakan uji Post Hoc Tukey HSD untuk melihat
17
DAFTAR PUSTAKA
Dalimartha, S., dan Adrian. (2012). Makanan Herbal Untuk Penderita Diabetes Mellitus.
Jakarta: Penebar Swadaya. Halaman 5-14, 80-91.
Depkes R.I. (1979). Farmakope Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Departemen Kesehatan
RI. Halaman 33, 744.
Firdous, M., Koneri, R., Sarvaraidu, C. H., Harish, M., dan Shubhapriya, K. H.
(2009).NIDDM Antidiabetic Activity of Saponin of Momordica Cymbalaria
in Streptozotocin-Nicotinamide NIDDM Mice.Journal of Clinical and
Diagnostic Research.3:1460-1465.
Frode, T.S., dan Medeiros, Y.S. (2008). Animal Models to Test Drugs With Potential
Antidiabetic Activity. Journal of Ethnopharmacology. 115(2): 173-183.
Hariana, H.A. (2009). Tumbuhan Obat dan Khasiatnya. Jakarta: Penebar Swadaya.
Halaman 164.
Harianja, E. (2011). Uji Efek Ekstrak Etanol Biji Tumbuhan Alpukat (Persea
americana Mill) Segar Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah Pada Mencit
Jantan .Skripsi. Fakultas Farmasi. Universitas Sumatera Utara.
Indrawati, S., Yuliet., dan Ihwan. (2015). Efek Antidiabetes Ekstrak Air Kulit Buah
Pisang Ambon (Musa paradisiaca L.) terhadap Mencit (Mus musculus) Model
Hiperglikemia.Galenika Journal of Pharmacy. 2(1): 69-76.
Mokuna, N., Ramadhanil, P., Yuliet. (2014). Uji Efek Antidiabetes Ekstrak Akar
Garcinia rostrata Hassk.ex. Hook.f Pada Mencit Jantan (Mus musculus)
Dengan Metode Toleransi Glukosa dan Induksi Aloksan.Biocelebes. ISSN:
1978-6417. 8(2): 44.
Pour, P.S.(editor). (2006). Toxicology of the Pancreas. Boca Raton: Taylor and
Francis Group. Halaman 552.
18
Prameswari, O.M., dan Simon, B.W. (2014).Uji Efek Ekstrak Air Daun Pandan Wangi
Terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah dan Hispatologi Tikus Diabetes
Mellitus.Jurnal Pangan dan Agroindustri. 2(2): 16-27.
Sagala, F.R. (2017). Aktivitas Hepatoprotektor Ekstrak Daun Pandan Wangi (Pandanus
amaryllifoliusRoxb.) Pada Mencit Jantan Yang Diinduksi Paracetamol. Skripsi.
Medan: Fakultas Farmasi, Universitas Sumatera Utara.
Sukandar, Y.E., dkk. (2008). ISO Farmakoterapi. Jakarta: Penerbit ISFI. Halaman 26-27.
Suyono, S. (2006). Diabetes Melitus di Indonesia. Ilmu Penyakit Dalam Jilid III. Edisi
Keempat. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Halaman 2318.
Syah, M. I., Suwendar, dan Mulqie, L. (2015). Uji Aktivitas Ekstrak Etanol Daun
Mangga Arumanis (Mangifera indica L. “Arumanis”) pada Mencit Swiss
Webster Jantan dengan Metode Tes Toleransi Glukosa (TTGO).Prosiding
Penelitian SpeSIA Unisba. ISSN 2460-6472
Zastrow, V. M., dan Bourne, R. H. (2001). Reseptor dan Farmakodinamika Obat. Dalam
Bertram G. Katzung (Editor). Farmakologi Dasar dan Klinik. Edisi Pertama.
Jakarta: Salemba Medika. Halaman 53.
19